Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN GERAKAN DAN KEBIJAKAN DAKWAH DI AUSTRALIA

Diajukan Kepada Dosen Mata Kuliah Pemikiran, Gerakan, dan Kebijakan Dakwah
Dosen Pengampu : Turhamun, M.S.I
Disusun oleh
Kelompok 12
NURIL PRATAMA (2017101048)
QORI WIDYA SWARA (2017101055)
ATIT NURAENI (2017101064)
CATUR MELIANA (2017101079)
OKTI OKTAFIANA (2017101080)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


JURUSAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS DAKWAH
UIN PROF K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kehadiran Islam di Australia baru tercatat dalam dokumentasi


Australia diawali dengan kedatangan kelompok Afghanistan pada bulan Juni 1860.
Kedatangan mereka berkaitan dengan perlunya tenaga kerja dan alat transportasi onta
dalam pembukaan lahan-lahan pertanian dan eksplorasi tambang mineral di daerah
pedalaman Australia. Namun tidak lebih dalam 35 tahun berikutnya merupakan masa
kemunduran bagi umat Islam ketika pemerintah federasi Australia yang baru saja
terbentuk memaklumatkan The White Australian Policy (Kebijakan Kulit Putih
Australia) yang berbau rasis dan diskriminatif di tahun 1901. Kebijakan ini
menetapkan penolakan kepada penduduk non-Eropa untuk mengajukan hak-hak
permohonan naturalisasi untuk menjadi penduduk menetap. Hal ini berakibat bagi
kelompok Muslim dengan sulitnya kesempatan untuk mencari pekerjaan sehingga
mereka menjadi kelompok marjinal. Akhirnya, sebagian besar dari mereka kembali ke
kampung halamannya, sedangkan sebagian kecil lainnya (4.000 orang) tetap menetap
di Australia. Penduduk Australia semakin bertambah dengan meyakinkan antara 1
sampai 2% selama sepuluh tahun terakhir, disebabkan oleh gabungan dari aspek
kelebihan kelahiran dari kematian dan program gerakan migrasi yang dahsyat.
Australia membanggakan dirinya sebagai masyarakat yang bersahabat dengan etos
santai (laid-back ethos), yang disaksikan seluruh dunia selama penyelenggaraan
Pertandingan Olimpiade yang sangat sukses di Sydney pada bulan September 2000.
Orang Australia masih menganggap pemerintah harus melindungi mereka dari ekses-
ekses paling buruk dari pasar dan menjalankan sebuah gaya hidup yang menjamin
suatu standar minimum kehidupan pada tingkat kenyamanan sederhana. Kehidupan
seharihari semakin diperkaya oleh kontribusi dari berbagai masyarakat migran, dan
mereka semua dilindungi dari tindak diskriminasi di bawah peraturan Undang-
Undang Anti Diskriminasi Pemerintah Federal tahun 1975, yang mengilegalkan
tindak diskriminasi di setiap aspek kehidupan berdasarkan warna kulit, ras, agama,
jenis kelamin (gender), atau negeri asal. Mereka kehilangan negeri mereka dan tidak
mendapat ganti rugi apapun sampai disahkannya hak-hak lahan tengaran (landmark
land rights legislation) di tahun 1993. Belakangan ini, Komisi Penduduk Aborigin dan

2
Teluk Torres (ATSIC) menerima lebih dari $1 milyar per tahun untuk mendanai
program-program yang dirancang untuk memperbaiki ketakberuntungan selama dua
abad.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan islam di Australia ?


2. Bagaimana pemikiran, gerakan, dan kebijakan dakwah di Australia ?
3. Bagaimana peran komunitas muslim di Australia ?
4. Bagaimana problematika dakwah di Australia ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan islam di Australia
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran, gerakan, dan kebijakan dakwah di
Australia
3. Untuk mengetahui bagaimana peran komunitas muslim di Australia
4. Untuk mengetahui bagaimana problematika dakwah di Australia

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Australia


Sejarah kehadiran Islam di Australia baru tercatat dalam dokumentasi Australia
diawali dengan kedatangan kelompok Afghanistan pada bulan Juni 1860. Kedatangan
mereka berkaitan dengan perlunya tenaga kerja dan alat transportasi onta dalam
pembukaan lahan-lahan pertanian dan eksplorasi tambang mineral di daerah pedalaman
Australia. Namun tidak lebih dalam 35 tahun berikutnya merupakan masa kemunduran
bagi umat Islam ketika pemerintah federasi Australia yang baru saja terbentuk
memaklumatkan The White Australian Policy (Kebijakan Kulit Putih Australia) yang
berbau rasis dan diskriminatif di tahun 1901. Kebijakan ini menetapkan penolakan kepada
penduduk non-Eropa untuk mengajukan hak-hak permohonan naturalisasi untuk menjadi
penduduk menetap. Hal ini berakibat bagi kelompok Muslim dengan sulitnya kesempatan
untuk mencari pekerjaan sehingga mereka menjadi kelompok marjinal. Akhirnya,
sebagian besar dari mereka kembali ke kampung halamannya, sedangkan sebagian kecil
lainnya (4.000 orang) tetap menetap di Australia. Masa-masa pembentukan basis populasi
kaum Muslim di Australia baru terjadi sejak tahun 1960-an hingga tahun 1970-an. Hal ini
diawali dengan persoalan domestik berupa kurangnya tenaga kerja dan persoalan
internasional berupa ancaman pendudukan tentara Jepang ke kawasan Asia Timur yang
terjadi sebelum dan setelah Perang Dunia II. Hingga pertengahan 1950-an, kedatangan
etnis muslim masih sedikit, namun mereka memiliki pendidikan yang tinggi dan
profesional. Pada tahun 1960-an, penduduk muslim berdatangan dengan jumlah yang
sangat besar (lebih kurang 10.000 jiwa), khususnya dari Turki, dengan adanya perjanjian
antara pemerintah Australia dan Turki. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1970-an dengan
kedatangan etnis yang mayoritas Muslim dari Libanon yang berjumlah ratusan ribu orang
sebagai pengungsi (refugees) karena adanya perang saudara di daerah asalnya, disusul
lagi dari Palestina. Kehadiran mereka telah membentuk sebuah basis komunitas Islam
tersendiri sehingga secara keseluruhan jumlah penduduk Australia sampai tahun 1998
meningkat dua kali lipat dibanding setelah Perang Dunia II di tahun 1947. Komunitas-
komunitas Islam yang telah terbentuk melakukan aktifitas sosial bermula dari mesjid,
karena tempat ini merupakan pusat kegiatan ibadah dan sosial. Fungsi mesjid yang
terdapat di lingkungan maupun di kota yang mereka tempati merupakan faktor integrasi

4
antar berbagai etnis. Setidaknya faktor ini dapat mereduksi kesetiaan etnis yang
berlebihan. Mesjid memiliki peran sentral dalam kehidupan komunitas muslim baik
secara keagamaan (ibadat) maupun sosial. Mesjid menjadi pusat ibadat dan tempat
ekspresi, interpretasi, dan perayaan upacara-upacara keagamaan. Dengan demikian, ia
juga menjadi rujukan komunitas dan alat identifikasi diri. 1
Kemajuan Islam di Australia
a. Kemajuan Islam di Australia sebangun dan identik dengan mudahnya diketemukan
berpuluh-puluh mesjid yang didirikan di berbagai kota, khususnya di New South
Wales dan Victoria. Dukungan pemerintah terhadap pendirian mesjid sangat kondusif.
Hal ini dapat dilihat ketika peresmian mesjid terbesar di Preston, Victoria, disaksikan
oleh wakil pribadi Perdana Menteri Malcolm Fraser dan Archbishop Roma Katholik
Roma Melbourne
b. Pada tingkat federal ada Dewan Federasi Islam Australia (The Australian Federation
of Islamic Councils/AFIC) dan tingkat negara bagian, yang berfungsi sebagai
representasi komunitas muslim di tingkat pemerintahan, seperti The Islamic Council
of Victoria. AFIC merupakan organisasi yang mewakili suara komunitas muslim di
tingkat negara federal, di samping berfungsi membantu pendanaan dan memfasilitasi
berbagai kebutuhan umat Islam Australia. Organisasi ini dibiayai oleh dukungan
masyarakat lokal, negara-negara muslim penghasil minyak, dan hasil dari penerbitan
sertifikat halal.2
2. Pemikiran Gerakan, dan Kebijakan Dakwah Di Australia
Ketua Umum Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara Seluruh Indonesia
(ASPIRASI) itu membeberkan pentingnya Islam Nusantara
dengan empat argumentasi sebagai berikut:
Pertama, Rahmatan lil alamin. (QS. Al-Anbiya: 107). Aspek rahmatan lil alamin
menegaskan bahwa Islam adalah agama paripurna yang disebar ke seluruh dunia. Kedua,
shalahiyatus syari‟ah li kulli zaman wa makan. Syariah yang selalu compatable dengan
waktu kapan pun dan tempat manapun.Termasuk sesuai dengan Indonesia dan Australia.
Untuk yang ketiga, adalah ijtihaad lihuduutsi al-waqaa‟i. Maksudnya, ijtihad untuk

1
Dr. M. Amin Nurdin, M. (2009). PERGULATAN KAUM MUSLIM MINORITAS AUSTRALIA Islam Versus Multikulturalisme dan
Sekularisme. Jakarta: Ushul Press.
2
Muniruddin, S. (2017). Islam di Australia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

5
menghadapi berbagai problematika kontemporer. Demikian ini karena seperti kata Ibnu
Rusyd: an-nushuus mutanaahiyatun wal waqaai‟u ghairu mutanaahiyatin. Setelah Nabi
wafat, maka nash-nash berhenti. Sementara problematika kehidupan tidak berhenti.
Dalam keadaan ini, ijtihad harus dilakukan, meski orang yang berijitihad tidak boleh
sembarang orang. Keempat, ad-da‟wah bil hikmah wal mauidlatil hasanah wal
mujaadalah bil husna. Yaitu dakwah Islam yang mengajak dengan hikmah, pelajaran
yang baik dan adu argumentasi (QS. An-Nahl: 25). Beda dengan hukum yang rigid dan
kaku, kalau dakwah lebih mengutamakan ajak-ajak untuk kebaikan dengan senantiasa
memahami keadaan objek dakwah.
Bagaimana dengan praktik Islam Australia? Secara subtansi, Islam Australia yang
dipraktikkan tidak berbeda dengan Islam Nusantara. Untuk ibadah mahdhah seperti
sholat, puasa, haji, zakat dan ibadah mahdlah lainnya sama. Hanya karena adanya
kesulitan dalam praktik ibadah di sini, maka kita bisa menggunakan pendapat-pendapat
madzhab. Sementara, dalam hal ihwal mu‟amalah, maka hukum Islam sangat fleksibel
dan berpotensi menerima perubahan. Kita bisa memahami bahwa ulama membiarkan
perbedaan pendapat diantara mereka sebagai rahmat. Karena perbedaan tersebut dalam
koridor yang ditoleransi. Sementara, perbedaan pendapat tidak boleh ditoleransi dalam
hal yang berkaitan dengan haramnya zina, haramnya mencuri, Tuhan itu Allah,
Muhammad Rasulullah, dan sebagainya. Zaman terus berjalan. Semuanya berubah. Tidak
ada yang tidak berubah selain perubahan itu sendiri. Dalam konteks itulah, maka dakwah
harus digerakkan dengan content milenial, cara milenial, dan tentunya gaya yang milenial
agar mereka terpikat dengan agama Islam. Bukan malah menjauh dari agama Islam. Satu
hal yang menarik di Australia adalah sikap toleran antar sesama. Sebagaimana telah saya
sampaikan di depan, bahwa orang Australia didik untuk bersikap toleran dengan orang
lain. Dalam konteks beragama, toleransi ditunjukkan baik pada mereka yang beragama
atauapun yang tidak beragama. Bagi yang beragama, toleransi terlihat pada hubungan
orang beragama. Orang Australia begitu mudahnya mengucapkan selamat Hari Raya Idul
Fitri pada umat Islam. Demikian sebaliknya, umat Islam mengatakan selamat Natal pada
orang Australia yang umumnya beragama Kristen.
Toleransi juga dilakukan pada orang yang tidak beragama. Australia yang liberal
jelas memberi tempat yang sama antara orang beragama dan tidak beragama. Bagi orang
yang tidak beragama, Australia menjamin keberadaan mereka, termasuk ketika mereka
berterus terang mendeklarasikan dirinya di depan publik. Bagi seorang muslim Australia,
itulah tantangannya. Pada satu sisi dia harus bersikap toleran, dan pada saat yang sama,
6
dia harus berdakwah pada non-muslim. Toleran dilakukan karena sebagai bentuk
penghormatan pada yang lain. Lau la mukhalafata lama musafahata. Seandainaya tidak
ada perbedaan, maka tak perlu ada toleransi. Justru karena adanya perbedaan itulah, maka
kita perlu bersikap toleransi. Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya aku ciptakan kalian dari laki dan perempuan dan aku
jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar agar kalian saling mengenal satu
dengan lainnya”.
Perintah mengenal bangsa lain adalah sama dengan perintah untuk bersikap toleran pada
yang lain yang berbeda dengan kita. Toleransi tak akan terwujud tanpa mengenal satu
dengan lainnya: bahasa, adat istiadat, makanan, pakaian dan sebagainya.Sementara,
sebagai seorang muslim, dia punya kewajiban untuk apa yang disabdakan Nabi
Muhammad Saw. “Ballighu „anni wallau ayatan.” Sampaikanlah dariku sekalipun hanya
satu ayat. Kewajiban dakwah tetap dapat ditunaikan di negeri Kanguru, pada utamanya
yang ateis dan non-muslim dengan cara mempraktikan keindahan Islam dalam kehidupan
keseharian.3
3. Peran Komunitas Muslim di Australia
Setiap muslim, tentunya memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan dakwah Islam,
walaupun mereka mengalami berbagai macam rintangan dan halangan. Hal ini tentunya
berlaku bagi muslim yang berada di Australia dengan jumlah penduduk muslim di
Australia saat ini kurang lebih satu juta orang. Dengan kuantitas warga muslim di
Australia demikian, diperlukan dakwah islamiah guna mentransfer penyebaran nilai-nilai
dakwah Islam bagi seluruh warga muslim. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis Islam. Sekarang ini, lembaga Islamic
Council di Australia sedang gencar membangun sarana pendidikan yang berbasis
pendidikan Islam, dengan tujuan memudahkan mereka melakukan transfer ilmu Islam
kepada masyarakat Islam yang ada di Australia4.

4. Problematika Dakwah Di Australia


Salah satu tantangan dakwah Islam di Australia adalah pengemasan
pemberitaanpemberitaan yang salah terkait Islam di media-media Australia, sehingga

3
Harisudin, M. N. (2019). Islam Di Australia: M. Noor Harisudin.
4
Muchlis Aziz, Z. d. (2019). PROBLEMATIKA DAKWAH DI NEGERI MINORITAS MUSLIM. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, Vol. 5, No. 2,
Juli-Desember 2019, 5, 37-54.

7
muncul islamophobia pada sebagian masyarakat Australia. Dengan adanya
Islamophobia, umat Islam di sana harus mampu membina hubungan yang baik antar
sesama muslim dan non muslim. Salah satu cara yang dapat mereka tempuh adalah
dengan menagadakan diskusi antar masyarakat muslim dengan non muslim, dan mereka
memberikan pemahaman Islam yang benar dan Islam memiliki persaudaraan yang kuat.
Berdasarkan uraian di atas, jelas terlihat bahwa kuantitas muslim di Australia masih
minoritas dibandingkan dengan masyarakat non muslim. Bahkan bukan hanya persoalan
kuantitas, akan tetapi darisegi kualitas realisasi ajaran agama pun masih sangat jauh dari
apa yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Dari segi struktural sosial, perekonomian dan
politik umat Islam pun kelihatan mengalami keterbelakangan dibandingkan umat non
Islam. Selanjutnya, yang menjadi persoalannya adalah dakwah keagamaan belum
menyentuh kepentingan masyarakat muslim secara merata dan komprehensif, karena
masyarakat muslim di Australia masih minoritas.5

5
Muchlis Aziz, Z. d. (2019). PROBLEMATIKA DAKWAH DI NEGERI MINORITAS MUSLIM. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, Vol. 5, No. 2,
Juli-Desember 2019, 5, 37-54.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah kehadiran Islam di Australia baru tercatat dalam dokumentasi Australia diawali
dengan kedatangan kelompok Afghanistan pada bulan Juni 1860. a. Kemajuan Islam di
Australia sebangun dan identik dengan mudahnya diketemukan berpuluh-puluh mesjid
yang didirikan di berbagai kota, khususnya di New South Wales dan Victoria. Islam
Australia yang dipraktikkan tidak berbeda dengan Islam Nusantara. Untuk ibadah
mahdhah seperti sholat, puasa, haji, zakat dan ibadah mahdlah lainnya sama. Hanya
karena adanya kesulitan dalam praktik ibadah di sini, maka kita bisa menggunakan
pendapat-pendapat madzhab. Dengan kuantitas warga muslim di Australia demikian,
diperlukan dakwah islamiah guna mentransfer penyebaran nilai-nilai dakwah Islam bagi
seluruh warga muslim. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan yang berbasis Islam. Sekarang ini, lembaga Islamic Council di Australia
sedang gencar membangun sarana pendidikan yang berbasis pendidikan Islam. tantangan
dakwah Islam di Australia adalah pengemasan pemberitaanpemberitaan yang salah
terkait Islam di media-media Australia, sehingga muncul islamophobia pada sebagian
masyarakat Australia. Dengan adanya Islamophobia, umat Islam di sana harus mampu
membina hubungan yang baik antar sesama muslim dan non muslim.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu mohon kritik dan saran yang dapat membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi makalah yang lebih baik lagi ke
depannya

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Amin Nurdin, M. (2009). PERGULATAN KAUM MUSLIM MINORITAS AUSTRALIA


Islam Versus Multikulturalisme dan Sekularisme. Jakarta: Ushul Press.

Harisudin, M. N. (2019). Islam Di Australia. M. Noor Harisudin.

Muchlis Aziz, Z. d. (2019). PROBLEMATIKA DAKWAH DI NEGERI MINORITAS


MUSLIM. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2019, 5, 37-54.

Muniruddin, S. (2017). Islam di Australia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Narulita, S. (2016). Dakwah Interkultural di Australia; (Potret dakwah di 3 kota: Melbourne,


Canberra, dan Sydney). Vol. 12 , No. 1 , Tahun.2016, 12, 34-48.

Siti Ambiah. S.Hum, D. N. (2019, Maret 2). PERAN KOMUNITAS MUSLIM AUSTRALIA
DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI AUSTRALIA ABAD 20 M.
TamaddunVol. 7 , No. 1, Januari - Juni 2019, 7, 197-210. Retrieved from
scholar.archive.org.

Syachrir, K., Najamuddin, & Ahmadin. (2021). Sejarah Masuk dan Perkembangnya Islam di
Australia Pada Abad Ke 18-20 M. Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan
Pendidikan Sejarah Vol. 19 No. 2 (2021), 19, 152-160.

Tangngareng, T. (2010). ISLAM DI AUSTRALIA (Telaah tentang eksistensi dan Sejarah


Perkembangannya. Volume 5 Nomor 2 Tahun 2010, 5, 386-401.

10

Anda mungkin juga menyukai