Anda di halaman 1dari 11

Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

“Hukum Pemerintahan Daerah”

Dosen Pengampu :

DWI HASTUTI, MPA.

NAMA KELOMPOK:

Izzatul Faradila Rizqiah (204102030108)

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

UNIVERSITAS KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asas-
asas Penyelenggaraan Pemerintahan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
DWI HASTUTI, MPA pada mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah. Selain itu,
makalah ini juga betujuan untuk menambah wawasan tentang Asas-asas
Penyelenggaraan Pemerintahan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu DWI HASTUTI, MPA. selaku
dosen mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan pengetahun dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah kami.

Bondowoso, 20 Maret 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas


penyelenggaraan otonomi daerah, harus memperhatikan hubungan antar susunan
pemerintahan. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah mampu menjalankan tugasnya,
daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban untuk menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara. Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar
1945 Negara Republik Indonesia di dalam Pasal 18, pemerintah daerah berwenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan pembantuan.

Perihal otonomi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur di dalam


Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Jika di dalam UU No. 22 Tahun 1999 lebih
menitikberatkan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi, maka dalam UU No. 23 Tahun 2014
ini pada prinsipnya untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas otonomi dan tugas pembantuan,

Pemerintahan Daerah itu sendiri menurut Undang – undang Nomor 32 Tahun


2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang – undang Nomor 12 Tahun
2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat (2) adalah “Pemerintah Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Prinsip otonomi seluas – luasnya yang dimaksud dalam undang – undang tersebut
adalah daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur sseluruh urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan

Asas merupakan dasar sesuatu, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran,
yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Penyelenggaraan
pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena
pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Asas
dan prinsip pemerintahan daerah menggunakan asas desentralisasi, dekonsentralisasi dan
dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang
dilaksanakan di daerah kabupaten dan kota. Asas tugas pembantuan yang dapat
dilaksanakan di daerah provinsi, kabupaten, kota, dan desa. Untuk membahasnya bisa
diuraikan secara sederhana tentang asas penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai
berikut:

a. Asas desentralisasi yaitu penyerahan sebagian urusan pemerintah pusat kepada


daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Maksud dari
sebagian urusan karena tidak semua urusan dapat diserahkan kepada daerah baik
provinsi maupun kabupaten atau kota. Urusan pertahanan dan keamanan (hankam)
dan moneter misalnya masih menjadi urusan pemerintahan pusat. Kenapa demikian?
Apabila urusan pertahanan dan keamanan diserahkan kepada daerah maka hal ini
bisa menimbulkan keberanian daerah untuk melawan pemerintah pusat, demikian
juga urusan moneter apabila diserahkan kepada daerah maka dikhawatirkan akan
menjadikan kesenjangan dan perbedaan pada mata uang. Demikian juga urusan
peradilan tetap menjadi urusan pemerintah pusat, apabila diserahkan kepada daerah
maka gerakan separatis yang dijatuhi hukuman karena melakukan pemberontakan
kepada pemerintah pusat bisa-bisa dianggap sebagai pahlawan oleh daerahnya.
b. Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau
pejabat di atasnya (wilayah provinsi) melimpahkan wewenangnya kepada kepala
kantor departemen di kabupaten. Beberapa keuntungan asas pemerintahan daerah
dekonsentrasi yakni:
1. Mampu mengurangi keluhan akan undang-undang maupun peraturan lain
yang diterbitkan oleh pemerintah.
2. Bisa membantu aparat pemerintahan yang tengah melaksanakan informasi
atau memegang amanat dari pemerintahan daerah. Kemudian amanat ini
diteruskan kepada pemerintahan pusat.
3. Mempermudah rakyat berkomunikasi langsung kepada pemerintahan daerah.
c. Asas pembantuan (medebewind) Made berasal dari bahasa Belanda yang artinya
"ikut serta" sedangkan between artinya berkuasa atau memerintah. Jadi
pemerintahan daerah ikut serta dalam mengurus suatu urusan, namun demikian
urusan itu harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat. Tugas
pembantuan merupakan upaya pemerintahan pusat terkait peningkatan efektivitas
pelayanan umum dengan merata. Fungsi asas ini lebih condong ke media dalam
rangka pengembangan pembangunan daerah tertentu.

B. Pembagian Urusan Pemerintahan

Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri


dari 3 urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan konkuren
adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan:


Untuk urusan konkuren atau urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dibagi menjadi urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib adalah
Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah. Sedangkan Urusan
Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

a. Urusan Pemerintahan Wajib


Urusan pemerintah wajib yang diselenggaraan oleh pemerintah daerah terbagi
menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah


provinsi serta Daerah kabupaten/kota sebagaimana disebutkan diatas didasarkan pada prinsip
akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Berikut
kriteria-kriteria urusan pemerintahan pusat, daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:


a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi
atau lintas negara;
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
e. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah:

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;


b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
kabupaten/kota; dan/atau
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah Provinsi.

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota adalah:

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;


b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah
kabupaten/kota; dan/atau
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

b. Urusan Pemerintahan Pilihan

Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan daerah dan pemerintah pusat dalam
urusan pilihan adalah sebagai berikut.

o Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan


sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
o Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan taman
hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
o Urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
o Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
pemanfaatan langsung panas bumi dalam daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan
daerah kabupaten/kota.

C. Produk Hukum di Daerah

Konsep Pembentukan Produk Hukum Daerah

1. Landasan Pembentukan Produk Hukum Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan, dalam Pasal 1 angka 7 menyebutkan bahwa Peraturan
Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan Persetujuan bersama Gubernur. Sedangkan
Pasal 1 angka 8 menyebutkan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan Persetujuan Bupati/Walikota. Menurut ilmu pengetahuan
hukum, setidaknya terdapat 3 (tiga) landasan perundang-undangan yang harus dipenuhi
dalam menyusun peraturan perundang-undangan yakni filosofis, sosiologis dan yuridis.

2. Mekanisme Pembentukan Produk Hukum Daerah

Dari sisi prosesnya, pembentukan perundang-undangan secara garis besar


meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)tahap perancangan dan persiapan; 2) tahap
pembahasan; 3) tahap penetapan dan atau pengesahan; dan 4) tahap pengundangan atau
pengumuman. Proses pembentukan Perda di atas diterjemahkan dalam UU Nomor 10
Tahun 2004. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2014 dapat diketengahkan tahapan dalam legislasi Perda sebagai berikut:

a. Perencanaan
b. Persiapan
c. Pembahasan dan Penetapan/Pengesahan
d. Pengundangan dan penyebarluasan
e. Partisipasi masyarakat
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan jika mengacu pada
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, maka tahapan-tahapan itu sesuai dengan Pasal 1
Angka (1) yang kemudian diterjemahkan dalam pembagian bab dan substansi
pembahasan pada batang tubuh undang-undang tersebut yang terdiri dari :

1. Perencanaan
2. Penyusunan
3. Pembahasan
4. Pengesahan atau penetapan
5. Pengundangan dan
6. Partisipasi masyarakat

Semua tahapan dalam proses pembentukan Perda di atas adalah tahapan yang
simultan dan saling terkait antara satu tahap dengan tahapan lainnya. Oleh karenanya
konsistensi dalam setiap proses juga harus dapat dijamin baik dari prosesnya maupun
substansi yang diusungnya. Untuk menjamin hal tersebut, peran serta masyarakat dalam
proses pembentukan Perda sangat dibutuhkan dan diberikan ruang yang cukup untuk
dapat mengawal proses dan substansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
kepentingan publik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4505/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

https://nanggulan.kulonprogokab.go.id/detil/842/azas-pemerintahan-daerah-sebuah-artikel-
yang-di-tulis-jawatan-praja-kapanewon-nanggulan

https://pemerintah.net/pembagian-urusan-pemerintahan-daerah-uu-no-232014/

http://jurnalkainawa.baubaukota.go.id/index.php/knw/article/view/21

Anda mungkin juga menyukai