Anda di halaman 1dari 21

SUKSESI NEGARA

(STATE SUCCESSION)
DR. VITA CITA EMIA TARIGAN SH L.LM
 PENGERTIAN SUKSESI NEGARA
• Suksesi Negara berasal dari kata State Succession atau Succession of
State yang berarti “penggantian atau pergantian negara”.
Artinya:pergantian dari predecessor state (negara yang digantikan)
kepada successor state (negara yang menggantikan) dalam hal
kedaulatan (tanggung jawab) atas suatu wilayah dalam hubungan
internasional.
Dasar hukum
• Konvensi Wina 1978, yaitu Konvensi Wina mengenai Suksesi Negara
dalam Hubungan dengan Perjanjian Internasional (Vienna Convention
on Succession of State in respect of Treaties).Customary International
Law
perMasalahan suksesi negara
“... dalam masalah suksesi negara, yang dimasalahkan terutama adalah
mengenai pemindahan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari negara
yang telah berubah atau kehilangan identitasnya kepada negara atau
satuan lainnya yang menggantikannya. Perubahan atau hilangnya
identitas itu disebabkan oleh perubahan seluruh atau sebagian dari
kedaulatan negara itu”. (J.G. Starke)

2 Permasalahan:
Factual State Succession
Legal State Succession
• Kasus : INDONESIA-TIMOR LESTE
Diserahkannya Irian Barat oleh Belanda kepada Indonesia
Lepasnya Timor-Timor
Kemerdekaan Indonesia dari Kolonial Belanda sebagai provinsi ke-27
membentuk negara baru yang merdeka yaitu Timor Leste pada tahun
1999
 BENTUK-BENTUK SUKSESI NEGARA
• Penyerapan (absorption)
• Pemecahan (dismemberment)
• Kombinasi dari pemecahan dan penyerapan Negara merdeka baru
(newly independent states)
Bentuk suksesi menurut Konvensi
Wina 1978
Suatu wilayah negara atau suatu wilayah yang dalam hubungan
internasional menjadi tanggung jawab negara itu kemudian berubah
menjadi bagian dari wilayah negara itu (Pasal 15).Negara merdeka baru
(newly independent state), yaitu bila negara pengganti yang beberapa
waktu sebelum terjadinya suksesi negara merupakan wilayah yang tidak
bebas yang dalam hubungan internasional berada di bawah tanggung
jawab negara negara yang digantikan (Pasal 2 Ayat 1f).Suksesi negara
yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau lebih
menjadi satu negara merdeka.Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat
dari bergabungnya dua wilayah atau lebih menjadi menjadi suatu negara
serikat (Pasal 30 Ayat 1).Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat
terpecah-pecahnya suatu negara negara menjadi beberapa negara baru
(Pasal 34 ayat 1).
Jenis suksesi negara
• Suksesi universal: Bilamana suksesi itu terjadi terhadap seluruh wilayah
suatu negara.
• Suksesi parsial: bilamana suksesi negara itu hanya meliputi bagian
tertentu saja dari wilayah suatu negara
Legal State Succession Akibat hukum
yang ditimbulkan oleh terjadinya
suksesi negara
• AKIBAT SUKSESI NEGARA Terdapat 2 Teori:
• acquired rights doctrine : segala hak dan kewajiban predecessor state
lenyap dan digantikan oleh successor state. Disebut juga Common
Doctrine.clean
• state doctrine: successor state akan memulai hidupnya dengan hak-hak
dan kewajiban yang sama sekali baru. Disebut juga free choice doktrine.
Suksesi negara dan kekayaan negarakekayaan negara, yang meliputi
gedung-gedung dan tanah-tanah milik negara, dana-dana pemerintah
yang tersimpan di bank, alat-alat transportasi milik negara, pelabuhan-
pelabuhan, dan sejenisnya, beralih kepada negara pengganti (successor
state).
1. State Property benda bergerak
tidak bergerak
• ada diwilayah yang beralih
• di luar wilayah yang beralih
• predecessornya tidak ada

prinisp umum yang berlaku adalah property itu akan beralih pada
suksesordianggap tetap milik predecessor

praktek di negara-negara menunjukan property tersebut akan dibagi


diantara suksesor yang ada
Akibat Hukum Suksesi Negara
terhadap Public Property Right
Aset milik pemerintah
Aset milik swastaaset milik WN perorangan,
aset miliki perusahaan swasta dan aset milik perusahaan negara atau di
Indonesia dikenal sebagai BUMN
2. Suksesi negara dan hak-hak
privat
• Pada prinsipnya suksessor wajib untuk menghormati privat property
yang telah diperoleh di bahwa hukum predecossorKelanjutan hak-hak
perseorangan tersebut berlaku selama perundang-undangan negara
suksesor tidak menyatakan lain, dalam hal mengahapus atau
menggantikannyaPengahapusan atau perubahan tentang privat
property tersebut tidak bertentangna dengan atau melanggar kewajiban
hukum internasionalnya khususnya mengenai perlindungan
diplomatikPrivat property yang bermacam-macam jenisnya memerlukan
pemecahan sendiri-sendiri yang beratri perumusan sendiri untuk sejenis
property.
3. Suksesi negara dan kontrak-
kontrak konsesional
• Pada dasarnya negara pengganti (successor state) dianggap
berkewajiban untuk menghormati kontrak-kontrak semacam itu yang
dibuat oleh negara yang digantikan (predecessor state) dengan pihak
pemegang konsesi (konsesionaris).Namun, bilamana demi kepentingan
kesejahteraan negara kontrak-kontrak tersebut dipandang perlu untuk
diakhiri maka pemegang konsesi harus diberikan hak untuk menuntut
kompensasi atau ganti kerugian.
4. Akibat Hukum Suksesi Negara
Terhadap Perjanjian Internasional
• Satu aspek penting dalam suksesi negara adalah pengaruh pergantian
kedaulatan terhadap hak-hak dan kewajiban yang muncul dari suatu
perjanjian.Pasal 17 juga 24 Konvensi Wina 1978 menetapkan bahwa
perjanjian tidak beralih pada suksesor kecuali ditentukan lain dalam
devolution agreement.Dalam hal perjanjian yang isinya semata-mata
merupakan kodifikasi dari prinsip-prinsip yang sudah dikenal dalam
kebiasaan internasional maka negara suksesor akan terikat pada
prinsip-prinsip tersebut sebagaimana negara-negara lain.
5. Suksesi negara dan tuntutan-
tuntutan terhadap perbuatan
melawan hukum
successor state tidak berkewajiban untuk menerima tanggung jawab yang
timbul akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
predecessor state.
6. Suksesi negara dan utang-utang
negara
• Jika utang-utang tersebut dipergunakan untuk kepentingan atau
kemanfaatan wilayah yang digantikannya, maka successor state
dipandang berkewajiban untuk menerima tanggung jawab atas utang-
utang tersebut. Sebaliknya, jika manfaat utang-utang tersebut ternyata
hanya dinikmati oleh golongan-golongan masyarakat tertentu yang
memegang kekuasaan pada saat itu maka successor state tidak
dianggap berkewajiban untuk menerima tanggung jawab atas utang-
utang tersebut.Successor state juga dipandang tidak bertanggung jawab
atas utang-utang predecessor state yang digunakan untuk membiayai
perang melawan successor state atau maksud-maksud yang
bermusuhan dengan successor state sebelum terjadinya suksesi negara.
• Dalam hal suksesi negara itu berupa terpecah-pecahnya satu negara
menjadi beberapa bagian yang kemudian bagian-bagian itu masing-
masing menjadi negara yang berdiri sendiri, successor states dipandang
berkewajiban untuk bertanggung jawab atas utang-utang itu secara
proporsional menurut suatu metode distribusi yang adil.Dalam hal
suksesi negara itu bersifat parsial, maka successor state yang
menggantikan wilayah yang terlepas itu dipandang berkewajiban untuk
menanggung utang-utang lokal atas wilayah yang bersangkutan.
7. Suksesi Negara dan Arsip
Negara
• Prinsip umum yang berlaku untuk arsip yang berkaitan dengan wilayah
yang akan beralih pada suksesornya.Pasal 21 Konvensi Wina 1984
menetapkan bahwa arsip dari negara predecessor beralih pada
suksesor pada saat terjadi suksesi.
8. SUKSESI NEGARA dan KEANGOTAAN
PADA ORGANISASI INTERNASIONAL
• Masalah keanggotaan suatu negara di organisasi internasional maupun
regional ditentukan oleh konstitusi masing-masing organisasiPiagam
PBB misalnya tidak mengatur masalah pengunduran diriPBB juga
menetapkan bahwa keanggotaan suatu negara di PBB tidak akan
terhenti hanya karena terjadinya perubahaan atau pergantian konstitusi
atau perbatasanAdapun negara baru maka negara ini harus mengikuti
aturan yang berlaku untuk negara baru yaitu mendaftarkan diri sebagai
anggota baru kecuali telah ada izin sesuai ketentuan yang terdapat pada
piagam.
9. Suksesi negara dan pengakuan
• ilamana suksesi negara itu bersifat universal, yang berarti hilangnya
identitas internasional dari negara yang bersangkutan, maka pengakuan
itu otomatis gugur. Sedangkan bila suksesi itu bersifat parsial, yang
berarti negara yang lama (predecessor state) tidak kehilangan identitas
internasionalnya, maka dalam hal ini berlaku “asas kontinyuitas negara”
(continuity of state principle).

Anda mungkin juga menyukai