Anda di halaman 1dari 3

RESUME “SUKSESI NEGARA DALAM PERJANJIAN (SUCCESSION OF STATES

IN RESPECT OF TREATIES)

Nama: Amanda Filia Teria

NPM :6052001291

Menurut Mervin Jones, suksesi negara terjadi karena dua negara atau lebih bergabung
menjadi satu federasi, konfederasi, atau suatu negara kesatuan, dapat pula terjadi karena
cessie, aneksasi, dekolonisasi, atau integrasi.1 Sedangkan menurut Lucius Caflisch, suksesi
negara dalam arti faktal (factual state succession) terjadi apabila satu negara memperoleh
seluruh atau sebagian wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh negara lain.2 Ahli lain P.
O’Connel mendefinisikan “state succession is the factual situation which arises when one
state is substituted for another in sovereignty over a given territory” (suksesi negara adalah
suatu kenyataan yang timbul ketika kedaulatan wilayah suatu negara digantikan oleh negara
lain).3

Peristiwa suksesi bukan hal yang baru bagi masyarakat internasional, berbagai peristiwa
suksesi negara telah terjadi, yang antara lain disebabkan oleh kemeredekaan negara yang
dijajah, misalnya pergantian Hindia Belanda menjadi Indonesia (1945), pemisahan Pakistan
dari India (1947), pemisahan Bangladesh dari Pakistan (1971), dan penggabungan negara
Mesir dengan Suriah menjadi Uni Emirat Arab (1958).4 Dengan adanya suksesi negara, maka
akan timbul masalah yuridis, seperti misalnya kelanjutan dari perjanjian yang dibentuk oleh
negara sebelumnya (predecessor state). Sebelum tahun 1978, negara pengganti yang biasanya
merupakan negara baru sering dibebani oleh berbagai macam kewajiban-kewajiban dan ikatan
yang merugikan pertumbuhan negara baru tersebut karena kedudukannya yang lemah sebagai
negara baru.

Terdapat dua doktrin dari para ahli yang bertentangan mengenai kewajiban-kewajiban
negara pengganti, yakni:5

1. Acquired rights doctrine atau vested rights doctrine

1
Budi Lazarusli dan Syahmin A. K., Suksesi Negara (Ramadja: Bandung, 1986), hlm. 12.
2
Ibid.
3
Ibid. hlm. 13.
4
F. A. Wishnu Situni, Hukum dan Pembangunan (Jakarta: FH. UI, 1989), hlm. 482.
5
Ibid. hlm. 483.
Doktrin pertama ini muncul akibat dari prinsip hukum internasional yang menyatakan
bahwa hak-hak yang telah diperoleh (acquired rights) harus dihormati. Oleh karena itu,
apabila terjadi suksesi negara, hak-hak yang dimiliki negara ketiga tidak boleh diganggu
gugat, artinya setelah terjadi pergantian, maka kewajiban-kewajiban yang dimiliki negara
sebelumnya akan dialihkan kepada negara pengganti (successor state).

2. Free choice doctrine

Doktrin ini muncul akibat dari prinsip penentuan nasib sendiri dan kedaulatan negara
baru yang mengandaikan bahwa negara baru adalah negara yang bersih. Artinya negara
pengganti tidak dibebani kewajiban-kewajiban dari negara terganti, tetapi bisa bisa memilih.

Pada tahun 1978, masalah mengenai kelanjutan perjanjian akibat dari suksesi negara
diatasi. Konvensi Wina 1978 dibentuk untuk menghargai perjanjian antar negara akibat
terjadinya suksesi negara.6 Istilah treaty atau perjanjian intemasional diartikan oleh Konvensi
sebagai suatu persetujuan internasional yang dibentuk oleh antara negara dalam bentuk tulisan
dan diatur oleh hukum intemasional, terlepas diwujudkan dalam instrumen tunggal atau dua
atau lebih instrumen yang berkaitan dan apapun sebutan khusus untuknya.7 Dalam Konvensi
WINA 1978, succession of States diartikan sebagai penggantian satu negara oleh negara lain
dalam tanggung jawab terhadap wilayah demi hubungan internasional 8
Dari kedua pasal
tersebuut, dapat disimpulkan bahwa suksesi negara tidak harus diartikan sebagai pergantian
suatu negara menjadi negara baru, tapi bisa juga karena beberapa hal seperti pemisahan.
Apabila merujuk kepada Pasal 11 dan 12 Konvensi Wina 1978, suksesi negara tidak dapat
memberi pengaruh apapun terhadap garis batas hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
berhubungan dengan yang telah diatur oleh perjanjian internasional.9 Artinya perjanjian-
perjanjian internasional yang mengatur mengenai perbatasan, seperti batas teritorial di
daratan, batas laut teritorial, atau batas zona ekonomi eksklusif dan termasuk hak dan
kewajiban yang terkandung di dalamnya, tetap berlanjut pemberlalmannya, sehingga
mengikat negara pengganti dengan negara-ngara ketiga sebagai pihak, dalam perjanjian
tersebut.10

Pasal 15 mengatur bahwa apabila bagian wilayah satu negara tidak menjadi wilayahnya
lagi, namun berganti menjadi wilayah negara lain, maka perjanjian yang dibentuk negara
6
Internasional, Vienna Convention on Succession States in Respect of Treatis, 1978, Pasal 1.
7
Ibid. Pasal 2 ayat (1) huruf a.
8
Ibid. Pasal 2 ayat (1) hurub b.
9
Ibid. Pasal 11-12.
10
Op. Cit., F. A. Wishnu Situni, hlm. 485.
terganti yang berhubungan dengan wilayah tersebut berhenti berlaku, sedangkan perjanjian
yang dibentuk oleh negara pengganti menjadi berlaku di wilayah tersebut. Kemudian Pasal 16
menjelaskan pula mengenai peralihan perjanjian, akan tetapi tidak menentukan secara
langsung dan tegas bahwa perjanjian yang dibentuk oleh negara yang diganti, karena hanya
mengatakan bahwa negara pengganti tidak diwajibkan mentaati/memberlakukan semua
perjanjian yang dibentuk oleh negara yang diganti. Artinya, perjanjian yang dibentuk negara
diganti berakhir bagi wilayah suksesi negara, akan tetapi jika negaranya menjadi negara baru
(newly independent state), maka negara pengganti berhak memilih akan melanjutkan
perjanjiannya atau tidak. Menurut Pasal 31 dan Pasal 34, apabila suksesi negara terjadi akibat
perpecahan atau penggabungan, perjanjian yang dibentuk oleh negara diganti (negara asal)
terus berlaku dan ditaati oleh negara pengganti (negara gabungan atau negara yang berpecah).
Apabila negara diganti tetap berdiri, maka:

1. Apabila wilayah negara diganti setelah suksesi negara berlangsung merupakan


wilayah di dalam mana sebelum suksesi terjadi berlaku perjanjian yang dibentuk
oleh negara pengganti, maka negara ini harns tetap memberlakukan dan mentaati
perjanjian yang telah dibuatnya.
2. apabila wilayah negara diganti setelah suksesi negara berlangsung merupakan
wilayah di dalam mana sebelum suksesi terjadi tidak berlaku perjanjian yang
dibentuk oleh negara diganti, maka negara ini tidak harns memberlakukan dan
mentaati perjanjian yang telahdibentuknya.11

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan mengenai keberlangsungan perjanjian apabila


terjadi suksesi negara, yakni:

1. Jika suksesi hanya sebagian wilayah, menjadi berakhir;


2. jika suksesi menimbulkan newly independent state, menjadi tergantung kehendak
negara tersebut; dan
3. jika suksesi akibat penggabungan atau perpecahan, tetap berlaku atau berlanjut.

11
Op. Cit., Internasional, Pasal 35.

Anda mungkin juga menyukai