Anda di halaman 1dari 14

Makalah

SUKSESI NEGARA DAN SUKSESI PEMERINTAH

Oleh
Nama: Fita
Nim: D1O122384

JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul “Suksesi Negara dan Suksesi Pemerintah”.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
saw. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk
keselamatan umat di dunia.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
berbagai kendala, namun dengan kerja keras, ketekunan, dan semangat untuk terus
belajar, makalah ini dapat diselesaikan.
Saya juga ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, inspirasi, dan bimbingan dalam
proses penyusunan makalah ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga.
Makalah ini tentunya masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang
informatif dan inspiratif bagi pembaca. Semoga ilmu yang terkandung dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
masyarakat pada umumnya.

Palu, 14
Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakag
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pegertian Suksesi Negara
B. Bentuk-Bentuk Suksesi Negara
C. Akibat Hukum dari Suksesi Negara
D. Pengertian Suksesi Pemerintah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia Internasional, setiap negara saling mengadakan kerjasama
antar negara atau negara dengan organisasi negara. Dari hubungan antar
negara dengan negara atau negara dengan organisasi negara tentunya saling
mengikatkan diri antara satu dengan yang lain melalui suatu kesepakatan atau
perjanjian. Mereka juga saling membantu antara satu dengan yang lain
misalnya dalam pemberian bantuan bencana alam di suatu negara atau
pemberian pinjaman keuangan bagi negara yang membutuhkan. Apabila suatu
negara mengalami konflik yang menimbulkan pecahnya negara itu maka akan
berdampak pada perjanjian dan pemberian pinjamandari negara induk yang
mengalami perpecahan. Apakah perjanjian dan pemberian pinjaman itu beralih
pada salah satu dari negara yang terpecah atau menjadi tanggung jawab
bersama negara baik yang lama atau negara baru?
Dalam hukum internasional perpecahan negara dikenal dengan istilah
suksesi negara dan suksesi pemerintahan namun dalam hal ini akan dibahas
mengenai suksesi negara karena suksesi pemerintahan merupakan masalah
dalam suatu negara. Saat terjadi suksesi pemerintahan, hukum internasional
hanya menetapkan bahwa yang berlaku adalah prinsip kontinuitas negara.
Pergantian pemimpin atau pemerintah, perubahan sistem pemerintahan
bahkan perubahan nama dan bentuk negara tidak mempengaruhi hak dan
kewajiban suatu negara selama subjeknya masih yang itu juga. Suksesi negara
disebut sebagai peralihan hak atau pergantian kedaulatan dari predecessor
state (digantikan) kepada successor state (menggantikan) dalam hal
kedaulatan (tanggung jawab) atas suatu wilayah dalam hubungan
internasional. Yang menjadi masalah dengan terjadi suksesi negara,
keseluruhan hak dan kewajiban negara yang lama atau negara yang
digantikan otomatis beralih kepada negara yang baru atau negara yang
mengganti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu Suksesi Negara?
2. Apa saja bentuk-bentuk suksesi negara
3. Apa akibat hukum dari suksesi negara?
4. Apa itu Suksesi Pemerintah?

C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah, Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu suksesi negara
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk suksesi negara
3. Untuk mengetahui akibat hukum dari suksesi negara
4. Untuk mengetahui apa itu suksesi pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Suksesi Negara


Kata suksesi negara berasal dari kata state succession atau succession of
state, yang artinya adalah pergantian kedaulatan pada suatu wilayah.
pergantian kedaulatan yang di maksud adalah pergantian dari predecessor
state (negara yang digantikan) kepada successor state (negara yang
menggantikan) dalam hal kedaulatan (tanggung jawab) atas suatu wilayah
dalam hubungan internasional.
Suksesi negara harus dibedakan dengan suksesi pemerintah. Manakala
terjadi suksesi atau pergantian pemerintah hukum internasional hanya
menetapkan bahwa yang berlaku adalah prinsip kontinuitas negara.
Pergantian pemimpin atau pemerintah, perubahan sistem pemerintahan
bahkan perubahan nama dan bentuk negara tidak akan mempengaruhi hak
dan kewajiban suatu negara selama subjeknya masih tetap yang itu juga.
Contohya perubahan nama Birma menjadi Myanmar tidak menghapuskan
semua hak dan kewajiban yag dibuat negara ini dalam hubungan
internasional.

B. Bentuk-Bentuk Suksesi Negara


Dalam praktik, suksesi negara dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Suksesi Universal
Pada bentuk ini tidak ada lagi international identity dari suatu negara
(predecessor state) karena seluruh wilayahnya hilang. Cotohnya
Columbia terpecah menjadi tiga negara merdeka yaitu Venezuela,
Equador, serta New Granada pada tahun 1832.
2. Suksesi Parsial
Pada bentuk ini negara predecessornya masih eksis, tetapi sebagian
wilayahnya memisahkan diri menjadi negara merdeka ataupun bergabung
dengan negara lain. Contohnya yaitu hilangnya Timor-Timor dari wilayah
NKRI membentuk negara Timor Leste pada tahun 1999. Negara
Indonesia sebagai predecessor state masih tetap ada, yang terjadi adalah
bahwa Indonesia kehilangan sebagian wilayahnya.

C. Akibat Hukum Suksesi Negara


1. Akibat hukum suksesi negara terhadap perjanjian
Aspek terpenting dari suksesi negara adalah pengaruh pergantian
kedaulatan terhadap hak – hak dan kewajiban yang muncul dari suatu
perjanjian. Secara umum pasal 17 juga 24 Konvensi Wina 1978 menetapkan
bahwa perjanjian tidak beralih pada sukresor kecuali di tentukan lain dalam
devolution agreement. Ketentuan ini sejalan dengan pasal 34 Konvensi
Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional yang terkenal dengan prinsip
“pacta tertiis nec nocunt nec procent” bahwa perjanjian tidak menimbulkan
hak dan kewajiban kepada pihak ke-3 tanpa persetujuannya. Dengan
demikian, doktrin clean slate yang diperjuangkan oleh kelompok newly
independent state pada dasarnya tidaklah bertentangan dengan hukum
internasional. Negara baru bisa melakukan pick and choose terhadap
perjanjian yang dibuat oleh predecessor.
Untuk perjanjian yang berkaitan dengan wilayah atau disebut
dispositive treaty harus selalu beralih pada suksesor. Masuk dalam kategori
perjanjian dispositive adalah perjanjian perbatasan dan servitude treaty. Tidak
dapat diganggu gugatnya perjanjian perbatasan sebenarnya juga sudah
dinyatakan dalam pasal 26 ayat (2) Konvensi Wina 1969 yang dikenal
sebagai rebus sic stantibus principle. Penggunaaan doktrin rebus sic
stantibus harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1. Perubahan suatu keadaan tidak ada pada waktu pembentukan perjanjian
2. Perubahan tersebut adalah perihal suatu keadaan yang fundamental
bagi perjanjian tersebut
3. Perubahan tersebut tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh pihak
4. Keadaan yang berubah merupakan dasar yang penting atas mana
diberikan persetujuan terkaitnya negara peserta.
5. Akibat perubahan tersebut harus radikal, sehingga merubah luas
lingkup kewajiban yang harus dilaksanakan menurut perjanjian itu.
Alasan menempatkan perjanjian perbatasan internasional dalam kedudukan
posisi tersendiri yang sangat kuat sehingga tidak dipengaruhi oleh alasan
perubahan keadaan (rebus sic stantibus) bahwa upaya mengakhiri perjanjian
perbatasan dapat mengancam perdamaian, membahayakan prinsip integrasi
teritorial sebagaimana diatur dalama pasal 2 ayat (4) piagam PBB yang
dipandang sebagai prinsip fundamental dalam hubungan internasional. Suksesi
negara juga berkaitan dengan HAM Internasional. Bahwa perjanjia HAM
berbeda dengan perjanjian – perjanjian lain. Hal ini karena perjanjian HAM
tidak mengatur masalah hubungan antar negara, tetapi mengatur masalah
hubungan antar standar minimum perlindungan terhadap manusia di suatu
wilayah. Di samping perjanjian dispositif dalam hukum internasional juga
dikenal perjanjian politik atau sering juga disebut sebagai personal treaties.
Contoh perjanjian ini adalah extradition treaty, navigation treaty, friendship
treaty, investment guarantee treaty, dan lain – lain. Prinsip umum yang berlaku
untuk kelompok perjanjian ini adalah tidak beralih pada suksesor kecuali
diatur lain oleh para pihaknya. Dalam perjanjian yang isinya semata – mata
merupakan kodifikasi dari prinsip – prinsip yang sudah dikenal dalam hukum
kebiasaan internasional maka negara suksesor akan terikat pada prinsip – prinsip
tersebut seperti negara lain.

2. Akibat hukum suksesi negara terhadap public property rights


Prinsip – prinsip suksesi negara dalam kaitannya dengan public property
atau state property dikembangkan oleh hukum kebiasaan internasional yang
selanjutnya di kodifikasi dalam Konvensi Wina 1983 tentang state property,
arsip dan hutang. Prinsip umum secara luas dalam hukum kebiasaan internasional
adalah bahwa state property akan beralih pada suksesor. Ini berarti tidak ada
kewajiban hukum pihak suksesor untuk mengembalikan ataupun membayar ganti
rugi aset – aset milik pemerintah lama. Ini diatur dalam hukum konvensional
maupun hukum kebiasaan internasional. Misalnya Indonesia tidak membayar
ganti rugi kepada belanda pasca kemerdekaan singapura tidak membayar ganti
rugi Malaysia pasca berpisahnya singapura dari federasi Malaysia. Secara umum
dikatakan bahwa state property adalah property yang ada di bawah kepemilikan
langsung atau tidak langsung dari lembaga – lembaga eksekutif, legislatif,
atau yudikatif negara berdasarkan hukum nasional negara predecessor. Para ahli
ukum internasional sependapat bahwa yang dimaksud state property dapat
berwujud gedung dan tanah milik negara, alat – alat transportasi milik negara,
pelabuhan – pelabuhan dan lain sebagainya. State property tersebut di bedakan
menjadi benda bergerak dan tidak bergerak. Menyangkut benda tidak
bergerak yang ada di wilayah yang beralih, prinsip umum yang berlaku
adalah property itu akan beralih pada suksesor. Apabila benda tidak bergerak
berada di luar wilayah yang beralih maka dianggap tetap milik predecessor,
seandainya negara ini tetap eksis, meskipun prinsip ini dapat dimodifikasi.
Tetapi, bila predecessornya tidak ada lagi maka praktik negara menunjukkan
property tersebut akan dibagi antara negara - negara suksesor yang ada.

3. Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Privat Property


privat property yang dimaksud menyangkut harta benda juga milik
perseorangan atau perusahaan yang bukan milik negara berdasarkan hukum
nasional predecessor. Para ahli hukum internasional sepakat bahwa privat
property ini harus dihormati atau dilindungi oleh predecessor state serta tidak
dipengaruhi secara otomatis oleh suksesi negara yang terjadi. Dengan kata lain,
prinsip umum yang berlaku adalah sepanjang tidak ditentukan lain dalam
perjanjian peralihannya maka privat property tidak beralih pada suksesor.
Dengan demikian bila suksesor ingin mengambil alih benda tersebut harus
dengan memberikan kompensasi pada pemiliknya, individu maupun perusahaan.

4. Akibat hukum suksesi negara terhadap arsip negara


Prinsip umum yang berlaku untuk arsip yang berkaitan dengan wilayah
yang akan beralih pada suksesornya. Pasal 21 Konfensi Wina 1983 menetapkan
bahwa arsip dari negara predecessor beralih pada suksesor pada saat terjadinya
suksesi. Dalam hal tidak ada perjanjian maka beralihnya arsip tersebut
tanpakompensasi. Selanjutnya Konvensi Wina 1983 juga mewajibkan
predecessor membantu proses penemuan dan pengembalian arsip –arsip yang
berkaitan dengan wilayah bekas jajahannya dalam kaitannya dengan newly
independent state case. Berdasarkan perjanjian perdamaian Itali 1947, Itali
diwajibkan mengembalikan semua arsip dan historical material yang berasal dari
Etiophia setelah oktober 1935.

5. Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Utang Negara


Masalah hutang negara adalah masalah yang paling sensitif dalam
kasus terjadinya suksesi negara karena pada umumnya menyangkut
kewajiban pembayaran utang yang cukup besar dari predecessor pada negara
ketiga. Utang negara menurut Konvensi Wina 1983 adalah sangat sulit
memperoleh keseragaman penyelesaian masalah utang negara dalam tiap – tiap
kasus suksesi negara. Sebagai conroh setelah pemisahan Texas dari Mexico
1840, pembayaran ex gratia dilakukan. Kasus ini dipengaruhi pendapat yang
sedang berkembang saat itu bahwa suksesorhanya memiliki kewajiban moral (ex
gratia) terhadap kewajiban pembayaran utang tersebut. Starke berpendapat sudah
selayaknya jika negara pengganti setelah memperoleh manfaat utang – utang
karena pengambilan wilayah, juga harus bertanggung jawab atas utang negara
predecessor-nya.
Dalam upaya menciptakan keseragam demi kepastian hukum, Konvesi
Wina 1983 melalui pasal 36 menyatakan bahwa suksesi negara tidak
mempengaruhi hak dan kewajiban kreditor. Pada umumya utang negara
dapat dibagi menjadi utang pemerintah pusat dan pemerintah daerah (local debt)
dan penyelesaian utang dilakukan melalui perjanjian khusus dalam perjanjian
peralihan. Dalam kondisi tidak ada perjanjian khusus dan predecessor masih
eksis, praktik negara menunjukkan bahwa predecessor tetap bertanggung
jawab. Menyangkut utang daerah dan daerah itu melepaskan diri maka suksesor
wajib membayar utang tersebut. Pasal 37 masalah utang diselesaikan
melalui pembagian yang proporsional tergantung kesepakan para pihak.
Menyangkut newly independent state case pasal 38 menyatakan tidak ada utang
negara predecessor yang beralih pada suksesor.

6. Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Kewarganegaraan


Brownlie menegaskan bahwa kewarganegaraan akan berubah ketika terjadi
peralihan kedaulatan atau suksesi negara. Untuk memperkuat praktik
setelah perjanjian Versailess 1919 menunjukkan negara – negara yang baru
terbentuk mendasarkan kewarganegaraan berdasarkan pada tempat kelahiran juga
tempat tinggal sehari – hari kecuali ada penolakan untuk itu. Dengan demikian,
warga dari predecessor yang tinggal diwilayah suksesor dapat memperoleh
kewarganegaraan suksesor sepanjang mereka tidak menyatakan penolakan. Bila
negara predecessor masih eksis sering membuat aturan dalam hukum nasionalnya
yang menyatakan waganya yang ada di wilayah yang memisahkan diri tetap
berhak atas kewarganegaraan predecessor. Sehingga penduduk bisa memilih
kewarganegaraan yang diinginkan apakah tetap predecessor atau berganti
suksesor.

D. Pengertian Suksesi Pemerintah


Suksesi pemerintahan merupakan pergantian pemerintah dalam suatu
Negara (Sugeng Istanto, 1998: 83). Suksesi Negara memiliki kaitan dengan
peralihan hak dan kewajiban Negara yang telah berubah atau kehilangan
karakteristik khusus dengan munculnya Negara lain.
Suksesi Pemerintahan lebih berarah pada permasalahan intern. Dalam
Suksesi Pemerintahan, prinsip yang dipakai adalah prinsip kontinuitas, meskipun
terjadi perubahan-perubahan intern dalam organisasi pemerintahan, atau dalam
struktur konstitusional negara tertentu, namun negara itu sendiri tetap terikat pada
hak-hak dan kewajiban-kewajiban menurut hukum internasional, termasuk hak-
hak dan kewajiban-kewajiban traktat.
Setiap Pemerintah Pengganti (successive government) secara hukum,
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan pemerintah sebelumnya. Suatu
pemerintah pemberontak membentuk pemerintahan sementara sebagai penguasa
de facto yang mengontrol sebagian wilayah negara yang kemudian ditumpas oleh
negara induknya, seperti yang terjadi dalam perang Sipil Amerika ketika
pemerintah memberontak tersebut, kecuali barangkali, utang yang timbul untuk
kepentingan negara secara keseluruhan, dan yang berkenaan dengan kesalahan-
kesalahan yang dituduhkan, kecuali jika pemerintah induk sendiri telah melanggar
semacam tanggung jawab independen hukum Internasional, misalnyan dengan
mempermudah komisi penyelidikan kejahatan.
Berawal dari paradigma berpikir bahwa suksesi pemerintahan lebih
mengarah pada permasalahan internal, maka yang menjadi titik acu adalah bahwa
negara dalam hal ini memiliki beberapa unsur konstitutifnya tidaklah terpengaruh
secara substantif. Artinya, yang bergejolak hanyalah pada tingkatan
pemerintahannya saja. Gejolak pemerintahan ini karena adanya pemberontakan,
kudeta dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suksesi negara berarti perpindahan tanggungjawab dari suatu negara kepada
negara lain dalam kaitannya dengan praktek hubungan internasional dari wilayah
tersebut. Istilah suksesi mengimplikasikan akan adanya suatu perpindahan
kekuasaan dari kelompok yang pertama kepada yang kedua.Kontroversi
yang kerap muncul adalah apakah dalam hal terjadi suksesi akan berlaku
sebagaimana layaknya hukum waris. Dalam suksesi negara ada 2 bentuk yaitu
bentuk universal yang dimana pada bentuk ini suatu negara kehilangan
seluruh wilayahnya dan parsial yang dimana negara yang digantikan masih
eksis tetapi sebagian wilayahnya memisahkan diri. Suksesi pada suatu negara
dapat menimbulkan berbagai akibat salah satunya akibat terhadap
kewarganegaraan, bahwa kewarganegaraan seseorang yang tinggal di
wilayah suksesor dapat memperoleh kewarganegaraan suksesor sepanjang
mereka tidak menyatakan penolakan. Dan apabila negara predecessor masih
eksis, penduduknya bisa memilih kewarganegaraan yang diinginkan. Apakah
ingin predecessor atau berganti suksesor.

B. Saran
Demikian makalah yang kami sajikan, semoga bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi kita semua. Kami mohon maaf atas kekurangan yang ada
dalam makalah ini. Kami menyadari dalam makalah ini jauh dari kata sempurna
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA

Sefriani, S.H.,M.Hum., Hukum Internasional Suatu Pengantar, Jakarta: Pt Raja


Grafindo Persada, 2014
Jawahir,Thontowi Dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer,
Bandung: Pt Refika Aditama, 2006.
Negara, S. Keabsahan Perjanjian Internasional Tentang Hak Asasi Manusia Terkait
Konsep Suksesi Negara.
Paisuly, F. J., Tuhulele, P., & Riry, W. A. (2023). Suksesi Di Afganistan Menurut
Hukum Internasional. Pattimura Law Study Review, 1(1), 114-122.
Situni, F. W. (2017). Perjanjian Internasional Dan Suksesi Negara. Jurnal Hukum &
Pembangunan, 19(5), 482-491.
Marditia, P. P. R. (2012). Analisis Implikasi Hukum Suksesi Negara Republik Sudan
Selatan Ditinjau Dari Hukum Internasional.
Dharmapati, S. P., Palguna, I. D. G., & Arsika, I. M. B. (2015). Keabsahan Sudan
Selatan Sebagai Negara Merdeka Baru Dalam Perspektif Hukum
Internasional. Jurnal Kerta Negara, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai