Tim Penyusun :
Dr. Hesti Armiwulan, S.H.,M.Hum
Dr. Yoan Nursari Simanjuntak, S.H.,M.Hum
Tjondro Tirtamulia, S.H.,C.N.,M.H
Dr. Sonya Claudia Siwu, S.H.,M.H.,LL.M
Igam Arya Wada, S.H.,M.H
Rofi Aulia Rahman, S.H.,LL.M
ii
KATA PENGANTAR
iii
berkelanjutan. Ucapan terimakasih dan apresiasi juga kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi penyusunan laporan ini.
Semoga Naskah Akademis dan rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pembentukan Dana Cadangan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto
Tahun 2024 yang kami susun sesuai dengan harapan dari Pemerintahan
Daerah Kabupaten Mojokerto. Namun apabila ada hal-hal yang kurang
berkenan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 3 EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN ................................................................................ 52
3.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ....................... 54
3.2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3861) ....................... 55
3.3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)........................................ 57
3.4 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4285,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ....................... 57
3.5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438) .......................................................... 59
3.6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6398) ...................................................................................... 62
3.7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
Sebagaimana Telah Diubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
vi
Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) ......................................... 64
3.8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5588) sebagaimana telah diubah
beberapa kali dan terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 193, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6512) ...................................................... 67
3.9 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6322) .................................................................................... 68
3.10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2019 Tentang
Pendanaan Kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 902) .................................... 69
3.11 Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 3 Tahun 2017 Tentang
Pembentukan Dana Cadangan Untuk Pemilihan Bupati Dan
Wakil Bupati (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2017
Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 3) ..... 70
vii
BAB 4 LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS ........................................... 73
4.1 Landasan Filosofis .............................................................................................. 73
4.2 Landasan Sosiologis............................................................................................ 74
4.3 Landasan Yuridis ................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik
yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain.
Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan
metode yuridis empiris (penelitian sosiolegal).
4 Badan Pusat Statistik, 2020, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut,
dapat diakses pada https://mojokertokab.bps.go.id/statictable/2020/06/23/258/jumlah-
penduduk-menurut-kecamatan-dan-agama-yang-dianut-2019.html
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 9
harus dikeluarkan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan:5
1. Jumlah pemilih
2. Jumlah Tempat Pemungutan Suara
3. Jumlah wilayah adiministratif di daerah pemilihan (kab/kota, Kecamatan,
Desa/Kelurahan)
4. Jumlah pasangan calon
5. Jumlah putaran pemilihan
Hal ini menjadikan Kabupaten Mojokerto secara geopolitik sangat
strategis karena memiliki penduduk yang besar, dan dengan geopolitik tersebut
seharusnya pemerintah bisa menjadikan hal tersebut sebuah aset karena
memiliki banyak aspirasi dari partisipasi masyarakat yang mampu memajukan
daerah.6 Dengan pengelolaan yang baik diberikan kepada masyarakat, proses
pemilihan bupati dan wakil bupati merupakan salah satu upaya untuk
menampung aspirasi masyarakat, dan harus dibuka sebesar-besarnya bagi
masyarakat kesempatan tersebut sesuai dengan nilai-nilai demokratis.
Salah satu peran utama dari negara demokrasi adalah rakyat, karena
sejatinya esensi dari negara demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Konsekwensi
politik yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten Mojokerto adalah berupaya
untuk mewujudan kedaulatan tersebut pada tahap pemilihan Bupati.
Upaya penyelenggaraan pemilihan bupati Mojokerto itu sendiri tidak
terlepas dan harus ditopang oleh rezim anggaran. Anggaran tersebut harus
dialokasikan untuk penyelenggaraan pesta demokrasi di kabupaten Mojokerto.
Pemilihan Bupati merupakan salah satu manifestasi dari sistem ketatanegaraan
Indonsia yang dibangun berdasarkan nilai-nilai demokrasi. Oleh karena itu,
anggaran tersebut haruslah dibuat guna menjalankan pemilihan Bupati. Politik
anggaran yang harus dibangun merupakan politik anggaran yang demokratis.
5 Fitriyah, Meninjau Ulang Sistem Pilkada Langsung: Masukan Untuk Pilkada Langsung
Berkualitas, Politika: Jurnal Ilmu Politik, Vol.2 No.1 (2013), Hlm.2
6 Lihat Marianus Mantovanny Tapung dan Mohammad Liwa Irrubai, Pendidikan Politik:
Problematika Mendulang Legitimasi Masyarakat Adat Demi Politik Elektoral Pada Pemilu
Langsung di Manggarai (Studi Kritik Sosial terhadap Idealitas Politik ‘Social Welfare’),
Schemata: Jurnal Pascasarjana UIN Mataram, Vol.10 No.1 (2021), Hlm.83
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 10
Menurut Pratikno 7 , pilkada akan berkualitas apabila terpenuhinya ukuran
berikut:
1. Kualitas administratif proses elektoral, yakni bagaimana jadwal ditepati,
dan bagaimana kesiapan regulasi, anggaran, serta daftar pemilih
2. Kualitas politis proses elektoral, yakni bagaimana kemandirian &
legitimasi
3. Penyelenggara dapat dijamin, dan minimalnya intensitas konflik
4. Kualitas produk Pilkada, yakni bagaimana pilkada bisa hasilkan
pemimpin yang baik dan berkualitas
Anggaran memegang kunci penting dalam pelaksanaan demokrasi
modern, yaitu demokrasi yang secara langsung dilaksanakan oleh rakyat.
Meskipun hipotesa semakin besar anggaran semakin baik kualitas demokrasi
itu masih dalam perdebatan, tetapi dalam perbandingan Downs, bahwa,
demokrasi memang membutuhkan anggaran dalam pelaksanaannya. Namun,
alasan subjektifitas ini harus dipastikan bahwa, bagaimana anggaran tersebut
yang sudah dirancang mampu memperkaya informasi bagi pemilih, dan pihak
yang melaksanakan proses demokrasi, agar para pemilih tidak bingung dan
yakin dalam menggunakan hak pilihnya. 8 Namun, ketika pada praktiknya
anggaran yang sudah dirancang masih belum bisa memenuhi kebutuhan
pemilih (voters), maka sejatinya kebutuhan tersebut harus dipenuhi, termasuk
adanya kesiapan anggaran untuk mempercepat penyelesaian permasalahan
tersebut.
Hal yang penting harus digaris bawahi adalah, kontestasi politik memiliki
jangka waktu yang rigid, sehingga proses pelaksanaannya harus sesuai dengan
jadwal yang sudah ditetapkan oleh panitia penyelenggara. Oleh karena itu,
dengan pembiaran permasalah dan/atau inefektifitas proses penyelesaian
permasalahan, akan memperngaruhi pada tahapan-tahapan selanjutnya yang
akan menggangu proses demokrasi yang nanti akan merugikan banyak pihak,
9 Lihat Nyimas Latifah Letty Aziz, Politik Anggaran dalam Pelaksanaan Pilkada Serentak di
Indonesia, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol.42 No.1 (2016), Hlm.55
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 12
implementasi dan luaran yang dihasilkan dapat dikontrol secara langsung oleh
masyarakat.
4. Penegakan Hukum
Penegakan hukum menjadi prinsip penting guna mewujudkan demokrasi
anggaran karena dalam prinsip tersebut, para pengguna anggaran dapat
mempertanggungjawabkan anggaran yang sudah digunakan, sehingga ketika
ada penyalahgunaan anggaran maka akan diberikan punishment atau sanksi
sesuai aturan yan berlaku. Selain itu juga, pilar utama dari negara hukum
adalah adanya due process of law. Dengan prinsip demokrasi anggaran, maka
masyarakat memiliki instrumen hukum untuk bisa menuntut pengguna
anggaran apabila terjadi penyalahgunaan. Hal ini juga sebagai konsekuensi
pertanggungjawaban langsung kepada rakyat.
Prinsip demokrasi anggaran merupakan prinsip yang sangat penting
dilakukan guna menjamin keadilan sosial yang setara (equal). Sejalan dengan
tujuan demokrasi anggaran, demokrasi politik juga memberikan peran penting
untuk memberikan ruang bagi civil society untuk terlibat dalam berbagai proses
ketatanegaraan mulai dari tingkat daerah, hingga nasional untuk menggunakan
hak politiknya.10
Dengan kekuatan anggaran Kabupaten Mojokerto pada tahun 2021
kurang lebih 2,45 triliun11 dan APBD Kabupaten Mojokerto untuk tahun 2022
mencapai 2,3 triliun. 12 Artinya adalah, secara kekuatan anggaran daerah,
Kabupaten Mojokerto mampu mengalokasikan dana cadangan (diluar dana
alokasi khusus dan umum) untuk mendukung penyelenggaraan pemilihan
bupati selain ditopang oleh APBN dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur,
10 Lihat Robert Dahl, 1998, On Democracy, New Haven: Yale University Press, Hlm.63
11 Inilahmojokerto, 2021, Realisasi APBD Kabupaten Mojokerto 2021 Rp 2,45 Triliun, dapat
diakses pada https://inilahmojokerto.com/2021/09/16/realisasi-apbd-kabupaten-
mojokerto-2021-rp-245-triliun/
12 Lihat juga Rachmad Aris, 2021, Raperda APBD Mojokerto 2022 Sebesar 2,3 Triliyn Disetujui
Dewan, bisa diakses pada https://www.bangsaonline.com/berita/98572/raperda-apbd-
mojokerto-2022-sebesar-rp-23-triliun-disetujui-dewan
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 13
Bupati dan Walikota.13 Dana cadangan ini penting dilakukan untuk menutupi
adanya kekurangan anggaran yang memungkinkan terjadi pada pemilihan
Bupati yang akan datang. Pada situasi pesta politik, segala kemungkinan bisa
terjadi, bukan hanya kondisi sosiologis masyarakat, termasuk juga dinamika
politik anggaran yang akan terjadi pada pelaksanaan pemilihan Bupati
Mojokerto.14
Adanya dana cadangan pemilihan Bupati merupakan salah satu upaya
untuk membuat kebijakan yang responsif. Kebijakan responsif harus
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penyelenggaraan pemilihan
secara cepat. Kebijakan yang responsif menentukan kualitas demokrasi lokal15
karena menunjukan kualitas dari penyelenggara pemilihan Bupati yang
nantinya berdampak pada kualitas penyelenggaraan itu sendiri untuk
mendapatkan calon pemimpin di suatu daerah. Semakin baik kualitas
pemilihan, maka semakin ideal juga untuk mendapatkan pemimpin yang dipilih
langsung oleh rakyat.
Pada pemilihan Bupati Mojokerto pada tahun 2020, total Daftar Pemilih
Tetap (DPT) mencapai 823.014 pemilih dan lebih dari 37% adalah pemilih
milenial. 16 Situasi tersebut bisa menjadi modal penting bagi perkembangan
demokrasi dan politik di daerah Kabupaten Mojokerto karena peran generasi
milenial itu sendiri sangat vital. Generasi milenial akan menentukan arah
13 Anggaran Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bersumber dari APBN dengan total
pencairan anggaran 37,4 Triliun untuk pelaksanaan Pilkada Serentak tahun 2020, bisa
dilihat Lenny Tristia Tambun, 2020, Angaran Pilkada 2020 Sudah Cair Rp 37,4 T, bisa diakses
pada https://www.beritasatu.com/nasional/674077/anggaran-pilkada-2020-sudah-cair-
rp-374-t
14 Hal ini bisa dibuktikan pada Pilkada Kabupaten Mojokerto, KPU Kabupaten Mojokerto
menyusun penambahan anggaran yang tadinya 52, 4 miliar, dengan alasan teknis,
pencegahan penularan COVID-19, dan efektifitas TPS, maka melakukan penyusunan
kembali dan menjadi 68,4 miliar. Lihat Ikilhojatim, 2020, KPU Kabupaten Mojokerto Tambah
TPS dan Anggaran 68,4 M, bisa diakses pada https://ikilhojatim.com/kpu-kabupaten-
mojokerto-tambah-tps-dan-anggaran-684-m/
15 Suyatno, Pemilihan bupati dan wakil bupati (Pilkada) dan Tangtangan Demokrasi Lokal di
Indonesia, Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, Vol.1 No.2 (2016), Hlm.220
16 Ulil Abshar, 2020, Waktunya 37% Milenial Kabupaten Mojokerto bersuara, Wujudkan Pilkada
2020 berintegritas dan Sehat, dapat diakses pada
https://mojokertokota.bawaslu.go.id/opini/waktunya-37-milenial-kabupaten-mojokerto-
bersuara-wujudkan-pilkada-2020-berintegritas-dan-sehat/
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 14
kebijakan daerah dan negara kedepannya. Generasi milenian sendiri adalah
generasi yang memiliki bekal pengetahuan teknologi dan informasi dimana
bekal tersebut bisa menjadikan modal dalam perkembangan zaman
kedepannya.17 Selain itu, dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan
kepada pemilih pemula, menjadikan kesempatan baik untuk perkembangan
demokrasi kedepannya.18
17 Lihat Fizher Zulkarnaen, et al. Partisipasi Politik Pemilih Milenial pada Pemilu di Indonesia,
Jurnal Politikom Indonesiana: Kajian Ilmu Pemerintahan, Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi,
Vol.5 No.2 (2020), Hlm.61
18 Lihat Larsen, et al. Democracy for the youth? The impact of mock elections on voting age
attitudes. Journal of Elections, Public Opinion and Parties (2016), Hlm.14
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 15
18 Mojoanyar 12 84 18.157 18.325 36.482
Jumlah 304 2.084 409.459 413.555 823.014
Table 1 – Daftar Pemilih Tetap
19 Moh. Syafii, 2020, Rekapitulasi Pilkada Mojokerti, Istri Mantan Bupati Unggul Telak dari
Petahana, bisa diakses pada
https://regional.kompas.com/read/2020/12/16/21260951/rekapitulasi-pilkada-
mojokerto-istri-mantan-bupati-unggul-telak-dari?page=all
20 Yasmin Dawood, Election Law Originalism: The Supreme Court's Elitist Conception of
Democracy, Saint Louis University of Law Journal, Vol.62 (2020), Hlm.617
21 Lihat Imron Arlado, 2020, APD KPU Butuh 13 Miliar, bisa diakses pada
https://radarmojokerto.jawapos.com/politik/08/06/2020/apd-kpu-butuh-rp-13-miliar
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 17
dirancang sebelumnya. 22 Di masa yang tidak pasti seperti ini, maka
penyelenggara pemilihan Bupati Mojokerto dan pihak-pihak yang terlibat harus
memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Dari fakta pemilihan Bupati
pada tahun 2020 mengalami peningkatan anggaran, maka kedepannya untuk
pemilihan Bupati tahun 2024 akan baiknya untuk mempersiapkan segala
kemungkinan yang ada, termasuk masalah anggaran.
Dengan demikian, apabila terjadi peningkatan jumlah pemilih, terlebih
dunia teknologi informasi semakin berkembang pesat, maka harus ada
peningkatan kapasitas bagi sumber daya penyelenggara pemilu yang tidak
menutup kemungkinan mengalami peningkatan anggaran. Selain
permasalahan tersebut, kebutuhan logistik juga menjadi hal yang perlu
dipertimbangkan karena pada fakta pemilihan bupati 2020, terjadi peningkatan
jumlah TPS, panitia KPPS, bahkan APD bagi anggota KPPS, 23 dan political
resources lainnya, para stakeholders penyelenggara pemilihan Bupati Mojokerto
harus sudah siap untuk menghadapi masalah-masalah tersebut, termasuk
masalah peningkatan kebutuhan anggaran.
Dengan fakta di atas, maka sejatinya dana cadangan merupakan suatu
kebijakan yang sangat baik untuk dilakukan untuk mendukung proses
penyelenggaraan pemilihan Bupati. Selain sebagai bentuk dukungan proses
pemilihan dan perwujudan demokrasi langsung, dana cadangan juga bisa
menjadi solusi yang sesuai dengan prinsip negara hukum dan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemilihan Bupati Mojokerto karena memiliki payung hukum
yang jelas dalam penggunaan anggaran daerah untuk dialokasikan menjadi
dana cadangan pemilihan Bupati. Selain itu juga, dana cadangan tersebut
merupakan suatu kebijakan yang responsif agar terciptanya proses demokrasi
yang berkualitas. Kebijakan yang responsif merupakan salah satu tolak ukur
dari kualitas penyelenggaraan pemilihan, apabila proses pemilihan berjalan
dengan baik, maka akan baik pula kualitas dari demokrasi itu sendiri.
22 Ibid
23 Lihat Imron Arlado, loc.cit
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 18
2.2 Pemerintahan Daerah Dari Segi Historis
1. Periode Tahun 1945 – Tahun 1959
Penyelenggaraan pemerintahan daerah di negara Indonesia telah
ditegaskan dalam Bab VI, Pasal 18 UUD 1945, bahwa “Pembagian daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, …”. Undang-Undang
yang pertama dibentuk setelah kemerdekaan, yaitu Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1945 Tentang Komite Nasional Daerah. Aturan ini berisi beberapa pasal
yang mengintroduksi peran dari Komite Nasional Daerah (KND) sebagai badan
pembantu Pemerintah Pusat untuk mengatur Pemerintah Daerah. Komite
Nasional Daerah ini memiliki beberapa tugas wewenang sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 UU a quo, yang menentukan:“Komite Nasional Daerah menjadi
Badan Perwakilan Rakjat Daerah, jang bersama-sama dengan dan dipimpin oleh
Kepala Daerah menjalankan pekerdjaan mengatur rumah-tangga daerahnja,
asal tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah jang lebih luas dari padanja”.
Dalam Pasal a quo, KND bertugas untuk mengawasi jalannya roda
pemerintahan daerah. Selanjutnya, KND itu sendiri diisi oleh sebanyak-
banyaknya 5 orang unsur sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 UU a quo
yaitu :“Oleh Komite Nasional Daerah dipilih beberapa orang, sebanjak-
banjaknja 5 orang sebagai Badan Executief, jang bersama-sama dengan dan
dipimpin oleh Kepala Daerah mendjalankan Pemerintahan sehari-hari dalam
daerah itu”.
KND secara tidak langsung merupakan unsur-unsur perwakilan dari tiap
daerah itu sendiri untuk membantu menjalankan pemerintahan daerah dan
sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah pusat. Ketua KND juga berfungsi
sebagai Kepala Daerah sebagaimana tugasnya adalah mengelola pemerintahan
daerahnya. Kepala Daerah tersebut diutus langsung pemerintah pusat namun
tetap memilih kepala daerah yang sudah ada sebelumnya guna untuk mencegah
24 Mohammad Arief Hidayat, 2014, Evolusi Sistem Pemilihan bupati dan wakil bupati di
Indonesia, bisa diakses pada https://www.viva.co.id/berita/politik/542375-evolusi-sistem-
pemilihan-kepala-daerah-di-indonesia
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 20
kepala desa diangkat dan dilantik oleh Gubernur daerah setempat setelah
menerima usulan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Desa.25
Setelah itu, pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS) Desember 1949
sampai dengan Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS. Bentuk negara bukan
lagi sebagai negara kesatuan melainkan menjadi negara federasi. Tidak ada lagi
daerah-daerah karena semua daerah yang bergabung dalam RIS disebut negara
bagian dan satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri yang jumlah
keseluruhan ada 16 negara bagian. Keberadaan Indonesia sebagai negara
Federal berlanjut dengan adanya Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950
yang menggantikan Konstitusi RIS.
25 Ibid
26 Ibid
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 21
III, DPRD hanya mengajukan nama, dan yang menentukan adalah Presiden
atau Menteri Dalam Negeri sesuai hirarki pemerintahan pada saat itu. Posisi
pemerintah pusat atas pemerintah daerah semakin kuat setelah adanya
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah,. Dalam undang-undang ini, kepala daerah diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden atau Menteri Dalam Negeri melalui calon-calon yang diusulkan
oleh DPRD. Pemerintah pusat semakin kuat dalam mengelola pemerintahannya
dan mampu mengendalikan pemerintah daerah setelah menetapkan status
kepala daerah sebagai pegawai negara. Konsekwensinya adalah, seorang kepala
daerah tidak dapat diberhentikan oleh DPRD dengan alasan apapun, tetapi
pemberhentian kepala daerah merupakan kewenangan penuh Presiden untuk
gubernur, dan Menteri Dalam Negeri untuk bupati atau walikota.27
Oleh karena itu, setelah keluarnya Dekrit Presiden 1959, sering dikatakan
bahwa sudah tidak ada lagi otonomi daerah dan desentralisasi kekuasaan,
sebab setelah adanya Dekrit Presiden tersebut, pemerintah pusat menguasai
penuh pemerintahan daerah atau sentralistik.28
Pemerintah pusat era Orde Baru mengukuhkan kekuasaan sentrilstik
dan mendominasi atas pemerintah daerah. Rezim orde lama mengontrol penuh
kepala daerah di seluruh sektor pemerintahan daerah. Rezim orde baru
menguatkan perannya hingga tingkat daerah dengan mengubah Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1965 menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Apabila merujuk pada ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, pemilihan Gubernur maupun Bupati
atau Walikota dipilih oleh anggota DPRD. Namun dalam praktiknya Kepala
daerah telah ditentukan oleh Presiden dimana mekanisme pada tingkat DPRD
juga sudah dikontrol keputusannya berdasarkan keinginan Presiden.29 Maka,
kepala daerah sesungguhnya bukan hasil pemilihan DPRD, karena lembaga
27 Ibid
28 Lihat Andi Sagala, Model Otonomi Daerah Pada Masa Orde Lama Orde Baru dan Reformasi
di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal Online Mahasiswa, Vol.3 No.2 (2016), Hlm.6
29 Lihat Diana Yusyanti, Dinamika Hukum Pemilihan bupati dan wakil bupati Menuju Proses
Demokrasi dalam Otonomi Daerah, Jurnal Rechtsvinding, Vol.4 No.1 (2015), Hlm.90
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 22
DPRD pada saat itu hanya diposisikan sebagai lembaga stempel dari hasrat yang
diinginkan oleh pemerintah pusat. Seorang kepala daerh layak atau tidak layak
bukan berdasarkan penilaian yang diberikan oleh DPRD. Tetapi semua
dikembalikan pada pemerintah pusat.
Paradigma yang dibangun oleh pemerintah pusat mengapa menggunakan
pendekatan demikian dalam memilih kepala daerah adalah dikarenakan mereka
menginginkan kepala daerah yang memiliki satu visi dan misi dengan program
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, termasuk mengikuti kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat harus secara taat diikuti. Hal ini
berdampak pada proses pemberhentiannya, ketika DPRD menginginkan untuk
memberhentikan kepala daerah tersebut, dan Presiden tidak menginginkannya,
maka kepala daerah tersebut tidak bisa diberhentikan.
Namun pada kenyataannya, amanat konstitusi tersebut dilanggar oleh
praktik pemerintahan orde baru dimana kekuasaan berada pada tangan
presiden. Hal ini sejatinya tidak sesuai dengan prinsip negara hukum (rechstaat)
dimana pada prinsip negara hukum mengedepankan pada elemen
Pemerintahan dijalankan berdasarkan Undang-Undang (wetmatigheid van
bestuur).30 Pemerintahan harus berdasarkan Undang-Undang merupakan ciri
dari paham constitutionalism, yang artinya adalah kekuasaan pemerintahan
dibatasi oleh undang-undang. Paham tersebut penting diterapkan untuk
mencegah pemerintah menyalahgunakan kekuasaannya. Selain itu, pada
tataran implementasi konsep dan sistem negara hukum harus mengedepankan
pada aspek aturan yang berlaku, keterbukaan/transparansi dan keadilan
sosial.31
30 F. A. Hayek, 2011, The Constitution of Liberty, The Definitive Edition, dalam Ronald Hamowy,
Chicago, University of Chicago Press, Hlm.300
31 Lihat Michael W. Dowdle, China and the Fallacies of Rule of Law, Cultural Dynamics, Vol.11
No.3 (2016), Hlm.288-308
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 23
Indonesia dan runtuhnya rezim Orde Baru. Presiden BJ Habibie yang
menggantikan Soeharto mengambil langkah cepat untuk menguatkan nilai-nilai
demokrasi dengan lahirnya Undang-Undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam rezim Pemerintahan
Daerah yang lahir dari UU a quo, memberikan sinyal kuat untuk memperkuat
kembali otonomi daerah dan sistem desentralisasi. DPRD lebih diapresiasi dan
sejatinya bisa bekerjasama dengan kepala daerah untuk membangun
daerahnya. Oleh karena itu, rezim UU a quo memberikan spektrum yang kuat
bahwa DPRD sebagai lembaga legislatif daerah, dan pemerintah daerah sebagai
lembaga eksekutif daerah. Di masa tersebut, kepala daerah dipilih sepenuhnya
oleh DPRD, dan tidak ada lagi intervensi dari Pemerintah Pusat. Berbeda dengan
sistem sebelumnya, yaitu kepala daerah diangkat oleh Presiden atau Menteri
Dalam Negeri, yang diajukan atau diusulkan oleh DPRD.32
Namun, seiring perkembangan demokrasi di Indonesia, ternyata
mekanisme Pemilihan bupati dan wakil bupati yang dipilih langsung oleh DPRD
masih memiliki kelemahan, karena dalam mekanisme rekrutmen calon kepala
daerah ditemukan banyak praktik politik uang (money politics). Calon kepala
dareah dalam proses politiknya selalu menggunakan kekuatan uang untuk bisa
membeli suara para anggota DPRD dalam pemilihannya. Setalah itu, para
pemegang kekuasaan bersama-sama membangun opini publik positif kepada
calon kepala daerah tersebut.33
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 itu pun kemudian direvisi setelah
banyaknya kritik dari masyarakat karena dianggap menjadi lahan basah para
koruptor menyuburkan politik uang, kelompok oligarki dan tidak melibatkan
partisipasi masyarakat secara meluas. Lalu, terbit Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang pemilihan umum
kepala daerah secara langsung. Meski demikian, pemilihan bupati dan wakil
bupati tersebut tidak serta merta langsung diterapkan karena UU a quo diuji
34 Ibid
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 25
instrumen hukum, logistik, sumber daya, partai politik, dan bahkan anggaran
haruslah disiapkan sebaik mungkin agar bisa berjalannya interaksi demokrasi
dengan baik. Karena salah satu indikator dari konsolidasi demokrasi adalah
terpenuhinya hak-hak politik civil society.35 Dengan demikian, hal yang harus
dihindari adalah ketidaksiapan political resources yang nantinya akan
berdampak kualitas demokrasi yang menurun, bahkan menurun yang akan
memicu kembali pada rezim-rezim sebelumnya dan memancing authoritarian
syndrome bagi masyarakat.
Oleh karena itu, melihat pada sejarah rezim pemilihan bupati dan wakil
bupati, maka kondisi-kondisi yang merugikan masyarakat harus dihindari.
Salah satu upaya untuk menghindari dari tindakan otoriters, dan sewenang-
wenang, maka haruslah dibentuk pemerintahan yang demokratis.
Pemerintahan yang demokratis ini dapat terwujud dari mulai proses pemilihan
langsung oleh rakyat. Pada proses pemilihan inilah, maka anggaran merupakan
salah satu instrumen wajib yang harus dialokasikan agar berjalannya proses
demokrasi tersebut. Maka dengan adanya dana cadangan untuk pemilihan
Bupati, merupakan salah satu upaya untuk membentuk pemeritahan daerah
yang demokratis, yang mengedepankan pada suara rakyat, dan bantuk dari
kedaulatan rakyat itu sendiri.
35 Iwan Satriawan dan Khairil Azmin Mochtar, 2020, Democratic Transition and Constitutional
Justice: Post Reformasi Constitutional Adjudication in Indonesia, Kuala Lumpur, IIUM Press,
Hlm.60
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 26
dapat dirawat dengan baik.
Secara historis, bentuk negara kesatuan telah dipilih oleh para pendiri
negara Indonesia melalui proses yang cukup panjang pada saat Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI -PPKI). Dengan adanya proses yang
telah berlangsung tersebut, pada saat itu belum menemukan keputusan akhir.
Sehingga dilakukan voting pada Sidang Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar yang diadakan tanggal 11 Juli 1945.36 17 orang setuju dengan konsep
negara kesatuan dan 2 orang setuju dengan konsep negara federal, sehingga
diputusakan bahwa bentuk negara Indonesia setelah merdeka adalah Negara
Kesatuan. Pada saat UUD 1945 disahkan tanggal 18 Agustus 1945, istilah
Negara Kesatuan Republik Indonesia resmi digunakan.37
Alinea 1 Pembukaan UUD NRI 1945 menyatakan bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa dan oleh karena itu penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan. Isi dari Alinea 1 UUD NRI 1945 di atas memiliki sebuah
makna yang cukup mendalam khususnya untuk bangsa Indonesia. Telah lama
bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan dimulai dari
a. Penjajahan Portugis Tahun 1509 -1595
b. Penjajahan Spanyol Tahun 1521- 1692
c. Penjajahan Belanda Tahun 1602 – 1942
d. Penjajahan Jepang Tahun 1942 – 1945
Indonesia mengalami masa penjajahan terlama saat Belanda menduduki
Indonesia lebih dari 3,5 abad atau 350 Tahun dan dilanjutkan penjajahan yang
dilakukan oleh Jepang sekitar 3 tahun lamanya.
Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal ini dapat dimaknai bahwa
36 Perdebatan antara M. Yamin dan M. Hatta misalnya dapat dilihat dalam Muhammad Yamin,
(1971), Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, (Jilid Pertama, Cetakan Kedua,1971),
Hlm. 9, 106, 236-238.
37 Ibid, Hlm. 258-259.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 27
bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, sedangkan sistem
pemerintahan yang digunakan adalah republik yang dikepalai seorang presiden
sebagai pemimpin tertinggi dalam sebuah negara. Kesatuan memiliki makna
bahwa setiap bagian masyarakat yang berbeda-beda harus menyatukan dirinya
untuk mencapai tujuan yang sama di dalam suatu negara. Negara kesatuan
dapat diartikan bahwa pemerintah pusat memiliki kedaulatan tertinggi dalam
menjalankan roda pemerintahan.38
Segala bentuk pemerintahan yang berada di bawah pemerintahan pusat
harus tunduk kepada pemerintah pusat sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat
diartikan bahwa konsep negara kesatuan memiliki domain yang sangat kokoh
dibandingkan dengan negara federal atau konfederasi karena pada seyogyanya
dalam negara kesatuan terdapat persatuan dan kesatuan.39 Sehingga negara
kesatuan memiliki sifat pemerintahan yang tunggal yaitu pemerintah pusat
yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Prinsip kesatuan ini
telah dibangun oleh bangsa Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dimana
diartikan bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang juga
menggunakan sebuah prinsip persatuan sebagai adanya prinsip dasar dalam
bernegara.40
Sebuah negara kesatuan pada hakikatnya dapat dilihat dari dua sisi.
Pertama, dari sisi kedaulatan bahwa negara kesatuan memiliki kuasa penuh
yang tidak terbagi. Hal ini dapat diartikan bahwa pemerintah pusat yang
merupakan titik sentral jalannya sebuah negara memiliki kekuasaan yang tidak
terpisah dan harus berdasarkan pada konstitusi. Meskipun dalam negara
38 Sadu Wasistiono, Kajian Hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
(Tinjauan dari Sudut Pandang Manajemen Pemerintahan)", dalam Jurnal Adminirtasi
Pemerintahan Daerah, Volume I, Edisi Kedua 2004, Hal.9, dalam Dr. Ni'matul Huda,
SH,M.Hum, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI, Nusa Media, Bandung, Cetakan 1, 2014,
Hlm.1
39 Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung, 1974, Hlm.188,
dalam Dr. Nimatul Huda, Ibid...,Hlm. 2
40 Jimly Asshidiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2005,
Hlm.78
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 28
kesatuan juga terdapat Pemerintah Daerah yang merupakan perpanjangan
kewenangan dari pemerintah pusat. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa
Pemerintah Daerah dapat membuat Peraturan Daerah (Perda) bukan berarti
pemerintah daerah berdaulat secara penuh, karena pengawasan tertinggi tetap
berada dalam kewenangan Pemerintah Pusat.41
Kedua, negara kesatuan dapat juga dilihat dari adanya susunan negara
dimana dalam kaitannya dengan hal ini sebuah negara kesatuan merupakan
negara bersusun tunggal. Sehingga negara kesatuan hanya memiliki satu
pemerintahan yaitu pemerintah pusat yang menjalankan kewenangannya
secara sentralisasi yang ditetapkan dalam konstitusi. Menurut Thorsten V.
Kalijarvi, negara kesatuan dengan sistem sentralisasi merupakan negara-negara
yang seluruh kekuasaannya dipusatkan pada organ pusat tanpa adanya
pembagian kekuasaan di dalamnya. Sehingga bagian-bagian negara itu
hanyalah bagian pemerintah pusat yang bertindak sebagai wakil-wakil untuk
mengurus wilayahnya masing-masing.42
Namun disisi lain, negara kesatuan juga memiliki dua bentuk. Pertama,
Negara kesatuan bersistem sentralisasi yaitu seluruh urusan dalam negara
hanya akan diatur oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah hanya akan
menjalankan perintah dari pusat. Kedua, Negara kesatuan bersistem
desentralisasi. Dalam hal ini daerah-daerah diberikan sebuah kewenangan
untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri namun tetap
bertanggungjawab pada pemerintah pusat.
Menurut Sri Soemantri, wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah otonom bukan hanya ditentukan dalam konstitusi namun karena
hakikat dalam negara kesatuan.43 Dalam perjalanan pemerintahan yang ada,
terkadang pelaksanaan pemerintahan dengan mengesampingkan hak
41 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia, Edisi Revisi, Cetakan
Keempat, 2009), Hlm. 270-271.
42 Thorsten V. Kalijarvi dalam Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung, Binacipta,
Cetakan Kelima, 1974), Hlm. 179
43 Sri Soemantri M., Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Rajawali, Jakarta.
1981, H.52, dalam Dr.Ni'matul Huda, Op.cit..., Hlm.3
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 29
pemerintah daerah hanya semata-mata untuk kesatuan dan integrasi
negaranya. Sehingga, terkadang menyebabkan longgarnya hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan memunculkan adanya anggapan
perubahan bentuk negara menjadi federal.44
Menurut C.F Strong, sebuah negara kesatuan dan negara federasi
memiliki bentuk yang berbeda khususnya mengenai pengaturan kekuasaan
yang ada di dalamnya :
" The Essence of a unitary state is that the souvereignity is undivided, or, in
other word, that the powers of the central government are unrestricted, for
the constitution of a unitary state does not admit of any other law-making
body than the central one."
Untuk itu, konsep negara kesatuan merupakan sebuah konsep yang baik
diterapkan di Indonesia, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki adat istiadat, agama, strata sosial masyarakat,
pendidikan yang juga berbeda-beda sehingga arah pemikiran masing-masing
masyarakatpun tentiunya juga berbeda.
C.F. Strong juga mengemukakan adanya tiga ciri negara kesatuan,
beberapa hal ini merupakaan sesuatu yang harusnya merepresentasikan
adanya desentralisasi dalam sebuah negara kesatuan. Tiga ciri tersebut antara
lain :45
1. Supremasi hukum dari adanya pembentuk undang-undang
direpresentasikan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Pusat (DPR RI). Hal
ini dikarenakan DPR RI memiliki domain tertinggi dalam sebuah lembaga
legislatif dalam negara kesatuan untuk menjalankan fungsi perundang-
undangan. Sehingga jika dikaji melalui hirarki peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, posisi Undang-Undang merupakan
44 Dr. Ni'matul Huda, SH,M.Hum, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI, Nusa Media, Bandung,
Cetakan 1, 2014, Hlm.4
45 C.F.Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Kajian Tentang Sejarah & Bentuk-bentuk
Konstitusi Dunia, Nuansa dan Nusamedia, Bandung, 2004,Hlm.65
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 30
produk hukum yang memiliki derajat tinggi dibandingkan dengan produk
hukum yang dibuat oleh DPRD.46
2. Sebuah negara kesatuan mengamanatkan bahwa tidak ada lembaga
legislatif lain yang memegang kedaulatan selain DPR RI secara sentral.
Sehingga legislatif daerah tentunya juga harus menjalankan kewenangan
yang telah diberikan oleh pusat, sebagai sebuah pedoman menjalankan
roda kekuasaan di daerah.
3. Dalam sebuah negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi,
pemerintah daerah dibentuk untuk memudahkan dan emmaksimalkan
adanya sistem pemerintahan yang ada, sehingga dalam pelimpahan
kewenangan kepada pemerintah daerah tetap harus bertanggungjawab
pada pemerintah pusat sebagai penentu terakhir dari adanya suatu
kebijakan yang tentu bertentangan dengan adanya aturan telah dibuat
oleh pusat. Esensinya, pemerintah daerah dalam negara kesatuan juga
dibentuk untuk memudahkan penyesuaian dengan kebutuhan
masyarakat yang ada di masing-masing daerah.
48 K. Ramanathan, 2003, Asas sains politik, Fajar Bakti Sdn. Bhd., Selangor, Malaysia, Hlm.
342.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 32
2.4 Teori Kedaulatan Rakyat
Terminologi kedaulatan rakyat memiliki perpaduan antara dua kata yaitu
kata “Kedaulatan” dan “Rakyat”. Masing-masing kata tersebut juga memiliki arti
yang berbeda, Kedaulatan berarti keuasaan tertinggi dan rakyat yang berarti
setiap individu yang ada di dalam sebuah negara. Sehingga jika diartikan secara
langsung, kedaulatan rakyat berarti kekuasaan tertinggi berada pada rakyat
yang ada di dalam suatu negara.
Pada dasarnya sebuah kedaulatan memiliki empat sifat-sifat dasar,
antara lain :49
a. Permanen (yang berarti kedaulatan tetap selama negara berdiri);
b. Asli (yang berarti kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi);
c. Bulat (tidak dapat dibagi-bagi, yang berarti kedaulatan merupakan satu-
satunya kekuasaan yang tertinggi dalam negara); dan
d. Tak terbatas (yang berarti kekuasaan itu tidak dibatasi oleh siapapun,
sebab apabila kekuasaan itu terbatas, tentu ciri bahwa kedaulatan itu
merupakan kekuasaan tertinggi akan lenyap).
Teori kedaulatan rakyat merupakan sebuah reaksi yang muncul pada revolusi
di Prancis atas adanya Teori Kedaulatan Tuhan dan Teori Kedaulatan Raja.
Rakyat pada saat itu menentang kekuasaan raja yang mutlak dan berusaha
menghancurkannya. Sehingga pada saat itu mulai diptoklamirkan ajaran
kedaulatan rakyat.
49 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, edisi kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2011, Hlm. 98.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 33
teratur jika amanat rakyat tidak sampai kepada pemerintah yang sedang
berkuasa kala itu.
Paham kedaulatan rakyat meyakini bahwa sesungguhnya yang berdaulat
dalam sebuah negara adalah rakyat bukan penguasa. Oleh karena itu, dalam
paham kedaulatan rakyat muncul suatu slogan yang sangat terkenal yaitu “vox
populi suprema lex” yang berarti bahwa suara rakyat adalah hukum tertinggi.
Rakyatlah yang berdaulat dan mewakilkan atau menyerahkan kekuasaannya
kepada negara. Sehingga kehendak rakyat merupakan satu-satunya sumber
kekuasaan bagi setiap pemerintah. 50 J.J. Rousseau juga menyatakan bahwa
manusia itu sejak lahirnya adalah merdeka dan berdaulat sebagaimana Tuhan
menciptakannya.51
Kedaulatan Rakyat dapat dipandang dalam beberapa pengertian52,
1. Kedaulatan Rakyat Dalam Pengertian “Seluruh Rakyat“ Dalam Wilayah
Negara. Pengertian ini mengacu pada ajaran Rosseau yang mewujudkun
kedaulatan merupakan wujud dari kehendak umum yang juga
merupakan kehendak rakyat. Dalam hal ini, ada peleburan antara
kehendak umum dengan kehendak publik sehingga tidak ada
pertentangan dengan kehendak negara.
2. Kedaulatan Rakyat dalam Pengertian Rakyat sebagai “Bangsa”. Konsepsi
ini merupakan juga penjabaran dari ajaran Rosseau di atas, di mana
dianggap ada suatu fondasi nasional yang berasal darikedaulatan yang
menggerakkan masyarakat. negara merupakan suatu kesatuan yang
mentransdensikan kepentingan-kepentingan individualistik. Negara
dipandang sebagai personifikasi individu yang bertujuan untuk
melindungi kebebasan nasional.53 Pandangan kedaulatan rakyat sebagai
“bangsa” juga berpotensi untuk menghasilkan totalitarianisme karena
50 M. Iwan Satriawan dan Siti Khoiriah, Ilmu Negara, cetakan pertama, Rajawali Pers, Jakarta,
2016, Hlm. 59.
51 Victor Situmorang, Intisari Ilmu Negara, cetakan pertama, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Hlm.
80.
52 Isharyanto, Kedaulatan Rakyat dan Sistem Perwakilan Menurut UUD 1945, cetakan pertama,
WR, 2016, Hlm 15 - 18
53 Franz-Magnis Suseno, 1994, Etika Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 249.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 34
menempatkan “jiwa bangsa” yang mengacu kepada suatu kesadaran
kolektif yang bersifat historis, kultural, dan mistis.
3. Kedaulatan Rakyat yang Bersifat Korporatis. Pandangan korporatis ini
memandang bahwa rakyat meliputi juga penguasa sehingga rakyat
dipandang sebagai suatu totalitas dengan penguasa. Konsekuensinya,
penguasa dengan muda dapat “mengatasnamakan” rakyat dalam suatu
totalitas negara. Dalam bingkai “kekeluargaan”, penguasa bertindak
sebagai “bapak/kepala keluarga” yang mempunyai hak untuk mengatur
dan mengharmoniskan seluruh kepentingan “rakyat”.54
4. Kedaulatan Rakyat Sebagai Kedaulatan Dewan Pemilih dan Kedaulatan
Badan Perwakilan. Dalam pandangan ini, kedaulatan dibentuk atas
pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang berkembang di dalam
masyarakat. Jadi, identifikasi rakyat pararel dengan mayoritas yang
memiliki pengaruh baik di dewan pemilihan maupun badan perwakilan
rakyat. Kedaulatan rakyat menggambarkan perimbangan pengaruh
kekuatan-kekuatan politik yang berkembang di dalam masyarakat.
56 Jimly Assidiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans-Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Pres,
Jakarta, 2007, Hlm. 60-61.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 38
negara karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. 57
57 Deliar Noer. Pengantar ke Pemikiran Politik. CV Rajawali, Jakarta. 1983. Hlm. 207
58 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan pertama, Penerbit Nuansa
dan penerbit Nusamedia, Bandung, 2006, Hlm 409.
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 39
menyatakan kebebasan berpendepat, hak atas pers,hak atas
kebebasan informasi, hak berkumpul dan berserikat yang juga
dijamin oleh konstitusi.59
2. Demokrasi Tidak Langsung (Inderect Democracy)
Demokrasi tidak langsung merupakan suatu bentuk
penyelenggaraan kedaulatan rakyat dengan tidak langsung dan
menggunakan lembaga perwakilan. Dalam sebuah negara yang
menganut demokrasi modern biasanya, hal ini kerap kali dilakukan.
Karena dipandang lebih mudah dan praktis tanpa harus meminta
persetujuan dari seluruh rakyat pada saat pengambilan kebijakan dan
cukup diwakilkan.
Sebuah negara yang majemuk, tentunya memiliki keuntungan
saat menggunakan sistem demokrasi ini, karena perbedaan yang ada
tentu bisa segera di atasi dan cukup menyerahkan semuanya kepada
lembaga perwakilan. Adapun lembaga perwakilan yang dimaksud
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPR RI). Namun pada
hakikatnya setiap sistem politik juga memiliki kelebihan dan
kekuarangannya masing-masing.
Namun karena demokrasi merupakasn sebuah gagasan yang
dinamis, maka diharapkan dapat mengikuti segala perubahan yang
ada dalam suatu wilayah negara. Dalam sebuah sistem demokrasi,
apabila negara mampu mencapai adanya kebebasan, keadilan,
kesejahteraan maka negara dikatakan sukses dalam penyelenggaraan
demokrasi yang diterapkan.
Dalam kaitan dengan demokrasi tidak langsung, diharapkan bahwa
perwakilan masyarakat yang duduk di dalam parlemen kiranya dapat
berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga, tujuan negara yang telah
59 Hufron dan Syofyan Hadi, Ilmu Negara Kotemporer, Laksbang Grafika, Surabaya, 2016, Hlm.
241
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 40
tercantum dalam Aline ke 4 pembukaan UUD NRI 1945 dapat tercapai.
Kembali pada konsep demokrasi secara terminologis, bahwa demokrasi
merupakan sebuah konsep yang mengamanatkan rakyat sebagai pemilik
kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara yang menyatakan dirinya
sebagai negara demokrasi. Sehingga pengambilan suatu kebijakan dalam
negara juga harus berpihak kepada rakyat.
60 Lihat Anwar C, 2011. Teori dan Hukum Konstitusi, Malang, Intrans Publishing, hlm.46-27
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 41
terjadinya kesewenang-wenangan kekuasaan, maka pemerintah dalam
menjalankan kewenangannya harus dibekali dengan landasan aturan yang
jelas. Aturan tersebut berfungsi untuk menjadi aturan main yang bisa
digunakan pemegang kekuasaan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
4. Adanya Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan elemen penting yang harus
dimiliki oleh negara yang menerapkan konsep negara hukum. Pengadilan Tata
Usaha Negara memiliki fungsi sebagai Lembaga penegak hukum ketika
terjadinya pelanggaran suatu aturan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan
demikian, Pengadilan tersebut merupakan sebagai simbol dari penegakan
hukum di suatu negara.
Selain itu, teori negara hukum yang disampaikan oleh AV Dicey61 terkait
rule of law, ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Memiliki kedudukan yang sama didepan hukum (Equality before the law)
Artinya setiap manusia mempunyai kedudukan hukum yang sama dan
mendapatkan perlakuan yang sama. Perilaku ini harus ditunjukan oleh negara
bahwa setiap kebijakan yang dibuat tidak berlandaskan pada satu suku, agama,
ras, dan antar golongan. Oleh karena itu, dengan penerapan prinsip equality
before the law, tidak ada sikap diskriminasi terhadap warga negara yang bisa
melanggar hak asasi manusia.
2. Supremasi hukum (supremacy of law)
Artinya kekuasaan tertinggi terletak pada hukum. Hukum menjadi
panglima tertinggi disuatu negara. Semua aspek kehidupan, berbangsa, dan
negara harus berlandaskan pada aturan yang berlaku. Aturan tersebut
merupakan cerminan dari cita-cita masyarakat, dan memiliki tujuan untuk
memberikan keadilan, kemanfaatan, dan juga kepastian hukum bagi
masyarakat.
61 Rokilah, Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat dan Rule Of Law, Nurani
Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol.2 No.1 hlm.15
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 42
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang dan putusan
pengadilan (due process of law)
Due process of law merupakan elemen penting dari konsepsi negara hukum.
Karena dengan adanya due process of law, maka akan memberikan akses
hukum kepada masyarakat untuk mencari dan menegakan keadilan. Due
process sejatinya merupakan jantung dari sebuah negara hukum, karena pada
proses inilah, semua penyelenggaraan negara harus tunduk dan memberikan
akses transparansi sebessar-besarnya kepada masyarakat sebagai upaya
perlindungan hukum yang terjadi kepada masyarakat.
62 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta, PSH FH UII, 2001, Hlm. 3
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 43
Hal tersebut juga diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(UU No. 12 Tahun 2011) menentukan bahwa materi peraturan
daerah meliputi: seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.63
Peraturan Daerah Tentang Dana Cadangan Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Mojokerto adalah peraturan daerah yang materi
muatannya sebagai penjabaran dari Undang-Undang Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang mengamanatkan,
bahwa segala biaya pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Pemerintahan daerah, dengan tetap mengacu pada APBD nya dapat
memberlakukan peraturan daerah sebagai landasan hukum
membentuk dana cadangan pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota.
Peraturan Daerah adalah produk hukum daerah bersifat mengatur
yang dibuat oleh DPRD bersama dengan Kepala Daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah termasuk di
dalamnya penyelenggaraan pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota,
antara lain dimaksudkan untuk mewujudkan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan peluang bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan pemerintahan dalam rangka mempercepat
pembangunan di daerah agar terwujud pemerintahan yang bersih
dan berwibawa.64
Sebagai bagian dari penyelenggaraan pemerintahan daerah,
penyusunan peraturan daerah untuk pembentukan dana cadangan
65 Ani Sri Rahayu, Pengantar Pemerintah Daerah Kajian Teori, Hukum, dan Aplikasinya, Sinar
Grafika, Malang, 2017, Hlm. 1
66 Maria Farida Indarti Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
Kanisius, Yogyakarta, Hlm. 26-31
67 Ibid., Hlm. 29-30
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 45
yaitu meliputi: kejelasan tujuan, kelembagaan pembentuk yang
tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan
rumusan dan keterbukaan.
Peraturan daerah terkait pembentukan dana cadangan
pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota hendaknya di dalamnya
memuat regulasi yang dapat ditaati dan responsif 68 terhadap
kebutuhan masyarakat. Peraturan daerah terkait dana cadangan
pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota hendaknya ketentuannya
memberikan tekanan pada prinsip-prinsip dan tujuan pembentukan
dana cadangan tersebut, dan berwatak kerakyatan (populis). 69 Oleh
karena itu pembuatan peraturan daerah sebagaimana di maksud
dalam naskah akademis ini harus berbasis riset. Secara garis besar
materi yang termuat dalam peraturan tersebut adalah mengandung
asas pengayoman, kekeluargaan, kenusantaraan, bhinneka tunggal
ika, kemanusiaan, kebangsaan, keadilan, kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintah, ketertiban dan kepastian hukum
serta keseimbangan, keserasian dan keselarasan. Demikian juga
untuk muatannya dalam rangka penyelenggaraan penyelenggaraan
pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota yang dapat menampung
kondisi khusus daerah, selain sebagai inisiatif dari pemerintah
daerah70 serta sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
72 Carolina G. Hernandez, dikutip dalam Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Good
Governance Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Perspektif Hukum Tata Negara
dan Hukum Administrasi), makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Good Governance
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Pemantapan Otonomi Luas,
Nyata, dan Bertanggungjawab, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas
Warmadewa, Denpasar, 24 Mei 2002, Hlm. 1
73 Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Fokusmedia,
Bandung, 2003, Hlm. 7-8
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 47
sistem hukum yang sehat;
c. Transparansi
adanya keterbukaan dalam semua aspek kegiatan yang
menyangkut kepentingan publik;
d. Daya Tanggap
pemerintah memiliki daya tanggap terhadap keingingan,
kebutuhan, dan kepentingan maupun keluhan masyarakat;
e. Orientasi Pada Konsesus
melalui kebijakannya, pemerintah mampu jadi perantara antar
kepentingan yang berbeda dalam memilih yang terbaik untuk
kepentingan masyarakat luas;
f. Keadilan
setiap individu dalam masyarakat memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera;
g. Efektifitas dan Efisiensi
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah
daerah mampu menghasilkan apa yang ingin dicapai dan dapat
menggunakan sumber dana yang ada sebaik mungkin;
h. Akuntabilitas
pemerintah mampu mempertanggungjawabkan segala bentuk
tindakan dan kebijakannya terhadap public dan stake holders;
i. Visi Strategis
pemerintah daerah dalam kebijakannya memiliki perspektif good
governance dalam pengembangan masyarakat secara luas untuk
masa mendatang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
74 Tatiek Sri Djatmiati, Faute Personelle dan Faute De Service Dalam Tanggung Gugat Negara,
Yuridika, Vol. 19 No. 4, Juli-Agustus, 2004, Hlm. 353
NASKAH AKADEMIK RAPERDA DANA CADANGAN KABUPATEN MOJOKERTO 49
Tahun 2005 juga secara teknis mengikuti pedoman pengelolaan
keuangan yang telah ditentukan dalam Peraturan Kementerian
Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah (Permendagri No. 77 Tahun 2020).
Dana cadangan adalah merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Sebagai
salah satu bentuk dari pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana
telah ditentukan dalam Pasal 4 dari PP No. 58 Tahun 2005,
pengelolaan dana cadangan harus dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatuhan, manfaat untuk masyarakat, yang dilaksanakan
dalam satu sistem yang terintegrasi diwujudkan dalam APBD yang
setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 122 PP No. 58 Tahun 2005 menentukan bahwa
pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan
peraturan daerah dalam rangka membentuk dana cadangan guna
mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
dibebankan dalam satu tahun anggaran. Salah satunya adalah dana
cadangan untuk pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota. Pasal 123 PP
No. 58 Tahun 2005 selanjutnya menentukan bahwa: dana cadangan
ditempatkan pada rekening tersendiri dan dikelola oleh PPKD; apabila
dana tersebut belum digunakan sesuai dengan peruntukannya maka
dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan
hasil tetap dengan resiko rendah dengan maksud untuk menambah
dana cadangan; posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggung jawaban APBD.
Sesuai ketentuan di atas, maka pembentukan dana cadangan
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis (filosofische grondslag) merupakan pertimbangan atau
alasan yang menggambarkan bahwa peraturan tentang pengelolaan keuangan
daerah yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan
cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum Negara ini diatur secara tegas dalam Pasal 2 Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2011.
Dalam pembentukan suatu produk hukum di Indonesia, tentunya juga
harus dijiwai oleh staats fundamental norm sebagai kaidah pokok yaitu
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi dan way of life bangsa Indonesia,
diharapkan dapat menjiwai segala tatanan kehidupan bangsa. Demikian juga
halnya dengan Peraturan Daerah Kabupaten yang merupakan salah satu jenis
peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU
Nomor 12 Tahun 2011, haruslah berlandaskan Pancasila.
Pancasila merupakan panduan bagi terbentuknya hukum nasional.
Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
merupakan grundnorm dalam sistem hukum Indonesia yang memberikan arah
dan jiwa. Semua produk hukum yang dibuat dan diberlakukan, ditujukan
untuk mewujudkan gagasan-gagasan yang dikandung dalam Pancasila. Oleh
karena Pancasila adalah dasar, ideologi negara serta dasar filosofis negara,
maka setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila
menjadi ukuran untuk menilai suatu kebijakan hukum (legal policy) atau dapat
B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis (sociologische grondslag) merupakan pertimbangan
atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara yang
6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota merupakan salah
satu mekanisme kepemimpinan nasional yang dilakukan secara langsung oleh
rakyat. Payung hukum untuk pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota telah
diatur secara detail dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-
Undang. Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota dilaksanakan setiap lima tahun
dan dilaksanakan secara serentak dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
Komisi Pemilihan Umum.
Berdasarkan Undang-Undang aquo, seluruh pembiayaan untuk
pelaksanaan pemilihan Gubernur.bupati dan Walikota diperoleh dari APBD,
sehingga dalam APBD Kabupaten Mojokerto harus dialokasikan dana untuk
membiayai pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto. Kebutuhan dana
untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto tentu tidak sedikit,
sehingga harus dipikirkan metode yang tepat agar semua kebutuhan dana
tercukupi dan di sisi yang lain tidak mengganggu program pembangunan di
Kabupaten Mojokerto.
Kecukupan dana pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Mojokerto dapat dipenuhi melalui Dana Cadangan pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati yang disisihkan setiap tahun dalam APBD. Namun penyisihan dana
cadangan tidak dapat serta merta dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten
Mojokerto tanpa ada Peraturan Daerah yang dibentuk sebagai dasar hukum
mengenai Dana Cadangan.
A. Buku
Allan Wall et al., Electoral Management Design: The International
IDEA Handbook, Stockholm. IDEA, 2006
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011)
Ani Sri Rahayu, Pengantar Pemerintah Daerah Kajian Teori, Hukum,
dan Aplikasinya, Sinar Grafika, Malang, 2017
Anwar C, 2011. Teori dan Hukum Konstitusi, Malang, Intrans
Publishing
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta, PSH
FH UII, 2001
Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di
Indonesia, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1998
C.F.Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Kajian Tentang
Sejarah & Bentuk-bentuk Konstitusi Dunia, Nuansa dan
Nusamedia, Bandung, 2004
Deliar Noer. Pengantar ke Pemikiran Politik. CV Rajawali, Jakarta.
1983
Diana Yusyanti, Dinamika Hukum Pemilihan Kepala Daerah Menuju
Proses Demokrasi dalam Otonomi Daerah, Jurnal
Rechtsvinding, Vol.4 No.1 2015
F. A. Hayek, 2011, The Constitution of Liberty, The Definitive Edition,
dalam Ronald Hamowy, Chicago, University of Chicago Press
Fitriyah, Meninjau Ulang Sistem Pilkada Langsung: Masukan Untuk
Pilkada Langsung Berkualitas, Politika: Jurnal Ilmu Politik,
Vol.2 No.1 2013
Fizher Zulkarnaen, et al. Partisipasi Politik Pemilih Milenial pada
Pemilu di Indonesia, Jurnal Politikom Indonesiana: Kajian Ilmu
Pemerintahan, Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi, Vol.5 No.2
2020
Franz-Magnis Suseno, Etika Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan
pertama, Penerbit Nuansa dan penerbit Nusamedia, Bandung,
2006
Hufron dan Syofyan Hadi, Ilmu Negara Kotemporer, Laksbang Grafika,
Surabaya, 2016
HR. Syaukani dkk., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Cetakan
VII, Pustaka Pelajar Offset, Jakarta, 2009
Isharyanto, Kedaulatan Rakyat dan Sistem Perwakilan Menurut UUD
1945, cetakan pertama, WR, 2016
Iwan Satriawan dan Khairil Azmin Mochtar, Democratic Transition and
Constitutional Justice: Post Reformasi Constitutional Adjudication
in Indonesia, Kuala Lumpur, IIUM Press, 2020
Iwan Satriawan dan Siti Khoiriah, Ilmu Negara, cetakan pertama, Rajawali
Pers, Jakarta, 2016
Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Nomokrasi: Prasyarat Menuju
Indonesia Baru, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar
Demokrasi (Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan HAM),
Konstitusi Press, 2005
Jimly Asshidiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia,
Konstitusi Press, Jakarta, 2005
Jimly Assidiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans-Kelsen Tentang Hukum,
Konstitusi Pres, Jakarta, 2007
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Pemikiran UUD Negara Kesatuan RI,
Jakarta, the Habibie Center, 2001
Joko Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Sistem dan
Problema Penerapan di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2005
Kastorius Sinaga, Pemilihan Langsung Kepala Daerah Kota dan
Kabupaten: Beberapa Catatan Awal, dalam Agung Djojosukarto
dan Rudi Hauter, Pemilihan Langsung Kepala Daerah
Transformasi Menuju Demokrasi Lokal, Kerjasama ADEKSI
dengan Konrad-Adenauer-Stiftung, 2006
Maria Farida Indarti Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Jenis,
Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia, Edisi
Revisi, Cetakan Keempat, 2009
Moh. Mahfud M.D., , Politik Hukum di Indonesia, Jakarta:LP3ES, 1998
M. Solly Lubis, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan
Mengenai Pemerintah Daerah, Alumni, Bandung, 1990
Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, (Jilid Pertama,
Cetakan Kedua,1971
Ni'matul Huda, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI, Nusa Media,
Bandung, Cetakan 1, 2014
Paulus E. Lotulung dalam Philipus M. Hadjon, Hukum Administrasi
dan Good Governance, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta,
2010
Robert Dahl, 1998, On Democracy, New Haven: Yale University Press
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Fokusmedia, Bandung, 2003
Sri Soemantri M., Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara,
Rajawali, Jakarta. 1981
Syamsuddin Haris, Struktur, Proses, dan Fungsi Pemilihan Umum,
Catatan Pendahuluan dalam Pemilihan Umum di Indonesia,
PPW-LIPI, 1997
Thorsten V. Kalijarvi dalam Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik,
(Bandung, Binacipta, Cetakan Kelima, 1974
Victor Situmorang, Intisari Ilmu Negara, cetakan pertama, Bina
Aksara, Jakarta, 1987
B. Makalah/Artikel Jurnal
Andi Sagala, Model Otonomi Daerah Pada Masa Orde Lama Orde Baru
dan Reformasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal
Online Mahasiswa, Vol.3 No.2 (2016)
Carolina G. Hernandez, Good Governance Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Perspektif Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi), makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
Good Governance Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dalam Rangka Pemantapan Otonomi Luas, Nyata, dan
Bertanggungjawab, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum
Universitas Warmadewa, Denpasar, 24 Mei 2002
Larsen, et al. Democracy for the youth? The impact of mock elections
on voting age attitudes. Journal of Elections, Public Opinion and
Parties (2016)
Marianus Mantovanny Tapung dan Mohammad Liwa Irrubai,
Pendidikan Politik: Problematika Mendulang Legitimasi
Masyarakat Adat Demi Politik Elektoral Pada Pemilu Langsung
di Manggarai (Studi Kritik Sosial terhadap Idealitas Politik ‘Social
Welfare’), Schemata: Jurnal Pascasarjana UIN Mataram, Vol.10
No.1 (2021)
Michael W. Dowdle, China and the Fallacies of Rule of Law, Cultural
Dynamics, Vol.11 No.3 2016
Muhammad Suharjono, Pembentukan Peraturan Daerah Yang
Responsif Dalam Mendukung Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 10 No. 19, Pebruari 2014
Nyimas Latifah Letty Aziz, Politik Anggaran dalam Pelaksanaan
Pilkada Serentak di Indonesia, Jurnal Masyarakat Indonesia,
Vol.42 No.1 2016
Rokilah, Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat dan
Rule Of Law, Nurani Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol.2 No.1
Ryan C. Amacher, A Budget Size in A Democracy: A Review of the
Arguments, Public Finance Review, Vol.3 No.2 1975
Suyatno, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Tangtangan
Demokrasi Lokal di Indonesia, Politik Indonesia: Indonesian
Political Science Review, Vol.1 No.2 2016
Tatiek Sri Djatmiati, Faute Personelle dan Faute De Service Dalam
Tanggung Gugat Negara, Yuridika, Vol. 19 No. 4, Juli-Agustus,
2004
Yasmin Dawood, Election Law Originalism: The Supreme Court's
Elitist Conception of Democracy, Saint Louis University of Law
Journal, Vol.62 2020
C. Internet
Imron Arlado, 2020, APD KPU Butuh 13 Miliar, bisa diakses pada
https://radarmojokerto.jawapos.com/politik/08/06/2020/apd
-kpu-butuh-rp-13-miliar
Inilahmojokerto, 2021, Realisasi APBD Kabupaten Mojokerto 2021 Rp
2,45 Triliun, dapat diakses pada
https://inilahmojokerto.com/2021/09/16/realisasi-apbd-
kabupaten-mojokerto-2021-rp-245-triliun/
Ikilhojatim, 2020, KPU Kabupaten Mojokerto Tambah TPS dan
Anggaran 68,4 M, bisa diakses pada
https://ikilhojatim.com/kpu-kabupaten-mojokerto-tambah-
tps-dan-anggaran-684-m/
Lenny Tristia Tambun, 2020, Angaran Pilkada 2020 Sudah Cair Rp
37,4 T, bisa diakses pada
https://www.beritasatu.com/nasional/674077/anggaran-
pilkada-2020-sudah-cair-rp-374-t
Mohammad Arief Hidayat, 2014, Evolusi Sistem Pemilihan Kepala
Daerah di Indonesia, bisa diakses pada
https://www.viva.co.id/berita/politik/542375-evolusi-sistem-
pemilihan-kepala-daerah-di-indonesia
Moh. Syafii, 2020, Rekapitulasi Pilkada Mojokerti, Istri Mantan Bupati
Unggul Telak dari Petahana, bisa diakses pada
https://regional.kompas.com/read/2020/12/16/21260951/re
kapitulasi-pilkada-mojokerto-istri-mantan-bupati-unggul-telak-
dari?page=all
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Gambaran Umum Kondisi Wilayah
Kabupaten Mojokerto, dapat diakses pada
https://mojokertokab.go.id/gambaran_umum
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Hasil Sensus Penduduk 2020,
dapat diakses pada
https://mojokertokab.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/9/
hasil-sensus-penduduk-
2020.html#:~:text=Jumlah%20penduduk%20Kabupaten%20M
ojokerto%20pada,adalah%20sebanyak%201.119.209%20jiwa
Rachmad Aris, 2021, Raperda APBD Mojokerto 2022 Sebesar 2,3
Triliyn Disetujui Dewan, bisa diakses pada
https://www.bangsaonline.com/berita/98572/raperda-apbd-
mojokerto-2022-sebesar-rp-23-triliun-disetujui-dewan
Ulil Abshar, 2020, Waktunya 37% Milenial Kabupaten Mojokerto
bersuara, Wujudkan Pilkada 2020 berintegritas dan Sehat,
dapat diakses pada
https://mojokertokota.bawaslu.go.id/opini/waktunya-37-
milenial-kabupaten-mojokerto-bersuara-wujudkan-pilkada-
2020-berintegritas-dan-sehat/
Badan Pusat Statistik, 2020, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
dan Agama yang Dianut, dapat diakses pada
https://mojokertokab.bps.go.id/statictable/2020/06/23/258/
jumlah-penduduk-menurut-kecamatan-dan-agama-yang-
dianut-2019.html
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Kegiatan Penyusunan Dokumen
RPI2JM Kabupaten Mojokerto Tahun 2016-2020, dapat diakses
pada
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokum
en/rpi2jm/DOCRPIJM_b57666e4dd_BAB%20II002.%20Bab%2
02%20Profil%20Kabupaten%20Mojokerto.pdf
BUPATI MOJOKERTO
PROVINSI JAWA TIMUR
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DANA
CADANGAN UNTUK KEGIATAN PENYELENGGARAAN
PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MOJOKERTO TAHUN
2024.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
4. Bupati adalah Bupati Mojokerto.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Pemilihan Bupati adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di Daerah untuk memilih
Bupati dan Wakil Bupati secara langsung dan demokratis.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
8. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran daerah.
9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan
kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD
dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
10. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak
dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
12. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
BAB II
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Dana Cadangan untuk kegiatan Penyelenggaraan
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto Tahun 2024.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan
dalam tahun anggaran yang berkenaan.
BAB III
TUJUAN
Pasal 3
Pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan untuk
menyediakan biaya guna mendukung kegiatan penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Tahun 2024.
BAB IV
SUMBER DANA CADANGAN
Pasal 4
Pemenuhan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, bersumber dari penyisihan
atas penerimaan Daerah selain Dana Alokasi Khusus (DAK), pinjaman daerah, dan penerimaan
lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
BESARAN DAN PELAKSANAAN
Pasal 5
(1) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebesar Rp. 55.000.000.000 ( Lima
Puluh Lima Miliar Rupiah)
(2) Pemenuhan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalam APBD
yang alokasi dananya disediakan pada:
a. Tahun anggaran ...... sebesar .......
b. Tahun anggaran ......... sebesar ............
c. Tahun anggaran ......... sebesar .............
(3) Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan Pemerintah
Daerah, yang dikelola oleh BUD.
(4) Dana cadangan dapat digunakan jika sudah memenuhi jumlah yang telah ditetapkan.
(5) Untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke
rekening Kas Umum Daerah.
(6) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling tinggi sejumlah pagu dana
cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(7) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan surat perintah
pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.
(8) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 telah selesai dilaksanakan dan
target kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang masih tersisa pada rekening
dana cadangan, dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah.
BAB VI
PENGELOLAAN
Pasal 6
(1) Pengelolaan dana Cadangan dengan cara ditransfer pada rekening tersendiri atas nama Dana
Cadangan Pemerintah Daerah yang dikelola oleh PPKD selaku BUD.
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 7
(1) Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum digunakan
sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam deposito pada bank
yang ditunjuk oleh Bupati yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
(2) Penerimaan hasil bunga rekening dana cadangan dan penempatan dalam deposito
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Penatausahaan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan diperlakukan sama
dengan penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan lainnya yang dibiayai dari
APBD.
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 8
(1) PPKD membuat laporan setiap akhir tahun mengenai posisi dana cadangan kepada Bupati.
(2) Posisi dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pembentukan Dana Cadangan Untuk Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2017 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 3) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 10
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.
Ditetapkan di Mojokerto
pada tanggal
BUPATI MOJOKERTO,
Cap
ttd
IKFINA FAHMAWATI
Diundangkan di Mojokerto
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,
Cap
ttd
TEGUH GUNARKO
I. PENJELASAN UMUM
Pemilihan Bupati secara demokratis sebagai sarana kedaulatan rakyat yang dimanatkan dalam
Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 maka kedaulatan rakyat, demokrasi rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat wajib dihormati sebagai syarat utama pelaksanaan pemilihan Bupati. Sebagaimana
ditegaskan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan bahwa dana untuk
penyelenggaraan Pemilihan Bupati Mojokerto Tahun 2024 sepenuhnya dibebankan pada
APBD. Mengingat dana yang harus disediakan untuk Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mojokerto Tahun 2024 cukup besar dan sangat mempengaruhi
keseimbangan penyediaan dana pada APBD maka perlu untuk membentuk Dana Cadangan
Daerah pada Program Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembentukan Dana Cadangan untuk
Kegiatan Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati untuk Masa Jabatan Tahun
2025-2029.
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1) : Yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan pihak lain pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan bank yang bersangkutan
Ayat (2) : Cukup Jelas
Ayat (3) : Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas