Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA HINDU

JALAN MENUJU MOKSA

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK
I KOMANG ARIASA 07
NI KADEK DESI PARAMESTI 15
NI KOMANG AYU SRI ANJANI 22
NI KOMANG PUTRI RAHAYU 23
NI LUH SUGIANTI 27
NI NYOMAN DESI ERAWATI 31

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
SMK NEGERI 1 MANGGIS
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang mana
telah memberikan kami semua kekuatan serta ke lancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang berjudul “Cara Menuju
Moksha” dapat selesai dengan waktu yang telah kami rencanakan dan tepat pada
waktunya. Sehingga tersusunlah makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam
ajaran mengenai hal-hal tentang menuju moksa serta pengimplementasiannya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini tentu terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi
kami semua maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
dan apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dalam hati dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Om Santih,Santih,Santih, Om

Ketua Kelompok,

NI LUH SUGIANTI

ii
iii
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Ajaran Tentang Menuju Moksa ................................................................4
2.2 Keterkaitan Ajaran Catur Asrama Dengan Jalan Menuju
Moksa .............4
2.3 Keterkaitan Ajaran Catur Yoga Dengan Jalan Menuju Moksa ................7
2.4 Keterkaitan Ajaran Asthanga Yoga Dengan Jalan Menuju
Moksa ..........9
2.5 Cara Pengimplementasian Menuju Moksa .............................................11
BAB III. PENUTUP..............................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................14

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bersatunya Atman dengan Brahman tercapailah keadaan Sat cit ananda,
yaitu kebahagiaan yang abadi, kondisi seperti inilah yang disebut dengan nama
moksa. Moksa merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Panca
Sraddha. Umat Hindu meyakini bahwa moksa merupakan pokok keimanan.
Bagi umat Hindu kata moksa sering disamakan artinya dengan kata mukti atau
kelepasan. Moksa merupakan tujuan yang tertinggi bagi umat Hindu. Dengan
mempedomani diri dan mengamalkan cinta kasih serta ketidak terikatan secara
berkesinambungan seseorang dapat mencapai moksa. Kata moksa mudah
diucapkan namun sulit dapat diwujudkan dalam hidup dan kehidupan ini.
Betapapun sulitnya hal itu dapat kita wujudkan, bila diupayakan dengan niat
suci, sungguh-sungguh dan berlandaskan kitab suci. Dengan demikian sesulit
apapun sesuatu yang ingin kita capai tentu dapat diwujudkan dengan sempurna
secara bertahap di ajaran catur asrama.
Moksa adalah salah satu sraddha dalam agama Hindu. Hal ini merupakan
tujuan hidup tertinggi dari umat Hindu. Kebahagiaan yang sejati ini baru akan
dapat tercapai oleh seseorang bila ia telah dapat menyatukan jiwanya dengan
Tuhan. Penyatuan dengan Tuhan itu baru akan didapat bila ia telah melepaskan
semua bentuk ikatan keduniawian pada dirinya.  Agama mengajarkan banyak
usaha yang dapat ditempuh untuk mewujudkan moksa. Agar memperoleh
tingkatan moksa, maka kita harus mempunyai karma yang baik , bisa ditempuh
dengan Catur Marga Yoga serta melaksanakan Astangga Yoga yang bagiannya
Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana dan Samadhi.
Agar lebih terpusat dan memusatkan pikirian kepada Sang Hyang Widhi.
Setiap orang yang menyatakan diri sebagai umat Hindu berkewajiban
untuk mengamalkan ajaran agamanya. Kewajiban mengamalkan ajaran agama
seperti ini telah dilaksanakan secara turun-temurun sejak nenek moyang ada.
Kebiasaan nenek moyang diwarisi oleh generasi ke generasi berikutnya.
Kebenaran dari keyakinannya beragama seperti itu dipandang memberikan
manfaat positif bagi keselamatan dan kelangsungan hidupnya. Untuk dapat
2

mencapai moksa, seseorang harus memahami, mempedomani, dan mematuhi


persyaratan-persyarata proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan
norma-norma ajaran Agama Hindu.
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ajaran Tentang Menuju Moksa
Moksa berasal dari bahasa Sanskerta. Moksa dari akar kata muc yang
berarti membebaskan atau melepaskan. Jadi Moksa adalah kepercayaan
tentang adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan brahman.
Dari pemahaman istilah, kata moksa dapat disamakan dengan nirwana,
nisreyasa atau keparamarthan yang merupakan brahman yang sangat gaib dan
berada di luar pikiran manusia, sehingga Moksa dapat disamakan dengan
Nirguna Brahman. Bahasa manusia tidak dapat menjelaskan bagaimana
sesungguhnya alam mokûa itu. Moksa hanya dapat dirasakan oleh orang yang
dapat mencapainya. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya
mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Bila
seseorang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari ikatan keduniawian,
bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi)
serta dapat mengalami atau mewujudkan Sat, Cit, Ananda (Kebenaran,
Kesadaran, Kebahagian).
Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam pengertian moksa
ialah terlepasnya atman dari ikatan maya, sehingga menyatu dengan
Brahman. Bagi orang yang telah mencapai moksa berarti mereka telah
mencapai alam Sat cit ananda. Sat cit ananda berarti kebahagiaan yang
tertinggi. Setiap orang pada hakikatnya dapat mencapai moksa, asalkan
mengikuti dengan petunjuk agama. Moksa itu dapat dicapai di dunia maupun
dapat pula dicapai setelah hidup ini berakhir. Seseorang yang menyadari hal
itu, akan berupaya menumbuh-kembangkan usaha untuk melepaskan diri
yang sejati dari keterikatan. Usaha melepaskan diri secara sadar inilah yang
dapat mengantarkan manusia menuju moksa. Sebenarnya banyak sekali
ajaran tentang menuju moksa, hanya bagaimana niat kita untuk bisa
melakukannya. Seperti melewatkan semua jenjang kehidupan yakni pada
ajaran Catur Asrama, melakukan Catur Marga Yoga, serta melaksanakan
ajaran Asthanga Yoga.
2.2 Keterkaitan Ajaran Catur Asrama Dengan Jalan Menuju Moksa
4

Catur Asrama terdiri atas dua kata yakni “ Catur”, yang berarti empat
dan “Asrama”, berarti tahapan atau jenjang. Jadi Catur Asrama artinya empat
jenjang kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa.
Atau catur asrama dapat pula diartikan sebagai empat lapangan atau tingkatan
hidup manusia atas dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap- tiap tingkat
kehidupan manusia diwarnai oleh adanya ciri- ciri tugas kewajiban yang
berbeda antara satu masa (asrama) dengan masa lainnya, tetapi merupakan
kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Bagian-bagian dari catur asrama yakni sebagai berikut,
1. Brahmacari Asrama
Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu
pengetahuan dan cari yang berarti tingkah laku dalam mencari dan
menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari berarti tingkatan hidup bagi
orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Menurut ajaran
agama hindu, dalam brahmacari asrama terdapat pembagiannya yakni
antara lain sebagai berikut :
1. Sukla brahmacari
Orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak mampu,
melainkan karena mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari
sampai akhir hayatnya.
2. Sewala brahmacari
Orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya
3. Kresna brahmacari
Pemberian ijin untuk menikah maksimal 4 kali karena suatu alasan yang
tidak memungkinkan diberikan oleh sang istri, seperti isang istri tidak
dapat menghasilkan keturunan, sang istri sakit-sakitan, dan bila istri
sebelumnya memberikan ijin.
2. Grhasta Asrama
Tahapan yang kedua tentang grhasta / berumah tangga .tahapan ini
dimasuki pada saat perkawinan. Tahapan ini merupakan hal yang sangat
penting, karena menunjang yang lainnya. Perkawinan meerupakan salah
5

satu acara suci bagi seorang Hindu. Istri merupakan rekan dalam
kehidupan ( Ardhangini ), ia tidak dapat melakukan ritual agama tanpa
istrinya. Sebuah rumah tangga harus mendapatkan artha yang
erlandaskan dhrma dan dipergunakan dengan cara yag pantas. Ia harus
memberikan 1/10 bagian dari penghasilannya untuk amal.
Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah
tangga :
1) Melanjutkan keturunan
2) Membina rumah tangga
3) Bermasyarakat
4) Melaksanakan panca yajnya, 5 korban suci yang tulus iklas, yakni
sebagai berikut :
a. Dewa Yajna : persembahan suci yang tulus ikhas kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya.
b. Rsi Yajna : persembahan suci yang tulus ikhas pada para rsi, guru,
maupun tokoh atau pemuka agama.
c. Manusa yajnya : persembahan suci yang tulus ikhas pada sesama
manusia.
d. Pitra Yajna : persembahan suci yang tulus ikhas pada para leluhur.
e. Bhuta Yajna : persembahan suci yang tulus ikhas kepada para bhuta.
3. Wanaprasta Asrama
Tahapan yang ketiga wanaprstha, tahapan ini merupakan suatu
persiapan bagi tahap akhir yaitu sannyasa . setelah melepaskan segala
kewajiban seorang kepala rumah tangga, ia harus meninggalkanya
menuju hutan atau sebuah tempat terpencil di luar kota untuk memulai
meditasi dalam kesunyian pada masalah spiritual yang lebih tinggi.
Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan
ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk
memperoleh kelepasan/moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Sanyasin/Bhiksuka
6

Tahap yang terkhir adalah sanyasin. Seseorang akan meninggalkan


semua miliknya, segala perbedaan golongan,segala upacara ritual dan
segala keterikatan pada suatu negara, bangsa atau agama tertentu. Ia
hidup sendiri dan menghabiskan waktunya dalam meditasi. Bila ia
mencapai keadaan yang indah dari meditasinya yang mendalam, ia
mengembirakan dalam dirinya sendiri. Ia sepenuhnyaa tak tertarik pada
kenikmatan duniawi. Ia bebas dari rasa suka dan tidak suka, keinginan,
keakuan,nafsu ,kemarahan, kesombongan dan ketamakan. Cara
melaksanakan tersebut tentunya dengan beryoga yakni dengan
mengimplementasikan Catur Marga Yoga dan Asthanga Yoga. Disini
seseorang menuju moksa sampai ke moksa.
2.3 Keterkaitan Ajaran Catur Marga Yoga Dengan Jalan Menuju Moksa
Di dalam ajaran Agama Hindu terdapat berbagai macam jalan yang
dapat dilalui untuk mencapai kesempurnaan “Moksa”, dengan
menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada Ida Hyang Widhi
Wasa. Empat cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut dengan
nama “Catur Marga Yoga”, terdiri dari:
1. Bhakti Marga Yoga
Bhakti Marga Yoga adalah proses atau cara mempersatukan
atman dengan Brahman, berlandaskan rasa dan cinta kasih yang
mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “bhakti” berarti
hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih. Bhakti Marga
Yoga berarti : jalan cinta kasih, jalan persembahan. Seorang Bhakta
(orang yang menjalani Bhakti Marga) dengan sujud dan cinta,
menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yajna kepada Sang Hyang Widhi.
2. Karma Marga Yoga
Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk
mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja tanpa
terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama
dari karma yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan.
7

Pada hakikatnya seorang karma yogi dengan menyerahkan


keinginan akan pahala, ia akan menerima pahala yang berlipat ganda.
Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan memancarkan
sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat
tempatnya hidup pun akan menjadi bahagia, sejahtera dan suci, ia akan
mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.Masyarakat yang telah suci
jasmani dan rohaninya akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik
dan dapat dicapai oleh penduduk masyarakat itu. Semua ini telah
terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang karma yogi.
3. Jnana Marga Yoga
Jnana Marga Yoga adalah cara yang ke tiga setelah Karma
Marga Yoga untuk menyatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahu Yuj artinya
menghubungkan diri. Jadi Jnana Yoga artinya mempersatukan
jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari
ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan. Tiada ikatan yang lebih kuat
dari pada maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh dari pada yoga
untuk membasmi ikatan-ikatan maya itu. Untuk melepaskan ikatan-
ikatan ini haruslah kita mengarahkan segala pikiran kita, memaksanya
kepada kebiasaan-kebiasaan suci, akan tetapi bila kita ingin memberi
suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran pun
menerimanya, sebaliknya bila pikiran tidak mau menerimanya maka
haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita ingin biasakan itu
tidak ada gunanya.
4. Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk
mencapai kelepasan atau moksa. Melalui Raja Marga Yoga seseorang
akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya
pun lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan ini
diwajibkan mempunyai seorang guru Kerohanian yang sempurna untuk
dapat menuntun dirinya ke arah pemusatan pikiran. Ada tiga jalan
pelaksanaan yang ditempuh oleh para Raja/Yogin yaitu melakukan
8

tapa-brata, yoga, dan samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan
untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah
yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga
dan samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan
Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. Setelah
kita menjalani tapa, brata, yoga dan semadhi diri kita akan menjadi suci,
tenang, tentram dan terlatih.
Tentu hal ini keterkaitan dengan hubungan moksa yakni bagian dari
menuju moksa, tentunya kita harus melaksanakan semua ajaran dari Catur
Marga Yoga itu tersendiri.
2.4 Keterkaitan Ajaran Asthanga Yoga Dengan Jalan Menuju Moksa
Mereka dapat menghubungkan diri dengan kekuatan rohaninya
melalui Astanga Yoga. Astangga Yoga adalah delapan tahapan yoga untuk
mencapai Moksa. Astangga yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam
bukunya yang disebut dengan Yoga Sutra Patañjali. Adapun bagian-bagian
dari ajaran astangga yoga yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Yama
Yama yaitu suatu bentuk larangan atau pengendalian diri yang harus
dilakukan oleh seorang dari segi jasmani. Adapun bagian-bagian
pengendalian diri tersebut terdapat dalam ajaran Panca Yama Brata yakni
lima pengendalian diri tingkat jasmani yang menjadi tahap awal bagi
seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritualnya, pembagiannya
sebagai berikut :
a. Ahimsa artinya tidak menyiksa atau membunuh mahluk lain
dengan sewenang-wenang.
b. Brahmacari artinya tidak kawin selama dalam menuntut ilmu,
berarti juga pengendalian nafsu sex.
c. Satya artinya benar setia dan jujur.
d. Awyawahara/Awyawaharika artinya berusaha dengan tulus.
e. Asteya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta orang lain
2. Nyama
Nyama yaitu bentuk pengendalian diri yang lebih bersifat rohani. Adapun
9

bagian-bagian pengendalian diri tersebut terdapat dalam ajaran Panca


Nyama Brata yakni lima pengendalian diri tingkat rohani yang menjadi
tahap awal bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritualnya,
pembagiannya sebagai berikut :
a. Akrodha artinya tidak marah.
b. Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran
dan  nasehat-nasehat guru.
c. Sauca artinya kebersihan, kemurnian dan kesucian lahir dan
bathin.
d. Aharalaghawa pengaturan makan dan minum.
e. Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban
dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
3. Asana
Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin
(silasana, padmasana, bajrasana, dan sukhasana).
4. Pranayama
Pranayama, yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna
melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan
nafas) dan recaka (mengeluarkan nafas).
5. Pratyahara
Pratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan indria dari ikatan
objeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
6. Dharana
Dharana, yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran
yang diinginkan.
7. Dhyana
Dhyana, yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada
suatu objek. Dhyana dapat dilakukan terhadap Ista Devata.
8. Samadhi
Samaddhi, yaitu penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman). Bila
seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh
ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan. Dalam
10

kitab Bhagavadgita dinyatakan sebagai berikut:


“Yogi yuñjita satatam
àtmànaý rahasi sthitaá,
ekàki yata-citàtmà
niràúir aparigrahaá”
Terjemahan:
Seorang yogi harus tetap memusatkan pikirannya (kepada Atman yang
Maha besar) tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya
sendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memiliki
(Bhagavadgita VI.10)
Selanjutnya dijelaskan bahwa ketenangan hanya ada pada
mereka yang melakukan yoga. Empat jalan yang ditempuh untuk
pencapaian moksa itu sesungguhnya memiliki kekuatan yang sama bila
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
moksa berasal dari bahasa Sanskerta. Moksa dari akar kata muc yang berarti
membebaskan atau melepaskan. Jadi Moksa adalah kepercayaan tentang
adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan brahman.
Sebenarnya banyak sekali jalan atau cara yang bisa ditempuh untuk mencapai
moksa, hanya bagaimana niat kita untuk bisa melakukannya. Melewati proses
dari ajaran Catur Asrama setahap demi setahap akan membuat seseorang
menuju moksa. Cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut
dengan nama “Catur Marga Yoga”, terdiri dari: Bhakti Marga Yoga, Karma
Marga Yoga, Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga. Pengikut Raja Marga
Yoga berkewajiban untuk mengimplementasikan Astangga Yoga guna
mewujudkan tujuannya. Mereka dapat menghubungkan diri dengan kekuatan
rohaninya melalui Astanga Yoga. Tidaklah mudah untuk mencapai moksa,
pasti banyak adanya tantangan hambatan dunia nyata. Maka kita harus
berupaya untuk menanggulangi hambatan tersebut untuk selalu jalan dijalan
yang benar sesuai dengan perintahnya.

Anda mungkin juga menyukai