KATA PENGANTAR
Makassar, 2022
Hormat Kami
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya Terhadap
UNDANGAN TERKAIT
Kebangsaan ....................................................................... 60
Keprotokolan ...................................................................... 61
B. Landasan Sosiologis............................................................ 67
iv
A. Jangkauan Peraturan Daerah ............................................. 82
B. Arah Pengaturan................................................................. 83
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 93
B. Saran.................................................................................. 94
LAMPIRAN ................................................................................ 98
v
DAFTAR TABEL
2014-2024 .......................................................................... 48
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Fungsi legislasi yang dijalankan oleh DPRD ini berarti DPRD berhak
DPRD ini haruslah Perda yang berkualitas agar sesuai dengan tujuan
hal ini adalah Kepala Daerah. Hal tersebut telah tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Pasal 101 ayat (1) huruf b yang
1Novia Rahmawati (anonim) Literasi Legislasi, Jurnal JCMS Vol. 5 No. Tahun 2020.
2Aminuddin, Fungsi Pengawasan DPRD dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan
yang Baik, Volume 3 No. 12, Jurnal Katalogis, 2015.
2
menyatakan bahwa: “membahas dan memberikan persetujuan
makna anggaran dengan baik. Dalam hal ini, DPRD harus pintar
3
dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah. DPRD, dengan
memperjuangkan kepentingannya.
dan negara.3
3Jhony Fredy Hahury, Fungsi DPRD dalam Mewujudkan Good Government, (anonim),
2014, hlm. 265.
4
penganggaran, (2) fungsi perundangan, (3) fungsi pengawasan, dan
daerah tersebut.
5
Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, khususnya
6
resmi maupun dalam melaksanakan tuigasnya. Hal tersebut
B. Identifikasi Masalah
berikut:
7
1. Untuk mengetahui kajian teoritis, asas/prinsip yang terkait
keuangan daerah?
Anggota DPRD?
yaitu:
8
Protokoler Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupeten Bone yang
akademik.
9
Ranperda tentang Protokoler Pimpinan dan Anggota
DPRD.
4 Dalam ilmu pengetahuan terdapat tiga konsep pokok yaitu klasifikasi, pengukuran
(kuantitatif), dan perbandingan. Perbedaan ketiga konsep tersebut hanya terletak pada
cakupan informasi yang tersedia atas suatu objek atau fenomena apapun yang sedang
diamati. Di antara ketiga konsep dimaksud, konsep perbandingan (komparatif) adalah
konsep yang lebih efektif memberikan informasi karena komparatif memiliki atau terikat
oleh suatu struktur hubungan logis yang relatif kompleks dan rumit.
10
Anggota DPRD. Proses penyusunan naskah akademik ini
11
BAB II
A. Kajian Teoritis
atau yang saat ini dikenal juga dengan konsep trias politica. Di
5 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945,
Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 74.
6 Jimmly Ashiddiqie, Perkembangan Dan Konsolodasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
12
atau peradilan, dan 4) dan fungsi politie yang berkaitan dengan
8 Romi Librayanto, Ilmu Negara (Suatu Pengantar), Cet.2, Arus Timur, Makassar, 2012,
hlm. 133.
9 ibid
10 Jimmly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2014,
hlm. 281.
10 ibid, hlm. 283.
13
masing dalam arti yang mutlak, jika tidak demikian, maka
hlm. 9-10.
14
politik sulit dijaga atau dipertahankan bila kekuasaan negara
dipertahankan.16
14 Ahmad Yani, Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori dan Praktik, Lentera
Hukum Volume 5 Issue 2, Jakarta, 2018, hlm. 253
15 Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Mizan, Bandung, 1998, hlm. 136.
16 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam
15
Konsep trias politica juga hadir dalam rangka membangun
yudikatif maka akan terjadi saling mengontrol satu sama lain sesuai
baiknya.17
16
maupun pada tingkat daerah. Lembaga yang menjalankan fungsi
2. Kekuasaan Legislatif
hlm. 136.
17
Legislatif merupakan lembaga dengan memegang kekuasaan
Lembaga Legislatif.21
kontrol khusus.
18
Berdasarkan Undang-Undang No 17 Tahun 2014 Tentang
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
dengan cara:24
daerah.
19
John M. Echols menjelaskan terkait fungsi legislasi yang
itu untuk kata “legislation” merupakan kata asal “to legislate” yang
diantaranya:26
enactement approval);
lainnya.
berdasarkan RKPD;
20
d. membahas rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
daerah.
21
menerima menerima kekuasaan dari pemerintah pusat. Privinsi-
Busroh mengutarakan:
maka segala sesuatu dalan negara lansung diatur dan diurus oleh
64-65
31 Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, cetakan ketiga, Nusa Media, Bandung,
2012, hlm. 28
22
Konsep negara kesatuan tidak ada kedaulatan cabang,
held by local and region organs have been received from above, and
23
persetujuan terlebih dahulu dari daerah.32 Sedangkan istilah
otonomi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu autos (sendiri),
pelaksanaan pembangunan.33
Hal senada juga dikemukakan oleh Van Der Pot bahwa setiap
24
dilakukan oleh pemerintah pusat, melainkan juga oleh satuan -
otonom34
34 C.W. Van Der Pot, Handboek Van Nederlandse Staatrecth, Tjeenk Willink, Zwolle, 1983,
hlm. 525
35 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. 19
36 Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,
25
untuk dicapai agar dapat melindungi kepentingan umum (yang
negara.37
tanpa adanya kepastian hukum, orang tidak tahu apa yang harus
37 A. Ridwan Halim, Evaluasi Kuliah Filsafat Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1987,
hlm. 166.
38 Mirza Satria Buana, Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian Hukum (Legal
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Hak Uji Materiil Dan Dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 06/Pmk/2005 Tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang-Undang,
Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 13, Nomor 2, 2016, hlm.194
26
5. Konsepsi Hukum, Etika, dan Moralitas
petunjuk tentang perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.
seseorang.40
bertindak yang baik atau etis. Setiap tingkah laku dari manusia
27
Frankena.42Pertama yaitu Etika Deskriptif (etika paparan,
dalam berbagai aliran. Serta bagian yang ketiga adalah apa yang
a. Etika Paparan43
kaidah hukum dan moral. Dari tumpang tindih kedua sistem kaidah
28
1) Ada kaidah hukum yang tidak dapat dimasukkan kedalam
kendaraannya pada sisi (jalur) kiri jalan”. Dalam arti itu adalah
29
b. Etika Kaidah dan Etika Nilai44
kaidah moral yang berlaku umum. Istilah lain untuk etika kaidah
adalah etika asas dan etika aturan. Karena kaidah ini untuk setiap
akan sampai pada keputusan moral yang sama. Karena etika ini
sifat yang kurang lebih absolut. Menurut etika kaidah ciri khas pada
moral itu adalah bahwa jika orang atas dasar kaidah moral telah
kewajibannya.
30
Sedangkan etika nilai (wardhe ethiek) meliputi teori-teori yang
terdapat suatu hierarki nilai yang kurang lebih ajek, yang dengan
c. Meta Etika45
arti sempit. Dalam artian bahwa, meta etika adalah suatu teori
31
tentang etika yang mempelajari moral sebagai suatu sistem
konseptual.
ukuran baik buruk dalam hal ini tidak mungkin bersifat universal,
32
Kesadaran etis bukan hanya berarti sadar akan adanya baik dan
Perundang-undangan
undangan (dalam arti sempit), sebagai suatu disiplin ilmu yang bersifat
beberapa asas dibawah ini. Menurut I.C. van der Vlies, di dalam
33
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
diatur dalam Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal
dibawah ini:
1. Kejelasan Tujuan
34
2. Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang Tepat
35
4. Dapat Dilaksanakan
6. Kejelasan Rumusan
36
hukum yang sangat jelas karena didasarkan atas analisis dan
7. Keterbukaan
ini, yaitu:
1. Pengayoman
37
2. Kemanusiaan
diemban.
3. Kebangsaan
tersebut perda ini pada dasarnya telah dibuat dengan tetap menjaga
4. Kekeluargaan
38
dalam Perda ini merupakan hasil dari adanya proses musyawarah
masyarakat.
5. Kenusantaraan
menyeluruh.
7. Keadilan
39
hal tersebut materi muatan pada perda inipun juga telah dibuat
40
Berdasarkan hal tersebut tentunya materi muatan dalam Perda
Pancasila.
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
41
juga diwajibkan untu menjaring aspirasi masyarakat. Pengaturan
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
42
Pada pasal 151 ayat (2) disebutkan bahwa dalam menetapkan
berdasarkan RKPD;
kabupaten/kota;
terhadap:
kota;
kabupaten/kota; dan
43
c. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan
kota;
kabupaten/kota;
44
untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan
pemberhentian.
di Daerah;
kabupaten/kota;
45
dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat,
b. mengajukan pertanyaan;
e. membela diri;
f. imunitas;
h. protokoler; dan
46
kabupaten/kota untuk memperoleh penghormatan berkenaan dengan
melaksanakan tugasnya.
perlakuan, dan tata tempat dalam acara resmi atau pertemuan resmi.
49 https://sulselprov.go.id/pages/des_kab/3
47
Penyelenggaran sistem pemerintahan di daerah kabupaten bone
terdiri atas satu orang ketua dan tiga orang wakil ketua yang berasal
PKB 1 3
Gerindra 5 5
PDI-P 2 3
Golkar 15 9
NasDem 4 4
PKS 3 4
Perindo - (baru) 1
PPP 2 2
PAN 5 5
50 https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerah_Kabupaten_Bone
48
Hanura 2 2
Demokrat 4 5
PBB 2 2
Jumlah Anggota 45 45
Jumlah Partai 11 12
Sumber : Publikasi BPS “Bone Dalam Angka.51
Timur
49
Bontocani, Kahu, Kajuara, Libureng,
BONE 3 9
Patimpeng, Salomekko
TOTAL 45
Sumber : Publikasi BPS “Bone Dalam Angka.52
Barat, Tanete Riattang Timur dan dapil Bone 5 yang terdiri dari
Dapil dengan jumlah kuota kursi terbanyak kedua juga dimiliki oleh
50
Tabel 3. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Bone berdasarkan Jenis
Kelamin
PARTAI
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
POLITIK
Golkar 8 1 9
Gerindra 4 1 5
Pan 4 1 5
DEMOKRAT 5 - 5
NASDEM 3 1 4
HANURA 2 - 2
PBB 2 - 2
PDI-P 3 - 3
PKS 4 - 4
PPP 2 - 2
PKB 3 - 3
PPI 1 - 1
JUMLAH 41 4 45
51
anggota dewan berjenis kelamin perempuan maka diperoleh angka 8,8
hanya dari 4 partai yaitu Partai Golkar, Gerindra, PAN, dan Nasdem.
Bone, 202154
Jenjang Pendidikan
SLTA 12 2 14
D-I - - -
D-II - - -
D-III - - -
D-IV - - -
S-1 20 1 21
S-2 9 1 10
S-3 - - -
JUMLAH 41 4 45
Sumber : Publikasi BPS “Bone Dalam Angka.55
54 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, Bone Dalam Angka, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bone, 2021, hlm. 24
55 selengkapnya lihat https://bonekab.bps.go.id/
52
Mengacu dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat
Peraturan 17 6 10 8 5
Daerah
Keputusan 24 17 19 14 17
DPRD
Keputusan 1 1 1 2 3
Pimpinan
DPRD
Keputusan - - - - -
Daerah
Rapat
53
Mengacu pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
daerah.
protokoler yang dimiliki oleh Pimpinan dan Anggota DPRD. hal ini
54
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Kabupaten/kota.
Bone.
55
tanggungjawab pengaggarannya pada Pemerintah Daerah Kabupaten
56
BAB III
Kajian dilakukan dengan melihat jenis, hierarki dan materi muatan yang
protokoler.
meliputi:
57
kewenangan pembentukan Peraturan Daerah ini merupakan dasar
Pemerintahan Daerah.
58
pembantuan. Otonomi Daerah diberikan oleh Pemerintah Pusat
59
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
secara rinci pada pasal 12 ayat (4), (8), dan (12) dengan bunyi
Ayat (4)
60
dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Presiden atau Wakil Presiden,
Ayat (8)
Ayat (12)
61
keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata
undangan lain.
bertujuan untuk:
dan masyarakat;
internasional; dan
62
secara spesifik mengenai keprotokolan terhadap Dewan Perwakilan
bendara.
Daerah
k. mengajukan pertanyaan;
n. membela diri;
o. imunitas;
q. protokoler; dan
63
r. keuangan dan administratif.
melaksanakan tugasnya.
masyarakat.
Kabupaten/Kota.
64
diatur dalam PP No 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan
65
BAB IV
A. Landasan Filosofis
hukum bagi negara Indonesia, Pancasila yang terdiri dari lima sila
ideal yang telah disiapkan oleh para pendiri bangsa sebelum bangsa
para pendahulu pendiri bangsa dan berasal dari jati diri nusantara
66
Sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara
sila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
dan sistematis, dimana sila yang satu dengan sila yang lain saling
lainnya.
67
begitupun terhadap peraturan perundang- undangan dibawahnya
juga tidak boleh bertentangan dengan UUD NRI 1945 dan tentu
Pancasila.
68
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
6573);
69
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. Landasan Sosiologis
70
dengan batas sebagai berikut:
71
ANDI WAHYUDI TAQWA,
8. PAN 1
S.E.
72
27. ANDI MUHAMMAD NUR PBB 3
ANDI MAPPANYUKKI
31. GOLKAR 4
TAKKA, S.Sos.
73
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari unsur Dewan
sebagai target kerja yang harus dicapai oleh unsur Pimpinan dan
fungsi.
74
4. Mewujudkan DPRD yang handal dan kapable.
jujur akuntable.
Daerah.
Kabupaten Bone.
75
3. Terciptanya sesuana kerja dan disiplin kerja aparatur
Sekretariat DPRD.
C. Landasan Yuridis
baik pada masa kini maupun masa depan tergantung pada budaya
76
Pembukaan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Dasar.
a. UUD 1945;
c. Undang-Undang/Perpu;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
77
Selanjutnya agar Peraturan Daerah Kabupaten Bone yang
undangan;
(hirarkhi); dan
orgaan);
78
c. Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheid
beginsel);
uitvoorbaarheid); dan
administration).
79
Dasar Yuridis rencana Pembentukan Peraturan Daerah
80
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 6573);
Kabupaten Bone.
81
BAB V
Kabupaten Bone.
82
penghormatan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Bone
bendera dalam acara resmi seperti Hari Jadi Kabupaten Bone dan
B. Arah Pengaturan
83
resmi yang dilaksanakan di Kabupaten Bone. Pengaturan ini
C. Materi Muatan
1. Ketentuan Umum
Kabupaten Bone.
peraturan perundang-undangan.
84
h. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
masyarakat.
resmi.
k. Acara Resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur dan
85
n. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan
perundang-undangan.
dalamnya yaitu:
Pemerintah Daerah.
86
b. Bagian Kedua Tata Tempat
1) Acara Resmi
2) Rapat DPRD
ketentuan:
disediakan.
87
e) Sekretaris DPRD, peninjau, dan tamu undangan sesuai
dengan ketentuan:
untuk anggota.
88
Tata Tempat dalam acara serah terima jabatan Bupati
Gubernur;.
telah disediakan.
Bupati.
89
e) Mantan Ketua DPRD dan ketua pengadilan negeri atau
disediakan.
DPRD.
tersendiri.
setelah pelantikan.
disediakan.
90
c. Bagian Ketika Tata Upacara
terbatas pada:
Indonesia.
Daerah.
dalam acara Hari Jadi Bone atau acara resmi lainnya tidak
91
penghormatan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
peraturan perundang-undangan.
92
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
daerah.
93
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
DPRD.
keprotokolan.
B. Saran
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku
95
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi. Gramedia:
Jakarta, 2008.
Mirza Satria Buana. Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian
Hukum (Legal Certainpi) Dengan Asas Keadilan (Substantial
Justice) Dalam Putusan-Putusan Mahkamah Konstltusi, Tesis
Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
2010.
Ni’Matul Huda. Hukum Pemerintahan Daerah, cetakan ketiga. Nusa
Media: Bandung, 2012.
Romi Librayanto. Ilmu Negara (Suatu Pengantar), Cet.2. Arus Timur:
Makassar, 2012.
Saldi Isra. Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi
Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia. Raja Grafindo:
Jakarta, 2010.
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2012.
Sudikno Mertokusumo. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Citra Aditya
Bakti: Bandung, 1993.
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Liberty, 2003.
Suharizal. Demokrasi Pemilukada Dalam Sisitem Ketatanegaraan RI.
UNPAD Press: Bandung, 2012.
Titik Triwulan Tutik. Konstruksi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen
UUD 1945. Kencana: Jakarta, 2011.
Jurnal
96
Yokotani. Sistem Bikameral di Lembaga Legislatif Berdasarkan Tugas dan
Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah (Perbandingan dengan
Amerika Serikat, Inggris, dan Argentina). Jurnal Hukum Progresif.
Vol. XI No. 1 Juni 2017.
Mustaking Hamzah. Penguatan Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi
Sumatera Barat Dalam Rangka Menjalankan Fungsi Anggaran
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemda. Jurnal Ilmiah
Langue and Parole. Vol. 1 No. 1.
R. Tony Prayogo. Penerapan Asas Kepastian Hukum Dalam Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Hak Uji Materiil
Dan Dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/Pmk/2005
Tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang-Undang,
Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 13, Nomor 2, 2016.
Internet
https://sulselprov.go.id/pages/des_kab/3
https://bonekab.bps.go.id/
Montesquieu, www.wikipedia.com, diakses 7 Mei 2022
97
LAMPIRAN
98
-1-
BUPATI BONE
TENTANG
BUPATI BONE,
BUPATI BONE
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PROTOKOLER
PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PROTOKOLER
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD memperoleh Kedudukan
Protokoler dalam Acara Resmi.
(2) Acara Resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Acara Resmi Pemerintah yang diselenggarakan di Daerah;
b. Acara Resmi Pemerintah Daerah yang menghadirkan
Pejabat Pemerintah; dan
c. Acara Resmi Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh Pejabat
Pemerintah Daerah.
-6-
Bagian Kedua
Tata Tempat
Pasal 3
Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Acara Resmi mendapat tempat
sesuai dengan pengaturan Tata Tempat.
Pasal 4
Tata Tempat Pimpinan dan Anggota DPRD dalam Acara Resmi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. Ketua DPRD di sebelah kiri Bupati;
b. wakil Ketua DPRD bersama dengan wakil Bupati setelah pejabat
Instansi Vertikal lainnya;
c. Anggota DPRD ditempatkan bersama dengan Pejabat Pemerintah
Daerah lainnya yang setingkat asisten sekretaris Daerah dan
kepala dinas atau badan dan/atau satuan kerja daerah lainnya.
Pasal 5
Tata Tempat dalam rapat DPRD dilasanakan dengan ketentuan:
a. Ketua DPRD didampingi oleh wakil Ketua DPRD;
b. Bupati dan wakil Bupati ditempatkan sejajar dan di sebelah
kanan Ketua DPRD;
c. wakil Ketua DPRD duduk di sebelah kiri Ketua DPRD;
d. Anggota DPRD menduduki tempat yang telah disediakan; dan
e. Sekretaris DPRD, peninjau, dan tamu undangan sesuai dengan
kondisi ruang rapat.
-7-
Pasal 6
Tata Tempat dalam acara pengambilan sumpah atau janji dan
pelantikan Bupati dan wakil Bupati dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. Ketua DPRD duduk di sebelah kiri pejabat yang akan mengambil
sumpah atau janji Bupati dan wakil Bupati;
b. wakil Ketua DPRD duduk di sebelah kiri Ketua DPRD;
c. Anggota DPRD menduduki tempat yang telah disediakan untuk
anggota;
d. Bupati dan wakil Bupati yang lama duduk di sebelah kanan
pejabat yang akan mengambil sumpah atau janji;
e. Bupati dan wakil Bupati yang akan dilantik duduk di sebelah kiri
wakil Ketua DPRD;
f. Sekretaris DPRD, peninjau, dan tamu undangan sesuai dengan
kondisi ruangan rapat;
g. mantan Bupati dan wakil Bupati setelah pelantikan duduk di
sebelah kiri wakil Ketua DPRD; dan
h. Bupati dan wakil Bupati yang baru dilantik duduk di sebelah
kanan pejabat yang mengambil sumpah atau janji Bupati dan
wakil Bupati.
Pasal 7
Tata Tempat dalam acara serah terima jabatan Bupati dan wakil
Bupati dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Ketua DPRD duduk di sebelah kiri gubernur;
b. wakil Ketua DPRD duduk di sebelah kiri Ketua DPRD;
c. Anggota DPRD menduduki tempat yang telah disediakan;
d. Bupati dan wakil Bupati duduk di sebelah kanan Gubernur;
e. mantan Bupati dan wakil Bupati duduk di tempat yang telah
disediakan; dan
-8-
Pasal 8
Pasal 9
Tata Tempat dalam Acara pengambilan sumpah atau janji dan
pelantikan Ketua DPRD dan wakil Ketua DPRD dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. pimpinan sementara DPRD duduk di sebelah kiri Bupati dan
wakil Bupati;
b. pimpinan sementara DPRD duduk di sebelah kanan ketua
pengadilan negeri;
c. Ketua DPRD duduk di sebelah kiri Bupati dan wakil Bupati
setelah pelantikan;
-9-
Bagian Ketiga
Tata Upacara
Pasal 10
Tata Upacara dalam Acara Resmi terdiri:
a. upacara bendera; dan
b. bukan upacara bendara.
Pasal 11
(1) Upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
a hanya dapat dilaksanakan untuk Acara Resmi:
a. Hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia;
b. hari besar nasional; dan
c. hari ulang tahun lahirnya provinsi Sulawesi Selatan dan
Daerah.
(2) Tata Upacara bendera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.
Pasal 12
-10-
Pasal 13
Untuk keseragaman, kelancaran, ketertiban dan kekhidmatan
jalannya Tata Upacara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 12 diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Keempat
Tata Penghormatan
Pasal 14
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD mendapat penghormatan sesuai
dengan penghormatan yang diberikan kepada pejabat
Pemerintah Daerah.
(2) Penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penghormatan dengan Bendera Negara;
b. penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau
c. bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Dalam hal Pimpinan DPRD atau Anggota DPRD meninggal
dunia, dilakukan pengibaran Bendera Negara setengah tiang
selama satu hari.
-11-
Pasal 16
Pelaksanaan pengibaran Bendera Negara setengah tiang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. Bendera Negara yang hendak dikibarkan setengah tiang
dinaikkan hingga ke ujung tiang, dihentikan sebentar dan
diturunkan tepat setengah tiang; dan
b. dalam hal Bendera Negara hendak diturunkan, dinaikkan
terlebih dahulu hingga ujung tiang, dihentikan sebentar,
kemudian diturunkan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Ditetapkan di Watampone
BUPATI BONE,
-12-
ttd
................................
Diundangkan di Watampone
ttd
.........................
PENJELASAN ATAS
TENTANG
I. UMUM
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai
kedudukan setara dan memiliki hubungan kerja bersifat
kemitraan dengan Pemerintah Daerah. Kedudukan yang setara
bermakna bahwa antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Pemerintah Daerah memiliki kedudukan yang sama dan sejajar
dalam arti tidak saling membawahi. Hubungan bersifat
kemitraan menempatkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah dalam membuat
kebijakan Daerah untuk melaksanakan otonomi daerah.
Berdasarkan hal tersebut antara kedua lembaga tersebut wajib
memelihara dan membangun hubungan kerja yang harmonis.
Untuk terjalinnya hubungan kerja yang harmonis dan
saling sinergis antara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Bone dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone, diperlukan adanya pengaturan tentang
Protokoler Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah di Kabupaten Bone. Hal tersebut bertujuan untuk
merespon penyesuaian terhadap sistem ketatanegaraan,
budaya, dan tradisi masyarakat yang tumbuh dan berkembang
di Kabupaten Bone
Pengaturan tentang Protokoler Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bone merupakan
pedoman pelaksanaan keprotokolan dalam acara resmi
-14-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
-15-
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.