Anda di halaman 1dari 50

E.

Jika yang tersedia HAK PENGELOLAAN


Calon subyek atas tanahnya WNI/WNA/BHI/BHA
Tata cara yang dapat ditempuh mengajukan PERMOHONAN HAK
KEPADA NEGARA melalui SUBYEK HAK PENGELOLAAN.(Bagian-bagian
Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada pihak ketiga dengan suatu
jenis hak atas tanah tertentu, sesuai dengan status hukum pihak ketiga
tersebut). Jadi bisa HM, HGB, ataupun HP
F. Jika yang tersedia Tanah ULAYAT, calon subyek Hak atas tanah
WNI/WNA/BHI/BHA

Tata cara yang dapat ditempuh : PELEPASAN HAK oleh pemegang Hak
ULAYAT, yang didahului dengan MUSYAWARAH antara calon subyek
pemegang haknya dengan masyarakat hukum adat.
Musyawarah tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum segala
ijin yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan tanah ULAYAT itu
diterbitkan.
SIAPA YANG BERWENANG
MEMBERI HAK
• PRESIDEN mendelegasikan kewenangan kepada :
1. Kepala BPN atau

2. Kepala Kantor Wialyah BPN (Provinsi) atau

3. Kepala Kantor Pertanahan (Kabupaten / Kota


MENENTUKAN PEJABAT YANG BERWENANG
MEMBERIKAN HAK, HARUS DIPERHATIKAN :

• JENIS HAK TANAH YANG DIMOHON

• LUAS TANAH YANG DIMOHON

• PERUNTUKAN TANAH YANG DIMOHON


TATA CARA PERMOHONAN HAK

BPN SURAT
PENERIMA HAK
KEPUTUSAN
KANTOR WILAYAH BPN
(PROVINCI)
PEMBERIAN KEWAJIBAN :
1. Membayar uang
HAK pemasukan
KANTOR PERTANAHAN KAB/KOTA
2. Mendaftarkan hak atas
(Penelitian Permohonan)
tanah

Membuat :
PEMOHON MENGAJUKAN BUKU TANAH
PENYERAHAN SERTIFIKAT
PERMOHONAN HAK (mengisi SERTIFIKAT TANAH :
KEPADA PEMEGANG HAK
formulir dan memenuhi persyaratan - Salinan Buku Tanah
yang ditentukan) - Salinan Ukur
FUNGSI PENDAFTARAN
(Berkaitan dengan Permohonan Hak kepada negara)
- Sebagai syarat konstitutif lahirnya hak tanah. Artinya jika tidak didaftarkan
haknya tidak lahir.
- Untuk keperluan pembuktian.

Secara yuridis lahirnya hak atas tanah adalah saat dibuatkan Buku Tanah.

Apabila surat-surat telah lengkap diterima, tanggal yang tertera pada Buku
Tanah dan Sertifikat hak atas tanah adalah hari kerja ke 7 sejak diterimanya
surat-surat tersebut secara lengkap
PEMBEBANAN HAK
(Pemberian Hak Baru Diatas Tanah Hak Milik)
Dilakukan apabila :
• Penguasaan tanah yang diperlukan tidak untuk seterusnya.
• Tanah yang tersedia berstatus Hak Milik.

Tanah Hak Milik yang tersedia, dibebani hak baru (yaitu Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Sewa).

Lihat : Pasal 35, 37, 40, 44 UUPA


(untuk tanah Hak Milik yang dibebani HGB, HP, HS) di perkotaan.

Lihat : Pasal 53 UUPA


(untuk tanah Hak Milik yang dibebani hak-hak atas tanah yang sekunder : Hak Gadai, Hak Sewa, Hak
Usaha Bagi Hasil, dan Hak Menumpang, diwilayah pedesaan)
perjanjian
S-1 S-2
* AKTA PPAT
* PENDAFTARAN HAK
Y Y
(Ditandai F F (ditandai Sertifikat Hak
Sertifikat yang sekunder : HGB / HP / HS)
Tanah HM)

HGB / HP / HS

TANAH
HAK MILIK HAK MILIK
Persamaan Pemindahan Hak dan Pemberian Hak Baru di Atas
Tanah Hak Milik

• Perbuatannya hukumnya bersifat tunai dan dibuktikan dengan Akta


PPAT

• Wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan

• Fungsi pendaftarannya : memperkuat dan memperluas pembuktian.

• Perbuatan hukum tersebut mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan.


Perbedaan Pemindahan Hak dan Pemberian Hak Baru di Atas
Tanah Hak Milik

PEMBERIAN HAK : PEMINDAHAN HAK :


- Yang berubah Hak nya, karena dibebani
• Yang berubah Subyek pemegang
Hak Baru (HGB / Hak Pakai
- Hanya Hak Milik yang dapat dibebani haknya.
Hak Baru • Status tanah tetap
- Bagi Hak Baru dibuatkan :
- BUKU TANAH
• Obyek pemindahan hak:
- SERTIFIKAT HM, HGU, HGB, HP
PEMINDAHAN HAK
Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain
untuk selama-lamanya.
Jenis-jenis perbuatan hukum pemindahan hak adalah :
JUAL BELI
TUKAR MENUKAR
HIBAH
HIBAH WASIAT
PEMASUKAN DALAM PERUSAHAAN (INBRENG).
Perbuatan hukum pemindahan hak, khususnya mengenai tanah, tidak lagi
berpedoman pada apa yang diatur dalam Pasal 1457 jo 1458 Kitab UU Hukum Pidana,
akantetapi berpedoman pada Hukum Adat yang tak tertulis.
PENGERTIAN JUAL BELI
(MENURUT HUKUM TANAH NASIONAL)

Perbuatan hukum pemindahan hak untuk selama-lamanya dari penjual


kepada pembeli disertai dengan pembayaran harga (baik sebagian atau
seluruhnya) dari pembeli kepada penjual, yang dilaksanakan secara
TERANG dan mempunyai sifat tunai.
PENGERTIAN
• TERANG : • TUNAI :
Bahwa perbuatan hukum Bahwa ada 2 (dua ) perbuatan
pemindahan hak (jual beli) yang dilaksana kan pada saat yang
tersebut benar-benar terjadi, sama (serentak) yaitu, :
dibuktikan dengan Akta Jual Beli Pemindahan Hak dari penjual
yang dibuat dan ditandatangani kepada pembeli
para pihak (penjual dan pembeli), Pembayaran harga (baik sebagian
saksi (dua orang), serta Pejabat maupun seluruhnya) dari pembeli
Pembuat Akta Tanah (PPAT) kepada penjual.
OBYEK PEMINDAHAN HAK
• Tanah-tanah hak :

HM, HGU, HGB, dan Hak Pakai (tanpa atau berikut bangunan yang ada
diatasnya)

Hak Milik atas Satuan Rumah Susun


PERSYARATAN, apabila bangunan ikut menjadi obyek
pemindahan hak (jual beli)
• Bahwa bangunan / benda tersebut menurut sifatnya menjadi satu kesatuan dengan tanah.

• Bahwa pemegang hak atas tanah yang bersangkutan adalah pemilik banguan dan benda
tersebut.

• Dalam Akta Jual Beli nya disebutkan secara tegas bahwa obyek jual beli nya meliputi tanah hak
yang bersangkutan .

PENERAPAN ASAS PEMISAHAN HORISONTAL


PENDAFTARAN JUAL BELI

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN /


KOTA
PPAT membawa AJB, Sertifikat
Tanah, dan Surat2 lain (7 hr kerja
sejak ttd AJB
KEPALA KANTOR PERTANAHAN :
Mencatat adanya perbuatan hukum jual beli di Buku
Tanah dan Sertifikat Tanah Hak dengan cara mencoret
Nama penjual dan menggantinya dengan Nama
Pembeli sebagai pemilik yang baru

FUNGSI PENDAFTARAN JUAL BELI :


1. Memperkuat pembuktian
2. Memperluas pembuktian
PERSYARATAN, apabila bangunan ikut menjadi obyek
pemindahan hak (jual beli)
• Bahwa bangunan / benda tersebut menurut sifatnya menjadi satu kesatuan dengan tanah.

• Bahwa pemegang hak atas tanah yang bersangkutan adalah pemilik banguan dan benda
tersebut.

• Dalam Akta Jual Beli nya disebutkan secara tegas bahwa obyek jual beli nya meliputi tanah hak
yang bersangkutan .

PENERAPAN ASAS PEMISAHAN HORISONTAL


PENDAFTARAN JUAL BELI

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN /


KOTA
PPAT membawa AJB, Sertifikat
Tanah, dan Surat2 lain (7 hr kerja
sejak ttd AJB
KEPALA KANTOR PERTANAHAN :
Mencatat adanya perbuatan hukum jual beli di Buku
Tanah dan Sertifikat Tanah Hak dengan cara mencoret
Nama penjual dan menggantinya dengan Nama
Pembeli sebagai pemilik yang baru

FUNGSI PENDAFTARAN JUAL BELI :


1. Memperkuat pembuktian
2. Memperluas pembuktian
PEMBEBASAN HAK
• Dilakukan apabila status tanah yang tersedia TIDAK SESUAI dengan
status hukum calon subyek pemegang hak.
• Misalnya : Status tanah yang tersedia HAK MILIK. Calon
subyek pemegang haknya BADAN HUKUM
INDONESIA (Perseroan Terbatas).
BHI

A PT. B
WNI

F Kesepakatan :
PT.B mengajukan permohonan hak
(misalnya HGB) kepada 1. A bersedia melepas tanah Hak Milikdilanjutkan
negara, atas dgn
pendaftaran hak. namanya.
Y 2. PT. B bersedia memberikan imbalan uang
kepada A sesuai kesepakatan.
Sertifikat
HM a/n A

SSPH / APH

TANAH HAK
TANAH NEGARA TANAH HGB a/n
MILIK PT. B
PENCABUTAN HAK
Dilakukan apabila :
- Tanah diperlukan untuk kepentingan umum
- Proyeknya tidak dapat dipindahkan ketempat lain.
- Proyeknya tidak untuk mencari keuntungan.
- Musyawarah yang dilaku tidak juga mencapai kesepakatan.
PENGERTIAN PENCABUTAN HAK
Suatu upaya paksa pelepasan hak, apabila tanah yang diperlukan
sudah dikuasai oleh pemegang hak dengan suatu hak atas tanah
tertentu, dan tetap diberikan imbalan kepada bekas pemegang haknya.
Tanah tersebut diperlukan bagi proyek kepentingan umum yang
dilaksanakan oleh pemerintah, tidak dapat dipindahkan kelokasi lain,
dan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan.
Pencabutan hak ini harus dilakukan dengan Surat Keputusan Presiden.
Hukum Ketenagakerjaan
• Prof. Iman Soepomo, Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan
baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian di mana
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
• Molenaar, Hukum Perburuhan adalah bagian dari hukum yang
berlaku, yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh
dengan majikan, antara buruh dengan buruh dan antara buruh
dengan penguasa. Pada pengertian tersebut hendaklah dibatasi pada
hukum yang bersangkutan dengan orang-orang yang bekerja
berdasarkan perjanjian kerja/bekerja pada orang lain.
Sumber Hukum Perburuhan
Sumber Hukum Tertulis, yakni:
1. Undang-undang;
2. Peraturan-Peraturan;
3. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial;
4. Perjanjian;
5. Traktak/Konvensi.
Sumber Hukum Tidak Tertulis, yakni:

Sumber hukum yang tidak tertulis ialah kebiasaan. Kebiasaan tersebut


tumbuh subur setelah Perang Dunia II dengan asalan karena:
1. Pembentukan Undang-Undang atau peraturan perburuhan tidak
dapat dilakukan secepat perkembangan permasalahan perburuhan
yang harus diatur;
2. Peraturan dari zaman Hindia Belanda dirasakan sudah tidak sesuai
lagi dengan rasa keadilan masyarakat di Indonesia.
Hubungan Kerja
• Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan
perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan
kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah
dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk
mempekerjakan buruh dengan membayar upah.
• Pasal 1 UU 13/2003, ialah Hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah.
• Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, perjanjian Kerja Bersama;
• Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial;
• Pemutusan Hubungan Kerja.
Perjanjian Kerja
• Perjanjian antara pekerja/ buruh-pengusaha/ pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1
Angka 14 UU 13/2003).
Unsur-unsur
• Pekerjaan (Penunaian Kerja);
• Perintah Orang Lain;
• Upah;
• Terbatas Waktu Tertentu.
Syarat Perjanjian Kerja
• Subjektif,
• Kesepakatan;
• Kecakapan Melakukan Perbuatan Hukum.
• Objektif,
• Adanya Pekerjaan yang diperjanjikan;
• Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan Ketertiban Umum,
KS, Peraturan Perundang-undangan.
Isi Perjanjian Kerja
• Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha;
• Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/buruh;
• Jabatan atau jenis pekerjaan;
• Tempat pekerjaan;
• Besarnya upah dan cara pembayaran;
• Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak;
• Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
• Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;
• Tanda tangan para pihak dalam perjanjain kerja.
Jenis Perjanjian Kerja
• Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) didasarkan atas:
• Jangka Waktu;
• Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

• Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
• Dibuat secara tertulis menggunakan Bahasa Indonesia;
• Tidak dapat mensyaratkan masa percobaan;
• Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap;
• Setelah 2 tahun dapat diperpanjang 1x (paling lama 1 tahun) atau
diperbaharui 1x (tenggang waktu 30 hari, untuk maksimal 2 tahun).
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
• Dibuat secara tertulis menggunakan Bahasa Indonesia atau dibuat
lisan dengan membuat surat pengangkatan;
• Dapat mensyaratkan masa percobaan (dilarang membayar upah
dibawah upah minimum dan harus dicantumkan di Perjanjian Kerja);
• Diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Berakhirnya Perjanjian Kerja
• Pekerja meninggal dunia;
• Berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerja;
• Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang mempunyai kekuatan hukum
tetap;
• Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
Perjanjian Kerja atau Perjanjian Kerja Bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
I.1.Ditinjau Dari Sudut Istilah.

Istilah Hukum Adat yang diterjemahkan dari bahasa Belanda “Adatrecht”


seperti yang dikemukakan pertama kali oleh Snouck Hurgronye dalam
bukunya “De Atjehers”.

Istilah Adatrecht dipakainya untuk aturan-aturan yang berlaku dalam


masyarakat Aceh.

Hukum Adat baru menjadi bagian dari ilmu setelah dikemukakan oleh
Van Vollen Houven.
Istilah lain dari Hukum Adat adalah : Hukum Rakyat, Hukum Agama,
Hukum tidak tertulis, Hukum Kebiasaan.

Hukum Adat berasal dari dua kata : “Hukum” dan “Adat”. Adat berasal
dari bahasa Arab yang dalam bahasa Indonesia berarti Kebiasaan.
Kebiasaan itu sendiri berarti perbuatan yang diulang-ulang dalam hal yang
sama, peristiwanya juga sama, orang berbuat hal yang sama (yang
disetujui oleh masyarakat).
Bila digabungkan dengan kata “Hukum” , berarti kebiasaan itu sebagai
aturan yang mempunyai sanksi. Menurut Prof.Hazairin, sanksi merupakan
imbalan dari suatu perbuatan baik positif maupun negative.

Jadi Hukum Adat adalah aturan-aturan / norma-norma yang berasal


dari kebiasaan yang sanksinya dapat dipaksakan.

Hukum Adat dari sudut istilah,merupakan Kebiasaan-kebiasaan yang


telah melembaga (terintegrasi) yang dilanggar akan menimbulkan akibat
hukum.
Dilihat dari segi hukum tidak semua adat merupakan hukum adat,
tetapi semua Hukum Adat itu adalah Adat. Jadi perbedaan antara Adat
dengan Hukum Adat terletak pada ada atau tidaknya sanksi. Dalam hal ini,
sanksi dterapkan oleh Kepala Adat sebagai penguasa.

Contoh : Orang Batak dilarang kawin dengan orang yang satu marga.
Jika hal ini dilanggar, maka akan mendapat sanksi.
Adat Istiadat : Dalam perkawinan Betawi, harus membawa barang
antaran termasuk kue berbentuk buaya. Dalam perkawinan Jawa ada acara
menginjak telur. Jika hal itu tidak dilakukan /dilanggar, tidak akan
menimbulkan sanksi apapun.

Adat Istiadat dapat berubah menjadi Hukum Adat apabila dikehendaki


oleh masyarakat. Masyarakatlah yang menginginkan bila adat itu diberikan
sanksi. Hal ini dikemukaan oleh Prof. Hazairin.
1.2. Pengertian Hukum Adat menurut Para Sarjana

- Hazairin

Norma hukum adat itu adalah norma kesusilaan secara keseluruhan.


Norma kesusilaan itu akan berubah menjadi norma hukum, jika pada
norma kesusilaan itu ditambah dengan sanksi yang dapat dipaksakan. Oleh
karena sanksinya memaksa, maka pelaksanaan dari norma hukum itu
harus melalui penguasa. Dan Hukum Adat adalah keseluruhan dari
kebiasaan yang menpunyai sanksi yang memaksa. 

Anda mungkin juga menyukai