Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH PANCASILA

“NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
ANDI MILDA WATY SUKARTA (A31116003)
ANDI AMALIAH ALIMUDDIN ( A311160
NAMIRAH AISYAH A (A31116013)
HASBIANTO (A31116024)
LUDIA DANIEL (A31116037)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya kami Kelompok 6 dapat meyelesaikan dan menyusun makalah
tentang “Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa” ini dengan baik dan tanpa kendala
yang berarti.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan senang hati dan berbesar hati
kami sebagai penulis menerima semua kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan memberi semangat demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Makassar, 21 Maret 2018

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.

1.1 LATAR BELAKANG ............................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ............................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Makna Lambang Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ........ Error! Bookmark not defined.

2.3Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha EsaError! Bookmark
not defined.

2.4Butir-butir Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Realitas yang Terjadi pada Pengemplementasian Sila Pertama ....Error! Bookmark not
defined.

2.6 Dampak dari realitas yang terjadi pada Pengemplementasian Sila Pertama .......... Error!
Bookmark not defined.

2.7 Solusi Yang Diberikan ................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ................................................................. Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan .................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa


Indonesia yang majemuk. Begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia. Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama,
bahasa daerah, pulau, adat istiadat, serta kebiasaan budaya, tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila
halnya akan membawa ketidakpastiaan baru. Bukan tidak mungkin akan timbul
chaos (kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya
Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan
suku. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku
itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan
suku.
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung
makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan
alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasan
Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada
warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya,

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di uraikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa arti dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
2. Apakah Makna Lambang Sila Pertama?
3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama?
4. Apa butir-butir yang tertuang dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
5. Bagaimana Realitas yang terjadi pada penerapan sila pertama?
6. Apa dampak atas penerapan sila pertama?
7. Bagaimana solusi atas dampak dari penerapan Sila pertama?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti dari sila pertama.
2. Mengetahui makna dari lambang dalam sila pertama.
3. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalama sila Ketuhanan Yang Maha
Esa.
4. Mengetahui Realitas penerapan Sila pertama dalam kehidupan sehari hari.
5. Mengetahui dampak yang di dapat atas penerapan Sila Pertama.
6. Mengetahui cara penyelesaian terhadap dampak penerapan sila pertama dalam
kehidupan sehari hari.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahunan Yang
Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam
bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang
diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an. Penggunaan awalan ke- dan
akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk
makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –an dapat memberi makna
perubahan menjadi antara lain: mengalami hal , sifat-sifat.

Kata Ketuhanan yang berasal dari kata Tuhan yang diberi imbuhan ke- dan -
an bermakna sifat-sifat Tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat Tuhan
atau sifat-sifat yang berhubungan dengan Tuhan.

Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia
atau besar ( bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat.
Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti
satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih
mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”
(this- Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa
Sansekerta atau bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila
pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan
adalah “eka” bukan kata “esa”.

Jadi arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan yang hanya
Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang

5
jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketahunan Yang Maha Esa berarti Sifat-
sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada
sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia yang terdapat
dalam Tuhan harus ada dalam kehidupan sehari hari manusia.

2.2 Makna Lambang Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah
bintang emas berkepala lima menggambarkan agama-agama besar yang diakui di
Indonesia yaitu Islam, Buddha, Hindu, Kristen, dan Katolik. Bintang dimaksudkan
sebagai sebuah cahaya yang mengandung makna nur cahyo. Bintangnya memiliki
5 sudut maksudnya untuk menerangi dasar Negara yang lima dan tujuan Negara
yang lima. Sedangkan warna hitam melambangkan warna alam atau warna asli.

2.3 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Didalam pancasila sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa”
terkandung nilai-nilai di dalamnya. Nilai yang paling pokok atau utama yang
terdapat dalam sila ke satu yaitu nilai Ketuhanan. Nilai ketuhanan adalah nilai

6
yang menggambarkan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang memiliki
agama dan menyakini akan adanya Tuhan. Dengan keyakinan tersebut maka
secara langsung harus bertakwa kepada Tuhan dan menjalankan aturan-aturan
yang ada didalam agama oleh setiap pemeluknya. Dengan kata lain menjalankan
semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Contoh pengalaman sesuai
sila pertama Pancasila yaitu : Pada saat orang yang beragama islam merayakan
hari raya idul fitri, orang yang beragama selain islam menghargainya dengan cara
tidak mengganggu aktifitas pada saat hari raya. Begitupun sebaliknya jika orang
yang beragama kristen merayakan hari raya natal.

Selain nilai Ketuhanan, ada beberapa nilai lain yang memiliki makna hampir
sama dengan nilai Ketuhanan juga terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu :

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap


Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

2.4 Butir-butir Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketetapan MPR No.I/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancasila menjabarkan


kelima asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengalaman sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR
No.I/MPR/2013.
1. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragam itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan
ini dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-
benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

8
Manusia selain merupakan makhluk ciptaan Tuhan juga merupakan makhluk
sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.
Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa
Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana
pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak
terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya
dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama
pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalanakan ibadah
sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama
kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu
bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.
Dasar pemikiran kenapa Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari
Pancasila dikarenakan pencetus ide Pancasila yaitu Bung Karno mempunyai
keyakinan bahwa masyarakat bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius,
mayoritas bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan satu dan lain cara
menghayati kehidupan beragama sejak dia masih lahir sampai dewasa yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka.
Bahkan sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha ke Indonesia, bangsa
Indonesia sudah beragama secara tradisional yang sudah mengenal Tuhan Yang
Maha Esa walaupun dengan sebutan yang beraneka ragam. Kemudian kedatangan
Islam dan Kristen makin membuat keanekaragaman agama bangsa Indonesia.
Pada umumnya bangsa Indonesia menerima kedatangan agama-agama dengan
damai baik itu Hindu, Budha, Islam dan Kristen bahkan budaya yang dikembangkan
cenderung budaya sinkretis yang merupakan perpaduaan budaya lokal yang berumur
sangat tua berbaur dengan budaya yang dibawa oleh pengaruh agama Hindu, Budha,
Islam dan Kristen.
Oleh karena itu berkembang adanya aliran kepercayaan yang sebetulnya berasal
dari kepercayaan lama sebelum kedatangan agama besar Hindu, Budha, Islam, dan
Kristen. Sebagai contoh ketika seorang anak masih kecil pernah diajarkan oleh

9
almarhumah ibunya tentang doa-doa yang sepenuhnya dalam bahasa Jawa (bukan
terjemahan doa-doa dari agama yang ada kemudian Hindu, Budha, Islam atau
Kristen), seperti doa mau tidur, doa mau pergi, doa mau makan dsb. Tuhan disebut
sebagai Gusti Pangeran kemudian dengan pengaruh Islam menjadi Gusti Allah.
Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari Pancasila adalah disarikan dari
hakekat kehidupan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke bahwa bangsa
Indonesia pada hakekatnya adalah bangsa yang religius apapun agamanya, apapun
kepercayaannya semua mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2.5 Realitas yang Terjadi pada Pengemplementasian Sila Pertama

Realitasnya dapat dikatakan bahwa Pancasila saat ini masih jauh dari nilai-nilai
Pancasila Khususnya pada Sila pertama yaitu:

Nilai ketuhanan yang ada dalam pancasila membenarkan bahwa semua warga
Negara indonesia memiliki agama, dan semua agama mengajarkan tentang suatu
kebaikan. Namun pertanyaannya pada era modern ini apakah semua warga Negara taat
beragama sebagai bentuk pengakuannya akan kebesaran Tuhan? Berdasarkan apa yang
terlihat setiap hari di media-media elektronik dan cetak memberitakan tentang
pengingkaran warga Negara terhadap nilai ketuhanan yang ada pada pancasila, seperti
perilaku kriminal, pelecehan seksual, korupsi dan sebagainya menunjukkan bahwa
betapa lunturnya nilai ketuhanan ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
indonesia. Begitulah yang terjadi, realita yang tidak bisa tersembunyi karena kita
ketahui bersama dan mengalami fenomena itu bahwa sebagian besar warga Negara
indonesia mengakui adanya Tuhan namun tidak menunjukkan ke-Esa-an Tuhan.

Rakyat Indonesia seharusnya percaya agar Indonesia bermoral dan tetap


saling menghargai serta menghormati sesama manusia meskipun berbeda agama.

10
Kebebasan beragama, saling menghormati pengnut kepercayaan yang berbeda dan
tidak memaksakan suatu kepercayaan kepada orang lain atau dengan kata lain toleransi
dalam beragama sangat ditekankan pada sila pertama ini. Namun, realitas penerapan
saat ini belum sesuai harapan karena masih banyak rakyat yang saling menyalahkan
antar agama satu dengan yang lain, saling membunuh sampai esensi dari beragamapun
hilang.

Penciptaan kerukunan antar umat beragama dan berkepercayaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat, dalam kenyataannya, tidak selalu berjalan
mulus seperti yang dicita-citakan. Ternyata masih banyak terdapat hambatan-hambatan
yang muncul baik dari campur tangan pemerintah maupun dari golongan penganut
agama dan kepercayaan itu sendiri. Hal ini bisa saja disebabkan karena penghayatan
terhadap Pancasila, khususnya sila Ketuhanan, tidak dapat dipahami dan dihayati
secara mendalam dan menyeluruh. Akibatnya muncul ideologi-ideologi atau paham-
paham yang berbasiskan ajaran agama tertentu. Sehingga seakan-akan bahwa sila
pertama dari Pancasila itu hanya dimiliki oleh salah satu agama tertentu saja. Dengan
kata lain bahwa toleransi dan sikap menghargai agama atau umat kepercayaan lain
ternyata belum sepenuhnya dapat disadari dan diwujudkan. Tentu saja karena adanya
golongan-golongan tertentu yang memiliki paham bahwa hanya kepercayaannya atau
hanya ajaran agamanya sajalah yang paling baik dan benar.Pandangan atau paham
yang sempit mengenai pamahaman terhadap agama dan kepercayaan yang seperti ini
dapat menimbulkan atau mengundang konflik serta gejolak dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara.

Konflik antar kelompok agama terkadang juga dapat dipicu kerena kebijakan
atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah (departemen agama).Seharusnya,
departemen agama adalah lembaga yang bersifat netral, yang membawahi seluruh
unsur-unsur agama yang ada atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila. Jangan malah

11
mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan ataupun menguntungkan agama-agama
tertentu, yang dapat menimbulkan konflik atau ketegangan antar umat beragama yang
tentu saja berbeda agama dan kepercayaannya. Dalam hal ini Kementerian agama tidak
boleh mengurusi ataupun ikut campur tangan terhadap kedaulatan suatu agama.
Namun, hanya bertindak sebagai pengontrol dan penjamin. Aturan-aturan atau
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pun hanya sebatas untuk menjaga ketertiban dan
keamanan antar umat beragama, demi tercapainya kerukunan dan kerjasama antar
umat beragama.

Adapun beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan sila pertama Pancasila yakni:

Bom Bali I : Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi terorisme
yang terkenal yang terjadi pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan
sebagai peristiwa terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3
peristiwa sekaligus. Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan merupakan
warga asing yang sedang berlibur, dan bom bali itu didasarkan pada agama sehingga
menyalahi pancasila.

Cerita Takmir Masjid Kenapa Lurah Susan Ditolak : contoh kasus pada tahun
2013 Masalah intoleransi di Indonesia masih terus terjadi, bahkan ketika negara ini
baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-68 pada Sabtu (17/8) lalu. Dirilis The
Jakarta Post, Senin (19/8) kemarin, beberapa warga Lenteng Agung Jakarta Selatan
menuntut pemerintah Jakarta untuk mengganti lurah mereka yang baru. Alasan warga
adalah karena lurah baru itu non-Muslim, sedangkan kecamatan yang dipimpinnya
mayoritas adalah umat Muslim. Jadi adalah sebuah keanehan jika lurah non-Muslim
akan menghadiri berbagai aktivitas keagamaan. Lurah yang baru terpilih dan dilantik
pada Juni lalu itu sendiri adalah Susan Jasmine Zulkifli dan beragama Kristen
Protestan dan lain sebagainya.

12
2.6 Dampak dari realitas yang terjadi pada Pengemplementasian Sila Pertama

Dampak dari realitas penerapan pancasila yang tidak sesuai dengan tujuan dari
sila pertama mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan. Penerapan sila
pertama tidak hanya sebatas bahwa setiap rakyat indonesia harus mempercayai adanya
Tuhan dan kebebasan dalan memilih kepercayaan tersebut, akan tetapi penerapan sila
pertama lebih dari itu. Kita tau bahwa sila pertama mengimplementasikan bahwa
setiap warga negara harus memiliki kepercayaan, dimana setiap kepercayaan itu
memiliki nilai - nilai yang dapat membimbing setiap warga negara kepada kebaikan,
tetapi pada realitasnya penerapan nilai sila pertama atau nilai ketuhanan di masyarakat
sangat kurang. Ketika realitas dimasyarakat penerapannya tidak sesuai dengan yang
diinginkan seperti permasalahan bom bali, pemakaran rumah ibadah dan lainnya.
Realitas ini kemudian memberikan gambaran bahwasanya ada kesalahan yang terjadi
pada penerapan sila pertama, permasalahan yang muncul bukan hanya permasalahan
pada sikap toleransi tetapi nilai ketuhanan pada sila pertama dapat membuat perilaku
bermoral setiap warga negara dan realitasnya tidak sesuai dengan tujuan dan nilai yang
terkandung dalam pancasila itu ssendiri.

Dampak dari realitas penerapan pancasila yang salah ini berdampak pada
penerapan setiap sila-sila yang ada dibawah sila pertama, dimana kita ketahui bahwa
kelima sila itu saling berkaitan, Ketuhanan yang maha esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan indonesia , Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia .
Dampak dari kesalahan penerapan sila pertama akan berdampak apada sila-sila
lainnya, contoh pada sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, terjadinya
pembunuhan, pemerkosaan hal ini sangat bertentangan dengan nilai sila kedua tetapi
pada dasarnya nilai kemanusian itu disokong oleh nilai Ketuhanan, ketika seorang
menerapkan nilai ketuhanan dalam dirinya maka dia tidak akan melakukan hal-hal
tersebut karena hal tersebut dilarang oleh Tuhan.

13
2.7 Solusi Yang Diberikan

Solusi dari dampak yang timbul dari kesalahan penerapan pada nilai ketuhanan
adalah dengan cara menghayati makna dari nilai ketuhanan itu sendiri, dan penguatan
kembali karakter religius dari setiap warga negara dalam memahami apa-apa yang
diperintahkan oleh agamanya dan membentengi segala bentuk ideologi yang
bertentangan dengan sila pertama seperti komunis yang tdk percaya dengan Tuhan
serta Menghilangkan sikap diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila yang paling mendasar bagi
sila-sila lainnya dalam pancasila. Ketuhanan yang berkaitan dengan kepercayaan
merupakan hal yang paling hakiki dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai mahkluk
Tuhan, kita wajib menghargai dan menghormati kepercayaan orang lain agar tercipta
kedamaian antar umat beragama, terutama di negara kita tercinta, Indonesia. Dengan
adanya filter tersebut diharapkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan jati diri
bangsa tidak akan meracuni generasi yang ada dimasyarakat.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang
didirikan adalah sebagai pedoman tujuan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik
negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undanganan negara,
kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal tersebut berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah
manusia, karena negara adalah sebagai lembaga hidup bersama sebagai lembaga
kemanusian dan manusia adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai kuasa prima.
Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, adanya Tuhan adalah mutlak,
sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas serta pula sebagai pengatur tata
tertib alam.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://guruppkn.com/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam-pancasila

https://www.scribd.com/document/126475017/Arti-Dan-Makna-Sila-Ketuhanan-
Yang-Maha-Esa

http://pancasila.filsafat.ugm.ac.id/e-book-pendidikan-pancasila/

https://oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/arti-
dan-makna-sila-ketuhanan-yang-maha-esa/

16

Anda mungkin juga menyukai