Anda di halaman 1dari 25

7 Alam

“Pengertian Tujuh Alam ini, sebelumnya sudah pernah kamu terima...,


sekarang pengertian ini diberikan hanya untuk mengingatkan kembali
apa yang dulu pernah kamu sadari dan miliki.”

Pengertian ini datang diawali dengan penerimaan gambaran dalam mimpi,


suasananya saat itu aku berada dalam suatu Pura (tempat ibadah agama hindu), aku
berada disana dengan banyak orang yang lain yang saat itu juga berada dalam Pura.
Tiba-tiba langit di atas pura terbelah dan di dalamnya terlihat sederet planet-planet
yang berada dalam satu garis lurus...aku begitu terpesona melihatnya, saat itu pun aku
menyadari orang-orang disekitarku semuanya lari ketakutan dan keluar menjauh dari
Pura.
Deretan planet memancarkan kilauan warna-warni yang cemerlang, begitu
menakjubkan. Di sekitar deretan planet yang berjumlah tujuh itu dilingkari dengan
kabut/awan putih yang sangat luas..., kemudian dengan perlahan awan/kabut putih itu
mulai menghilang..., ku melihat diujung tujuh deretan planet masih ada sedemikian
banyak lagi planet-planet yang berderet dalam satu garis yang sangat panjang yang
ujungnya tidak dapat ku lihat...., demikian juga dengan ujung lain dari tujuh deretan
planet..., sungguh luar biasa, kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan,
menjelaskan kebesaran dan keagungan-nya... dan mimpi pun berakhir.
Keesokan harinya saat bangun pagi aku tidak begitu ingat, setelah beberapa jam
sesudahnya baru aku menyadarinya, “Apakah ini benar-benar mimpi?”. Kemudian
saat ada pertemuan dengan Guru, Pak Joko, aku menyampaikan perihal mimpi
tersebut, Guru hanya mengatakan, “Disadari saja mas”, ya sudah aku tidak
memperhatikannya lebih jauh lagi.
Pengertian Tujuh Alam ini saya terima dari Mbak Sinta, istri Mas
Hasto ( Mbak Sinta dan Mas Hasto adalah teman seperjalanan); pengertian yang
adalah bersumber dari Pak Mujono. Alasan Mbak Sinta menyampaikan pengertian ini
adalah bila yang bersangkutan memang benar-benar tertarik, tidak hanya sekedar
ingin tahu belaka; dan juga mempunyai semangat untuk berbagi, karena aku pernah
menyampaikan kepada mbak Sinta bahwa kebenaran bukan hanya untuk diri sendiri
tapi juga untuk orang lain.
Demikian awal kejadian hingga pengertian tujuh alam ku terima.... sekarang
mari kita memasuki Tujuh Alam...

SUMBER ABADI

Sumber Abadi adalah Zat Kekal, ada yang menyebutnya Tuhan, Sang
Keberadaan, Sang Alam, Allah, Gusti, Sang Yang Maha Esa, Sang Yang Maha
Kuasa, Brahman, Sang Hyang Wenang, Gusti Numaha Suci, Sang Hyang Widhi Wasa
dan lain-lain.
Apapun sebutannya tapi maksudnya satu, sama saja. Ini hanya cara manusia
mencoba untuk mengungkapkan Dia yang tak terungkapkan.
Tuhan mempunyai tiga sifat mendasar atau ciri:
1. Berkehendak, membentuk sesuai yang dikehendaki (ini yang disebut dengan ‘hasrat
hidup’),
2. Kemuliaan, Kebenaran (mengeluarkan cahaya/sinar),
3. Bergerak, Aktifitas.
Semua ke’ada’an berasal dari ke’tiada’an, dan akan kembali kepada ke
ke’tiada’an. Ke’ada’an itu terjadi dari rangkaian: Sebab – Kejadian – Maksud –
Kelahiran. Maka hanya ke’tiada’annya ke empat macam inilah yang dapat
meniadakan segala ke’ada’an.
Tuhan adalah asal segala yang ada, titik pusat alam, menjadi poros, titik
centrum.
Zat Kekal ini terus-menerus secara latent—tersembunyi, tak kelihatan—
memancarkan sinar, dan sinar inilah yang disebut Cahaya Abadi, Cahaya Tuhan, dan
Cahaya Tuhan itulah Hidup Abadi. Cahaya Tuhan itulah Kekekalan Energi, yang
dimaksud dengan ke’tiada’an, moksa, kekal, langgeng, kesempurnaan, abadi dan lain-
lain. Cahaya ini mengadakan gerakan terus-menerus secara latent yang tidak pernah
berhenti.
Gerakan cahaya ini mengadakan ‘bentuk’ dan ‘perwujudannya’ yang menjadi
materi halus dan materi kasar. Dan materi-materi ini yang ‘menyelubungi’ atau
‘menjadi pengurung’ dari Cahaya Abadi. Disini Cahaya Abadi mengadakan bentuk
dan perwujudan yang disebut dengan Maha Purusa, Maha Guru, Guru Agung, Avatar,
Utusan, Pembawa Cahaya Terang/Abadi (Yesus, Budha, Betoro Guru). Tempatnya
ada dimateri halus, atau ada dilapisan Alam Kedua. Alam Kedua = Alam Roh = alam
antara tingkatan tertinggi, Maha Guru ini yang menjadi Penghubung (perantara) alam
ketiadaan (moksa).
Hyang Sukma adalah Gusti yang ada dalam diri manusia, atau jati diri manusia
yang sejati = Roh Sucinya manusia = Roh Kudus. Ada pada lapisan Alam Ketiga,
Cahaya Tuhan mewujud dan materi halus (Roh Sucinya) sebagai pengurungnya, yang
disebut Hyang Sukma. Sebutan lainnya tapi artinya sama adalah Atma = Purusa =
Pangeran = Guru yang sebenarnya, yang tempatnya ada di titik pusat batin manusia,
ada di dalam batin (bukan di badan fisik).
Tugas dari Hyang Sukma adalah untuk menyempurnakan keadaan dirinya,
menyempurnakan sedulur papat, alat-alat batin (Kundalini, Cipta, Kesadaran, Prana)
dan badan pisik, membebaskan sukma dari pengurungnya (materi halus dan kasar),
bila sudah sempurna Hyang Sukma akan mengantar kepada Maha Guru yang akan
menjadi perantara untuk kembali pada Ketiadaan, Kesempurnaan Sejati.
Inilah tugas dari Hyang Sukma dalam diri manusia adalah menjadi Guru Sejati
= Penuntun, karena Dia adalah Sumber Kebenaran Sejati dan Kebijaksanaan. Inilah
pusaka yang benar, mintalah pusaka Sinar Kebenaran. Sinar Kebenaran = Roh Kudus
= Roh Suci, mintalah ini sebagai permohonan doamu yang benar.
Tugas manusia hidup yang utama adalah bertemu dengan Hyang Sukma (Guru
Sejati) ini mutlak karena Hyang Sukma yang akan menuntun kita bertemu dengan
Maha Guru dan Maha Guru yang akan mengantar pada Kesempurnaan Sejati,
Keberadaan, Moksa, Kesunyataan, Awang-uwung. Hyang Sukma akan manungggal
pada Hyang Widhi, luluh/bertemu dengan Brahman (Sang Pencipta dan Sang
Peniada).
Dan pertemuan manusia dengan Guru Sejati bersifat individual/pribadi, dan
perjalanannya harus dilakukan sendiri, tidak akan pernah bisa terwakilkan. Tujuan
yang tepat dan benar dari manusia untuk belajar atau berguru adalah untuk bertemu
dengan Guru Sejatinya.
Hyang Sukma itu sudah lengkap mencakup banyak ‘arti’ dan mencakupi
segalanya, Dia adalah Pelayan Hidup, Juru Selamat, Pelindung, Pembawa Cahaya
Terang dan menjadi Sumber Hidup pada setiap manusia, Pelayan Kebijaksanaan dan
Kebenaran. Yang penting Dia adalah Penuntun, Guru Sejati (:siapa mendapat
petunjuknya akan moksa) lepas dari Kelahiran Alam, akan hidup Kekal, ada di Alam
Abadi.
Kenapa tuntunannya bersifat pribadi? Karena kedudukan Hyang Sukma sendiri
ada di titik pusat batin manusia (individu). Ingat tamburo maninten.
Hyang Sukma mengadakan aktifitas gerak keluar, gerakan ini yang
mengadakan badan-badan elemental (materi halus) ialah sedulur papat yang berwarna
hitam-merah-kuning-putih (nafsu manusia) dan badan fisik/wadag.
Manusia adalah organisme individual yang mengadakan ikatan dengan
beberapa unsur materi dan non materi (metaphysic):
a. Bagian dari Zat Kekal (Cahaya Tuhan), ‘pletiking gesang agung’ dan prana – yang
membuat hidup.
b. Cahaya Sejati dan Kesadaran (Kesadaran Tinggi), Maha Guru, Utusan.
c. Adanya Roh Suci = Purusa = Hyang Sukma = Jati Dirinya yang sejati.
d. Adanya nafsu badan-badan elemental (sedulur papat dan alat-alat batin).
e. Adanya badan wadag/fisik.

Proses lahirnya manusia:

1. Zat Kekal inilah titik pusat, induk, asal dari keadaan. Inilah unsur yang
fungsinya: mengadakan – menghidupi – meniadakan (Tri Murti),
2. Roh Suci mengadakan badan-badan elemental (sedulur papat dan alat-alat batin),
3. Unsur pisik, hasil konsepsi (pertemuan sel sperma dan sel telur) menjadi bayi dan
tumbuh menjadi manusia.
4. Adanya sedulu papat, alat-alat batin dan badan fisik terjadi dari gerak keluarnya
Hyang Sukma/Atma.
Masuknya Atma ke badan manusia, melalui kepala dari sang ibu langsung
menuju ke hasil konsepsi yang ada di rahim ibu, dan melewati kepala bayi kemudian
diam di pusat batin manusia, ada didalam Roh. Pusat batin manusia tidak berada di
dalam fisik/wadag, tetapi didalamnya Roh.
Jadi tugas Hyang Sukma untuk menyempurnakan/meniadakan manusia dari
materi halus, sedulur papat, dan materi kasar, badan fisiknya; bila sudah sempurna
maka Hyang Sukma akan dapat manunggal dengan Sang Brahman, Sang Hyang
Wenang—yang punya kuasa untuk mengadakan dan meniadakan—sehingga Hyang
Sukma kembali pada Kesempurnaan Sejati.

TRI MURTI

1. BRAHMAN = HYANG WIDHI = HYANG WENANG = YANG MAHA


KUASA.
ADANYA ZAT KEKAL = CAHAYA TUHAN
a. Mengadakan segala keadaan, dan
b. Meniadakan segala keadaan

2. WISNU = AVATAR = UTUSAN = GURU AGUNG = MAHA PURUSA


a. Mengadakan adanya ATMAN = SUKMA
b. Menyempurnakan Sukma

3. HYANG SUKMA = ATMA = PURUSA =JATI DIRI = GURU SEJATI = ROH


KUDUS = ROH SUCI manusia.
a. Mengadakan materi halus yang menjadi sedulur papat dan alat-alat batin dan
badan wadag.
b. Merusak, meniadakan, menyempurnakan, mendaur ulang sedulur papat, alat-
alat batin dan badan wadag.

Dan sadarilah SIAPA AKU? (Biarkan Shiwa berperanan dalam diri kalian)
Perhatikan pengertian ini dengan Allah Tri Tunggal:
1. ALLAH = BRAHMAN
2. PUTRA = WISNU
3. ROH KUDUS = SHIWA
Masihkah kita bertanya Siapakah Aku?

MOKSA
Yang dimaksud dengan Moksa adalah melebur, luluh, sehingga terbebaskan dari
kelahiran kembali, terbebas dari lingkaran reinkarnasi.
Inilah tujuan dari kehidupan manusia, tuntutan manusia hidup. Untuk
mencapai Moksa, Hyang Sukma harus sempurna dulu atau tidak adanya lagi sedulur
papat dan badan wadag. Sempurna atau tidaknya Hyang Sukma tergantung dari
masing-masing individu, tergantung dari seberapa besarnya kemauan manusia untuk
kembali Moksa. Dan pembebasan hidup untuk sempurnanya Hyang Sukma menuju
pada Sumber Abadi, Moksa itulah yang disebut Aktifitas/gerak Kedalam.
Sukma yang keadaanya telah “bersih”—bebas dari ikatan materi halus dan
materi kasar—disebut Manas Luhur, jiwa yang berada di tempat tinggi. Dan Sukma
yang keadaanya masih “kotor”—masih terikat dengan daya tariknya alam—
disebut Manas Asor, jiwa yang berada di tempat rendah.
Kedudukan Sukma di manas luhur atau manas asor inilah yang menjadi
penentu atau ukuran yang akan dipakai untuk menentukan kehidupan sukma setelah
meninggal, setelah meninggalkan badan wadag.
Reikarnasi atau lahir kembali, itu disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari
alam lahir atau terkena daya tariknya alam, inilah yang menyebabkan belengu-
belengu materi yang mengurung/menyelubungi Hyang Sukma.
Dengan kata lain inilah yang namanya Hasrat Hidup, kegemaran hidup,
kemauan terus-menerus terhadap kehidupan. Keterikatan sukma dalam proses
“kehidupan” inilah yang menyebabkan kekosongan dan kegelapan.
Cara untuk menyucikan lahir dan batin adalah dengan meniadakan gerak
keluar dan hanya gerak kedalam agar Hyang Sukma bisa moksa.
Dan, membiasakan diri untuk menempatkan kesadaran pada titik pusat kesadaran
batin, tempat Hyang Sukma. Dan mengarahkan pandangan batinnya ke dalam
Sumber Abadi.
Bila sudah demikian maka yang masih berfungsi adalah Hyang Sukma
dan Kundalini, kendaraannya, yang hanya akan mengadakan gerak ke dalam saja. Dan
untuk menangkal atau menetralkan daya tarik alam, dengan menggunakan ‘energi
metaphysic’ yang maknanya Sinar Terang. Sinar Terang ini yang bisa membebaskan
atau menetralkan daya tarik alam.
Sinar Terang inilah yang menjadi ‘sarana mutlak’ untuk bisa Netral, Bebas dari
pengaruh alam, bebas dari daya tarik alam dan juga lolos dari alam kegelapan dan
kekosongan.
Sinar Terang inilah pusakanya Hyang Sukma, ada pada Hyang Sukma.
Setelah bisa membebaskan diri dari daya tarik alam dan lolos dari alam
kegelapan, maka terecapailah Alam Terang, Surga, Nirwana; masuk dalam golongan
Alam Antara Tinggi. Alam Antara Tinggi tempat tinggalnya Roh Suci, kehidupan di
Alam Terang ini bersifat tentram, damai, sebagian manusia menamakan Hidup Mulia.
Tetapi harus selalu diingat kalau Alam Terang ini bukan akhir dari tujuan,
maka perjalanan harus tetap dijalankan, diteruskan, jangan berhenti sebelum moksa.
Maksud dari menetralisir daya tarik keseluruhan alam—dari alam wadag
sampai dengan alam terang, yaitu:
a. Netral = Bebas dari daya tariknya alam kelahiran serta alam wadag.
b. Netral = bebas dari daya tariknya alam nafsu—sedulur papat.
c. Bisa menyempurnakan Hyang Sukma, dan yang terakhir,
d. Menetralisir Hasrat Hidup, meniadakan Harat Hidup.
Inilah cara dan usaha untuk melenyapkan, menyempurnakan segala ke-ada-annya dan
tercapailah tujuan terakhir moksa.
Keadaan Moksa, Manunggal, Kesempurnaan ini tidak bisa diberitahukan
selama manusia masih hidup, karena Moksa—luluh, nyebur—ibarat: “Butiran garam
nyebur ke laut”, butiran garam hilang, luluh menjadi manunggal dengan air laut.
Itulah yang dimaksud dengan Hyang Sukma moksa, manunggal,
kesempurnaan sejati, tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, hanya diibaratkan.
Tahu pasti keadaannya seperti apa halnya setelah kita sampai. Untuk tahu bisa
dicapai pada saat terakhir, tegasnya, siapa saja yang dharma dan karmanya sudah
selesai, telah lenyap, telah bebas dari “kehidupan”, tiada terlahir kembali, pembebasan
hidup.
Untuk mencapai pembebasan hidup ini kundalini harus matang, artinya
aktifitas gerak sempurna bisa mencapai moksa.

KUNDALINI
Kundalini adalah alat batin yang paling penting, paling pokok. Kundalini
adalah alat batin yang digunakan untuk kembali moksa.
Letaknya:
1. Pusatnya ada di alam fisik, dibadan manusia yang terletak di otak dan pusatnya ada
di "tengah-tengah otak"
2. Dan berakhir di Alam Abadi.

Fungsi atau kegunaan kundalini:


1. Bisa dianggap sebagai jalur-jalur jalan untuk menuju Alam Abadi. Kundalini yang
sudah matang, sempurna, yang sudah aktif ialah kundalini yang bekerjanya
otomatis, yang dengan secepat kilat bisa mencapai pusatnya Alam Abadi.
2. Diumpamakan sebagai kendaraan dari Hyang Sukma untuk pulang kembali ke
asalnya.
3. Sebagai ‘Alat Pemisah’ dari materi halus dan materi kasar yang menyelubungi
Hyang Sukma.
4. Kundalini mengandung daya, energi gaib atau tenaga gaib yang kegunaannya
untuk melenyapkan, menyempurnakan, meniadakan apapun. Daya gaib ini yang
digunakan untuk menyempurnakan raga atau badan wadag dan materi-materi halus
yang membelenggu Hyang Sukma; sehingga yang tinggal nanti hanya Sinar
Terang, ‘cahaya abadi yang memanjang sangat silau’, inilah Hyang Sukma yang
sudah siap manunggal, luluh pada asalnya.
5. Jadi Hyang Sukma “manunggal” dengan Kundalini, bersama-sama menuju ke Alam
Abadi, Moksa.
Yang disempurnakan adalah ke-ada-annya yaitu, badan wadag dan sedulur papat
dengan demikian Hyang sukma bisa kembali ke asalnya.
Dari tidak ada menjadi ada dan kembali menjadi tidak ada.
Yang bisa dilihat nanti adalah hanya Pancaran Sinar Abadi.
Aktifkkan kundalini, mengaktifkan—kundalini agar bergerak sehingga
kundalini berfungsi—bekerja, aktif—bisa didayagunakan.
Sebab kundalini adalah alat batin terpenting dan sangat vital untuk moksa.

Untuk kembali Moksa, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah:


1. Mempersiapkan Jalan, mencari Jalan Kebenaran.
Mencari jalan yang menuju pada kesempurnaan, atau Cahaya Abadi.
2. Mempersiapkan Kendaraan.
Kendaraan untuk Hyang Sukma, kendaraannya adalah Kundalini. Mengaktifkan
Kundalini hingga matang dan dapat digunakan.
3. Mempersiapkan Pengemudinya.
Pengemudinya adalah Hyang Sukma, Guru Sejati. Tugas hidup kita yang terutama
adalah mencari, atau bertemu dengan Hyang Sukma, bertemu dengan Guru Sejati.
Inilah yang harus dipersiapkan semasa hidup, atau tujuan hidup, dan pencarian
manusia.
Yang harus disiapkan:
1) Pengemudi = Hyang Sukma
2) Kendaraan = Kundalini
3) Jalan = Cahaya Sejati, Sinar Kebenaran
4) Penunjuk Jalan atau arah = Kesadaran
5) Energi = Prana
6) Kemauan Manusia = Usaha Manusia

TUJUH TINGKAT ALAM


Ketujuh tingkatan alam ini, bisa digolongkan menjadi 3 golongan alam:
1. Alam Kekal = Sumber Sinar yang Abadi = Alamnya Tuhan
2. Alam Antara = Alam Gaib = Alam Batin = Alamnya Roh; Maha Guru - Hyang
Sukma - Roh-roh halus atau badan-badan elemental (sedulur papat)
3. Alam Wadag = Badan fisik, yang terlihat dengan kasat mata.
Yang dimaksud dengan sedulur papat adalah:
1. Sedulur yang HITAM warnanya, berasal dari zat tanah jadi hawa (:rasa). Tanda-
tandanya kalau mau keluar, dia akan mengeluarkan cahaya berwarna hitam, hidup
di alam ketujuh (tingkat paling bawah) = alam hitam = alam peteng.
Orang yang kehidupannya terpesona dengan alam peteng ini, kehidupan
selanjutnya akan berada di alamnya nafsu hewan dan sempurnanya ada di tempat
kosong dan gelap.
2. Sedulur yang MERAH warnanya, asal dari zat api, ini yang menjadi nafsu,
wataknya panas. Yang terjebak dengan alam ini akan menjelma menjadi hewan.
Ada di alam keenam = alam merah
3. Sedulur yang KUNING warnanya, asalnya dari zat angin, jadi napas. Yang terjebak
dengan warna kuning akan menitis menjadi burung dan sempurnanya menjadi
angin yang halus sekali. Ada di alam kelima = alam kuning.
4. Sedulur yang PUTIH warnanya, asalnya dari zat air. Wataknya lembek dan halus,
kalau terjebak dengan warna pituh ini akan tersasar nitis menjadi ikan/hewan air.
Tinggal di alam keempat = alam putih.
(uraian sedulur papat diatas dapat juga dikaitkan dengan sifat dan karakter manusia
- pen)
Dalam perjalanan batin manusia jangan sampai terjebak di alam-alam ini, karena
tujuan manusia sebenarnya ada di alam abadi. Dan jangan sampai berhenti sebelum
sampai tujuan, karena dalam perjalanan alam-alam ini akan dilewati bukan untuk
didiami/disinggahi.
Dan sedulur papat ini fungsinya akan membantu kita bertemu dengan Hyang Sukma.
Perhatikanlah : supaya bukan menjadi pengendali kehidupan kita tetapi tetap menjadi
daya gerak. Sedulur ini yang membantu jalannya kendaraan.

ALAM PENASARAN
Alam penasaran itu luas dan kedudukannya serta keadaannya bermacam-
macam pula. Roh manusia setelah meninggal keluar dari badannya dan banyak yang
kesasar atau terperangkap dalam alam penasaran ini.
Mengapa terjadi demikian? Karena pada masa kehidupannya manusia itu
hidupnya kosong, hidup tapi tidak benar-benar hidup. Karena alat-alat batinnya tidak
berfungsi, sehingga keadaan batinnya menjadi gelap dan tidak tahu arah atau tidak
mengarti tentang adanya Hyang Sukma.
Dan fungsi dari badan-badan elementer/sedulur papat, pasif, sehingga tidak
mengamankan, tidak melindungi dan tidak menyelamatkan kehidupan manusia itu
sendiri. Aertinya, manusia itu belum tahu, belum mengerti tentang adanya Cahaya
Kekal Abadi dan belum mengerti jalannya untuk kembali ke kesempurnaan, bisa
dikatakan manusia yang keadaannya batinnya buta.
Supaya manusia tidak terseret maka kesempatan hidup sekarang gunakan
untuk mencari jalan menuju kesempurnaan itu. Karena akibat dari keadaan manusia
yang buta keadaan batinnya, roh meninggalkan raga banyak tersasar di alam
penasaran.
Ada yang tersasar kedalam bentuk kebendaan yang ada di alam lahir yang
berupa batu, akik, keris, barang-barang emas, kesasar masuk kayu atau masuk
menjadi hewan. Ada juga yang tersasar di alam halus—tempat-tempat atau daerah-
daerah angker, atau tersasar di dalamnya jin-jin.
Dan untuk menyelamatkan diri dari daya tariknya alam penasaran, manusia
harus bertemu dengan Cahaya Abadi itu, caranya:
1. Meniadakan hasrat hidup, meniadakan gerak keluar/heneng sehingga yang ada
hanya gerak ke dalam mencari Hyang Sukma yang akan menghantarkan pada
kesempurnaan.
2. Menetralisir pengaruh-pengaruh alam atau menetralisir daya tarik alam—alam
wadag dan alam antara atau alam roh-roh.
3. Melenyapkan atau menyempurnakan segala materi yang menyelubungi Hyang
Sukma...
Sukma manusia yang keinginan-keinginan nafsu duniawinya sudah menipis atau
kecil, akan lolos dan rohnya akan tinggal di alam putih atau alam kuning. Sedangkan
manusia yang masih terikat kuat dengan nafsu-nafsu keduniawian, hidupnya
disibukkan untuk kepentingan duniawi, setelah meninggal jiwanya terseret di alam
hitam atau alam merah yang suasananya gelap dan panas.
Apa sebab roh manusia ini bisa terperangkap pada alam-alam ini? Karena rohnya
terkena daya tarik alam penasaran.

PANCARAN SINAR TERANG


Pancaran sinar terang ini berasal dari Alam Abadi, digunakan untuk mencari
Hyang Sukma supaya bisa bertemu dengan Maha Guru, Wisnu Murti dan untuk
menuju Kesempurnaan. Sinar Terang ini jalan yang harus dilewati atau Sinar Terang
adalah jalan menuju Kesempurnaan.
Mengapa harus lewat Sinar Terang ini? Karena Sinar Terang ini yang asalnya
dari Alam Abadi.
Kelanggengan, Kesempurnaan, Moksa itu seumpama “boneka garam yang
merindukan bertemu dengan lautan, ketika bertemu dia luluh, lenyap dari butiran
garamnya dan manunggal jadi air lautan”. Dia tidak hilang hanya berganti nama dari
butiran garam menjadi air laut.
Setetes air dalam lautan tak terbatas. Bagaikan titik dalam ketakterhinggaan.
Bagaikan pulih dadi mulo-mula niro.
Tentang pendayagunaan unsur atau metaphysic:
1. Yang bersinar putih, bersinar terang, cahaya sejati inilah Cahaya
Kesempurnaan, difungsikan untuk mencapai Kesempurnaan.
2. Yang bersinar kuning difungsikan untuk mencapai kebahagiaan lahir,
kemuliaan wadag.
3. Yang bersinar merah dan hitam difungsikan untuk mencapai kesaktian.
Dalam diri manusia Hyang Sukma keberadaannya tertutupi oleh materi-materi halus
—sedulur papat dan alat-alat batin—dan materi kasar, badan wadag. Dan materi-
materi ini juga yang akan membantu Hyang Sukma mencapai Kesempurnaan.
Kehidupan kita saat ini dalam badan wadag digunakan
untuk belajar dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan sejati, kembali ke asal.
Hal-hal yang harus disiapkan untuk bertemu Hyang Sukma:
1) Manusia (fisik) ada kemauan dan ada usaha yang cukup.
2) Gerak kundalini cukup.
3) Gerak kesadaran cukup.
4) Energi metaphysic/prana cukup.
5) Sasaran dan tujuan benar menuju pada Hyang Sukma.

Usahanya adalah:
a. Belajar gerak kedalam menuju pusat batin, semedhi.
b. Belajar meniadakan gerak keluar dengan belajar hening atau diam, tetapi tetap
sadar, kesadaran batin terhadap adanya Hyang Sukma.
c. Dibarengi dengan tapa brata.
Dengan kata lain:
1. Meniadakan gerak keluar.
2. Meniadakan hasrat hidup.
3. Diamnya badan fisik dan nafsu-nafsunya.
Hanya gerak kedalam yang bisa melenyapkan segala keadaan individu untuk
mencapai kesempurnaan sejati.
DHARMA HYANG SUKMA
Hyang Sukma berfungsi untuk meniadakan hasrat hidup, atau meniadakan
gerak keluar sehingga yang ada hanya gerak kedalam.
Artinya lolos dari alam roh dan alam cahaya, bergerak kedalam menuju Zat Kekal
untuk manunggal, luluh pada kekekalan, bertemu Brahman Sang Hyang Widhi, yang
akan menyempurnakan Hyang Sukma dan kehidupannya.
Hyang Widhi adalah yang memproses adanya Hyang Sukma, sebab terjadinya
kelahiran dan Hyang Widhi inilah yang berwenang memproses ketiadaan Hyang
Sukma.
DARI TIDAK ADA – ADA – KEMBALI TIDAK ADA
ATMA, SUKMA, PURUSA, ROH KUDUS, PANGERAN, ROH SUCI, JATI DIRI,
GUSTI Kang murbe uripe manungsa, yang berfungsi untuk menuntun dan menjadi
SANG GURU SEJATI membawa ke alam Nirwana dan sebagai jalan untuk mencapai
KESEMPURNAAN SEJATI.
Sifat Sukma adalah tidak mempunyai hasrat, kemauan.
Yang mempunyai kemauan adalah badan fisik dan alat-alat batin, karena kemauan
adalah kebebasan dari manusia itu sendiri dan Tuhan sudah memberikan kebebasan
penuh kepada manusia untuk menggunakan kebebasannya.
Kebebasan yang telah diberikan itu tidak akan diminta oleh Sang Pemberi sampai
manusia sendiri memberikannya. Inilah gambaran Kasih Tuhan kepada ciptaannya.
Bila manusia tidak ada kemauan atau hasrat untuk kembali, tidak ada usaha untuk
kembali sempurna, Sukma manusia itu sendiri tidak punya hasrat untuk kembali
kepada asalnya, yang artinya Roh Sucinya tidak ada kemauan untuk kembali.
Kemauan untuk kembali inilah yang dimaksud dengan awal gerak kedalam untuk
mencapai Ketiadaan. Adalah awal kemauan dan usaha dari si manusia untuk kembali
atau belajar Sampurna.
Adanya gerak kedalam dari manusia menimbulkan juga gerak kedalam dari Hyang
Sukma untuk bergerak kedalam menuju atau mencapai kesempurnaan.

Hal mengenai energi/prana dan alat-alat batin:


Tenaga dan alat hubung batin.
PRANA Alam batin
CIPTA ....................................... GUSTI
KESADARAN

Berlaku untuk hubungan kedalam dan hubungan keluar.


Kesadaran batin untuk mencapai Hyang Sukma dan untuk mencapai
Kesempurnan Sejati.
PRANA
KESADARAN --------------- HYANG SUKMA ------------- KETIADAAN
KUNDALINI

SEBAB KELAHIRAN ALAM


Keadaan itu terjadi, terlahir dari adanya gerak keluar. Hukumnya,
1. Gerak keluar lemah, gerak kedalam kuat. Gerak keluar lebih kecil dari
pada gerak kedalam.
2. Gerak keluar nol (pasif, diam) dan hanya gerak kedalam 100% atau
dengan kata lain meniadakan gerak keluar = meniadakan hasrat hidup.
Dengan adanya gerak keluar maka terjadi adanya keadaan. Sifat Hyang Widhi
(berkehendak dan bergerak); hakikat hidup menimbulkan gerak. Kehendak dan gerak
dari Hyang Widhi inilah yang menyebabkan adanya kelahiran keadaan alam.
Gerak keluar yang dipancarkan oleh Diri Hyang Sukma inilah yang
menyebabkan terjadinya kelahiran atau adanya manusia. Manusia bisa kembali Tiada
bila gerak keluarnya diam tetapi sadar, agar bisa bertemu dengan Hyang Sukma
kemudian manunggal dengan Hyang Widhi, Brahman.
Karena Brahman yang punya kekuasaan untuk menciptakan dan meniadakan.
Bersamadhi itulah gerak kedalam. Yang dimaksud hening adalah tidak adanya gerak
keluar, hanya ada gerak kedalam untuk menuju Moksa, Sempurna.
Usahanya manusia untuk hening adalah memperkecil gerak keluar dan
meniadakan gerak keluar, karena dengan hening memperkuat gerak kedalam sehingga
geraknya sempurna.
Bagaimana manusia bisa hening, ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Memahami, bahwa Tuhan Maha Agung, sehingga kita dengan keterbatasan
manusia tidak akan mungkin dapat memahami Yang Tidak Terbatas, hanya
Yang Tidak Terbatas yang bisa memahami yang terbatas. Kenalilah Allah
sejauh Allah memperkenalkan diri. Penggunaan kata-kata untuk memahami
Allah salah-salah hanya membuat kebingungan dan mengecilkan arti
sebenarnya.
2. Melihat. Melihat dengan mata batin, karena sesuatu yang tampak nyata
sebenarnya tidak nyata dan sesuatu yang tidak nyata itulah kenyataan.
3. Dengan Belajar Kesampurnaan, melalui kitab suci, tinar buko, dan lain-lain.
Inilah yang dimaksud dengan gerak keluar atau proses lahirnya keadaan alam, segala
keadaan :
a. Zat Kekakl bergerak secara terus-menerus mengadakan Cahaya Sejati.
b. Gerakan Cahaya, menghasilkan Maha Purusa, Maha Guru, Utusan.
c. Geraknya Maha Guru menghasilkan Hyang Sukma, Atma, Purusa.
d. Geraknya Hyang Sukma menghasilkan sedulur papat serta alat-alat batin atau
tenaga batin dan badan fisik.
Dan yang dimaksud gerak kedalam, prosesnya :
a. Meniadakan gerah keluar, sehingga menjadi heneng, pasif dan,
b. Hanya ada gerak kedalam, gerak masuk.
Gerak masuk ini untuk mencapai :
1. Bertemu Hyang Sukma.
2. Bertemu Wisnu Murti = Maha Guru.
3. Bertemu Brahman = Yang Widhi = bersama Cahaya Tuhan.
4. Kembali Tiada, Moksa, Sampurna, Langgeng.
Manusia untuk bisa bertemu dengan Hyang Sukma maka harus menyelesaikan
kehidupannya dengan benar, menjalani kehidupan harus serasi dengan kalimasada,
mengerti dan laksanakan, inilah yang dimaksud dengan manusia jawa yang kembali
kepada keasliannya.
Hyang Sukma, harus mengusahakan dan mencapai kemanunggalan dengan Wisnu
Murti, supaya sempurna roh sucinya. Kembali ke Kesempurnaan Sejati.
Dalam perjalanan Hyang Sukma jangan sampai krisis kesadaran karena disepanjang
perjalanan hal-hal yang memberikan kebahagiaan sementara akan banyak ditemui,
jangan sampai terjebak dialam-alam yang hanya akan menghambat perjalanan pada
Kesempurnaan.

Ada beberapa golongan manusia :


1. Manusia yang dalam kehidupannya hanya melulu untuk kehidupan fisiknya
atau wadagnya saja. Pengertian yang ada hanya untuk fisik saja, hasilnya juga
untuk kebutuhan fisik sehingga menjadi lupa dan acuh tak acuh dengan
kehidupan batinnya, lupa akan asalnya, tidak tahu siapa aku atau jati dirinya
yang sebenarnya.
2. Manusia yang kehhidupannya untuk hidup fisik tetapi minta bantuan dari roh-
roh yang berada di alam penasaran.
3. Golongan manusia yang kehidupannya sama dengan yang kedua tetapi minta
bantuan dari sedulur papatnya, yang akhirnya kehidupannya dikendalikan oleh
nafsu.
4. Manusia yang kehidupannya seimbang, serasi, menjadi manusia jawa.
Kebutuhan batin tercukupi dan kebutuhan wadag tercukupi.
5. Golongan manusia yang mengingkari keadaan fisiknya, keduniawiannya.

Dalam kehidupan manusia sifat apa yang mendominasi, yang kuat. Apakah
hewannya? Nafsu-nafsunya? Atau roh sucinya? (Hyang Sukma dan Zat Kekal)
Manusia terdiri dari BATIN—Zat Kekal, Hyang Sukma, sedulur papat, dan LAHIR—
badan fisik. Dalam kehidupanmu sekarang jangan merugikan batin, jangan
mengorbankan batin, belum cukupkah kelelahan yang kamu rasakan, belum cukup
mahalkah bayaran yang harus kamu bayar dengan pengembaraanmu.
Selesaikanlah....

AKTIFITAS MANUSIA YANG BENAR


Yang dimaksud dengan gerak (aktifitas, kerja) dan hasilnya adalah adanya
gerak, itulah menyebabkan terjadinya ke’ada’an. Itulah yang menyebabkan lahirnya
alam, dari ke’ada’an cahaya dan seterusnya.
Untuk melenyapkan, menyempurnakan segala keadaan diri sendiri, individu,
atau bisa disebut mikrokosmos, adalah dengan meniadakan gerak itu sendiri. Yang
dimaksudkan dengan meniadakan gerak keluar, heneng dan yang ada hanya gerak
kedalam untuk mencapai ketiadaan.
Gerak kedalam = melenyapkan ke’ada’an.
Gerak keluar = meng’ada’kan ketiadaan.
Gerak keluar dari individu ini hasilnya bisa bersifat positif atau bersifat negatif,
tegantung dari pengertian yang dipunyai individu itu sendiri.
Gerak atau aktifitas yang benar adalah :
1. Hal-hal yang menyangkut kebutuhan fisik atau badan wadag diselesaikan
dengan tenaga fisik dengan menggunakan alat utama fisik, yaitu otak, pikiran.
2. Kebutuhan fisik yang tidak bisa diselesaikan dengan tenaga-tenaga fisik,
pikiran, baru boleh atau bisa mendayagunakan tenaga batin.
Untuk hal ini alat-alat batin yang difungsikan ialah :
a. Kesadaran batin
b. Cipta
c. Cakra atas
d. Cakra tengah
3. Bila kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lahir mendayagunakan kedua
tenaga—tenaga fisik dibarengi dengan tenaga batin—hasilnya akan produktif,
tetapi akan sangat merugikan karena yang banyak dikeluarkan pasti tenaga
batin dengan begitu kita akan kehilangan tenaga batin.
Ingat :
a. Kesempurnaan itu jauh sekali, untuk mencapai hal ini membutuhkan
energi batin yang kuat, artinya energi cukup.
b. Maka jangan memboroskan energi batin untuk sesuatu yang tidak
berarti.
4. Samadhi untuk bertemu Hyang Sukma, dan aktifitas dari Hyang Sukma yang
benar dalah:
a. Aktifitas Hyang Sukma itu menghasilkan, membuahkan cahaya.
b. Cahaya itu mengandung kebenaran dan kesucian, kebahagian lahir dan
batin dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan, Cahaya ini adalah energi
batin yang gunanya untuk melenyapkan kegelapan batin, sehingga
keadaan alam batinnya suci, bersih, bening. Cahaya ini anggaplah jalan
untuk menuju kesempurnaan.
5. Dan utuk Hyang Sukma yang keadaannya sudah suci, geraknya adalah untuk :
a. Meniadakan aktifitas keluar.
b. Hanya aktifitas kedalam, realisasinya adalah selalu ingat akan
Kelanggengan, dan samadhi agar kundalini matang.

Yang dimaksud dengan alat-alat batin :


1. Cakra Atas, letaknya ditengah-tengah antara kedua belah alis.
Fungsinya untuk penglihatan batin, bisa untuk melihat apa saja yang tidak bisa
terlihat oleh kedua mata, masa lalu atau masa depan.
2. Cakra Tengah, letaknya di dada agak sebelah kiri (posisi apex jantung).
Fungsinya sebagai alat penangkap suara dan untuk pengirim suara, alat
komunikasi.
3. Kesadaran letaknya di otak.
Fungsinya untuk kontak atau mengadakan hubungan. Yang dimaksud adalah
hubungan keluar dan hubungan kedalam, yaitu apa yang dituju atau sasarannya.
Dengan kata lain untuk menunjukan arah pada apa yang dituju.
Hubungan keluar adalah adanya hasrat hidup dari manusia.
Hubungan kedalam adalah lolosnya manusia dari badan halus atau nafsu dan
badan kasar atau keadaan fisik yang mengurungnya dan kesadarannya hanya
menuju kedalam, menuju Zat Kekal untuk manunggal, liluh pada Cahaya Tuhan.
Hubungan kedalam adalah menyempurnakan Hyang Sukma dan kehidupannya.
4. Cipta, letaknya ada di hati.
Fungsinya untuk kontak dan berperan jadi isi pesan yang membawa keinginan
manusia, yang bergerak mencapai sasarannya, tujuannya. Tujuannya kedalam atau
keluar.
Cipta merupakan jembatan kesadaran menuju realita, menjadi alat produksi,
merealisasikan dari kemauan.
5. Cakra puser, letaknya ada di belakang otot perut.
Fungsinya untuk pelindung, perisai, benteng, tembok.
6. Kundalini, letaknya didaerah dekat pusat syahwat. Fungsinya sebagai kendaraan
dari Hyang Sukma untuk mencapai kelanggengan.

Berkah Shakti OM

Anda mungkin juga menyukai