Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERI

PENGAKUAN NEGARA DAN SUKSESI NEGARA

Tugas Hukum Internasional kelas G


Dosen Pengampu: Elfia Farida, S.H., M.Hum.

Disusun oleh:

Sekar Novi Rahmawati – 11000120120085

Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro

Semarang

2022
I. Pengakuan Negara

Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 unsur-unsur sebuah negara


terdiri dari penduduk yang tetap, wilayah yang pasti, adanya pemerintah, dan
kemampuan untuk mengadakan hubungan internasional. Eksistensi sebuah negara
sebagai subjek hukum internasional dilihat melalui terpenuhinya unsur-unsur negara
berdasarkan Hukum Internasional. Namun dalam mengadakan hubungan internasional
dengan negara lain diperlukan sebuah pengakuan.

Pengakuan merupakan perbuatan politik dimana suatu negara bersedia untuk


mengakui suatu situasi fakta dan menerima akibat hukum dari pengakuan tersebut.
Pengakuan tersebut dapat diberikan kepada negara, pemerintah negara, atau kesatuan
bukan negara.

Terdapat 2 teori pengakuan:1


1) Teori Konstitutif, penganut teori ini berpendapat bahwa suatu negara dianggap
ada jika telah diakui oleh negara lain artinya jika tidak ada pengakuan dari
negara lain maka negara tersebut tidak ada.
Namun teori ini memiliki kelemahan apabila dilihat melalui Pasal 3 Konvensi
Montevideo 1933 yang menyebutkan bahwa keberadaan politik suatu negara
bebas dari pengakuan oleh negara-negara lain.
2) Teori Deklaratif, penganut teori ini berpendapat bahwa suatu negara dianggap
ada jika negara tersebut telah dapat menikmati hak-hak dan melaksanakan
kewajiban-kewajibannya menurut hukum internasional sehingga pengakuan
bukan menjadi syarat atas terciptanya suatu negara. Pada teori ini, pengakuan
hanya sebagai pernyataan dari negara yang memberikan pengakuan bahwa
negara baru tersebut telah ada dalam pergaulan masyarakat internasional.

Untuk mengakui suau negara baru, pada umumnya negara-negara yang akan
mengakuinya menggunakan indikator:2
1) Keyakinan adanya stabilitas pada negara baru tersebut
2) Dukungan umum dari masyarakat atau penduduk

1
Bayu Sujadmiko, “Pengakuan Negara Baru dari Perspektif Hukum Internasional (Studi terhadap
Kemerdekaan Kosovo)” Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Vol.6 No.1 hlm.180-181.
2
Ibid., hlm.183.
3) Kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
internasional

Pengakuan memiliki fungsi politik dan fungsi hukum. Fungsi politik dari pengakuan
ialah negara yang telah diakui diterima sebagai pribadi internasional sehingga
kedudukan dan perbuatannya memiliki konsekuensi politik yang tegas. Fungsi hukum
dari pengakuan ialah negara yang diakui secara formal telah sah menggunakan atribut
kenegaraanya dalam berhubungan dengan negara-negara lain.3

Jenis-jenis pengakuan terhdapat negara baru:


1) Pengakuan de facto dan de jure
Pengakuan de facto diberikan atas penilaian terhadap negara secara factual telah
memenuhi syarat sebagai negara. Pengakuan ini diberikan terlebih dahulu
sebelum adanya pengakuan secara de jure
Pengakuan de jure suatu bentuk pengakuan tertinggi yang diberikan kepada
negara baru secara formal karena negara tersebut telah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam hukum internasional. Pengakuan ini tidak dapat ditarik
kembali kecuali dengan hilangnya syarat negara tersebut.
2) Pengakuan bersyarat yaitu pengakuan dengan syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi oleh negara baru tersebut. persyaratan teresbut dapat bersifat objektif
yang menyangkut kondisi factual negara yang diakui dan dapat bersifat subjektif
seperti perlakuan istimewa negara yang diakui teradap negara yang mengakui.
Pengakuan ini tidak dapat ditarik kembali meskipun terjadi pelanggaran
terhadap syarat yang diberikan.
3) Pengakuan Prematur, pengakuan teradap negara baru sebelum terpenuhinya
syarat yang telah ditetapkan oleh hukum internasional.
4) Pengakuan ad hoc, pengakuan terhadap negara yang tidak memperole
pengakuan de factor dan de jure sehingga pengakuan ini lebih mengarah kepada
persetujuan khusus yang tidak berdampak hukum.
5) Pengakuan kuasi, pengakuan terhadap negara baru yang tidak diberikan secara
resmi namun hubungan antara negara yang mengakui dan negara yang diakui
berjalan dengan baik.

3
Yuli Fachri, “Politik Pengakuan Dalam Hukum Internasional”, Jurnal Antar Bangsa Vol 2 No. 2 hlm.
II. Suksesi Negara

Ketentuan mengenai suksesi negara (succession of state) dalam hukum


internasional diatur melalui Konvensi Wina 1978. Pada Pasal 2 ayat 1 huruf b Konvensi
Wina 1978 disebutkan bahwa suksesi negara merupakan penggantian satu negara oleh
negara lain dalam tanggung jawab terhadap wilayah demi hubungan internasional.
Berdasarkan pengertian tersebut suksesi negara tidak harus berupa peristiwa bubarnya
suatu negara dan munculnya negara baru yang menggantikan negara yang bubar.

Dalam praktik hukum intenasional, suksesi negara dibedakan menjadi 2 yaitu


suksesi universal dan suksesi parsial. Pada bentuk suksesi universal tidak ada lagi
predecessor state atau negara terdahulu karena telah hilang. Sedangkan pada suksesi
parsial predecessor state masih tetap ada hanya saja sebagian wilayahnya memisahkan
diri menjadi negara merdeka atau bergabung dengan negara lain.

Akibat hukum dari terjadi suksesi negara terhadap kewajiban predecessor state
yang lahir dari perjanjian internasional dikenal adanya istilah clean state yaitu bahwa
negara baru (successor state) dapat melakukan Pick and Choose terhadap perjanjian
yang dibuat oleh Predecsessornya, hal ini sejalan dengan pasal 17 Konvensi Wina 1978
ditetapkan bahwa perjanjian tidak beralih pada sucsesor kecuali ditentukan lain dalam
devolution agreement, hal ini sejalan juga dengan pasal 34 konvensi wina 1969 tentang
perjanjian internasional yang memiliki prinsip Pacta tertis nec mocount nec procent”
bahwa perjanjian tidak menimbulkan hak dan kewajiban kepada pihak ke tiga tanpa
persetujuannya. Prinsip yang terkandung pada Konvensi Wina 1969 tidak berlaku
mutlak bagi seluruh jenis perjanjian internasional. Artinya ada jenis-jenis perjanjian
internasional tertentu yang dikecualikan dari prinsip Pacta tertiis nec nocunt nec
procent. Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian yang masuk dalam katagori
dispositive treaty, Perjanjian internasional yang termasuk dispositive treaty (perjanjian
yang terkait dengan perbatasan, perjanjian yang terkait dengan HAM). Dengan
demikian Successor State tidak dapat menolak melaksanakan perjanjian yang termasuk
dispositive treaty yang dibuat serta mengikat Predecessor state. Akibat hukum terhadap
utang Pecessor state, negara sebagai subjek hukum pada dasarnya dapat pula
mengadakan hubungan hukum yang bersifat privat dengan negara lain maupun dengan
organisasi internasional. Hubungan hukum yang bersifat privat yang bersifat privat
misalnya suatu negara sepakat dengan negara lain atau suatu organisasi internasional
untuk mengadakan perjanjian utang piutang maupun perjanjian lainnya. Dalam hal
terjadinya suksesi negara, akan timbul permasalahn siapa yang berkewajiban untuk
melaksanakan kewajibannya. Prodecessor state yang lahir dari perjanjian tersebut.
Masalah utang (kewajiban) negara adalah masalah paling sensitif dalam hal terjadinya
suksesi negara, karena akan timbul potensi kerugian pada pihak ketiga yang
berkedudukan sebagai kreditor Prdecessor state. Pada umumnya utang negara dapat
dibedakan menjadi utang pemerintah pusat dan utang pemerintah daerah. Dalam hal
terjadi suksesi negara dalam bentuk universal dimana sudah tidak ada lagi Predecessor
state, karena terpecah menjadi dua negara atau lebih, maka negara baru yang
berkedudukan sebagai successor state tersebut berkewajiban untuk membayar utang
negara Predecessor state dengan menggunakan prinsip pembagian yang adil. Pembagian
yang adil tersebut pada umumnya dengan menyesuaikan : Jumlah penduduk; Luas
wilayah; Kekayaan atau sumber daya alam yang dimiliki masing-masing wilayah
Besarnya pajak pendapatan yang diperoleh masing-masing wilayah. Dalam hal terjadi
suksesi dalam bentuk parsial dimana suatu wilayah negara memisahkkan diri dari
negara yang menaunginya dengan menjadi negara merdeka sendiri, maupun bergabung
dengan negara lain maka Successor state berkewajiban membayar utang-utang daerah
yang melepaskan diri tersebut (yang menjadi negara merdeka).

Anda mungkin juga menyukai