Persoalan Irian Barat yang selesai pada tahun 1962 disusul dengan konfrontasi
terhadap Malaysia ( John D Legge, 1985 : 374 375 )
Nasakom adalah kembangkitan kembali dari tulisannya yang lama tentang
Nasionalisme, Islam, dan Marxisme.. Tetapi apabila diteliti lebih cermat
ternyata fungsinya sangat berbeda. Tulisannnya pada tahun 1926 itu
direncanakan tahun-tahun perjuangan dan itu sebenarnya dimaksudkan untuk
menjembatani perbedaan-perbedaan dan membina usaha bersama Nasakom
adalah penemuan ketika ia berkuasa. Pada permulaan tahun 1960-an,
sesungguhnya Soekarno masih berpikir dalam rangka mengatasi konflikdan
perpecahan, tetapi dengan cara yang agak berlainan. Ia tidak lagi yakin mampu
mempersatukan kekuatan yang saling berlawanan dalam dunia politik
Indonesia, dan ia melihat hal ini dengan cermat, tidak dalam bentuk idealistic,
tetapi dalam bentuk keterpaksaan praktis dan tekanan-tekanan praktek politik
sehari-hari. Ia melihat perlunya merukunkan aliran-aliran politik yang besar,
tetapi keinginan adalah menjerat mereka dan selanjutnya selain mempersatukan
mereka juga menempatkannya dalam suatu keseimbangan. Kadar persatuan
mereka tergantung pada ukuran Soekarno sendiri. Dan Nasakom harus dilihat
dalam pengertian ini. Ia adalah suatu taktik yang diperhitungkan bukan untuk
mempersatukan kekuatan-kekuatan yang saling bersaing, tetapi untuk
memperatahankan kedudukannya sebagai pemegang neraca dan juru pisah.
Makna Nasakom yang sesungguhnya tidak pernah dijelaskan secara terang.
Pernah PKI menanggapi bahwa Nasakom juga berarti penciptaan keseimbangan
antara nasionalisme, agama dan komunisme pada semua tingkat eksekutif
pemerintahan dan dewan-dewan perwakilan, sehingga juga dalam pimpinman
komando tertinggi militer ketiga unsur ini diwakili. Dalam pengertian itu PKI
menuntut penasakoman Angkatan Darat. Angkatan Darat menolak dengan
alasan bahwa istilah itu hanya berarti kerja sama dalam semangatnya yang
umum, yang memberitahukan jalannya urusan negara. Kesalahan penafsiran ini
sesuai dengan siasat Soekarno, hal ini tetap tidak diperjelas selama mungkin,
sehingga tetap ada keragu-raguan. Sebab, dengan menampilkan gagasan
Nasakom, tujuan Soekarno adalah untuk mengontrol kekuatan-kekuatan yang
saling bersaing.. Tidak untuk mempersatukan mereka, kecuali lewat dirinya
Saya Nasakom itu, jawabnya, demikian perrnah terbetik ketika ia menolak
tuntutan PKI untuk disertakan dalam kabinet tahun 1063. ( John D Legge,
1985 : 400 401 )
2
Ssuai Keppres No 46 Tahun 1983, tugas pokok dan fungsi Departemen Hankam
adalah sebagai bagian dari pemerintahan negara yang dipimpin oleh seorang
Menteri dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tugas pokok
Menhankam adalah menyelenggarakan sebagian tugas umum pemberintahan
dan pembangunan di bidang pengelolaan pemahaman keamanan negara.
Menhankam dijabat Jenderal Poniman.
Dalam melaksanakan tugas pokok Departemen Hankam menyelenggarakan
fungsi : merumuskan kebijakan pemerintah mengenai segala sesuatu yang
bersangkutan dengan pengelolaan pertahanan keamanan negara dan
merenanakan segala sesuatu secara teratur dan menyeluruh. Juga
menyelenggarakan pembinaan kemampuan pertahanan keamanan negara dan
upaya mendayagunakan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan
keamanan negara. Selain itu mengkoordinasikan kegiatan penyusunan dan
pelaksanaan rencana strategi dalam rangka pengelolahan pertahanan keamanan
negara, serta menyelenggarakan poengawasan atas
pengelolaan sumberdaya nasional untuk kepentingan pertahanan keamanam
negara. Sedangkan mengenai bentuk organisasi disusun dan bentuk departemen,
terdiri dari Menteri, Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktoral
Jrnderal Perencanaan Umum dan Penganggaran, Direktur Jenderal Personel,
Tenaga Manusoia dan Veteran, Direktorat Jenderal Materiil, Falisiltas dan Jasa,
serta Badan dan Pusat.
Semua unsur departemen tersebut wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkroninasasi, baik dalam lingkungan departemen sendiri maupun
dalam hubungan antar departemen/instansi untuk kesatuan gerak yang serasi
dengan tugas pokoknya . Pengorganisasian Departemen Hankam berbeda
dengan departemen lain yaitu hanya terbatas sampai pada tingkat pusat, tidak
mempunyai perwakilan pada tingkat daerah.
Selain Keppres RI No 46 Tahun 1983 tentang Pokok-Pokok dan Susunan
Organisasi Departemen Hankam, pemerintah juga mengeluarkan Keprres TI No
60 Tahun 1983 yang mengatur dan menyusun Organisasi ABRI. Tujuan
dikeluarkannya Deppres ini adalah agar ABRI dapat menjalankan tugasnya
secara berhasilguna dan berdaya guna, Di samping itu juga untuk mempertegas
fungsi ABRI di bidang pertahanan keamanan dengan cirri angkatan bersenjata
9
yang keil dalam jumlah, tetapi tinggi dalam kualitas, sehingga mudah
dikembangkan dan mampu mengikuti perkembangan sistem senjata moderm.
Dalam Keppres tersebut disebutkan bahwa Angkatan Bersenjata Republkik
Indonesia dipimpin oleh Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) yang
bertanggung jawab langsung kepada Presidem. Tugas pokoknya adalah
melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas pembinaan dan penggunaan ABRI
serta melakukan pembinaan dan penggunaan setiap komponen kekuatan
pertahanan keamanan negara sesuai dengan peraturan-peraturan perundangundangan yang berlaku dan sesuai dengan kebijakan pemerintah Selain itu,
Pangab bersama Kepala-kepala Staf Angkatan dan Kepala Kepolisian Negara
RI membantu Menteri Pertahanan Keamanan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab di bidang administrasi pembinaan kemampuan pertahanan
keamanan negara. Disebutkan pula bahwa Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia terdiri dari (1) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat beserta
cadangannya; (2) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Lkaut beseta
cadangannya; (3) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara beserta
cadangannya dan (4) Kepolisian Negara.
Keppres itu menyusun organisasi Angkatan Bersenjata Indonesia menjadi 3
(tiga) tingkat. Tingkat Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(Mabes ABRI terdiri atas : Eselon Pimpinan yang dipimpin oleh Panglima
ABRI (Pangab). Pembantu Pimpinan terdiri dari Kepala Staf Umum (Kasum),
Kepala Staf Sosial
Politik (Kasosspol), dan Inspektorat Jenderal dan
Perbendaharaan (Irjen) Pangab dijabat Jenderal TNI Benny Moerdani, Kasum
ABRI Letnan Jenderal TNI Himawan Sutanti, dan Irjen Marsekal Madya TNI
Iskandar. Tingkat ini dilengkapi dengan Eselon Staf dan Eselon Pelayanan.
( Pusat Sejarah dan Trradisi TNI. Jilid IC., 2000 : 25 28 )
Reorganisasi ABRI 1962 mengagendakan masalah doktrin dan wawasan
Angakatan yang merupakan salah satu sumber timbulnya persaingan antara
Angkatan. Adanya perbedaan wawasan antara satu Angkatan dengan Angkatan
lainnya sangat membahayakan keutuhan ABRI dan kesatuan bangsa. Kondisi itu
disadari oleh pimpinan ABRI, bahwa integrasi ABRI selain wujud organisasi
juga dalam sikap, pandangan dan tindakan. Hal-hal itulah yang menjadi
pertimbangan bagi Sidang Umum MPRS tahun 1966 untuk membicarakan
10
lahirlah Doktrin Hankamnas dan Perjuangan ABRI Catur Dharma Eka Karma
(Cadek). Dengan dirumuskannya Cadek, maka perbedaan-per4bedaan yang
tajam antara doktrin-doktrin Angkatan berhasil dihilangkan. Cadek secara
umum dapat diartikan bahan tugas pokok ABRI bersifat empat matra, tetapi
pada hakekatnya merupakan tugas tunggal untuk kepentingan rakyat, bangsa
dan negara serta perjuangan bangsa Indonesia.
Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI Catur Dharma Eka Karma,
terdiri atas Mukadimah. Landasan Idiil, Azas-azas Pedoiman Pelaksanaan, dan
Penutup. Dalam Mukadimah ditegaskan bahwa perjuangan rakyat dan negara
bertujuan mewujudkan aspirasi bangsa berdasarkan Pancasila. Sebagai penegak
dan penyelamat Pancasila, ABRI selalu mengabdi kepada revolusi dan amanat
penderitaan rakyat, hidup dan berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan
rakyat. Dalam perjuangan tersbut, bersama dengan kekuatan sosial lainnya,
ABRI turut serta menentukan haluan dan politik negara. Pada bagian akhir
Mukadimah dinyatakan bahwa untuk mempercepat tercapainya tujuan revolusi,
ABRI merasa perlu menyusun sebuah doktrin berwawasan Nusantara Bahari.
Rumusan yang terdapat dalam Landasan Idiil pada garis besarnya berbeda
dengan yang dihasilkan ole Pra Seminar Hankam. Rumusan dibagi atas
Pembukaan, Revolusi Indonesia, dan Strattegi Nasional. Dalam pEmbukaan
dirumuskan perjuangan bangsa, Pancasila dan perjuangan ABRI. Tentang
perjuangan bangsa disebutkan bahwa kemerdekaan yang tercapai adalah hasil
perjuangan dengan penegerahan tenaga rakyat yang memiliki tradisi
keprajuritan. Sejak tahun 1945, perjuangan dilandasi oleg falsafah Pancasila dan
UUD 1945, Pancasila dan UUD 1945 yang murni menjadi landasan idiil dan
landasan perjuangan ABRI.
Sebagai alat kekuasan negara, ABRI bertugas menyelamatkan revolusi dan
tujuan revolusi, menyusun sistem Hamkamrata dan mempertinggi ketahanan
nasional. Kepemimpin ABRI dalam melaksanakan pembinaan di bidang
militerdan di bidang kekaryaan didasari oleh Pancasila. Asas-asas
kepemimpinan itu adalah taqwa, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tuteuri handayani, waspada, purbawisesa dan legawa. Kemurnian
Pancasila dan UUD 1945 dijadikan sendidan jiwa oembuinaan mental ABRI.
Dengan demikian, ABRI berketatapan untuk mengkonkretkan dan
12
13
Berpedoman pada strategi kekaryaan ABRI, maka pola dasar kekaryaan ABRI
ialah keikutsertaan karyawan ABRI membina bidang-bidang non-Hankam. Di
bidang ideologi dan politik mereka membina dan meningkatkan kesadaran
ideologi dan politik, kesatuan dan persatuan nasional, menciptakan iklim yang
baik dan harmonis antara pemerintah dan rakyat, menegakkan dan
mengamankan kewibawaan pemerintah, mensukseskan program pemerintah di
bidang politik dan mengembangkan kerjasama dengan luar negeri berdasarkan
politik bebas-aktif. Di bidang ekonomi dan keuangan karyawan ABRI juga ikut
serta membina dan meningkatkan kesadaran dan ketahanan ekonomi,
mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi, meningkatkan dan
mengamankan ekonomi nasional, meningkatkan penelitian dan pengembangan
ekonomi, menyehatkan keuangan negara dan mengembangkan kerjasama
dengan dunia internasional. Di bidang rohani dan sosial budaya, meningkatkan
kehidupan beragama, sistem pendidikan nasional dan kesejahteraan rakyat,
mengembangkan budaya nasional dan memberantas inflitrasi budaya asing
yang bertentangan dengan Pancasila, sereta meningkatkan kerjasama antar
bangsa. Selain itu, kekaryaan ABRI dalam bidang media massa adalah membina
kebebasan mimbar dan kebebasan pers serta membina dan meningkat olah raga.
Agar tugas-tugas kekaryaan itu mencapai hasil diperlukan pola dasar pembinaan
kekaryaan karyawan ABRI secara integral. Pembinaan dilakukan secara
terpusat, sedangkan penempatan dan pengerahan karyawan ABRI didasarkan
atas keahlian dan kecakapan di bidang masing-masing. Penggunaan potensi
ABRI sebagai kekuatan sosial mengandung arti perlunya pemahaman yang
mendalam terhadap Pancasila. UUD 1945 sebagai haluan negara, peningkatan
pendidikan dan keadilan, penempatan karyawan secara tepat, adanya rencana
dan program yang disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
( Pusat Sejarah dan Tradisi TNI.Jolod IV, 2000 : 35 36 )
Di samping ada doktrin kekaryaan, ada juga doktrin Pembinaan Kekaryaan
ABRI. Tugas pokok Pembinaan Kekaryaan ABRI adalah membangun,
memelihara, mengerahkan serta meningkatkan aktivitas dan kreatifitas
karyawan ABRI sebagai insane ipoleksos di luar bidang Hankam. Tujuan
pembinaan ialah menggalang kekuatan ketahanan di bidang ipoleksos serta
menggalang pontensi dan sumber-sumber kekuatan nasional. Sasaran
pembinaan meliuputi bidang ideologi dan politik, bidang ekonomi, keuangan,
14
serta bidang rohani dan sosial budaya yang difokuskan pada pengembangan dan
pemanfatan unsur-unsur yang terdapat dalam bidang-bidang tersebut.
Pembinaan faktor manusia dalam pembinaan kekaryaan ABRI meliput
pengarahan, pengerahan dan pemanfayan potensi ABRI dam penggunaan tenaga
menurut keahlian masing-masing. Pembinaan logistik meliputi pengerahan
peralatan ABRI untuk pembangunan ekonomi nasional, sedangkan pembinaan
organisasi meliputi pengendalian oleh Menteri Utama Bidang Hankam untuk
tugas yang bersifat penyajian kekuatan dan oleh Menteri/Panglima Angkatan
untuk tugas yang bersifat pembinaan kemampuan.
Pelaksanaan pembinaan kekaryaan ABRI di bidang ideologi dan politik
diarahkan kepada usaha membina dan memupuk Pancasila sebagai sarana dan
wahana kepribadian ABRI yang merupakan sumber daripada Sumpah Prajurit,
Saptamarga, dan Panca Satya serta mengamalkan Pancasila sebagai ideologi
negara dan mempertahankannya yang dilakukan dengan cara mengembangkan
asas gotong royong dan demokrasi. Dalam hubungan ini, pimpinan ABRI harus
berada di tangan tentara/prajurit/ bhayangkara yang Pancasilais.
Pembinaan ideologi dan politik menyangkut pula usaha meyakinkan ke dalam
dan ke luar bahwa melaksanakan UUD 1945 secara murni adalah jalan yang
tepat untuk mencapai tujuan revolusi. Selain itu dimaksudkan pula untuk
memperluas landasan bagi pelaksanan UUD1945 melalui integrasi
antarAngkatan dan integrasi ABRI-rakyat. Unsur lain yang termasuk pembinaan
ideologi ialah pembinaan politik dalam negeri dan politik luar negeri. Politik
dalam negeri menyangkut masalah golongan-golongan dan kekuatan sosial
dalam masyarakat, masalah pemilihan umum, dan masalah pemerintahan.
Pembinaan kekuatan sosial dilaksanakan dengan cara menertibkan golongan
dan kekuatan tersebut sehingga kaum Pancasilais tertampung di dalamnya serta
mencegah dan menghancurkan golongan politik yang berideologi anti
Pancasila.
Kekaryaan ABRI di bidang ekonomi dilakukan dengan cara turut serta menggali
dan menmanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia serta
mengembangkan prinsip berdiri di atas kaki sendiri. Dalam hubungan ini,
Kekaryaan ABRI diarahkan kepada usaha menunjang dan mengembangkan
15
kebutuhan masyarakat, antara lain dengan cara berperan aktif di lembagalembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif agar melalui lembaga-lembaga
tersebut dapat membina kehidupan ekonomi nasional.
Pelaksanaan pembinaan kekaryaan ABRI di bidang budaya antara lain menolak
budaya asing yang bertentangan kepribadian Indonesia dan mengarahkan
perkembangan budaya untuk memperkuat kepribadian nasional. Usaha lain
ialah rehabilitasi dan stabilisasi bidang pendidikan, pengajaran dan budaya serta
mengembangkan panca daya (cita, cipta, rasa, karsa, karya) dalam pendidikan
individu dan membina kebnebasan mimbar dan pers yang tidak menyimpang
dari UUD 1945 dan Pancasila.
Dengan doktrin tersebut diharapkan pemantapan integrasi keempat Angkatan
dalam melaksanakan darma baktinya. Doktri Catur Dharma Eka Karma
merupakan hasil usaha perpaduan dan integrasi konsepsi dan doktrin keempat
Angkatan, Lemhanas dan Depved. Dengan demikian, ABRI dalam
mengembangkan tugas-tugasnya dapat lebih sempurna terutama dalam
mencapai tujuan nasional bangsa seperti termaktub dalam Mukadimah UUD
1945. ( Pusat Sejarah dan Tardisi TNI, Jilif IV, 2000 : 38 40 )
Untuk melaksanakan integrasi, pimpinan ABRI melaksanakan tiga macam
pendekatan, yaitu pendekatan mental/pendidikan, pendekatan doktrin dan
pendekatan organisasi. Pendekatan pendidikan sebagai salah satu integrasi
ABRI secara fisikj, mulai dari tidak pembentukan perwira, sebagai dasar untuk
membentuk kader penerus Angkatan Bersenjata baik mental maupun fisik.
Secara formal pelaksanaan integrasi di bidang pendidikan tersebut dengan
keluarnya Surat Keputusan Presiden /Panglima Tertinggi No 155 dan 185
Tahunb 1065. Pelaksanaan Surat Keputusan ini inilah oleh Staf Angkatan
Bersenjata (SAB). Panitia berhasil merumuskan tujuan pokok, landasan idiiil,
landasan strktural, dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta saran-saran
tindakan dalam pembentukan Akabri.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan Akabri tersebut
antara lain (1) Tingkatan apresiasi pokiran dan perasaan integrasi Angkatan
Bersenjata di dalam kalangan Angkatan Darat, Laut, Udara dan Kepolisian
16
sendiri serta hasil wujud format fisik yang telah dicapai dewasa ini serta di masa
yang akan datang; (2) Setiap Akademi Angkatan merupakan sumber utama
perwira-perwira jabatan yang mempunyai sistem dan metode pendidikan
sendiri-sendiri; (3) Keempat Angkatan mempunyai doktrin yang berbeda ; dan
(4) Letak Akademi Angkatan yang terpisah satu sama lain dengan fasilitas dan
keadan yang berbeda.
Pemusatan Akademi Angkatan pada satu kompleks akan tercipta suasana akrab
dan iklim saling mengerti. Dengan pertimbangan tersebut, panitian
menyarankan tindakan realisasi pengintegrasian dilakukan secara bertahap,
yakni integhrasi formal dan integrasi total. Integrasi formal adalah merupakan
peresmian berdirinya Akabri dan dihapusnya Akademi Militer Nasional,
Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, dan Akademi Angkatan
Kepolisian.. Status selanjutnya sebagai Akademi Bagian yakni Bagian Darat,
Bagian Laut, Bagian Udara, dan Bagian Kepolisian.
Falsafah pendidikan ABRI belandasakan Pancasila, jiwa dan semangat
Proklamasi 1945, Saptamarga dan Sumpah Prajurit serta Falsafah Perang
Bangsa Indonesia. Adapun tujuan umum pendidikan ABRI adalah membentuk
prajurit Indonesia yang memiliki sifat-sifat sebagai insane politik dan sebagai
prajurit ABRI. Sedangkan tujuan pendidikan Akabri adalah untuk memberikan
ilmu pengetahuan dan kemampuan dasat yang diperlukan oleh perwira ABRI.
Semua itu disesuaikan dalam bidangnya serta dapat ditempatkan pada tiap-tiap
Angkatan.
Sistem Pendidikan serta pola pelaksanaan Pendidikan Akabri ialah kesatuan
organic segenap gagasan, cara, usaha, dan ikhtiar. Sisrim pendidikan yang
digunakan ialah Tri Tunggal Pusat. Di bidang organisasi Akabri, dalam naskah
realisasi dijelaskan bahwa pelaksanaan dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama ialah penyatuan Akademi Angkatan menjadi Akademi Angkanan
Bersenjata Republik Indonesia yang tediri dari Akabri Bagian Umum, Akabri
Bagian Darat, Akabri Bagian Laut, Akabri Bagian Udara, dan Akabri Bagian
Kepolisian
Tahap kedua dibentuk setelah persiapan untuk pelepasan masing-masing
Akademi Angkatan guna dilebur ke dalam satu organisasi dianggap cukup
17
19