Anda di halaman 1dari 4

Dalam agama Hindu kita percaya adanya Panca Srada yaitu lima keyakinan yang terdiri dari,

Brahman, Atman, Karma Pala, Reinkarnasi, dan Moksa. Moksa berasal dari bahasa sansekreta
dari akar kata "MUC" yang artinya bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut dengan
Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Jagaditha
dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan, kemakmuran kehidupan
masyarakat dan negara.

Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan
brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas
dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi) dan akan mengalami Sat,
Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian).

Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan
Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah
meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebesan
asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai
meninggal.

Mencapai Moksa.
Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan2 tertentu sehingga proses
mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma2 ajaran agama Hindu. Dalam mencapai
Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

A. PENGERTIAN MOKSA

MOKSA BERSAL DARI BAHASA SANSEKERTA

“MUC” BERARTI MEMBEBASKAN ATAU MELEPASKAN. JADI MOKSA ADALAH


SUATU KELEPASAN ATAU KEBEBASAN. DIMANA KATA MOKSA DPT DISAMAKAN
DENGAN NIRWANA, NISREYASA ATAU KEPARAMARTHAN. MOKSA JUGA BISA DI
KATAKAN NIRGUNA BRAHMAN.

YANG DIMAKSUD DGN KEBEBASAN DALAM MOKSA IALAH TERLEPASNYA


ATMAN DARI IKATAN MAYA, SEHINGGA ATMAN DAPAT MENYATU DENGAN
BRAHMAN

BAGI MANUSIA YG TELAH MENCAPAI MOKSA BERARTI MEREKA TELAH


MENCAPAI ALAM SAT CIT ANANDA. SAT CIT ANANDA BERARTI KEBAHAGIAAN
YANG TERTINGGI. SETIAP MANUSIA BISA MENCAPAI MOKSA APABILA IA DGN
TEKUN MENGIKUTI PETUNJUK AJARAN AGAMA. JLN YG DITUNJUK OLEH AGAMA
UNTUK MENCAPAI MOKSA ADALAH CATUR MARGA YOGA: EMPAT JLN MENUJU
TUHAN ATAU BRAHMAN.

CIRI-CIRI ORANG YG MENCAPAI MOKSA


SETIAP UMAT MANUSIA MAMPU MENCAPAI MOKSA APABILA IA TEKUN
MELAKSANAKAN AJARAN AGAMANYA. DI ANTARA KE EMAT JLN TRSBUT UMAT
BOLEH MELAKSANAKAN SALAH SATUNYA YANG MEREKA MAMPU
LAKSANAKAN SESUAI DGN KONDISI KEHIDUPANNYA.

MOKSSA DAPAT DICAPAI DI DUNIA INI (KETIKA KITA HIDUP) DAN DPT PULA
KITA CAPAI SETELAH HIDUP INI BERAKHIR. ORANG YG DAPAT MEMBEBASKAN
DIRINYA DARI PIKIRAN, INDERA DAN KAMA DARI IKATAN KEDUNIAWIAN DAN
PENGARUH SUKA DUKA, SEDIH DAN SENANG YANG MUNCUL DARI TRI GUNA
MAKA MANUSIA TERSEBUT AKAN DPT MENCAPAI KLEPASAN ITU, SEBAGAI
MANA DISEBUTKAN DLM BHAGAWAD-GITA :

BAGAWAD-GITA

“Brahmabhûtah prasannãtmã, na sochati na kãnkshati, samah sarveshu bhûteshu, madbhaktim


labhate param” (Bg, XVIII. 54).

Artinya:

  setelah menjadi satu dgn Brahman jiwanya tentram, tiada dhuka tiada nafsu-birahi, memandang
semua makhluk insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-ku yang tertinggi.

“Sattwam sukhe sanjayati, rajah karmani bhãrata, jnãnam ãvrtya tu tamah, pramãde sanjayaty
uta” (Bg, XIV. 9).

Artinya:

  Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan kegiatan tetapi tamas, menutupi
budipekerti oh Barata, mengikat dengan kebingungan.

“Yadã sattve pravrddhe tu, pralayam yãti dehabhrit, tado ‘ttamavidãm lokan, amalãn
pratipadyate (Bhagawad-gita XIV.14).

Artinya:

  Apabila sattwa berkuasa dikala penghuni-badan bertemu dengan kemtian maka ia mencapai
dunia suci tempat mereka, para yang mengetahui

  Bhaktyã tv ananyayã sakya, aham evamvidho, ‘rjuna, jnãtum drashtum cha tatvena praveshtum
cha paramtapa (Bhagawad-gita, XI.54).

Artinya:

  Tetapi dengan pengabdian jua yang hnya terpusatkan, oh arjuna Aku dapat diketahui juga
sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa
Jadi dari kutipan slika di atas renungkanlah didalam kehidupan ini sebab membebaskan diri dari
pengaruh Tri Guna adalah merupakan ussaha yang sangat berat, namun hal itu pasti dapat
dilakukan asalkan kita mendasarkan diri pada disiplin.

Kata Moksa berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar kata muc yang berarti membebaskan
atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan, kebebasan. Dari pemahaman istilah, kata moksa
dapat disamakan dengan nirwana, nisreyasa atau keparamarthan. Moksa adalah alamnya
brahman yang sangat gaib dan berada di luar batas pikiran umat manusia. Moksa bersifat
nirguna. Tidak ada bahasa manusia yang dapat  menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam
moksa itu. Dia hanya dapat dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya. Alam moksa bukan
sesuatu yang bersifat khayal, tetapi suatu yang benar-benar ada, karena demikian dikatakan oleh
ajaran kebenaran (agama).
Apa yang disabdakan oleh Tuhan yang dituliskan dalam kitab suci (Veda) adalah benar
secara mutlak. Ajarannya selalu bersifat suci dan penuh kegaiban, maka dari itu ajarannya patut
dipedomani sepanjang masa. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam pengertian moksa
ialah terlepasnya atman dari ikatan maya, sehingga menyatu dengan Brahman. Bagi orang yang
telah mencapai moksa berarti mereka telah mencapai alam Sat cit ananda. Sat cit ananda berarti
kebahagiaan yang tertinggi. Setiap orang pada hakekatnya dapat mencapai moksa, asal mereka
mengikuti dengan tekun jalan yang ditunjuk oleh agama. Jalan yang ditunjuk oleh ajaran agama
untuk mencapai moksa adalah Catur Marga Yoga. Ajaran Catur Marga Yoga dapat ditempuh
oleh semua orang dengan menyesuaikan kemampuan dirinya masing-masing.
Sesungguhnya jalan Catur Marga tersebut dalam prakteknya telah dilaksanakan dalam
satu kesatuan yang utuh, namun dengan meletakkan satu penonjolan tertentu dari jalan-jalan
tersebut. Seseorang yang menempuh jalan bhakti marga yoga juga telah melakukan marga yoga
yang lainnya, tetapi dalam porsi yang lebih kecil, demikian pula yang lainnya. Moksa itu dapat
dicapai di dunia ini artinya semasih kita hidup. Dan dapat pula dicapai setelah hidup ini berakhir.
Kebebasan alam sorga dan neraka yang dicapai oleh seseorang yang ada dalam ajaran agama
Hindu, bukanlah merupakan tujuan hidup yang tertinggi. Karena konsep alam sorga dan neraka
hanya merupakan penomena yang dialami oleh atma seseorang bersama karma phalanya masing-
masing pada waktu hidupnya di dunia. Dalam kehidupan di dunia dapat menumbuhkan adanya
rasa cinta dan keinginan yang berlebihan, yang semuanya itu dapat menyebabkan seseorang
menjadi terikat.
Bila seseorang menyadari hal ini maka akan tumbuhlah dalam dirinya usaha untuk
melepaskan diri yang sejati dari keterikatan itu. Upaya dan usaha melepaskan diri secara sadar
inilah dapat mengantarkan manusia menuju moksa. Ketidak-sadaran dengan keterikatan dapat
menumbuhkan penderitaan yang berkepanjangan. Agama mengajarkan ada banyak usaha yang
dapat ditempuh untuk mewujudkan semuanya itu. Diantara usaha-usaha itu antara lain ; dengan
berprilaku yang baik, berdana-punya, beryajna, dan tirthayatra. Usaha itu dapat dilakukan secara
bertahap dan didasari dengan niat yang baik dan suci. Dengan demikian seseorang dapat
terlepaskan dari keterikatan duniawi.
Orang yang dapat membebaskan dirinya (pikiran dan perasaannya) dari ikatan
keduniawian serta pengaruh suka dan duka yang muncul dari tri guna akan dapat mencapai
kelepasan itu, sebagaimana diungkap dalam Bhagavadgita sebagai berikut:
Brahmabhūtah prasannātmā, na sochati na kānkshati, samah sarveshu bhūteshu,
madbhaktim labhate param (Bhagawadgita, XVIII.54).
Artinya ;
Setelah menjadi satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada dhuka tiada nafsu-birahi,
memandang semua mahluk-insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi.
Sattvam sukhe sanjayati,  rajah karmani bhārata, jnānam āvrtya tu tamah,  pramāde
sanjayaty uta (Bhagavadgita XIV.9)
Artinya;
Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan kegiatan tetapi  tamas,
menutupi budipekerti oh Barata, mengikat dengan kebingungan.
Yadā sattve pravrddhe tu,  pralayam yāti dehabhrit, tado ’ttamavidām lokan,  amalān
pratipadyate (Bhagavadgita XIV. 14)
Artinya ;
Apabila sattva berkuasa dikala penghuni-badan bertemu dengan kematian maka ia
mencapai dunia suci tempat mereka, para yang mengetahui.
Bhaktyā tv ananyayā sakya, aham evamvidho ‘rjuna, jnātum drashtum cha tattvena
praveshtum cha paramtapa (Bhagawadgita,  XI.54)
Artinya ;
Tetapi dengan pengabdian jua yang hanya terpusatkan, oh Arjuna Aku dapat diketahui
juga sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa.

Anda mungkin juga menyukai