Anda di halaman 1dari 62

Menangkap Peluang di Tengah Perlambatan Ekonomi Digital

Virtual seminar ini adalah sebuah kegiatan rutin yang dilakukan oleh LPPI Tentunya
dalam upaya untuk memberikan wawasan kepada Masyarakat Seputar perbankan,
makroekonomi, perlindungan konsumen dan hal-hal lain yang barangkali perlu disampaikan
kepada masyarakat sebagai bentuk Pengabdian di LPPI kepada masyarakat.

Banyakkan ekonom maupun pengamat ekonomi mengatakan bahawa Pada tahun ini The Fed
akan Menurunkan enam kali Suku bulannya Ekspektasi yang tentunya baik Moga-moga itu
terjadi Namun demikian kita mengetahui juga bahawa Inflasi di Amerika itu belum Sampai
pada target The Fed 2% kalau tidak salah Sekarang dalam posisi 3.4% Dan kemudian juga
kebutuhan Pendanaan Anggaran fiskal Membuat suplai US treasury Atau US treasury
berlebih yang tentunya akan Berisiko Yield US itu meningkat Dan kemudian juga kami
mencatat bahawa Di saat bersamaan The Fed melakukan konsolidasi neraja Yang tentunya
akan menyebabkan US itu melimpah di market Dan Di sisi global yang kedua kami juga
Melihat masalah China yang Sampai sekarang barangkali Era pertungguan China yang Lebih
dari 5% di waktu-waktu yang lalu saya kira ini Sudah tidak akan begitu lagi Sehingga
tentunya akan membawa dampak juga kepada Indonesia mengingat Ekspor kita Cukup
banyak di China Kemudian juga kita melihat masalah properti yang sampai sekarang juga
Belum selesai Yang ketiga tantangan yang ketiga barangkali Dampak Teknikal resesi di Eropa
maupun di Jepang yang Kita ketahui sampai dengan saat ini Dan juga kalau kita melihat
Makroekonomi Indonesia kita Melihat Perkembangan yang cukup bagus sebetulnya kalau
bagaimana kita nanti Menangkap peluang di tengah pelambatan ekonomi global Kita masih
melihat bahawa inflasi tahunan Di Januari 2024 Kita mencatat lebih rendah dari
dibandingkan bulan sebelumnya Itu mencapai 2,57% year-on-year Dan BI Dua hari yang lalu
kalau tidak salah mempertahankan Suku pengacuannya di 6% Nah bagus sekali kan Kita juga
melihat bahwa Berbagai leading indicators di makroekonomi Indonesia Tetap berada pada
level yang optimis Kita mencatat bahawa Purchasing Manager Index itu Ada di angka 52,9 di
posisi Januari Ini menunjukkan bahawa Angka yang cukup expansive Kemudian kita juga
melihat Sisi positif di CCI dan maupun dalam Dalam retail Search Index yang menunjukkan
juga Angka yang positif Bagus sekalian Kita juga Mencatat bahawa Credit Balance tetap
mencatatkan surplus pada Januari 2024 ya meskipun Export mengalami penurunan 8,1%
year-on-year Dan employment negative is di 0,4% Year-on-year Bagus sekalian dengan
Berbagai hal tersebut tentunya Keyakinan itu masih tetap ada di kita Dan kita akan selalu
optimis. Melihat peluang-peluang di tahun 2024 Namun demikian Ditambah dengan
Perkembangan kredit perbandingan kita yang Tumbuh Salah 11,83% di Januari Dan DBK di
5,80% Itu juga cukup memberikan harapan bahawa Target pertumbuhan kredit yang 12%
Target industri

nanti akan tercapai pada saatnya Namun demikian bagus sekalian Memang kami mencatat
bahawa perkembangan Liquiditas perbankan ini cukup Perlu menjadi perhatian kita Karena
kita melihat bahawa Outstanding liquiditas perbankan Sepanjang Q4 Tahun 2023 sampai
dengan Februari 2024 Menunjukkan Perubahan komposisi instrument yang signifikan di
Rivers Repo SUN Yang sebelumnya di Rivers Repo dan SUN ke SRBE Di mana di dalam
SRBE itu kalau SUN dan Rivers Repo itu kan pendek-pendek Sementara di SRBE
Pendaftaran ini di-lock selama 6 bulan sehingga memang Di-lock cukup panjang Di dalam
SRBE Dan kita mencatat juga bahawa Kenapa kita perlu perhatikan liquiditas ke depan
bahawa Outstanding liquiditas Perbankan Harian kita Kalau kita lihat Di Desember 2023
dibandingkan Posisi Februari ini menurun cukup Cukup signifikan Dan ini barangkali juga
Ditambah dengan loan to deposit ratio yang sudah mencapai Lebih dari 83% barangkali juga
Mengindikasikan bahawa kita perlu perhatikan Sisi liquiditas kalau kita ingin Perbankan kita
bertumbuh lebih tinggi lagi ke depan Bagus sekalian namun demikian memang Kita tetap
optimis Di tengah-tengah beberapa kondisi tadi Bahawa peluang-peluang di tahun 2024 Akan
terus Terjadi dan Kami nanti ingin mendengar Bernunya Kino dari buddhistri pandangan
buddhistri Untuk bagaimana tahun di 2024 Dan kemudian nanti Pak Ari Budiarsod dari sisi
fiskal barangkali dan Baik sekalian nanti ada Pak Hamam Dari sisi bagaimana perbankan kita
Dan juga ada ekonomi kita Pak David Samuel Yang dari BCA Yang akan juga memberikan
view bagi kita semua Moga-moga Virtual seminar ke-98 ini Memberikan manfaat yang cukup
luas kepada Kita semua Kepada masyarakat luas Semoga nanti peluang-peluang di 2024 Bisa
direalisasikan dengan baik.

Selanjutnya penyampaian Kino speech dari Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Ibu
Destri Damayanti, pertama berbicara terkait dengan global Bagaimana kondisi global
sekarang Yang tentunya akan sangat mempengaruhi dengan dinamika yang terjadi Di
ekonomi domestik kita Dan yang kedua Saya akan menyoroti ekonomi kita domestik
Termasuk juga bagaimana prospek ekonomi domestik kita ke depan Dan yang ketiga saya
akan berbicara terkait dengan Bagaimana kebijakan Bank Indonesia
Respon dalam rangka untuk Di satu sisi menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia
Tapi di sisi lain Bank Indonesia juga ingin mendorong Pertumbuhan ekonomi.

Bagian pertama yaitu bicara tentang ekonomi global Jadi kalau kita lihat Dalam ekonomi
global ini ada beberapa hal Yang perlu menjadi perhatian kita semua Kerana sebenarnya
semua ini menggambarkan bahawa ekonomi global itu Belum pulih dari ketidakpastian
Pertama kita melihat terkait dengan tensi geopolitik Apa yang terjadi Apakah itu di Eropa
Apakah itu juga terkait dengan Apa di Middle East Itu semua memberikan ketidakpastian
terhadap ekonomi global Yang terakhir ini adalah kejadian di Eropa di mana Pengiriman,
distribusi barang itu terganggu Yang biasanya melalui terusan Suez Akhirnya harus berputar
kerana adanya konflik di Middle East Dan itu menyebabkan Terganggunya arus barang
Kerana Waktu pengiriman itu menjadi molor lebih dari 10 hari Dan ini tentunya akan
menyebabkan Adanya gangguan pada Suply side dari ekonomi kita Kemudian juga Terkait
juga dengan Geopolitik seperti misalnya Yang sekarang kita lihat Sekitar 55 pemilu itu
Sekarang berlangsung dalam waktu yang bersamaan Ya jadi di tahun 2024 ini Dan salah
satunya yang menjadi Menjadi Fokus bagi masyarakat secara umum Adalah bagaimana
pemilu di Amerika Kerana ini tentunya akan mempengaruhi bagaimana nanti arah kebijakan
Amerika ke depan Dan kita tahu bahawa Apa yang terjadi di Amerika sekarang ini Walaupun
kita mungkin memperkirakan bahawa Fed Fund rate itu sudah Mencapai peaknya Namun
demikian sekarang masalahnya adalah Kapan timingnya dan berapa besar The Fed itu akan
mulai Menurunkan suku bunganya Kerana tentunya ini akan sangat berpengaruh bagi
pergerakan

Investasi ataupun aset kelas di negara-negara lainnya Nah ini semuanya memberikan
ketidakpastian Terkait dengan ekonomi dan keuangan global Belum lagi ditambah Isu yang
berikutnya iaitu tentang perambatan ekonomi global Suku bunga Kondisi suku bunga yang
tinggi sejak tahun 2022 dan mencapai peaknya 2023 Tentunya ini akan mendapat mempunyai
dampak terhadap ekonomi Di negara-negara yang begitu agresif meningkatkan suku
bunganya Di antaranya kita melihat apa yang terjadi di Eropa, di Amerika Bahawa
perambatan ekonomi mulai dirasakan sejak tahun 2023 Dan kami melihat 2024 ini juga akan
ada Perambatan ekonomi itu akan terus terjadi Sehingga ekonomi global diperkirakan Hanya
akan tumbuh sekitar 2.8% di tahun 2024 Setelah 2023 diperkirakan tumbuh sekitar 3% Dan
nampaknya juga apa yang terjadi di global adanya fragmentasi ekonomi Jadi kita lihat kalau
ekonomi Amerika so far sebenarnya mereka cukup solid Tapi kita lihat negara lain seperti di
Eropa, seperti di Tiongkok Mereka mengalami perlambatan Dan ini tentunya membuat
kembali ketidakpastian global itu akan terganggu Karena adanya fragmentasi dari
perekonomian global itu sendiri Kemudian isu lain yang juga menjadi perhatian dari kami
adalah Proses disinflasi akhirnya terjadi secara gradual Kita tidak bisa memperkirakan
bahawa proses penurunan inflasi itu terjadi secara cepat Apalagi dengan yang tadi saya
sampaikan adanya gangguan suplai barang Yang terjadi dari distribusi karena permasalahan
di perusahaan Suez Ini tentunya juga akan menyebabkan proses disinflasi lambat Sehingga
ini menyebabkan situasi yang namanya high for longer Yaitu suku bunga yang tinggi akan
tetap bertahan dalam jangka waktu cukup lama Dan ini tentunya akan mempengaruhi yield
dari US bond ataupun obligasi di negara-negara lain Yang juga akan bertahan cukup tinggi
Dan pada akhirnya ini menyebabkan dolar indeks terus mengalami penguatan Nah inilah
kurang lebih apa yang terjadi di ekonomi global Yang se-apa, paling tidak akan
mempengaruhi perekonomian di kita Baik itu di sektor uangan kita maupun di sektor real kita
Nah berikutnya kita lihat, coba Nah bapak ibu sekalian, kita cukup beruntung Jadi
perekonomian Indonesia di tahun 2023, alhamdulillah kita masih bisa tumbuh di atas 5% Itu
tumbuh 5,05% Dan kita beruntung kita punya domestic economy yang cukup solid Yang
berasal dari konsumsi masyarakat dan juga investasi Nah inilah yang paling tidak menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi kita Jadi di tengah adanya ketidakpastian dan perlambatan
ekonomi global Ekonomi kita masih bisa mempunyai daya tahan yang cukup baik Sehingga
masih bisa tumbuh di level 5,05% Dan kalau kita lihat, stabilitas juga cukup terjaga Di mana
inflasi itu juga terkendali Jadi setelah mencapai level tertinggi di tahun 2022 Pada saat itu,
inflasi pangan di bulan Agustus sempat menembus double digit, mendekati 12% Tapi
kemudian dengan kebijakan yang sifatnya sinergi Baik itu Bank Indonesia, pemerintah,
Kementerian Kewangan atau penumbaga lain Maka kita bisa mengendalikan inflasi pangan
Sehingga overall inflasi di akhir tahun 2023 itu berada di level 2,6% Dan inflasi inti berada di
level sekitar 1,8%

Dan volatile food memang sudah menurun Namun demikian, kita tidak bisa lengah Karena
kita juga melihat masih ada masalah El Nino, gangguan cuaca Nah ini yang kita lihat,
tantangan kita terbesar adalah bagaimana mengendalikan inflasi Khususnya di inflasi pangan
tersebut

Nah kemudian kalau kita lihat dari stabilitas rupiah Karena tugas Bank Indonesia memang
bagaimana kita harus menjaga stabilitas rupiah Baik itu kalau domestik kita hubungannya
dengan inflasi Jadi Bank Indonesia mempunyai mandat menjaga inflasi pada level Untuk
2023 kemarin target kami adalah 3% tersebut Dan 2024 ini turun di 2,5% tersebut Nah itu
yang terus akan kami jaga dari sisi di domestik Nah kalau hubungannya dengan sektor
eksternal, maka kita menjaga yang namanya rupiah Yang sejauh ini Alhamdulillah dengan
berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Kita bicarakan nanti ya

Maka nilai tutah rupiah sejauh ini masih bisa cukup terjaga Di mana posisi per 16 Februari
memang rupiah mengalami perlambatan Ataupun depresiasi sebesar 1,43% Namun demikian
apabila dibandingkan dengan negara-negara peers kita Kita masih dalam taraf yang cukup
baik Hal ini disebabkan karena memang gejolak dari global yang sangat tinggi Khususnya
terpengaruh dengan apa yang terjadi di Amerika, di DXY itu sendiri Dan juga di USD
yieldnya mereka yang memang masih sangat tinggi Dan kemudian juga kalau kita lihat
volatilitasnya juga untuk rupiah terjaga Kita lihat di grafik di kiri bawah yang warna biru, bar
cap itu Di mana volatilitas rupiah berada di level sekitar 6,9% Dan itu jauh dibandingkan
dengan negara-negara peers kita Contoh di negara di Thailand ya, Thailand itu yang 12,26%
untuk volatilitasnya Nah kemudian bagaimana dengan kredit? Kredit Alhamdulillah terus
mengalami perbaikan Dan kita terus melihat sejak khususnya dimasuk di semester ke-2 2023
Kredit secara gradual terus menunjukkan perbaikan Bahkan di akhir tahun 2023 kredit sudah
tumbuh kembali ke double digit Itu sebesar 10,38% dengan loan to deposit rasio yang terjaga
di level sekitar 83% Dengan di sini memang kita lihat pertumbuhan dana pihak ketiga yang
mulai pick up masuk di TW4 Jadi gambaran dari sektor ekonomi kita dan juga sektor
keuangan cukup solid Walaupun memang kita melihat volatilitas ataupun di nilai tukar kita
Stabilitas di nilai tukar kita ini memang menjadi fokus dari kami ke depannya Nah nextnya
kita lihat, ini adalah prospek ekonomi Indonesia Tahun 2024 hingga 2025 mendatang Kami
masih cukup confidence Kerana memang kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi kita saat ini
Masih berada di bawah potensial level dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang optimal
Sehingga kita melihat ruang untuk pertumbuhan ekonomi itu masih ada Tanpa menyebabkan
adanya tekanan inflasi Oleh kerana itu kita confidence bahawa di 2024 dan 2025 Kalau kita
lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan Dengan tingkat inflasi
kita turunkan targetnya Dari sebelumnya 3% plus minus 1% Tapi 2024 dan 2025 adalah 2,5%
plus minus 1% Dan untuk ketahanan eksternal kita melihat di sini Karena akaun deficit juga
terjaga Memang akan menjadi defisit Karena seiring dengan perbaikan ekonomi Kita melihat
import juga akan mulai membaik Tapi defisitnya tetap terjaga di level di bawah minus 1%
Dari PDB Dan juga 2025 walaupun dipergerakan akan meningkat Tapi juga tidak terlalu
besar Jadi masih dalam taraf yang cukup aman Dan kemudian juga kita perkirakan untuk
kredit juga akan mengalami peningkatan Kerana kami juga melihat dari sisi demandnya Dari
permintaan perusahaan, rumah tangga, konsumsi Itu juga mulai menunjukkan perbaikan
Sementara dari bank juga kami melihat

Risk appetite bank juga sudah mulai membaik Sehingga kita perkirakan di 2024 Kredit itu
bisa tumbuh dalam range 10 hingga 12% Dan terus meningkat di 2025 dengan range 11
hingga 13% Dan apa game changernya untuk Indonesia ke depan? Game changernya adalah
ekonomi dan kewangan digital Yang kalau kita lihat dalam perkembangannya Beberapa tahun
terakhir ini meningkat dengan pesat Dan hal ini juga tentunya didukung Karena memang
struktur demografi kita

Yang banyak didisih oleh anak-anak muda Maka kita mempunyai bonus demografi Dan
mereka ini kan teknologi savvy Mereka biasa melakukan transaksi dengan ekonomi dan
kewangan digital Sehingga sekarang kalau kita lihat Ekonomi dan kewangan digital itu sudah
melebar Bukan hanya kita bicara dari keuangan digitalnya Tapi juga terkait dengan ekonomi
digitalnya Itu semua juga apakah itu logistiknya Apakah itu e-commerce-nya Apakah itu
transportasi dan segalanya Itu semua sudah berbasis digitalisasi Jadi ini akan menjadi game
changer Untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan Next ya Nah ini sekarang kita
bicara terkait dengan kebijakan Bangladesh Jadi kalau tadi kita membahas di awal Kita tahu
fakta bahawa global ekonomi itu Ketidakpastiannya masih cukup tinggi Sehingga kita tetap
harus khusus di sana Tapi di satu sisi ekonomi domestik kita ini Masih mempunyai ruang
untuk pertumbuhan Jadi kita harus optimistis di sini Jadi kalau kita gabung ya Kita khusus
optimisme Jadi kita optimis tapi tetap kita harus khusus Berhati-hati Karena masih ada ini loh
Tantangan dari global yang memang Tentunya harus dikami pun juga Kami masukkan itu
sebagai bahan pertimbangan Berdasarkan buat suatu kebijakan Jadi beberapa policy issues
Yang akan menjadi perhatian Bank Indonesia Ke depannya adalah Yang pertama tentu
bagaimana kita menjaga inflasi Di dalam koridor 2,5%-1,1% Kemudian bagaimana kita
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah Kemudian bagaimana kita mengelola adanan modal Dan
cadangan defisa Sehingga cukup untuk mendukung stabilitas Di nilai tukar rupiah Dan
kemudian yang keempat Bagaimana kita mencapai kredit atau kembiayaan optimal Dengan
stabilitas sistem keuangan yang terjaga Dan yang kelima Bagaimana kita mendorong
akselerasi digitalisasi Sistem pembayaran Untuk efisiensi transaksi dan keluasan EKD Nah
untuk itu Kita mempunyai yang namanya Bawaran kebijakan Bank Indonesia Di mana
bawaran kebijakan Bank Indonesia ini Ada tiga kebijakan utamanya Yaitu kebijakan moneter
Di mana untuk kebijakan moneter Kita akan fokuskan untuk pro-stability Di mana di situ kita
akan menjaga stabilitas harga Kita menjaga stabilitas nilai tukar rupiah Dan juga menjaga
kecukupan cadangan defisa Untuk stabilitas nilai tukar rupiah Kita mempunyai satu
kebijakan Yang namanya Ataupun program yang namanya Triple intervention Di mana Jika
diperlukan Memang Bank Indonesia akan selalu berada di pasar Kita akan intervensi untuk
sport Kita akan intervensi untuk DNDF Dan kita juga akan intervensi masuk di pasar obligasi
Dalam rangka untuk menjaga stabilitas Nah kemudian Kita lihat yang kedua Adalah
kebijakan makro-prudensial

Di mana untuk kebijakan makro-prudensial Kita akan fokus kepada pro-group Di mana kita
akan mendorong tercapainya Pembiayaan dan kredit yang seimbang Di sini beberapa
instrument kami keluarkan

Dan juga beberapa kebijakan yang kami arahkan Untuk mendorong bank-bank Untuk
menyalurkan kreditnya kepada Beberapa sektor prioritas Dalam hal ini ada 46 sektor prioritas
Dan juga termasuk sektor-sektor yang sepatutnya hilirisasi Dan juga termasuk sektor di
perumahan Di properti Dan juga termasuk untuk UMKM Dan even untuk masyarakat
berpenghasilan di bawah Jadi ini kita fokuskan untuk pro-group Dan kemudian kebijakan
utama lainnya Kebijakan sistem pembayaran Bagaimana kita terus meningkatkan efisiensi
Dan efektivitas dari sistem pembayaran kita Sehingga bisa mendukung terciptanya Atau
optimalisasinya ekonomi dan keuangan digital di Indonesia Dan selanjutnya ada kebijakan
pendukung lainnya Yang tentunya juga sifatnya pro-group Iaitu yang pertama pendalaman
pasar keuangan Karena ini sangat diperlukan untuk mempunyai Sektor keuangan yang stabil
Yang kedua adalah kebijakan terkait dengan UMKM Dan juga untuk ekonomi syariah Semua
ini dilakukan oleh Bangunisia Dalam rangka untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Yang
berkelanjutan Dan terakhir saya ingin sampaikan Di sini ada salah satu contoh Karena yang
sangat penting juga

Adalah bagaimana sinergi itu harus dilakukan Karena permasalahan yang kita hadapi
Semakin kompleks dan multidimensional Sehingga dengan demikian Bangunisia tidak bisa
bekerja sendiri Dalam hal ini sebagai contoh Dalam rangka untuk menjaga inflasi Maka
Bangunisia tentunya bekerja secara intensif Dengan pemerintah Dan juga kolaborasi dengan
kebijakan fiscal Dengan pemerintah, baik itu pemerintah pusat Maupun pemerintah daerah
Dan juga lembaga lainnya tentunya Iaitu bagaimana kita menjaga inflasi Secara bersama-
sama Kerana kita tahu bahawa sumber inflasi itu Saat ini banyak dari supply side Iaitu kalau
kita bicara inflasi sektor pangan Oleh kerana itu Kebijakan moneter sendiri tidak akan efektif
Untuk menangani inflasi yang sumbernya di supply side Oleh kerana itu Ada gerakan
nasional pengendalian inflasi pangan Yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Di bulan
Agustus 2022

Di mana di sini kita bersama-sama Bangunisia, pemerintah pusat, daerah Dan juga lembaga
lain Kita bersama-sama menjaga Yang pertama keterjangkauan harga Dari komoditi
Kemudian ketersediaan pasokan Kemudian kelancaran distribusi Dan tentunya kita
membutuhkan Komunikasi yang efektif Sehingga ini tentunya bisa Menjaga ekspektasi
inflasi yang lebih terkendali Ini semua telah terbukti Di tahun 2023 Di mana Alhamdulillah
Kita bisa menjaga inflasi Sesuai sasaran, yaitu inflasi Untuk headline inflasi kita Atau inflasi
umum Mencapai di 2,61% Jadi Bapak-Ibu sekalian Mungkin ini yang saya sampaikan
Bahawa Bangunisia akan terus bersama-sama Bersinergi dengan kementerian

Dengan lembaga Untuk mencapai Pertumbuhan ekonomi kita yang berkelanjutan Dan juga
tentunya Untuk menjaga stabilitas Di sektor keuangan Demikian, semoga bermanfaat Dan
sekali lagi, terima kasih Dan selamat mengikuti Seminar yang menarik ini

Demikian dari saya Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Wassalamualaikum


Warahmatullahi Wabarakatuh Terima kasih Ibu Destri Dayma Yanti Atas penyampaian
keynote speech Pada virtual seminar hari ini Bapak dan Ibu dapat kami informasikan Jumlah
peserta yang telah bergabung di Room Zoom sebanyak 556 Dan YouTube sebanyak 101
Partisipan sehingga Total 657 Partisipan Selanjutnya izinkan kami Untuk dapat
mendokumentasikan Dengan foto bersama Dimohon kepada Bapak Ibu Untuk dapat
menyalakan kamera masing-masing Dan pada Hitungan ketiga, admin kami Akan memfoto
layar yang ada Pada saat ini Siap Bapak Ibu, saya hitung

Satu Dua, tiga Sekali lagi Satu, dua Tiga Baik, terima kasih Bapak dan Ibu Baik, tanpa
berpanjang lebar Marilah kita memasuki Sesi diskusi dan izinkan kami Untuk
memperkenalkan moderator Kita pada hari ini Moderator kita hari ini adalah Bapak Trioksa
Syiahaan selaku Kepala Riset LPPI Dan selanjutnya izinkan kami memperkenalkan Para
narasumber, narasumber kita yang Pertama adalah Bapak Adi Budiarso Kepala Pusat
Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia Kedua adalah Bapak Amam Sukrianto, Direktur Bisnis Kecil dan Menengah PT
Bank Rakyat Indonesia Dan arah sumber yang ketiga adalah Bapak David Sumwal, Chief
Economist Bank Sentral Asia TBK Selanjutnya, akan kami serahkan kepada Bapak Trioksa
Siahaan selaku moderator untuk dapat memandu diskusi kita pada hari ini Kepada Bapak
Trioksa, dengan hormat kami, persilahkan Baik, terima kasih Mbak Nindi yang kami hormati
Bapak Heru Kristiana, Direktur Utama LPPI Yang kami hormati Ibu Destri Damayanti,
Reputi Gubernur Senior Bank Indonesia Yang kami hormati para narasumber yang telah hadir
bersama kita pada siang hari ini Bapak Ibu yang berbahagia yang menjadi peserta maupun
tamu undangan Dalam kegiatan seminar virtual LPPI yang ke-98 Selamat siang,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Shalom, Salam sejahtera, Om Swastiastu,
Namo Buddhaya dan Salam Kebajikan Bapak Ibu yang berbahagia, tadi kita sudah
mendengar berbagai sambutan Berbagai keynote speech mengenai kondisi saat ini terkait
ekonomi global Dan beberapa hari yang lalu kita juga mendengar berita mengenai resesi
Yang datang dari Jepang maupun dari Eropa Dimana Jepang, Inggeris, Finlandia dan Irlandia
mencatat resesi ekonomi Dan kemungkinan Jerman juga akan mengeluarkan pengumuman
yang sama Iaitu mengalami resesi ekonomi Di sisi lain, konflik di Timur Tengah maupun di
Eropa Timur Juga belum menunjukkan tanda-tanda akan meredah Dan berdampak pada
kenaikan bahan pokok Di Indonesia sendiri, kita melihat juga mulai adanya tren kenaikan
harga bahan pokok Dimana harga beras sudah mulai menunjukkan kenaikan Dan tentunya
kita akan melihat bagaimana peta yang ekonomi Indonesia Kedepannya akan seperti apa
Untuk itu, LPPI dengan senang memberikan Atau menyajikan virtual seminar yang ke-98

Dengan mengangkat tema mengenai Menangkap peluang di tengah perlambatan ekonomi


global Bapak-ibu yang berbahagia, tadi sudah disampaikan Kita telah ada tiga narasumber
Yang bergabung bersama kita pada virtual seminar kita Dan untuk yang pertama, nanti akan
disampaikan Terkait dengan bagaimana strategi kebijakan fiskal Bila kita memperhatikan
terkait kebijakan fiskal ini Adalah tujuannya untuk mendukung transformasi ekonomi Atau
percepatan transformasi ekonomi Dan juga mendukung bagaimana Kebijakan Indonesia
dengan adanya ibu kota baru Dan juga bila memperhatikan perubahan Ekonomi baik dari sisi
tensi geopolitik Maupun tekanan ekonomi global Apakah akan berdampak terhadap
Kebijakan strategi fiskal di dalam negeri Untuk itu, kita telah kedatangan tamu yang istimewa
Pada siang hari ini Beliau adalah Bapak Adi Budiarso Kepala Pusat Kebijakan Sektor
Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia Saya akan
bacakan profil singkat dari Bapak Dr. Adi Budiarso, FCPA Saat ini menjabat sebagai

Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan
Sejak tahun 2020 Kemudian, Wakil Kedeputian Indonesia Pada Financial Stability Board
Sejak tahun 2020 Pernah juga menjabat sebagai Chairman CPA Australia Advisory
Committee Indonesia Tahun 2019-2022 dan 2022-2025 Dewan Komisaris PT Sukovindo
Sejak Desember 2021 Bapak Dr. Adi Budiarso Menyelesaikan pendidikan Master of
Accounting Dari Marshall Business School Di University of Southern California, AS Lulus
tahun 2001 Program doktoral The Professional Doctorate in Business Administration
University of Canberra Lulus tahun 2014 Pernah juga mengikuti pendidikan Di Harvard
School of Public Policy Executive Education on Climate Change and Energy Policy Tahun
2019 Bapak Dr. Adi Budiarso

Akan menyampaikan topik pada virtual seminar kita Mengenai strategi kebijakan fiskal
pemerintah Menghadapi resiko geopolitik dan tantangan ekonomi global Kepada Pak Adi
Waktu kami berikan 25 minit Pak Kami persilakan, terima kasih Terima kasih Pak Trioksa
Sian Terima kasih Pak Trioksa Untuk pengantar yang luar biasa Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh

Shalom, salam sejahtera untuk kita semua Saya akan menghormati Bapak Eru Kristiana Di
RUPEI Saya akan menghormati ibu isteri Bapak-ibu pembicara pada hari ini Dan peserta
yang berbahagia Bapak-ibu sekalian, kami Menyiapkan paparan terkait dengan Strategi
kebijakan pemerintah Menghadapi resiko geopolitik dan tantangan ekonomi global Yang
akan kami bagi dalam tiga bagian besar Yang pertama adalah Kami akan mencoba respon
Atau update singkat Terkait perkembangan ekonomi keuangan terkini

Kemudian kedua, bagian kedua Kami akan mencoba memaparkan bagaimana Perkembangan
APBN 2023 sebagai respon Kebijakan fiskal dan juga Arah kebijakan di 2024 Dan terakhir
tentunya kami akan mencoba Sedikit mengupas tentang pentingnya Penguatan dan
pengembangan Peran dari sektor keuangan, khususnya perbankan Dan sektor lainnya Dalam
mendukung pembiayaan pembangunan yang lebih Inklusif, sustainable dan Menuju Indonesia
maju, bahkan Menuju net zero 2060 or earlier Bapak-ibu sekalian, kalau tadi sudah kami Kita
ikuti bersama Pak Maparan Ibu Destri Dan Pak Airoo Di slide yang pertama ini kami
mencoba

Memetakkan sedikit terkait dengan hubungannya Bapak-ibu Di slide ini Di aditensi politik
Dan geopolitik ini
42:52

Menimbulkan ketidakpastian terbesar Di samping tekanan inflasi dan Proteksionisme sebagai


respon Langsung maupun tidak langsung Terhadap krisis global

Dan pengaruhnya tentunya Bapak-ibu sekalian Secara langsung itu akan Ke GDP, GDP
global Di next slide Tadi Ibu Destri sudah menyampaikan bahawa

43:12

Pertumbuhan global itu sudah Menuju ke 2.6-2.8 Menurun dari prediksi sebelumnya Dan
kesendungannya juga akan lebih Berlanjut di 2024

43:22

Semoga akan bisa rebound Dan kemudian pertumbuhan ekonomi Negara utama juga
mengalami Kanan Bapak-ibu. Bersyukur Indonesia memang menjadi salah satu motor

43:32

Enjin di ASEAN maupun Global untuk pertumbuhan Namun demikian perkembangan Inflasi
yang juga kita Lihat tidak

43:42

Bisa apa namanya Terkontrol Lebih baik di negara maju Ini menimbulkan ketidakpastian
Kami memprediksi juga mungkin
43:52

Tidak bisa lagi di kuartal Kedua mungkin di kuartal ketiga Bapak-ibu ini yang tadi Pak Eru
Sampaikan. Kemungkinan The Fed Kapan ini akan mencoba untuk

Respon yang positif terkait dengan Inflasi dan juga Suku bunga dari Fed rate-nya Di slide
berikutnya Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara sebagaimana tadi

44:12

Sudah ikuti bersama Memang Indonesia cukup stabil di 5% Namun demikian Bapak-ibu
sekarang dengan Global yang tidak menentu Tentunya ini menimbulkan risiko

44:22

Tersendiri. Nah kami Cuba untuk mengusulkan bahawasannya Kita terus berfikir
mengupayakan Potensi sumber pertumbuhan baru bagi Indonesia. Antara yang lain adalah
Green

44:32

Blue Economy, Digital Dan bahkan IKN tadi Salah satunya. Di samping nanti kita Tentu
terus monitor disiplin fiskal Untuk mengelola monitor

44:

42
Walaupun makro, mikro prudensial Kita lebih kuat lagi ke depan Di slide berikutnya, Bapak
Iskandar Tekanan geopolitik dan faktor cuaca Ini secara kelihatan

Sekali dampaknya adalah menyebabkan Harga komoditas yang cukup luku hati Ada beberapa
yang Mengalami penurunan dan beberapa Mengalami kenaikan. Khususnya

angan ini Bapak-ibunya Apa namanya Beras. Jadi ini Menimbulkan juga beberapa Isu
proteksionisme

45:12

Beberapa negara mengetop eksportnya Dan bahkan ada beberapa negara Tentunya seperti
Indonesia perlu Mengikapinya dengan baik Di slide berikutnya, Bapak Iskandar

45:22

Di tengah kelemahan global di tahun 2023, ekonomi Indonesia Tumbuh relatif kuat dan
Monitornya tentu adalah sebagaimana kita Lihat eksport dan import. Kemudian

45:32

Konsumsi pemerintah serta Rumah tangga Kita cuba terus mendorong Pertumbuhan di
komponen Produksi, kita melihat transportasi

45:42
Infocom dan Pertambangan cukup kuat Sektor kewangan sebenarnya ini Kita harapkan juga
akan terus Meningkat ke depan. Dan peta

45:52

Ini tentunya Ditukung dengan konsumsi rumah tangga yang Tumbuh 4.8% dan Manufaktur
yang tumbuh 4.6% Di sisi produksi

Di slide berikutnya, Bapak Iskandar Kita lihat juga mencatat Pertumbuhan yang sangat baik
di seluruh Wilayah di Indonesia, khususnya di Sulawesi Dan Maluku. Ini tentunya karena

46:12

Adanya dukungan Untuk kebijakan hilirisasi SDA. Dan pulau Jawa mengalami kontributor
utama Tetap ekonomi sebesar 57.1%

46:22

Dan tumbuh 5% Di slide berikutnya, Bapak Iskandar Pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat
ini nampaknya Berdampak sangat positif bagi peningkatan

46:32

Kesejahteraan masyarakat Dan ini kita harapkan terus menjadi Kedepan, ya. Paling tidak ada
Dua indikator yang kita lihat, tingkat pengangguran Terbuka dan tingkat kemiskinan, Bapak
Ibu
46:42

Nah, di sektor kewangan Saya ingin mengajak kita semua juga melihat bahawa Sektor
kewangan harus juga mendukung Pertumbuhan Sejahteraan, bahkan sampai usia pension

Nanti akan saya ulas di bagian terakhir Nah, berikutnya, Bapak Iskandar, inflasi relatif
Terkendali, tapi tekanan Harga beras ini memang mesti perlu Tawas padai, Bapak Ibu. Di
samping

47:02

Harga cabai dan bawang kecik Stok beras bulat dapat Dioptimalkan terus untuk menjaga
Stabilisasi perkembangan Salah satu risiko yang perlu kita

47:12

Mitigasi Sementara next slide, ini perkirakan Kita perkirakan pertumbuhan di 2024 Dengan
proyeksi dan dengan Situasi global dan perkembangan

47:22

Domestik yang tadi kita sudah bahas bersama Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh
lembaga internasional pun Mengerucut ke angka Sebagai mana tertampang di sini, Bapak Ibu

Di 2004-2025 Sekitar 4.9 Hingga 5.2% Konsumsi rumah tangga masih Kuat, laju investasi

47:42
Diberkirakan meningkat terus dan ekspor Diberkan mulai tumbuh positif didukung oleh
Produk ilirisasi Ini, next slide Ini volatilitas pasar kewangan global

47:52

Ini kembali ke trend kenaikan dalam Beberapa minggu terakhir, ini bisa Dari volatilitas pasar
saham Pasar obligasi, indeks Dolar ais yang relatif meningkat, serta

48:02

Yield USD 10 years Ini kembali ke trend kenaikan dalam beberapa Hari terakhir, ini
sejalangan yang tadi Ibu Destri sudah sampaikan Nilai tukar

48:12

Indonesia cenderung melemah Sejalangan dengan mayoritas mata wang global Keuangan,
pasar Keuangan Indonesia masih mencatatkan Net capital outflow, Bapak Ibu, dan ini

48:22

Juga ditunjukkan Juga dalam beberapa indeks Yang kita cuba termati Spread spot NDF mulai
menurun meski Rupiah masih cukup volatile

ni juga atas respons Yang inline dengan Investor Yang masih menanti Di tengah kebicaraan
suku bunga ais dan menguatnya

48:42
Indeks NDXJ Net capital inflow Outflow tercatat sebesar 19,37

48:52

Arus modal asing yang masuk ke Pasar saham sebesar 20,5 T, 0,5 T Sementara arus modal
keluar 0,67 T

49:02

Nah, ini Bapak Ibu Juga menunjukkan angka rebound Berhasil masuk ke zona hijau pada
awal Tahun 2024, mayoritas Bergerak di zona pelemahan secara

49:12

Year to date dengan Sektor teknologi masih menjadi Sektor yang berkenaja Terendah, hanya
Sektor keuangan dan barang konsumen

49:22

Non-primary yang bergerak menguat Pada awal tahun 2024 Dan yield SPN Ini jenderal
stabil, ini terakhir Observasi kami terhadap makroGlobal Pemilikan SPN masih didominasi
oleh Perbankan, namun kita mencatat Pemilikan asuransi dan dapen Mulai meningkat ini
Bapak Ibu

49:42
Ini Menurut kami good news dan kita harapkan ke depan Juga instrument untuk Investasi
dalam jangka panjang Semakin akan

49:52

Bisa memenuhi kebutuhan dan Harapan kita semua Bagian kedua dari personal kami adalah
Terkait bagaimana perkembangan APBN 2023

50:02

Dan arah kebijakan fiskal di 2024, sama Bapak Ibu Malumi, 2023 ini adalah Bagaimana
pemerintah Dan otoritas selama ini berkomitmen

50:12

Untuk kembali ke New normal Apabila kita melihat catatan APBN Berhasil menjadi shock
absorber Terkait dengan responsPada dinamika perekonomian global Volatilitas harga,
komoditas Dan akibat perbangunan Di bottom line kita Bapak Ibu, risiko Dilihat dari

50:32

Defisit yang kita sudah cukup terkendali Bahkan Tidak hanya 43%, APBN Realisasi proyeksi
Kami 2023 adalah

50:42
Menuju ke 1,65% Next slide, ini adalah angka yang Bisa ditunjukkan betapa Defisit 1,65%
Tetapi

50:52

Pendapatan tumbuh 5,3 Dan belanja negara mencapai 3,121,9 triliun Ini angka yang Sangat
baik, dan kemudian

51:02

Keseimbangan primer 192,2, ini surplus Kembali setelah negatif Sejak 2012 Bapak Ibu, nah
slide berikutnya

51:12

Inilah bagaimana kebijakan kita Di APBN Ini perlu terus kita dorong untuk menjadi
Instrumen juga memberikan Stimulus ekonomi untuk Kesejahteraan, well being ekonominya
Artinya kebijakan fiskal Harus responsif terhadap dinamakan perekonomian Responsif
terhadap Tantangan pembangunan utama

51:32

Yaitu demografi, digitalisasi Perubahan iklim, dan juga Agenda pembangunan Prioritas,
seperti IKN Dan Pemilu Tahun ini
51:42

Kebijakan fiskal ini perlu memberikan Respons yang positif Respons yang Forward looking
Terhadap juga menjawab tantangan

51:56

Dan mendukung agenda pembangunan kita Selain peran APBN ada Tiga yang utama adalah
stabilisasi Alokasi dan distribusi, ini dengan baik Kita cuba perankan

52:06

Kemudian skenarionya adalah Kebijakan fiskal ini diarahkan Untuk mendukung percepatan
Transformasi ekonomi, menuju kepada Well being ekonomi tadi

52:16

Kedepan, tema kebijakan fiskal 2024 adalah mempercepat transformasi Ekonomi yang ekosif
dan berkelanjutan Dan ini tentunya Menuju kepada Indonesia Maju 2045 Dengan strategi
untuk melakukan Transformasi ekonomi di dalam jangka pendek Menengah panjang Dan
keseluruhannya diharapkan

52:36

Untuk mengecilkan produktivitas Yang meningkat, nilai tambah Atau ekonomi yang bernilai
tambah semakin tinggi Perhatian pada lingkungan Yang baik, komitmen kepada
52:46

NDC dan net zero Yang lebih kuat, menuju kepada Clean dan green energy dan ekonomi
Serta basis ekonomi Yang broad based

52:56

Dan inklusif Angkanya Bisa kita lihat dalam Peta aspek APBN yang sangat singkat APBN
yang sehat

53:07

Yang memberikan stimulus yang kuat Yang memberikan juga Kontrol terhadap risiko Dan
bisa pada saat sama Mendorong akselerasi transformasi ekonomi

53:18

APBN Pendapatan negara, belajar dan pembiayaan Kita coba bersama Dengan pemerintah
dan DPR Membahasnya seperti berikut Tingkat kemiskinan, rasio cini Tingkat pengangguran,
indeks pembangunan Nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan Ini dalam range yang
terpampang Dalam paparan

53:38

Growth kita targetkan 5,2% year on year Inflasi 2,8% Nilai tukar 15,000 Tingkat bunga 6,7%
53:48

Sungai 10 tahun, harga minyak Lifting minyak dan lifting gas Sebagai manfaat uang di dalam
paparan ini Dan defisit Bapak Iskandar Kita bersama-sama

53:58

Mengiktiarkan menuju ke 2,29% Nah ini turun tajam Hampir dua kali lipat dari prediksi Atau
dari proyeksi sebelumnya

54:08

Di anggaran prioritas 2024 Next slide, ini adalah Untuk mendukung transformasi ekonomi
Tentunya kita fokus pada sektor-sektor yang Prioritas

54:18

Ini adalah pendidikan Nomor satu, kemudian Pelindungan sosial Infrastruktur Kemudian
hukum dan ham Lalu Kesehatan dan Ketahanan pangan Dengan harapan tentunya dengan
Respons APBN yang cukup

54:38

Responsif dan forward looking Bapak Iskandar, kita bisa Mengawal Indonesia Maju Dengan
APBN yang sehat Nah satu lagi Bapak Iskandar yang cukup penting bagi
54:48

Indonesia Maju adalah bagaimana Indonesia Juga Menyadari transformasi ekonomi Perlu
didukung dengan penguatan sektor Keuangan untuk mendukung perekonaman

54:58

Nasional yang inklusif, sustainable dan Maju. Nah, Bisi Indonesia 2045 ini perlu Dengan
dukungan transformasi Juga di sektor keuangan

55:08

Bapak Iskandar, apabila kita lihat di sini Sasaran utama dari Indonesia Maju, kita Akan
menuju pada 30.300 GDP per kapita

55:18

Tingkat kemiskinan Pengaruh global kita menjadi 15 Besar Global Power Index Biasa SDM
Dan emisi gas rumah kaca menuju ke net zero Emision 2060 Or earlier. Lalu Bapak Iskandar
Ini indikator di 2045 Sebagai immediate target Indonesia Maju adalah perbankan

55:38

Kita yang selama ini mendominasi sektor Keuangan selama hampir 15 Tahun terakhir Size
nya baru sampai 70% dari GDP
55:48

Ini berpotensi untuk maju atau naik Ke 200% dari GDP Kuncinya adalah Ternyata kuncinya
ada di pendalaman aset Di investasi jangka panjang

55:58

Atau tabungan jangka panjang Jadi asuransi dana pensiun kita Yang sekarang baru 6% Kita
harus dorong ke 60% Dan serta-merta

56:08

Dengan pendalaman di asuransi dana pensiun Pasar modal kita yang sekarang masih di
bawah 70-60% dari GDP Juga bisa menuju ke 120% Dari GDP

56:18

Total kredit UMKM Indonesia Saat ini baru 20% Bahkan di ASEAN 5 sudah Sampai 50-60
Bahkan 80% Indonesia berpeluang menuju dengan pendalaman Sektor keuangan kita 80-90%
dari GDP Nah potret Kapasitas sektor

56:38

Keuangan saat ini bisa kita lihat di Slide berikut Jadi cita-cita tadi Tentunya bisa kita
gambarkan Bahkan di negara maju
56:48

Bahkan negara ASEAN 5 kita Tetangga kita Malaysia, Singapura Dengan Aset industri
asuransi Pensiun yang 60%

56:58

Atau 80% Plus 22 dan 58% Ternyata mereka bisa memperdalam Sektor keuangannya
menjadi 188%

57:08

Pasar modalnya juga 91% Dari GDP. Kita lihat Indonesia Saat ini kita baru aset Industri
asuransi dan pensiun baru Sektor keuangan dari 14% dari GDP

Oleh kerana itu pasar Modal kita juga baru 55% Dari GDP dan Perbankan kita baru 55%
55,7%

57:28

Dari GDP Nah ini peluang kita Kita ingin Kita perlu menjemput Kita menjemput masa depan

57:38

Sektor keuangan perlu menjemput masa depan Kita tidak boleh terlena Indonesia masih muda
Demografi dividen 2045 2035
57:48

2035-2045 kita perlu Percepat reform ini P2SK Atau Undang-Undang Pengembangan
Pengekuatan Sektor Keuangan Sudah bersama-sama kita

57:58

Lahirkan. Ini secara singkat Saya ingin menjelaskan atau Update kepada Bapak-Ibu setelah
ini Bahawa Undang-Undang P2SK sebenarnya sudah bisa Menjawab lima tantangan utama
kita Di sektor keuangan. Rendahnya Inflasi, tingginya biaya transaksi Terbatasnya Instrumen
keuangan khususnya investasi jangka panjang

58:18

Rendahnya kepercayaan dan Pelindungan investor dan Perlunya penguatan koordinasi dalam
Penanganan atau peningkatan kapasitas Menjaga krisis yang melalui ekonomi

58:28

Dan risiko. Ini kita Sama-sama coba setelah Siapkan. Nah oleh karena itu Bapak-Ibu Next
slide. Reformasi Sektor keuangan berbarengan dengan

58:38
Reformasi yang sudah dijelankan seperti Undang-Undang Kerja. Reformasi Undang-Undang
Harmonisasi Perpanjakan Yang memberikan dasar untuk Green economy atau carbon

58:48

Trading Kedepannya. Ini juga bisa menjadi Penguat bagi kita semua untuk menyokong Masa
depan lebih cerah bagi Indonesia Penyederhanan birokras Reformasi birokrasi resursi yang
Sudah dan bersama-sama ini akan menjadi Bagian yang kuat di dalam mendorong Atau
menjemput masa depan Indonesia maju 2045

59:08

Nah slide terakhir yang kami siapkan Adalah Bapak-Ibu ada beberapa pokok Pengaturan
Undang-Undang P2SK yang Dalam tahun ini semua PP Diharapkan bisa kita siapkan

59:18

Saya ingin mencatat Empat inisiatif utama yang Mungkin bisa saya coba update kepada
Bapak-Ibu sekalian. Ya dua bagian Besar reformnel penguatan

59:28

Kelembagaan. Itu ada di BI OJK, LPS, Kementu Untuk mandat termasuk mandat Untuk
pengembangan. Tadi Ibu Desti juga Sampaikan kita bersama-sama melakukan

59:38
Koordinasi dan Penguatan di dalam effort ini Penguatan terkait pengembangan dan
Pendalaman ini termin dalam penguatan Pengembangan sektoralnya

59:48

Dan pokok-pokok pengaturannya Ada dua belas Dua belas inisiatif yang akan Tertuang dalam
sekitar 21 PP yang akan kita Dan pokok-pokok pengaturannya Ada dua belas Dua belas
inisiatif yang akan Tertuang dalam sekitar 21 PP yang akan kita

59:58

Gulirkan bersama. Saya mencatat Ada beberapa yang perlu kita Highlight. Satu Indonesia
ingin mendorong reformasi Di pasar modal, pasar uang

1:00:08

Balota asing dan aset kripto Selama ini, ini proses Transisi kewenangan manajemen Aset
digital atau aset kripto Di sektor kewangan. Itu berarti Indonesia

1:00:18

Memiliki payung hukum yang setara dengan Negara maju. Indonesia P2SK juga sudah akan
Memberikan landasan yang cukup kuat untuk Dasar hukum bagi SPV dan trustee

1:00:28
Di next slide Dan trustee ini dulu agak Sulit kerana kendala Regulatory framework. Indonesia
sudah punya Saat ini, Bapak-Ibu. Sehingga kita bisa

1:00:38

Mendorong adanya business individual owner Diakui di tata hukum kita Yang kedua adalah
terkait dengan Memperkuat industri Keuangan non-bank. Dan ini yang di

1:00:48

Point 5 ini. Yang saya akan putus Secara spesifik. Karena apa? Dengan ada Program
penjaminan polis Asuransi dalam 5 tahun masa Persiapan. Kita juga perlu Menyihatkan
industri asuransi kita Untuk menyongsong pendalaman yang kuat ke depan Kemudian
pension Juga sama. Kerana pension kita Ini adalah merupakan

1:01:08

Dukungan Yang sangat kuat bagi pendalaman Tidak hanya di industri Non-bank. Bahkan
termasuk bank dan Capital market kita. Dan

1:01:18

Berikutnya adalah tentunya hampir semua Sektor keuangan sudah memiliki Undang-undang
yang sangat Setara dengan perbankan Seperti bagaimana kita lihat di kooperasi
1:01:28

Sektor keuangan. Penyelenggaraan jasa Pembiayaan P2P lending Pembiayaan masyarakat


dan usaha mikro LKM dan seterusnya. Serta bagaimana Kita bisa

1:01:38

Memperkuat Literasi inklusi inovasi Perlindungan konsumen dan juga Peningkatan


Ketahanan kita dalam risiko digital

1:01:48

Pengguna perlindungan terhadap Kerasan pengguna data dan berbagai Macam perkembangan
sektor Ekonomi dan keuangan Untuk kita bisa terus 1:01:58

Lakukan penguatan dan pengembangannya Dari sisi regulatory framework industri Tapi juga
di dalam sisi mitigasi risiko Dan pencegahan Atau penanganan terhadap potensi

1:02:08

Pengguna terhadap stabilitas sistem keuangan Mengakhiri presentasi kami Tentunya Pak
Bishwan Strategi perbincangan pemerintah menghadapi risiko Geopolitik dan
tantangan ekonomi global 1:02:18

Ini tidak bisa hanya dikawal Oleh Kementerian Keuangan tapi kita harus Bersama-sama
lakukan sinergi Autoritasi sektor keuangan Dan juga Kementerian Lembaga Terkait
1:02:28

Dan bahkan praktik kita semua Yang ada di sini adalah Aktor utama di dalam Kemampuan
kita untuk Meningkatkan kapasitas

1:02:38

Kebincangan fiskal Potensi kita bisa terus Mitigasi risiko geopolitik dan tantangan ekonomi
global Menyongsong Indonesia Maju 2045

1:02:48

Menjadi cita-cita yang berhasil Kita bersama-sama Ketahap wujudkan Kemudian Bishwan
kami kembalikan kepada moderator Assalamualaikum

1:02:58

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh Terima kasih Pak Adi atas penjelasan Yang
sangat komprehensif Kami mohon Pak Adi tetap stay Nanti kita masih ada

1:03:08

Tanya-jawab mak Di akhir sesi, tadi ada beberapa hal Yang kami catat dari Pemaparan Pak
Adi, iaitu Bersama-sama bersinergi
1:03:18

Untuk mencapai Tujuan Indonesia Maju 2045 Sangat menarik sekali Pak, kita harapkan Nanti
akan dapat

1:03:28

Tercapai sesuai dengan target Dan tepat pada waktunya Baik Bapak Ibu, kita masuk ke dalam
Topik yang kedua Topik yang kedua, kalau kita lihat OJK

1:03:38

Memproyeksikan pertumbuhan Kredit sebanyak Double digit di tahun 2024, tapi Di sisi lain,
di sisi lain tekanan

1:03:48

Sikap politik yang berdampak Kepada resesi Ekonomi di Eropa Maupun yang terjadi juga Di
Jepang, kemudian adanya

1:03:58

Kenaikan harga Bahan pokok pangan Dan juga bila kita perhatikan Perbankan di Indonesia
cenderung Lebih hati-hati dan prudent

1:04:08
Dalam menyalurkan kredit di tahun 2024 ini, apakah Dampak tersebut juga berdampak
Kepada risiko bisnis perbankan Untuk itu, kita akan masuk ke dalam

1:04:18

Topik kedua, telah hadir bersama kita Dalam sumber yang istimewa Saya akan perkenalkan
beliau, beliau adalah Bapak Amam Sukrianto Saat ini menjabat sebagai

1:04:28

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah Bank Rakyat Indonesia Pak Amam Sukrianto

1:04:38

Lama berkarir Di Bank BRI Tahun 2013 sampai 2016 Menjabat sebagai Vice President Of
Gas Oil, Gas and Energy Business

1:04:48

2016-2018 General Manager of BRI New York 2018-2020 Executive Vice President

1:04:58
International Business Division Masih di Bank BRI 2020 sebagai Executive Vice President
Corporate Secretary Division

1:05:08

2020-2021 Senior Executive Vice President Management and Procurement Di PT Bank BRI
Menjadi Direktor di Bank BRI

1:05:18

Sejak tahun 2021 sampai saat ini Pak Amam menyelesaikan Pendidikan S1 dari Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya Malang Dan S2

1:05:28

Master of Business Administration Dari The University of Adelaide South Australian Pak
Amam nanti akan Menyampaikan pemaparan terkait

1:05:38

Mengelola risiko bisnis Perbankan di tengah Geopolitik Kepada Bapak kami berikan Waktu
25 minit kami persilahkan

1:05:48

Terima kasih Terima kasih Terima kasih Pak Trioksa Syahahan selaku Moderator
1:06:02

Yang saya hormati Tentunya Pak Heru Kristiana selaku Direktur utama LPPI Sekaligus
sebagai

1:06:12

Host di acara Seminar sore hari ini Kemudian Yang terhormati Ibu Destri Damayanti Selaku
Deputi

1:06:22

Gubernur Senerbang Indonesia Yang sebelumnya sudah Memberikan keynote speech-nya


Kemudian Pak Adibudi Arso

1:06:32

Ini kawan saya juga Akhir tahun kemarin Kita bareng-bareng Kemudian Pak David Samuel
tentunya nanti

1:06:42

Ini menjadi pembicara berikutnya Setelah saya dan saya juga Tadi hadir Ibu Lofiko Rohim
Selaku Guru Besar Universitas Indonesia dan
1:06:52

Wakil Komunisaris Bank Rakyat Indonesia serta Bapak Ibu peserta Virtual Seminar LPPI
pada Sore hari ini

1:07:06

Bagaimana Tadi sudah Urutannya ini Sudah bagus sekali artinya Pertama memang kita lihat
bahawa

1:07:16

Kita sama-sama Menghadapi kondisi ekonomi Yang uncertainty-nya Masih juga cukup tinggi
Dari sisi global dan dari sisi

1:07:26

Internal juga kita lihat Challenge-nya masih tinggi Tadi di Pak Eru Kristiana, Ibu Destri
Kemudian Pak Hadi Budiarso

1:07:36

Sudah memaparkan seperti Apa kira-kira Policy response yang Akan diambil oleh Para
regulator

1:07:46
Kemudian kami Di perbankan yang merupakan Bagian dari industri Di industri kewangan Ini
tentunya harus mempersiapkan

1:07:56

Strategic response seperti Apa dalam menghadapi kondisi-kondisi tersebut Mungkin akan
Saya mulai juga dengan kita Melihat dulu ekonomik

1:08:06

Dan market update untuk tahun 2024 ini Tadi sudah secara Jelas secara gamblang
Disampaikan oleh Budiastri

1:08:16

Maupun Pak Hadi dan Pak Eru juga Di awal bahawa Kondisi ekonomi global Saat ini secara
umum Memang masih

1:08:26

Dalam posisi ketidakpastian Yang cukup tinggi Untuk itu tadi sudah disampaikan Oleh
Budiastri bahawa kita Memang harus tetap optimis dan

1:08:36
Menjaga optimisme itu kita lihat penting Tapi tetap dalam kondisi Harus cautious. Why?
Karena memang kita lihat dari Sisi perekonomian

1:08:46

Global masih tetap akan Diprediksi Terus melemah Di tahun 2024 ini Dan bahkan mungkin
diperkirakan hanya akan

1:08:56

Mengalami soft landing saja Ini soft landing ini terjadi Karena memang masih kuatnya
pertumbuhan Ekonomi di Amerika Serikat Dan terjadinya fiscal support

1:09:06

Di China. Yang ini juga Betul-betul kita nikmati Setelah liburan Atau tahun Baru China
kemarin dimana

1:09:16

Spending Di China itu memang sangat-sangat tinggi Kemudian Inflasi di tahun 2022 2024 ini
nanti juga

1:09:26
Tetap masih akan Ada di trend menurun. Angkanya nanti Bisa kita lihat bersama di slide
berikutnya Namun tetap akan Belum kembali ke

1:09:36

Level normal Yang terjadi sebelum masa pandemi Nah suku Bunga tinggi juga masih akan
kita nikmati Kalau tahun 2023

1:09:46

Kemarin tadi sudah disampaikan Oleh Budai Sri bahawa Akan menikmati Higher for longer.
Nah ini Higher for longer ini masih

1:09:56

Juga akan kita alami Bersama di tahun 2024 Nanti. Bahkan prediksi Terkaitkan dengan
Kapan fat rate akan

1:10:06

Berreaksi terhadap Kondisi ini dengan menurunkan. Mulai Menurunkan suku bunganya. Ini
mulai Menjadi semakin unpredictable Pertama ada perkiraan

1:10:16
Di tribulan kedua Tadi sudah kita mendengar Bersama bahawa kemungkinan juga Mundur
lagi ke awal Tribulan ketiga

1:10:26

Ini semua menunjukkan bahawa Uncertainty di globalnya juga Masih akan sangat tinggi
Menurunan suku bunga memang Masih tetap

1:10:36

Bisa kita harapkan akan terjadi Di tahun 2024 ini Nah ini memang Dikatalis juga Oleh

1:10:46

Tingginya tensi geopolitik Dan gangguan rantai pasok Yang terjadi di Secara global Nah
kalau kita bisa lihat

1:10:56

Sebentar di Slide berikutnya. Jadi ini Gambarannya kira-kira Di mana flashpoint geopolitik
dan Gangguan rantai pasok itu muncul

1:11:06

Jadi kalau yang kuning-kuning Ini menggambarkan flashpoint Geopolitik yang terjadi saat ini
Sementara yang Berbingkai merah itu
1:11:16

Akibat Dari tensi geopolitik Itu rantai-rantai pasok yang Mengenali gangguan itu Adanya di
area-area yang

1:11:26

Berbingkai merah itu Jadi kita lihat bahawa Korea Utara Dan Korea Selatan itu Sejak
Desember tensinya mulai Meningkat. Kemudian

1:11:36

Perang antara Rusia Dan Ukraina yang sudah terjadi Sejak Februari tahun 2022 Kita juga
masih belum Melihat kapan akan selesai

1:11:46

Kemudian perang Israel Dan Hamas yang sudah mulai Sejak Oktober tahun 2023 ini semakin
Intensif

1:11:56

Akhirnya apa? Rantai pasok dunia ini juga mengalami gangguan. Karena rantai-rantai pasok
dunia itu harus juga melewati negara-negara yang sedang berkonflik tersebut. Contoh
misalnya di Panama Canal, di kanal Panama itu, itu 5% dari volume perdagangan global
harus

1:12:23

harus melalui kanal tersebut tapi itu juga menjadi terganggu karena adanya keteringan
misalnya. Kemudian di Tushan Suez, karena ada Perang Israel dan Hamas, ini 12% volume
perdagangan global itu terganggu. Demikian juga di Selat Bab Al-Mandab itu, ada 12% juga.

1:12:46

Dan di kawasan kita sendiri, itu ada di Selat Taiwan, di mana 42% dari volume perdagangan
global itu harus lewat di area tersebut, itu terganggu karena adanya ketegangan geopolitik
antara China dan Taiwan. Sehingga dengan demikian kita masih melihat bahawa dua poin itu,
ada rantai pasok pangan maupun rantai pasok energi,

1:13:18

ini akan menjadi game changer yang memang betul-betul harus kita waspadai terus-menerus
selama tahun 2024 ini. Kembali ke slide sebelumnya, kalau kita lihat bagaimana dengan
kondisi perekonomian ASEAN dan China. Kenapa kami di sini menyajikan terkait dengan
kondisi perekonomian ASEAN dan China?

1:13:41

Kerana dua negara ini merupakan negara yang merupakan partner bisnis Indonesia terbesar
dan dua negara ini yang memang besar impaknya kepada ekonomi global. Jadi kalau kita
lihat bahawa perekonomian ASEAN diperkirakan masih akan melambat tapi memang
diramalkan tidak akan sampai ke resesi. Sehingga dengan membaiknya keyakinan para
pelaku ekonomi di sana.

1:14:10

Kemudian Fed Fund Rate diperkirakan akan high for longer seperti yang disampaikan oleh
pembicaraan sebelumnya juga karena memang masih solidnya perekonomian ASEAN dan
kemungkinan baru akan turun. Kalau di sini masih saya sebutkan di semester pertama, di
akhir semester pertama tahun 2024 tapi tadi Bu Udastri, Deputi Gubernur sudah
memperkirakan mungkin juga bisa tidak terjadi di semester satu, bahkan agak mundur lagi.
Kemudian berbagai indikator industri dan pasar finansial di China ini cenderung dalam tren
yang melambat

1:14:51

sehingga pertumbuhan ekonomi China juga masih diperkirakan akan melambat di tahun 2024
ini. Namun kita lihat bahawa fiskal support dari pemerintah China juga akan menopang
pertumbuhan ekonomi China di tahun 2024 dan masih bisa tumbuh lebih baik dibanding
perkiraan sebelumnya. Nah itu yang terjadi dari sisi global. Akibat dari sisi global ini
mungkin kita lihat angka-angkanya di slide ketiga Pak Hanus.

1:15:24

Nah ini perkiraan-perkiraannya bahawa pertumbuhan ekonomi global kalau angka 2023 dan
2024 ini bentuknya masih forecast maka di tahun 2024 itu diperkirakan masih akan sama
dengan forecast di tahun 2023 kemarin karena angkanya memang belum keluar, ada di angka
antara 3,1% saja pertumbuhannya. Sementara di tingkat inflasi diperkirakan juga masih akan
mengalami penurunan
1:15:56

tapi tetap akan tinggi dibandingkan dengan periode sebelum pandemi yang hanya diangka
3,5% atau 3,2%. Di tahun 2024 diperkirakan masih akan ada di atas 5%. Dan kita lihat juga
bahawa peluang untuk mulai ada monetary easing itu juga masih diperkirakan masih akan
rendah meskipun angkanya sudah mendekati angka psikologis

1:16:31

di mana diperkirakan bahawa nanti di periode semester kedua tadi disampaikan ada
kemungkinan easing itu sudah akan terjadi. Demikian juga kalau kita lihat dari Community
Price Index memang sudah akan terlihat adanya penurunan harga-harga komunitas tapi harga
itu masih tetap relatif tinggi dibandingkan dengan pre-pandemi

1:17:00

di mana angkanya ada di 1,17%. Sementara di tahun 2024 ini diperkirakan masih ada di
kisaran 166-168 indeksnya. Kembali ke berikutnya, bagaimana kalau kita lihat dari sisi
domestik. Kalau dari sisi domestik, kita lihat kondisi sektor realnya.

1:17:29

LAI itu menunjukkan bahawa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan
cenderung lebih lambat memang dibandingkan dengan tahun 2023. Again, ini prediksi dan
kita tidak berharap ini yang terjadi, kita berharap bahawa perekonomian Indonesia masih
tetap akan tumbuh lebih baik lagi di tahun 2024 nanti.
1:17:51

Kemudian dari beli masyarakat, konsumen menengah, ke bawah ini masih kita lihat
cenderung melemah dan diprediksi bahawa elmino juga meskipun kecil akan ada dampaknya
kepada kenaikan inflasi domestik. Lebih kecil lagi bagaimana kalau kita lihat kondisi pasal
finansial dan perbankan domestik. Kita masih melihat bahawa nilai rupiah yang sangat
dipengaruhi oleh indeks Dolar AS, kemudian situasi geopolitik, kemudian gap suku
hubungan,

1:18:31

kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia ini maka akan menjadi sangat penting. Tadi sudah
disampaikan dengan jelas oleh Ibu Deputi Gubernur Senior bahawa menjaga gap suku
hubungan antara BIRIN dan FFR, Fed Fund Rate itu akan menjadi sangat penting untuk
dijaga di level yang rasional, sehingga ini bisa menunjang stabilisasi dari rupiah. Kemudian
kita masih melihat bahawa capital inflow dengan peningkatan ekonomi Indonesia yang masih
bagus,

1:19:09

itu juga masih akan cukup besar di tahun 2024 ini. Dan ini ditopang karena memang real
yield yang ada di pasar Indonesia itu masih lebih menarik dibandingkan ekonomi yang
lainnya di kawasan maupun secara global. Kemudian likuiditas perekonomian dan perbankan,
ini memang quite challenging tapi akan perkiraan dari ekonomi kami akan sedikit membaik
di tahun 2024 ini

1:19:40
karena faktor adanya pemilu dan faktor adanya antisipasi terhadap penurunan suku bunga
acuan BI yang diperkirakan akan juga terjadi seiring dengan penurunan Fed Fund Rate
nantinya itu. Nah kita lihat juga likuiditas perekonomian itu lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan suku bunga. Ini berdasarkan riset kami menunjukkan bahawa likuiditas
perekonomian itu lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan suku bunga dalam
mempengaruhi pertumbuhan kredit total industri dan pertumbuhan kredit khususnya di
UMKM.

1:20:21

Jadi ini yang menjadi poin penting yang harus digarisbawahi bahawa likuiditas perekonomian
itu lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan suku bunga. Nah ini bagaimana kalau kita
terjemahkan ini ke angka-angka di nasionalnya. Jadi kita lihat bahawa perekonomian
Indonesia itu masih tumbuh solid di tahun 2023 namun relatif melambat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.

1:20:55

Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara persentaj diperkirakan di tahun 2000, di full year itu
akan ada 505, ya itu sudah angka real. Sementara distribusi PDB Indonesia juga kalau kita
lihat masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Yang ini tadi saya relate dengan data
sebelumnya yang menyatakan bahawa ketersediaan likuiditas itu lebih memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap

1:21:32

pertumbuhan pinjaman karena faktor memang di Indonesia itu konsumsi rumah tangga masih
menjadi kontributor terbesar terhadap PDB. Kemudian kalau dibagi-bagi lagi, jadi household
consumption itu meningkat sebesar 2,36 persen sepanjang tahun 2023. Ini juga menunjukkan
bahawa kalau dibandingkan dengan yang lain, maka pertumbuhan di household consumption
ini memang menjadi salah satu game changer terhadap peningkatan perekonomian Indonesia,

1:22:12

baik tahun 2023 dan ini juga akan, kita harapkan masih akan demikian halnya di tahun 2024.
Okey, next. Nah melihat kondisi-kondisi di atas, kita sudah tahu seperti apa kondisi eksternal
challenge baik itu dari global maupun lokal. Kemudian kita sudah tadi mendengar bersama
seperti apa

1:22:45

policy respon yang akan diambil oleh pemerintah, baik itu dari Kementerian Keuangan yang
tadi disampaikan oleh Pak Hadi Budiaso maupun dari Bank Indonesia yang sudah
disampaikan oleh Ibu Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Maka perbankan memang
wajib menyiapkan tools untuk bagaimana memitigasi risiko dan bagaimana strategi terhadap
risikonya sendiri menghadapi kondisi-kondisi makroekonomi tersebut.

1:23:19

Nah di BRI khususnya, kita sudah menyiapkan, kita sudah menyiapkan bauran strategi kalau
misalnya terjadi hal-hal yang ada di makroekonomi itu. Nah kalau kita lihat, kira-kira ini
yang sudah dipersiapkan BRI bagaimana menghadapi kondisi-kondisi yang kemungkinan
terjadi di Indonesia ke depan. Pertama, kalau kita lihat di sisi horisontal atau sumbu X, itu
kita melihat bagaimana
indeks potensi pertumbuhan yang akan terjadi di Indonesia dulu. Di mana kita tahu bahawa
kalau pertumbuhan semakin tinggi akan semakin baik. Sementara kalau misalnya di sisi Y-
axis-nya, itu kita lihat bagaimana kondisi risiko makroekonominya. Kita lihat di situ ada
kondisi mulai dari rendah, moderat, dan risiko tinggi. Semakin tinggi risiko, maka semakin
tinggi maka akan semakin tinggi pula risikonya.

Nah, ekonomis berdasarkan data-data global, berdasarkan strategi transport, kemudian


berdasarkan juga kondisi lokal yang terjadi di nasional, itu memperkirakan bahawa sepanjang
tahun 2024 ini, ekonomi Indonesia itu secara pertumbuhan itu masih akan ada di angka
moderat. Sementara dari sisi risiko, itu akan bergeser mulai dari moderat di semester pertama

1:25:03

dan akan bergeser, tinggi di semester pertama akan bergeser ke moderat di semester kedua.
Nah, berdasarkan kondisi itu, maka kita fokus ke bagian yang di tengah itu, BRI sendiri, itu
akan mengambil peluang, mengambil strategi-strategi yang ada di kuadran 2 pada semester
pertama, kemudian di kuadran 5 pada semester kedua nanti. Apa strategi di kuadran 2 itu?

1:25:42

Karena kita lihat bahawa pertumbuhan itu masih ada potensi, tapi risiko tinggi, maka kita
akan melakukan ekspansi kredit secara moderat. Tapi, karena memang risikonya tinggi, maka
kita akan memperketat loan portfolio guideline-nya. Karena risiko masih tinggi, maka kita
akan terus melakukan upaya monitoring NPL secara cepat. Karena risiko masih tinggi, maka
kita secara terus akan melakukan simulasi-simulasi stress test

untuk memastikan apa yang sudah kita perkirakan di awal tidak terlalu besar deviasinya.
Pastinya, karena memang risikonya tinggi, maka kita akan menetapkan high coverage ratio
terhadap peluang kegagalan dari masing-masing portfolio yang kita pegang. Dan di sisi dana,
kita akan mencari dana dengan tenor-tenor jangka panjang. Karena suku bunga pada saat
risiko tinggi ini pasti juga akan tinggi.

Tapi di semester kedua, begitu kita lihat bahawa risiko sudah mulai menurun, maka kita akan
tetap juga ekspansi kredit, tapi dengan loan portfolio guideline yang sudah sedikit moderat,
sudah sedikit longgar. Kita juga masih tetap akan monitor NPL, tapi kita akan fokus kepada
sektor-sektor tertentu yang memang kondisinya masih relatively tinggi risikonya.

Karena meskipun secara keseluruhan ekonomi itu risikonya moderat, tentu ada sektor-sektor
yang risikonya memang sudah moderat, ada sektor-sektor yang risikonya bahkan rendah, ada
sektor-sektor yang risikonya masih tinggi. Maka kita akan fokus memonitor NPL pada sektor-
sektor yang risikonya masih tinggi tersebut.

Tetap kita juga akan terus melakukan stress-stress secara kontinu, kemudian tetap, karena
risikonya masih moderat, kita akan menjaga high coverage ratio, ini juga yang sudah menjadi
terus di-scrutinize juga oleh OJK, tentunya ini kita menjadi concern juga di situ. Kemudian
dari sisi dana, kita akan mulai mencoba mencari dana-dana murah khususnya tabungan dan
giro. Saya yakin bahawa matrix ini akan berbeda memang antara bank yang satu dengan bank
yang lain karena memang kondisi yang ada di bank-bank itu berbeda. Tapi paling tidak kalau
kita melihat dari sisi BRI, kira-kira dengan kondisi yang kita perkirakan bahawa secara
pertumbuhan masih akan moderat di tahun 2024, tapi secara risiko masih akan bergeser dari
tinggi kemudian turun ke moderat, maka BRI akan menetapkan kawadran 2 dan kawadran 5
sebagai strategi untuk mengembangkan bisnis dengan tetap seperti tadi menggaris bawai apa
yang disampaikan oleh Buddhistri bahawa kita tetap harus optimis, tapi kita harus kautias. Itu
mungkin yang bisa saya sampaikan, Pak Trioksa

Selanjutnya nanti kita buka sesi mungkin oleh Pak Trioksa untuk ada diskusi lebih lanjut.
Terima kasih. Baik, terima kasih Pak Amam untuk pemaparan yang luar biasa, Pak. Sangat
komprehensif. Mohon stay tune, Pak. Nanti kita masih ada tanya-jawab. Beberapa hal yang
saya catat dari Pak Amam di antaranya adalah geopolitik dan gangguan rantai pasok masih
perlu diwaspadai dan perbankan wajib menyediakan tools dan melakukan stress test
1:29:58

untuk memitigasi resiko. Terima kasih, Pak Amam. Nanti kita masih ada di sesi tanya-jawab.
Bapak-ibu, kita masuk ke dalam sesi yang ketiga atau untuk narasumber kita yang terakhir
telah hadir bersama kita. Beliau adalah Bapak David Sumual, iaitu Cip Ekonomis dari BCA
Group. Bila kita perhatikan laporan Keuangan Perbankan 2023, terutama Bank Besar
mencatat pertumbuhan yang luar biasa di mana Bank Beri mencatat pertumbuhan laba
sebesar 17.5% menjadi Rp60.4 triliun,

Bank Mandiri mencatat pertumbuhan laba 33.7% menjadi Rp55.1 triliun, Bank BNI mencatat
pertumbuhan laba 14.2% menjadi Rp20.9 triliun. Apakah pertumbuhan tersebut masih dapat
dipertahankan di tahun 2024 ataukah akan ada risiko yang dapat mengancam pertumbuhan
bisnis bank. Untuk itu, kita akan masuk ke dalam sesi yang ketiga, iaitu terkait outlook
ekonomi 2024mengenai persiapan industri perbankan menghadapi tantangan global. Telah
hadir bersama kita Bapak David Sumual, Chief of Ekonomis Bank BCA. Beliau merupakan
alumni dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sebelumnya berpengalaman sebagai
analis di PT Danarexa Sekuritas Research Department tahun 1999 sampai 2001, senior
ekonomis dari Danarexa Research Institute 2001 sampai 2008, ekonomis di PT Bank Sentral
Asia 2008 sampai 2013, dan sejak Mei 2013 sampai saat ini sebagai Chief Economist of BCA
Group. Bapak David juga berpengalaman dan juga masih menjabat sebagai Board of Experts
at AIE Association of Indonesia Public Company dari November 2023 sampai saat ini,
kemudian juga menjabat di Kadin, di Apindo, di ICI dan ekonomis di Perbanas serta menjadi
senior lecturer tetap di LPPI sejak tahun 2016 sampai saat ini. Masih tetap membantu LPPI
untuk memberikan sharing terkait dengan perkembangan ekonomi perbankan. Kepada Bapak
David Sumwal, kami berikan waktu 25 minit. Kepada Bapak kami persilahkan. Terima kasih.
Baik, terima kasih Pak Trioksa atas perkenalannya. Suara saya clear ya, Pak Trioksa? Ya,
clear pak. Jelas pak. Baik, mungkin pertama kali saya menyapa dulu pimpinan dari LPPI
sebagai Penyelenggara, Pak Heru Kristiana, Pak Edi Setiadi dan juga Pak Eka Danuwirana.
Selamat sore bapak-bapak sekalian dan juga pembicara-pembicara sebelumnya, Ibu Desri
Damayanti, Bapak Adi Budiarsa dan juga Pak Amam Sukrianto.Terima kasih atas
undangannya bapak-ibu sekalian. Mungkin saya akan mulai. Saya mungkin akan
menyinggung dulu terkait dengan kondisi global. Walaupun tadi Pak Amam sudah
menyinggung, saya sedikit mungkin di bagian-bagian tertentu nanti saya skip kerana sudah
dipaparkan dengan sangat sempurna tadi oleh Pak Amam terkait dengan kondisi global. Tapi
untuk slide pertama mungkin bisa dibantu.Saya mahu jelaskan sedikit di sini mengenai saya
buat semacam matriks kerana biasanya ekonom untuk menjelaskan sesuatu itu biasanya
sesuatu yang mudah cuba dijelaskan dengan cara-cara yang sulit. Kalau dulu saya ingat pas
kuliah itu banyak matematik dan perhitungan-perhitungan yang sulit. Ini saya cuba
menyederhanakan Apakah the Fed nanti di paruh kedua itu seberapa jauh akan menurunkan
bunga? Helo, apa bisa clear suara saya? Mohon maaf tadi ada suara. Ya, bisa clear Pak.
Silakan dilanjutkan. Ya, jadi kalau saya perhatikan di sini memang untuk jangka pendek ya
kira-kira dalam 1-2 tahun ke depan ini posisinya masih seperti ini. Jadi kalau kita lihat ini ada
4 figur yang perlu kita perhatikan. Ada figur Putin dan MBS di sana yang ingin tentunya
harga komoditas terutama minyak itu relatif tinggi walaupun ada konsekuensinya kita tahu
inflasi bisa meningkat seperti ketika di 2022 pasca perang itu inflasi di banyak negara
termasuk negara maju seperti Amerika dan Eropa itu hampir menyentuh 10% bahkan Eropa
sudah lebih dari 10%. Di sisi lain kita tahu Amerika dalam hal ini ingin inflasi turun dan
harga minyak tentunya lebih rendah. Kita tahu sejak air 2022 apa yang dilakukan oleh Biden
itu adalah coba meningkatkan pasokan, menambah menggelontorkan minyak lewat strategic
petroleum reserve yang mereka punya. Biasanya strategic petroleum reserve ini ada di
sekitaran 110 bahkan pernah 120 hari cadangannya. Sekarang dalam posisi terendah
sebenarnya secara historis, posisinya sekitaran 30 hari. Memang untuk ukuran Indonesia ini
lebih tinggi, Indonesia biasanya hanya 2-3 minggu tapi kalau buat Amerika Serikat dalam
posisi 30 hari ini sebenarnya posisi yang cukup kritikal dan mengharuskan mereka
sebenarnya untuk mulai melakukan restocking untuk Amerikanya sendiri. Lalu ada tokoh lain
yang memang kita juga harus perhatikan adalah Jerome Powell.Jerome Powell ini cuba
menurunkan inflasi dengan cara bagaimana? Dengan cara membatasi permintaan. Dia cuba
menarik likuiditas dan kita tahu likuiditas dolar ini sangat dibutuhkan karena lebih dari 70%
transaksi perdagangan global maupun investasi global masih menggunakan US dollar. Jadi
ketika likuiditasnya ditarik itu kita lihat sejak kuartal 3 2022 kecenderungan harga komoditas
global itu memang menurun. Jadi kita tahu memang baru di 2023 awal itu batubara turun tapi
sebenarnya sejak kuartal 3 2022 sudah ada tren penurunan dari banyak harga komoditas.
Yang terakhir manuver yang harus juga kita perhatikan adalah manuver dari Xi Jinping. Dan
Xi Jinping ini pemerintahnya kita lihat memang sudah berupaya keras untuk kembali
mendorong pertumbuhan. Beberapa hari yang lalu mereka baru saja kembali menurunkan
suku bunga lending yang 5 tahun menjadi 3,95%. Ini jadinya sudah sekitaran 70 basis point
mereka menurunkan. Selain juga kebijakan fiskal yang mereka sudah gelontorkan baru-baru
ini. Jadi mereka terakhir menurunkan yang 5% ini dalam rangka untuk kembali mendorong
sektor properti mereka yang memang bermasalah. Dalam beberapa tahun terakhir ini kita
tahu porsi dari sektor properti China itu menurun drastis. Tadinya di sekitaran 30% di awal
2020-an ini sekarang sudah menurun ke arah 20% kerana perlambatan yang demikian cepat
untuk sektor properti di China. Kalau selanjutnya di slide berikut. Mungkin ini saya lewat
saja, tadi sudah dibahas tentang perlambatan globalnya sendiri, slide berikut. Ini untuk sektor
manufakturnya mungkin yang perlu di-highlight di sini adalah China. China yang kembali di
bawah 50 indeks manufakturnya, artinya mereka sudah kontraksi.Sedangkan Indonesia
sendiri sebenarnya selalu di atas 50 pasca pandemi. Jadi sebenarnya sektor manufaktur kita
sudah ekspansif. Dan kita lihat beberapa negara seperti Meksiko, lalu juga Vietnam, Thailand
ini juga di atas 50. Jadi kelihatannya ada juga banyak perusahaan yang mulai melakukan
relokasi. Dan permintaan Amerika ke beberapa negara tersebut juga meningkat.

Porsi import Amerika ke China, kalau kita lihat trennya 10 tahun terakhir itu menurun drastis.
Biasanya posisi di sekitaran 40% produk-produk mereka itu di import dari China. Ini
sekarang beralih Bapak-Ibu sekalian ke banyak negara termasuk Vietnam, lalu juga Meksiko
juga dan beberapa saya perhatikan dari data UNCOMTRADE itu mereka masuk juga ke
beberapa negara Eropa Timur. Jadi kelihatannya kondisi geopolitik internasional ini juga
mempengaruhi arah perdagangan internasional.

Nah yang perlu kita perhatikan tentunya nanti bagaimana dampak dari misalnya perubahan
politik misalnya di Amerika Serikat. Karena kalau sejauh ini polling-polling kita melihat
kemungkinan Trump bisa terpilih lagi nanti November tanggal 5. Dan ini tentunya akan
mempengaruhi posisi banyak negara emerging market termasuk China kerana di masa
kampanye sekarang ini kelihatannya Trump menjanjikan untuk memberikan kembali tarif
Vietnam bahkan hingga 60% terhadap produk-produk China. Padahal dari sisi import
Amerika sendiri tadi seperti saya katakan sudah turun dari sekitaran 40% tadi turun sekarang
di sekitaran hanya 15% produk mereka yang mereka import dari China.

Next. Nah ini tadi sudah disinggung oleh Pak Amam terkait dengan kondisi geopolitik dan
dampaknya ke ongkos transportasi. Jadi serangan HOTI akhir-akhir ini mungkin di slide
berikut ini bisa lebih jelas dimana terjadi diversion daripada arus perdagangan global yang
biasanya melewati terusan Suez kerana ada masalah di selat Bab Al-Mandab tadi jadi banyak
kapal-kapal yang masih diserang sampai sekarang sehingga mereka harus memutar dan
menambah 10 hari. Nah di slide berikut bisa kita lihat dampaknya ke ongkos kirim barang-
barang. Jadi bukan hanya untuk kiriman barang dry bag tapi juga masuk ke container maupun
tanker semuanya juga kita lihat ongkos indeks biaya transportnya meningkat. Dan bukan
hanya yang dari China ke misalnya kita ambil dua contoh di sini dari Shanghai ke Genoa dan
Rotterdam tapi juga mempengaruhi ongkos kirim ke LA. Jadi ke LA juga meningkat kita lihat
padahal ini kan tidak melewati rute Tanjung Harapan tentunya. Ini sudah disampaikan tadi
oleh Pak Amam bahawa memang pertumbuhan China kelihatannya akan menurun. Ini
proyeksi IMF untuk tahun ini mungkin akan menurun ke arah 4,5% dari tahun lalu yang
sekitar yang 5,2%.

Di slide berikut. Nah ini saya sudah sampaikan tadi terkait dengan perkembangan ekonomi
China sendiri yang memang sektor propertinya masih bermasalah dan mereka cuba
mengalihkan ke sektor manufaktur. Landing ke sektor manufaktur kalau kita lihat satu tahun
terakhir itu meningkat cukup kuat dan itu kebanyakan mereka masuk ke sektor yang terkait
dengan EBT. Dan ini baru saja saya baca kemarin di Financial Times ini ada protes dari
Amerika dari Janet Yellen, Menteri Keuangan Amerika Serikat. Ternyata Amerika juga
khuatir dengan banjir produk-produk manufaktur dari China yang bukan hanya membanjiri
negara-negara maju tapi juga membanjiri negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
kita alami satu tahun terakhir ini Damping tersebut di satu sisi memang menurunkan inflasi
tapi di sisi lain memang kita juga harus melihat dampaknya ke produsen dalam negeri juga.
Nah ini kita lihat dampaknya memang kalau ekonomi Tiongkok melambat ini memang ada
korelasi yang positif dengan ekonomi Indonesia. Bahkan korelasinya pernah itu mencapai
79% di era 2011-2015 itu di era booming komoditas kalau kita ingat waktu itu. Dan memang
China ini negara yang paling lambat membuka lockdownnya sehingga memang terjadi
korelasi negatif di 2021-2023 tapi 2024 ke sana saya fikir korelasinya akan kembali kurang
lebih positif bukan lagi negatif. Di slide berikut.Nah ini yang memang kita harus perhatikan
untuk kondisi global adalah posisi suku bunga Amerika Serikat yang masih meningkat dan
sekarang berada di posisi yang relatif tinggi. Dan dampak dari kenaikan suku bunga Amerika
Serikat ini biasanya akan berpengaruh bukan hanya ke ekonomi domestik Amerika tapi juga
bisa berpengaruh ke kondisi negara lain. Jadi kalau kita perhatikan tahun lalu beberapa
negara sudah berjatuhan ya kita tahu Sri Lanka lalu juga sekarang juga beberapa negara
seperti Nigeria beberapa negara Afrika lain lalu Turki lalu juga kita tahu di Amerika Latin itu
ada beberapa negara seperti Argentina itu juga mengalami masalah. Jadi periode kenaikan
suku bunga ini yang memang kita khawatir tahun lalu banyak yang ekonom mengatakan
tahun 2023 bisa jadi masalah saya melihat risikonya malah relatif masih terukur kerana
memang mereka masih dalam periode menaikan suku bunga. Kalau dalam periode kenaikan
suku bunga biasanya risikonya mungkin hanya negara-negara yang fundamentalnya lemah
yang terkena masalah

Jadi kalau kita lihat mungkin kita terheran-heran waktu tahun 97 kok tiba-tiba ada masalah di
negara-negara Asia termasuk kita di Indonesia yang memang karena periode 94 sampai 96
mereka menaikan suku bunga contohnya. Lalu pernah juga di akhir tahun 80an itu mereka
juga dalam posisi menaikan suku bunganya dan kita lihat itu bukan hanya berpengaruh di luar
Amerika dalam hal ini Jepang bubble propertinya pecah ya tapi juga di Amerikanya sendiri.
Jadi banyak bank-bank kita sebut saving and loan bank itu bermasalah ketika itu saving and
loan itu seperti BPR ratusan saving and loan waktu itu bangkrut. Dan kali ini sebenarnya
kalau kita perhatikan banyak bank-bank di Amerika Serikat itu yang sebenarnya dalam
kondisi underwater. Jadi kalau kita perhatikan terutama dari sektor komersial real estate dan
ini kekhawatirannya bank term funding programnya ini juga berakhir di bulan Maret. Jadi ini
mereka lakukan sejak tahun lalu jadi semacam suntikan likuiditas semacam backdoor buat
bank-bank yang kesulitan ada masalah likuiditas. Kita tahu beberapa bank tahun lalu seperti
Silicon Valley Bank itu mengalami masalah tahun lalu dan mulai saat itu mereka menerapkan
kebijakan BTFP ini yang berakhir Maret tahun ini. Di slide berikut. Kita memproyeksikan
memang pasar itu proyeksinya lebih dalam penurunan suku bunganya 150 basis point
sedangkan FED sendiri itu memproyeksikan dari anggota FOMC nya 75 basis point. Jadi ada
perbedaan di sini tapi bisa saja posisinya berbeda kalau marketnya ada masalah.Bisa masalah
muncul di China atau tadi masalah yang muncul di perbankan US misalnya yang
mengharuskan mereka mengambil kebijakan menurunkan suku bunga secara drastis. Jadi
posisinya terjadi bull stippening dimana suku bunga jangka pendeknya itu menurun dengan
drastis. Di slide berikut. Ini hanya proyeksi ke depan kira-kira skenario mana yang akan
terjadi. Yang paling penting kan tentunya bagaimana arah suku bunga dan juga arah dari
harga komoditas.Kalau kita lihat kondisinya sekarang memang masih kita lihatnya skenario
sebagai skenario soft landing. Tapi tadi kemungkinan-kemungkinan yang saya sebut di depan
tadi masih bisa saja terjadi dan tentunya akan berpengaruh ke harga komoditas dan juga
indeks dolar tentunya yang harus kita perhatikan ke depan. Next. Jadi kalau kita perhatikan
saya sependapat dengan Pak Amam tadi bahawa memang untuk semester satu ini.
Tantangannya masih cukup besar, di mana suku bunga masih relatif tinggi dan perlambatan
ekonomi China ini masih terjadi jadi beberapa komoditas seperti misalnya kita banyak
mengeksport nikel pig iron ke China ini tentu akan mempengaruhi eksport kita terutama di
semester 1 di mana kondisinya sektor properti di sana itu masih lemah kerana nikel pig iron
ini kita gunakan untuk membuat baja jadi baja dicampur dengan kokas dan seterusnya ini
untuk membuat steel dan steel ini kelihatannya permintannya relatif masih lemah di semester
1 jadi kalau kita perhatikan di sini memang kita masih melihat risiko terutama di semester 1
di slide berikut dan ini tentunya akan mempengaruhi likuiditas kita juga kerana barang-
barang yang kita eksport ini harganya kecenderungan masih stagnan seperti batu bara, CPO
ini harganya nikel, koper ini kecenderungan masih lambat, masih stagnan tapi produk-produk
yang kita impor seperti minyak ini harganya kecenderungan naik termasuk akhir-akhir ini
juga beras jadi ini yang mengkhawatirkan juga dan ini tentunya akan mempengaruhi terms of
trade kita dan ujung-ujungnya kita melihat ada korelasi juga antara current account kita
dengan pertumbuhan DPK juga yang kecenderungannya masih melambat di slide berikut jadi
kelihatannya juga ini masih akan ada pengaruhnya ke pertumbuhan kredit terutama di
beberapa provinsi ini erat kaitannya pertumbuhan kreditnya dengan komunitas jadi sifatnya
cyclical jadi kita memang perlu juga mencari sumber-sumber pertumbuhan baru di daerah-
daerah penghasil komoditas kerana memang kondisinya sekarang memang masih relatif
stagnan di slide berikut nah ini saya lewat saja ini kaitan dengan study case di China di mana
tekanan disinflasi ini juga berpengaruh ke banyak sektor usaha di China dan ini juga
kelihatannya berpengaruh juga di Indonesia next ini juga study case kita lihat dampaknya
kalau kita ambil di Indonesia bagaimana korelasi dari disinflasi yang terjadi air-air ini dengan
risiko NPL di perbankan ini saya lewat saja next nah ini dari big data kami bapak ibu sekalian
ya menunjukkan bahawa indeks transaksi belanja ini setelah menurun relatif terus-menerus
sepanjang ya sejak dua tahun terakhir ini dan ini erat korelasinya dengan PDB nominal jadi
PDB nominal ini jarang mungkin dianalisis ya baik oleh ekonom maupun media padahal
PDB nominal ini penting ya dibandingkan PDB real sebenarnya buat pengusaha itu lebih
penting PDB nominal karena kurang lebih mencerminkan omset dari perusahaan dan kita
perhatikan ini dari indeks transaksi belanja maupun indeks transaksi bisnis ini dari big data
kita di BCA ini kelihatannya memang kecenderungannya masih menurun ini kelihatannya
pengaruh dari harga-harga yang juga kecenderungan menurun jadi dari sisi pricing itu
menurun nah indeks transaksi belanja ini cerminan dari belanja masyarakat lewat ATM, lewat
kartu kredit, lewat debit card, kris dari nasabah kita yang hampir 40 juta dan juga indeks
transaksi bisnis ini dari company ya perusahaan besar, menengah, kecil ada sekitaran 300 ribu
perusahaan dan kita cuba track down mutasi kredit mereka bagaimana cash flow mereka dan
ini memang kecenderungannya baru terakhir-terakhir ini kecenderungan mulai terjadi
moderasi sedangkan dari sisi indeks transaksi belanja yang kita ambil hanya dari sisi
volumenya ini memang stagnan, ini seiring juga dengan PDB real kita yang
kecenderungannya masih bergerak di posisi 5% dalam beberapa kuartal terakhir ini data dari
bursa, kita di bursa itu sudah lebih dari 800 perusahaan cuba kita lihat secara agregat
bagaimana pertumbuhan revenue maupun pertumbuhan capex jadi capex ini kelihatan sedikit
melambat dari kuartal 1 tahun lalu, posisi tertinggi ini melambat di kuartal 2, kuartal 3, ini
kuartal 4 maaf saya belum masukkan tapi ke posisinya juga kecenderungan melambat
sedangkan revenue sebenarnya dari agregasi perusahaan-perusahaan yang listing di bursa ini
juga kalau kita lihat cukup fluktuatif tapi posisi di kuartal 3 dan kuartal 4 juga kecenderungan
ada perlambata ini mungkin kaitannya tadi dengan harga komoditas juga yang kecenderungan
menurun yang mempengaruhi likuiditas secara keseluruhan dan juga ini mungkin ada
pengaruh juga dari belanja pemerintah yang tahun lalu memang efektifnya, kuatnya itu baru
di 2 bulan terakhir, di tahun 2023 ini juga kecenderungan mempengaruhi likuiditas secara
keseluruhan ini mungkin bisa dilihat di slide berikut lebih jelas lagi di sini kita bisa lihat
likuiditas swasta itu kecenderungan menurun ini kelihatan memang yang warna merah ini
yang kelihatannya belum meningkat jadi pemerintah masih menahan belanja kelihatannya
sampai air tahun dan ini berpengaruh ke posisi likuiditas dan kalau di sisi lain korporasi
swastanya juga ada persoalan dalam hal likuiditas karena tadi harga komoditas yang masih
kecenderungan melemah di slide berikut kalau dari sisi buffer perbankan masih relatif baik
car juga kita lihat di buku 1, buku 2, KBM 1, KBM 2 dan seterusnya ini kecenderungan
posisinya sangat bagus, posisi dari rasio aset likuid juga sangat baik untuk terutama di buku
2, sedangkan buku 3, buku 4 memang kecenderungan tren agak menurun di slide berikut
mungkin yang penting juga kita lihat di sini adalah dalam hal risiko ke depan adalah inversi
dari yield curve yang kelihatannya untuk posisi di Amerika Serikat ini sudah yang terlama
dalam sejarah jadi inversi dari yield curve ini biasanya memberikan sinyal bahawa ada
kemungkinan perlambatan bahkan krisis atau resesi bisa terjadi di Amerika Serikat di mana
suku bunga atau imbal hasil jangka pendek sudah lebih tinggi dari imbal hasil jangka panjang
dan untuk Indonesia sendiri sebenarnya posisinya masih positif untuk yield curve kita jadi
dari sisi risiko sebenarnya kita masih cukup terukur tapi dari sisi risiko globalnya ini yang
memang masih mengkhawatirkan jadi kita memang harus tetap waspada saya sepakat dengan
apa yang dikatakan Budai Sri tadi bahawa kita harus tetap cautious dari sisi eksternalnya
memang masih banyak tantangan mungkin karena waktu saya berhenti di sini mungkin saya
kembalikan ke Pak Trioksa, terima kasih baik terima kasih Pak David untuk pemaparannya
bila kita perhatikan tadi dapat kami simpulkan bahawa dengan kondisi yang ada buffer
perbankan kita terutama bila kita melihat dari sisi permodalan dan likuditas masih relatif
aman terima kasih sekali lagi Pak David dan Bapak Ibu kita langsung masuk ke dalam sesi
tanya jawab sesi tanya jawab di sini kami sudah mengumpulkan kami merangkum ada tiga
pertanyaan kepada ketiga narasumber untuk pertanyaan yang pertama ditujukan kepada
Bapak yang pertanyaan pertama kepada Bapak Adi Budiarsom kepada Pak Adi,
pertanyaannya adalah ini pertanyaan datang dari Bapak Idik Sodikin dari Bapak Idik Sodikin
pertanyaannya adalah apakah pemerintah maupun Bank Indonesia mampu membuat dan
menerapkan kebijakan yang terintegrasi terarah serta tidak mengandung berbagai
kepentingan di antara stakeholder dan pihak-pihak tertentu jadi mungkin dimintakan juga
terkait dengan contohnya seperti apa kebijakan tersebut yang tidak mengandung konflik
kepentingan di antara stakeholder dan pihak-pihak tertentu untuk pertanyaan kedua kepada
Pak Amam kepada Pak Amam datang dari Bapak Franky dari Universitas Muhammadiyah
Tangerang kepada Pak Amam, bagaimana Bank dapat mengatasi resiko yang terkait dengan
perlambatan ekonomi global seperti meningkatnya kredit macet dan volatilitas pasar
keuangan untuk Pak Amam dan pertanyaan yang ketiga untuk Bapak David Sumwal sektor
apa ini datang dari Pak Divo sektor apa yang paling berdampak bagi Indonesia terhadap
resesi di Jepang mengingat nilai ekspor impor cukup tinggi nah itu ada tiga pertanyaan untuk
pertanyaan pertama kami persilahkan kepada Pak Adi Budiarso terima kasih baik terima
kasih Pak Tri untuk tanya pertanyaan saya Pak Edic ya terkait dengan apakah kebijakan yang
terintegrasi yang bebas dari kepentingan saya mungkin menggunakan pendekatan dua yang
pertama adalah krisis pandemi COVID-19 dan resiko global yang saat ini Bapak Ibu mungkin
pertama dari COVID-19 dulu jadi Bapak Ibu sekalian kita tidak pernah terfikir sebelumnya
bahkan sedasat itu ya dampak dari krisis pandemi COVID-19 kalau Bapak Ibu lihat pada saat
tahun 2020 ya di mana kita mendapati seluruh dunia harus PSBB harus pembatasan aktivitas
bahkan work from home dampak yang luar biasa itu tentunya adalah pertama krisis itu
menghantam sektor kesehatan kerana itu menghantam jiwa tapi ternyata krisis di sektor
kesehatan itu ada dampaknya juga terhadap rambatannya di ekonomi dan kewangan provinsi
dan bahkan tercatat Indonesia krisis di COVID-19 ini memakan biaya hampir lebih 4% dari
GDP Indonesia itu jauh lebih besar kosnya dibanding dengan bahkan krisis monetar tahun 98
jadi kalau dilihat dari kosnya Bapak Ibu sekalian ini adalah severe, the most severe krisis di
global dan di Indonesia 100 tahun yang lalu mungkin flu Spanyol Bapak Ibu sekalian tapi
sekarang kita tahu bahawa COVID-19 dengan dampak yang luar biasa besar kita menyadari
bahawa otoritas itu harus berkolaborasi bersinar memang betul tadi Bapak sampaikan bahawa
Indonesia menganut rezim khususnya untuk kebijakan monetar dan kebijakan fiskal atau
central bank kita itu adalah independent dari pemerintah tapi di dalam kondisi krisis Bapak
Ibu sekalian, kita mendapati kita mengeluarkan kebijakan yang luar biasa besar dampaknya
buat ekonomi nasional dan ternyata terbukti itu menjadi salah satu driver dari Indonesia yang
cukup resilient bahkan sampai sekarang dari dari respon kebijakan bauran kebijakan monetar
fiscal makroprudensial, makroprudensial di Indonesia terbukti bisa mengawal Indonesia
mencegah dari keterburukan yang lebih luas bagaimana tadi kami sampaikan salah satu
momentum yang juga lahir di masa pandemi adalah undang-undang P2SK jadi undang-
undang P2SK undang-undang pengembangan penguatan sektor keuangan itu undang-undang
yang pertama kali dalam mungkin 30 tahun sekali 30 tahun ini Indonesia merombak 17
undang-undang di sektor keuangan termasuk mencabut undang-undang dana pensiun yang
usianya sudah lebih dari 30 tahun dan ini merupakan pekerjaan ada empat otoritas PE, OJK,
KMNQ, LPS dan ada 18 KL yang terlibat di dalamnya kami waktu itu ikut menyaksikan di
tim teknis dan bagaimana otoritas secara kredibel secara menjaga governance dan bahkan kita
bisa melahirkan Bersama kebijakan yang terus bisa mengawal meningkatkan kapasitas kita
untuk mencegah menangani permasalahan krisis dan bahkan mendorong pendalaman sektor
ini sektor keuangan ke depan lebih baik lagi menyongsong Indonesia maju ini yang pertama
Bapak Pesanan jadi yang kedua mungkin pendekatan yang sekarang inijadi dengan adanya
aturan yang sudah kita bangun tadi kita juga sekarang mendapati bahawa ke depan new
normal itu ternyata tidak bebas dari risiko bahkan ada dari sisi geopolitik tadi sudah kita
bahas secara luas, bahkan termasuk ada ancaman new pandemi misalnya jadi ini ada
beberapa potensi dampak dari beberapa aktivitas di luar ekonomi seperti politik, kesehatan
pangan dan sebagainya yang memang akan berdampak langsung kepada ekonom di dalam
negeri. Nah dalam hal itu seperti apa Bapak Pesanan? Nah tentunya menjaga rambu-rambu
adalah penting tapi yang paling penting lagi adalah sinergi dan bagaimana kita bisa sama-
sama mendorong kebijakan yang lebih responsif antisipatif dan bahkan sinergis. Nah ini yang
bersama-sama tadi kita bahas Bapak Patrik. Lalu yang terakhir mungkin dari catatannya
apakah bebas dari kepentingan dan sebagainya menurut saya justru disitulah seninya.
Indonesia saat ini juga baru saja menerima FSAP sebagai salah satu lembaga kredibel seperti
IMF World Bank hadir untuk mereview regulatory framework yang ada dan praktik
menerapkan kebijakan dan implementasinya di sektor keuangan moneter dan khususnya di
ekonominya. Nah ini Indonesia sejak tahun 2017 dan bahkan sekarang yang kesekian kali
menerima dan bahkan kita siap terus untuk mengupdate, memfunction setiap kebijakan yang
memang berpotensi menciptakan risiko dan bahkan kalau perlu bisa secara baik kita
benchmark di tingkat internasional. Jadi kita bisa pastikan bahawa sekarang Indonesia
terakhir kita sudah menjadi anggota FATF full membership dan kita menuju asesi untuk full
member OECD itu menjadi salah satu modal kuat Indonesia mengawal governance yang
setara dengan negara maju dan kita bisa mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif,
pembangunan yang lebih sustainable dan juga mencapai cita-cita nasional. Terima kasih.
Terima kasih Pak Adi untuk jawapan yang telah diberikan. Selanjutnya kepada Pak Amam
terkait bagaimana bank dapat mengatasi risiko yang berhubungan dengan perlambatan
ekonomi global. Kami persilahkan. Terima kasih Pak Trioksa. Terima kasih Pak Frankie
pertanyaannya. Pertanyaannya tadi bagaimana bank dapat mengatasi risiko yang terkait
dengan perlambatan ekonomi global. Tingkatnya kredit macat dan volatilitas pasar kewangan.
Mungkin sedikit saya ulas dulu terkait dengan ekonomi globalnya. Karena bisa dipastikan
bahawa tidak semua ekonomi global itu akan berimpak langsung kepada industri yang ada di
Indonesia. Mungkin bank per-bank pun pasti akan mengalami hal yang berbeda. Contoh
misalnya pada saat tahun 2008 kemarin terjadi krisis subprime mortgage,itu dampak yang
paling besar itu hanya terjadi kepada bank-bank yang mungkin memang banyak mempunyai
transaksi ekspor impor. Bagaimana dengan bank-bank seperti BPR yang mungkin sangat jauh
dari tempat kejadian itu, kemudian termasuk juga BNI mungkin yang meskipun bank besar,
bank global, tapi sedikit sekali portfolio yang terkait dengan ekspor impor, tentunya itu
enggak terlalu terpengaruh hebat waktu itu. Sehingga kita masih bisa resiliens pada saat itu.
Yang pertama sekali memang harus dicek bahawa tidak semua perlambatan ekonomi yang
terjadi di manapun, itu akan berdapat langsung kepada industri yang ada di Indonesia. Tapi
juga bisa saja memang memberikan dampak terhadap perbankan yang ada di Indonesia ini.
Pada saat kita melihat bahawa ini memang berdampak kepada bisnis perbankan Indonesia,
maka pada saat itulah kita memang perlu melakukan apa yang harus dilakukan dalam hal ini,
mitigasi resikonya seperti apa. Kembali kepada apa yang saya sampaikan di slide terakhir
tadi, bahawa bank memang harus menyusun framework seperti apa kemampuan bank itu
untuk memitigasi resiko. Kalau di BNI sudah jelas bahawa kalau misalnya terjadi
perlambatan perekonomian global yang memang akan berpengaruh kepada misalnya
peningkatan potensi pertumbuhan ekonomi, kemudian resiko-resiko kreditnya, tentunya kita
akan mengambil langkah-langkah kalau memang resikonya sangat tinggi, maka kita akan ada
di kuadran 2 tadi. Kalau misalnya resikonya merah, maka akan cukup kita menyajikan
strategi yang ada di kuadran 5 tadi. Nah, seperti apa pengaruhnya kalau misalnya memang
terjadi kredit macet misalnya. Itu tentunya tools-tools kita bahawa kita akan terus melakukan.
Tadi ada juga pertanyaan saya lihat, apa setting seperti apa yang akan dilakukan. Kita
memang mempunyai parameter-parameter yang memang terus kita uji setiap periodik untuk
memastikan bahawa langkah-langkah strategi-strategi yang dilakukan oleh bank rakyat
Indonesia dalam hal ini, itu memang bisa tidak berdampak sangat negatif kepada bank ini
termasuk juga masih bisa membuat BRI bisa melakukan strategi asing sehingga masih bisa
menghadapi kondisi-kondisi tersebut. Faktor apa saja, contoh kalau misalnya terjadi
pertumbuhan ekonomi yang di bawah perkiraan, apa respon kita? Kalau misalnya terjadi
pertumbuhan ekspor ternyata meningkat tajam, seperti apa respon kita? Kalau kemudian
pertumbuhan DPK atau dana pihak ketiga ternyata cukup rendah, apa yang akan kita
lakukan? Itu bauran-bauran itu yang kita akomodir di dalam bentuk stress-stress untuk
memastikan, what to do next? Karena ingat bahawa modal bank itu pasti tidak tak terbatas.
Kemampuan untuk mengabsorb resiko itulah yang harus kita pastikan untuk bisa menjaga
sustainability dari bank itu sendiri. Nah terkait dengan meningkatnya kerit macet, tentunya
kalau misalnya kita melihat bahawa resiko itu yang akan muncul dan resiko itu yang akan
terjadi, maka seperti di poin yang saya sebutkan tadi di matrix, bahawa salah satunya adalah
bagaimana kita meningkatkan coverage terhadap resiko-resiko yang terjadi itu. Terus
bagaimana kita ke mana, sektor mana kita akan melakukan ekspansi kreditnya. Karena pasti
di antara, dimasa krisis pun tetap ada sektor yang memang menjadi champion, yang akan
menjadi booster dari ekonomi. Dan kita kalau kita bisa men-support sektor yang itu, maka
kita akan juga membantu membooster revive-nya perekonomian Indonesia sendiri. Itu
mungkin Pak Trioksa. Baik Pak. Terima kasih Pak Amam untuk penjelasannya sangat
komprehensif. Kita masuk ke pertanyaan yang ketiga kepada Bapak David Sumual, terkait
dengan sektor yang paling terkena dampak terkait dengan resesi yang ada di Jepang maupun
penurunan pertumbuhan ekonomi di China seperti apa? Kami persilahkan. Terima kasih.
Terima kasih Pak Trioksa. Jadi seperti dikatakan kita bahas tadi, sebenarnya yang melambat
bukan hanya Jepang. Jepang sudah masuk resesi dan juga Eropa. Tapi juga Amerika juga
sudah mulai ada gejala perlambatan, China apalagi. Jadi memang banyak negara di siklus
kenaikan suku bunga ini,pelan-pelan memang sudah ada dampaknya.Untuk Jepang sendiri,
kita memang untuk Jepang ini ada beberapa ekspor andalan kita. Contohnya gas kita banyak
ekspor ke sana dan juga komoditas energi seperti batubara. Kita juga ada ekspor mineral
seperti tembaga dan juga nikel sebenarnya. Tekstil juga ada. CPO, plywood. Tapi yang relatif
juga lumayan itu terkait dengan hasil laut. Jadi seperti udang. Kebetulan ini juga saya sedang
di Manado. Jadi
itu kita juga baru kunjungan di daerah Bitung itu juga banyak ekspor tuna. Jadi tuna dalam
bentuk sudah dipaket, mereka ekspor ke Jepang. Jadi memang kalau dari sisi ekspor,
beberapa kami mungkin akan terpengaruh. Tapi di sisi lain memang import menjadi lebih
murah sekarang untuk produk-produk Jepang. Jadi kita tahu mata uang Jepang itu, yen
Jepang sudah melemah tahun lalu di kisaran 12-13%. Year to date, tahun ini juga sekitaran
12%. Jadi sekarang sudah sekitar 150-an yen per1 dolar. Jadi memang pelemahannya sangat-
sangat tajam kalau kita lihat untuk mata uang yen. Tapi di sisi lain juga meningkatkan juga
banyak wisatawan domestic 2:13yang pergi ke Jepang untuk berwisata di sana karena dari
segi mata uang mereka ada pelemahan. Tapi memang tadi permintaan mungkin akan
terpengaruh untuk beberapa produk seperti hasil laut tadi dan jugabahan bakar seperti kitara,
lalu juga CPO juga ada, mesin peralatan. Jadi memang beragam tapi tadi saya hanya sebutkan
beberapa produk yang dominan. Termasuk juga kita banyak ekspor spare part kendaraan,
plastik dan karet. Bahan-bahan dari karet dan kayu.Ini juga banyak kita ekspor ke Jepang.
Jadi memang akan ada pengaruhnya Bapak-Ibu sekalian tapi juga bisa menjadi peluang ke
depan ini untuk mencari mendiversifikasi juga ekspor kita. Jangan hanya tergantung ke
beberapa negara tertentu juga dari sisi negara tujuan ekspor maupun dari sisi produknya. Tapi
memang ini tantangan buat kita semua karena kondisi globalnya ini kecenderungannya lagi
melemah. Jadi karena kita kebanyakan masih yang sifatnya hasil bumi. Tadi saya sebutkan
beberapa produk komoditas. Ini permintaannya memang melambat dan ujung-ujungnya tadi
saya sudah jelaskan juga di presentasi bahawa ini berpengaruh juga ke likuiditas terutama
tadi untuk beberapa daerah di luar Jawa tentunya. Mungkin demikian. Terima kasih. Baik.
Terima kasih Pak David untuk pemaparan yang telah diberikan. Bapak-Ibu tidak terasa waktu
sekarang sudah menunjukkan pukul 15.49 kerana masih banyak sebenarnya pertanyaan yang
masuk ke dalam, ke kami namun kerana waktu sekarang sudah melewati, seharusnya kita
selesai pukul 15.45 jadi kami tidak dapat untuk menyampaikan semua pertanyaan kepada
narasumber. Bapak-Ibu kita masuk ke dalam sesi terakhir iaitu closing statement dari
narasumber kita. Untuk closing statement yang pertama, kami sampaikan kepada Pak Adi
Budiarso untuk menyampaikan closing statement dan kemudian diikuti Pak Amam dan Pak
David. Terima kasih. Kami persilahkan, Pak Adi. Terima kasih Pak Tri. Saya sangat
appreciate agenda ini, luar biasa. Ketidakpastian geopolitik masih menjadi sumber risiko
terbesar di 2024. Oleh kerana itu Indonesia perlu merapatkan barisan, khususnya untuk
mengambil kebijakan dan inisiatif yang proaktif dan responsif terhadap potensi yang
khususnya akan menghit risiko yang terdapat pada monetar maupun ekonomi
Indonesia.Namun yang kedua yang tidak perlu kita lupakan juga adalah jangan lupa untuk
melakukan reform, melakukan transformasi. Indonesia,pekerja Indonesia usianya masih
muda dan kita harus merebut dan menjemput masa depan, Pak Tri. Saya usulkan kita
bersama-sama responsif,forward looking tapi juga kolaboratif dalam menjemput masa depan
Indonesia yang cerah khususnya menjadi engine growth ekonomi global dan khususnya
untuk kesejahteraan masyarakat kita dan Indonesia maju yang inklusif dan sustainable.
Terima kasih. Terima kasih Pak Adi untuk closing statemenya.

Selanjutnya kepada Pak Amam. Kami persilakan. Terima kasih Pak Adioksa. Simple
mungkin kerana perbankan Indonesia sudah mengalami naik turun, sudah mengalami
berbagai macam krisis termasuk yang terbesar yang baru saja kita lewati bersama itu
pandemic, Kita optimis, kita tetap yakin dan meskipun tetap we must cautious untuk
mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia

ke depan. Begitu Pak. Baik. Terima kasih Pak Amam. Kita harus mengawal pertumbuhan
ekonomi Indonesia ke depannya. Kemudian kepada kondisi perbankan dari sisi permodalan
kar kita mungkin salah satu yang tertinggi juga di dunia. Dari sisi permodalan, cukup baik,
Lalu juga dari sisi LAR misalnya, pasca pandemi kira-kira memang posisinya sudah mirip
dengan pra-pandemi sebenarnya. Sudah dari sisi risiko, kecenderungan menurun. Tapi
kembali kita harus tetap waspada. Kita dalam periode suku bunga tinggi secara global dan ini
biasanya bisa menimbulkan masalah. Jadi 2024 dan 2025 ini tentunya kita tetap harus
waspada. Tapi tetap juga melihat peluang-peluang yang muncul. Jadi kondisi geopolitik yang
berubah jangan hanya dilihat sebagai ancaman, tapi juga bisa kita lihat sebagai peluang. Kita
perhatikan terjadi reposisi arus perdagangan global dari negara-negara maju dengan Amerika
maupun negara-negara barat lainnya. Ini juga kita manfaatkan. Seperti negara-negara lain,
kita perhatikan Vietnam, Meksiko, bisa memanfaatkan. Sehingga juga kondisi perdagangan
mereka semakin baik, semakin terdiversifikasi dan ini bisa menjadi contoh buat kita di
Indonesia yang memang masih dari sisi perdagangan ini masih terkonsentrasi pada
komoditas, pada hasil bumi.

Anda mungkin juga menyukai