Sejarah bersifat diakronik berarti memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang, sejarah
akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu
B. Sejarah akan diceritakan secara kronologis waktunya. Sejarah bersifat diakronik
digunakan untuk menceritakan kronologis suatu peristiwa di satu tempat. Hal ini berbeda
dengan sejarah bersifat sinkronis yang menekankan suatu kejadian pada saat tertentu.
Untuk mempermudah dalam pemahaman, berikut adalah beberapa contoh sejarah bersifat
diakronik. Langsung saja kita simak yang pertama:
Terjadi perang antara kaum padri dan kaum adat, namun terjadi perjanjian perdamaian pada
tanggal 15 juli 1825 di Padang yang mengharuskan tentara Belanda ditarik ke Jawa.
Pada tahun 1834 belanda mengerahkan pasukan untuk menggempur pusat pertahanan kaum
padri di bonjol.
Pada tanggal 25 oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol tertangkap dan diasingkan ke Minahasa
hingga wafatnya.
1
dan militer di Yogyakarta.
Pada tanggal 20 juli 1825 perang Tegalrejo dikepung oleh serdadu Belanda.
Diponegoro dan pengikutnya menyusun strategi gerilya.
Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel pada tahun 1827.
Tahun 1829 Kiai Maja ditangkap.
Pangeran Diponegoro tertangkap di Magelang pada 25 maret 1930.