Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa karena kasih dan
karunianya
sampai sekarang dan seatas ijinnya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul" pelaksanaan otonomi daerah "
Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Monang Sinaga
S,pd yang telah mengajarkan tentang kewarganegaraan khususnya mengenai
Otonomi daerah
jika bukan karena beliau mungkin karya ini tidak akan selesai
sebagai penyusun kami juga tidak lupa pasti memiliki kekurangan dan bahkan
banyak kekurangan. oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati
sayaenerima kiritik maupun saran pembaca agar kiranya saya dapat
memperbaiki
serta kami juga berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian sekali lagi dengan kerendahan hati kami mempersembahkan karya ini
terima kasih
Penyusun
Bab I
• Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa karena kasih dan karunianya
sampai sekarang dan seatas ijinnya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul" pelaksanaan otonomi daerah "
Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Monang Sinaga S,pd yang
telah mengajarkan tentang kewarganegaraan khususnya mengenai Otonomi daerah
jika bukan karena beliau mungkin karya ini tidak akan selesai
sebagai penyusun kami juga tidak lupa pasti memiliki kekurangan dan bahkan banyak
kekurangan. oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati sayaenerima kiritik
maupun saran pembaca agar kiranya saya dapat memperbaiki
serta kami juga berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian sekali lagi dengan kerendahan hati kami mempersembahkan karya ini terima
kasih
• Tujuan
Tujuan saya dalam pembuatan karya ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
"pelaksanaan otonomi daerah" dan membagikan informasi kepada pembaca agar paham
dan mengerti akan tugas tugas pemerintah dalam pelaksanaan otonomi daerah ini
disini saya juga akan membahas mengenai pembagian dari urusan pemerintah pusat
dan daerah asas asas pelaksanaan otonomi daerah , Tujuan dari otonomi daerah dan lain
lain
Bab lI
1.) Pengertian otonomi
daerah
Otonomi daerah adalah sebuah sistem atau kewenangan yang dimiliki daerah. Otonomi
daerah ini bertujuan untuk mengembangkan daerah serta isi di dalam daerah tersebut. Di
negara Indonesia ini, otonomi daerah sudah diterapkan.
Secara etimologi, istilah otonomi berasal dari bahasa Latin. Kata otonomi berasal dari kata
“autos” yang memiliki arti “sendiri”, kata kedua berasal dari kata “nomos” yang memiliki
arti “Aturan” Berdasarkan etimologi otonomi memiliki arti pengaturan sendiri, memerintah
sendiri atau mengatur. Otonomi daerah dan daerah otonom adalah dua hal yang berbeda.
Dalam makna sempit, otonomi memiliki arti mandiri.
Dalam makna luas memiliki arti berdaya. Maka dari itu, otonomi daerah adalah
kemandirian suatu daerah. Kemandirian tersebut berkaitan dengan pembuatan dan
keputusan mengenai hal-hal penting yang ada di daerahnya sendiri.
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 amandemen ke-2, pasal 18 ayat 1-7, pasal 18A ayat 1
dan 2, dan pasal 18B ayat 1 dan 2.
Otonomi daerah dilaksanakan berdasar pada acuan hukum yang berlaku, selain itu
pelaksanaan otonomi daerah juga merupakan implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan, yaitu dengan memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, nyata dan
bertanggung jawab. Maka, dengang adanya otonomi daerah, suatu daerah memiliki hak yang
lebih besar dalam penyelenggaraan daerahnya sendiri.
Dalam buku Government Public Relations: Perkembangan dan Praktik di Indonesia (2018) karya
Suprawoto, urusan pemerintahan konkruen adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan derah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan wajib sendiri terdiri atas urusan pemerintahan yang berhubungan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berhubungan dengan pelayanan dasar.
Dalam buku Government Public Relations: Perkembangan dan Praktik di Indonesia (2018) karya
Suprawoto, urusan pemerintahan konkruen adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan derah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
Urusan pemerintahan wajib sendiri terdiri atas urusan pemerintahan yang berhubungan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berhubungan dengan pelayanan dasar.
a. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah sebuah penyerahan wewenang. Penyerahan tersebut dilakukan oleh
pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk
mengurus daerahnya tersebut secara mandiri. Hal ini berdasarkan dari asas otonom.
b. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah sebagian urusan dari pemerintahan yang menjadi wewenang
pemerintah pusat pada gubernur. Hal tersebut karena gubernur adalah wakil dari pemerintah
pusat.
c. Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD
bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi.
2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan Daerah selain
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-
lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7.)perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah termasuk di dalamnya bagi
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dapat diartikan sebagai suatu sistem
yang mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi di antara berbagai tingkat pemerintah
serta
bagaimana caranya mencari sumber-sumber pemberdayaan daerah untuk menunjang
kegiatan-kegiatan
sektor publiknya.
Desentralisasi fiskal adalah pelimpahan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat
kepada
daerah untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah.
Salah satu pilar pokok otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengelola secara
mandiri keuangan daerahnya. Negara Indonesia sebagai suatu Negara Kesatuan Republik
Indonesia
menganut kombinasi antara unsur pengakuan kewenangan bagi daerah untuk mengelola
secara mandiri
keuangannya dipadukan dengan unsur kewenangan melakukan transfer fiskal dan pengawasan
terhadap
kebijakan fiskal daerah.
Dana Alokasi Umum suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar
sedangkan
celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Kapasitas fiskal
daerah
merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi
Hasil
di luar Dana Reboisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan kapasitas fiskal daerah adalah sejalan dengan
otonomi daerah.
Bab III
•Kesimpulan
Otonomi daerah yang diterapkan di Era Reformasi membawa dampak pada
penyelenggaraan politik lokal di daerah. Salah satu dinamika politik lokal adalah
keberadaan partai politik dalam pemerintahan di daerah. Hal ini dapat dilihat dari
pemilihan umum yang dilakukan untuk memilih pemimpin daerah dan wakil daerah.
Eksistensi partai politik di daerah akan terlihat dari jumlah kader yang berhasil di
tempatkan partai di lembaga perwakilan atau pemerintah daerah. Golkar sebagai
salah
satu partai yang telah eksis semenjak pemerintahan Orde Baru serta partai yang
menjadi pemimpin dan mendominasi di Sumatera Barat dengan menegakkan
hegemoni partai yang terstruktur dari pusat sampai daerah, mengalami kemerosotan
di Era Reformas
•Saran
Sebagai sebuah organisasi politik yang telah memiliki sejarah panjang dan salah
satu partai di Indonesia yang secara institusional demokratis, Partai Golkar memiliki
penelitian secara praktis setidaknya terdapat beberapa saran penelitian yang relevan
terhadap Partai Golkar. pertama, baik di pusat atau di daerah Partai Golkar harus
memiliki figur yang mampu mempengaruhi massa, dalam artian figur yang mampu
mendulang suara untuk partai dan membawa citra yang baik bagi partai. Kedua,
Menghadapi konflik pusat, daerah mesti tetap menjaga kesolidan Golkar Sumbar
dengan menjaga Paradigma dan nilai-nila partai, dengan menjadi partai yang lebih
beberapa sekelompok elit partai di daerah, seperti dalam pemilihan ketua partai di
Sumbar serta penentuan kader yang akan dicalonkan dalam pemilihan umum.