Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENOKOHAN DAN LATAR

LEGENDA “MALIN KUNDANG” KARYA VALERIE EMANUELA GO


PADA KUMPULAN CREITA MALIN KUNDANG

Oleh:
Nelson Cen Oswald IXE-22
Otniel Geraldo Soekoco IXE-23
Roderick Christeven IXE-25
Verena Santoso IXE-27
Zeniza Ayunda Gautama IXE-29

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATOLIK MARIA FATIMA


JEMBER
2021/2022
ANALISIS PENOKOHAN DAN LATAR
LEGENDA “MALIN KUNDANG” KARYA VALERIE EMANUELA GO
PADA KUMPULAN CERITA MALIN KUNDANG

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Tahun Pelajaran 2021/2022

Oleh:
Nelson Cen Oswald IXE-22
Otniel Geraldo Soekoco IXE-23
Roderick Christeven IXE-25
Verena Santoso IXE-27
Zeniza Ayunda Gautama IXE-29

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KATOLIK MARIA FATIMA


JEMBER
2021/2022

i
PERSETUJUAN

Analisis Penokohan dan Latar


Legenda “Malin Kundan” Karya Valerie Emanuela Go
Pada Kumpulan Cerita Malin Kundang

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Tahun Pelajaran 2021/2022

Oleh:
Nelson Cen Oswald IXE-22
Otniel Geraldo Soekoco IXE-23
Roedrick Christeven IXE-25
Verena Santoso IXE-27
Zeniza Ayunda Gautama IXE-29

Disetujui oleh:
Guru Pembimbing,

Aprillia Purwaningrum,S.Pd., Gr.

ii
PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisis Penokohan dan Latar Legenda
Malin Kundang Karya Valerie Emanuela Go Pada Kumpulan Cerita Nusantara”
dan diterima SMPK Maria Fatima pada:
hari :
tanggal :
tempat : SMPK Maria Fatima

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Pembimbing

Sr. Myriam Juniati, SPM., S.E., M.Pd. Aprillia Purwaningrum, S.Pd., Gr.

iii
MOTO

Hatred, racism, and extremism have no place in this country.

(Angela Markel)

iv
PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini, kami persembahkan kepada:


1. Yth. Sr. Myriam Juniati, SPM., S.E., M.Pd.
2. Yth. Aprillia Purwaningrum,S.Pd., Gr.
3. Yth. Andriana Isbinarti, M.Pd.
4. Yth. Edi Suyanto,S.Pd.
5. Yth. Teman-teman Kelas XIE
6. Ytc. Orangtua kami

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dibuat guna memenuhi syarat
menempuh Tugas Akhir Semester Genap Karya Tulis Ilmiah Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2021/2022.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. Yth. Sr. Myriam Juniati, SPM., S.E., M.Pd., selaku


Kepala SMP Katolik Maria Fatima Jember;
2. Yth. Aprillia Purwaningrum, S.Pd., Gr., selaku guru
pembimbing karya tulis ilmiah yang dengan rela
meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dan nasihat
kepada penulis demi kelancaran penyusunan karya tulis
ilmiah ini;
3. Yth. Andriana Isbanarti., M.Pd., selaku guru pengajar
Bahasa Indonesia yang mengajarkan siswa tahapan
pembelajaran kelas XI sampai akhir semester;
4. Yth. Edi Suyanto, S.Pd., selaku wali kelas XIE yang
memberi motivasi dan nasihat kepada murid-muridnya;

Penulis berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat


bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar tulisan ini lebih sempurna.
Jember, Juni 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTO ......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ......................................................... 5
1.4 Manfaat Pembahasan Masalah ....................................................... 5
1.5 Definisi Operasional ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1 Pengertian Penokohan ..................................................................... 7
2.2 Pengertian Latar ..................................................................... ........ 9
BAB III PEMBAHASAN........................................................................... 10
3.1 Penokohan cerita ............................................................................ 10
3.2 Latar cerita ....................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 13
4.1 Simpulan ..................................................................................... 13
4.2 Saran ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 17

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah


Pada era ini perkembangan teknologi di seluruh dunia sangat pesat dan tidak
jarang hampir seluruh masyarakat menggunakan handphone untuk melakukan
banyak hal. Seperti, bermain game, melihat film, dan mengirim pesan kepada
teman dan keluarga. Masyarakat hampir melupakan sastra dan mulai
menggunakan handphone untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sastra
seharusnya di kembangkan dan di lestarikan untuk mendidik generasi berikutnya
di masa mendatang.
Salah satu hasil karya sastra yang menjadi bacaan masyarakat adalah
dongeng. Dongeng juga dipakai sebagai materi mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Di dalam dongeng sarat pendidikan, nasihat, dan pesan moral. Legenda memiliki
empat jenis cerita yaitu legenda lokal atau tempat, legenda keagamaan, legenda
perseorangan, dan legenda kegaiban. Legenda lokal adalah legenda yang
berhubungan dengan nama tempat, suatu tempat dan bentuk potografi, yang
menceritakan asal-usul suatu tempat, dan dipercaya bahwa cerita tersebut asli.
Legenda keagamaan adalah legenda yang menceritakan seorang tokoh yang suci
seperti Wali songo. Cerita yang diangkat tentang kisah masa lalu yang bernilai
religius. Pesan yang disampaikan dalam cerita bisa mempengaruhi kehidupan
dalam masyarakat di bidang agama. Cerita perseorangan adalah sebuah cerita
yang memiliki sebuah kesaktian yang bisa membuat keajaiban di masa lalu.
Tokoh tersebut dianggap bersejarah, yang benar-benar ada dan terjadi. Yang
terakhir legenda kegaiban adalah legenda yang menceritakan tentang suatu cerita
masa lalu, yang dianggap dialami oleh orang dan dianggap sebagai cerita yang
benar - benar terjadi.

1
2

Legenda “Malin Kundang” dalam kumpulan cerita nusantara karya Emanela


Go bercerita tentang seorang anak lelaki yang tinggal bersama ibu ayahnya yang
hidup miskin dan kekurangan. Ayah Malin Kundang pergi ke negeri seberang
untuk mengubah nasib keluarganya. Pada suatu hari ayahnya pulang membawa
uang yang sangat banyak dan berpesan agar digunakan untuk keperluan sehari
hari, dan itu menjadi kepulangan terakhir ayahnya. Setelah itu ayahnya tidak
pernah mengunjungi Malin dan ibunya. Malin beranjak dewasa dan menjadi anak
yang tampan. Ia rajin, ulet kerjanya hingga sering diajak berlayar. Saat Malin
Kundang sudah dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah ke negeri orang lain.
Malin pergi bersama seorang nahkoda dagang dari kampung halamannya yang
sudah berhasil menjadi orang kaya. Malin Kundang dapat mengerti dengan cepat
tentang perkapalan dari teman-teman kapalnya yang lebih berpengalaman. banyak
pulau yang sudah dikunjungi nya, dari pulau-pulau kecil sampai pulau-pulau yang
besar. Kapal Malin dirampas oleh bajak laut. Bajak laut itu tidak segan-segan
untuk menyingkirkan orang yang berbeda di kapal namun, Malin Kundang
bersembunyi.
Malin Kundang terombang-ambing di tengah laut hingga akhirnya terdampar
di sebuah pantai. Dengan kekuatan yang masih ada, Malin berjalan menuju desa
terdekat dari pantai. Sesampainya di desa, Malin ditolong masyarakat setempat.
Desa itu sangat subur. Di desa itu Malin bekerja dengan giat hingga Malin
berhasil menjadi kaya raya. Di desa itu pula, Malin Kundang berniat melamar
seorang gadis untuk menjadi istrinya. Setelah melamar gadis tersebut, diadakan
sebuah pesta yang meriah di desa tersebut.
Setelah beberapa lama menikah, Malin Kundang merasa rindu dengan
kampung halamannya. Ia mengajak istrinya ke kampung halamannya. Akhirnya
mereka berlayar dengan kapal nya yang megah. Banyak orang yang kagum
melihat kemegahan kala besar menuju desa mereka. Ibu Malin mendengar tentang
kapal besar itu. Ibunya melihat Malin Kundang, lalu ibunya berlalu ke arah Malin
Kundang dan memeluknya erat. Istrinya bertanya “apakah itu adalah ibumu Malin
?” Malin berkata bahwa, ibuku sudah meninggal sejak aku pergi meninggalkan
kampung halaman.
3

Lalu malin mendorong ibunya hingga jatuh di pantai. Malin Kundang


berpura - pura tidak mengenali ibunya karena malu melihat ibunya sudah tua dan
menggunakan baju compang-camping. Ibu Malin menjadi sangat sedih karena
diperlakukan tidak pantas oleh anaknya. Ia tidak menduga kalau anaknya menjadi
anak durhaka. Lalu Ibu Malin berdoa kepada Tuhan "Oh Tuhan, jika benar ia
adalah anakku, tunjukkanlah kuasaMu!" doa Ibu Malin Kundang sedih. Tak lama
kemudian terdengar suara gemuruh dan badai kencang menghancurkan kapal
Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang mulai mengeras dan lama-
kelamaan menjadi sebuah batu karang yang besar.
Legenda “Malin Kundang” karya Valerie Emanuela Go mampu memberikan
cerita yang menarik bagi pembaca, terutama pada bagian penokohan pada Malin
Kundang, Ibu Malin dan latar waktu. Malin Kundang itu adalah anak yang baik
dan tampan, dan Ibu Malin adalah ibu yang selalu memperhatikan anak dari kecil
sampai besar. Lalu saat Malin pergi menuju tempat lain ia disetujui oleh Ibu
Malin. Dalam perjalanan Malin menghadapi banyak tantangan dan ancaman.
Seperti, bajak laut yang merampas kapal yang di naikinya. Sampai ia bangun dan
tersadar ia mulai bekerja keras di suatu desa di pulau tersebut. Malin bekerja keras
dan mampu menjadi orang kaya raya. Setelah ia menjadi kaya raya ia ingin
melamar gadis. Setelah gadis yang ingin dilamar itu menanyakan beberapa
pertanyaan maka mereka memulai pernikahan secara megah di desa itu. Setelah
beberapa lama Malin rindu kampung halaman. Dan setelah berlayar sangat lama,
Malin pun sampai di kampung halaman dengan kapal megahnya. Dan saat Ibu
Malin menghampiri dan memeluk, Malin mendorong dan tidak mengakui
perempuan dengan baju compang-camping itu sebagai ibunya. Setelah beberapa
saat awan gelap mulai bermunculan dan menghancurkan kapal dan Malin. Malin
perlahan menjadi batu. Inilah yang membuat penokohan dalam cerita ini menarik.
Latar tempat juga menarik. Pada cerita “Malin Kundang” banyak seklai latar
tempat pada legenda ini. Seperti latar tempat dapat ditemukan pada paragraf ke-1
kalimat pertama dan kalimat ke-3 “Di sebuah desa di pesisir pantai Sumatera,
hiduplah sebuah keluarga yang sangat miskin” Malin juga berpergian dari pulau
kecil sampai besar, di pantai, dan di sebuah desa yang membuat Malin bekerja
4

keras dan sampai menjadi orang kaya.


Penokohan adalah tahapan pertama dari penulis cerita dengan mengenalkan
karakter yang akan muncul dalam cerita tersebut. Fungsi dari penokohan adalah
untuk memahami perilaku karakter yang ditampilkan dalam sebuah cerita. latar
adalah gambaran tempat terjadinya peristiwa. Menurut Santosa dkk (2008:90)
penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang
lain.
Penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang berjudul Unsur
Intrinsik Cerita Rakyat Malin Kundang dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Sastra di SD. Penelitian ini merupakan penelitian milik Validita Riang Fajarati.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian milik Validita karena kefokusan pada
rumusan masalah menitikberatkan pada penokohan dan latar saja,
5

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penokohan pada legenda “Malin Kundang” karya Valerie
Emanuela Go ?

1.2.2 Apa latar dalam cerita “ Malin Kundang “ Karya Valerie Emanuela Go ?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


1. 3.1 Untuk mengetahui penokohan pada cerita “Malin Kundang “ karya Valerie
Emanuela Go

1.3.2 Untuk mengetahui latar pada cerita “Malin Kundang” karya Valerie
Emanuela Go

1.4 Manfaat Pembahasan


1.4.1 Bagi Peserta Didik
Untuk memberikan informasi terkait penokohan dan latar pada cerita “
Malin Kundang“ karya Valerie Emmanuela Go.

1.4.2 Bagi Pembaca


Untuk membantu pengajaran terkait unsur-unsur Intrinsik pada cerita “
Malin Kundang” karya Valerie Emmanuela Go.

1.5 Definisi Operasional


1.5.1 Analisis
analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai,
membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali
menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
1.5.2 Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter
tokoh. Dalam pementasan drama, drama mempunyai posisi yang penting.
6

Tokohlah yang mengaktualisasikan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang


didukung oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan menampilkan cerita
dan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi
atas tokoh utama dan tokoh pembantu.
7

1.5.2 Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. Penjelasan latar dalam
drama dinyatakan dalam petunjuk pementasan. Bagian itu disebut dengan
kramagung. Latar juga dapat dinyatakan melalui percakapan para tokohnya.
Dalam pementasannya, latar dapat dinyatakan dalam tata panggung ataupun tata
cahaya.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada sebuah legenda terdapat penokohan dan latar. Latar memiliki


beberapa jenis yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. Penokohan juga
dibedakan menjadi 2 yaitu penokohan secara langsung dan tidak langsung. Tokoh
sendiri dibedakan menjadi 3 yaitu, antagonis, protagonis, dan tritagonis. Untuk
mengetahui lebih lanjut, silahkan bacalah dulu penjelasan di bawah ini.

2.1 Penokohan
Penokohan menurut Dewojati (2010) adalah unsur karakter dalam drama
biasa disebut tokoh adalah bahan yang paling aktif untuk menggerakan alur.
Lewat penokohan, pengarang dapat mengungkap alasan logis terhadap tingkah
laku tokoh. Menurut Ermina Krismarsanti (2009), Tokoh adalah pelaku dalam
cerita atau seseorang tokoh cerita yang bersifat sifat atau watak. Ada dua macam
memperkenalkan tokoh. Yaitu analitik (disebut pula cara singkap), dan Dramatik
(disebut juga cara lukis). Ada 2 macam penokohan. Yaitu, penokohan secara
langsung, dan tidak secara langsung, dan 3 macam tokoh. Yaitu, antagonis,
protagonis, dan tritagonis.

2.1.1 Cara Memperkenalkan Tokoh


a. Analitik (disebut juga pula cara singkap)
Pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh. Pengarang
menyebutkan bahwa tokoh tersebur keras hati, keras kepala, ataupun penyayang.
b. Dramatik (disebut pula cara lukis)
Penggambaran perwatakan tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan
melalusi cara berikut.
1) Pilihan nama tokoh (misalnya sama Sarinem untuk pembantu;Mince
untuk gadis yang agak genit, Bonar untuk tokoh yang garang dan
gesit).
9

2) Penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku


terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya.
3) Dialog, berupa dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya
dengan tokoh-tokoh lain.
2.1.2 Penokohan Secara Langsung
Penokohan secara langsung adalah pendekatan langsung pembangunan karakter
yang akan diceritakan. Di dalamnya, akan muncul narator, protagonis, dan
beberapa karakter yang berfungsi untuk memberitahu para pembaca mengenai
tokoh.
2.1.3. Penokohan Secara Tidak Langsung
Penokohan secara tidak langsung adalah cara yang tidak menggambarkan
karakter dalam cerita tertentu secara langsung. Orang yang akan membaca cerita
perlu menggambarkan sendiri bagaimana watak tokoh dari perilaku, ucapan
sampai cara berpikir dan berbicara dari tokoh yang diperankan.
2.1.4 Tokoh Antagonis
Menurut Nurul Iftitah Laily (2022) Tokoh antagonis adalah tokoh yang
memiliki karakter yang sebaliknya dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis
dikaitkan dengan karakter yang tidak baik dan menentang segala yang dilakukan
tokoh protagoni. Menurut Kholida Qothrunnada (2021) ciri-ciri tokoh antagonis
yaitu bersifat buruk, sombong, pembuat masalah, dan tidak bersahabat.
2.1.5 Tokoh Protagonis
Menurut Nurul Iftitah Laily (2022) Tokoh protagonis adalah tokoh yang
memiliki watak yang berbeda dari tokoh antagonis. Biasanya tokoh protagonis
menjadi karakter utama. Tokoh protagonis digambarkan sebagai pemeran yang
memegang kendali dari peran utamanya dan keseluruhannya. Menurut Kholida
Qothrunnada (2021) ciri-ciri tokoh protagonis yaitu bersifat baik, suka menolong,
jujur, dan tidak sombong.
10

2.1.6 Tokoh Tritagonis


Menurut Nurul Iftitah Laily (2022) Tokoh tritagonis adalah tokoh pembantu.
Tritagonis tidak banyak diceritakan sebanyak tokoh protagonis dan antagonis, dan
tidak diceritakan secara jelas. Tritagonis tidak memiliki peran yang penting dan
muncul pada akhir cerita. Menutrut Kholida Qothrunnada (2021) ciri-ciri tokoh
tritagonis yaitu bersifat kalem, wataknya bijak karena tokoh bersifat netral (tidak
mendukung siapa pun), tokoh pendamai, dan tokoh yang menyelesaikan
permasalahan dalam sebuah cerita.
2.2 Latar
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar
adalah keterangan Mido (dalam Sehandi, 2016) mengatakan bahwa Latar adalah
gambaran tentang tempat waktu, dan situasi terjadinya peristiwa. Semakin jelas
penulisan latarnya maka akan tinggi kualitasnya. Ada tiga latar yaitu latar tempat,
suasana, dan waktu. Penjelasan tentang latar suasana, tempat, dan waktu sebagai
berikut.

2.2.1 Latar Tempat


Latar tempat adalah tempat tokoh atau pelaku mengalami kejadian di dalam
cerita. Seperti, di dalam hutan, di sekolah, di sebuah pesawat, di ruang angkasa
dan lain sebagainya.
2.2.2 Latar Waktu
Latar waktu, yaitu saat di mana tokoh ataupun si pelaku melakukan sesuatu
pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang terjadi. Seperti, pagi hari,
siang hari, sore hari, malam hari, di zaman dulu, dan zaman sekarang.
2.2.3 Latar Suasana
Latar suasana merupakan salah satu dari macam-macam latar cerita yang
menunjukan bagaimana kondisi batin tokoh atau perilaku di dalam cerita. Contoh
kakaknya yang paling tua masih belum bisa berkata-kata menghadapi kenyataan
bahwa adiknya sudah tiada. Ia hanya duduk termenung sembari menundukan
kepalanya. Sesekali, ia mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
11

BAB III

PEMBAHASAN

Pada legenda “Malin Kundang” penulis membahas lebih lanjut mengenai


latar dan penokohan yang terdapat pada legenda “Malin Kundang” karya Valerie
Emanuela Go. Berikut pembahasan mengenai legenda tersebut.

3.1 Penokohan Pada Legenda “Malin Kundang” Karya Valerie Emanuela Go


Pada legenda ini terdapat beberapa tokoh seperti Malin Kundang, Ibu Malin
Kundang, dan ayahnya. Malin Kundang adalah seorang yang pekerja keras yang
dapat dibuktikan pada paragraf ke-3 kalimat kedua “Ia rajin ulet bekerja hingga ia
sering diajak berlayar” dan paragraf ke-7 kalimat pertama “Di desa itu ia bekerja
dengan giat hingga Malin Kundang berhasil menjadi orang kaya raya”. Walaupun
ia pekerja keras, tetapi Malin Kundang adalah anak yang durhaka. Hal ini
dibuktikan dalam paragraf ke-12 kalimat ke-5 dan ke-6 “Ia langsung mendorong
ibunya hingga jatuh ke pasir. Malin kundang berpura-pura tidak mengenali ibunya
karena malu melihat ibunya sudah tua dan menggunakan baju compang-
camping.”
Tokoh selanjutnya adalah Ayah Malin Kundang. Dia adalah orang yang selalu
menolong keluarganya. Dapat dibuktikan pada paragraf ke-1 kalimat ke-3
“Ayahnya pergi ke negeri seberang unutuk mengubah nasib keluarganya.” Selain
ayah ada tokoh lain yaitu ibu. Ibu Malin Kundang adalah orang yang peduli
terhadap anaknya, dan dapat dibuktikan pada paragraf ke-14 kalimat ke-1 “Ibu
Malin Kundang pun segera berlari ke arah Malin Kundang dan memeluknya erat”.
12

3.2 Latar pada legenda “Malin Kundang” Karya Valerie Emmanuela Go


Pada legenda “Malin Kundang” karya Valerie Emmanuela Go, terdapat
penggunaan latar pada legenda ini. Terdapat latar waktu, suasana, dan tempat.
3.2.1 Latar Waktu
Latar waktu dapat ditemukan pada paragraf ke-4 “Keesokan harinya, Malin
pergi bersama seorang nahkoda kapal dagang dari kampung halamannya yang
sudah berhasil menjadi orang kaya. Latar waktu dapat di temukan pada paragraf
ke-7 kalimat pertama “Hingga pagi tiba, Malin Kundang terombang-ambing di
tengah laut hingga akhirnya terdampar di sebuah pantai”.
3.2.2 Latar Tempat
Latar tempat juga dapat ditemukan pada cerita Malin Kundang. Latar waktu
dapat di temukan pada paragraf ke-1 kalimat pertama dan kalimat ke-3 “Di sebuah
desa di pesisir pantai Sumatera, hiduplah sebuah keluarga yang sangat miskin.”
“Ayahnya pergi ke negeri seberang untuk mengubah nasib keluarganya.” Latar
tempat dapat di temukan pada paragraf ke-6 kalimat pertama “ banyak pulau yang
sudah dikunjunginya, dari pulau-pulau kecil sampai pulau-pulau yang besar”. latar
tempat dapat di temukan pada paragraf ke-7 kalimat pertama “Hingga pagi tiba,
Malin Kundang terombang-ambing di tengah laut hingga akhirnya terdampar di
sebuah pantai”. Latar tempat dapat ditemukan pada paragraf ke-8 kalimat
pertama “Di desa itu ia bekerja dengan giat hingga Malin berhasil menjadi orang
kaya raya.” Yang terakhir latar tempat dapat di temukan pada paragraf ke-11
kalimat pertama “Setelah beberapa lama menikah, Malin Kundang Merasa rindu
kepada kampung halamannya”.

3.2.3 Latar Suasana


Latar suasana bahagia dapat ditemukan pada paragraf ke-13 kalimat pertama
“Ibu Malin Kundang yang setiap hari selalu menunggu anak kesayangan pulang,
merasa sangat bahagia”. Latar suasana penuh dengan amarah dapat ditemukan
pada paragraf ke-14 kalimat ke-8 “Kau hanya seorang pengemis yang pura-pura
mengaku sebagai ibuku agar bisa mendapatkan hartaku!” ujar Malin Kundang
marah.” Dapat ditemukan latar suasana sedih pada paragraf ke-15 kalimat pertama
13

“Mendengar perkataan itu, Ibu Malin Kundang menjadi sangat sedih karena
diperlakukan tidak pantas oleh anaknya.” Terakhir, latar suasana tegang dapat
ditemukan pada paragraf ke-16 kalimat pertama “Tak lama kemudian terdengar
suara gemuruh dan badai kencang menghancurkan kapal Malin Kundang.”
14

BAB IV

PENUTUP

Setelah menganalis penokohan dan latar pada cerita “Malin Kundang”


karya Valerie Emanuela Go pada kumpulan cerita nusantara, telah membuat
kesimpulan dan saran pada karya tulis ini.
4.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari legenda “Malin Kundang” karya
Valerie Emmanuela Go adalah sebagai berikut.
4.1.1 Penokohan
Dalam penokohan dapat ditemukan bahwa pada legenda “Malin
Kundang” karya Valerie Emmanuela Go adalah penokohan. Penokohan dapat di
temukan pada cerita Malin Kundang pada karakter Malin Kundang, Ibu Malin,
dan Ayah Malin. Tokoh pada Malin Kundang memiliki sifat yang pekerja keras,
dan ulet. Sifat ini dapat dibuktikan dengan ayah Malin adalah seorang pekerja
kerasa yang mau berjuang demi keluarga, dan ibu Malin yang mau menyayangi
Malin.
4.1.2 Latar
Latar yang dapat ditemukan pada cerita “Malin Kundang” karya
Valerie pada kumpulan cerita nusantara adalah latar waktu, tempat, dan suasana.
Latar tempat yang dapat ditemukan pada legenda ini adalah di sebuah desa di
pesisir pantai Sumatra, hiduplah sebuah keluarga yang amat miskin. Latar waktu
yang dapat di temukan dalam legenda yaitu “Hingga pagi tadi, Malin Kundang
Terombang - ambing di tengah laut hingga akhirnya terdampar di sebuah pantai.
Latar suasana dapat ditemukan dalam legenda Malin Kudang yaitu bangga,
senang, sedih.
15

4. 2 Saran
Berikut saran-saran dari penulis yang mungkin dapat berguna bagi
pembaca adalah sebagai berikut.
4.2.1 Bagi Peserta Didik
Penulis ingin agar para peserta didik memiliki minat untuk belajar
menganalisis unsur intrinsik, terutama mengenai penokohan dan latar yang
terdapat pada suatu karya sastra.
4.2.2 Bagi Pembaca
Penulis ingin agar para pembaca lebih memahami mengenai unsur
intrinsik pada karya Malin Kundang, sehingga saat menjelaskan kepada nanti,
akan mengerti saat dijelasakan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Qonila. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk


Pendidikan Dasar Dilengkapi Gambar-Gambar Menarik,
Bandung, Jawa Barat:PT INDAHJAYA
Dewojati, Cahyaningrum. (2010). Drama sejarah, teori, dan
penerapannya. Yogyakarta: Gadjah mada university
press.
Kosasih,E, (2016). Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs,
Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Krismansanti, Ermina. (2009). Karangan Fiksi dan Nonfiksi.
Surabaya:
PT.JePe Press Media Utama
Laily, Nurul Iftitah. (2022). Legenda adalah Cerita Rakyat,
Kenali Ciri, jenis, dan Contohnya. Diambil 15 Juni
2022 dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e4c6d349d87/lege
nda-adalah-cerita-rakyat-kenali-ciri-jenis-dan-
contohnya.
Nawangwulan, Adinda. (2021). Pengertian Penokohan Dalam
Sebuah Karya Beserta Fungsi dan Jenisnya. Diambil
18 Juni 2022 dari
https://www.harianhaluan.com/pendidikan/pr-
103416942/pengertian-penokohan-dalam-sebuah-
karya-beserta-fungsi-dan-jenisnya.
Qothrunnada, Kholida. (2021). Perbedaan Protagonis, Antagonis, dan Tritagonis
dalam Cerita.
Diambil 3 Juni 2022 dari Perbedaan Protagonis,
Antagonis, dan Tritagonis dalam Cerita (detik.com)
Sehandi, Yohanes. (2016). Mengenal 25 Teori Sastra.
Yogyakarta:PenerbitOmbak
17

Setiawan, Samhis. (2022). Latar Adalah. Diambil 19 Juni 2022


dari https://www.gurupendidikan.co.id/latar-cerita/.
Yahoo!berita. (2021). Pengertian, Ciri - Ciri dan Jenis
Legenda yang Harus Dipelajari. Diambil 16 Juni 2022
dari https://id.berita.yahoo.com/pengertian-ciri-ciri-
dan-jenis-002257696.html?guccounter=1.
dkk, Eko Santosa. (2008). Seni Teater Jilid 1 Untuk SMK.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
18

Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Departemen Pendidikan


Nasional.
Zakky. (2020). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli dan Secara Umum
[Lengkap].
diambil 16 Juni dari Pengertian Analisis Menurut Para Ahli dan Secara
Umum [Lengkap] (zonareferensi.com)
19

LAMPIRAN

Malin Kundang
(Sumatera)

Di sebuah desa di pesisir pantai Sumatera, hiduplah sebuah keluarga yang


sangat miskin. Keluarga itu dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Malin
Kundang. Ayahnya pergi ke negeri seberang untuk mengubah nasib keluarganya.
Malin dan ibunya selalu mengharapkan kepulangan ayahnya dengan selamat dan
membawa uang yang banyak untuk memperbaiki keadaan keluarganya.
Pada suatu hari, ayahnya pulang membawa uang yang sangat banyak dan
berpesan agar digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari. Dan ternyata, itu
menjadi kepulangan terakhir untuk ayahnya. Setelah itu ayahnya tidak pernah
mengunjungi Malin dan ibunya lagi.
Malin Kundang beranjak dewasa dan menjadi anak yang tampan. Ia rajin,
ulet bekerja hingga ia sering diajak berlayar. Saat Malin Kundang beranjak
dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah ke negeri orang lain dengan harapan
ketika kembali ke pantai ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Ibunya pun
menyetujui keinginan Malin.
Keesokan harinya, Malin pergi bersama seorang nahkoda kapal dagang dari
kampung halamannya yang sudah berhasil menjadi orang kaya.
Malin Kundang dapat mengerti dengan cepat tentang perkapalan dari teman-
teman kapalnya yang lebih berpengalaman.
Banyak pulau yang sudah dikunjungi nya, dari pulau-pulau kecil sampai pulau
yang Besar Sampai pada suatu hari, tiba-tiba kapal yang Malin naiki diserang
bajak laut yang jahat. Kapal itu dirampas oleh bajak laut. Bajak laut itu tidak
segan-segan untuk menyingkirkan orang yang berada di kapal. Malin kundang
berhasil bersembunyi.
Hingga pagi tiba, Malin Kundang terombang-ambing di tengah laut hingga
akhirnya terdampar di sebuah pantai. Dengan kekuatan yang masih ada, Malin
Kundang berjalan menuju desa terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut,
20

Malin Kundang ditolong oleh masyarakat desa. Desa itu sangat subur
Di desa itu ia bekerja dengan giat hingga Malin Kundang berhasil menjadi
orang kaya raya. Sekarang, ia memiliki banyak kapal dagang dan anak buah.
Di desa itu pula, Malin Kundang berniat mempersunting seorang gadis untuk
menjadi istrinya. Gadis itu adalah gadis paling cantik di desa itu,
"Gadis, bolehkah aku mempersuntingmu untuk menjadi istriku," tanya Maling
Kundang.
"Di mana Ibu atau Ayahmu? Bukankah seharusnya mereka yang melamarku?"
tanya gadis itu.
"Ayahku tidak tahu di mana keberadaannya dan ibuku sudah meningga di
kampung halamanku," jawaban Malin Kundang.
Mendengar jawaban Malin Kundang, gadis itu merasa iba dan akhirnya
menerima lamaran Malin Kundang. Mereka menggelar pesta pernikahan yang
besar dan meriah.
Setelah beberapa lama menikah, Malin Kundang merasa rindu kepada
kampung halaman Akhirnya kampung helamannya. Ia mengajak istrinya ke
kampung halamannya. mereka berlayar dengan kapalnya yang megah.
Dari kejauhan banyak orang yang kagum melihat kemegahan kapal besar
menuju desa mereka. Ibu Malin yang mendengar tentang kapal besar itu pergi
juga ke pesisir pantai. Ia melihat juga Malin Kundang, anaknya!
Ibu Malin Kumdang yang setiap hari selalu menunggu anak kesayangannya
pulang, merasa sangat bahagia. Ia melihat anaknya bersama dengan seseorang
wanita bergandengan tangan menuruni tangga kapal besar itu.
Ibu Malin Kundang pun segera berlari ke arah Malin Kundang dan
memeluknya erat.
"Anakku Malin Kundang, mengapa kau pergi begitu lama tanpa memberikan
Ibumu kabar?" kata ibunya sedih.

"Ibu? Apa maksudnya, Malin? Benarkah dia ini Ibumu, Malin?" ucap
istrinya terkejut.
"Ibu? Ibuku sudah meninggal sejak aku pergi meninggalkan kampung
21

halaman," kata Malin angkuh.


Ia langsung mendorong ibunya hingga jatuh di pasir. Malin Kundang
berpura-pura tidak mengenali ibunya karena malu melihat ibunya sudah tua dan
menggunakan baju yang compang-camping.
"Malin, aku adalah Ibumu!" kata ibunya sedih.
"Siapa kau hingga berani mengaku sebagai Ibuku. Kau hanya seorang
pengemis yang pura-pura mengaku sebagai Ibuku agar bisa mendapatkan
hartaku!" ujar Malin Kundang marah.
Mendengar perkataan itu, Ibu Malin Kundang menjadi sangat sedih karena
diperlakukan tidak pantas oleh anaknya. Ia tidak menduga kalau anaknya menjadi
anak durhaka.
"Oh Tuhan, jika benar ia adalah anakku, tunjukkanlah kuasaMu!" doa Ibu
Malin Kundang sedih.
Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan badai kencang
menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang mulai
mengeras dan lama-kelamaan menjadi sebuah batu karang yang besar.

Anda mungkin juga menyukai