SUMBER ABADI
Sumber Abadi adalah Zat Kekal, ada yang menyebutnya Tuhan, Sang
Keberadaan, Sang Alam, Allah, Gusti, Sang Yang Maha Esa, Sang Yang Maha
Kuasa, Brahman, Sang Hyang Wenang, Gusti Numaha Suci, Sang Hyang Widhi Wasa
dan lain-lain.
Apapun sebutannya tapi maksudnya satu, sama saja. Ini hanya cara manusia
mencoba untuk mengungkapkan Dia yang tak terungkapkan.
Tuhan mempunyai tiga sifat mendasar atau ciri:
1. Berkehendak, membentuk sesuai yang dikehendaki (ini yang disebut dengan ‘hasrat
hidup’),
2. Kemuliaan, Kebenaran (mengeluarkan cahaya/sinar),
3. Bergerak, Aktifitas.
Semua ke’ada’an berasal dari ke’tiada’an, dan akan kembali kepada ke
ke’tiada’an. Ke’ada’an itu terjadi dari rangkaian: Sebab – Kejadian – Maksud –
Kelahiran. Maka hanya ke’tiada’annya ke empat macam inilah yang dapat
meniadakan segala ke’ada’an.
Tuhan adalah asal segala yang ada, titik pusat alam, menjadi poros, titik
centrum.
Zat Kekal ini terus-menerus secara latent—tersembunyi, tak kelihatan—
memancarkan sinar, dan sinar inilah yang disebut Cahaya Abadi, Cahaya Tuhan, dan
Cahaya Tuhan itulah Hidup Abadi. Cahaya Tuhan itulah Kekekalan Energi, yang
dimaksud dengan ke’tiada’an, moksa, kekal, langgeng, kesempurnaan, abadi dan lain-
lain. Cahaya ini mengadakan gerakan terus-menerus secara latent yang tidak pernah
berhenti.
Gerakan cahaya ini mengadakan ‘bentuk’ dan ‘perwujudannya’ yang menjadi
materi halus dan materi kasar. Dan materi-materi ini yang ‘menyelubungi’ atau
‘menjadi pengurung’ dari Cahaya Abadi. Disini Cahaya Abadi mengadakan bentuk
dan perwujudan yang disebut dengan Maha Purusa, Maha Guru, Guru Agung, Avatar,
Utusan, Pembawa Cahaya Terang/Abadi (Yesus, Budha, Betoro Guru). Tempatnya
ada dimateri halus, atau ada dilapisan Alam Kedua. Alam Kedua = Alam Roh = alam
antara tingkatan tertinggi, Maha Guru ini yang menjadi Penghubung (perantara) alam
ketiadaan (moksa).
Hyang Sukma adalah Gusti yang ada dalam diri manusia, atau jati diri manusia
yang sejati = Roh Sucinya manusia = Roh Kudus. Ada pada lapisan Alam Ketiga,
Cahaya Tuhan mewujud dan materi halus (Roh Sucinya) sebagai pengurungnya, yang
disebut Hyang Sukma. Sebutan lainnya tapi artinya sama adalah Atma = Purusa =
Pangeran = Guru yang sebenarnya, yang tempatnya ada di titik pusat batin manusia,
ada di dalam batin (bukan di badan fisik).
Tugas dari Hyang Sukma adalah untuk menyempurnakan keadaan dirinya,
menyempurnakan sedulur papat, alat-alat batin (Kundalini, Cipta, Kesadaran, Prana)
dan badan pisik, membebaskan sukma dari pengurungnya (materi halus dan kasar),
bila sudah sempurna Hyang Sukma akan mengantar kepada Maha Guru yang akan
menjadi perantara untuk kembali pada Ketiadaan, Kesempurnaan Sejati.
Inilah tugas dari Hyang Sukma dalam diri manusia adalah menjadi Guru Sejati
= Penuntun, karena Dia adalah Sumber Kebenaran Sejati dan Kebijaksanaan. Inilah
pusaka yang benar, mintalah pusaka Sinar Kebenaran. Sinar Kebenaran = Roh Kudus
= Roh Suci, mintalah ini sebagai permohonan doamu yang benar.
Tugas manusia hidup yang utama adalah bertemu dengan Hyang Sukma (Guru
Sejati) ini mutlak karena Hyang Sukma yang akan menuntun kita bertemu dengan
Maha Guru dan Maha Guru yang akan mengantar pada Kesempurnaan Sejati,
Keberadaan, Moksa, Kesunyataan, Awang-uwung. Hyang Sukma akan manungggal
pada Hyang Widhi, luluh/bertemu dengan Brahman (Sang Pencipta dan Sang
Peniada).
Dan pertemuan manusia dengan Guru Sejati bersifat individual/pribadi, dan
perjalanannya harus dilakukan sendiri, tidak akan pernah bisa terwakilkan. Tujuan
yang tepat dan benar dari manusia untuk belajar atau berguru adalah untuk bertemu
dengan Guru Sejatinya.
Hyang Sukma itu sudah lengkap mencakup banyak ‘arti’ dan mencakupi
segalanya, Dia adalah Pelayan Hidup, Juru Selamat, Pelindung, Pembawa Cahaya
Terang dan menjadi Sumber Hidup pada setiap manusia, Pelayan Kebijaksanaan dan
Kebenaran. Yang penting Dia adalah Penuntun, Guru Sejati (:siapa mendapat
petunjuknya akan moksa) lepas dari Kelahiran Alam, akan hidup Kekal, ada di Alam
Abadi.
Kenapa tuntunannya bersifat pribadi? Karena kedudukan Hyang Sukma sendiri
ada di titik pusat batin manusia (individu). Ingat tamburo maninten.
Hyang Sukma mengadakan aktifitas gerak keluar, gerakan ini yang
mengadakan badan-badan elemental (materi halus) ialah sedulur papat yang berwarna
hitam-merah-kuning-putih (nafsu manusia) dan badan fisik/wadag.
Manusia adalah organisme individual yang mengadakan ikatan dengan
beberapa unsur materi dan non materi (metaphysic):
a. Bagian dari Zat Kekal (Cahaya Tuhan), ‘pletiking gesang agung’ dan prana – yang
membuat hidup.
b. Cahaya Sejati dan Kesadaran (Kesadaran Tinggi), Maha Guru, Utusan.
c. Adanya Roh Suci = Purusa = Hyang Sukma = Jati Dirinya yang sejati.
d. Adanya nafsu badan-badan elemental (sedulur papat dan alat-alat batin).
e. Adanya badan wadag/fisik.
1. Zat Kekal inilah titik pusat, induk, asal dari keadaan. Inilah unsur yang
fungsinya: mengadakan – menghidupi – meniadakan (Tri Murti),
2. Roh Suci mengadakan badan-badan elemental (sedulur papat dan alat-alat batin),
3. Unsur pisik, hasil konsepsi (pertemuan sel sperma dan sel telur) menjadi bayi dan
tumbuh menjadi manusia.
4. Adanya sedulu papat, alat-alat batin dan badan fisik terjadi dari gerak keluarnya
Hyang Sukma/Atma.
Masuknya Atma ke badan manusia, melalui kepala dari sang ibu langsung
menuju ke hasil konsepsi yang ada di rahim ibu, dan melewati kepala bayi kemudian
diam di pusat batin manusia, ada didalam Roh. Pusat batin manusia tidak berada di
dalam fisik/wadag, tetapi didalamnya Roh.
Jadi tugas Hyang Sukma untuk menyempurnakan/meniadakan manusia dari
materi halus, sedulur papat, dan materi kasar, badan fisiknya; bila sudah sempurna
maka Hyang Sukma akan dapat manunggal dengan Sang Brahman, Sang Hyang
Wenang—yang punya kuasa untuk mengadakan dan meniadakan—sehingga Hyang
Sukma kembali pada Kesempurnaan Sejati.
TRI MURTI
Dan sadarilah SIAPA AKU? (Biarkan Shiwa berperanan dalam diri kalian)
Perhatikan pengertian ini dengan Allah Tri Tunggal:
1. ALLAH = BRAHMAN
2. PUTRA = WISNU
3. ROH KUDUS = SHIWA
Masihkah kita bertanya Siapakah Aku?
MOKSA
Yang dimaksud dengan Moksa adalah melebur, luluh, sehingga terbebaskan dari
kelahiran kembali, terbebas dari lingkaran reinkarnasi.
Inilah tujuan dari kehidupan manusia, tuntutan manusia hidup. Untuk
mencapai Moksa, Hyang Sukma harus sempurna dulu atau tidak adanya lagi sedulur
papat dan badan wadag. Sempurna atau tidaknya Hyang Sukma tergantung dari
masing-masing individu, tergantung dari seberapa besarnya kemauan manusia untuk
kembali Moksa. Dan pembebasan hidup untuk sempurnanya Hyang Sukma menuju
pada Sumber Abadi, Moksa itulah yang disebut Aktifitas/gerak Kedalam.
Sukma yang keadaanya telah “bersih”—bebas dari ikatan materi halus dan
materi kasar—disebut Manas Luhur, jiwa yang berada di tempat tinggi. Dan Sukma
yang keadaanya masih “kotor”—masih terikat dengan daya tariknya alam—
disebut Manas Asor, jiwa yang berada di tempat rendah.
Kedudukan Sukma di manas luhur atau manas asor inilah yang menjadi
penentu atau ukuran yang akan dipakai untuk menentukan kehidupan sukma setelah
meninggal, setelah meninggalkan badan wadag.
Reikarnasi atau lahir kembali, itu disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari
alam lahir atau terkena daya tariknya alam, inilah yang menyebabkan belengu-
belengu materi yang mengurung/menyelubungi Hyang Sukma.
Dengan kata lain inilah yang namanya Hasrat Hidup, kegemaran hidup,
kemauan terus-menerus terhadap kehidupan. Keterikatan sukma dalam proses
“kehidupan” inilah yang menyebabkan kekosongan dan kegelapan.
Cara untuk menyucikan lahir dan batin adalah dengan meniadakan gerak
keluar dan hanya gerak kedalam agar Hyang Sukma bisa moksa.
Dan, membiasakan diri untuk menempatkan kesadaran pada titik pusat kesadaran
batin, tempat Hyang Sukma. Dan mengarahkan pandangan batinnya ke dalam
Sumber Abadi.
Bila sudah demikian maka yang masih berfungsi adalah Hyang Sukma
dan Kundalini, kendaraannya, yang hanya akan mengadakan gerak ke dalam saja. Dan
untuk menangkal atau menetralkan daya tarik alam, dengan menggunakan ‘energi
metaphysic’ yang maknanya Sinar Terang. Sinar Terang ini yang bisa membebaskan
atau menetralkan daya tarik alam.
Sinar Terang inilah yang menjadi ‘sarana mutlak’ untuk bisa Netral, Bebas dari
pengaruh alam, bebas dari daya tarik alam dan juga lolos dari alam kegelapan dan
kekosongan.
Sinar Terang inilah pusakanya Hyang Sukma, ada pada Hyang Sukma.
Setelah bisa membebaskan diri dari daya tarik alam dan lolos dari alam
kegelapan, maka terecapailah Alam Terang, Surga, Nirwana; masuk dalam golongan
Alam Antara Tinggi. Alam Antara Tinggi tempat tinggalnya Roh Suci, kehidupan di
Alam Terang ini bersifat tentram, damai, sebagian manusia menamakan Hidup Mulia.
Tetapi harus selalu diingat kalau Alam Terang ini bukan akhir dari tujuan,
maka perjalanan harus tetap dijalankan, diteruskan, jangan berhenti sebelum moksa.
Maksud dari menetralisir daya tarik keseluruhan alam—dari alam wadag
sampai dengan alam terang, yaitu:
a. Netral = Bebas dari daya tariknya alam kelahiran serta alam wadag.
b. Netral = bebas dari daya tariknya alam nafsu—sedulur papat.
c. Bisa menyempurnakan Hyang Sukma, dan yang terakhir,
d. Menetralisir Hasrat Hidup, meniadakan Harat Hidup.
Inilah cara dan usaha untuk melenyapkan, menyempurnakan segala ke-ada-annya dan
tercapailah tujuan terakhir moksa.
Keadaan Moksa, Manunggal, Kesempurnaan ini tidak bisa diberitahukan
selama manusia masih hidup, karena Moksa—luluh, nyebur—ibarat: “Butiran garam
nyebur ke laut”, butiran garam hilang, luluh menjadi manunggal dengan air laut.
Itulah yang dimaksud dengan Hyang Sukma moksa, manunggal,
kesempurnaan sejati, tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, hanya diibaratkan.
Tahu pasti keadaannya seperti apa halnya setelah kita sampai. Untuk tahu bisa
dicapai pada saat terakhir, tegasnya, siapa saja yang dharma dan karmanya sudah
selesai, telah lenyap, telah bebas dari “kehidupan”, tiada terlahir kembali, pembebasan
hidup.
Untuk mencapai pembebasan hidup ini kundalini harus matang, artinya
aktifitas gerak sempurna bisa mencapai moksa.
KUNDALINI
Kundalini adalah alat batin yang paling penting, paling pokok. Kundalini
adalah alat batin yang digunakan untuk kembali moksa.
Letaknya:
1. Pusatnya ada di alam fisik, dibadan manusia yang terletak di otak dan pusatnya ada
di "tengah-tengah otak"
2. Dan berakhir di Alam Abadi.
ALAM PENASARAN
Alam penasaran itu luas dan kedudukannya serta keadaannya bermacam-
macam pula. Roh manusia setelah meninggal keluar dari badannya dan banyak yang
kesasar atau terperangkap dalam alam penasaran ini.
Mengapa terjadi demikian? Karena pada masa kehidupannya manusia itu
hidupnya kosong, hidup tapi tidak benar-benar hidup. Karena alat-alat batinnya tidak
berfungsi, sehingga keadaan batinnya menjadi gelap dan tidak tahu arah atau tidak
mengarti tentang adanya Hyang Sukma.
Dan fungsi dari badan-badan elementer/sedulur papat, pasif, sehingga tidak
mengamankan, tidak melindungi dan tidak menyelamatkan kehidupan manusia itu
sendiri. Aertinya, manusia itu belum tahu, belum mengerti tentang adanya Cahaya
Kekal Abadi dan belum mengerti jalannya untuk kembali ke kesempurnaan, bisa
dikatakan manusia yang keadaannya batinnya buta.
Supaya manusia tidak terseret maka kesempatan hidup sekarang gunakan
untuk mencari jalan menuju kesempurnaan itu. Karena akibat dari keadaan manusia
yang buta keadaan batinnya, roh meninggalkan raga banyak tersasar di alam
penasaran.
Ada yang tersasar kedalam bentuk kebendaan yang ada di alam lahir yang
berupa batu, akik, keris, barang-barang emas, kesasar masuk kayu atau masuk
menjadi hewan. Ada juga yang tersasar di alam halus—tempat-tempat atau daerah-
daerah angker, atau tersasar di dalamnya jin-jin.
Dan untuk menyelamatkan diri dari daya tariknya alam penasaran, manusia
harus bertemu dengan Cahaya Abadi itu, caranya:
1. Meniadakan hasrat hidup, meniadakan gerak keluar/heneng sehingga yang ada
hanya gerak ke dalam mencari Hyang Sukma yang akan menghantarkan pada
kesempurnaan.
2. Menetralisir pengaruh-pengaruh alam atau menetralisir daya tarik alam—alam
wadag dan alam antara atau alam roh-roh.
3. Melenyapkan atau menyempurnakan segala materi yang menyelubungi Hyang
Sukma...
Sukma manusia yang keinginan-keinginan nafsu duniawinya sudah menipis atau
kecil, akan lolos dan rohnya akan tinggal di alam putih atau alam kuning. Sedangkan
manusia yang masih terikat kuat dengan nafsu-nafsu keduniawian, hidupnya
disibukkan untuk kepentingan duniawi, setelah meninggal jiwanya terseret di alam
hitam atau alam merah yang suasananya gelap dan panas.
Apa sebab roh manusia ini bisa terperangkap pada alam-alam ini? Karena rohnya
terkena daya tarik alam penasaran.
Usahanya adalah:
a. Belajar gerak kedalam menuju pusat batin, semedhi.
b. Belajar meniadakan gerak keluar dengan belajar hening atau diam, tetapi tetap
sadar, kesadaran batin terhadap adanya Hyang Sukma.
c. Dibarengi dengan tapa brata.
Dengan kata lain:
1. Meniadakan gerak keluar.
2. Meniadakan hasrat hidup.
3. Diamnya badan fisik dan nafsu-nafsunya.
Hanya gerak kedalam yang bisa melenyapkan segala keadaan individu untuk
mencapai kesempurnaan sejati.
DHARMA HYANG SUKMA
Hyang Sukma berfungsi untuk meniadakan hasrat hidup, atau meniadakan
gerak keluar sehingga yang ada hanya gerak kedalam.
Artinya lolos dari alam roh dan alam cahaya, bergerak kedalam menuju Zat Kekal
untuk manunggal, luluh pada kekekalan, bertemu Brahman Sang Hyang Widhi, yang
akan menyempurnakan Hyang Sukma dan kehidupannya.
Hyang Widhi adalah yang memproses adanya Hyang Sukma, sebab terjadinya
kelahiran dan Hyang Widhi inilah yang berwenang memproses ketiadaan Hyang
Sukma.
DARI TIDAK ADA – ADA – KEMBALI TIDAK ADA
ATMA, SUKMA, PURUSA, ROH KUDUS, PANGERAN, ROH SUCI, JATI DIRI,
GUSTI Kang murbe uripe manungsa, yang berfungsi untuk menuntun dan menjadi
SANG GURU SEJATI membawa ke alam Nirwana dan sebagai jalan untuk mencapai
KESEMPURNAAN SEJATI.
Sifat Sukma adalah tidak mempunyai hasrat, kemauan.
Yang mempunyai kemauan adalah badan fisik dan alat-alat batin, karena kemauan
adalah kebebasan dari manusia itu sendiri dan Tuhan sudah memberikan kebebasan
penuh kepada manusia untuk menggunakan kebebasannya.
Kebebasan yang telah diberikan itu tidak akan diminta oleh Sang Pemberi sampai
manusia sendiri memberikannya. Inilah gambaran Kasih Tuhan kepada ciptaannya.
Bila manusia tidak ada kemauan atau hasrat untuk kembali, tidak ada usaha untuk
kembali sempurna, Sukma manusia itu sendiri tidak punya hasrat untuk kembali
kepada asalnya, yang artinya Roh Sucinya tidak ada kemauan untuk kembali.
Kemauan untuk kembali inilah yang dimaksud dengan awal gerak kedalam untuk
mencapai Ketiadaan. Adalah awal kemauan dan usaha dari si manusia untuk kembali
atau belajar Sampurna.
Adanya gerak kedalam dari manusia menimbulkan juga gerak kedalam dari Hyang
Sukma untuk bergerak kedalam menuju atau mencapai kesempurnaan.
Dalam kehidupan manusia sifat apa yang mendominasi, yang kuat. Apakah
hewannya? Nafsu-nafsunya? Atau roh sucinya? (Hyang Sukma dan Zat Kekal)
Manusia terdiri dari BATIN—Zat Kekal, Hyang Sukma, sedulur papat, dan LAHIR—
badan fisik. Dalam kehidupanmu sekarang jangan merugikan batin, jangan
mengorbankan batin, belum cukupkah kelelahan yang kamu rasakan, belum cukup
mahalkah bayaran yang harus kamu bayar dengan pengembaraanmu.
Selesaikanlah....
Berkah Shakti OM