Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TATTWA

(KARMAPHALA)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. I Nyoman Kiriana, S.Ag., M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

I Gede Nesa Wijaya 2111031045


I Komang Adi Suandana 2111031114
Ni Wayan Riska Novita Yani 2111031152
Dewa Ayu Lindasari 2111031161
Ni Komang Widianti 2111031172
Sang Ayu Ketut Arimasanti 2111031174
Ni Putu Pebriani 2111031176
Ni Putu Ayu Pebyanti 2111031182
Ni Luh Putu Cindy Pusparini 2111031183
Ni Made Serlianti 2111031293

UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
PRODI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Gate soko na kartavyo, Bhavisyam naiva cintayet,

Vartamanena kalena, Pravartante vicaksanah.

Artinya:

Jangan bersedih terhadap apa yang sudah berlalu, Jangan pula risau terhadap apa yang akan
datang, Orang-orang bijaksana hanya melihat masa sekarang dan berusaha sebaik-baiknya.

("Canakya Niti Sastra BAB XIII Sloka 2")

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa karena atas asung kertha waranugraha-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul "Karmaphala" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun demi memenuhi tugas
Bapak Dosen Dr. I Nyoman Kiriana, S.Ag., M.Pd pada mata kuliah Tattwa di Universitas
Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Selain itu, kami juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang "Karmaphala".

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr. I Nyoman Kiriana, S.Ag.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Tattwa. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami mengucapkan terima kasih
juga pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bangli, 6 Desember 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Pengertian Karmaphala 4

2.2 Jenis-jenis Karmaphala 4

2.3 Subha dan Asubha Karma 7

2.4 Sifat Karmaphala 11

2.5 Upaya Mentaati Ajaran Karmaphala Sebagai Hukum Sebab Akibat dalam Hindu 12

BAB III PENUTUP 16

3.1 Simpulan 16

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan terbatas. Kesadaran dan pengakuan
akan keterbatasanya menimbulkan keyakinan bahwa ada sesuatu yang di luar biasa dan di
luar dirinya. Sesuatu yang di luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa pula,
dan sumber yang luar biasa itu adalah Tuhan. Manusia pada dasarnya memiliki
kemampuan terbatas terkait kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya
menimbulkan keyakinan. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri
pada Tuhan dengan cara: 1. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan alam
sekitanya serta yakin bahwa itu berasal dari Tuhan. 2. Mentaati segenap ketetapan, aturan,
hukum, dan lainya yang diyakinan bersal dari Tuhan.
Nah, di Bali masyarakat Hindu meyakini adanya hukum sebab akibat. Apapun yang
diperbuat oleh manusia membawa akibat, akibat itu ada yang baik dan ada yang buruk,
akibat yang baik memberikan kesenangan dan akibat yang buruk memberikan kesusahan.
Hukum ini sering dikenal dengan sebutan karmaphala. Karma Phala merupakan hukum
sebab akibat yang berlaku untuk semua makhluk hidup di Dunia. Hukum ini merupakan
hukum yang terorganisir jauh lebih baik dari pada teknologi, tidak dapat dihindari dan
bersifat universal (untuk semua makhluk). Pada kehidupan kita sekarang yang kita bawa
merupakan hasil dari karma yang kita lakukan di kehidupan yang sebelumnya. Rupa
muka, tempat dilahirkan, keluarga dan semua orang yang pernah kita temui merupakan
pengaruh karma phala. Baik karma buruk maupun karma baik, akan membelenggu erat
sang jiwa dalam rantai rantai baja atau rantai emas.
Oleh karana itu seseorang harus berbuat baik karena semua orang menginginkan
kesenangan dan hidup tentram. Buah dari perbuatan (karma) disebut pahala. Buah
perbuatan itu tidak selalu langsung dapat dirasakan atau dinikmati. Setiap perbuatan
meninggalkan bekas. Ada bekas yang nyata dan ada bekas yang tidak nyata (dalam angan
dan abstrak) bekas itu disebutkan karmavasana. Dalam kitab suci Wrhaspati Tattwa
menyebutkan sebagai berikut : “wasana naranya karma ginawe nin janma iratra, nya ta
bhinukti phalanya rin paratra ri janmanya muwah, yan ahala, yan ahayu, asin phalanya,
kadi anganin dyun wawadah in hingu huwus hilan hingunya ikan dyun inasahan
pinahalilan, kawkas, taya ambonnya, gandhannya rumaket irikan dyun, ndan yatika
wasana naranya samankana tekan karma wasana naranya, yatika umuparenga irikan

1
atma ya ta raga naranya, ikang wasana pwa dumadyaken ikan raga wa ta matanyan
mahyu rin karma, harsa salwirikan karma wasana ikan wasana pwa ya duweg uparenga
irikan atma”.
Artinya
Wasana artinya semua perbuatan yang telah dilakukanya di dunia ini orang akan
mengecap akibat perbuatanya di alam lainya, pada kelahiran nanti, apakah akibat itu
akibat yang baik atau yang buruk, apa saja perbuatan yang dilakukannya pada akhirnya
akan semua itu menghasilkan buah, hal ini adalah seperti periuk yang diisikan kemenyan
walaupun kemenyannya sudah habis dan periuknya di suci bersih – bersih namun tetap
saja masih ada bau kemenyan yang melekat pada periuk itu. Inilah yang disebut vasana
seperti itu juga halnya dengan karma vasana. Ia ada pada atma. Ia melekat padanya, ia
mewarni atma. (Wrhaspati tatwa.3)
Dengan mengetahui ajaran ini kita di dorong untuk berbuat baik. Berbuat baik ini kita
laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita bekerta dengan baik karana kita yakin
semua itu mengantarkan kita kepada kerahayuan. Didalam kitab suci disebutkan bahwa
perbuatan atau karma yang baik atau buruk itulah yang akan menyertai seorang keakhirat.
Karena itu semua umat Hindu hendaknya selalu berbuat baik dan melaksanakan ajaran
dharma sebagai teman manusia untuk mencapai kebahagian dan kebebasan abadi. Nah,
pada makalah ini akan dikupas secara lebih mendalam mengenai ajaran dari karmaphala,
yang meliputi: pengertian, jenis-jenis, subha dan asubha karma, sifat, serta upaya
mentaati ajaran karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam Hindu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan karmaphala?
2. Apa saja jenis-jenis karmaphala?
3. Apa yang dimaksud dengan subha dan asubha karma?
4. Apa saja sifat-sifat dari karmaphala?
5. Bagaimana upaya untuk mentaati ajaran karmaphala sebagai hukum sebab akibat
dalam agama hindu?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian karmaphala.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis karmaphala.
3. Untuk mengetahui pengertian subha dan asubha karma.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat karmaphala.
5. Untuk mengetahui upaya untuk mentaati ajaran karmaphala sebagai hukum sebab
akibat dalam agama Hindu.

1.4 Manfaat
1. Kita dapat mengetahui pengertian karmaphala.
2. Kita dapat mengetahui jenis-jenis karmaphala.
3. Kita dapat mengetahui pengertian subha dan asubha karma.
4. Kita dapat mengetahui sifat-sifat karmaphala.
5. Kita dapat mengetahui upaya untuk mentaati ajaran karmaphala sebagai hukum sebab
akibat dalam agama Hindu.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Karmaphala


Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari
Agama Hindu. Karmaphala berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti
"perbuatan", "aksi", dan phala berarti "buah", "hasil". Karmaphala berarti "hasil dari
perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Jadi Karmaphala
adalah hasil yang akan kita peroleh atas apa yang telah kita perbuat dan yang akan kita
buat.
Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima
adalah yang berbuat. Karma Phala adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap
perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas:
perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah
laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.
Dalam hidup ini kita tentunya saat melakukan sesuatu disertai dengan tujuan atau
hasil yang akan dicapai. Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Saat kita tidur tujuannya adalah untuk mengistirahatkan tubuh, kita makan
untuk merasa kenyang, kita berjalan untuk berpindah ke posisi yang lainnya. Setiap saat
kita melakukan apa yang namanya Karma Pala. Ada banyak sekali sebab akibat yang kita
lakukan dan terima dalam hidup ini. Jika kita melakukan sesuatu dengan positif dan niat
yang baik pasti hal baik juga yang akan menghampiri kita, jika melakukan sesuatu
dengan tujuan yang buruk, hasil buruk pun akan kita terima.

2.2 Jenis-jenis Karmaphala


1. Sancita Karmaphala
Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang
belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan
kehidupankita sekarang. Contoh, di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi
milyaran rupiah,namun karena sedang berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum
sempat dinikmati,kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup jadi
sengsara, atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara. Kewajiban kita sebagai
umat Hindu dalamhal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah
dengan akibat dari perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam

4
pelanggaran ajaran Veda. Seperti contoh, teroris yang melakukan pembunuhan secara
biadab terhadap orang-orang yang sama sekali tidak melakukan kesalahan terhadap
dirinya. Mereka membunuh dengan bom berdaya ledak tinggi.
Dengan meyakini hukum karma, ke manapun mereka sembunyi untuk
menghilangkan jejak, dapat juga ditangkap oleh penegak hukum,kemudian diseret ke
pengadilan dan dijatuhi hukuman setimpal. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan
hidup yang sebenarnya adalah untuk saling melayani agar mendapatkankebahagiaan
lahir dan batin. Ilustrasi lain untuk meneguhkan keyakinan kita terhadap karmaphala
adalah kisah hidup orang-orang sukses di sekitar kita. Kisah seorang sahabat bernama
Nasution dari Medan, Sumatera Utara.
Sejak kecil, Nasution tekun belajar dan selalu melatih dirinya menjadi seorang
pemberani. Setiap tugas yang diberikan oleh gurunya selalu dikerjakan dengan cepat
danikhlas, mulai dari pekerjaan untuk membersihkan halaman sekolah, sampai
pekerjaan yang sulit dalam latihan kepramukaan. Ia tidak pernah mengeluh, selalu
semangat, tersenyum,dan sopan santun. Begitu juga dalam berpakaian, ia sangat
sederhana walaupun sesungguhnya ia mampu membeli yang lebih baik. Terhadap
teman ia ramah dan suka menolong dengan ikhlas. Kalau dihubungkan dengan hukum
karmaphala, Nasution adalah sosok orang yang mempunyai banyak tabungan karma
baik cukup banyak. Setelah remaja,ia meninggalkan kampung halaman dan merantau
ke Jakarta. Nasution muda ini mulai bekerja sebagai pedagang keliling dari satu
kampung kekampung yang lainnya. Ia mencoba bekerja sebagai pemandu wisata
sambil kuliah disekolah tinggi pariwisata. Tabungan karma baiknya tergolong sudah
banyak, terbukti ketika ia mulai membuka bisnis biro perjalanan wisata, banyak orang
yang membantunya. Sekarang Nasution adalah pemilik beberapa hotel berbintang di
Indonesia dengan kualitas kehidupan yang sangat makmur dan mapan. Walaupun
Nasution sudah kaya raya, diamasih sabar, rendah hati, ikhlas menolong orang susah,
dan tidak sombong. Ini berarti Nasution adalah sosok yang perlu ditiru karena telah
melaksanakan ajaran Veda dengan baik.

2. Prarabdha Karmaphala
Prarabda Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang
pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Sekarang korupsi,
kemudian tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi antara perbuatan dan

5
akibatnya lunas. Di Bali jenis karmaphala ini biasa disebut Karmaphala cicih. Contoh
Prarabda Karmaphala:
a) Bila anda mencaci seseorang tanpa alasan jelas, maka anda akan dipukul dan
sakit.
b) Kita bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati kehidupan yang
lebih baik.
c) Saat kita mencubit lengan (sebab), maka rasa sakitnya (akibat) dapat dirasakan
secaralangsung pada saat itu juga.
d) Seorang mencuri sepeda motor, kemudian dia dihakimi oleh warga
sampaitewas.
e) Seseorang melakukan kegiatan korupsi, kemudian dia langsung
dihukumpenjara seumurhidup.
f) Sekelompok orang yang melakukan kegiatan terorisme, kemudian
diaditangkap dandiberi hukuman mati.
g) Seseorang yang mengigit cabe pasti akan langsung merasa pedas
h) Seorang siswa yang menyontek dan ketika ketahuan dia mendapatkan nilai
jelek sertahukuman dari gurunya.

3. Kriyamana Karmaphala
Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati
padawaktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang akan
datang.Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana
kejahatannya itu tidak berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal dunia.
Dalam kehidupan yangakan datang pahalanya akan diterima, namun orang tersebut
akan lahir jadi orang yanghina. Sebaliknya, dalam kehidupan sekarang kita berbuat
baik, saleh, santun, taat padakeyakinan, suka menolong dan sebagainya, namun
meninggal dunia dalam kesederhanaan.Dalam kehidupan yang akan datang, kita akan
dilahirkan menjadi orang yang bahagia, atau dilahirkan di keluarga orang terhormat
dan kaya, di mana tak ada penderitaan yang dialami.
Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas, tetapi dalam
kenyataannya sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita
terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang
kita lakukan merupakan rahasia Ida Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu yang terbaik
harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik baiknya, selalu berbuat kebaikan
6
serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Laksanakan semua
kewajiban sebagai Yajnadan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi. Jika hal itu sudah
dilakukan maka Tuhan pastiakan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang
seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam
Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22:
“Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada
mereka yangsenantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum
dimilikinya dan akan menjaga yang sudah dimilikinya”.

2.3 Subha dan Asubha Karma


Pada dasarnya sesuai dengan siklus “rwabhineda” perbuatan manusia dapat ditinjau
dari dua sisi/dimensi yang berbeda, yaitu antara perbuatan yang baik (subha karma) dan
perbuatan yang tidak baik/buruk (asubha karma). Perputaran/siklus subha dan asubha
karma ini selalu saling bertautan dan silih berganti satu sama lainnya dan tidak dapat
dipisahkan.
a) Subhakarma (Perbuatan Baik)
Subhakarma itu adalah segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama
yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna, bahagia lahir
bathin dan menuju kepada persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan Yang Maha
Esa). Sedangkan perbuatan yang buruk (acubhakarma) adalah segala bentuk tingkah
laku yang menyimpang dan bertentangan dengan hal-hal tersebut di atas. Untuk lebih
jelasnya, manakah bentuk-bentuk perbuatan baik (cubhakarma) dan bentuk-bentuk
perbuatan yang tidak baik (Acubhakarma) menurut ajaran agama Hindu sebagaimana
dijelaskan berikut ini:
1. Tri Kaya Parisudha
Tri kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu
berfikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan
berbuat yang jujur (Kayika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan
yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya
sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam
berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam
yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal,
tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya

7
hukum karmaphala. Sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan
adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak
memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam
pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau
membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan
tidak berjina.
2. Catur Paramita
Catur Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan
Upeksa. Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang
berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. Karuna adalah belas kasian atau
kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki
terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap
menyenangkan orang lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang
lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah
kemuliaan.
3. Panca Yama Bratha
Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya
dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin.
Panca Yama Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak
menyiksa dan membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari
artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti
juga pengendalian terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang
menyebabkan senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharita artinya
melakukan usaha yang selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya
atau Astenya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang
lain.
4. Panca Nyama Bratha
Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental
untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari
Panca Nyama Bratha ini adalah Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa
artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru,
Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan minum, dan Apramada artinya taat
tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
5. Sad Paramita
8
Sad Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad
Paramita ini meliputi: Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik
berupa materiil maupun spirituil; Sila Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat
yang baik, suci dan luhur; Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap
penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan
tak benar dan kata-kata yang tidak baik; Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata
dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa
yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran
(hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran;
Dhyana Paramita artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan
mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran terutama kepada
Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan; Pradnya Paramita artinyaa
kebijaksanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.

b) Açubhakarma (Perbuatan Tidak Baik)


Acubhakarma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang
dengan Cubhakarma (perbuatan baik). Acubhakarma (perbuatan tidak baik) ini,
merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu
bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada
kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma ini merupakan
larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk
perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
Menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma yang harus dihindari di dalam
hidup ini adalah:
1. Tri Mala
Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala
ialah perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang
dusta dan kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh.
2. Catur Pataka
Catur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang
menjadi sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari
Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan); Purusaghna (Menyakiti orang),
Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati
kakak), dan Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya); Upa Pataka
9
terdiri dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis),
Balawadha (membunuh anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok); Maha
Pataka terdiri dari Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana
(meminum alkohol/mabuk), Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna
(memperkosa gadis), dan Guruwadha (membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari
Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan); Matrabhajana (memperkosa
ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat suci).
3. Panca Bahya Tusti
Adalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-
mata, yaitu Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa
menghitung baik buruk dan dosa yang ditempuhnya; Raksasa artinya melindungi
harta dengan jalan segala macam upaya; Ksaya artinya takut akan berkurangnya
harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir; Sangga
artinya doyan mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil; dan Hingsa
artinya doyan membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.
4. Panca Wiparyaya
Adalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari,
sehingga akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu
mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah; Moha artinya selalu
mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah; Maha Moha
artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang
tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin
mendapatkan kesenangan akhirat; dan Anda Tamisra artinya sangat berduka
dengan sesuatu yang telah hilang.
5. Sad Ripu
Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri,
yaitu Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan
serakah; Krodha artinya sifat kejam dan pemarah; Mada adalah sifat mabuk dan
kegila-gilaan; Moha adalah sifat bingung dan angkuh; dan Matsarya adalah sifat
dengki dan irihati.
6. Sad Atatayi
Adalah enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik
orang lain; Wisada artinya meracun orang lain; Atharwa artinya melakukan ilmu

10
hitam; Sastraghna artinya mengamuk (merampok); Dratikrama artinya
memperkosa kehormatan orang lain; Rajapisuna adalah suka memfitnah.

2.4 Sifat Karmaphala


1. Abadi
Keberadaan hukum ini dimulai pada saat alam semesta ini ada dan akan berakhir pada
saat pralaya (kiamat). Walaupun demikian, tidak ada seorang pun yang tahu kapan
penciptaan dan berakhirnya alam semesta ini. Inilah yang menjadi rahasia Pencipta.
Penciptaan alam semesta bersamaan dengan penciptaan hukum-hukum yang bekerja
secara amat sangat canggiiiih sekali dan memiliki ketepatan yang tiada tara. Hukum
grafitasi diciptakan bersamaan dengan diciptakan-Nya alam semesta. Kebetulan saja
ada mahluk Tuhan yang bernama Isaac Newton yang menggunakan akal/pikiran dan
budinya dengan baik, sehingga berhasil mengungkap “keberadaan” dan “cara kerja”
hukum ini, walaupun sebelumnya pun kalau ada benda yang dilemparkan ke atas,
pasti akan jatuh lagi ke bumi. Lalu manusia lain mengakuinya dan menamakan
hukum ini dengan “hukum Newton”.
2. Universal
Hukum ini berlaku pada setiap ciptaan Tuhan,. Di mana pun berada, bagaimanapun
wujud ciptaan itu, hukum ini berlaku baginya. Mempercayai atau tidak mempercayai
keberadaan hukum ini, jika masih berada di alam semesta ini, hukum ini tetap bekerja
baginya. Kalau ia berbuat baik, hasilnya pasti baik juga, dan hasilnya dia juga yang
akan menikmatinya. Kalau sebaliknya, ya demikian juga. Kalau ada anggapan bahwa
hanya kalau berbuat dosa saja kena hukum karma, ya inilah salah kaprah yang luar
biasa.
3. Berlaku sepanjang zaman
Pada zaman apa pun hukum ini tetap berlaku dan tidak mengalami perubahan. Baik
pada zaman satya (kerta) yuga, treta yuga, dwapara yuga, kali yuga hukum ini tetap
berlaku. Kalau di zaman sekarang (yang diidentifikasi sebagai zaman kali, zaman
terakhir) sepertinya hukum karmaphala ini tidak lagi efektif bekerja, ya anggapan itu
keliru lagi. Kalau kelihatan bertentangan, itu hanya penglihatan dan analisis manusia
yang sangat terbatas, yang tidak mampu melintasi dan menggabungkan berbagai fakta
dari zaman lainnya dengan lengkap. Demikian singkatnya pengetahuan dan

11
pemahaman manusia tak mampu mengungkap lintas zaman tadi, karena rentang
waktunya demikian lamaaaaa sekali, yang ribuan bahkan jutaan kali rentang umur
manusia. Sedangkan pengetahuan tentang diri dan perbuatannya semasa bayi atau
anak-anak saja tak tersimpan lagi di memorinya, bagaimana mau menyimpan
peristiwa lintas zaman?
4. Sempurna
Karena kesempurnaannya, kerja hukum ini tak dapat diganggu-gugat, diubah atau
dipaksa berubah. Sifatnya konstan dan tidak berubah dari zaman ke zaman. Hukum
ini hanya dapat “ditaklukkan”dengan cara mengikuti alur kerjanya, diiringi dengan
keihklasan yang dalam. Kalau menurut penglihatan dan analisis manusia, dia
menerima hasil yang tidak sesuai dengan perbuatannya, bisa dipastikan penglihatan
dan analisisnya itu tidaklah lengkap. Kalau rasa-rasanya telah dan selalu berbuat baik,
lalu hidupnya begitu-begitu saja atau malah menderita sepanjang hayat, mesti ada
yang belum terungkap. Ada mata rantai kausalitas yang menyebabkan demikian.
Itulah yang tak mampu dijangkau nalar, pikir, dan budi manusia.

2.5 Upaya Mentaati Ajaran Karmaphala Sebagai Hukum Sebab Akibat dalam Hindu
Upaya mentaati ajaran Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat dalam Agama
Hindu dapat dilakukan dengan menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha. Menurut
Kemenuh (2019:82) Tri Kaya Parisudha merupakan ajaran yang sangat luhur megajarkan
umat Hindu untuk berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Kitab Sārasamuccaya sloka
77 menyebutkan bahwa:
Kāyena manasā vācā yadabhiksnam
niṣevyate, tadevāpaharatyenam
tasmāt kalyāṇamācaret.

Apan ikang kinatahwan ikang


wwang, kolahanya,
kangenangênanya, kocapanya, ya
juga bwat umalap ikang wwang,
jênêk katahwan irika wih,
matangnyan ikang hayu atika
ngabhyas an, ring kāya, wāk,

12
manah.
(Sārasamuccaya, 77)
Terjemahan:
Sebab yang membuat orang dikenal, adalah perbuatannya, pikirannya,
ucapanucapannya; hal itulah yang sangat menarik perhatian orang, untuk mengetahui
kepribadian seseorang; oleh karena itu hendaklah yang baik itu selalu dibiasakan dalam
laksana, perkataan, dan pikiran (Kajeng, 2010:67-68).
1. Manacika
Manacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berpikir yang baik. Manacika
mengajarkan umat beragama Hindu untuk melakukan tindakan dari gerak pikiran
yaitu,
a) tidak ingin, dan dengki pada kepunyaan orang lain,
b) tidak bersikap gemas kepada segala makhluk,
c) percaya akan kebenaran ajaran Karma Phala.
Ketiga hal tersebut merupakan perilaku pikiran yang merupakan pengendalian
terhadap hawa nafsu. Hal tersebut sejalan dengan yang termuat dalam sloka di bawah
ini, yaitu:
Anabhidyām parasveṣu sarvasatveṣu
cāruṣam, karmaṇām phalamastīti
trividham manasā caret.

Prawṛttyaning manah rumuhun


ajarakêna, têlu kwehnya,
pratyekanya, si tan engin adêngkya
ri drbyaning len, si tan krodha, ring
sarwa sattwa, si mamituhwa ri hana
ning karmaphala, nahan tang tiga
ulahaning manah, kahṛtaning
indriya ika.
(Sārasamuccaya, 74)
Terjemahan:
Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya,
perinciannya: tidak ingin, dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap
gemas kepada segala makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karmaphala, itulah
13
ketiganya perilaku pikiran yang merupakan pengendalian hawa nafsu (Kajeng,
2010:65-66).

2. Wacika
Wacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berkata yang baik. Wacika
mengajarkan umat beragama Hindu untuk mengucapkan kata-kata yang tidak patut
timbul, yaitu :
a) perkataan jahat,
b) perkataan kasar,
c) menghardik,
d) perkataan memfitnah, perkataan bohong (tak dapat dipercaya)
Hal tersebut sejalan dengan yang termuat dalam sloka di bawah ini, yaitu :
Asatpralāpam pārusyam
paicunyamanrtam tathā, vatvāri
vācā rājendra najalpennānucintayet.

Nyang tanpa prawṛttyaning wāk, pat


kwehnya, pratyekanya, ujar ahala, ujar
aprgas, ujar picuna, ujar mithyā, nahan
tang pāt singgahananing wāk, tan
ujarakena, tan angêna-ngênan, kojaranya.
(Sārasamuccaya, 75)
Terjemahan:
Inilah yang tidak patut timbul dari katakata, empat banyaknya, yaitu perkataan
jahat, perkataan kasar, menghardik, perkataan memfitnah, perkataan bohong (tak
dapat dipercaya); itulah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan
diucapkan, jangan dipikir-pikir akan diucapkan (Kajeng, 2010:66-67).

3. Kayika
Kayika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berbuat yang baik. Kayika
mengajarkan umat beragama Hindu untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak patut
dilakukan atau bertentangan dengan ajaran dharma, seperti
a) membunuh,
b) mencuri,
14
c) berbuat zina
Ketiga perbuatan tersebut dendaknya tidak dilakukan terhadap siapapun, baik
secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan
darurat dalam khayalan sekalipun. Hal tersebut sejalan dengan yang termuat dalam
sloka di bawah ini, yaitu:

Prāṇatipātam stainyam ca
paradārānathāpi vā, trīni pāpāni
kāyena sarvatah parivarjavet.

Nihan yan tan ulahakêna, syamātimāti


mangahalahal, si paradarā, nahan tang
têlu tan ulahakena ring asing ring
parihāsa, ring āparatkāla, ri pangipyan
tuwi singgahana jugeka.
(Sārasamuccaya, 76)

Terjemahan:
Inilah yang tidak patut dilakukan : membunuh, mencuri, berbuat zina;
ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara
berolokolok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat
dalam khayalan sekalipun, hendaknya dihindari saja ketiganya itu (Kajeng, 2010:67).

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha)
dari Agama Hindu. Karmaphala berakar dari dua kata yaitu karma dan phala.
Karmaphala berarti "hasil dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan
dilakukan. Jadi Karmaphala adalah hasil yang akan kita peroleh atas apa yang telah kita
perbuat dan yang akan kita buat. Karma Phala merupakan hukum sebab akibat yang
berlaku untuk semua makhluk hidup di Dunia. Hukum ini merupakan hukum yang
terorganisir jauh lebih baik dari pada teknologi, tidak dapat dihindari dan bersifat
universal (untuk semua makhluk).

3.2. Saran
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan yaitu Panca Sradha, salah satu
bagiannya adalah Karmaphala. Dimana Karmaphala ada hukum sebab akibat dari
suatu perbuatan baik ataupun perbuatan yang buruk, oleh karena itu kita sebagai umat
Hindu yang baik harus bisa menghidari atau terhindar dari perbuatan yang buruk dan
perbanyaklah perbuatan yang baik karena dalam ajaran Panca Sradha yaitu
Karmaphala, karena apa yang diperbuat oleh manusia membawa akibat, akibat itu ada
yang baik dan ada yang buruk, akibat yang baik memberikan kesenangan dan akibat
yang buruk memberikan kesusahan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prokomsetda. 2021. Percaya Akan Adanya Karmaphala. Diakses dari


https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/69-percaya-
akan-adanya-karmaphala#:~:text=Karmaphala%20atau%20karmapala
%20adalah%20salah,buah%22%2C%20%22hasil%22, pada 6 Desember
2023.
Semangathindu.blogspot.com. 2013. Sifat Hukum Karma. Diakses dari
https://semangathindu.blogspot.com/2013/11/sifat-hukum-karma-dalam-
ajaran-hindu.html?m=1, pada 6 Desember 2023.
Kompasiana. 2009. Sifat Hukum Karmaphala. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/yassa/54ff42d4a33311bc4c50f837/hukum-
karma, pada 6 Desember 2023.
Aryani Kemenuh. Ida Ayu. Ajaran Karma Phala Sebagai Hukum Sebab Akibat
Dalam
Hindu.pada halaman: 26. Diakses dari file:///C:/Users/SENA/Downloads/837-
1548-1-SM%20(1).pdf, pada 6 Desember 2023.

Phdi.or.id. 2021. Tri Kaya Parisudha dalam Segala Aspek Kehidupan. Diakses dari
https://phdi.or.id/artikel.php?id=tri-kaya-parisudha-dalam-segala-aspek-
kehidupan, pada 6 Desember 2023.
kb.alitmd.com. 2017. Subha dan Asubha Karma. Diakses dari
http://kb.alitmd.com/subha-dan-asubha-karma/, pada 6 Desember 2023.
Hindu, Mutiara. 2017. Jenis-jenis Karmaphala dan Contohnya. Diakses dari
https://hindualukta.blogspot.com/2017/03/jenis-jenis-karma-phala-dan-
contohnya.html, pada 6 Desember 2023.

21

Anda mungkin juga menyukai