Anda di halaman 1dari 27

Reservations

Novianingrum S F R Tsavier Yufa Aqya


E019322 E0019414

Untuk memenuhi tugas Hukum Perjanjian Internasional (e), di bawah bimbingan Dr Emmy Latifah, S.H.,M.H.
Apa saja yang akan dibahas?
Reservasi Beberapa masalah yang belum terselesaikan
Deklarasi interpretatif Reservasi terhadap hak asasi manusia
Deklarasi politik Badan-badan Pemantau Perjanjian
Disguised reservations atau Reservasi Cara meminimalisasi masalah reservasi
terselubung Keberatan terhadap reservasi (Objection)
Perjanjian Bilateral Penarikan Reservasi (withdrawal)
Perjanjian Multilateral Fungsi Depositary dalam kaitannya dengan
Reservasi umumnya tidak dilarang Reservasi
Penerimaan, dan keberatan terhadap, Reservasi yang terlambat
reservasi Aturan Konvensi
Perjanjian Plurilateral Dapatkah reservasi dibuat pada “aksesi ulang”
Hukum sebelum Konvensi Kajian Komisi Hukum Internasional
Aturan Konvensi
Akibat hukum dari reservasi dan keberatan
terhadap reservasi
Apa itu Reservasi?
Pasal 2 ayat 1 huruf d dalam Vienna Convention on the Law of Treaties tahun 1969

Reservasi berarti, sebuah pernyataan sepihak, yang


dibuat oleh Negara, ketika menandatangani,
meratifikasi, menerima, menyetujui atau mengaksesi
perjanjian, dimana memiliki tujuan untuk
mengecualikan atau untuk memodifikasi efek
hukum ketentuan tertentu perjanjian dalam
aplikasinya kepada Negara tersebut.
Sejak Perang Dunia II
Khususnya selama seperempat terakhir dari abad ke-20, telah
terjadi peningkatan yang sangat besar dalam jumlah dan
kompleksitas perjanjian multilateral pada semua subjek, dan
dalam jumlah negara yang mengikutinya.
Pada tahun 1945, PBB memiliki 51 Anggota; kemudian pada
akhir tahun 2006 menjadi 192. Dalam 20 tahun dari tahun 1975
hingga 1995 hanya 1 negara, yaitu Inggris Raya, yang menjadi
pihak dalam sekitar 330 perjanjian multilateral, dan membuat
reservasi untuk 45 diantaranya. Setiap minggu kementerian
luar negeri akan diberitahu tentang reservasi baru.

Chapeau pada Pasal 19 mengatur bahwa reservasi dapat dirumuskan saat menandatangani, meratifikasi, menerima, menyetujui,
atau mengaksesi suatu perjanjian, tetapi juga tidak melarang reservasi dibuat di lain waktu apabila hal ini diatur dalam
perjanjian.
Suatu negara dapat berusaha untuk menyesuaikan cara di mana suatu perjanjian akan diterapkan padanya melalui deklarasi
interpretatif atau reservasi.
(Dalam terminologi hukum, chapeau adalah pengantar untuk sebuah perjanjian atau kesepakatan yang secara luas menetapkan prinsip-prinsipnya)
Deklarasi Interpretatif
Mungkin pertama kali dibuat oleh Inggris sehubungan dengan instrumen Ini dirancang untuk mencerminkan undang-undang
yang diadopsi Kongres Wina tahun 1815. Selama negosiasi perjanjian
multilateral , akan sering ada perbedaan pandangan mengenai arti dari
domestik Inggris, tetapi juga merupakan penjabaran
sebuah ketentuan tertentu. Jika ini tidak dapat diselesaikan, delegasi dapat dari istilah yang sulit. (jadi lebih sesuai dengan
membuat pernyataan resmi yang mengungkapkan interpretasi yang negara itu).
disetujui oleh pemerintahnya. Kemudian hal ini menjadi bagian dari Dimungkinkan bagi suatu pihak untuk membuat
sejarah negosiasi (travaux -> Dokumen persiapan perjanjian, yaitu deklarasi interpretatif sehubungan dengan
dokumen resmi yang mencatat proses perundingan suatu perjanjian perjanjian bilateral. Asalkan deklarasi sepihak tidak
internasional. Dokumen ini dapat digunakan untuk mengetahui makna
berusaha untuk mengubah perjanjian bilateral,
dari suatu perjanjian).
Tujuan: sangat sering untuk menetapkan suatu penafsiran
maka hal ini tidak menimbulkan masalah mengenai
perjanjian yang konsisten dengan hukum domestik negara prinsip.
yang bersangkutan. Amerika Serikat adalah negara yang paling aktif.
Ketika meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak 1989, Inggris membuat Pada periode 1975 hingga 1995, ia melampirkan
beberapa deklarasi, salah satunya menafsirkan penyebutan ‘parents’' deklarasi interpretatif pada instrumen ratifikasi dari
menjadi arti: 28 perjanjian bilateral. Praktik AS adalah
‘only those persons who, as a matter of national law, are treated as parents. memberikan teks deklarasi kepada negara lain
This includes cases where the law regards a child as having only one parent,
sebelum pertukaran instrumen ratifikasi. Ini
for example, where a child has been adopted by one person only, and in
certain cases where a child is conceived other than as a result of sexual memberi kedua belah pihak kesempatan untuk
intercourse by the woman who gives birth to it [e.g. by in vitro fertilisation menyepakati bagaimana menangani masalah.
by donor] and she is treated as the only parent.’
Deklarasi Politik
Ketika menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral, suatu negara
dapat membuat pernyataan yang tidak dimaksudkan untuk memiliki efek hukum.
Suatu pernyataan dapat berupa kebijakan umum negara terhadap pokok-pokok
perjanjian, atau penyangkalan bahwa ratifikasi tidak berarti pengakuan suatu
pihak tertentu sebagai suatu negara.
Maksudnya adalah, apabila beberapa negara yang meratifikasi perjanjian tertentu
yang telah diratifikasi Israel tidak berarti bahwa negara itu mengakui Israel atau
menjalin hubungan dengannya.
Dalam banyak kasus, sebuah deklarasi akan dibuat dalam istilah yang hal itu sebenarnya dimaksudkan sebagai
reservasi, dengan menggunakan kata 'reservasi' atau diawali dengan kata-kata seperti "Pemerintah Freedonia
mereservasi...."

Menyamarkan reservasi dapat dilakukan karena perjanjian melarang reservasi,


atau karena mungkin secara politik lebih dapat diterima jika suatu negara tidak
memberikan persyaratan untuk berpartisipasi dalam sebuah perjanjian.
Disguised
Ratifikasi Bulgaria terhadap Konvensi TIR 1975 disertai dengan deklarasi
reservations
'menolak hak serikat ekonomi untuk menjadi pihak Konvensi’. Negara-negara atau
Anggota Masyarakat Ekonomi Eropa, dan masyarakat itu sendiri, menanggapi
dengan menunjukkan bahwa Konvensi TIR mengizinkan partisipasi semacam itu; Reservasi
bahwa pernyataan itu tampak seperti reservasi; dan bahwa Konvensi TIR
melarang reservasi kecuali pada pasal penyelesaian sengketa. terselubung
Meskipun tidak berlabel 'reservasi', pernyataan dan khususnya penggunaan istilah
‘syarat', jelas melampaui interpretasi dan sama dengan reservasi.
Perjanjian Bilateral
Karena hanya ada dua pihak, perjanjian bilateral lebih mirip kontrak,
yang semua persyaratannya harus disepakati sebelum dapat mengikat
para pihak. Membuat 'reservasi' pada perjanjian bilateral sama dengan
permintaan untuk memodifikasinya, biasanya untuk kepentingan negara
peminta. Karena perjanjian tidak dapat mengikat kecuali negara lain
menerimanya, maka rezim reservasi konvensi tidak berlaku.

Senat AS menyetujui Perjanjian Ekstradisi Tambahan Inggris-AS 1985


dengan syarat bahwa amandemen tertentu dibuat. Pemerintah AS telah
menginformasikan Pemerintah Inggris, bahwa telah diputuskan untuk
mengubah perjanjian dengan pertukaran catatan. Catatan dari AS
tentang syarat dari Senat dan melampirkan pasal-pasal Perjanjian untuk
dibaca dan untuk diubah. Catatan tersebut menjelaskan bahwa Presiden
tidak dapat melaksanakan instrumen ratifikasi kecuali jika amandemen
Negara-negara lain tidak membuat penerimaan mereka dibuat, dan menanyakan apakah hal itu dapat diterima oleh Pemerintah
terhadap perjanjian bilateral bersyarat, kecuali untuk Inggris. Kemudian catatan dari Inggris menegaskan bahwa amandemen
perjanjian dengan Amerika Serikat dan kemudian secara dapat diterima dan instrumen ratifikasi akhirnya dipertukarkan pada
umum disebut sebagai reservasi AS. bulan Desember 1986.
Perjanjian Multilateral

Kebutuhan untuk membuat reservasi berasal dari sifat proses pembuatan Namun, jika hal ini akan sulit secara politik, suatu negara dapat
perjanjian multilateral. Beberapa, atau bahkan banyak, dari negara-negara berusaha untuk menyesuaikan ketentuan-ketentuan tertentu
yang bernegosiasi akan tidak puas dengan beberapa aspek dari teks yang dalam penerapannya untuk memungkinkannya menjadi bagian
dihasilkan. Namun, karena alasan politik, sebuah negara mungkin enggan dari perjanjian: yaitu, ia akan merumuskan dan memasukkan
menghalangi jalan untuk mencapai konsensus, dan bahkan mungkin
reservasi. Kadang-kadang badan legislatif akan memerlukan
menandatangani sebuah perjanjian meskipun hasilnya tidak memuaskan.
penyesuaian semacam itu sebagai syarat persetujuannya untuk
Jika sangat tidak puas, ia akan memiliki pilihan untuk tidak menjadi
bagian dari sebuah perjanjian.
ratifikasi.

Pasal 19 Konvensi Wina 1969 menyatakan aturan dasar bahwa suatu negara dapat
merumuskan reservasi kecuali:

(a) reservasi dilarang oleh perjanjian;


(b) perjanjian itu menentukan, bahwa hanya reservasi yang khusus, yang tidak
termasuk di dalam reservasi yang bermasalah, yang dapat diajukan; atau
(c) dalam hal-hal yang tidak termasuk dalam sub-ayat (a) dan (b), reservasi tidak
sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian (yang disebut 'uji kompatibilitas').
Penerimaan dan Keberatan terhadap Reservasi

Walaupun dasar keberatannya adalah murni kebijakan, hal


Suatu negara bisa mengajukan itu akan mempunyai akibat yang sama dengan keberatan
keberatan terhadap reservasi atas suatu dasar hukum. Dengan merumuskan reservasi,
dengan alasan bahwa efeknya negara yang membuat reservasi setuju untuk terikat dengan
akan bertentangan dengan syarat yang telah ditetapkan.
hukum internasional umum
Hal itu membuat negara pembuat reservasi bersedia tunduk
(misalnya pernyataan yang
pada penerimaan oleh negara-negara peserta lainnya. Oleh
diduga berlebihan tentang
yurisdiksi ekstrateritorial).
karena itu, perjanjian tersebut tidak akan berlaku efektif
secara hukum dalam hubungannya dengan negara peserta
lain kecuali negara tersebut telah menerimanya baik secara
tegas maupun dengan implikasi yang diperlukan.
Mungkin istilah ini hanya digunakan dalam hukum internasional, terutama dalam kaitannya dengan reservasi
terhadap perjanjian. Istilah ini menggambarkan sebuah perjanjian yang dinegosiasikan antara sejumlah negara
yang terbatas dengan kepentingan tertentu. Perbedaan utama antara perjanjian plurilateral dan perjanjian
multilateral lainnya adalah bahwa ketersediaan reservasi lebih terbatas di bawah perjanjian plurilateral. Karena
sifat perjanjian plurilateral yang terbatas, maka diperlukan kerjasama penuh dari para pihak dalam perjanjian
agar objek perjanjian dapat terpenuhi. Akibatnya, reservasi untuk perjanjian plurilateral tidak diperbolehkan
tanpa persetujuan dari semua pihak lain dalam perjanjian.
Pasal 20 (2) Konvensi Wina 1969

Perjanjian

'When it appears from the limited number of the negotiating States and the object
and purpose of a treaty that the application of the treaty in its entirety between all

Plurilateral the parties is an essential condition of the consent of each one to be bound by the
treaty, a reservation requires acceptance by all the parties’

Bahwa apabila diketahui dari jumlah negara yang terbatas dan tujuan perjanjiannya
bahwa pelaksanaan keseluruhan perjanjian antara semua pihak yang terikat perjanjian
ini, sebuah reservasi perlu disetujui oleh semua pihak.
Pada tahun 1951 Majelis Umum PBB meminta Mahkamah Internasional suatu

The Law pandangan hukum tentang reservasi tertentu yang telah dibuat pada Konvensi
Genosida 1948. Dalam pendapat tersebut, yang dicapai hanya dengan tujuh suara
berbanding lima, menghasilkan pedoman berikut:

Before The 1. Jika negara yang telah mengajukan reservasi ditolak oleh negara peserta

Convention
lain, sedangkan negara itu tetap mempertahankan persyaratannya, maka
negara yang mengajukan persyaratan (the reserving state) dapat dianggap
sebagai peserta konvensi apabila persyaratan yang diajukan itu sesuai
dengan tujuan dan maksud dari konvensi.
Pendekatan dasar yang diambil oleh 2. Jika suatu pihak berkeberatan terhadap suatu reservasi karena
Pengadilan, dan diikuti oleh Majelis menganggapnya tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya, pihak tersebut
Umum, mendapat dukungan dari dapat mempertimbangkan negara yang membuat reservasi sebagai bukan
Komisi Hukum Internasional, yang merupakan suatu bagian dari perjanjian.
mengakui bahwa kesulitan dengan uji 3. Jika pihak peserta yang lain menerima reservasi tersebut, karena dipandang
kompatibilitas tidak terletak pada sesuai dengan tujuan dan maksud konvensi, maka pihak yang menerima
pengujian itu sendiri, tetapi pada proses reservasi itu dapat menganggap bahwa pihak yang mengajukan reservasi
penerapannya. sebagai pihak peserta konvensi.
Pasal 20 (4) menetapkan beberapa aturan yang dimaksudkan untuk menjadi
Konvensi Wina sarana fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda dari Aturan
negara yang membuat reservasi dan negara-negara peserta lainnya:
1969
Konvensi
a. Penerimaan oleh negara
peserta yang lain atas b. Penolakan atau keberatan c. Tindakan yang
suatu reservasi oleh negara peserta yang menyatakan persetujuan
menjadikan negara yang lainnya terhadap suatu suatu negara untuk
mengajukan reservasi reservasi tidak menghalangi terikat pada suatu
sebagai pihak atau sebagai berlakunya perjanjian perjanjian dan yang
negara dalam perjanjian antara negara yang menolak berisi persyaratan,
dalam hubungannya atau keberatan dan negara berlaku secara efektif
dengan negara peserta yang mengajukan reservasi segera setelah satu negara
yang lain itu jika kecuali negara yang peserta telah menyatakan
perjanjian itu telah menolak tersebut menerima reservasi
mengikat atau berlaku menyatakan secara tegas tersebut.
terhadap negara-negara maksudnya yang sebaliknya;

itu;
Pasal 21 (1) Konvensi Wina 1969 menetapkan aturan-aturan yang mengatur akibat hukum dari
reservasi yang telah dibuat terhadap pihak lain: yaitu, reservasi yang berlaku secara hukum dalam
kaitannya dengan pihak lain, karena tidak dilarang oleh Pasal 19, tidak ditentang oleh pihak lain
sesuai Pasal 20, dan memenuhi persyaratan prosedural Pasal 23. Persyaratan tersebut :
1. Memodifikasi ketentuan dari perjanjian yang dikenakan persyaratan dalam ruang
lingkup sesuai dengan isi persyaratan itu sendiri bagi negara yang mengajukan
persyaratan, dan;
2. Memodifikasi ketentuan tersebut dalam ruang lingkup isi yang sama bagi negara peserta
yang lain dalam hubungannya dengan negara yang mengajukan persyaratan.
Namun, reservasi itu tidak memodifikasi ketentuan perjanjian yang dikenakan
persyaratan terhadap negara-negara peserta yang lainnya, dalam hubungan antara
mereka satu dengan lainnya (Pasal 21 (2) The reservation does not modify the
provisions of the treaty for the other parties to the treaty as between themselves).

Tidak ada pengecualian dalam aturan ini yang mencerminkan sifat konsensual dari hubungan
antar para pihak, masing-masing hanya terikat sejauh mana ia setuju untuk terikat, sehingga jika
suatu pihak telah membuat reservasi yang efektif, itu akan beroperasi secara timbal balik dengan
pihak lain yang tidak keberatan dengan itu. Kemudian bagi pihak lain, perjanjian itu tidak
terpengaruh. Kemudian Pasal 21 (3) Jika suatu negara yang menolak terhadap suatu reservasi
namun tidak menyatakan menolak berlakunya perjanjian antara negara itu sendiri dan negara
yang mengajukan persyaratan, ketentuan yang dikenakan persyaratan itu tidak berlaku antara
kedua negara tersebut.
Beberapa Masalah yang Belum Terselesaikan
Ada pertanyaan terkait: dapatkah seseorang memutuskan reservasi Keberatan terhadap reservasi tahun 1998 oleh Guatemala
yang dilarang? Jika suatu negara telah membuat reservasi terlarang, terhadap Konvensi Wina 1969 menunjukkan perbedaan
apakah kemudian terikat oleh perjanjian tetapi tanpa manfaat pandangan oleh negara-negara tentang pertanyaan apakah
reservasi? reservasi yang dilarang dapat diabaikan. Austria dan Jerman
Konvensi tidak memberikan jawaban eksplisit. Dalam beberapa kasus,
mengatakan bahwa keberatan mereka tidak menghalangi
pemerintah negara yang membuat reservasi akan memperoleh
pemberlakuan Konvensi antara mereka dan Guatemala,
persetujuan parlemen untuk ratifikasi hanya dengan syarat bahwa
reservasi dibuat. Mengikuti sikap yang diambil pada tahun 1983 oleh sehingga menimbulkan ambiguitas efek reservasi pada
Komisi Eropa untuk Hak Asasi Manusia, pada tahun 1988, Pengadilan kewajiban Guatemala berdasarkan Konvensi.Sebaliknya,
Hak Asasi Manusia Eropa di Belilos menyatakan bahwa deklarasi Swiss Denmark, Finlandia dan Swedia masing-masing mengatakan
tentang meratifikasi Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia 1950 bahwa, meskipun keberatan, mereka tidak menghalangi
(ECHR) adalah reservasi yang tidak sah, tetapi dapat diabaikan, Swiss berlakunya Konvensi antara mereka dan Guatemala, itu akan
tetap terikat oleh ECHR secara penuh. Meskipun Swiss memiliki seperti 'tanpa Guatemala mendapatkan manfaat dari reservasi
pilihan untuk menarik diri dari ECHR, namun tidak dilakukan; tidak ini'. Jika satu atau lebih negara peserta keberatan dengan
diragukan lagi hal ini dilakukan untuk alasan politik yang baik. reservasi yang dilarang, negara yang membuat reservasi harus
memutuskan apakah siap menjadi pihak tanpa reservasi atau
tidak; dan sampai ia memperjelas posisinya, ia tidak boleh
dianggap sebagai suatu pihak dari perjanjian itu.
Reservasi terhadap Hak Asasi Manusia
Reservasi umum yang merepotkan salah satunya
Pada tahun 1995 Malaysia melampirkan
berusaha untuk menempatkan perjanjian hak asasi
reservasi untuk aksesi ke Konvensi CEDAW
manusia di bawah hukum domestik negara yang
1979, yang menyatakan bahwa beberapa
membuat reservasi, khususnya hukum Islam.
ketentuannya tidak akan berlaku jika
Misalnya, ketika meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak bertentangan dengan hukum Syariah atau
1989, Iran berhak 'untuk tidak menerapkan ketentuan Konstitusi Malaysia. Setelah beberapa
atau pasal apa pun dari Konvensi yang tidak sesuai keberatan, pada tahun 1998 reservasi tersebut
dengan hukum Islam'. Reservasi ini dan yang serupa ditarik sebagian.
dengan Konvensi oleh beberapa negara Muslim lainnya

ditentang pada tahun 1991 oleh negara-negara Eropa


Masalah akibat hukum dari keberatan terhadap
Barat tertentu, umumnya pada alasan bahwa reservasi
reservasi adalah sama untuk semua perjanjian
meragukan komitmen negara penolak terhadap maksud
multilateral; hanya saja masalahnya lebih sering,
dan tujuan Konvensi. Tetapi dalam setiap kasus negara
dan lebih akut, dengan perjanjian hak asasi
penolak mengatakan bahwa keberatan tidak
manusia karena mereka berusaha untuk
menghalangi berlakunya Konvensi dengan negara yang
mendamaikan tidak hanya kebijakan nasional
membuat reservasi. Reservasi tidak ditarik. Namun,
yang berbeda, tetapi sistem sosial dan agama
keberatan dapat menyebabkan penarikan atau
yang berbeda.
modifikasi beberapa reservasi.
Badan-badan Pemantau Perjanjian
Dalam menentukan apakah suatu reservasi Yang paling terkenal adalah Komite Hak Asasi Manusia
diperbolehkan dan apakah reservasi itu lolos uji yang dibentuk oleh Kovenan Internasional tentang Hak
kompatibilitas, lebih sulit dilakukan karena tidak Sipil dan Politik 1966. Peran delapan belas anggotanya
adanya pengadilan tetap atau organ lain yang memiliki adalah untuk meneliti dan mengomentari laporan
kewenangan untuk memutuskan hal-hal tersebut. berkala oleh pihak-pihak dalam Kovenan (kovenan
adalah sebuah janji tunggal yang memajukan atau
Perjanjian hak asasi manusia regional, seperti Konvensi
memulihkan sebuah tindakan khusus) tentang
Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan Konvensi
Amerika tentang Hak Asasi Manusia, masing-masing pelaksanaannya; yaitu
memiliki pengadilan tetap. Kebanyakan perjanjian hak mempertimbangkan pengaduan dari pihak atas
asasi manusia universal modern membentuk tidak lebih dugaan pelanggaran oleh pihak lain; dan
dari suatu komite, meskipun sebagian besar hanya untuk memeriksa petisi dari pihak yang menuduh
dimaksudkan untuk memantau cara para pihak pelanggaran, asalkan pihak yang dikatakan bersalah
melaksanakan kewajiban mereka. sudah mengakui kompetensi dari Komite untuk hal
ini.
Masalah yang tampaknya sulit dipecahkan dalam
menentukan apakah suatu reservasi tidak sesuai
dengan tujuan suatu perjanjian telah dihadapi Beberapa keberatan (kebanyakan
lebih dari empat puluh tahun yang lalu. Pasal 20 Eropa Barat) telah diajukan.
(2) Konvensi CERD (Convention on the Meskipun banyak yang merujuk
Elimination of All Forms of Racial pada ayat (2), tidak pernah ada
Discrimination/Penghapusan Segala Bentuk dua pertiga mayoritas. Tetapi
Diskriminasi Rasial) 1965, mengatur bahwa
tidak jelas apakah ketentuan
reservasi yang tidak sesuai dengan maksud dan
khusus itu berdampak
tujuan Konvensi, atau yang akan menghambat
menggantikan aturan umum
berfungsinya badan-badan yang dibentuk oleh
tentang objections(keberatan),
Konvensi, tidak akan diizinkan. Konvensi ini
kemudian menetapkan bahwa:
sebagaimana tercermin dalam
Pasal 19-21 Konvensi Wina 1969.
Sebuah Reservasi akan dianggap tidak sesuai atau
menghambat jika setidaknya dua pertiga dari
Negara-negara Pihak Konvensi menolaknya.
Keberatan terhadap reservasi tidak dapat dibuat sampai Keberatan
negara yang menolak setuju untuk terikat perjanjian.
Keberatan tersebut harus dibuat secara tertulis dan Terhadap
diserahkan kepada depositary (penyimpan naskah Reservasi
perjanjian), kemudian dikomunikasikan (oleh depositary)
kepada negara-negara peserta lainnya (Pasal 23(1)). (Objection)

Jika tidak ada keberatan (penolakan) terhadap suatu reservasi yang diajukan oleh suatu
negara, maka reservasi dianggap telah diterima pada akhir 12 bulan setelah reservasi
tersebut diumumkan, atau pada saat tanggal negara yang bersangkutan menyatakan
persetujuannya untuk mengikatkan diri pada perjanjian tersebut.
Jadi apabila setelah masa satu tahun itu lewat, berarti reservasi yang diajukan oleh
negara yang bersangkutan dianggap berlaku (mengikat) bagi seluruh peserta perjanjian,
atau dengan kata lain penolakan atau keberatan oleh suatu negara yang diajukan setelah
lewat masa satu tahun tersebut, dianggap tidak sah atau tidak dapat diterima.
kan Reservasi (Withd
nari rawa
Pe l)
Penarikan reservasi atau sanggahan diatur dalam Pasal 22 dan
Pasal 23(4). Penarikan harus dilakukan secara tertulis, biasanya
diajukan kepada depositary, yang akan memberi tahu negara-
negara yang menjadi pihak perjanjian. Penarikan reservasi atau
keberatan dapat dilakukan kapan saja dan persetujuan dari
negara yang telah menerima reservasi tidak diperlukan untuk
penarikannya.

Article 22
1. Unless the treaty otherwise provides, a reservation may be
withdrawn at any time and the consent of a State which has
accepted the reservation is not required for its withdrawal.
Article 23 (4)
The withdrawal of a reservation or of an objection to a reservation must be
formulated in writing.
Sekretaris Jenderal PBB adalah penyimpan
sebagian besar perjanjian multilateral (sekitar
520) dari organisasi atau negara internasional
lainnya. Ketika bertindak sebagai penyimpan,
tentu saja ia harus bertindak sepenuhnya tidak
memihak. Ketika ada perselisihan antar negara,
penting bahwa Sekretaris Jenderal tidak boleh
dianggap lebih mendukung salah satu pihak
daripada yang lain.

Jika suatu perjanjian berisi ketentuan tentang reservasi, penyimpan akan dipandu oleh negara yang membuat
reservasi ketika mempertimbangkan tentang reservasi. Jika perjanjian secara tegas melarang semua reservasi
atau reservasi untuk pasal tertentu, atau secara tegas mengizinkan reservasi untuk pasal tertentu saja,
penyimpan harus mengikuti ketentuan tersebut.
Konvensi tidak mengizinkan pembuatan reservasi setelah suatu negara
Reservasi yang meratifikasi. Reservasi yang terlambat tidak dapat efektif kecuali diterima oleh

Terlambat
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian secara tegas atau, mungkin, secara
diam-diam. Sebelumnya, praktik Sekretaris Jenderal PBB sebagai penyimpan


adalah menetapkan 90 hari sebagai periode di mana suatu negara dapat menolak
reservasi yang terlambat. Namun, karena periode waktu itu dianggap terlalu

Late singkat, sejak April 2000, Sekretaris Jenderal PBB mengatakan bahwa asalkan
perjanjian itu tidak melarang reservasi atau substansi reservasi yang terlambat

Reservations itu, dia akan mengedarkannya dan, jika tidak ada keberatan/penolakan untuk
diterima dalam waktu 12 bulan sejak tanggal peredarannya, maka akan dianggap
sah.
Dapatkah reservasi dibuat pada
“aksesi ulang” ?
Trinidad dan Tobago pada tahun 1998 menjadi pihak pada Kovenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik 1966 (ICCPR) pada tahun 1978, dan menjadi
Protokol Opsional pada tahun 1980. Para Pihak pada Protokol menyetujui tentang
individu yang mengajukan petisi pada Komite Hak Asasi Manusia yang dibentuk
oleh Kovenan. Pada tahun 1998 Trinidad dan Tobago memutuskan bahwa
prosedur ini semakin 'disalahgunakan oleh tahanan yang dijatuhi hukuman mati’.
Oleh karena itu mereka memberikan pemberitahuan tiga bulan yang diperlukan
untuk menarik diri dari Protokol, tetapi pada saat yang sama memasukkan
instrumen aksesi, untuk berlaku tiga bulan kemudian. Instrumen baru tersebut
mencakup reservasi bahwa Komite Hak Asasi Manusia tidak akan kompeten
untuk menerima dan mempertimbangkan petisi dari tahanan tersebut. Meskipun
penarikan diri dari Protokol Opsional itu sendiri sah, namun hak untuk membuat
reservasi dengan cara ini secara hukum dipertanyakan. Bagi suatu pihak untuk
menarik diri dan kemudian 'menyetujui kembali' semata-mata untuk tujuan
membuat reservasi yang awalnya tidak dibuatnya. Kemudian apabila reservasi
terlambat dibuat, maka tidak mungkin diterima. Strategi ini dapat dilihat sebagai
satu hal yang tujuannya adalah untuk memasukkan reservasi terlambat, yang
efektivitasnya dapat dikalahkan oleh suatu objection.
Kajian Komisi Hukum Internasional
Sejak tahun 1993, Komisi Hukum Internasional telah
memasukkan item 'Reservasi untuk Perjanjian' pada agendanya.
Ketidakpastian tentang masalah ini diilustrasikan dengan baik
oleh laporan pertama dari Pelapor Khusus Komisi, Profesor
Pellet. Pada tahun 1995, dia membuat daftar pertanyaan utama
yang belum terselesaikan. Pada tahun 1997, Komisi menerima
beberapa kesimpulan awal. Yang paling relevan untuk tujuan
saat ini adalah:
1. Pasal 19–23 mengatur rezim reservasi terhadap perjanjian.
2. Kesesuaian dengan objek dan tujuan adalah kriteria yang
paling penting untuk menentukan diterimanya reservasi.
3. Rezim Konvensi berlaku sama untuk perjanjian normatif
(yaitu pembuatan hukum), termasuk perjanjian hak asasi 5. Apabila suatu perjanjian hak asasi manusia membentuk suatu
manusia. badan pemantau, badan tersebut hanya berwenang untuk
4. Jika reservasi tidak dapat diterima, pihak negara yang mengomentari dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai
membuat reservasi bertanggung jawab untuk bertindak dapat diterimanya reservasi-reservasi, kecuali perjanjian itu
(misalnya dengan menarik atau mengubah reservasi) menentukan lain.
Kesimpulan
1. Pada dasarnya setiap negara dalam suatu negara mempunyai c. Apabila Reservasi yang diajukan oleh suatu negara
hak untuk mengajukan reservasi dengan catatan ternyata tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian,
a. Reservasi dimungkinkan oleh perjanjian maka akan berakibat bahwa reservasi itu akan ditolak oleh
b. Reservasi tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan seluruh pihak peserta konvensi, dan sebagai konsekuensinya
perjanjian negara yang mengajukan reservasi tersebut tidak dapat
2. Penolakan maupun penerimaan oleh suatu negara mempunyai menjadi pihak peserta perjanjian sebaliknya apabila
akibat hukum tertentu yakni reservasi yang diajukannya itu sesuai dengan maksud dan
a. Penolakan, meskipun hanya dilakukan oleh satu negara tujuan perjanjian, maka penolakan oleh pihak peserta yang
lain itu tidak diperkenankan sehingga dengan demikian pihak
peserta saja, akan mengakibatkan negara yang mengajukan
yang mengajukan reservasi akan menjadi peserta perjanjian.
reservasi tidak dianggap sebagai pihak peserta perjanjian
3. Yang berhak menentukan suatu Reservasi yang diajukan
(prinsip kesepakatan yang bulat pada perjanjian plurilateral)
oleh suatu negara itu kompatibel atau tidak terhadap maksud
b. Penolakan reservasi oleh satu atau beberapa negara peserta
dan tujuan perjanjian ialah
konvensi tidak secara otomatis mengakibatkan negara yang Untuk masalah masalah yang merupakan kasus dan
mengajukan reservasi statusnya menjadi hilang sebagai tujuan sengketa internasional ialah mahkamah
pihak peserta perjanjian melainkan ia akan tetap dianggap internasional dengan catatan apabila sengketa tersebut
sebagai pihak peserta oleh pihak yang menerima reservasi diajukan ke sidang mahkamah.
yang diajukan tersebut. Dalam hal ini perjanjian akan Untuk persoalan persoalan yang berkaitan dengan
mengikat di antara pihak pihak tersebut, kecuali antara perjanjian perjanjian PBB Reservasi yang diajukan
pihak yang mengajukan reservasi dengan negara yang kompatibel atau tidak ditentukan oleh Sekretaris
menolak reservasi, perjanjian dianggap tidak berlaku Jenderal PBB
Terimakasih telah menyimak sampai akhir.

Anda mungkin juga menyukai