BAB I
PENDAHULUAN
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris ini berusaha dihindari oleh notaris,
karena berbagai macam alasan dan penyebab, seperti tersitanya waktu notaris,
kekhawatiran tercemarnya nama baik notaris yang dipanggil dan diperiksa oleh
polisi. Namun tidak jarang juga upaya menghindari panggilan tersebut disebabkan
karena, terdapat oknum notaris yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya
secara jujur, serta dalam membuat akta, notaris tersebut tidak membuat salinan
dan minuta akta, serta menjilid akta yang telah dibuatnya dalam satu bulan
sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 16 ayat 1 huruf A, B, D dan G tersebut,
yang contohnya dapat dilihat dalam perkara Putusan Nomor
31/G/2018/PTUN.PBR dan Putusan Nomor 36/PK.TUN/2020, yang diketahui
terdapat Notaris bernama Dr. Khalidin SH. MH., yang bekerja sebagai notaris di
Kabupaten Rokan Hilir, dan terindikasi menyalahgunakan wewenang dan
jabatannya sebagai pejabat pembuat akta.
Dari kasus tersebut, tentunya menarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai permasalahan pengawasan, dan penindakan kode etik terhadap notaris,
terutama terhadap notaris yang diketahui memiliki permasalahan terkait
pemeriksaan di kepolisian.
Berdasarkan uraian tersebut kami selaku peneliti hendak membahas dan
mengangkat permasalahan tersebut, dan akan dituangkan dalam karya tulis berupa
makalah, dengan judul “PENGAWASAN DAN PENINDAKAN TERHADAP
NOTARIS TERKAIT ADANYA PANGGILAN KEPOLISIAN YANG
DILAKUKAN TERHADAP NOTARIS”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas
adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana bentuk pengaturan kode etik bagi notaris di Indonesia dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang
telah diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Kode Etik Notaris
Kode etik notaris merupakan suatu kaidah moral yang ditentukan oleh
perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres
Perkumpulan dan/atau yang ditentukan dan diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi, serta wajib ditaati
oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan smeua orang yang menjalankan
tugas dan jabatan notaris.1
Menurut Ghansam Anand Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik mengenai perbuatan, perjanjian yang dalam
menjalankan tugasnya terikat dengan peraturan Undang-Undang dan Kode Etik
Notaris.2
Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas
pelayanan hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris
Indonesia (INI) sebagai satu-satunya organisasi profesi yang diakui kebenarannya
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014, menetapkan Kode Etik bagi para anggotanya.3
Kode etik notaris sendiri sebagai suatu ketentuan yang mengatur tingkah laku
notaris dalam melaksanakan jabatannya, juga mengatur hubungan sesama rekan
notaris. Pada hakekatnya Kode Etik Notaris merupakan penjabaran lebih lanjut
dari apa yang diatur dalam Undang Undang Jabatan Notaris.4
Kode etik notaris ada 2 yaitu :5
1. Kode etik yang diatur secara hukum dalam peraturan jabatan notaris.
2. Kode etik yang ditetapkan oleh Konggres Ikatan Notaris Indonesia (INI)
1974.
1 Tim Visi Yustisia, Konsolidasi Undang-Undang Jabatan Notaris 2014, Jakarta : Visi Yustisia,
2015. hlm. 13
2 Ghansam Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia,Jakarta : Zifatama, 2014. hlm. 2
3 H.M. Agus Santoso, Hukum, Moral, dan Keadilan, Jakarta : Prenada Media Group, 2014. hlm.
112
4 H. M. Fauzan, Peranan Perma dan Sema, Jakarta : Kencana, 2014. hlm. 615
5 Irma Devita Purnamasari, Hukum Pertanahan, Jakarta : IKAPI, 2010. hlm. 26
5
6 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Yogyakarta : CDSBL, 2003. hlm. 62.
6
62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan,
Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris.
Terhadap kewenangan pengangkatan terhadap notaris dalam
Permenkumham Nomor 62 Tahun 2016 tepatnya dalam pasal 2 ayat 2 huruf J
disebutkan bahwa persyaratan pengangkatan calon notaris harus dilengkapi berkas
pendukung dengan melampirkan fotokopi tanda kelulusan Ujian Pengangkatan
Notaris yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum yang telah dilegalisasi, sedangkan pada Pasal 2 ayat 1 tidak menyebutkan
calon notaris diharuskan mengikuti Ujian Pengangkatan Notaris. Aturan tersebut
juga diperkuat dalam Permnekumham Nomor 25 Tahun 2017 pasal 10 ayat 1
huruf d menyebutkan program magang di kantor notaris telah berpartisipasi dan
dicantumkan namanya paling sedikit 20 akta.
Khusus mengenai ketentuan pengangkatan notaris tersebut di atas, dalam
kenyataannya mendapatkan reaksi beragam dimana Permenkumham tersebut di
atas dianggap tidak sesuai dan bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan
yang baik (General Principle of Good Administration atau algemene beginselen
van behoorlijke bestuur) yaitu bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum; Asas
Tertib Penyelenggaraan Negara; Asas Kepentingan Umum; Asas Keterbukaan;
maupun Asas Efisiensi dan Asas Profesionalisme.7
Selain itu terdapat juga reaksi yang menyatakan bahwa permen tersebut
tidak dapat dilaksanakan karena permen tersebut harus didahului dengan
diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mendukung terbit Permen UPN
tersebut, dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Jenis
dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (harus diubah terlebih dahulu dengan menambahkan
materi baru yang mengatur tentang PNBP-UPN)
Khusus mengenai kewenangan untuk melakukan pemberhentian terhadap
notaris, kementerian hukum memiliki dua bentuk kewenangan, yaitu
7 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5acdca259f05e/calon-notaris-pertanyakan-
pemberlakuan-permenkumham-ujian-pengangkatan-notaris
18
“(1) Dalam hal pemberhentian Notaris dengan tidak hormat karena alasan dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoich kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih, keputusan pemberhentian Notaris dan
jabatannya dan penetapan Notaris lain sebagai pemegang protokol ditetapkan
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap. (2) Penunjukan Notaris
lain sebagai pemegang protokol dan serah terima protokol berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67.”
Sehingga secara jelas dapat diketahui bentuk pengaturan kode etik notaris
yang diatur diluar Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang telah
diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, diatur dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 adalah
perihal mengenai Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan,
Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris, yang merupakan
kewenangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, guna melengkapi ketentuan
yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang telah
diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014.
D. Bentuk Tanggung Jawab Hukum Notaris Yang Tidak Memenuhi Panggilan
Kepolisian berdasarkan Pasal 66 Ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris
Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia, memiliki kewajiban dan
tanggungjawab, terutama bagi seseorang yang memiliki profesi tertentu dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pejabat yang berpengaruh
terhadap masyarakat luas.
Salah satu profesi yang memiliki pengaruh cukup luas dalam menjalankan
tugas dan fungsinya demi kepentingan masyarakat luas adalah Notaris, dimana
notaris memiliki peran dalam membuat akta terkait banyak hal, terutama yang
berhubungan dengan perbuatan hukum perdata. Akta yang dibuat oleh notaris
sendiri merupakan akta otentik. Akta memiliki arti sebagai surat yang diberi tanda
tangan dan memuat mengenai peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu
21
hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk kepentingan
pembuktian.8 Adapun Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang
diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang berkepentingan,
yang mencatat apa yang dimintakan oleh yang berkepentingan.
Sebagai pejabat yang diberi wewenang untuk membuat akta otentik,
tentunya Notaris memiliki serangkaian kewajiban dan tanggung jawab yang perlu
dijalankan, dimana kewajiban-kewajiban tersebut berhubungan dengan kewajiban
profesi yang diatur dalam hukum yang dikenal sebagai kode etik, sehingga dengan
melanggar kewajiban-kewajiban tersebut, maka seorang notaris dapat dikatakan
melanggar kode etik dan dapat dikenakan sanksi etika profesi, dimana sanksi
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas dan
profesinya.9
Mengenai tanggung jawab hukum notaris, diketahui bahwa tanggung jawab
notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan kebenaran materiil. Nico
membedakannya menjadi 4 poin yakni :10
a. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil
terhadap akta yang dibuatnya;
b. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam
akta yang dibuatnya;
c. Tanggung jawab notaris berdasarkan peraturan jabatan notaris terhadap
kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya;
d. Tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
berdasarkan kode etik notaris.
Adapun bentuk kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh notaris diatur
dalam bentuk larangan dan kewenangan yang dimiliki oleh notaris dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang kemudian diperbarui
8 Laila M. Rasyid, Pengantar Hukum Acara Perdata, Pustaka Larasan, Denpasar, 2013. hlm.
77
9 Sahnan, Etika Dalam Profesi Notaris, Mataram Press, Mataram, 2013. hlm. 27
10 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, CDSBL, Yogyakarta, 2003, hlm. 62.
22
wilayah kerja seorang Notaris. Dapat ditafsirkan bahwa Notaris tidak dilarang
untuk meninggalkan wilayah kedudukan Notaris (kota/kabupaten) lebih dari tujuh
hari kerja.
Larangan bagi Notaris juga diatur dalam Kode Etik Profesi Notaris, yaitu
seperti yang disebutkan dalam Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia yang
pada prinsipnya menegaskan bahwa, seorang Notaris dilarang untuk melakukan
publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan
mencantumkan nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak dan/atau
elektronik. Seorang Notaris juga dilarang bekerja sama dengan biro
jasa/orang/badan hukum yang pada hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk
mencari atau mendapatkan klien, dan berusaha atau berupaya dengan jalan
apapun, agar seseorang berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu
ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui perantaraan
orang lain. Notaris dilarang melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara
menahan dokumen-dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan
psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya serta
melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang menjurus ke
arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan Notaris.
Selain itu perihal kewajiban Notaris diatur pada Pasal 3 Perubahan Kode
Etik Notaris Hasil Kongres Luar Biasa di Banten, pada tanggal 29-30 Mei 2015
yang menyatakan, “Notaris maupun orang lain (selama yang bersangkutan
menjalankan jabatan Notaris) wajib :
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik;
2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan
Notaris;
3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan;
4. Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, seksama, penuh
rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
isi sumpah jabatan Notaris;
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian profesi yang telah
dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan;
24
14 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung : Refika Aditama, 2013.
hlm. 52
26
15 Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Jakarta : Narotama Press, 2014.
hlm. 42
16 Dwi Andika P. dan R.A. Retno Murni, Kode Etik Notaris, Udayana Press, Denpasar, 2017.
hlm. 18
27
17 Bambang Winarto, Kesadaran Notaris terhadap Kewajiban Jabatannya, Jakarta : UIN Press,
2014. hlm. 69
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 62 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara
Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa
Jabatan Notaris, diketahui bahwa pengaturan mengenai kode etik notaris
meliputi larangan mengenai menjalankan jabatan di luar wilayah
jabatannya, meninggalkan wilayah jabatannya lebih dan 7 (tujuh) hari
kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah, merangkap jabatan sebagai
pegawai negeri, merangkap jabatan sebagai pejabat negara, merangkap
jabatan sebagai advokat, merangkap jabatan sebagai pemimpin atau
pegawai badan Usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau
badan usaha swasta, merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta
Tanah diluar wilayah jabatan Notaris, menjadi Notaris Pengganti,
melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaan, atau kepatuhan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 38 e jo Pasal
61. Selain itu diatur pula mengenai larangan melakukan perbuatan
tercela, melanggar kewenangan dan kewajiban sebagaimana diatur
dalam kode etik notaris, dan melakukan tindak pidana, yang
mengakibatkan dirinya ditahan sebagaimana diatur dalam Pasal 66.
2. Bentuk tanggung jawab hukum notaris yang tidak memenuhi panggilan
kepolisian berdasarkan Pasal 66 Ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris
adalah terhadap notaris tentunya diwajibkan untuk bekerjasama dengan
pihak Kepolisian terkait pemeriksaan terhadap akta yang dibuat oleh
notaris, berdasarkan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris Wilayah,
31
dan apabila terbukti akta yang dibuat oleh notaris dibuat secara melawan
hukum, tentunya terhadap notaris dapat dikenakan sanksi kode etik,
berupa pemberhentian sementara, sampai dengan pemberhentian tetap
sesuai keputusan Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Kehormatan
Daerah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka pada makalah ini dirumuskan saran-
saran sebagai berikut :
1. Diharapkan kedepannya pembuatan peraturan di luar dari ketentuan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang telah diperbaharui oleh
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, dapat memaksimalkan notaris
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, yang meliputi kewajiban dan
larangan bagi notaris dalam menjalankan jabatannya.
2. Diharapkan kedepannya notaris dapat lebih teliti dalam pembuatan akta,
terutama yang berkaitan dengan masalah kehadiran para pihak dalam
RUPS, serta diiringi adanya pengawasan yang mendalam dan melekat
bagi para notaris dalam bekerjasama dengan aparatur penegak hukum
lainnya seperti Kepolisian.
32
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
B. Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25
Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan,
Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 62
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara
Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa
Jabatan Notaris
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 25
Tahun 2017 tentang Ujian Pengangkatan Notaris
Republik Indonesia, Ikatan Notaris Indonesia Peraturan Kode Etik Notaris,
berdasarkan Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten pada
Bulan Mei 2015
33
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ….................................................................................…… 30
B. Saran …..........….…........…..............….........................................….… 31
DAFTAR PUSTAKA........…..............…..........................................….… 26