BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2020
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
i
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
ii
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (RUU tentang Perubahan Atas UU tentang PDRD)
dengan baik dan lancar. RUU tentang Perubahan Atas UU tentang PDRD
merupakan salah satu RUU dalam daftar kumulatif terbuka dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2020. Salah satu RUU yang tercantum
dalam Daftar Kumulatif Terbuka Program Legislasi Nasional yaitu Tindak
Lanjut Atas Putusan Mahkamah Konstitusi. Pembentukan RUU tentang
Perubahan Atas UU tentang PDRD diperlukan untuk memberikan kepastian
hukum di masyarakat terutama wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
pajak daerah dan retribusi daerah.
Naskah Akademik dan Draf Rancangan Undang-Undang ini disusun
berdasarkan standar operasional yang telah diberlakukan oleh Badan
Keahlian Setjen DPR RI, yang dilakukan oleh Tim yang terdiri dari Perancang
Undang-Undang, Peneliti, Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Tenaga Ahli Badan Legislasi, dan Kepala Pusat Perancangan Undang-Undang
sebagai penanggung jawab. Penyusunan Naskah Akademik dan Draf
Rancangan Undang-Undang ini merupakan usul Badan Legislasi DPR RI, yang
selanjutnya ditugaskan kepada Badan Keahlian Setjen DPR RI untuk disusun
naskah akademik dan draf RUUnya.
Dalam proses penyusunan Naskah Akademik, tim penyusun telah
melakukan diskusi dari pemangku kepentingan yang terkait diantaranya
Henry Darmawan Hutagaol, S.H. LL.M, Robert Na Endi Jaweng, Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Asosiasi Pengusaha
Indonesia (APINDO), Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO), Tutik
Rachmawati, SIP., MA., PhD, dan lain-lain. Selain itu tim penyusun juga
melakukan pengumpulan data ke 2 (dua) provinsi untuk mendapatkan
iii
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
iv
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
DAFTAR ISI
v
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Penyusunan Norma.............………………………………………….…. 29
1. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan……….. 29
2. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah………………….… 33
3. Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan………………………….. 35
4. Asas Pemungutan Pajak…………………………………………….. 36
5. Prinsip-prinsip Perpajakan……………………………………….... 41
C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada
serta Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat........................... 46
1. Umum…………………………………………………………………... 46
2. Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014………………………….. 73
3. Putusan MK Nomor 52/PUU-IX/2011…………………………… 80
4. Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017………………………….. 83
5. Putusan MK Nomor 80/PUU-XV/2017………………………….. 91
6. Pengaturan Lain-Lain………………………………………………… 97
7. Pajak Daerah di Beberapa Negara ………………………………… 110
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan
Diatur Dalam Undang-Undang tentang Perubahan Atas UU
tentang PDRD Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan
Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan
Negara. …………………………………………………………................... 112
vi
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
vii
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
LAMPIRAN:
Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
DAFTAR GAMBAR
viii
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
DAFTAR TABEL
Table 1 Tax Revenues by Country Category (tax ratio) ………………… 16
Tabel 2 Rasio Pajak Terhadap PDB Indonesia dari Masa ke Masa ….. 17
Tabel 3 Perhitungan Tarif Retribusi Menara Telekomunikasi dengan
Tarif Variabel ………………………………………………………...... 116
Tabel 4 Penghitungan Tarif Retribusi Menara Telekomunikasi dengan
Tarif Tunggal ……………………………………………...……...…….118
Tabel 5 Penghitungan Tarif Retribusi Menara
Telekomunikasi …………………………………..…………………….119
Tabel 6 Rangkuman Potensi Manfaat dan Beban atas Pengaturan
dalam Putusan MK terkait Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) …………………………………………………….……125
ix
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun 1945)
yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman,
tertib, sejahtera dan berkeadilan. Pemberlakuan otonomi daerah melalui
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana yang telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (UU tentang Pemerintahan Daerah) serta Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (UU tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah) maka penyelenggaraan
pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Penyelenggaraan otonomi daerah ditandai dengan pemberian
kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang
merupakan salah satu hubungan keuangan dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah yaitu pemberian
sumber peneriman daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah (yang selanjutnya disingkat PDRD)
merupakan kebijakan desentralisasi fiskal pemerintah pusat yang
ditujukan dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah
(local taxing power) dan kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah untuk
menjalankan setiap urusan yang dilimpahkan kepada daerah. Oleh karena
1
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
2
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
3
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
B. Identifikasi Masalah
Dalam rangka memberikan landasan ilmiah dalam menyusun NA dan
RUU tentang Perubahan Atas UU tentang PDRD, dapat dirumuskan
identifikasi permasalahan yang meliputi:
1. Bagaimana teori dan praktek pelaksanaan pengelolaan PDRD pada saat
ini?
2. Bagaimana pelaksanaan dan pengaturan tentang PDRD dalam UU
tentang PDRD dan undang undang terkait?
3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis dalam penyusunan RUU tentang Perubahan Atas
UU tentang PDRD?
4
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
5
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
6
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORETIS
1. PENDAHULUAN
Di banyak negara di dunia saat ini, pajak (tax) merupakan sejumlah
uang yang wajib dibayarkan oleh warga negara (penduduk) dan badan
usaha atau lembaga nirlaba di suatu negara untuk keperluan negara
yang bersangkutan. Pada umumnya pajak di berbagai negara adalah
bersifat memaksa, “tanpa” terdapat imbalan langsung atas uang pajak
yang dibayarkan penduduk atau badan usaha/perusahaan kepada
negaranya.
Seperti di berbagai negara di dunia, di Indonesia pajak juga sangat
penting bagi negara. Pada umumnya pemungutan pajak dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) berdasarkan level pemerintahan yang berwenang
memungutnya, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah
pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat.
Sedangkan, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut dan
dikelola oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Pajak yang
termasuk ke dalam pajak pusat di Indonesia saat ini adalah Pajak
Penghasilan (PPh) individu dan badan usaha, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Masuk, Cukai,
dan Bea Materai serta Pajak Ekspor (Bea Keluar).
Penyerahan urusan dari pusat ke daerah harus diikuti transfer
pembiayaan (dana perimbangan) yang memadai, serta dukungan sumber
pendapatan dari daerah (PAD). Perlu diperkuat prinsip money follows
function dan mengurangi praktik unfunded-mandate. Keuangan daerah
yang merupakan salah satu elemen dari desentralisasi sebagai
perwujudan dari demokrasi lokal dan pemerintahan yang efektif
akuntabel serta sebagai pelaksanaan atas layanan publik dan daya saing
daerah, semua hal tersebut memiliki tujuan akhir untuk pembangunan
7
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
penyusunan NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, 3 Februari 2020.
2Ibid..
8
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
3Ibid,.
9
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
4Ibid.,
10
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Gambar 3 Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU tentang PDRD
2. KERANGKA TEORI
a. Definisi Pajak
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof.DR.Mardiasmo,SE
mengatakan, pajak adalah “iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”. Sedangkan Abut menyatakan, “pajak merupakan iuran
kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.5
11
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
https://pocketsense.com/do-federal-governments-collect-taxes-8390486.html, diakses 24
Januari 2020.
12
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
2017, hal.22-26.
13
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
11Direct taxes are assessed upon the tax-paying capacities of assesses such as their
income or wealth. Indirect taxes are imposed upon objects or transactions regardless of the
capacities of the taxpayers. Income taxes on individuals and companies are the most important
forms of direct taxation and excise duties, customs duties and sales tax dominate the indirect tax
category.
14
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
S
u
m
b
e
r
15
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
:
Tabel 2.Rasio Pajak Terhadap PDB Indonesia dari Masa ke Masa
3. PAJAK DAERAH
a. Definisi Pajak Daerah
Ahmad Yani menjelaskan, pajak daerah adalah “iuran yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.”13
Abdul Kadir berpendapat, “pajak daerah adalah pajak yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda)
yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah
daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah.14
Berdasarkan UU tentang PDRD, pajak daerah adalah “kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (UU tentang Perimbangan Keuangan), pajak
daerah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Dalam Pasal
279 ayat (1) dan (2) UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, mengatur mengenai hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah dalam hal pelaksanaan otonomi
16
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
17
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
18
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
18Tetapi tidak semua negara bagian di AS mengijinkan pemerintah lokal yang lebih
rendah tingkatannya untuk memungut pajak penghasilan (income tax).
19State and Local Revenue, National Association of State Retirement Administrators,
19
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
cukai (excise taxes); (4) pajak penghasilan individu; (5) pajak gaji
(payroll tax), (6) pajak konsumsi (general consumption tax).20 Hal ini
bergantung kepada kebijakan perpajakan di masing-masing negara.
Jenis-jenis pajak daerah di Indonesia mengalami perubahan sejak
tahun 1947. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, saat ini pajak
daerah diatur dalam UU tentang PDRD.21
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memutuskan atau
menentukan suatu pajak daerah bagi pemerintah daerah, baik
provinsi maupun tingkatan pemerintahan yang lebih kecil seperti
kabupaten dan kota, antara lain adalah22:
1) Pungutan bersifat pajak dan bukan retribusi;
2) Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah provinsi atau
kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas
cukup rendah, serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan;
3) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama
20Richard M. Bird, Local and Regional Revenues: Realities and Prospects, dimuat dalam
http://www1.worldbank.org/publicsector/decentralization/June2003Seminar/bird2003.pdf,
diakses 27 Januari 2020.
21UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mencabut UU
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah; UU Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah; PP No. 5 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No 10 Tahun 1968 (Lembaran Negara RI Tahun 1968 No 54; Tambahan
Lembaran Negara No 2861) Tentang Penyerahan Pajak-Pajak Negara; Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bangsa Asing Dan Pajak Radio Kepada Daerah; (b)UU No. 10
Tahun 1968 tentang Penyerahan Pajak-Pajak Negara: Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio Kepada Daerah; UU No. 87 Tahun
1958 tentang Pengubahan Undang-Undang Pajak Bangsa Asing (Undang-Undang No. 74
Tahun 1958); UU No. 74 Tahun 1958 tentang Penetapan "Undang-Undang Darurat No. 16
Tahun 1957 Tentang Pajak Bangsa Asing (Lembaran-Negara Tahun 1957 No. 63)" sebagai UU;
UU No. 32 Tahun 1956 tentang Perimbangan Keuangan antara Negara dengan Daerah-
Daerah, yang Berhak Mengurus Rumah-Tangganya Sendiri
Mencabut Pasal 3 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf h; UU No. 21 Tahun
1948 tentang Menambah dan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1947; (g)UU No. 20
Tahun 1948 tentang Mengadakan Perubahan dan Tambahan Pajak Dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1947 Dari Hal Pajak Pembangunan I; UU No. 14 Tahun
1947 tentang Pemungutan Pajak Pembangunan di Rumah Makan dan Rumah Penginapan; UU
No. 12 Tahun 1947 tentang Menetapkan "Pajak Radio" atas Semua Pesawat Penerimaan Radio.
22Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Pajak Daerah, dimuat dalam
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/08/pajak_daerah-1.pdf, diakses
28 Januari 2020.
20
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
23UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
undang-undang yang masih berlaku saat ini yang menggantikan beberapa undang-undang
lama, seperti UU Nomor 34 Tahun 2000; UU Nomor 18 Tahun 1997.
24Pajak kendaraan bermotor tersebut di atas, juga dikenakan terhadap kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai
dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage), dan kendaraan alat-alat berat.
21
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame (iklan);
5) PPJ;
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air (bawah) Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet;
10) PBBP2; dan
11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (yang selanjutnya
disingkat BPHTB).
Setiap daerah otonom di Indonesia, dalam hal ini daerah provinsi,
kabupaten/kota, memiliki sumber daya alam dan potensi ekonomi
yang bervariasi dan berbeda-beda. Hal ini juga mengakibatkan adanya
perbedaan dalam jumlah nominal pendapatan daerah masing-masing.
Tetapi jika daerah dapat memanfaatkan atau menggali dengan optimal
potensi sumber-sumber pendapatan di daerahnya, maka akan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendapatan daerah,
seperti PDRD yang merupakan PAD baik provinsi, kabupaten dan
kota. Hal ini pada gilirannya akan memberikan manfaat bagi
pembangunan daerah.
Melalui berbagai alternatif sumber-sumber penerimaan daerah,
menurut UU tentang Perimbangan Keuangan, telah menetapkan
PDRD adalah sebagai sumber PAD yang dapat dipungut oleh daerah
provinsi dan kabupaten/kota yang bersangkutan.
4. RETRIBUSI DAERAH
a. Definisi Retribusi
Pengertian retribusi berdasarkan UU tentang PDRD, adalah
“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Balas jasa
kepada wajib retribusi dapat dirasakan langsung oleh si pembayar
22
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
25Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat, Perbedaan Pajak dan Retribusi,
23
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
24
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
25
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
27Controller and Auditor General, Charging fees for public sector goods and services,
26
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
30Cost Recovery is concerned with recouping a portion of or all costs associated with a
particular service provided by the local authority to the public, normally by way of fees or
charges. Fees and charges are a significant source of income for councils. The level of fees or
charges determines the percentage of service costs that is recovered. For local government
services which are generally used by a large cross-section of the community, it is often
impracticable or unacceptable to charge fees for these services. On the other hand, where the
services are used by a sub group of the community, it is more common for these public services to
be provided for a specified fee or charge. Fees and charges are made for the provision of a wide
range of services including: (1)housing rents, (2)planning fees, (3)fire call out charges, (4)burial
ground fees, (5)litter fines, (6)land fill charges, (7)bring centre and civic amenity site fees,
(8)parking fee, (9)motor tax fees, (10)driving license fees, (11)swimming pool fees, (12)museum
fees and library fees. When determining the level of fees or charges to be set, factors to consider
include the need to regulate demand, the desire to subsidise a certain product, administrative
concerns, such as the cost of collection, and the promotion of other economic or social goals,
dalam Richard Boyle, Using fees and charges-cost recovery in local government, Institute of
Public Administration (IPA), Ireland, dimuat dalam
https://www.ipa.ie/_fileUpload/Documents/LocalGov_RS_No3.pdf, diakses 29 Januari 2020.
31Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty 2005,
hal. 34. Lihat juga Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum; Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Liberty, 2007, hal. 5.
27
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
32 I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving, ’s-
Gravenhage: Vuga 1984 hal 186 seperti dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi dalam Maria
Farida Indrati, S., Ilmu Perundang-undangan 1, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Jakarta:
Kanisius, 2007, hal. 253-254.
28
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
29
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
30
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
31
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
36 Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah dalam Kerangka
32
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
33
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
39 Tutik Rahmawati, SIP, MA., PhD. (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Business Press, 1997), hal. 44 dalam Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori
dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 117-118.
34
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Gambar 4. Asas-
asas dalam Sistem Perpajakan yang Ideal
42 R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, Jakarta: Ind Hill-Co, 1996, hal. 16 dalam
35
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
36
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
37
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
5. Prinsip-prinsip Perpajakan
Prinsip-prinsip perpajakan yang berlaku umum juga berlaku
untuk perpajakan daerah dan retribusi. Berikut ini adalah prinsip-
prinsip perpajakan yang dapat digunakan untuk menentukan
sumber penerimaan yang cocok untuk pemerintah pusat dan sumber
yang cocok untuk pemerintah daerah.
a. Kecukupan dan Elastisitas
44 C.V. Brown dan P.M. Jackson, Public Sector Economics, Basil Blackwell, 1982,
hal. 241 dalam Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005, hal.140.
38
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
39
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
40
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
41
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
42
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
43
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
adalah dalam teori pemungutan pajak ada kalanya wajib pajak tidak
begitu dilibatkan dalam penghitungan jumlak pajak yang harus dibayar
karena penetapan besar kecilnya hutang pajak yang harus dibayar
yang menetapkan jumlahnya adalah aparat pajak (Official Assessment
System). Selain itu terdapat ketentuan juga yang menyatakan bahwa
masyarakat Wajib Pajak diberi kesempatan untuk menghitung sendiri
besar kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar (Self Assessment
System). Bahkan ada juga dalam pemungutan pajak melibatkan pihak
ketiga (With Holding System). Sedangkan landasan yuridis pemungutan
pajak oleh negara sudah diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 23A
yang berisi bahwa “Pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara di atur dengan undang-undang”.
Pengelolaan pajak baik pajak pusat maupun daerah didasarkan
pada Undang-Undang. Filosofis ini tercermin pada Pasal 23A UUD 1945
bahwa pengelolaan pajak telah mengikutsertakan rakyat melalui wakil-
wakilnya di legislatif.45 Tanpa persetujuan dari rakyat melalui
DPR/DPRD maka pemungutan dan pengalokasian pajak menjadi tidak
sah.46 Pengelolaan pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pengelolaan
pajak oleh pemerintah pusat yang disebut sebagai pajak pusat dan
pengelolaan pajak yang dikelola pemerintah daerah yang disebut
sebagai pajak daerah.47 Kegiatan pengelolaan pajak meliputi kegiatan
pengadministrasian pajak dan pendistribusian hasil pajak untuk
kepentingan umum.48 Pembedaan pengelolaan pajak ini didasarkan
pada asas desentralisasi dimana pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan sebagian kekuasaan
penyelenggaraan negara yang diserahkan oleh pemerintah pusat. 49
RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 12 Februari 2020.
46 Ibid.,
47 Ibid.,
48 Ibid.,
49 Ibid.,
44
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
45
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
46
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
55 Ibid.,
56 Ibid.,
57 Faisal Akbar Nasution, Loc.cit,.
47
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
penyusunan NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, 5 Februari 2020
48
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
49
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
63Ibid.,
64Dahliana Hasan, Loc.cit.
65Ibid
66 Dr. Mustaqiem, S.H., M.Si. (Dosen FH UII), disampaikan dalam diskusi penyusunan
NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, 12 Februari 2020.
50
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
67Ibid.,
68 Ibid.,
51
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
69Eko Suwardi (Dekan FEB UGM), disampaikan dalam diskusi penyusunan NA dan
RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 12 Februari 2020.
70 Lampiran Peta Kapasitas Fiskal Daerah dalam PMK No. 119/PMK.07/2017 tentang
Peta Kapasitas Fiskal Daerah, sebagaimana dikutip oleh Dahliana Hasan, Loc.cit.,
71 Ibid.,
72 Ibid.,
73Ibid.,
74BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2016, Hasil
Pemeriksaan Pemerintah Daerah, hlm. 185, sebagaimana dikutip oleh Ibid.,
75Ibid.,.
52
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
53
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
81Ibid.,
82 Ibid.,
83 Ibid.,
84 Ibid.,
85 Ibid.,
86 Ibid.,
87 Ibid.,
54
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
88 Ibid.,
89 Ibid.,
90 Ibid.,
91 Ibid.,
92 Ibid.,
55
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
penyusunan NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, 5 Februari 2020.
56
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
94Ibid.,
57
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
95Ibid.,
58
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
59
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
60
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
100Ibid.,
101 Pasal 56 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
61
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
102 Pasal 47 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5226), sebagaimana dikutip oleh Ibid.,
103 Topane Gayus Lumbuun, “Tindak Lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi oleh DPR
RI”, Legislasi Indonesia, Vol.6, No. 3, September 2009, hlm. 498, sebagaimana dikutip oleh
Ibid.,
104 Istilah non-self excecution merupakan lawan kebalikan (a contrario) dari istilah self
excecution. Lihat dalam: Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Jakarta :
Konstitusi Press, 2010, hlm. 364, sebagaimana dikutip oleh Ibid.,
62
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
105Ibid.,
106Ibid.,
107Ibid.,
108Ibid.,
63
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
64
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
111 Ibid.,
112Ibid.,
113Ibid.,
65
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
114Ibid.,
115Ibid.,
116Ibid.,
66
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
117 Abdul Kadir, (Dosen FE Universitas Medan Area) disampaikan dalam diskusi
penyusunan NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, 19 Februari 2020.
118Ibid.,
119Ibid.,
67
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
120Ibid.,
121Ibid.,
68
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 11 Februari 2020.
dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 13 Februari 2020
124Ibid.,
69
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049), sebagaimana dikutip oleh
Dahliana Hasan, Loc.cit.,
129C. Kurt Zorn, “User Xharges and Fees”, dalam John F Petersen dan Denise F.
Strachon, Local Government Finance: Concept and Practice, Government Finance Officers
Association of United State of America and Canada, Chichago-USA, 1991, hal. 137,
sebagaimana dikutip oleh Ibid.,
70
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
71
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 20 Februari 2020.
138Faisal Akbar Nasution, Loc.cit.,
72
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 20 Februari 2020.
140BPPRD Provinsi Sumatera Utara, disampaikan dalam diskusi penyusunan NA dan
RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 19 Februari 2020.
141Tutik Rachmawati, Loc.cit.,
73
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
142Ibid
143Nadya Kurnia, Retribusi Menara Telekomunikasi di Balikpapan, dimuat dalam
https://teknologi.bisnis.com/read/20170921/101/691912/oktob er-retribusi-pengendalian-
menara- telekomunikasi-di-balikp apan-berlaku, diakses tanggal 27 Februari 2020.
144Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Loc.cit.,
74
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
75
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
149Ibid.,
150Eko Suwardi., Loc.cit.,
76
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
77
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
d. Futsal
Mengenai pajak hiburan, putusan MK menyebutkan bahwa golf
masuk ke dalam kategori olahraga yang tidak bisa dijadikan objek
pajak hiburan.155
Terdapat beberapa catatan terkait golf seperti posisi golf sebagai
olahraga. Wacana mengubahnya menjadi retribusi golf harus
dipastikan sesuai dengan pengertian retribusi karena tidak ada prestasi
langsung diperoleh. Adapun perlu dipastikan juga berapa jumlah
setoran yang diterima oleh perusahaan golf dari para pelaku golf. 156
Sejauh ini pajak atas golf masih dalam perdebatan, untuk itu
perlu didefinisikan kembali. Dalam sisi pengusaha penyediaan
lapangan golf tentunya akan menciptakan lapangan kerja. Dan setiap
bisnis yang menghasilkan lapangan kerja (mempekerjakan orang
banyak) perlu diperingan atau diberi insentif pemajakannya.157
Pemprov Sumut juga setuju apabila objek pajak daerah seperti
permainan golf, billiard, bridge, bowling, dan lain-lain yang sejenis yang
benar-benar masuk ke dalam kategori kegiatan olahraga, tidak
dikenakan pajak hiburan dalam revisi UU tentang PDRD.158
Konsekuensi setelah MK mengabulkan semua permohonan uji
materiil pasal 42 ayat 2 UU tentang PDRD tentunya berdampak positif
terhadap pelaku usaha fasilitas olahraga golf. putusan MK meluruskan
kembali ketentuan dalam beleid UU tentang PDRD bahwa golf tidak
termasuk kategori hiburan yang dikenakan pajak daerah. Berdasarkan
Pasal 1 angka 12 dan angka 13 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan, jelas disebutkan bahwa golf termasuk
olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Bahkan di level internasional,
golf sudah dianggap sebagai olahraga. Dengan demikian tidaklah tepat
bila golf dimasukkan kategori hiburan. Pelaku usaha penyelenggara
78
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
golf semestinya diletakkan sebagai olah raga, dan bukan penyedia jasa
hiburan.159
79
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
80
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
167Ibid.,
168Faisal Akbar Nasution, Loc.cit.,
169Abdul Kadir, Loc.cit.,
81
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
82
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
penyusunan NA dan RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, 3 Maret 2020.
83
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
175 Ibid.
176 Ibid.
84
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
85
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
179Ibid
180Robert Na Endi Jaweng Direktur Eksekutif KPPOD, Loc.cit.,
181Gamal, Loc.cit.,
86
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
182Ibid.,
183Dr. Mustaqiem, S.H., M.Si, Loc.cit.,
184BPKAD Kabupaten Gunung Kidul, Loc.cit.,
185 Dahliana Hasan, Loc.cit.,
87
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
13 Februari 2020.
189 Faisal Akbar Nasution, Loc.cit.,
88
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
dipungut pajak lagi. Pihak pemungut PPJ dalam hal ini PLN perlu
dipastikan apakah melakukan bagi hasil terhadap provinsi.190
Terkait PPJ sempat adanya wacana untuk mengubahnya menjadi
pajak konsumsi listrik, akan tetapi wacana ini batal karena secara
praktek lebih sulit untuk dipungut apabila terjadi perubahan
nomenklatur dari PPJ menjadi pajak konsumsi listrik. 191
89
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
90
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
91
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
6. Pengaturan Lain-Lain
Hal lain yang perlu dilakukan perubahan dalam RUU tentang
Perubahan Atas UU tentang PDRD yaitu:
1) Pengaturan mengenai pajak hiburan yang merupakan kategori
olahraga seperti bilyar, golf, atau bowling sebaiknya tidak perlu
dikenakan pajak. Demikian juga untuk hotel yg menyediakan
fasilitas seperti live music, sarana olahraga, karaoke, tidak perlu
dikenakan lagi pajak hiburan namun sudah termasuk dalam tarif
pajak hotel. Selain itu, untuk pengenaan tarif pajak bagi kesenian
tradisional sebaiknya diberlakukan 0% seperti yang sudah diatur
berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (3) Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011.200
2) Sistem penagihan/pemungutan PDRD harus diperkuat. Perlunya
single identity system untuk tertib administrasi karena persoalan
pajak bukan hanya soal pemungutannya tetapi juga soal
sistemnya.201
3) Dalam Pasal 111 tentang PDRD mengatur mengenai Objek Retribusi
Pelayanan Kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan di
puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai
198Ibid.,
199Robert Na Endi Jaweng Direktur Eksekutif KPPOD, Loc.cit.,
200Eko Suwardi, Loc.cit.,
201Loc.cit.,
92
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
93
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
205Ibid.,
206Ibid.,
94
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
207Ibid.,
208Ibid.,.
209BPKA Kabupaten Sleman, disampaikan dalam diskusi penyusunan NA dan RUU
tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
13 Februari 2020.
95
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
210Ibid.,
211BPKA Kabupaten Gunung Kidul, disampaikan dalam diskusi penyusunan NA dan
RUU tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, 13 Februari 2020.
212BPKA Kota Yogyakarta, disampaikan dalam diskusi penyusunan NA dan RUU
tentang Perubahan atas UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
13 Februari 2020.
213Budiman Ginting, Loc.cit.,
96
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
97
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
219Ibid.,
220Ibid.,
221Ibid.,
222BPPRD Provinsi Sumatera Utara, Loc.cit.,
223Ibid.,
98
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
224Ibid.,
99
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
100
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
usaha. Kondisi yang terjadi adalah para pelaku usaha lah yang
justru harus menyesuaikan diri dengan kondisi inefisiensi dan
inefektivitas yang dialami Pemda. 228
30) Pajak Hiburan Keseluruhan (Pagelaran busana, kontes kecantikan,
diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat,
mandi uap / spa, dll)
Penetapan jumlah pajak/retribusi daerah sebenarnya
menyesuaikan dengan kondisi dan daya saing daerah. Namun yang
sering terjadi adalah Pemerintah Daerah selalu menjadikan besaran
pungutan retribusi dan pajak daerah sebagai potensi peningkatan
pemasukan PAD tanpa mempertimbangkan daya saing dan
kemampuan pelaku usaha di daerah.229
31) Nomenklatur Penamaan “Pajak Hotel” sebagaimana tercantum
dalam Pasal 2 Ayat 2a sebaiknya diubah menjadi “Pajak
Akomodasi”, karena Hotel saat ini bukan satu-satunya sarana
akomodasi pariwisata yang menjual secara harian. Penjelasan
akomodasi dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pariwisata No.10
tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor Pariwisata. 230
32) Pada Pasal 32 Ayat 3b “jasa sewa apartemen, kondominium, dan
sejenisnya”, perlu ditambahkan dan menjadi “jasa sewa apartemen,
kondominium, dan sejenisnya, kecuali menjual secara harian, maka
tetap dikenakan pajak akomodasi”. Hal tersebut didasarkan bahwa
Apartement, Kondominium, Rumah, Kos-kosan, Residential dan
sejenisnya banyak yang menjual unitnya secara harian seperti hotel
dan berfungsi sebagai sarana akomodasi untuk pariwisata.231
Sementara pada Ayat 3c “jasa tempat tinggal di pusat pendidikan
atau kegiatan keagamaan”, perlu ditambahkan menjadi “jasa
tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
228Ibid.,
229Ibid.,
230Ibid.,
231Ibid.,
101
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
sejauh tidak menjual kamarnya secara komersil dan harian”. Hal ini
didasarkan atas Lembaga Pendidikan saat ini banyak yan memiliki
Educational Hotel yang seharusnya berfungsi sebagai tempat
pelatihan siswa, namun digunakan secara komersil dan harian.
33) Pada Pasal 34 yang berbunyi “Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah
jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel”,
perlu diubah menjadi “Dasar pengenaan Pajak Akomodasi adalah
jumlah pembayaran yang dibayarkan tamu kepada Akomodasi”. Hal
ini didasarkan bahwa Pajak Hotel adalah merupakan pajak yang
dipungut kepada tamu/customer dari setiap penjualan (sales
revenue). Sehingga jika tidak terjadi pembayaran terhadap
penjualan, maka pajaknya adalah zero (nol). Hotel memiliki Rate
yang dinamis bukan flate rate (tetap). Macam macam rate yang
diterapkan disetiap bisnis akomodasi ditetapkan berdasarkan
kebijakan masing-masing perusahaan, ada publish rate, corporate
rate, agent rate dan lain sebagainya. Penggunaan kata-kata “yang
seharusnya dibayar oleh Hotel” berdampak adanya pajak
complimentary pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2016
tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PP No. 55 Tahun 2016).
Complimentary pada usaha hotel memiliki banyak fungsi bermacam
macam yang antara lain adalah:
a) In House GM, Owner dan Management lainnya (tergantung
kebijakan perusahaan).
b) Mitra kerja dalam rangka maintenance, promosi/pemasaran dan
lain-lain.
c) Memberikan bonus kepada Travel Agent yang bukan merupakan
partner dan membawa tamu dalam jumlah yang banyak, Tamu
dengan jumlah yang banyak dan lain sebagainya.
34) Pasal 39 yang berbunyi Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah
jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima
Restoran. Perlu menjadi “Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah
jumlah pembayaran yang dibayarkan tamu kepada Restoran. Hal
102
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
232Ibid.,
233Ibid.,
103
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
234Ibid.,
235Ibid.,
236Ibid.,
104
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Africa: A review and an agenda for research”, Working Paper, p.1-38, Chr. Michelsen Institute,
Norway.
238Ibid.
105
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
p.1-11, https://johnysnatad.files.wordpress.com/2008/09/the-local-government-taxation-in-
the-philippinesdoc.pdf, diakses 3 Mei 2020.
106
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
retribusi daerah (gambar 5), serta dampak yang akan berakibat pula
terhadap perekonomian masyarakat.
Gambar 5. Komposisi Sumber Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provinsi, Kabupaten, Kota
Tahun 2009-2018 (Persen)
Sumber: DJPK, diolah
240Pengaturan mengenai pajak alat berat di beberapa negara dapat di lihat laman
https://www.in.gov/dor/files/gb211.pdf dan
http://www.co.cumberland.nc.us/departments/tax-group/tax/business-property/special-
sales-tax/heavy-equipment
107
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
241 Drs. Chairil Anwar Pohan, M, Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak &
108
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
109
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
110
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
111
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
112
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
180
1 Transportasi 1 tim Rp 2,000,000 Rp 360,000,000
hari
180
2 Uang Harian 3 orang Rp 550,000 Rp 297,000,000
hari
3 ATK 1 tahun Rp 6,000,000 Rp 6,000,000
Total Biaya Operasional per tahun Rp 663,000,000
Biaya rata-rata atau tariff per menara per tahun (270 menara) Rp 2,455,555
Pembulatan Rp 2,456,000
Tabel 4 Penghitungan Tarif Retribusi Menara Telekomunikasi dengan Tarif
Tunggal
2) Menggunakan Tarif Variabel
Diasumsikan variable yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Variable jarak tempuh: Dalam kota (indeks 0,9) dan luar
kota (indeks 1,1)
- Variable jenis menara: menara pole (indeks 0,9), menara 3
kaki (indeks 1), dan menara 4 kaki (indeks 1,1)
o Pendekatan 1: mendistribusikan biaya rata-rata sebesar
Rp2.456.000 ke masing-masing variable sesuai indeks
Biaya yang
Variabel Indeks Indeks Distribusi Biaya
Didistribusikan
1 2 3 4 5 (2 x 4 atau 3 x 4)
Dalam Kota 0.9 Rp 2,456,000.00 Rp 2,210,400.00
- Menara Pole 0.9 Rp 2,210,400.00 Rp 1,989,360.00
- Menara 3 Kaki 1 Rp 2,210,400.00 Rp 2,210,400.00
- Menara 4 Kaki 1.1 Rp 2,210,400.00 Rp 2,431,440.00
Luar Kota 1.1 Rp 2,456,000.00 Rp 2,701,600.00
- Menara Pole 0.9 Rp 2,701,600.00 Rp 2,431,440.00
- Menara 3 Kaki 1 Rp 2,701,600.00 Rp 2,701,600.00
- Menara 4 Kaki 1.1 Rp 2,701,600.00 Rp 2,971,760.00
Tabel 5: Penghitungan Tarif Retribusi Menara Telekomunikasi dengan Tarif
variabel
113
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
114
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
115
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
242Ddtcnews, Putusan MK Soal Pajak Alat Berat Dinilai Surutkan PAD, dimuat dalam
https://news.ddtc.co.id/provinsi-kalimantan-timur-putusan-mk-soal-pajak-alat-berat-dinilai-
surutkan-pad-11218?page_y=992, diakses tanggal 23 Januari 2020
243Pada tahun 2012, penjualan alat berat kembali turun, seperti terjadi pada tahun
1998 dan 2009. Tren penurunan penjualan terus terjadi sampai akhir 2015. Penyebabnya
adalah melemahnya sektor pertambangan. Namun, penjualan alat berat mulai membaik pada
tahun 2016, 2017, dan 2018. Sepanjang 2018, penjualan alat berat berhasil mencapai 13.553
unit. Sampai kuartal 3 2019 mencapai 7.781 unit, dan pertumbuhan terhadap penjualan alat
berat periode yang sama tahun 2018 yang sebesar 10.517 unit
116
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
117
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
244Dalam data DJPK Kementerian Keuangan dijelaskan bahwa dasar dan asumsi
perhitungannya adalah realisasi penerimaan PPJ pada tahun 2018 dan total Pajak daerah
keseluruhan dalam APBD seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
118
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
119
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
No Pengaturan Stakeholder Manfaat Beban
1 Putusan MK Nomor 52/PUU- Pemerintah Daerah • Mengurangi beban Mengurangi penerimaan
IX/2011 (Penghapusan Pajak (Kabupaten/Kota) pengelolaan dan pajak hiburan
Hiburan atas Golf) pemungutan pajak
• Meningkatkan investasi
industri golf di daerah
Wajib Pajak (Pengusaha) Mengurangi beban
operasional
2 Putusan MK Nomor 46/PUU- Pemerintah Daerah Meningkatkan investasi Mengurangi penerimaan
XII/2014 (Restrukturisasi daerah retribusi
formulasi/rumus penghitungan) Wajib Pajak (Pengusaha) Mengurangi beban
operasional
Masyarakat dan Harga telekomunikasi Radiasi dan kerusakan
lingkungan murah dan terjangkau lingkungan
3 Putusan MK Nomor 15/PUU- Pemerintah Provinsi • Tetap memperoleh Menambah beban/biaya
XV/2017 (Alat berat tetap dikenakan pendapatan pajak atas pengaturan
pajak dengan adanya dasar hukum • Mengurangi beban nomenklatur baru
baru dalam peraturan perundang- dalam membiayai
undangan (nomenklatur baru) perbaikan kerusakan
lingkungan
Wajib Pajak (Pengusaha) Beban operasional tetap
dikenakan
4 Putusan MK Nomor 15/PUU- Pemerintah • Tetap memperoleh Menambah beban/biaya
XV/2017 (Pengaturan nomenklatur Kabupaten/Kota pendapatan pajak atas pengaturan
baru) • Mengurangi beban/biaya nomenklatur baru
dalam membiayai
pengendalian dampak
buruk dari tenaga listrik
bersumber fosil
Pengguna/ Wajib Pajak Menambah beban
operasional
Tabel 6. Rangkuman Potensi Manfaat dan Beban atas Pengaturan dalam Putusan MK terkait
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
120
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
121
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
122
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
123
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
124
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
yang lebih tinggi dan kebijakan fiskal Nasional (Pasal 158 ayat (2)). Dalam
hal berdasarkan evaluasi kemudian Peraturan Daerah tersebut
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, dan/atau kebijakan fiskal nasional, Menteri Keuangan
merekomendasikan dilakukannya perubahan atas Peraturan Daerah
dimaksud kepada Menteri Dalam Negeri (Pasal 158 ayat (3)). Penyampaian
rekomendasi perubahan Peraturan Daerah oleh Menteri Keuangan kepada
Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (Pasal 158 ayat
(4)). Berdasarkan rekomendasi perubahan Peraturan Daerah yang
disampaikan oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri
memerintahkan gubernur/bupati/wali kota untuk melakukan perubahan
Peraturan Daerah dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja (Pasal 158 ayat
(5)). Jika dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja, gubernur/bupati/wali
kota tidak melakukan perubahan atas Peraturan Daerah tersebut, Menteri
Dalam Negeri menyampaikan rekomendasi pemberian sanksi kepada
Menteri Keuangan (Pasal 158 ayat (6)).
Pasal 114 angka 7 UU Cipta Kerja kemudian juga mengubah ketentuan
Pasal 159 UU PDRD. Perubahannya adalah bahwa pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dan ayat (2),
serta Pasal 158 ayat (5) oleh Daerah dikenakan sanksi berupa penundaan
atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil (Pasal
159 ayat (1)). Kemudian pemberian sanksi oleh Menteri Keuangan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Pasal 159 ayat (2)).
Pasal 114 angka 8 UU Cipta Kerja lalu menyisipkan ketentuan Pasal
159A di antara Pasal 159 dan Pasal 160 UU PDRD. Pasal 159A mengatur
bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 UU PDRD (Pasal 159A huruf a);
pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan
125
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
126
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
127
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
128
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
129
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
130
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
131
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
132
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
133
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
134
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
135
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
136
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
137
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
objek belanja insentif pemungutan pajak daerah serta rincian objek belanja
pajak daerah. Adapun, penganggaran insentif pemungutan retribusi
daerah menurut ketentuan Pasal 9 ayat (3) PP No. 69 Tahun 2010
dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung yang diuraikan
berdasarkan jenis belanja pegawai, objek belanja insentif pemungutan
retribusi daerah serta rincian objek belanja retribusi daerah.
Jika target penerimaan PDRD pada akhir tahun anggaran telah
tercapai atau terlampaui, pembayaran insentif belum dapat dilakukan
pada tahun anggaran berkenaan menurut ketentuan Pasal 10 PP No. 69
Tahun 2010, pemberian insentif diberikan pada tahun anggaran
berikutnya yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan. Pertanggungjawaban pemberian insentif menurut
ketentuan Pasal 11 PP No. 69 Tahun 2010 dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Keterkaitan PP No. 69 Tahun 2010 dalam kedudukannya sebagai
peraturan pelaksana dari UU tentang PDRD adalah semakin
proporsionalnya pemberian dan pemaanfaatan insentif PDRD daerah
kepada pelaksana pemungut pajak dan retribusi daerah, maka akan
mendukung terhadap peningkatan potensi PDRD yang akan diterima bagi
daerah tersebut. Hal-hal tersebut di atas penting untuk diperhatikan serta
dijadikan pertimbangan dalam melakukan penyusunan RUU tentang
Perubahan Atas UU tentang PDRD. Dengan demikian, RUU tentang
Perubahan Atas UU tentang PDRD akan berimplikasi terhadap pemberian
insentif sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 69 Tahun 2010,
sehingga PP No. 69 Tahun 2010 perlu dilakukan penyesuaian.
138
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
huruf g UU tentang PDRD yang menyangkut frasa “golf”. Golf adalah salah
satu obyek yang dapat dikenai pajak hiburan dalam konteks Pasal 42 ayat
(2) huruf g. Pemohon adalah badan hukum yang bergerak di bidang
penyediaan jasa lapangan golf, yang merasa dirugikan dengan
dijadikannya golf sebagai obyek pajak hiburan dengan argumentasi bahwa
PDRD hanya dikenakan kepada pemohon saja, sementara pihak lain yang
memiliki kegiatan dan/atau aktifitas dan/atau kegiatan usaha yang serupa
justru tidak dikenakan beban pajak tambahan, sehingga pemohon
meyakini bahwa mereka telah mendapatkan perlakuan diskriminatif
termasuk pengenaan pajak yang berganda. Menurut pemohon, golf adalah
kegiatan yang telah diakui seluruh dunia sebagai olahraga dan bukan
sebagai hiburan. Terlebih lagi, pajak hiburan yang dikenakan kepada
pemohon ini jelas-jelas melanggar asas-asas perpajakan karena terhadap
penyedia jasa lainnya yang juga bergerak di bidang penyediaan jasa
lapangan olahraga ternyata tidak dibebankan pajak hiburan. Pemohon
menginginkan Pasal 42 ayat (2) huruf g UU tentang PDRD yang
mengandung frasa “golf” itu dinyatakan tidak mengikat dengan segala
akibat hukumnya karena bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan
Pasal 28I ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.
MK kemudian memutuskan bahwa frasa “golf” tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat dengan argumen bahwa pengenaan pajak
hiburan terhadap cabang olahraga golf bertentangan dengan prinsip
perlindungan dan jaminan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum yang dijamin Pasal 28D ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945. Selain itu MK setuju bahwa golf adalah suatu cabang
olahraga yang juga harus diperlakukan sama dengan cabang olahraga
lainnya yang tidak dikenai pajak hiburan dan ditambah pula pengenaan
pajak terhadap golf tentunya mengakibatkan pajak berganda.
Putusan MK tersebut sangat jelas berimplikasi terhadap
pemberlakuan Pasal 42 ayat (2) huruf g UU tentang PDRD yang telah
dinyatakan tidak mengikat secara hukum terkait frasa “golf”. Kepastian
hukum mengenai tidak berlakunya lagi Pasal 42 ayat (2) huruf g terkait
139
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
frasa “golf” itu jelas harus ditindaklanjuti dengan menghapus frasa “golf”
dalam rumusan pasal terkait. Pengaturan UU tentang PDRD ke depannya
tentu haruslah mengakomodir hal tersebut, artinya ke depannya substansi
Pasal 42 ayat (2) huruf g UU tentang PDRD seharusnya tidak lagi
mencantumkan atau menjadikan golf sebagai obyek pajak hiburan. Hal
tersebut sangat penting selain untuk mengakomodir amanah MK juga
sekaligus mewujudkan kepastian hukum bagi masyarakat guna menjamin
bahwa UU tentang PDRD khususnya Pasal 42 ayat (2) huruf g dapat
berjalan dan diterapkan sebagaimana mestinya.
140
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
141
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
adil bagi seluruh pihak terkait dan dengan tetap pula memperhatikan
karakteristik serta kemampuan daerah masing-masing tentunya menjadi
aspek penting yang patut dipertimbangkan.
142
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
143
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
144
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
145
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
146
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
147
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
148
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
149
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
150
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
151
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
152
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
153
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Falsafah suatu Negara berisi tentang moral dan etika yang berlaku
secara umum dalam suatu Negara. Karenanya, para founding fathers yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar negara dengaan tegas menyatakan
landasan moral bangsa khususnya dibidang ekonomi dalam sila kelima,
yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini merupakan
pernyataan eksplisit dari filosofi bangsa Indonesia dalam mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setiap tindakan dalam penyelenggaraan Negara harus didasarkan
pada falsafah dan kebijakan Negara dalam pembangunan nasional.
Sumber falsafah dan kebijakan Negara Indonesia adalah sebagaimana
tercantum dalam Preambule Undang Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yang menyatakan
bahwa tujuan Negara untuk melindungi, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berdasarkan
kepada Pancasila serta cita-cita untuk membangun demokrasi ekonomi
sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945.
Dalam pembangunan suatu bangsa, pembangunan daerah
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang
pelaksanaannya harus memberikan kesempatan dan ruang gerak bagi
upaya pengembangan demokratisasi dan kinerja pemerintah daerah
untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik di
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, daerah
berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat yang diatur
berdasarkan Undang-Undang. Sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945 yang
menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang
sebagaimana Politik hukum nasional di bidang perpajakan dalam UUD
NRI Tahun 1945 Amandemen ke-tiga Bab VII B Pasal 23A, yang
menyatakan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.
154
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
B. Landasan Sosiologis
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan
sumber pendapatan daerah yang mendukung pelaksanaan dari otonomi
daerah itu sendiri. Sumber pendapatan Daerah terdiri atas pendapatan asli
daerah meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pengaturan pajak dan retribusi daerah tersebut pada saat ini diatur
dan ditetapkan dengan UU tentang PDRD yang disahkan pada tanggal 15
September 2009 yang dalam implementasinya ketentuan tentang PDRD
diatur dengan Peraturan Daerah.
Daerah masih menghadapi berbagai masalah dalam pelaksanaan UU
tentang PDRD. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:245
a. Masalah dalam perluasan basis pajak, yaitu antara lain: pemahaman
yang berbeda terhadap undang-undang sehingga khawatir salah
dalam melaksanakannya dan adanya kesulitan secara teknis untuk
menerapkan perluasan basis pajak.
b. Masalah dalam penetapan tarif pajak, yaitu antara lain: kurangnya
SDM yang kompoten dalam bidang keuangan daerah, memahami
karakteristik daerah dan mampu melakukan simulasi untuk
menghitung dampak penetapan tarif pajak terhadap kondisi ekonomi
dan penerimaan daerah, adanya anggapan bahwa tarif dalam UU
tentang PDRD merupakan batasan terbaik untuk daerahnya, tanpa
perlu lagi melihat kondisi riil masyarakat di daerahnya, kurangnya
kesadaran bahwa daerah telah memiliki kewenangan penuh dalam
penetapan tarif sepanjang masih dalam batas maksimum atau
minimum sebagaimana diatur dalam UU tentang PDRD, tingginya
NPOP-TKP (Rp60 juta) dalam pemungutan BPHTB bagi pemerintah
kabupaten, dan proses penetapan tarif yang seringkali belum
melibatkan stakeholders (seperti PHRI, KADIN, REI, Notaris, dan
155
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
C. Landasan Yuridis
Seperti yang sudah disebutkan dalam landasan sosiologis, bahwa
sepanjang berlakunya UU tentang PDRD terdapat beberapa kali
permohonan Pengujian UU tentang PDRD terhadap UUD NRI Tahun 1945
kepada MK dan hanya 4 (empat) permohonan yang dikabulkan oleh majelis
156
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
157
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
158
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK
DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
159
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
160
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
161
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
162
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
13a. Pajak Alat Berat, yang selanjutnya disingkat PAB adalah pajak atas
penyerahan kepemilikan, kepemilikan dan/atau penguasaan serta
pemanfaatan alat berat.
13b. Alat Berat adalah alat yang digunakan pada proyek berskala besar
untuk menggali, memecah, dan memindahkan tanah dan/atau
batuan serta material lain.
28. Pajak Penggunaan Tenaga Listrik adalah pajak atas penggunaan
tenaga listrik yang disediakan oleh negara.
28a. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang
dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala
macam keperluan, tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk
komunikasi, elektronika, atau isyarat.
163
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
164
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
165
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
166
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
167
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
8. Ketentuan Penutup
Ketentuan penutup dari RUU ini menegaskan bahwa pada saat
undang-undang ini mulai berlaku, Pajak dan Retribusi yang masih
terutang berdasarkan Peraturan Daerah yang ditetapkan berdasarkan
UU Nomor 28 Tahun 2009, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan
Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak saat terutang; Peraturan Daerah tentang
Pajak Daerah sepanjang yang terkait dengan jenis Pajak sebagaimana
168
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Teori dan praktik mengenai PDRD
169
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
170
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
171
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
246 Eddy Suratman, dkk, Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan pendapatan
Daerah, Jakarta: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, 2013, hal 93.
172
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
c. Landasan Yuridis
Pada saat berlakunya UU tentang PDRD terdapat beberapa kali
permohonan pengujian undang-undang tersebut kepada MK dan
dari permohonan tersebut hanya 4 (empat) permohonan yang
dikabulkan oleh majelis hakim yaitu tercatat dalam Putusan MK
Nomor 52/PUU-IX/2011, Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014,
Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017, dan Putusan MK Nomor
80/PUU-XV/2017.
173
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
174
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
B. Saran
Berdasarkan beberapa simpulan di atas dapat disampaikan saran
bahwa perlu dilakukan perubahan terhadap UU tentang PDRD dengan
mempertimbangkan keempat putusan MK yaitu Putusan MK Nomor
52/PUU-IX/2011, Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014, Putusan MK
Nomor 15/PUU-XV/2017, dan Putusan MK Nomor 80/PUU-XV/2017;
175
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
176
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anwar, Chairil Pohan, M. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak
& Bisnis (Edisi Revisi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2013.
Farida, Maria Indrati, S. Ilmu Perundang-undangan 1, Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan. Jakarta: Kanisius, 2007.
F, John Petersen dan Denise F. Strachon. Local Government Finance: Concept
and Practice. Chichago-USA: Government Finance Officers Association of
United State of America and Canada, 1991.
J, K. Davey. Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-Praktek Internasional dan
Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. Jakarta: UI Press, 1998.
Kadir, Abdul. Kapita Selekta Perpajakan di Indonesia. Medan: Pustaka Bangsa
Press, 2017.
Kadir, Abdul. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Perspektif Otonomi di
Indonesia. Medan: FISIP Universitas Sumatera Utara Press, 2008.
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum; Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Liberty 2005.
Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum; Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Liberty, 2007.
Nugroho, Riant Dwidjowoto. Otonomi Daerah: Desentralisasi Tanpa Revolusi.
Jakarta: Elex Media Komputindo 2000.
Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan. Perpajakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005.
Siahaan, Maruarar. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi
Press, 2010.
Suratman, Eddy dkk. Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan Pengaruhnya Terhadap
Peningkatan pendapatan Daerah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
2013.
Sutedi, Adrian. Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah dalam
Kerangka Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
177
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
ARTIKEL/JURNAL/NASKAH AKADEMIK
BPK RI. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2016
Gayus, Topane Lumbun. Tindak Lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi oleh DPR
RI. Legislasi Indonesia, Vol.6, No. 3, September 2009.
Pusat Perancangan Undang-Undang Badan Keahlian Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, 2018, Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang tentang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Jakarta: Pusat
Perancangan Undang-Undang Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
INTERNET
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. Perbedaan Pajak dan
Retribusi. Dimuat dalam
https://bapenda.jabarprov.go.id/2017/02/22/perbedaan-pajak-dan-
retribusi/, diakses 28 Januari 2020.
Cumberland County Government. heavey equipment. Dimuat dalam
http://www.co.cumberland.nc.us/departments/tax-group/tax/business-
178
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
179
NA RUU tentang Perubahan Atas RUU tentang PDRD
Review, Per 28 November 2020
Richard M. Bird. Local and Regional Revenues: Realities and Prospects. Dimuat
dalam
http://www1.worldbank.org/publicsector/decentralization/June2003Sem
inar/bird2003.pdf, diakses 27 Januari 2020.
S, Nipun. Objectives of Tax Policy in Developing Countries. Dimuat dalam
www.economicsdiscussion.net/taxes/tax-policy/objectives-of-tax-policy-
in-developing-countries/26200, diakses 23 Januari 2020.
State and Local Revenue. National Association of State Retirement
Administrators. Dimuat dalam https://www.nasra.org/revenue, diakses
27 Januari 2020.
Transport Department of the Government of the Hong Kong Special
Administrative Region. Fees of Vehicle d Driving Licensing Services.
Dimuat dalam
https://www.td.gov.hk/filemanager/en/content_104/td341_12_2017.pdf,
diakses 29 Januari 2020.
Walter Johnson. “Why Do State & Federal Governments Collect Taxes?”. Dimuat
dalam https://pocketsense.com/do-federal-governments-collect-taxes-
8390486.html, diakses 24 Januari 2020.
Wiki User. Why Do Government Impose Tax?. Dimuat dalam
https://www.answers.com/Q/Why_do_governments_impose_tax, diakses
23 Januari 2020.
180