1. Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu datangan ke Semarang untuk mengurus
tawanan perang.
2. Tentara Sekutu datang ke Indonesia diboncengi oleh NICA.
3. Sekutu memembebaskan Interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Awal kedatangan pihak Sekutu ke Indonesia membuat seluruh rakyat gelisah. Rakyat takut
pihak Sekutu akan memperpanjang rentetan sejarah per-penjajahan di Indonesia ini.
Namun, pihak Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut untuk sementara menenangkan hati rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia terkejut setelah tahu ternyata Sekutu datang tidak sendiri melainkan
diboncengi oleh NICA milik Belanda. Awal mula insiden bersenjata terjadi ketika Sekutu
datang ke Magelang.
Insiden tersebut meluas menjadi pertempuran setelah pasukan Sekutu membebaskan para
interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Insiden ini berakhir ketika Presiden Soekarno turun tangan untuk mengintruksikan kepada
seluruh yang terlibat untuk melakukan gencatan senjata. Insiden pun dapat diredam dan pihak
sekutupun meninggalkan Magelang.
Namun, Rakyat Indonesia tidak diam saja melalui para pemuda dan pemimpin TKR, Mayor
Sumarto menentang dan mengusir tentara Sekutu.
Namun dengan adanya batalion Istimewa yang dipimpin oleh Onie Sastroatmodjo dan M.
Sarbini, pemimpin dari resimen kedua, batalyon dari Yogyakarta pun turut ambil bagian
dalam penghalauan ini. Berkat kerja keras para pejuang, tentara Sekutu dapat ditahan.
Dalam pertempuran di desa Jambu pada tanggal 26 November 1945 itu, rakyat Indonesia
berduka atas gugurnya Letkol Isdiman (Komandan Resimen Banyumas) .
Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di Purwokerto) segera mengambil alih pimpinan.
Setelah mengadakan konsolidasi dengan para Komandan Sektor, Kolonel Soedirman
memimpin pertempuran melawan Sekutu pada tanggal 12 Desember 1945.
Berkat pejuang Indonesia yang gigih, dalam waktu satu setengah jam TKR sudah mengepung
kota Ambarawa. Empat hari kemudian tentara Sekutu mundur ke Semarang.
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai
para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di
Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu.
Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke
Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan
senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan
itu berisi antara lain:
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.
Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam
Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan itu bertujuan
untuk memukul mundur pasukan Sekutu yang bertahan di desa Pingit. Pasukan yang
dipimpin oleh Imam Androngi herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan
terhadap desa-desa sekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya.
Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga hatalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion
10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan
batalion Sugeng.
Akhirnya musuh terkepung, walaupun demikian, pasukan musuh mencoba untuk menerobos
kepungan itu. Caranya adalah dengan melakukan gerakan melambung dan mengancam
kedudukan pasukan TKR dengan menggunakan tank-tank dari arah belakang. Untuk
mencegah jatuhnya korban, pasukan TKR mundur ke Bedono. Dengan bantuan Resimen Dua
yang dipimpin oleh M. Sarbini, Batalion Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Onie
Sastroatmojo, dan batalion dari Yogyakarta mengakibatkan gerakan musuh berhasil ditahan di
desa Jambu. Di desa Jambu, para komandan pasukan mengadakan rapat koordinasi yang
dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar.
Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran,
bertempat di Magelang. Sejak saat itu, Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor utara,
sektor timur, sektor selatan, dan sektor barat. Kekuatan pasukan tempur disiagakan secara
bergantian. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan dari Purwokerto Letnan
Kolonel Isdiman gugur maka sejak saat itu Kolonel Sudirman Panglima Divisi V di
Purwokerto mengambil alih pimpinan pasukan. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan
TKR.
Akhir dari Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan
TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR
berhasil mengepung pasukan musuh yang ada di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat
diperkirakan di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota
Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya
terjepit berusaha keras untuk mundur dari medan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember
1945, musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Sejarah pertempuran Ambarawa Magelang merupakan salah satu bagian dari revolusi sosial
yang berlatar waktu setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan
pengakuan Belanda akan kemerdekaan Indonesia di akhir tahun 1949. Sebenarnya, gerakan
revolusi sosial ini sendiri adalah bagian dari gerakan kemerdekaan Indonesia yang dimulai
sejak Mei 1908. Perjuangan pada era revolusi sosial ini terjadi selama 4 tahun dan melibatkan
konflik bersenjata yang sporadis namun luar biasa berdarah, pergolakan politik dan komunal,
serta dua intervensi major diplomatis dari diplomat internasional. Meskipun pada saat itu
Belanda mampu mengontrol kota pada hati pihak-pihak republik yang berada di Jawa dan
Sumatra, namun mereka tidak bisa mengontrol wilayah pedesaan.
Sejarah Awal Pertempuran Ambarawa di Magelang
Pertempuran Ambarawa Magelang tidak akan terjadi jika sebelumnya tidak ada gerakan-
gerakan nasionalis yang memaksa terpisahnya Indonesia dari cengkraman pemerintahan
belanda di tahun-tahun awal abad ke-20. Revolusi dan perang tadi juga tidak lepas dari
pengaruh Jepang yang mampu mengusir para penjajah Belanda dari Indonesia dalam waktu
beberapa bulan, meskipun secara tidak langsung, ini semua berkat Jerman yang telah berhasil
mendesak Belanda untuk mengeluarkan seluruh kemampuan perangnya saat Jerman mulai
memasuki teritorinya.
Petinggi-petinggi Jepang yang ada di Indonesia pada saat itu mulai menyebarkan sentimen-
sentimen nasional. Meskipun awalnya ini semua hanya taktik politik yang dilakukan Jepang
untuk mengambil hati masyarakat Indonesia, sokongan ini ternyata mulai membentuk badan-
badan baru yang membantu kemerdekaan Indonesia nantinya, juga dengan mengangkat
pemimpin-pemimpin yang menjanjikan seperti Soekarno. Selain itu, Jepang juga ingin
membuktikan kebohongan bahwa mereka memihak Indonesia dengan menghancurkan dan
mengganti sistem ekonomi, adminsitrasi, dan infrastruktur politik yang dibangun oleh
Belanda dengan milik mereka sendiri.
Pada 6 Agustus 1945, Jepang menerima kabar bahwa salah satu kota besar mereka yang
bernama Hiroshima menjadi target pemboman nuklir oleh orang-orang Amerika Serikat. Hal
ini membuat moral para pasukan Jepang turun, dan belum sempat mereka membangun
percaya diri mereka, pada tanggal 9 Agustus muncul sebuah berita tentang dibomnya
Nagasaki dengan bom yang sangat berat bernama Fat Man untuk Nagaski dan Little Boy
untuk Hiroshima. Esoknya, pada tanggal 15 Agustus, tepat beberapa hari setelah pengeboman
Nagasaki dan deklarasi perang oleh Soviet, Jepang akhirnya mengaku kalah pada sekutu.
Kekalahan Jepang pada masa-masa akhir Perang Dunia II ini membuat Belanda yang selalu
siaga mengawasi Indonesia memiliki pemikiran untuk kembali menduduki Indonesia dan
mengucapkan pada Jepang untuk menjaga aturan dan hukum di sana tanpa tahu bahwa
pilihan mereka akan mencatatkan sejarah pertempuran Ambarawa Magelang.
Setelah sebelumnya Jepang membuat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) untuk persiapan kemerdekaan, mereka ditekan oleh pemuda radikal
bahwa mereka ingin Soekarno menyatakan deklarasi jauh lebih cepat, yaitu pada tanggal 17
Agustus 1945. Hal ini bertepatan dengan dua hari menyerahnya kerajaan Jepang pada sekutu,
dan setelah debat panjang akhirnya mereka setuju. Di hari yang sama juga, KNIP mengangkat
Soekarno menjadi presiden dan Hatta sebagai wakilnya.
Meskipun sebelumnya Belanda sudah menargetkan untuk kembali menduduki Indonesia, hal
itu digagalkan dengan berkurang drastisnya kekuatan tempur mereka, dan baru pada tahun
1946 mereka cukup kuat. Selama masa penyembuhan kekuatan tempur ini, Jepang dipercaya
oleh Belanda sepagai pengawas Indonesia dan karena tentara Amerika terlalu sibuk dengan
pulau di Jepang, Nusantara diserahkan kepada laksamana Inggris, Louse Mountbatten. Ketika
pihak Inggris diberikan perintah untuk mengembalikan kedamaian dan pemerintahan sipil di
Jawa, pasukan Belanda melihat kesempatan ini sebagai administrasi koloni dan bisa terus
mengeruk kekayaan Nusantara tanpa harus memberikan apapun.
Bibit-bibit kerusuhan sudah mulai diinisiasikan pada bulan Oktober 1945, yang meskipun
perjanjiannya adalah pihak Jepang harus pulang, mereka abaikan dan mereka merasa mereka
masih pantas untuk memegang kondisi Indonesia yang awalnya ingin mereka jadikan negara
boneka ini. Di Pekalongan, Jawa Tengah, polisi militer Jepang berhasil membunuh salah satu
anggota barisan pemuda pada tanggal 3 Oktober. Di Bandung, hal yang sama juga tejadi
antara tentara Jepang melawan barisan pemuda. Kemenangan dan keberhasilan pendudukan
Jepang di Bandung tidak berarti apa-apa, karena setelahnya mereka memberikan hak akan
kota tersebut ke Inggris. Perang paling mematikan melawan Jepang baru dimulai di
Semarang pada tanggal 14 Oktober. Pada saat itu, tentara republik Indonesia dipaksa mundur
dan sebagai gantinya mereka membunuh 130 hingga 300 tentara Jepang yang menjadi
tawanan mereka. Kejadian ini menewaskan 500 tentara Jepang dan 2000 tentara Indonesia.
Hampir saja Jepang menguasai kota itu, namun kemudian tentara Inggris datang dan
memulangkan tentara dan masyarakat sipil Jepang ke negara mereka sendiri.
Perang Ambarawa dimulai ketika NICA telah tiba di Ambarawa dan bersiap-siap untuk
membebaskan tawanan belanda, dimana kemudian tawanan-tawanan tadi malah diberikan
persenjataan dan membuat warga Indonesia muak luar biasa. Awal perang terjadi di
Magelang dimana tentara sekutu berusaha keras untuk mencabuti persenjataan tentara
keamanan rakyat dan menyulut kekacauan.
Sejarah pertempuran Ambarawa Magelang sendiri baru dimulai ketika tanggal jatuh tepat
pada 11 Desember 1945. Pada saat itu, kolonel Soedirman mengadakan rapat yang diikuti
oleh para komandan sektor TKR. Penyerangan pertama terjadi pada 12 Desember pukul 4.30
pagi dan serangan pembukaan dimulai dari tembakan mitraliur, dan berlanjut oleh penembak-
penembak karaben. Hanya butuh waktu satu setengah jam bagi pasukan TKR untuk
menundukkan pasukan bersenjata pemerintah Belanda. Peperangan akhirnya selesai pada
tanggal 15 Desember 1945, perang ini berakhir dengan kemenangan Indonesia berkat taktik
supit urang (rangkap dari kedua sisi) sehingga musuh kehabisan suplai.
ejarah Perang Ambarawa Pesta P Manurung/SI V/B A. Latar Belakang Pemboman Nagasaki
dan Hirosima oleh sekutu secara tidak langsung membawa dampak yang sangat besar
terhadap negara Indonesia. Melalui pemboman tersebut membuat negara Indonesia
mengalami kekosongan kekuasaan, dan menjadi momentum yang baik bagi Indonesia.
Momentum tersebut digunakan secapat mungkin dan membuat momentum tersebut menjadi
sesuatu yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada saat kekosongan kekuasaan
tersebutlah masayarakat Indonesia berserta pejuang-pejuang negara memproklamirkan
kemerdekaan negara ini. Kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus
tahun 1945 yang diproklamirkan dijalan pegangsaan timur no 56 di Jakarta Selatan
meresmikan negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang pada saat itu proklamasi
dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dan mulai saat itulah negara Indonesia menjadi
negara merdeka dan lepas dari penjajah. Namun pada saat itu ibarat sebuah rumah tangga
yang baru nikah, Indonesia membangun disemua lini, mulai dari pertahanan, pendidikan dan
kesehatan. Dan pada saat itu negara Indonesia belum kuat karena masih baru membangun dan
menyusun system pemerintahan. Dan negara belanda yang dulunya pernah menjajah
Indonesia berniat untuk menduduki Indonesia lagi. Mereka melakukan beberapa taktik yang
jauh sebelumnya juga dilakukan oleh Belanda taktik tersebut adalah membuat janji yang enak
didenganr. Namun belanda yang hobby ingkar janji melakukan hal yang sama juga pada saat
palagan ambarawa ini. Bagaimana tujuan awal mereka yang hanya untuk membebaskan
orang belanda yang menjadi tawanan Jepang. Namun pada kenyataannya mereka melanggar
perjanjian karena justru mereka mempersenjatai tawanan tersebut. B. ISI Palagan ambarawa
adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap sekutu yang tejadi di ambarawa, sebelah
selatan semarang, jawa tengah. Pertempuran ambarawa ini berlangsung selama empat hari
mulai tanggal 12-15 desember 1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu
kemenangan dalam melawan musuh, pertempuran ini diawali kedatangan tentara sekutu di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang.
Pihak sekutu berjanji tidak akan menggangu kedaulatan RI. Pihak Indonesia
memperkenankan mereka masuk ke wilayah RI untuk mengurus masalah tawanan perang
bangsa belanda yang berada di penjara Magelang dan Ambarawa. Setelah mendapat
persetujuan dari Gubernur Jawa tengah Mr. Wongsosonegoro untuk melaksanakan misinya
dengan catatan tidak mengganggu kedaulatan RI, maka tentara sekutu kemudian bergerak
masuk ke Magelang dan Ambarawa. [1] Namun ternyata sekutu di boncengi oleh NICA yang
mempersenjatai bekas tawanan itu. Kejadian itu meluas menjadi pertempuran setelah pasukan
sekutu membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam
melaksanakan misinya ternyata tentara Sekutu melampaui batas kewenangannya sehingga
mengganggu kedaulatan Negara Republik Indonesia. Mereka membebaskan dan
mempersenjatai para bekas tawanan perang Belanda dan bertindak sewenang wenang
terhadap rakyat, sehingga menimbulkan amarah rakyat Indonesia. Insiden bersenjatapun
timbul di kota Magelang hingga menjadi pertempuran. Pada tanggal 26 Oktober 1945, terjadi
insiden di kota Magelang yang berkembang menjadi pertempuran pasukan TKR dengan
pasukan gabungan sekutu Inggris dan NICA. Insiden itu berhenti setelah presiden Soekarno
dan brigadier Jenderal bethel datang ke Magelang tanggal 2 November 1945. Mereka
mengadakan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan dalam 12
pasal , naskah persetujuan itu diantaranya berisikan: 1. Pihak sekutu akan tetap menempatkan
pasukannya di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi APWI ( Allied prisioners
war and interneers atau tawanan perang dan interniran sekutu). 2. Jalan Ambarawa Magelang
terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia-Sekutu. 3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas
NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya. Pihak sekutu ternyata mengingkari
janjinya. Pada tanggal 20 November, di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR
dibawah pimpinan Mayor Sumarto dan tentara sekutu. Pada tanggal 21 November, pasukan
sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa. Namun tanggal 22 November 1945,
pertempuran berkobar di dalam kota, dan pasukan sekutu melakukan pengeboman terhadap
kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa. [2] Pasukan TKR bersama-sama
dengan pasukan pemuda dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan Belanda,
sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta Api dan membelah kota Ambarawa.
Sementara itu dari arah Magelang, pasukan TKR dan divisi V/ Purwokerto dibawah pimpinan
Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945, dan berhasil
menduduki desa pingit dan desa-desa sekitarnya yang sebelumnya diduduki oleh Sekutu.
Batalyon Imam Androngi meneruskan gerak pengajarannya disusul tiga batalyon dari
Yogyakarta, yaitu Batalyon 10 divisi III dibawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalyon 8
dibawah pimpinan sardjono dan batalyon sugeng. Akhirnya musuh terkepung. Walaupun
demikian, pasukan musuh mencoba mematahkan pengepungan dengan mengancam
kedudukan pasukan dari belakang dengan tank-tanknya. Untuk menghindari jatuhnya korban,
pasukan mundur ke Bendano. Dengan bantuan resimen yang kedua yang dipimpin oleh M
Sarbibi daari Yogyakarta, gerakan musug berhasil ditahan di desa Jambu. [3] Para komandan
pasukan kemudian mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh colonel Holland
Iskandar. Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut markas pimpinan
pertempuran dan bertempat di Magelang. Sejak itu, Ambarawa dibagi menjadi empat sector,
yaitu sector selatan, sector utara, sector barat, dan sector timur. Pada tanggal 26 November
1945, pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto, yaitu Letnan Kolonel Isdimin, gugur dan
digantikan oleh kolonel Soedirman. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR.
Pasukan Inggris terusir dari Banyubiru pada tanggal 5 Desember 1945, yang merupakan garis
pertahanan terdepan. Pada tanggal 11 Desember 1945, kolonel Soedirman mengambil
prakarsa untuk mengumpulkan masing-masing komandan sector. Dan colonel soedirman
memberikan intruksi sebagai berikut: "Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak
Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan
Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita
kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita,
atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan
suatu siasat, yaitu pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit
Urang.Komandan penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari
badan perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30.
Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ". Taktik Mangkara Yudha atau
Supit Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit,
kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.
Akhirnya, colonel Soedirman mengambil suatu kesimpulan bahwa pasukan musuh telah
terjepit. Dan untuk itu, perlu dilaksanakan serangan terakhir. Serangan direncanakan pada
tanggal 12 Desember 1945 pukul 04:30, yang dipimpin oleh masing-masing komandan yang
akan melakukan serangan secara mendadak dari semua sector. Adapun keberadaan badan-
badan perjuangan dapat menjadi tenaga cadangan. Prajurit-prajurit kita yang gagah perkasa
terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu
menerkam musuh, menggagahi tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru
senjata musuh dengan tekad bulat "Rawe-rawe rantas malang malang putung
"membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa. [4] Pasukan-pasukan yang
mendapat perintah menguasai jalan besar Ambarawa Semarang telah berhasil melaksanakan
tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian dipertahankan agar pengepungan atas musuh
dalam kota Ambarawa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan- pasukan itupun
kemudian memasang barikade-barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan
datang dari arah Ambarawa - Semarang. Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan-
pasukan kita sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa.
Bagi Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa-
Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-
pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan
dengan pendobrakan tersebut, diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri
sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung-
ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang. Empat hari empat malam serangan
yang heroik itu berlangsung, menggempita di seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan
gema ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat
bertempur pasukan-pasukan kita terus bertambah berkat keberhasilan-keberhasilan yang telah
dicapai, sebaliknya moril musuh semakin menipis, Persediaan amunisi mereka semakin
menipis, bantuan yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat
darat maupun udara terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.
Setelah beberapa waktu lamanya mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka
sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian mengadakan
persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang. Pada tanggal 15
Desember 1945 dengan tergopoh-gopoh tentara sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa
sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka dilabrak terus dan diusir oleh
pasukan pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa. Peristiwa palagan Ambarawa
merupakan peristiwa penting karena merupakan peristiwa pertempuran yang pertama kali
dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Peristiwa tersebut menjadi momentum
bersejarah dalam pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat. Kemenangan yang
gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut, selanjutnya setiap tanggal 15 Desember
diperingati sebagai Hari Infanteri dan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun
1999 diabadikan menjadi " Hari Juang Kartika ". Notes: [1] Sudirman, Adi. 2014. Sejarah
Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press. Hal 344 [2]
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html [3] Sudirman, Adi. 2014.
Sejarah Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press. Hal 345 [4]
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html C. DAFTAR PUSTAKA
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press. Pusat Sejarah dan
Tradisi ABRI.1998.Pertempuran Surabaya.Jakarta:Balai Pustaka
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html
BAB III
PENUTUP
Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945
pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu
dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan
dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi
TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri.
Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh
paling populer dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Ia adalah panglima TNI yang
pertama, tokoh agama, pendidik, tokoh
Muhammadiyah sekaligus pelopor perang
gerilya di Indonesia. Jenderal Soedirman juga
salah satu jenderal bintang lima di Indonesia
selain Jenderal AH Nasution, dan Jenderal
Soeharto. Beliau lahir di Bodas Karangjati,
Purbalingga, Jawa Tengah, tanggal 24 Januari
1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah,
29 Januari 1950 pada umur 34 tahun karena
penyakit tuberkulosis dan dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki,
Yogyakarta.
Jendral Soedirman tetap terjun ke medan perang saat terjadi agresi militer
Belanda II di Ibukota Yogyakarta. Saat itu Ibukota RI dipindahkan ke Yogya
karena Jakarta sudah dikuasai Belanda.Soedirman memimpin pasukannya untuk
membela Yogyakarta dari serangan Belanda tanggal 19 Desember 1948
tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Kondisi kesehatan Jenderal Soedirman
sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang
dideritanya sejak lama. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun
sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949.
Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota
kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut,
Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali
melakukan perang gerilya.
Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari
gunung ke gunung dalam keadaan sakit hampir tanpa pengobatan dan perawatan
medis. Soedirman pulang dari gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya
yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara
langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar
dalam kampanye gerilya melawan Belanda. Setelah Belanda menyerahkan
kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi
Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta
bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tangal
29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa
Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan
sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar
sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya
dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang.
Pertempuran Ambarawa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pahlawan peperanagn yang berjuang mati-matian telah menjadikan negara ini merdeka,
walaupun terkadang kita selalu mengecewakan perjuangan mereka. Banyak sekali perjuang
mereka. Banyak pula peperangan yang telah mereka alami, meski terasa menderita tetapi rela
berkorban untuk negara kita. Salah satu perjuangannya adalah dalam pertempuaran
Ambarawa.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, menyebabkan vacuum of
Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda (Indonesia). Kekosongan kekuasaan
tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak lagi mempunyai hak untuk melakukan
penjajahan di atas bumi Indonesia. Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh
suatu bangsa yang menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari
penjajahan.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
C. Akhir pertempuran
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan
pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah
pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik
maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus
pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan
gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang
tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan
Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen
Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari
Infanteri.
Pertempuran di Ambarawa, merupakan pertempuran yang cukup penting. Sebab pertempuran
Ambarawa merupakan salah satu dari rangkaian peristiwa mempertahankan kemerdekaan
pada masa revolusi[6]. Sebab, bagi Indonesia revolusi Indonesia bertujuan untuk melengkapi
dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat
dasawarsa sebelumnya. Namun di lain pihak, bagi Belanda masa revolusi sebagai suatu
zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau untuk melakukan penjajahan yang
menurut mereka sudah dilakukan selama 300 tahun. Pada masa ini pulalah, hak Indonesia
akan kemerdekaan dan kedaulatan atas nama revolusi mendapatkan banyak dukungan dari
rakyat Indonesia.
Demikian pentingnya arti pertempuran Ambarawa bagi bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga meskipun pertempuran itu berlangsung
singkat (12 Desember 1945 15 Desember 1945) tetapi memberikan kemenangan yang
gilang-gemilang bagi Indonesia. Dipimpin oleh Kolonel Sudirman, para pejuang berhasil
memukul Sekutu yang terdesak ke mundur Semarang.
Disamping itu, pertempuran di Ambarawa berhasil mempengaruhi dan melemahkan kekuatan
Belanda, sehingga Belanda kesulitan dalam melakukan pertempuran di wilayah lainnya.
Berakhirnya pertempuran pada tanggal 15 Desember 1945 dengan kemenangan di pihak
Indonesia tersebut kini diperingati sebagai Hari Infanteri/hari jadi TNI Angkatan Darat atau
Hari Juang Kartika. Peristiwa tersebut diabadikan dalam sebuah karya monumental, yaitu
Monumen Palagan Ambarawa yang dibangun pada tanggal 15 Desember 1974.
Dalam pertempuran Ambarawa, memunculkan tokoh yang paling berjasa dalam upaya
mengusir Sekutu dari bumi Ambarawa yang kelak menjadi Jenderal Panglima Besar Republik
Indonesia, yaitu Kolonel Sudirman. Dalam pertempuran ini pulalah dikenal strategi yang
sangat jitu yang dapat dirumuskan dari hasil pemikiran dan kerja keras beliau bersama para
pejuang lainnya. Strategi tersebut dikenal dengan sebutan Strategi Supit Urang atau dalam
terjemahan bahasa Indonesia disebut Strategi Supit udang. Dengan kedisiplinan yang tinggi
dari para pejuang yang termasuk dalam bagian strategi Kolonel Sudirman, dan dengan
didukung perencanaan yang matang, strategi tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik
sehingga membawa kemenangan yang gilang gemilang bagi para pejuang tanah air.
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan
Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Untuk memperingati pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan Monumen Palagan
Ambarawa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, menyebabkan vacuum of
Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda (Indonesia). Kekosongan kekuasaan
tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak lagi mempunyai hak untuk melakukan
penjajahan di atas bumi Indonesia. Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh
suatu bangsa yang menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari
penjajahan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan
Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah
bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah
ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika,
dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan
ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang
kabut. Untuk memperingati pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan Monumen
Palagan Ambarawa.
B. Saran
Para pejuang dahulu telah mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa mereka untuk
kemerdekaan negara yang sedang kita hancurkan ini. Bagaimana tidak, kita menyontek itu
berarti sedang merobek-robek bendera kebangsaan kita sendiri. Kita melupakan pancasila
sebagai ideologi kita apalagi perjuangan para pahlawan masa lalu. Mengapa sekarang kita
menjadi pengecut? Setidaknya, bila kita tidak bisa berperang dengan senjata, kita masih bisa
berusaha menjadi warga negara yang baik dan taat aturan serta berbudi pekerti luhur. Dan itu
semua sudah cukup membanggakan hati para pejuang terdahulu meski mereka sudah tidak
berada di dunia lagi.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, menyebabkan
vacuum of Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda (Indonesia).
Kekosongan kekuasaan tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak
lagi mempunyai hak untuk melakukan penjajahan di atas bumi Indonesia.
Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh suatu bangsa yang
menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari penjajahan[1].
Selanjutnya, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan
tersebut justru dipersenjatai. Ketegangan dimulai ketika tawanan-tawanan Belanda
yang dibebaskan bertingkah congkak dan sombong, serta mengabaikan kedaulatan
pemerintah dengan terang-terangan berusaha untuk menduduki kembali Indonesia.
Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia, sehingga muncul gerakan
pemboikotan keperluan makanan dan kebutuhan sehari-hari terhadap Sekutu yang
semula dibantu oleh rakyat Indonesia dalam usaha melucuti tentara Jepang[4].
Akhirnya pecah pertempuran melawan Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945, disusul tanggal 31 Oktober 1945 di Magelang.