Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN HUKUMAN PENGGANTI (SUBSIDAIR) DALAM

TINDAK PIDANA NARKOTIKA


(Studi Putusan Nomor: 866/Pid.Sus/2022/PN Pdg)

Dosen Pengampu: Willman Supondho Akbar S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Aldiyan Luberizki (221000062)
Sekar Putri Utami (221000067)
Benhard Asri Sitohang (221000069)
Hesti Juanti (221000072)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Hukum Acara Pidana dan Perkembangan yang berjudul "PENERAPAN HUKUMAN
PENGGANTI (SUBSIDAIR) DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Putusan
Nomor. 866/Pid.Sus/2022/PN Pdg)”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Acara Pidana dan
Perkembangan dengan dosen pengampu Willman Supondho Akbar S.H., M.H. Tidak lupa
penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Pidana dan
Perkembangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dengan segala
kerendahan hati saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Bandung, 22 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Tindak Pidana........................................................................................................ 5
2.2 Unsur – unsur Tindak Pidana .................................................................................................. 6
2.3 Surat Dakwaan ........................................................................................................................ 7
2.4 Tinjauan Tentang Putusan Hakim ........................................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 14
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 14
3.1 Ringkasan Kasus Dalam Surat Dakwaan .............................................................................. 14
3.2 Isi Dakwaan .......................................................................................................................... 17
3.3 Pertimbangan Hukum ........................................................................................................... 18
3.4 Putusan .................................................................................................................................. 20
3.5 Analisa .................................................................................................................................. 21
BAB IV ................................................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................................................ 23
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 23
4.2 Saran ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan terciptanya KUHAP, maka untuk pertama kalinya di Indonesia diadakan
kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi seluruh proses pidana dari awal
(mencari kebenaran) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung, bahkan sampai meliputi
peninjauan kembali (herziening).
Hukum acara pidana adalah himpunan ketentuan-ketentuan tentang tata cara
menyidik/mengusut, menuntut, dan mengadili orang yang dianggap melanggar suatu
ketentuan dalam hukum pidana. Sedangkan menurut R. Wirjono Prodjodikoro menjelaskan
bahwa:
“Hukum Acara Pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana, maka dari itu
merupakan suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana badan-
badan pemerintah yang berkuasa, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan harus
bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan Hukum Pidana”.
Adanya sanksi merupakan karakteristik dari hukum pidana, yaitu suatu sarana untuk
mempertahankan atau memulihkan nilai-nilai kemanusiaan dan rasa keadilan. Sanksi
muncul pada umumnya berbentuk hukuman atau pemidanaan, yaitu pemberian suatu
nestapa atau penderitaan tertentu yang di tujukan kepada pelaku atas perbuatannya yang
melanggar norma atau aturan hukum. Mengenai sanksi atau hukuman tersebut, dalam hal
ini telah disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai jenis-
jenis sanksi yang dapat diberikan oleh pelaku yang melakukan suatu pelanggaran yang
dimana tertuang dalam BAB II tentang Pidana Pasal 10.
Namun pada peraktiknya terdapat putusan hakim yang dimana dalam subtansinya
memberikan suatu sanksi berupa hukuman pengganti (Subsider) dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap pelaku yang secara nyata melakukan pelanggaran terhadap norma-norma
yang telah diatur oleh Undang-Undang. Pidana pengganti merupakan "sanksi tambahan"
dalam hukum pidana, yang dijatuhkan oleh pengadilan, dengan suatu sifat fakultatif, dalam
arti terdapat alternatif bagi terpidana untuk memilih, apakah akan membayar sejumlah
sanksi denda atau akan di ganti dengan hukuman kurungan bila denda tersebut tidak
dibayarkan Penjelasan hukuman pengganti menurut salah satu badan hukum tadi sejalan
sebagaimana dalam Pasal 30 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mana
apabila dalam hal denda tidak dibayarkan maka akan di ganti dengan pidana kurungan.
3
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah hakim memutuskan perkara tindak pidana narkotika?
2. Bagaimana Analisa putusan hakim dalam dakwaan subsidair?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
putusan terhadap terdakwa yang di dakwa dengan dakwaan subsidair.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana yang merupakan pendapat para sarjana terdapat perbedaan
dalam mendefinisikannya, ini dikarenakan masing-masing sarjana memberikan definisi
atau pengertian tentang tindak pidana itu berdasarkan penggunaan sudut pandang yang
berbeda-beda.
Pompe dalam bukunya Sudarto mengatakan, tindak pidana sebagai “suatu tingkah laku
yang dalam ketentuan undang-undang dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat dipidana”.
Beliau juga membedakan mengenai pengertian tindak pidana (strafbaar feit) menjadi dua,
yaitu:
1. Definisi teori memberikan pengertian “strafbaar feit” adalah suatu pelanggaran
terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan
pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan
umum;
2. Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “strafbaar feit” adalah
suatu kejadian (feit) yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan sebagai suatu
perbuatan yang dapat dihukum.
Pembahasan pidana dimaksudkan untuk memahami pengertian pidana sebagai sanksi
atas delik, sedangkan pemidanaan berkaitan dengan dasar-dasar pembenaran pengenaan
pidana serta teori-teori tentang tujuan pemidanaan. Perlu dikemukakan di sini bahwa
pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis yang mempunyai arti khusus sebagai
terjemahan dari bahasa Belanda "straf" yang dapat diartikan juga sebagai "hukuman".
Seperti dikemukakan oleh Moeljatno bahwa istilah hukuman yang berasal dari kata "straf"
ini dan istilah "dihukum" yang berasal dari perkataan "wordt gestraft", adalah merupakan
istilah-istilah konvensional.
Saleh mengatakan bahwa, pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatu nestapa
yang dengan sengaja ditimpakan negara kepada pembuat delik itu. Sir Rupert Cross,
mengatakan bahwa pidana berarti pengenaan penderitaan oleh negara kepada seseorang
yang telah dipidana karena suatu kejahatan.
Definisi-definisi pidana tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pidana
selalu mengandung unsur-unsur berikut :

5
1. Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa
atau akibat-akibat yang lain yang tak menyenangkan;
2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai
kekuasaan (oleh yang berwenang);
3. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana
menurut undang-undang.
Sedangkan PAF. Lamintang, mengatakan bahwa pidana itu sebenarnya
hanya merupakan suatu penderitaaan atau suatu alat belaka. Hal itu berarti pidana itu bukan
merupakan suatu tujuan dan tidak mungkin dapat mempunyai tujuan. Pernyataan yang
dikemukakan oleh Lamintang tersebut di atas adalah untuk mengingatkan adanya
kekacauan pengertian antara pidana dan pemidanaan yang sering diartikan sama dengan
menyebut tujuan pemidanaan dengan perkataan "tujuan pidana".

2.2 Unsur – unsur Tindak Pidana


Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana
adalah merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah “perbuatan jahat”
atau “kejahatan” (crime atau vebrechen atau misdaad) yang bisa diartikan secara yuridis
(hukum atau secara kriminologis). Pengertian unsur tidak pidana hendaknya dibedakan dari
pengertian unsur-unsur tindak pidana sebagaimana tersebut dalam rumusan undang-
undang. Pengertian yang perama (unsur), ialah lebih luas dari yang kedua (unsur-unsur).
Misalnya unsur-unsur (dalam arti sempit) dari tindak pidana pencurian biasa, ialah yang
tercantum dalam Pasal 362 KUH Pidana.
Sedangkan PAF. Lamintang mengatakan bahwa setiap tindak pidana dalam KUH
Pidana pada umumnya dapat dijabarkan unsur-unsurnya menjadi dua macam, yaitu unsur-
unsur subjektif dan objektif. Yang dimaksud unsur-unsur subjektif adalah unsur-unsur yang
melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke
dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang
dimaksud unsur objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-
keadaan, yaitu keadaan-keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.
Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih mendalam dari tindak
pidana itu sendiri, maka di dalam tindak pidana tersebut terdapat unsur-unsur
tindak pidana, yaitu:
Unsur-unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah :
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus/culpa).

6
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud
dalam Pasal 53 (1) KUH Pidana.
3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam
kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang misalnya
terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUH Pidana.
5. Perasaan takut atau vrees seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak
pidana menurut Pasal 308 KUH Pidana.
Sedangkan unsur-unsur dari sesuatu tindak pidana itu adalah :
a. Sifat melanggar hukum
b. Kualitas dari si pelaku
c. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat.

2.3 Surat Dakwaan


a. Pengertian Surat Dakwaan
Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal
yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu. Pengertian Surat
Dakwaan menurut beberapa para ahli sebagai berikut:
− A. Krim Nasution, Surat dakwaan adalah suatu surat atau akta yang memuat suatu
perumusan dari tindak pidana yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan
dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk
melakukan pemeriksaan yang bila ternyata cukup terbukti, terdakwa dapat
dijatuhi hukuman.
− M. Yahya Harahap, Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan
tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari
hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim
dalam pemeriksaan dimuka sidang pengadilan.
b. Fungsi Surat Dakwaan
a) Bagi Pengadilan/Hakim, Surat Dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi
ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam penjatuhan keputusan;
b) Bagi Penutut Umum, Surat Dakwaan merupakan dasar pembuktian/analisis
yuridis,tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum;

7
c) Bagi terdakwa/Penasehat Hukum, Surat Dakwaan merupakan dasar untuk
mempersiapkan pembelaan
c. Syarat-Syarat Surat Dakwaan
Pasal 143 (2) KUHAP menetapkan syarat syarat yang harus dipenuhi dalam
pembuatan Surat Dakwaan, yakni syarat syarat yang berkenaan dengan tanggal, tanda
tangan Penuntut Umum dan identitas lengkap terdakwa. Syarat-syarat dimaksud dalam
praktek disebut sebagai syarat formil. Sesuai ketentuan pasal 143 (2) huruf a KUHAP,
syarat formil meliputi:
a) Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut Umum pernbuat
Surat Dakwaan;
b) Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang meliputi :
nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan

Sesuai ketentuan pasal 143 (2) huruf b KUHAP, syarat materiil. Meliputi:

a) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan;
b) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat Tindak Pidana
itu dilakukan
d. Bentuk-Bentuk Surat Dakwaan
1) Dakwaan Tunggal
Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan,
karenatidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan
pengganti lainnya.
2) Dakwaan Alternatif
Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara
berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan
dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam
dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu
dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah
satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Dalam bentuk Surat Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya
menggunakan kata sambung atau.

8
3) Dakwaan Subsidair
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari
beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan
yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan
disusun secara berurut dimulai dariTindak Pidana yang diancam dengan pidana
tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah.
Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai dari
lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan
dakwaan yang bersangkutan.
4) Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke
semua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan
ini dipergunakandalam hal Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang
masing-masing merupakanTindak Pidana yang berdiri sendiri.
5) Dakwaan Kombinasi
Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau
digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair.

2.4 Tinjauan Tentang Putusan Hakim


a. Pengertian Putusan Hakim
Putusan hakim merupakan “mahkota” sekaligus “puncak” pencerminan nilai-
nilai keadilan; kebenaran hakiki; hak asasi manusia; penguasaan hukum atau fakta
secara mapan, mempuni dan faktual, serta cerminan etika, mentalitas, dan moralitas
dari hakim yang bersangkutan.

Putusan Pengadilan menurut Pasal 1 butir 11 Kitab Undang-undang Hukum


Acara Pidana adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan
terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Semua
putusan pengadilan hanya sah dan memiliki kekuatan hukum jika diucapkan di sidang
terbuka untuk umum.

Menurut Lilik Mulyadi, dengan berlandaskan pada visi teoritis dan praktik
maka putusan hakim itu merupakan:

9
“Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan
perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melakukan proses dan
prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar pemidanaan atau
bebas atau pelepasan dari
segala tuntutan hukum dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan
penyelesaian perkaranya.”
b. Jenis-Jenis Putusan Hakim
Putusan hakim/pengadilan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Putusan Akhir
Dalam praktiknya putusan akhir lazim disebut dengan istilah putusan atau eind
vonnis dan merupakan jenis putusan bersifat meteriil. Pada hakikatnya putusan ini
dapat terjadi setelah majelis hakim memeriksa terdakwa yang hadir di persidangan
sampai dengan pokok perkara selesai diperiksa. Adapun mengapa sampai disebut
dengan pokok perkara selesai diperiksa oleh karena majelis hakim sebelum
menjatuhkan putusan telah melalui proses persidangan, dimulai dari hakim
menyatakan acara sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum sampai
pernyataan persidangan ditutup, serta musyawarah majelis hakim dan pembacaan
putusan dalam sidang terbuka untuk umum dan harus ditandatangani hakim dan
panitera seketika setelah putusan diucapkan (Pasal 50 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Nomor 48 tahun 2009).
Pada hakikatnya, secara teoritis dan praktik putusan akhir ini dapat berupa
putusan bebas (Pasal 191 ayat (1) KUHAP), putusan pelepasan terdakwa dari segala
tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP), dan putusan pemidanaan (Pasal 191
ayat (3) KUHAP).
2. Putusan yang Bukan Putusan Akhir
Pada praktik peradilan bentuk dari putusan yang bukan putusan akhir dapat
berupa penetapan atau putusan sela sering pula disebut dengan istilah bahasa
Belanda tussen-vonnis. Putusan jenis ini mengacu pada ketentuan pasal 148, Pasal
156 ayat (1) KUHAP, yakni dalam hal setelah pelimpahan perkara dan apabila
terdakwa dan atau penasihat hukumnya mengajukan keberatan/eksepsi terhadap
surat dakwaan jaksa/penuntut umum. Pada hakikatnya putusan yang bukan putusan
akhir dapat berupa, antara lain:
a. Penetapan yang menentukan tidak berwenangnya pengadilan untuk mengadili
suatu perkara (verklaring van onbevoegheid) karena merupakan kewenangan

10
relatif pengadilan negeri sebagaimana ketentuan Pasal 148 ayat (1), Pasal 156
ayat (1) KUHAP.
b. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan jaksa/penuntut umum batal demi
hukum (nietig van rechtswege/null and vold). Hal ini diatur oleh ketentuan Pasal
156 ayat (1), Pasal 143 ayat (2) huruf b, dan Pasal 143 ayat (3) KUHAP.
c. Putusan yang berisikan bahwa dakwaan jaksa/penuntut umum tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard) sebagaimana ketentuan Pasal 156 ayat (1)
KUHAP
Bentuk penetapan atau putusan akhir ini secara formal dapat mengakhiri perkara
apabila terdakwa dan/atau penasihat hukum serta penuntut umum telah menerima
apa yang diputuskan oleh majelis hakim. Akan tetapi, secara materiil, perkara dapat
dibuka kembali apabila jaksa/penuntut umum melakukan perlawanan atau verzet
dan kemudian perlawanan/verzet dibenarkan sehingga pengadilan tinggi
memerintahkan pengadilan negeri melanjutkan pemeriksaan perkara yang
bersangkutan.
c. Bentuk-Bentuk Putusan Hakim
Berdasarkan rumusan Pasal 1 ayat (11) KUHAP, terdapat tiga jenis putusan, yaitu
putusan pemidanaan, putusan bebas dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
Tentunya majelis hakim memiliki kriteria untuk dapat memutuskan salah satu dari tiga
jenis putusan tersebut.
a. Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal)
Secara teoritis, putusan bebas dalam rumpun hukum Eropa Kontinental
lazim disebut dengan istilah putusan “vrijspraak”, sedangkan dalam rumpun Anglo-
Saxon disebut putusan “acquittal”. Pada asasnya esensi putusan bebas terjadi
karena terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan jaksa/penuntut umum dalam surat
dakwaan. Konkretnya, terjadi dibebaskan dari segala tuntutan hukum. Atau untuk
singkatnya lagi terdakwa “tidak dijatuhi pidana”. Jika bertitik tolak pada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981, asasnya terhadap putusan bebas diatur dalam Pasal
191 ayat (1) KUHAP yang menentukan bahwa:
“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang,
kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.”

11
Dalam penjelasan Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang dimaksud dengan
“perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan”
adalah tidak cukup bukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian dengan
menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana ini.
b. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum
Secara fundamental terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau
“onslag van alle rechtsver volging” diatur dalam ketentuan Pasal 191 ayat (2)
KUHAP dirumuskan bahwa:
“jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan tindak pidana, maka
terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”

Seperti halnya putusan bebas, maka putusan lepas dari segala tuntutan
hukum memiliki beberapa syarat yang harus terpenuhi, yaitu “perbuatan terdakwa
terbukti”, dan “bukan merupakan perbuatan pidana”.
“Perbuatan terdakwa terbukti” secara sah, meyakinkan sesuai fakta yang
terungkap dan menurut alat bukti yang sah dalam Pasal 184 KUHAP serta
meyakinkan hakim untuk menyatakan terdakwa sebagai pelaku perbuatan tersebut.
Walaupun terbukti, akan tetapi “perbuatan tersebut bukanlah merupakan tindak
pidana”. Padahal sebelumnya telah dinyatakan dalam tingkat penyelidikan dan
penyidikan bahwa perkara yang diperiksa merupakan perkara tindak pidana, namun
ternyata dalam pemeriksaan persidangan, perkara diputus oleh majelis hakim bukan
merupakan perkara pidana.
c. Putusan Pemidanaan
Pada asasnya, putusan pemidanaan atau “veroordelling” dijatuhkan oleh
hakim jika ia telah memperoleh keyakinan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan
yang didakwakan dan ia menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat
dipidana. Sebagaimana diatur dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP bahwa:
“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak
pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan
pidana.”

Putusan pemidanaan dapat dijatuhkan melebihi dari tuntutan pidana yang


disampaikan oleh jaksa/penuntut umum akan tetapi tidak melebihi ancaman
maksimal yang ditentukan dalam undang-undang. Segera setelah putusan

12
pemidanaan dibacakan majelis hakim harus menyampaikan hak-hak dari terdakwa
terkait putusan tersebut, yaitu:
a) Menerima atau menolak putusan.
b) Mempelajari putusan.
c) Meminta penangguhan pelaksanaan putusan dalam rangka pengajuan grasi.
d) Mengajukan banding.
e) Mencabut pernyataan untuk menerima atau menolak putusan.

13
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Kasus Dalam Surat Dakwaan
Bahwa Terdakwa Fredi Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR YULIARO pada hari Minggu
tanggal 05 Juni 2022 sekira jam 02.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam
bulan Juni tahun 2022, bertempat di pinggir jalan AbdulMuis di depan sebuah ruah nomor
19e Kel. Jati Baru Kec. Padang Timur Kota Padang berwenang memeriksa dan mengadili
perkara ini tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk di jual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika
Golongan I perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
− Berawal dari penangkapan Saksi Rifky Aria Prinanda (Penuntutan terpisah) pada hari
Sabtu tanggal 4 Juni 2022 sekira 22.45 wib di Pinggir Jalan Komplek perumahan
Cemara 2 Kel. Tabiang Banda Gadang kec Nanggalo Kota Padang dimana pada saat
penagkapan tersebut ditemukan dan disita dari Saksi Rifky Aria Prinanda berupa 1
(satu) paket narkotika jenis shabu yang dibungkus plastik klip warna bening dibalut
plastik warna hitam yang ditemukan di dalam genggaman tangan kanan Saksi Rifky
Aria Prinanda yang dibeli diperoleh oleh Saksi Rifky Aria Prinanda dari Terdakwa
Fredi Mayopi dengan cara membeli kepada Terdakwa Fredi Mayopi dengan harga Rp.
400.000,- (empat ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 04 Juni 2022 sekira pukul
18.45 wib di daerah Simpang Pisang Kota Padang dimana saksi Rifky Aria Prinanda
oleh orang suruhan Terdakwa Fredi Mayopi untuk mengambil kotak rokok Gudang
Garam Surya didekat tiang listri di dekat simpang pisang tersebut lalu Saksi Rifky Aria
Prinanda mengambil narkotika jenis shabu yang ada dalam kotak Rokok tersebut, yang
selanjutnya Saksi Rifky Aria Prinanda memasukan uang sejumlah Rp. 400.000,- (empat
ratus ribu rupiah) kedalam kotak rokok Gudang Garam Surya tadi dan meletakkannya
kembali didekat tiang listrik tersebut, berdasarkan keterangan dari Saksi Rifky Aria
Prinanda tersebut saksi Ismet melakukan pengembangan dengan menyuruh Saksi Rifky
Aria Prinanda untuk menghubungi Terdakwa Fredi Mayopi pada hari Minggu tanggal
5 Juni 2022 sekira pukul 00.01 wib, kemudian Saksi Rifky Aria Prinanda menelpon
Terdakwa Fredi Mayopi untuk memesan 5 (lima) butir narkotika jenis ekstasi dengan
harga Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) perbutir yang selanjutnya disetujui oleh
Terdakwa Fredi Mayopi dan akhirnya disepakati akan bertemu di di pinggir Jalan Abdul

14
Muis dekat Sate Madura Kel. Jati Baru Kec. Padang Timur Kota Padang dan sekira
pukul 02.00 wib saksi Ismet dan tim dari Ditresnarkoba Polda Sumbar melakukan
penangkapan terhadap Terdakwa Fredi Mayopi Pgl Fredi Bin Askir Yuliarso yang mana
pada saat penangkapan ditemukan dari Terdakwa Fredi Mayopi barang bukti berupa 5
(lima) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru dibungkus kertas tisu
yang ditemukan di atas beton yang sebelumnya dipegang oleh Fredi Mayopi Pgl Fredi
Bin Askir Yuliarso yang berdekatan dengan 1 (satu) buah helm merk NHK warna biru
pink dan 6 (enam) butir Narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru di dalam
plastik klip warna bening yang juga ditemukan di atas beton, juga 1 (satu) unit
Handphone merek OPPO warna hitam beserta simcardnya yang di buang dan jatuh ke
dalam got oleh Terdakwa Fredi Mayopi jatuh ke dalam selokan/got hingga pecah
layarnya, 1 (satu) unit Sepeda Motor merek Yamaha Mio M3 warna hitam No. Pol. BA
3496 Q, 1 (satu) helai jaket warna hitam yang Fredi Mayopi Pgl Fredi Bin Askir
Yuliarso kenakan pada saat ditangkap dan 1 (satu) unit helm NHK warna biru pink
milik Fredi Mayopi Pgl Fredi Bin Askir Yuliarso dan kesemua barang tersebut disita
oleh petugas polisi dengan disaksikan oleh masyarakat setempat dan selanjutnya
Trewdakwa dan barang bukti yang ditemukan dibawa ke kantor Ditresnarkoba polda
Sumbar untuk proses lebih lanjut.
− Bahwa 5 (lima) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru dibungkus
kertas tisu Terdakwa peroleh dengan cara membeli kepada Sdr. Riko (DPO) dengan
harga Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per butir pada hari Minggu
tanggal 05 Juni 2022 sekira pukul 01.30 wib 2022 bertempat di pinggir jalan AbdulMuis
di depan sebuah ruah nomor 19 e Kel. Jati Baru Kec. Padang Timur Kota Padang,
sedangkan 6 (enam) butir Narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru di dalam
plastik klip warna bening yang juga ditemukan di atas beton adalah milik Sdr. Riko
(DPO) yang mana sebelum penangkapan bersama Terdakwa di tempat kejadian perkara
dan saat Polisi datang langsung melarikan diri.
− Berdasarkan Lampiran Berita Acara Penimbangan yang dilakukan oleh Perum
Pegadaian Cabang PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam dalam Lampiran Berita
Acara Penimbangan No. 242/VI/023100/2022, tanggal 06 Juni 2022, yang
ditandatangani oleh Wira Friska Ashadi diketahui oleh Pimpinan Cabang Yandri, SH,
dengan hasil 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yang dibungkus plastik klip warna
bening dibalut plastik warna hitam yang disita dari Saksi Rifky Aria Prinanda Pgl. Iki

15
Bin Rosrizal yakni seberat 0,34 (nol koma tiga puluh empat) gram, yang yang semuanya
diserahkan untuk pemeriksaan labfor.
− Berdasarkan hasil Penimbangan Barang Bukti dari Badan POM RI Padang sesuai berita
acara pemeriksaan Laboratories No.PM.22.083.11.16.05.0413 K, tanggal 09 Juni 2022
yang ditandatangani oleh Hilda Murni Apt. MM. Kepala Bidang Pengujian
menyimpulkan 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yang dibungkus plastik klip warna
bening dibalut plastik warna hitam yakni seberat 0,34 (nol koma tiga puluh empat)
gram, yang disita dari Saksi Rifky Aria Prinanda Pgl. Iki Bin Rosrizal adalah
Metamfetamina positif (+), termasuk narkotika Golongan I (UU No 35 Tahun 2009
tetang Narkotika; Lampiran No. Urut 61 Permenkes No.09 Tahun 2022 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika).
− Berdasarkan Lampiran Berita Terdakwa peroleh Acara Penimbangan yang dilakukan
oleh Perum Pegadaian Cabang PT. Pegadaian (Persero) Cabang Terandam dalam
Lampiran Berita Acara Penimbangan No. 243/VI/023100/2022, tanggal 06 Juni 2022,
yang ditandatangani oleh Wira Friska Ashadi diketahui oleh Pimpinan Cabang Yandri,
SH, dengan hasil 11 (sebelas) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru
yakni seberat 5,11 (lima koma sebelas) gram, yang disisihkan untuk pemeriksaan labfor
sebanyak 1 (satu) butir dengan berat 0,45 (nol koma empat puluh lima gram) dan
sebanyak 10 (sepuluh) butir dengan berat 4,66 (empat koma enam puluh enam) gram.
− Berdasarkan hasil Penimbangan Barang Bukti dari Badan POM RI Padang sesuai berita
acara pemeriksaan Laboratories No.PM.22.083.11.16.05.0414 K, tanggal 09 Juni 2022
yang ditandatangani oleh Hilda Murni Apt. MM. Kepala Bidang Pengujian
menyimpulkan 1 (satu) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru
dengan berat 0,45 (nol koma empat puluh lima gram), yang disita dari Terdakwa Fredi
Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR YULIARO adalah Metilendioksi Metamfetamin
Negatif (-), dimana 1 (satu) butir 0,45 (nol koma empat puluh lima gram) tersebut telah
habis uji sesuai dengan Surat Keterangan Habis Uji dari BBPOM Padang tanggal 09
Juni 2022 yang ditandatangani oleh Dra. Hilda Murni, MM. Apt.
− Selajutnya 10 (sepuluh) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru
dengan berat berat 4,66 (empat koma enam puluh enam) gram dilakukan pemeriksaan
di Laboratorium Forensik Polda Riau dengan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Kriminalistik No. LAB:1023/NNF/2022 tanggal 13 Juni 2022 yang di tanda tangni oleh
Komisaris Polisi Dewi Arni dan Inspektur Polisi Dua Apt. Muh Fauzi Ramadhani,

16
S.Farm selaku Pemeriksa yang diketahui oleh Komisaris Polosi Erik Rezakola, ST.
MT.M.Eng Plt Kepala Bidang Laboratorium Forensik Polda Riau, MM menyimpulkan
2 (dua) butir narkotika jenis ekstasi merek Coca Cola warna biru yang disisihkan, yang
disita dari Terdakwa Fredi Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR YULIARO adalah
Mefedron Positif (+) narkotika Golongan I (UU No 35 Tahun 2009 tetang Narkotika ;
Lampiran No. Urut 75 Permenkes No.09 Tahun 2022 tentang Perubahan Penggolongan
Narkotika).
Bahwa perbuatan Terdakwa melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan
hukum menawarkan untuk di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan I jenis shabu, tidak
ada ijin dari pihak yang berwenang.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (1)
Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

3.2 Isi Dakwaan


1. Menyatakan Terdakwa Fredi Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR YULIARO terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa Hak Atau
Melawan Hukum “Secara Tanpa Hak Atau Melawan Hukum, Memiliki, Menyimpan,
Menguasai Atau Menyediakan Narkotika Golongan I Bukan Tanaman, sebagaimana
diatur dan diancam dalam Pasal 114 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dalam Dakwaan Alternatif Kesatu Penuntut Umum
2. Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa Fredi Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR
YULIARO berupa pidana penjara selama 5 (lima) Tahun dikurangi selama Terdakwa
berada dalam tahanan, dan Pidana Denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliyar
rupiah) subsidair 6 (enam) bulan penjara.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
− 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yng dibungkus dengan plastik klip warna
bening dan dibalut dengan plastik warna hitam.
− 1 (satu) unit Handphone Android Merek Samsung A12 warna Biru dibalut sofcase
warna kuning berserta simcard milik Rifky Arya.
− 1 (satu) unit handphone merk nokia warna biru berserta simcardnya milik Rifky
Arya.
− 1 (satu)unit handphone merk Oppo warna biru berserta simcard milik Fredi Mayopi
Dirampas Untuk Dimusnahkan

17
4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah).

3.3 Pertimbangan Hukum


Menimbang, bahwa atas tuntutan Penuntut Umum tersebut, terdakwa mengajukan
pembelaan yang mohon keringan pidana dengan alasan terdakwa mengaku bersalah,
menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut, dan atas permohonan
terdakwa tersebut, Penuntut Umum tetap pada tuntutan pidananya dan terdakwa tetap pada
permohonannya;
Menimbang, bahwa atas dakwaan itu, terdakwa menyatakan telah mengerti dan tidak
akan mengajukan keberatan (eksepsi);
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah
mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:
1. Saksi Ghandi Geotama, SH,
2. Saksi Yazid Agto
3. Saksi Rifki Arya Frinanda
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:
− 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yang dibungkus plastik klip warna bening dibalut
plastik warna hitam yakni seberat 0,34 (nol koma tiga puluh empat) gram.
− 1 (satu) unit Handphone Android Merek Samsung A12 warna Biru dibalut sofcase
warna kuning berserta simcard milik Rifky Arya
− 1 (satu) unit handphone merk nokia warna biru berserta simcardnya milik Rifky Arya
− 1 (satu)unit handphone merk Oppo warna biru berserta simcard milik Fredi Mayopi

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah


berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta
hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif kesatu sebagaimana diatur
dalam Pasal 114 Ayat (1) Udang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang
unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur Setiap Orang;


2. Unsur Tanpa Hak dan Melawan Hukum;

18
3. Unsur Tanpa Hak Atau Melawan Hukum Menawarkan Untuk Dijual, Menjual,
Membeli, Menerima, Menjadi Perantara Dalam Jual Beli, Menukar Atau Menyerahkan
Narkotika Golongan I Jenis Shabu

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan


sebagai berikut:

Ad.1. Unsur Setiap Orang;

Yang dimaksud unsur “Setiap orang” adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa
hak dan melawan hukum dan hal ini menunjuk bahwa terdakwalah yang bersalah dan harus
mempertanggung jawabkan tindak pidana yang dilakukannya serta mampu bertanggung
jawab dalam arti kata tidak terdapat alasan pemaaf dan alasan penghapus penuntutan
terhadap diri terdakwa.

Dengan demikian, maka unsur Setiap Orang ini telah terpenuhi.

Ad.2. Unsur tanpa hak atau melawan hukum;

Yang dimaksud dengan unsur ini adalah perbuatan yang dilakukan tanpa ijin dari pihak
yang berwenang dan perbuatan tersebut dilarang atau bertentangan dengan hukum yang
berlaku.

Dengan demikian, maka unsur tanpa hak atau melawan hukum ini telah terpenuhi.

Ad.3. Unsur Tanpa Hak Atau Melawan Hukum Menawarkan Untuk Dijual, Menjual,
Membeli, Menerima, Menjadi Perantara Dalam Jual Beli, Menukar Atau Menyerahkan
Narkotika Golongan i Jenis Shabu;

Bahwa unsur pasal ini bersifat Alternatif limitatif, yakni cukup satu elemen unsur
terpenuhi maka terbuktilah unsur pasal tersebut, maka kami menganggap bahwa unsur
menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan yang terbukti.

Dengan demikian, maka unsur Tanpa Hak Atau Melawan Hukum Menawarkan Untuk
Dijual, Menjual, Membeli, Menerima, Menjadi Perantara. Dalam Jual Beli, Menukar Atau
Menyerahkan Narkotika Golongan I Jenis Shabu ini telah terpenuhi.

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 114 Ayat (1) Udang-undang RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah

19
dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan
dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap Terdakwa
dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam
tahanan; Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan untuk
selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa barang bukti berupa : 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yng
dibungkus dengan plastik klip warna bening dan dibalut dengan plastik warna hitam, 1
(satu) unit Handphone Android Merek Samsung A12 warna Biru dibalut sofcase warna
kuning berserta simcard milik Rifky Arya, 1 (satu) unit handphone merk nokia warna biru
berserta simcardnya milik Rifky Arya, 1 (satu)unit handphone merk Oppo warna biru
berserta simcard milik Fredi Mayopi yang telah disita, maka dirampas Untuk
Dimusnahkan.

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu


dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan
Terdakwa;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula
untuk membayar biaya perkara;

3.4 Putusan
1. Menyatakan Terdakwa Fredi Mayopi PGL. Fredi BIN ASKIR YULIARO terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Secara Tanpa Hak Atau
Melawan Hukum Menjual Narkotika Golongan I Bukan Tanaman”;
2. Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama
5 (lima) tahun dan Pidana Denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliyar rupiah)
dengan ketentuan jika denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana penjara
selama 2 (dua) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

20
4. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
− 1 (satu) paket narkotika jenis shabu yang dibungkus dengan plastik klip warna
bening dan dibalut dengan plastik warna hitam.
− 1 (satu) unit Handphone Android Merek Samsung A12 warna Biru dibalut sofcase
warna kuning berserta simcard milik Rifky Arya.
− 1 (satu) unit handphone merk nokia warna biru berserta simcardnya milik Rifky
Arya.
− 1 (satu)unit handphone merk Oppo warna biru berserta simcard milik Fredi Mayopi
Dirampas Untuk Dimusnahkan.
6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-
(dua ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Padang, pada hari Kamis, tanggal 26 Januari 2023, oleh kami, Arifin Sani, S.H.,
sebagai Hakim Ketua, Ferry Hardiansyah, S.H., M.H., Moh. Ismail Gunawan, S.H. masing-
masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada
hari Kamis tanggal 2 Februari 2023 oleh Hakim Ketua dengan didampingi Para Hakim
Anggota tersebut, dibantu oleh Rio Guswandi, S.H., M.H., Panitera Pengganti pada
Pengadilan Negeri Padang, serta dihadiri oleh Ummy Diahny R.S.P, S.H., Penuntut Umum
dan Terdakwa dengan didampingi oleh Penasihat Hukumnya.

3.5 Analisa
Menurut kami untuk putusan hakim terhadap kasus ini sudah tepat, karena hakim sudah
menimbang putusan tersebut dengan melihat dasar putusan yang berbentuk putusan
pemidanaan, alasan hakim menyatakan terdakwa bersalah karena hakim memperhatikan
dasar ketentuan Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan apabila:
− Jika ia telah memperoleh keyakinan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan yang
didakwakan dan ia menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat dipidana.
Putusan pemidanaan dapat ditinjau dari segi yuridis, putusan dinilai oleh majelis hakim
yang bersangkutan. Dengan sistem pembuktian dan asas batas minumum pembuktian
ditentukan dalam Pasal 183 KUHAP, kesalahan terdakwa sudah cukup terbukti dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah memberi keyakinan kepada hakim,
terdakwalah pelaku tindak pidananya telah di penuhi dalam kasus ini.

21
− Hakim juga Menimbang, bahwa barang bukti berupa : 1 (satu) paket narkotika jenis
shabu yng dibungkus dengan plastik klip warna bening dan dibalut dengan plastik
warna hitam, 1 (satu) unit Handphone Android Merek Samsung A12 warna Biru dibalut
sofcase warna kuning berserta simcard milik Rifky Arya, 1 (satu) unit handphone merk
nokia warna biru berserta simcardnya milik Rifky Arya, 1 (satu)unit handphone merk
Oppo warna biru berserta simcard milik Fredi Mayopi yang telah disita, maka dirampas
Untuk Dimusnahkan.
− Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 114 Ayat (1) Udang-undang RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah
dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu.

22
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hukum acara pidana adalah himpunan ketentuan-ketentuan tentang tata cara
menyidik/mengusut, menuntut, dan mengadili orang yang dianggap melanggar suatu
ketentuan dalam hukum pidana. Putusan hakim harus memberikan efek jera terhadap
pelaku tindak pidana dan dapat membuat terdakwa menjadi orang yang lebih bertanggung
jawab dan dapat kembali menjadi warga masyarakat yang lebih baik. Putusan juga harus
bisa mencegah orang lain untuk melakukan tindak pidana. Putusan Hakim bukan
merupakan bentuk aksi balas dendam akan tetapi untuk mewujudkan rasa keadilan dalam
masyarakat.
Dalam menjatuhkan pidana Hakim harus mempertimbangkan banyak hal.
Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap yang melakukan tindak pidana
yaitu Fakta-fakta yang diketemukan dalam proses pemeriksaan, selain itu yang menjadi
pertimbangan hakim adalah hal-hal yang meringankan dan hal-hal yang memberatkan
terdakwa.
Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari surat dakwaan adalah
suatu surat yang merupakan suatu tuntutan yang dibuat oleh jaksa berdasarkan hasil
pemeriksaan penyidikan yang mana perumusan tindak pidana yang didakwakan dengan
unsur-unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang
bersangkutan dan merupakan suatu dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan
dimuka pengadilan.

4.2 Saran
Dalam kasus ini hakim sudah tepat untuk mengambil putusan dakwaan tersebut. Dalam
konteks putusan subsider, penting untuk mempertimbangkan keseimbangan dalam
penjatuhan pidana uang pengganti, pertimbangan hukum dan non-hukum, yang dapat
meringankan atau memberatkan sanksi bagi terpidana. Perlunya keseimbangan dalam
penjatuhan pidana pengganti seimbang dengan besaran subsider pidana.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mastina Hotma Bertalia Malau, Lesson Sihotang, Roida Nababan. (2018). ANALISIS PUTUSAN
HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG YANG BERSUMBER DARI
HASIL TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI KPUTUSAN
NOMOR:81/PID.SUS/2017/PN.JPA). ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG YANG BERSUMBER DARI HASIL TINDAK PIDANA
NARKOTIKA (STUDI KPUTUSAN NOMOR:81/PID.SUS/2017/PN.JPA).
Meilano, W. (2018). Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Politik Uang Pada
Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus Putusan Nomor 238/Pid.sus/2018/PN.Lht). Penerapan
Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Politik Uang Pada Pemilihan Kepala Daerah
(Studi Kasus Putusan Nomor 238/Pid.sus/2018/PN.Lht).
Samosir, D. (2009). Makala Dikpid (Surat Dakwaan). Makala Dikpid (Surat Dakwaan). Retrieved
from https://id.scribd.com/document/111197868/Makala-Dikpid-Surat-Dakwaan
Sarah Amadea Kusuma, Farrah Fathiyah. (2015). ANALISIS PEMBUKTIAN HAKIM TERHADAP
DAKWAAN BERBENTUK SUBSIDARITAS SEBAGAI DASAR MENJATUHKAN
PUTUSAN BEBAS. ANALISIS PEMBUKTIAN HAKIM TERHADAP DAKWAAN
BERBENTUK SUBSIDARITAS SEBAGAI DASAR MENJATUHKAN PUTUSAN BEBAS.
Susanti, D. (2016). Analisis Yuridis. Analisis Yuridis.
Putusan Hakim Perkara Nomor 866/Pid.Sus/2022/PN Pdg

24

Anda mungkin juga menyukai