Anda di halaman 1dari 30

1

“ Sumber Abadi “
“ Sinar Abadi = Cahaya Abadi “ (Tuhan)

Inilah Asal segala yang ADA

Tuhan mempunyai tiga aspek


Aspek kesatu = will
Aspek kedua = wisdom
Aspek ketiga = activity

Ysp :

Semua ke-ADA-an itu terjadi dari : rangkaian : “ sebab - kejadian - maksud dan
babarannya”, maka hanya ketiadaannya keempat macam inilah yang dapat
meniadakan segala ke-ADA-an.

(Jawa. Sampurna)

Susukan
Moedjono
1 November 1985

Pembabaran Alam

ZAT KEKAL = DAPAT LANGGENG = DAT maha suci = DATANG


Pangeran diselubungi (dikurung) oleh beberapa lapisan materi - materi halus
dan materi kasar.

Pancaran sinarnya DAT Langgeng itulah HIDUP.

Cahya ZAT KEKAL itu terus-menerus (latent) memancar, artinya = ZAT KEKAL
(KELANGGENGAN) itu terus-menerus “mengeluarkan sinar” (latent) -- SINAR
yang terus menerus keluar itulah “Cahya Langgeng” = Cahya Tuhan = CAHYA
NING PANGERAN, itulah URIP Langgeng.

Hakekat HIDUP adalah GERAK

Cahya DAT Langgeng itu gerak terus-menerus -- dari geraknya SINAR


Langgeng inilah yang meng-ADA-kan materi-materi dan materi-materi ini jadi
pengurung (selubung), artinya : materi-materi inilah yang menyelubungi
2

CAHYA ABADI - atau dengan kata lain bisa diartikan = ADAnya materi-materi
inilah yang jadi belenggu HIDUP (Jawa : anane materi-materi iki sing dadi
belengguning Jiwane - utawa dadi belengguning URIPE).

Perpaduan (bisa dengan istilah persenyawaan) antara = Cahyaning Pangeran


dan materi inilah yang meng-ADA-kan UJUD (bentuk : Form dan
per-UJUD-an).

Ia (Cahya Langgeng) mengadakan “bentuk dan perujudan” sesuai dengan


yang dikehendakinya (will) dan spiritual = manifestasi (per-NYATA-an), itulah
“ADA”nya Maha Purusa = GURU AGUNG = Adept -- ada manusia-manusia
yang mengistilahkan UTUSAN (pembawa CAHYA yang ABADI); materi halus
jadi wadahnya (badan aluse : roh sucine).

Klasifikasi JIWA menurut tingkatan alamnya : MAHA PURUSA : GURU


AGUNG (banyak manusia menamakan UTUSAN) terjadi dari : PANCARAN
SINAR LANGGENG dan materi halus sebagai pengurungnya.
(Jawa : Cahyaning Pangeran (Cahya Langgeng) lan wadahe) berada pada
lapisan alam yang kedua.
Maha Purusa = Guru Agung = IALAH manifestasi (pernyataan = perujudan)
SINARNYA ZAT KEKAL pada alam kedua = alam ROH, alam antara tingkatan
tertinggi. Ia jadi perantara atau penghubung alam = Adept = AVATAR.

PURUSA = SUKSMA = terjadi dari : SINARNYA ZAT KEKAL (Cahya


Langgeng) dan materi halus (Roh Suci) sebagai pengurungnya. (Jawa :
Cahyaning Pangeran lan Wadahe).
Jelasnya : materi halus minangka wadahe utawa materi halus (Roh Suci) dadi
Badan Aluse “Hyang Suksma” Ialah manifestasi (pernyataan = perujudan)
SINARNYA ZAT KEKAL : cahyaning WORID. Ada manusia yang menamakan :
alam antara : alam halus : alam Roh Suci : alaming Pangeran.
Pada individu manusia, SUKSMA berada pada “titik pusat batinnya manusia”:
poros : titik centrum batinnya manusia. Hyang SUKSMA : PURUSA : berfungsi
jadi PENUNTUN atau GURU SEJATI : sumber kebenaran : sumbering
kawicaksanaan dsb.

Manusia terjadi dari :


SUKSMA dan badan-badan elemental (materi halus) dan materi kasar (badan
wadag). Manusia berada pada alam ketujuh : alam fisik : physical world =
alam yang terendah : lapisan alam yang paling luar : alam lair. Inilah proses
peruraian “Pembabaran Alam”.

Bagaimana tentang “proses panunggalan untuk menuju alam


KESATUAN”, yakni : ALAM ABADI atau ALAM LANGGENG ?
Usahakan cara jalan untuk : “MANUNGGAL LANGGENG”.

Susukan
Moeljono
3

Kumalajati, 2 November 1985

Keterangan

Tulisan ini berisi “ilmu dan laku” ilmu dan usaha untuk bisa
berhubungan dengan Pangeran (Penuntun) -- bisa ketemu Pangeran -- bisa
manunggal Pangeran -- (sarira Pangeran : Jumeneng Pangeran : Jumeneng
Wisnu Murti) dan pada akhir hidupnya bisa mencapai KESEMPURNAAN,
artinya = JIWANYA bisa bebas dari belenggu-belenggu materi -- bisa pulang
kembali pada ASALnya -- manunggal KELANGGENGAN : “KEKAL ABADI”
manunggal MAHA LANGGENG.

“Telah tiada terbabar lagi = tidak terlibat dalam proses pembabaran alam.
Inilah Wasana Jati -- Kasampurnaan Jati :
“LANGGENG”
(moksa = sampurna)

Tujuan yang tepat tentang usaha kebatinan adalah : “untuk mencapai


KESEMPURNAAN. (Jawa : kanggo ngudi KASAMPURNAAN).
Sarana yang baku adalah bisa mendapatkan PENUNTUN, artinya : bisa
ketemu PANGERAN sing murba uripe.
Pangeran : Hyang Suksma : Penuntun : Guru Sejati, inilah sarana yang dilalui
“jalan yang dilewati serta pintu gerbang” untuk kembali pada ASALnya.
(moksa = sampurna).

Tulisan pada buku ini adalah penunjuk jalan – cara serta lakunya atau
dengan singkat : usaha agar bisa ketemu Pangeran dan usaha bisa kembali
pada ASALnya (moksa = sampurna).
Semoga anda berhasil.

Susukan
Moeljono
3 November 1985

Manusia – Pesawat batin – Badan Perantara – Moksa

Manusia itu lengkap, artinya telah cukup.


Setiap manusia adalah bagian dari Alam Raya, yang keseluruhannya saling
berkaitan – saling bergandengan – saling berhubungan.

TITIK CENTRUM : POROS : TITIK PUSAT alam itu “LANGGENG” (DAT


Langgeng) tiada berubah (Jawa : Langgeng datan owah gingsir) – Inilah
ASAL dari segala yang ADA.
Jawa : Sangkan paraning dumadi. (manusia umunya mengistilahkan
4

TUHAN).

Manusia adalah bagian dari KETUHANAN yang terbakar keluar (terurai


keluar) dalam pembabaran alam (Jawa : dumadi) : Ia (manusia) terjadi dari
“PANCARAN SINAR LANGGENG” (pancaran cahya abadi : cahyaning DAT
Langgeng) : Cahyaning Pangeran dan materi-materi jadi pengurungnya.
TITIK CENTRUM : POROS : TITIK PUSAT : INTI dari setiap manusia adalah :
SUKSMA : PANGERAN.

Inilah kekuasaan tertinggi pada setiap kehidupan manusia. (Jawa :


sing murba urip : sing nguwasani uriping manungsa). “Pangeran : Suksma”
ialah manifestasi TITIK CAHYA KETUHANAN (SINAR ABADI : CAHYA
LANGGENG) pada alam ketiga : Spiritual World = pusat batinnya manusia.
Ia (Hyang Suksma : Roh Suci) kedudukannya atau fungsinya jadi “Badan
Perantara” = penghubung alam antara alam wadag dan alam Langgeng.
Pangeran = Hyang Suksma ber-ADA di alam antara tingkatan tertinggi – bisa
dengan kata lain = Pangeran berada di alam batin (metaphysical world) =
alamnya Roh Suci = pusat batinnya manusia.
PANGERAN berfungsi jadi PENUNTUN = GURU SEJATI. Inilah arah dan tujuan
kebatinan yang benar, dan yang harus bisa dicapai.

(Type : periode dasar samadhi)

Dari alam wadag untuk menuju alam gaib : alam batin, yakni alamnya
Pangeran : alamnya Roh Suci (Suksma), dan bisa mencapai pusat batin,
artinya : usaha batinnya bisa berhasil = ketemu Pangeran. Gunakan alat-alat
batinmu. Usahanya (Jawa : pangudine) : cara dan jalannya ilmu dan lakunya
adalah meditasi.

Pelajari dan lakukan meditasi dengan sungguh-sungguh = tekun dengan


usaha yang kuat – dialah yang berhasil : bisa mendapatkan PENUNTUN =
GURU SEJATI -- untuk kebutuhan-kebutuhan Hidup dan kebutuhan KOKSA
(sampurna) = kembali manunggal MAHA LANGGENG.

“Maha para nirwana loka”

Susukan
Moeljono, Kumalajati
4 November 1985

Manusia dan Alat-alat Batin


5

Pada alam batinnya manusia berada lengkap pesawat-pesawat batin


sebab tidak adanya pengetahuan hal batin – manusia umumnya alat-alat
batin yang berada padanya PASIF = pesawat-pesawat batinnya tidak
berfungsi – artinya : alat-alat batinnya tidak bekerja, karena itulah alat-alat
batinnya belum ada kegunaannya baginya malahan tidak ada kegunaannya
sama sekali baginya.

Padahal manusia menghadapi dua masalah atau manusia


menghadapi dua hal, yakni lahir dan bathin – HIDUP dan MATI – ADA dan
KETIADAAN (Jawa : ana lan ora ana).

Bagaimana tentang demikian ?

Gunakan alat-alat batinmu ! untuk mengetahui


pengetahuan-pengetahuan alam batin (alam gaib = alam antara = alam Roh)
dan akhirnya tahu ALAM LANGGENG = KETIADAAN = KASAMPURNAAN JATI
= KAMOKSAN KEKAL ABADI, artinya bisa mencapai ASALNYA.

(manusia umumnya menamakan TUHAN)

Inilah tujuan terakhir : wasana jati : kasidhan jati : “MAHA LANGGENG”.

Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan manusia : kebutuhan lahir dan


kebutuhan bathin, (Jawa : kebutuhaning kewadagan lan kebutuhaning
SUKSMA), gunakan alat-alat batinmu ! (pesawat batinmu agar digunakan).

Pelajari – usahakan untuk mengetahui kebatinan, agar bisa menggunakan


alat-alat batin yang berada padanya. Adapun alat-alat batin yang penting dan
sangat dibutuhkan yaitu :

1. Kundalini
2. Cakram atas : helderziend (penglihatan batin).
3. Cakram tengah : untuk intuisi. Untuk menangkap suara dengan batin.

Dan alat-alat sebagai pelengkap yang kegunaannya untuk kebutuhan luar


(alam lahir), yakni :

▷ Daya cipta
▷ Cakra puser (alat pelindung).

Ukuran manusia yang kebatinannya, artinya ia telah sempurna kebatinannya,


yaitu ia telah lihai / sangat mahir mencapai (Jawa : ngambah) ketujuh
tingkatan alam.

Jelasnya : jangkauan yang dicapai oleh jiwanya dengan menggunakan


pesawat batinnya bisa mencapai ASALNYA, yaitu : “ALAM LANGGENG”.
6

Inilah ASAL dari segala yang ADA (Jawa : sangkan paraning dumadi).

Ketujuh tingkat alam ini bisa digolongkan menjadi tida alam yakni :

1. Alam Langgeng : Sumber Sinar yang Abadi : Mahapara nirwana loka :


DIVINE WORLD (alamnya TUHAN).
2. Alam Antara : alam gaib = alam batin = alamnya Roh : Hyang Suksma dan
Badan elemental.
3. Alam wadag (alam lahir )

Susukan
Moeljono
5 November 1985

Manusia dan BADAN PERANTARA (AVATAR)

Yang dimaksud Badan Perantara : ialah Hyang Suksma = Pangeran =


Roh Suci, inilah Penghubung = titik sambung alam : antara alam Kehidupan
dan alam Langgeng.

Beliau Suksma inilah yang fungsinya jadi PENUNTUN Panutan, banyak


manusia yang menamakan Guru Sejati. SUKSMA BESAR itulah SANG GURU
AGUNG (banyak manusia menamakan UTUSAN).

Sesungguhnya Pangeran (Hyang Suksma) itu lengkap : mencakup


banyak arti dan mencukupi segalanya.
Beliaulah Juru Selamat (Jawa : Panjenenganipun babuning keslametan =
babuning karahayon.) IA berfungsi jadi pelindung (Jawa : pengayoman).
Beliaulah Juru Penerang : pembawa CAHYA TERANG dan jadi SUMBERING
PADANG pada setiap individu manusia – uga babuning kawicaksanan
(wisdom) sarta babuning bener.

Yang terpenting adalah : Beliaulah Sang PENUNTUN : Guru Sejati.


(Jawa : sing paring tuntunan – paring petunjuk-petunjuk – nuduhake
marganing SAMPURNA) = guna mencapai Kasampurnan (MOKSA).

“Pembebasan Hidup”
manunggal ASALNYA : “MAHA LANGGENG”.
7

Susukan
Moeljono, Kumalajati
Januari 1986

PANGERAN (Hyang Suksma) berada pada Titik puncaknya alam antara –


tingkatan tertinggi alam Roh. Bagi setiap individu manusia SUKSMA
(PURUSA = ATMA) berada pada “titik pusat batinnya manusia”. (Jawa :
Pangeran ana ing telenging batin, tegese Pangeran kuwi dumunung ana ing
pusat batine manungsa. Dadi cetane : ana ing alam batin, ora ana ing alam
wadag (alam lahir).

Inilah tujuan meditasi – dan jadi periode dasar samadhi yang harus bisa
dicapai (Type : samadhi berbiji).
Efek – pengaruh – hasil sampingan dari samadhi wicaksana. (It’s the basic
principles of wisdom).
Pada alam inilah “Spiritual World” = Kawula (natine manungsa) bisa ketemu
GUSTI (Pangeran = Hyang Suksma dan mendapat tuntunan –
petunjuk-petunjuk untuk meneruskan usahanya menuju pada ASALNYA,
yakni “MAHA LANGGENG” : Kekal Abadi (Kasampurnaan = Kamoksan)
DIVINE WORLD.

Inilah kunci “pambukaning kerahasiaan gaib”, AGAR TAHU (Jawa : WERUH


LAN NGERTI) BAB urip lan KASAMPURNAN.
Semoga usahamu berhasil : bisa ketemu Pangeran dan akhir kehidupanmu
bisa kembali pada ASALNYA. (moksa = sampurna).

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
November 1985.

MAHA LANGGENG
Mahaparanirwanaloka
“Pamudaran : MOKSA = Pembebasan Hidup”

alam antara tingkatan tinggi

“alamnya SANG GURU AGUNG”

Paranirwanaloka
8

Alam antara tingkatan rendan

“alamnya napsu”

alam physic

“alam wadag”

Basic Training : Meditasi

Latihan Dasar Meditasi

Tak tulis lugu – sederhana murih cetha, kanggo sanguning urip


ngambah ing alaming kelairan – alam wadag lan kanggo kebutuhane bali
marang Alam Langgeng – manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa,
Kasampurnan Jati (moksa).

Muga-muga dadia seluruh uga pangeran : mudeng carane manembah


sing bener sarta ngerti dununge kang sinembah. Tegese : ngerti carane –
ngerti dalane sowan marang Pangeran, lan sing baku bisa ketemu Pangeran
(Gusti), perlune bisa ngerti Panutan (Penuntun) sing bener, yakuwi Gusti sing
nguwasani uriping manungsa. (manifestasi titik cahya Ke-Tuhanan di alam
ketiga : Spiritual World).
“Sih nugraha sing luhur dhewe – ya kemuliaan tertinggi” kuwi manungsa
kang tansah cinaket ing Gusti sarta manunggal Uripe pinarengake tansah
kabegan pepadang.

Pepadang kuwi apa?

Jawaban : Pepadang kuwi cahya Langgeng : Pancaran Sinar yang Abadi :


Cahyaning Pangeran = Cahya TUHAN.
Dadi cethane : Usahakan – udinen nganti bisa ketemu Gusti : (Pangeran :
Hyang Suksma : Penuntun : Guru Sejati).

Ing ngendi dununge?

Jawaban : dipusat batinmu : ing telenging batinmu. Telenging batin


manungsa kuwi “Padang anelahi – padang sumirat – padang trawangan”.
Cahya padang anelahi kuwi PANGERAN.
Pangeran : Hyang Suksma iki sing nguwasani uriping manungsa. Mestine
(seharusnya) Beliaulah sing tansah ngosikake (ngobahake – menggerakkan)
– menentukan dan memimpin ( menuntun) mobah mosiking manungsa.
9

Pangera : Hyang Suksma (Roh Suci) ialah manifestasi (pernyataan :


perujudan) Pancaran Sinar Ketuhanan ing batine manungsa.
Wigati banget : Biasakan eling marang Pangeran – belajarlah – meditasi –
dimen bisa ngambah alam batin (alam gaib) – bisa kepetuk pepadang :
Cahaya Tuhan, bisa ketemu Pangeran (Guru Sejati) – Lan bisa manunggal, ya
junbuhing Kawula – Gusti = “jumeneng Wisnu Murti”.

Hyang suksma : Higher Self : iki sing paring pengayoman / perlindungan


murih rahayu – paring padang : ndayani kawicaksanan / sumbering bener –
paring tuntunan-tuntunan marganing Kasampurnan Jati : bali marang
Kelanggengan : alamnya Tuhan.

Lahir batin – uripe bisa bener lan padang, sebab tansah tinuntun dening
Pangeran, ndayani kalis ing rereged, kalis ing pepeteng, tansah suci – padang
laire lan padang batine. Urip ing alaming kelairan (alam wadag) pinaringan
tentrem – bahagia – bener, laras (sesuai) karo Karsaning (will) Pangeran,
tansah anut sumbering bener, lire : tansah anut osiking Pangeran sing
nguwasani uripe. Mula pakartining lair sarta pakartining batine bener, kebak
ing kawicaksanan sebab tansah weruh “SINAR KEBENARAN”, ya cahyaning
gusti andayani : pikirane – angen-angen – gagasane – karepe – artine –
rasane dalah batine suci lan padang.

Manungsa utawa kawula kang cinaket Gusti, luwih-luwih kulina


manunggal, tansah kebegan sih nugrahaning Pangeran, katarina wiwit purwa
– madya – tumeka – ning “wasana jati”, tegese : ketrima uripe : tentrem –
mulya – bahagia – tumata sakabehe, lan besuke : pungkasaning uripe bisa
ketrima, lire : pinarengake bali marang alam langgeng (ASALE) :
“Kasampurnan Jati”. (moksa).

Utamane wong urip kuwi bisa weruh marang sing murba uripe utawa
weruh marang sing nguwasani uripe. Weruh – ngerti marang sing murba urip
kuwi cethane : “Bisa kepethuk – ketemu sing nguwasani uripe, yakuwi
Pangeran utawa Hyang Suksma”. Bisa rerembugan – guneman secara batin;
carane nggunakake alat batin : cakra tengah – mengadakan tanya jawab bab
keperluan apa wae sing dibutuhake : ing bab kalairan apa bab batin. Sing
penting banget, kapan ketemu pangeran, takona : ing ngendi dununging
Kelanggengan alam Langgeng, ya Kasampurnan – lan takona carane
nggayuh (ngudi) KASAMPURNAN (MOKSA).

Pangeran : maha asih – maha murah – maha suci – maha wikan; yen
temen-temen pangudine (bilamana dengan kesungguhan hati serta
kesuciaan hati), utawa yen estening batin temenanan (sungguh-sungguh) –
batine swiji – tansah eling marang gegayuhane – Pangeran tansah paring
tuntunan – ya paring pituduh (memberi petunjuk-petunjuk) : cara-carane
dalah marganing Kasampurnan (moksa).
10

Mula wong sinau bab-bab kebatinan, kudune ngerti dan punya arah
yang tepat – lan tujuane “bener = tepat”, ya kuwi ketemu Pangeran sing
nguwasani uripe.

Pangeran = Hyang Suksma = (penuntun = Guru sejati) iki sing


ngobahake – sing ngosikake uriping manungsa, ya sing paring pengayoman
(perlindungan) ndayani slamet – rahayu, paring pepadang : Pancaran Sinar
Tuhan : ndayani wicaksana : ngerti lan weruh apa wae – pituwase bisa bener
lair lan batin, paring tuntunan-tuntunan – pituduh – petunjuk-petunjuk ing
bab alaming kelairan ( alam wadag) – alam batin – alam gaib, lan sing luwih
wigati : paring tuntunan / petunjuk-petunjuk carane ya margane kang tumuju
marang Kasampurnan; tembunge liya = paring petunjuk-petunjuk sarta
tuntunan-tuntunan “carane bali uga dalane bali tumuju marang ASALE : alam
langgeng” (moksa).

Dadi samangsa tekan wektune ninggalake alam kalairan (alam


kewadagan) bisa bali marang ASLINE, tegese : bisa bali “manunggal Alam
langgeng”. (alamnya Tuhan).
Inilah yang disebut : kembali ke ASALNYA : “Kasampurnan Jati” (moksa).

Mula sajrone urip ngambah ing alaming kelairan, nadyan akeh


kewajiban / tugas-tugas duniawi kang diayahi, nanging batine aja nganti
kalimput. Kulinakna (biasakan) eling marang Pangeran sing nguwasani urip
kita. Kanggo sesamben kala mangsa sela ayahan wajib duniawi – samangsa
sepi : elinga marang Pangeran – belajarlah berhubungan dengan Pangeran
nganti bisa ketemu (kepethuk).

Kapan bisa ketemu Pangeran, nyuwuna – takona apa sing kok


butuhake. Manungsa bisa kepethuk Pangeran, inilah masalah yang paling
pokok, yang paling urgent dan hal-hal yang paling vital, dan keharusan mutlak
untuk diusahakan sampai berhasil, artinya : bisa weruh Pangran dan bisa
manunggal – Dadi murih cetha dan tegas.

Apa tujuan meditasi?

Jawaban : butuh ketemu / weruh pangeran, guna mengadakan tanya jawab


tentang kebutuhan-kebutuhan apapun dan yang terpenting untuk
memperdalam pengetahuan-pengetahuan batin (pengetahuan keadaan alam
gaib) dan “bisa mencapai Kesempurnaan”, artinya : bisa manunggal ALAM
LANGGENG (moksa).

“Tiada terbabar lagi : telah bebas dari proses pembabaran alam =


Pembebasan Hidup”. “LANGGENG salawase datan owah gingsir”.
Tujuan batin : PANGERAN : inilah arah / tujuan kesadaran artinya : yang jadi
obyek (sasaran) : tujuan pada proses meditasi.

Definisi : meditasi adalah proses pemusatan kesadaran. Jika kesadaran telah


memusat, artinya kesadaran telah mencapai “tujuan” itulah samadhi.
11

Manifestasi (realisasinya) : tujuan nampak : Pangeran nampak : Pangeran


mawujud : Pangeran ngeja wantah. Dengan kata lain : bisa ketemu lan weruh
(melihat) wujuding Pangeran sing nguwasani uriping manungsa : kawula
kepetuk Gusti : kawula ketemu Gusti : manungsa kepetuk Allahe : “batine
manungsa weruh Pangerane”.

Tingkatkan – usahakan agar bisa “manunggal” : manunggaling kawula Gusti


= jumbuhing kawula Gusti; tegese : wis bisa Sarira Pangeran.
“Manusia yang benar : ialah manusia yang segala gerak-geriknya :
aktivitasnya : pakartining lahir lan pakartining batine tansah diosikake dening
Pangeran utawa Roh Suci.

Jadi seluruh peri kehidupannya tansah ditentukan – tansah tinuntun dening


Pangeran. Iki manungsa sing cinaket Gusti, uripe sumende – sumarah
(menyerahkan diri seutuhnya) marang pangeran (Gusti); manungsa
mangkene iki wis kalising rereget – kalising peteng – lair batine suci, mula
wus kepareng mapan ing PADANG, jroning padang iku PANGERAN.
Inilah tujuan meditasi : bisa ketemu – weruh Pangeran : Hyang Suksma.
(Type : samadhi berbiji).

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
November 1985

Meditasi

Definisi : Bersatu terus-menerus dengan tujuan itulah yang disebut meditasi.


(pemusatan kesadaran).

“Tujuan”, apa yang dituju?


Tujuannya adalah : ketemu pangeran.

Ing ngendi dununge Pangeran?


Pangeran dumunung ing (berkedudukan) ing pusat batine manungsa; dadi
ana ing alam batin (alam gaib : alam ketiga).

Apa tanda-tandane alaming Pangeran?


Utawa : apa titikane alaming Pangeran (Atmaloka)?
Jawaban : “Kaanan alam padang anelahi – padang simirat tanpa
wewajangan” iku alaming Pangeran.
Pangeran dumunung jroning Padang.

Kapan bisa ngambah Alam Padang : Spiritual World = alam ketiga, yekti bisa
kepetuk Panngeran; ya ing kene iki kita bisa ketemu Guru sejati (Penuntun) :
sumbering bener – sumbering kawicaksanan – sumbering karahayon –
12

sumbering katentreman = wiwaraning Kasidhan Jati.

PANUNTUN (penunjuk jalan) kang nuju KAMOKSAN, uga


pengemudining Kundalini (pesawat batin) untuk moksa : tumpakaning Hyang
Suksma / Jiwa kanggo bali marang ASALE = alam Kelanggengan.

“Hyang Suksma manunggal Kundalini, gerak kundalini bebarengan Suksma


cepat sekali (secepat kilat) telah lenyap. (moksa).
Cethane : Gerak Kundalini lan Jiwane pepindane : lakuning kreta – KUSIR lan
dalane tumuju marang Kasampurnan Jati (moksa).

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
November 1985.

Kepriye bisane kepethuk / weruh Pangeran?

Jawaban : Bisa kepetuk Pangeran, kapan bisa ngrucak badan wadage –


ngrucat badan-badan napsune (memisahkan badan-badan elemental);
tembunge liya = lolos saka alam wadag lan lolos saka alaming napsu, mlebu
(ngambah) ing alam padang (pusatnya batin) = alam ketiga =alaming
Pangeran = Spiritual World, realisasinya ketemu Pangeran; inilah manifestasi
Titik Cahaya Ke-Tuhanan ing batine manungsa.

Kesadaran batin bisa ngerti – weruh bentuk wujuding Pangeran dalam


keadaan sadar = eling = met beurust. Ya iki pusating kesadaran batin. Dadi
cetane = Kapan kesadaran seutuhnya telah memusat di pusat batin (Jawa :
wis manunggal ing telenging batin), ing kene kita bisa weruh utawa ketemu
Pangeran = Hyang Suksma (Penuntun = Guru Sejati). Badan wadage lan
badan-badan napsune wis eneng sudah pasif : tidak berfungsi, sebab wis
dirucat, ya iki sing diarani : “mati sajroning urip”. Ya “urip sajroning pati”.

Kita (kesadaran = elinge) ngambah telenging batin. Keadaan apa ing telenging
batin?
Jawaban : ngerti (weruh) wujuding Pangeran sarta kaanan cahya (sinar)
padang sumirat dalam keadaan sadar (Jawa : eling) inilah yang disebut
samadhi, artinya telah mencapai tujuan = telah ketemu tujuan = telah ketemu
Pangeran = tujuan nampak = Pangeran kelihatan = Pangeran maujud.
Cethane : weruh – kepethuk – ketemu Pangeran (Penuntun). (Type : Samadhi
berbiji).

Murih cetha :

Meditasi kuwi suatu usaha (makartining batin = activity = gerak ke


13

dalam menuju TITIK CENTRUM : alam langgeng (Tuhan). Meditasi itu cara
serta jalan untuk ketemu Pangeran sing nguwasani urip kita.

Mula wong sinau kebatinan kudune : “punya tujuan yang tepat” utawa
ngerti tujuane sing tepat, serta tahu arah yang tepat (tahu arah yang benar)
dan ngerti carane – ngerti dalane tumuju Pangeran = Sumbering bener =
babuning bener.

Dadi meditasi kuwi proses pemusatan kesadaran dari kesadaran lahir


yang pusatnya pada otak ke kesadaran batin yang pusatnya pada
PANGERAN = pusatnya batin. (alam gaib tingkatan ketiga).
Cethane : meditasi adalah suatu proses penarikan kesadaran (proses
pengalihan kesadaran) dari kesadaran lair yang berpusat di otak – dialihkan
ke kesadaran batin yang berpusat di alam batin, yaitu alam ketiga = Atma
Loka = Spiritual World.

Jika kesadarannya telah memusat dipusatnya batin (alaming


pangeran), badan wadage pasif (eneng : tidak berfungsi), tembunge liya :
badan wadage lan badan napsune : eneng (mati sajroning urip).
Kita ngambah ing alam batin : alaming Pangeran.

Kaanane (ke-ada-annya) kepriye?

Jawaban :

Nampaknya Pangeran (Suksma).


Pangeran kelihatan : tahu wujudnya Pangeran serta keadaan alamnya :
padang anelahi : padang sumirat tanpa wewajangan.
Ya iki sing diarani kawula ketemu Gusti : batine manungsa ketemu Pangeran
sing nguwasani uripe : Kaanane sawujud : Pangeran : hyang SUKSMA – ing
kene iki telenging batin = pusating batin = alaming Pangeran = atma loka :
Niswanaloka “batine manungsa bisa weruh (ketemu) wujuding PANGERAN
lan nampa piwulang suci – piwulang bener : ing bab URIP lan Kasampurnan”.

Ing telenging batin iki bisa ketemu Pangeran = Guru Sejati = Panuntun
: Pngeran sing murba urip ing manungsa, sing paring pengayoman : ndayani
tansah rahayu (slamet), paring pepadang (cahyaning Pangran) = ndayani
tansah wicaksana sarta bener, paring daya sucine = ndayani katentreman lair
batin – mahanani suci lair batine lire : batine tansah wening – resik – suci
ora kecipratan rereged – uga ora kaling-kalingan peteng.

Dadi nadyan isih urip ing alam wadag, nanging tansah kaebegan
padang, tegese : tansah nampa lan weruh “cahyaning Pangeran” = SINAR
KEBENARAN.

Iki manungsa kang cinaket GUSTI.


Tingkatkan dan usahakan agar bisa : “manunggal Pangeran”.
“Pangeran : Hyang Suksma : Guru Sejati” iki sing paring tuntunan margane
14

kang tumuju marang kelanggengan : kasampurnan (moksa) : kembali ke :


SUMBER ABADI : Langgeng. (Sampurna)

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
30 November 1985

Cara Meditasi

Sikap : netral : kendor. Duduk : lungguh jejeg sarwa kendo (kendor) utawa
turon : tiduran terlentang lurus dan netral.

A. Pendahuluan : Konsentrasi

3 – 5 menit (secukupnya).
Cethane : Batine swiji : eling marang Pangeran – arahnya ke dalam batin
(Jawa : ing telenging batin dan : kawula (estining batin) nyuwun tuntunan,
kawula nyuwun pinanggih dsb).
(Isining batin – tujuaning batin – mantram batin).

B. Meditasi (sedang dalam proses meditasi).

Sebagai sarana – isyarat – cara untuk hal ini diperlukan :


1. Kesadaran tunggal : batine swiji : eling marang Pangeran atau
merenungkan Pangeran sing nguwasani uripe.
2. Pengaturan napas : pengendalian napas.
3. Mantram batin : kata-kata yang diucapkan batin.

Untuk latihan dasar meditasi, pengaturan napas serta mantram sangat


berperan dalam proses pemusatan kesadaran, artinya : pengaturan napas
beserta mantram turut memproses pemusatan kesadaran.

Agar jelas : praktek – pelaksanaan meditasi demikian : “Batine swiji :


kesadarane : elinge swiji : eling Pangeran dibarengi pengaturan napas
beserta mantram”.

Tariklah pernapasan dalam (pernapasan batin) dari bawah puser, tepatnya


disekitar pusat syahwat (disekitar pusat air seni : disinilah pangkal Kundalini)
dengan perlahan-lahan – lembut – halus – semakin panjang tariklah ke atas
melewati tulang belakang menuju otak, terus disalurkan ke pusat batin
(Pangeran); estining batin swiji : tansah eling Pangeran. (Tansah eling
marang Pangeran terus-menerus tiada terputus-putus, begitu pula sedang
mengeluarkan napas : keluarkanlah napas dengan perlahan-lahan – lembut –
halus – semakin panjang).
15

Dilihat dari kelairan, sedang mengeluarkan udara melalui hidung, nanging


batine sedang menyalurkan kesadarane – utawa sedang memusatkan
kesadarane ke pusat batin : “Pangeran” (alam gaib lapisan ketiga : alamnya
Roh Suci).

Sedang menarik napas dan mengeluarkan napas dibarengi mantram batin


AUM (diucapkan OM panjang sesuai dengan panjangnya pernapasan).
Keterangan : Mantram lainnya bisa dengan : AUM, SANTI, HU, ALLAH, dll.

Mantram AUM : iku sebutaning Pangeran sing nguwasani uriping manungsa.


Mantram AUM (diucapkan batin), ucapkan batin OM sangat panjang – sesuai
dengan kepanjangan pernapasan (kepanjangan napas dan keluarnya napas).

Ringkese :

Batine swiji : eling marang Pangeran dibarengi pengaturan napas


beserta mantram AUM. Iki minangka sarana utawa cara untuk memproses
pemusatan kesadaran. Jika kesadarannya telah memusat di pusat batin (ing
telenging batin) dengan otomatis kita kepetuk PANGERAN : ketemu Hyang
Suksma.

Tegese :
Pasinaoning batin – usaha batin kita bisa berhasil, lire : kita bisa
mendapatkan PENUNTUN (Guru Sejati).
“Kawula Ketemu Gusti”, utawa “Kawula weruh Gusti”,
sing luwih cetha manungsa bisa kepethuk – weruh Pangeran sing murba
uripe.
Sing ketemu Pangeran – ya sing weruh Pangeran kuwi batine manungsa,
dudu wadage. Kepetuk utawa weruhe ana ing alam batin : alam gaib =
alaming Pangeran = alaming Roh Suci = Spiritual World = Atma loka =
Nirwana loka (alam tingkatan ketiga).
Inilah arah yang tepat sarta tujuan sing bener, Keterangan : tujuan meditasi
ialah Pangeran.

Disinilah kita ketemu Penuntun (Pangeran) lan nampa tuntunan sing bener :
kanggo kebutuhaning urip ana ing alaming kelairan (alam wadag) lan kanggo
kebutuhane bali marang Alam Langgeng.

Hyang Suksma = Guru Sejati iki sing paring tuntunan petunjuk-petunjuk


marganing SAMPURNA, bali marang ASALE = Maha Langgeng.
“Mahaparanirwanaloka” (moksa).

Susukan
16

Moeljono, Kumaladjati
1 Desember 1985

“Pantangan-pantangan – Larangan – Sirikane Sajroning Meditasi / Sedang


Meditasi”

1. Sedang meditasi ana apa wae aja digatekake. Lire : ana swara – ana rasa
– ana rupa (wewujudan) – ana cahya apa wae aja digatekake lan aja
disaruwe. Tegese : ana swara aja dirungokake, ana rasa wedi – rasa gila
banget – rasa mrinding -- malah sok ana rasa mengkorog banget aja
dirasakake, ana wewujudan apa wae aja ditonton (jangan dilihat) – jangan
diamati – sebab kesemuanya ini menghambat / ngrendeti pemusatan
kesadaran. Uga ana cahya apa wae aja ditonton – aja digatekake.

2. Sedang meditasi : bab-bab kewadagan / bab-bab kelairn kosong (vacum).


Badan wadage sarta badan-badan aluse (badan-badan napsune) tidak
berfungsi : pasif = eneng. Cethane : yen lagi (sedang) meditasi pikiran
kosong lire : aja nggambar-ngambarake wujuding Pangeran, aja
ngenta-enta (nyitak) wewujuding Pangeran. Jangan membayangkan
bentuk/wujuding Pangeran, nggambar-nggambarake – membayangkan –
ngrnta-enta kuwi rak fungsine pikiran – isih kagolong bab-bab kewadagan
utawa bab-bab kelairan – mangka wadag kudu eneng, tegese ora makarti
: pasif : tidak berfungsi.

Ingat !! Pangeran tan kena kinaya ngaoa.

Yen lagi meditasi aja ana pengarep-arep kepetuk Pangeran, utawa lagi
meditasi aja ana pengarep-arep kepingin weruh Pangeran utawa kepingin
ketemu Pangeran. Pengarep-arep kepetuk Pangeran, kepingin weruh
Pangeran, pengarep-arep – pepinginan iki isih kagolong / klebu bab-bab
kewadagan; mangka mestine : sajroning meditasi kewadagan lan
badan-badan elemental (badan-badan napsune) meneng : pasif : tidak
berfungsi.

a. Jika gerak Kundalini dan kesadaran telah mencapai “alam keempat


lapisan atas” hampir masuk alam ketiga (alaming Pangeran), yakni :
“diambang alam ketiga”, ing kene iki alam sing gawat banget : sangat
kritis – malah-malah sok krisis kesadaran.

Kaanane kepriye? Utawa apa sing ana?

Keadaan alamnya :

a. Katon ana cahya padang anelahi nganti mbarengi – sangat silau; yaiku
sinar cahyaning Pangeran; ana sing ngarani warananing Hyang Agung =
Aing-aling Pangeran. Cahya padang trawangan – padang sumirat tanpa
17

wewayangan kuwi cahyaning Pangeran.

b. Ana gegeter = ndayani gitok krasa mrinding – malah sok krasa


mengkorog banget – rasa wedi – sok nganti krasa gila banget. Umume
pada miris, banjur keplayu; tegese : jugar (leren) anggone meditasi, awit
rasane gila banget.

Carane mengatasi murih bisa lolos saka kaanan alam iki mengkene : nadyan
katon ana cahya padang sumirat nganti mblerengi, aja digatekake, tegese :
aja ditonton – jangan dilihat – jangan diamati. Sebab yen ketungkul
nggatekake cahya padang = utawa yen ketungkul namatake sinar terang
(cahyaning Pangeran) gerak kundalini berhenti (mandeg), tegese : kandas –
mandeg – katrem ana ing alam iki, ora bisa lolos saka alam keempat. Manka
mestine / kudune : bisa lolos – menerobos Cahya Terang mlebu ing alam
ketiga : alaming Pangeran.

Ing alam ketiga iki = ing pusating batin iki = ing alam padang iki kita bisa
ketemu lan wetuh Pangeran = Hyang Suksma sing nguwasane uriping
manungsa. Ketemu Pangeran sing nguwasane uripe – weruh bentuk serta
wujuding Pangeran sing murba uripe – iki dalam keadaan SADAR (Jw. Eling :
met bewust). (kesadaran batin = elinging batin).

Yen ketungkul nggatekake cahyaning Pangeran, lire : yen ketungkul nonton


(melihat) Cahyaning Pangeran, Kesadarane (elinge) marang Pangeran
terputus. Tegese : lali tujuaning meditasi : lali marang Pangeran lan uga leren
(berhenti) nggone meditasi. Cethane : elinge marang Pangeran lenyap (ilang)
ketungkul nonton cahya padang, mediatsi uga mandeg (berhenti). Gerak
KUNDALINI lan pemusatan kesadaranne kandeg utawa kandas terbentur
sinar terang (cahya aling-alinge Pangeran).

Minangka mestine : kesadaranne manunggal : memusat ing alam ketiga :


pusating batin : alaming Pangeran; bisa kepetuk lan weruh kasunyataning
Pangeran.

Pangeran katon swantah ing alam bayin; tembunge liya bisa ketemu
lan weruh wewujuding Pangeran ing alam batin : Spiritual World. “Kaanan
padang nelahi – padand trawangan tanpa tepi, padang sumirat datanpa
wewajangan – anane amung sawujud : “Pangeran : Hyang Suksma : Atma”.

Ya iki sing diarani : kawula ketemu gusti, manungsa bisa ketemu


Pangeran sing nguwasani uripe. Sing ketemu Pangeran – ya sing weruh
Pangeran kuwi batine manungsa – dudu wadage.

Ing kene papane nampa piwulang suci – menerima tuntunan


(petunjuk-petunjuk) – dawuhing Pangeran (wisik-ilham = intuition) bab URIP
lan Kamoksan (kasampurnan) ya dununing Langgeng.
Intuition = “Pangeran = Hyang Suksma” iku kasunyatan ingsun – dumunung
ing batine manungsa. Sumbering padang iku ingsun. Padang iku cahyaning
18

SUN.

Untuk mencapai hal ini, gunakan pesawat batinmu !


Yakni : kapan Kundalini lan kesadarane (elinge) bisa ngambah “pusating
batin” = alaming Pangeran, maka dengan otomatis ketemu (weruh) Pangeran.
Keterangan : Pangeran adalah “manifestasi Titik Cahya Ke-TUHAN-an di alam
ke tiga : Spiritual World : pusat batine manungsa = Atma Loka = Nirwanaloka.
Nirwanaloka = ilanging peteng.

Kaanan PADANG kajumenengan PANGERAN (Hyang Suksma).

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
3 Desember 1985

Gitok krasa mengkorog lan saranduning badan krasa mrinding – rasa gila
banget, iku realitas penggodaning napsu murih pamurunging laku. Kesadaran
batin kita wis tekan alam keempat lapisan atas – meh lolos saka alam wadag
lam alaming napsu.

Pesawat batine : gerak Kundalini serta kesadarane telah mencapai


alam keempat atas – meh lolos saka alam wadag lan alaming napsu.

Yen lagi sepisanan pisahe Hyang Suksma (Pangeran) saka badan


wadage lan badan-badan napsune, utawa Hyang Suksma ngrujat badan
wadage lan ngrujat badan-badan napsune pancen abot banget. Arang
manungsa sing kuat; tegeses : mung setitik banget sing bisa lolos.
Cethane : sanadyan akeh manungsa kang pada nindakake meditasi, pada
sinau semedi maladi ening – butuh ketemu Pangeran sing murba uripe,
nanging pancen amung setitik banget sing bisa berhasil, ketekan
gegayuhanne : ketemu Pangeran minangka Panuntun – ya Guru Sejatine.

Apa sebabe mangkene?

Jawaban : Kualitas kepribadian manusia tidak sama. (jw. Norma (ukuran)


kapribadening manungsa ora pada = beda-beda).
Siapapun yang “keilmuannya serta metodenya” tepat dengan disertai norma
kesucian batin yang tinggi – dan usahanya kuat, itulah manusia yang bisa
cepat mendapatkan PENUNTUN : Guru Sejati, amung iki manungsa kang bisa
ketemu Pangeran – bisa weruh Pangeran (Gustine) lan kepareng nampa
piwulang Suci bab URIP lan KASAMPURNAN (langgeng – moksa).

Kepriye carane mengatasi murih bisa lolos saka alam wadag sarta alaming
napsu? Utawa kepriye carane murih bisa ngrucat badan wadage lan ngrucat
bada-badan napsune?
19

Jawaban :
Sing swiji batine, lire : tansah eling Pangeran (terus menerus eling Pangeran
tiada terputus-putus) ana apa wae aja digatekake – sing sentosa batine aja
wedi – aja gila – sing bisa ngalahake (ngasorake) pakartining napsu – ya
panggodaning napsu.

Teruskan meditasi! – aja mandeg – aja kandas – maka dengan


otomatis lolos saka alam wadag – lan lolos saka alam napsu – terus masuk
(ngambah) pusating batin – ya telenging batin : ing kene iki alaming
Pangeran. Pituwase (hasile) bisa weruh dan ketemu Pangeran.

Ya Pangeran iki minangka Guru Sejati kang bisa nuntun – nuduhake


marganing Kasampurnan = Kamoksan bali marang ASALE : MAHA
LANGGENG. Uga paring pengayoman : ndayani tansah rahayu – slamet,
paring pepadang : memancarkan SINAR TERANGNYA = Sinar Kebenaran :
ndayani kawicaksanan lan tansah bener; paring daya sucine : andayani resik
– suci – ning lair batine – mahanani katentreman ing uripe.

Cethane : manungsa sing weruh Pangeran kang nguwasani uripe


(weruh – kepetuk – ketemu Pangeran ) – tansah cinaket – luwih-luwih yen
kulina manunggal – ya jumbuhing kawula Gusti, tegese : wis kulino Sarina
Pangeran : jumeneng Wisnu Murti kang sinedya ana kang cinipta dadi.

Tegese : saciptane dadi.


Uripe nadyan tata laire isih ngambah ing alam wadag, nanging batine sejatine
nyamut-nyamut = urus Sarina Suci = Alam Padang – mula uripe tansah
kabegan pepadang – pepetenge wis ilang – reregede wis sirna (lenyap).
(Karma telah lenyap).

Yang ADA – Beliaulah PANGERAN : Hyang Suksma : Purusa = Atma dengan


keadaan alamnya swasana padang.

Ingat! Alaming Pangeran : Atma Loka : Nirwanaloka iki isih ketemu alam
antara tataran tinggi, puncak lapiran tertinggi alam alus (alam Roh).

Usaha batin bisa mencapai (ngambah) alaming Pangeran dan ketemu


Pangeran iki durung rampung, tegese : durung tekan ing Kamoksan
(Kasampurnan). Lire : durung bisa bali marang ASALE.

“Kelanggengan : Kekal Abadi” dengan kata lain : kembali pada


ASLINYA – manunggal Pusat Cahaya : “DAT LANGGENG” : Titik Centrum
Sinar Abadi = Kasunyataning PRANAWA = PADANG tanpa tepi – padang
tanpa wates – ya sejatining LANGGENG = “HENENG salawase datan owah
gingsir”, iki dununging Kamoksan – ya jatining Kasampurnan.

MAHA LANGGENG
20

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
Desember 1985

Lolosing Suksma yen wis kaping pindone – kaping telu – kaping pate
lst – luwih-luwih wis kulina lolos saka badan wadage (Jw. Wis linyu : sudah
mahir ngruyat / melepas wadage sarta badan-badan napsune), gegetere –
wedine – rasa gilane saya mundak enteng, mung kari krasa prinding – mak
prenyang mak kleler sacileretan.

Manungsa sing wis sarira Pangeran : lair lan batine padang – lair
batine resik (suci) – rereged utawa pepetening batin ilang (lenyap), sebab
badan-badan napsune wis meneng : pasif – tidak berfungsi. Uripe, ya
makartining lair batine anut ASIKING Pangeran, tegese : tansah manut
miturut karsaning Pangeram – jalaran tansah manunggal (jumbuh).

Usaha (pengudine) untuk keberhasilan meditasi dan mencapai samadi,


lire usaha bisane ketemu Pangeran (Hyang Suksma), mengkene :

1. Membiasakan = ngulinakake enenging kewadagan, lire : usaha


ngulinakake meneping kekarepan – meneping pepenginan lst.
Ngulinakake meneping rasa = tansah tenteram – tenang. Lenyapkan
(ngilangake) rasa bungah – susah – rasa marem – sengsem – lega –
cuwa – rasa sengit – rasa gela lst. Sebab makartining kekarepan –
pikiran – pepenginan, lan rasa iki sing nuwuhake (sing nganakake) – ya
sing ndjalari “anane pepeteng utawa reregeding batin”. (karma : hasil /
wohing pakarti). Yen pikirane – pepenginane – kekarepe – rasane wis
menep, reregeding batin ya tipis – pepetenge ya tipis; ndatani rancaging
meditasi : ndayani kelancaran meditasi. Cethane : proses meditasinya
untuk mencapai samadi bisa cepat.

2. Membiasakan : ngulinakake enenging badan-badan elemental, tegese :


ngulinakake meneping badan-badan napsune. Sebab ya badan-badan
napsu iki sumbering pepeteng – sumbering rereged. Makartining
badan-badan napsu iki sing njalari pepetenging batin, utawa sing
nganakake (yang meng-ada-kan) reregeding batin. Yen pakartining
badan-badan napsune wis tipis, reregeding batin ya tipis – pepetenge ya
tipis. Menawa badan-badan napsune wis menep : eneng : reregeding batin
ilang – pepetenging batin ya ilang (telah lenyap). Mula batine resik –
batine suci – batine padang; anjani (mempengaruhi) meditasi bisa cepat
berhasil, tegese : pemusatan kesadaran prosese cepat. Usahane
(pangudine) butuh kepetuk Pangeran (panuntun) prosese cepat – dalam
waktu pendek bisa ketemu Pangeran sing nguwasani uripe.

3. Yen kuat (jika memungkinkan) : ngengurangu mangan – ngengurangu


21

turu, ini merupakan sugesti – minangka tapaning raga, murih resiking


badan wadage – ndayani rancaging laku – nyepetake kate – kaning
gegayuhan, tegese : tujuaning gegayuhan enggal berhasil.

4. Sing paling baku : sing paling pokok ya kuwi : ngulinakake meditasi.


Waktu sing migunani banget + pkl. 01.00 – 02.00 malam. Suwine meditasi
+ 30 menit (1/2 jam). Meditasi iki kalebu Usaha yang terpokok untuk
mencapai sesuatu tujuan. Dadi cetane : ngulinakake meditasi iki usaha
sing paling penting murih bisane ketemu Pangeran.

Ingat! … Kepetuke Pangeran, ya ketemune Pangeran = weruh marang Gustine


(Hyang Suksma) ana ing alam batin : ana telenging batin.
“Pangeran dumunung jroning padang”, ya pusat batin manungsa.

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
Desember 1985

Mahaparanirwanaloka

Maha

Langgeng

Guru Agung : Maha Purusa


22

Guru Sejati : PURUSA : HYANG Suksma

-----------------------------------------------------------------------------------

Putih

Kuning

Abang

Ireng

Alam Wadag : Alam Lair

Skets : Alam …. (satu lembar)


23

Type : periode : “Tingkatan Samadhi”

Moksa
24

Maha Langgeng

Nirbijan Samadhi

F u s I

Adept : Maha PURUSA : Guru Agung

Hyang Suksma : PURUSA : Guru Sejati

L o l o s

B a d a n–badan Elemental

Alam Wadag : Alam Lair

Samadhi

A. Samadhi berbiji

Tujuannya : untuk ketemu dengan Penuntun.


Yang dimaksud Penuntun adalah : Pangeran : Hyang Suksma : Purusa : Atma
25

: Ego : Higher Self : de warr ik : Roh Suci : Guru Sejati : guna adakan tanya
jawab dan tahu mengerti tentang pengetahuan-pengetahuan gaib /
pengetahuan-pengetahun batin.

Pangeran kedudukannya : berada dipusat batin (Jawa. Pangeran dumunung


ing telenging batin).
Diwaktu sedang meditasi yang disadari atau yang diingat Pangeran
(Penuntun), sebab disinilah jadi “tujuan kesadaran – pusat kesadaran”.
Jelasnya : yang dijadikan tujuan batin adalah Pangeran (Penuntun : Guru
Sejati). Pangeran jadi titik pusat kesadaran batin. Untuk mencapai tujuan ini :
alat batin yang pegang peranan atau yang berfungsi ialah Kundalini. Inilah
alat ukur yang sangat menentukan.

Sampai dimana jangkauan ilmunya atau sampai dimana alam gaib yang
dicapainya, tergantung pada ukuran aktivitas Kundalini itu sendiri. Maka bagi
anda yang bertujuan MOKSA, inilah pesawat batin yang utama dan
keharusan mutlak untuk disempurnakan. Artinya : aktivitasnya sempurna –
otomatis geraknya dan dengan secepat kilat dapat mencapai sasaran
terakhir : dapat mencapai ASLInya : kembali pada ASALnya Sumber Abadi :
Alam Langgeng : MOKSA (sempurna).

Yang jadi masalah terpenting yakni :


1. Jalan manakah yang menuju Kasampurnan (MOKSA)?
2. Cara bagaimanakah untuk mencapai Moksa?
3. Alat manakah, alat apakah untuk mencapai Moksa?

Jawaban : Hanya satu alat batin, yaitu : Kundalini.


Keterangan : Kundalini adalah pesawat batin yang gunanya atau fungsinya
untuk pulang kembali ke ASALnya. “Alam Kelanggengan” (Moksa).

Jawaban : Usahakan agar : aktivitas Kundalini sempurna.


Kundalini juga merupakan alat batin untuk membakar – melenyapkan –
meniadakan belenggu-belenggu materi (Jw. Alat batin), utawa piranti kanggo
nyampurnakake badan-badan napsune – nyampurnakake badan-badan
wadage (ragane) – sarta kanggo nyampurnakake roh sucine, bali marang
ASALE – ya balik marang ASLINE : Ketiadaan.
(Sampurna)

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
Desember 1985.

B. Nirbijan Samadhi (Samadhi tak berbiji).

Tujuannya : untuk mencapai “pembebasan Hidup” : Moksa, atau dengan kata


lain : kembali pada ASLInya, yakni : ZAT KEKAL : DAT LANGGENG.
Inilah alam Kasampurnan : Mahaparanirwanaloka.
26

Tujuan kesadaran adalah : Alam Kamoksan : Kelanggengan.


Cetane : yang disadari – arah kesadaran (Jawa estining batin : ELING marang
Kelanggengan utawa eling marang Alam Langgeng).
Ing kene Kasunyataning PRANAWA : Alam ENENG : PADANG tanpa tepi.
Usaha pokok : “membiasakan Eneng”.

Susukan
Kumaladjati
Desember 1985

Cara Meditasi

Definisi : Bersatu terus-menerus dengan”tujuan” – itulah yang disebut


Pemusatan Kesadaran (Meditasi).
Yang dimaksud aadalah : proses-proses pengalihan kesadaran atau proses
pemindahan kesadaran, dari kesadaran fisik (kesadaran wadag : kesadaran
lair) yang kedudukannya di otak ke kesadaran batin (kedudukannya pada titik
pusat batin, Jawa : ing telenging batin : ing kene dununging Pangeran : Hyang
Suksma).
Jadi : meditasi adalah suatu proses penarikan kesadaran dan pemusatan
kesadaran, dari kesadaran lair ke kesadaran batin.

Sistem meditasi :
a. Babak Pendahuluan : 3 – 5 menit (secukupnya). Konsentrasi : pemusatan
pikiran. Tendesinya -–isinya : Ingat : Eling marang Pangeran
(merenungkan sing nguwasani uripe) arahnya ke pusat batin dan mohon
ketemu (Jawa : eling marang Pangeran) dan

1. Kawula nyuwun tuntunan


2. Kawula nyuwun pinanggih.

Keterngan : pilih salah satu saja, yang sesuai dengan kesanggupan


masing-masing.

b. Maditasi :

1. Sadar : eling : met bewust : ingat pada Hyang SUKSMA. (Jawa : eling
marang Pangeran yang berada di pusat batin). Inilah yang dijadikan
tujuan meditasi : tujuan kesadaran, berarti pula yang jadi tujuan batin,
ialah titik pusat batin : “Pangeran : Hyang Suksma : Guru Sejati” (Obyek).

2. Mengawasi pernapasan – mengatur masuknya napas serta keluarnya


napas. Langgam-irama pernapasannya agar tepat, sesuai dengan
kesanggupan yang ada pada waktu itu. Menarik napas secara
perlahan-lahan – lembut – halus dan semakin panjang. Pernapasan
27

sedang meditasi yang tepat dan efisien haruslah : “pernapasan terpadu :


pernapasan kombinasi:, artinya pernapasan luar dan pernapasan batin
bebarengan : pernapasan lair dan pernapasan batin bebarengan.
Pernapasan Lair : pernapasan melalui hidung menuju otak. Pernapasan
batin (pernapasan dalam ) ; dari bawah puser ditarik ke atas melalui
tulang belakang menuju kepala (otak). Keterangan : pernapasan luar dan
pernapasan dalam ini bebarengan – diwaktu sedang meditasi.
Pernapasan kombinasi ini menghasilkan (efek sampingan) : prana (tenaga
batin) dan : untuk mengaktifkan (nguripake) pesawat-pesawat batin.
Adapun yang terpenting pernapasan kombinasi ini adalah suatu cara :
isyarat atau sarana terkuat untuk memproses pemusatan kesadaran dan
berbagai cara untuk menon-aktifkan fisik : badan wadag dan badan-badan
elemental.

3. Mantram batin : (diucapkan batin), sebutaning Pangeran Jawa, nyebut


asmaning Pangeran : AUM (diucapkan OM). Keterangan : mantram AUM
diwaktu sedang meditasi pada samadhi berbiji – yang bertujuan ketemu
Pangeran : Hyang Suksma. Mantram AUM : yang dimaksud ialah
lambangnya Hyang Suksma : Atma : JIWA pada tiap-tiap manusia (pada
periode : samadhi berbiji).

Ucapan batin OM panjang dibarengkan (Jawa : dibarengake), sedang menarik


napas dan pada waktu mengeluarkan napas atau bisa dengan mantram :
AUM SANTI.

Bersamaan dengan menarik napas mengucapkan AUM dan mengeluarkan


napas mengucapkan SANTI (diucapkan batin).
Keterangan : mengawasi jalan keluar dan masuknya napas dibarengi dengan
mantram AUM, fungsinya sebagai katalisator (faktor penguat) dalam proses
pemusatan kesadaran atau berfungsi sebagai pendukung kesadaran.
(kesadaran masih dalam taraf : proses penarikan kedalam (batin) serta
kesadaran masih dalam proses pemusatan.

Agar jelas : Kesadaran yang terurai diseluruh badan wadag : panca indera dll
ditarik ke pusatnya : diotak (pusat kesadaran lair) dan barulah ditarik ke
dalam – diarahkan ke pusat batin.
Titik pusat kesadaran batin : Sprititual World : Alam Loka. Disinilah sasaran :
obyek : tujuan (apa yang dituju) kesadaran : apa yang dicapai oleh kesadaran,
artinya telah memusat dan ketemu dengan “Tujuan” : Pangeran (Hyang
Suksma) nampak.
Keterangan : Jika tujuan kesadaran atau tujuan batin telah nampak : telah
nyata, maka terjadilah : samadhi, yakni : Pangeran nampak : Pangeran
kelihatan : ketemu Pangeran : tahu pangeran (Hyang Suksma).
Inilah yang disebut samadhi (Type : samadhi berbiji).

“Pangeran : Hyang Suksma : Atma : Higher Self : Ego : der warr ik : Purusa :
Roh Suci : penuntun : Guru Sejati” adalah manifestasi Titik cahaya
ke-Tuhanan pada alam ketiga : World of Divine Spirit.
28

“IA” (Hyang Suksma) adalah Pancaran Cahaya Langeng dan selubungnya


“materi halus : Roh Suci” atau “Cahaya Tuhan dengan pengurungnya”
berwujud PANGERAN (Suksma).

Pantangan-pantangan pokok diwaktu meditasi :


Larangan-larangan sing baku :
1. Sedang meditasi ana apa wae aja digatekake lan aja disaruwe.
2. Sedang meditasi aja ngarep-arep apa wae. Lire : aja kecipratan – aja
kalepetan pengarep-arep kepengin ketemu pangeran. Pikiran kosong :
vacum.
3. Sedang meditasi aja mbayang-bayangake – aja nggambar-nggambarake
– aja ngenta-enta (aja nyitak) wujuding pangeran (Jawa : Pangeran tan
kena kinaya ngapa).
4. Cethane : pikiran – hati – karep : eneng : pasif : kosong. Hanya tinggal :
kesadaran batin, ingat terhadap PENUNTUN : eling marang Pangeran.

Panegasan : Mung kari elinging batin marang Pengeran.


Jika kesadaran seutuhnya telah manunggal di pusat batin, maka terjadilah
samadhi.
Artinya : kesadaran telah mencapai tujuan : kesadaran telah sampai pada apa
yang dituju atau kesadaran telah manunggal pada tujuan, yaitu : ketemu
Pangeran (Hyang Suksma). “Pangeran sawantah : pangeran nyata : Pangeran
mawujud”.

Dalam keadaan sadar : met bewust : eling inilah alam ketiga : Nirwanaloka :
Alaming Pangeran : Alamnya Suksma.
Alam padang – padang anelahi – padang trawangan : padang sumirat tanpa
wewayangan.
Keterangan : Badan wadag (raga) dan badan-badan elemental (nafsu) pasif :
eneng : tidak berfungsi (Jawa : mati sajroning urip, urip sajroning pati).

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
Desember 1985

Meditasi

Pendahuluan : Konsentrasi : pemusatan pikiran.


Yang dimaksud : Eling marang pangeran dan nyuwun tuntunan. Utawa
kawula nyuwun pinanggih.
Waktunya : + 2 menit (secukupnya).

Meditasi :
1. Eling marang Pangeran. Arah dan tujuan pada pusatnya batin.
2. Pernapasan dalam.
29

Menarik napas dari bawah puser (disekitar pusat syahwat) dengan


perlahan-lahan – halus – lembut – semakin panjang – ditarik ke atas
melewati tulang belakang menuju kepala – dibarengi mantram : HU (HU
panjang : diucapkan batin) sesuai dengan panjangnya tarikan nafas).

Mengeluarkan napas dengan perlahan-lahan – lembut – halus – semakin


panjang – dibarengi mantram batin ALLAH (diucapkan panjang – sesuai
dengan panjang pengeluaran napas). Pada saat menarik dan mengeluarkan
napas : kesadarannya terus-menerus tiada terputus-putus dipusatkan ke
dalam : pada titik pusat batin : pangeran. (Jw : batine swiji : tansah eling
marang Pangeran : Hyang Suksma). Pada latihan dasar meditasi, pengaturan
nafas dengan dibarengi ucapan mantram batin, nampak berperan : sebagai
isyarat – sarana atau cara untuk memusatkan kesadaran.

Jadi pengaturan napas : pengendalian napas : pranayama serta mantram


turut memproses pemusatan kesadaran.

Susukan
Moeljono, Kumaladjati
Desember 1985

USAHA

Usaha untuk membebaskan Jiwa : dating Pangeran dari belenggu materi


adalah :

1. Belenggu materi kasar (badan Wadag).

Selalu membiasakan : mengurangi – menipiskan dan menonaktifkan


kegiatan wadag (Jawa : tansah usaha lan ngulinakake meneping badan
wadag : enenging kewadagan).

Sing paling poko : usaha meneping pikir lan usaha meneping ati. Sebab
pikir lan ati kuwi kang nuwuhake pepenginan sarta kekarepan sing
mawarna-warna.

Ya makarting pikir lan karep iki sing njalari regeding batin, ateges : sing
nganakake (yang meng-ada-kan) belenggu materi kasar.
Kapan/samangsa aktivitas pikir lan karep wis tipis : reregeding batin ya
tipis. Yen belenggu / reregeding batin wis tipis, prosesing meditasi lancar
(cepet).

2. Belenggu materi-materi halus : iki tuwuh saka makartining badan-badan


elemental (Jw. Anasir patang warna : napsu patang warna : ireng – abang
30

– kuning – putih).

Kapan aktivitas badan-badan elemental tipis, reregeding batin ya tipis.


Luwih-luwih manawa badan-badan elemental wis pasif : wis eneng : tidak
berfungsi, belengguning materi halus wis lenyap, utawa reregeding batin
wis ilang – utawa pepetenge wis ilang. Berarti : batine resik – batine suci.
Sing luwih cetha : aling-alinge wis ilang (tabir/tirai gaib sudah lenyap).
Sing ana : “cahya padang anelahi” Padang sumirat tanpa wewayangan.
Ing ngendi dumuning PANGERAN? Jawaban : Pangeran dumunung
sajroning PADANG. Cahya padang anelahi kuwi cahyaning Pangeran, ana
sing ngarani warananing Hyang Agung.

Pusating batin : telenging batine manungsa iku padang. Telenging padang


kuwi Pangeran. Pangeran aling-aling padang. “Sing bisa miyak
warananing Hyang Agung – sing bisa lolos aling-alinge Hyang Agung,
dimen tekan tujuan ketemu tujuan, ya kuwi Pangeran.

Ing kene papane nampa nugraha : mendapatkan petunjuk-petunjuk –


nampa tuntunan-tuntunan – nampa piwulang-piwulang suci kang perlu –
ya sumbering bener – sumbering kawicaksanan (wiweka) – sumbering
karaharjan babuning keslametan – ya babuning urip (wisnu Murti).

3. Kaprihatinan – kasubratan – kasupatan : ngengurangi mangan –


ngengurangi turu minangka sugesti : semangat ndayani rancaging laku –
nyepetake katekaning gegayuhan, mempercepat terciptanya sesuatu
tujuan.

Fungsinya : merupakan faktor pendukung.


Umpama : pepindaning tetuwuhan – mujudake rabok, sing ndayani
suburing pertumbuhan batin sarta perkembangan batin – tundone batin
sampurna.
Sing usahane lemah : katekaning tujuan lambat.
Sing kuat usahane : katekaning tujuan cepet.

Susukan
Moeljono
Desember 1985

Anda mungkin juga menyukai