Anda di halaman 1dari 16

1.

Konsekuensi adanya teori pembagian


kekuasaan

1. pembagian kekuasaan secara horizontal


a. eksekutif =yang memiliki kekuasaan yang memegang peran di
pemerintahan pusat. Sesuai yang tertera di UUD pasal 4
ayat 1 Mekanisme pembagian kekuasaan yang dilaksanakan
di Indonesia adalah Presiden.
b. legislative = Lembaga ini memegang peran untuk menyusun Undang-
Undang. Di pemerintahan Indonesia, DPR
c. yudikatif = MA & MK pemegang kekuasaan yudikatif adalah kehakiman
untuk kegiatan yang berdasarkan lingkungan peradilan
secara luas.
2. Pembagian kekuasaan secara vertikal
a. satuan pemerintah pusat = Pemerintah pusat akan diletakkan di Ibu
Kota dan menajalankan peran yang sifatnya skala luas, termasuk membantu semua
pemerintah daerah di seluruh wilayah.
b. satuan pemerintah daerah = hanya akan mengurusi wilayah yang
ditempatinya. Ini adalah bentuk penerapan otonomi daerah.
2. Azas Penyelenggaraan Pemerintahan
3. ALASAN DIANUTNYA DESENTRALISASI

 memperlancar roda pemerintahan


 luasnya wilayah Indonesia
 ketidak mampuan Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan semua urusan
pemerintahan;
 Keadaan Indonesia yang pluralistik;
 Untuk terciptanya daya guna dan hasil guna
pemerintahan dan pembangunan.
4. DIMENSI UTAMA DESENTRALISASI :
 dimensi ekonomi, dimana rakyat memperoleh
kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan
kegiatan ekonominya;
 dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara
politik yang ditandai dengan lepasnya ketergantungan
organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;
 dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang
terakumulasi menjadi perasaan kolektif (bersama) :
1. bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri
menjadi sebuah keniscayaan demokrasi.
2. Tidak ada perasaan bahwa “orang pusat” lebih
hebat dari pada “orang daerah”, dan sebaliknya
5. a. Kelebihan Desentralisasi
 Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di Pusat Pemerintahan;
 Dalam menghadapi masalah yang mendesak yang
membutuhkan tindakan yang cepat, Daerah tidak perlu
menunggu instruksi lagi dari Pemerintah Pusat;
 Dapat mengurangi birokrasi;
 Dapat diadakan pembedaan (defferensiasi) dan
pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan
tertentu.
 Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari
Pemerintah Pusat;
 Melatih rakyat untuk bisa mengatur urusannya sendiri
(selfgovernment);
 Meningkatkan kontrol masyarakat setempat.
5. b. KELEMAHAN DESENTRALISASI
 Karena besarnya organ-organ pemerintah, maka struktur
pemerintah bertambah rumit yang mempersulit koordinasi;
 Keseimbangan kepentingan dan daerah dapat lebih
terganggu;
 Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lambat
karena memerlukan perundingan yang bertele-tele;
 diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk
memeperoleh keseragaman/uniformitas dan kesederhanaan.
5. c. PENGGOLONGAN DESENTRALISASI
 desentralisasi jabatan (ambtelijke decentralisatie)  pemencaran
kekuasaan dari atasan kepada bawahan sehubungan dengan
kepegawaian atau jabatan (ambt) dengan maksud untuk meningkatkan
kelancaran kerja
 desentralisasi kenegaraan (staatkundig decentralisatie) 
penyerahan kekuasaan untuk mengatur daerah dalam lingkungannya
sebagai usaha untuk mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan
negara
 desentralisasi teritorial (territoriale decentralisastie) 
penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri (autonomie), batas pengaturan tersebut adalah
daerah
 desentralisasi fungsional (functionele decentralisatie) 
pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
fungsi-fungsi tertentu
6. Bentuk Hubungan Pusat
dan Daerah
 Hubungan Pusat dan Daerah menurut
dasar dekonsentrasi territorial
 Hubungan Pusat dan Daerah menurut
dasar otonomi territorial
 Hubungan Pusat dan Daerah menurut
dasar-dasar federal
6. Hubungan Pusat dan Daerah menurut
dasar dekonsentrasi territorial
 Bukan merupakan hubungan antara dua
subyek hukum (publiek rechtspersoon) yang
masing-masing mandiri
 Satuan pemerintahan territorial dekonsentrasi
tidak mempunyai wewenang mandiri
 Satuan territorial dekonsentrasi merupakan
satu kesatuan wewenang dengan departemen
atau kementerian yang bersangkutan
6. Hubungan Pusat dan Daerah
menurut dasar otonomi territorial
 dalam otonomi territorial, padadasarnya
seluruh fungsi kenegaraan dan
pemerintahan ada dalam lingkungan
pemerintahan pusat yang kemudian
dipencarkan kepada satuan- satuan
otonomi
6. Hubungan Pusat dan Daerah
menurut dasar-dasar federal
 hubungan antara kekuasaan federal
dengan negara bagian bersifat
ketatanegaraan, hal ini berbeda dengan
otonomi territorial yang hanya bersifat
administrasi belaka
7. 3 Model HPD
1. Model Relatif: Model ini memberikan kebebasan yang relatif besar kepada
pemerintah daerah dengan tetap menghormati eksistensi pemerintah pusat.
Pada model ini, berbagai petunjuk rinci dalam peraturan perundangan
sebagai mekanisme kontrol sangat menonjol. Pada model ini, pendapatan
asli daerah bukanlah hal penting dan sistem keuangan daerahnya
didominasi oleh bantuan dari pemerintah pusat

2. Model Agensi: Dalam model ini, daerah tidak mempunyai kekuasaan yang
cukup berarti, sehingga daerah hanya sebagai agen (penyalur/pelaksana
saja) dari pemerintah pusat yang bertugas untuk pemerintah pusat

3. Model Interaksi: Model ini merupakan suatu bentuk model di mana


keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan oleh interaksi yang
terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut Bagir
Manan, paling tidak ada empat faktor yang menentukan hubungan pusat
dan daerah dalam otonomi yaitu hubungan kewenangan, hubungan
keuangan, hubungan pengawasan, dan hubungan yang timbul dari susunan
organisasi pemerintahan di daerah
8. JENIS OTONOMI

 OTONOMI MATERIIL
 urusan yang diserahkan menjadi
urusan rumah tangga diperinci
secara tegas, pasti dan diberi batas-
batar (limitative), “zakelijk”
 dalam prakteknya penyerahan ini
dilakukan dalam UU pembentukan
Daerah yang bersangkutan
 OTONOMI FORMAL
 urusan yang diserahkan tidak dibatasi dan
tidak “zakelijk”
 Daerah mempunyai kebebasan untuk
mengatur dan mengurus segala sesuatu yang
menurut pandangannya adalah kepentingan
Daerah
 Daerah tidak boleh mengatur urusan yang
telah diatur oleh undang-undang atau peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya.
 OTONOMI RIIL
 merupakan kombinasi atau campuran
otonomi materiil dan otonomi formal
 Pemerintah Pusat menentukan urusan-
urusan yang dijadikan pangkal untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga
Daerah  unsur materiil
 setiap waktu Daerah dapat meminta
tambahan urusan kepada Pemerintah Pusat untuk
dijadikan urusan rumah tangganya sesuai
dengan kesanggupan dan kemampuan Daerah
 unsur formal
9. Kriteria Distribusi kewenangan
yg bersifat konkuren
 Berikut adalah kriteria distribusi kewenangan yang bersifat
konkuren:
 Eksternalitas: Pembagian urusan pemerintahan harus
memperhatikan dampak penyelenggaraan bagian urusan
pemerintahan secara langsung yang hanya dialami secara lokal
(satu kabupaten/kota)
 Akuntabilitas: Pembagian urusan pemerintahan harus
memperhatikan pertanggungjawaban pemerintah pemerintahan
daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tertentu kepada
masyarakat
 Efisiensi: Pembagian urusan pemerintahan harus
memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai