Anda di halaman 1dari 20

Hukum Karma

Pertanyaan:

Kita sering mendengar istilah hukum karma. Bagaimana sejatinya? Apakah itu benar?

Dari: Abdullah

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salmau ala rasulillah, wa badu

Untuk bisa menilai status hukum karma, kita perlu memahami apa itu hukum karma.

Mengenai istilah hukum karma, berikut keterangan yang dipos di wikipedia:

Karma (bahasa Sanskerta: Karma.ogg (bantuaninfo)), karma, (Karman ;bertindak,


tindakan, kinerja); (Pali:kamma) adalah konsep aksi atau perbuatan yang dalam agama
India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang
disebut samsara). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat
Hindu, Jain, Sikh, dan Buddhisme. Dalam konsep karma, semua yang dialami manusia adalah
hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan
dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil
atau buah dari tindakan disebut karma-phala.

Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari


kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan
kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang
saat ini juga akan membentuk karma seseorang dikehidupan berikutnya.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Karma]

Berikut keterangan dalam Fatawa Islam, oleh Syaikh Muhammad Shaleh Munajed:

Setelah beliau menjelaskan hakikat karma, sebagaimana yang dijelaskan dalam wikipedia
berbahasa Arab, beliau menegaskan:

Masyarakat Hindu beranggapan bahwa hukum karma ini berlaku bagi semua makhluk. Itulah
hukum mutlak yang tidak menerima kompromi. Hukum karma akan senantiasa menyertai dan
mengintai setiap saat. Karena itu, semua tindakan kita, yang baik maupun yang buruk, ada
balasannya. Semua perbuatan buruk yang kita lakukan, harus ada hasil yang akan menimpa kita,
dan seluruh perbuatan baik yang kita lakukan, akan dibalas dengan yang semisal.

Dalam al-Mausuah al-Muyasarah fi al-Adyan wa al-Madzahib wa al-Ahzab al-Muashirah


dinyatakan:
:

Karma menurut masyarakat India: hukum balasan. Artinya merupakan aturan Tuhan di alam ini,
yang dibangun di atas prinsip keadilan semata. Keadilan ini pasti akan terjadi, dan tidak bisa
dihindari, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan masa mendatang. Balasan satu fase
kehidupan ada pada fase kehidupan yang lain. Dunia menjadi negeri ujian, sebagaimana dunia
merupakan negeri balasan.

Lebih lanjut, dalam al-Mausuah ini juga dinyatakan:

Setiap manusia akan kembali dilahirkan dan mati, selama karma ini melekat pada ruhnya.
Jiwannya tidak akan bisa lepas, sampai terbebas dari karma, ketika semua yang diinginkan
mencapai puncaknya. Di situlah dia bisa hidup kekal dalam kenikmatan, yang disebut tingkatan
nirwana.

Seperti yang kita pahami, agama dan prinsip hidup yang dianut masyarakat Hindu adalah agama
berhala. Prinsip mereka dibangun berdasarkan keyakinan yang salah dan khayalan-khayalan
kosong. Sementara hukum karma adalah turunan dari aqidah sesat yang mereka yakini dan
mereka jadikan sebagai prinsip hidupnya.

Dari keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa hal yang menunjukkan kesesatan
keyakinan hukum karma:

Pertama, keyakinan ini adalah aqidah palsu, buatan manusia, sama sekali tidak dibangun
berdasarkan dalil wahyu ilahi yang makshum dari kesalahan. Keyakinan ini murni turunan dari
aqidah sesat agama berhala.

Kedua, hukum karma dianggap aturan yang berlaku bagi semua makhluk, semua harus tunduk
pada aturan ini. Bisa mengatur takdir dan memberikan balasan terhadap semua amal. Padahal ini
adalah keyakinan kekafiran. Karena hanya Allah-lah al-Muhaimin (Yang Mutlak mengatur), Dia
yang mengatur segala urusan dan Dia-lah yang menghisab perbuatan manusia.

Ketiga, keyakinan ini merupakan bagian dari aqidah yang batil, bisa mengantarkan manusia
pada tingkatan bebas selamanya. Itulah tujuan hidup tertinggi menurut mereka. Di sisi lain,
karma merupakan balasan bagi setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Karena itu, orang tidak
bisa lepas dari hukum ini, selama karma masih ada.

Alhamdulillah, kaum muslimin, dengan kemurahan Allah, mereka dibimbing dengan ajaran
agama yang benar, sehingga tidak butuh keyakinan menyimpang semacam ini. Cukuplah bagi
kita, firman Allah di surat Az-Zalzalah:


*

Siapa yang beramal kebaikan seberat telur semut, Dia mengetahuinya, dan siapa yang
mwngamalkan keburukan seberat telur semut, Dia mengetahuinya. (QS. Az-Zalzalah: 7- 8)

Allahu alam

Sumber: https://konsultasisyariah.com/13717-adakah-hukum-karma.html

Masa bodoh dengan mitos begituan, kamu kira aku percaya?", begitulah sebuah sms singkat dari
seorang teman saya ketika saya ingatkan tentang hukum karma. Sms yang masuk pada tanggal
21 Nopember 2013 jam 22.19 WIB itu masih tersimpan di hp saya hingga saat tulisan ini saya
posting. Waktu itu saya males meladeninya melalui sms atau melalui telepon. Karena dia
orangnya yang super sibuk, kerjanya mulai pagi-pagi buta sampai jam 19.30. Itupun kadang
masih diteruskan dengan begadang sampe dini hari. Tulisan ini sebenarnya merupakan sebuah
ketidak terimmaan saya atas tanggapan teman saya itu mengenai karma. Padahal menurut saya,
karma itu sudah berkali-kali Allah SWT Tegaskan dalam Al-Qur'an. Pun juga Nabi sering
mensabdakannya dalam hadits-hadits beliau. Sebelum saya membahas karma, ada baiknya kita
pahami dulu bersama kata "karma" menurut kamus bahasa Indonesia; "dalam hinduisme yaitu
hukum 'menanam' dan 'mengetam', sebab dan akibat dalam kehidupan manusia, dimana setiap
tindakan manusia dalam hidupnya pasti akan membawa akibat, baik atau buruk". Lalu
bagaimana Karma menurut Islam, agama yang kita yakini kebenaran ajaran-ajarannya melalui
Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW? Dalam firmanNya Allah menjelaskan "Barangsiapa membawa
amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang
membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-An'am:160) Ayat
lain selain tersebut diatas Allah juga berfirman: "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al-Zalzalah: 7-
8) Tentu saja masih banyak ayat-ayat lainnya yang berkaitan dengan karma ini, misalnya dalam
QS Ali Imron 197, Al An am 11, an Nahl 36, Tahaa 128, An naml 69, Al An kabuut 20 Fathir
44. dan lain sebagianya yang tidak mungkin saya tuliskan satu persatu dalam tulisan ini. Dua
ayat Al-Qur'an diatas saya rasa sudah cukup untuk memberikan bukti bahwa karma itu bukanlah
mitos. Bahwa karma itu sebenarnya ada ajarannya dalam Agama kita. Islam. Oleh karena itu.
Sesungguhnya, ketika kita membuat orang lain menangis, maka kitalah yang akan menangis
kelak. Sesungguhnya ketika kita membuat orang lain merugi, kita sendirilah yang akan merugi
kelak. Dan sesungguhnya ketika kita membuat orang lain susah, kita sendirilah yang akan
merasakan kesusahan kelak. Tidak ada kesusahan yang timbul kecuali kita yang menyusahkan
diri kita sendiri. Tidak ada permasalahan kehidupan yang muncul kecuali kita sendiri yang
membuat masalah. Terkadang ketika kita ditimpa sebuah masalah, kita lebih banyak menuding
orang lain sebagai penyebabnya. Padahal sejatinya menyalahkan orang lain untuk penderitaan
kita, justru akan menambah kita satu penderitaan lagi. Jadi ketika kita ditimpa sebuah masalah
atau penderitaan, marilah kita cari penyebab kesusahan hidup, dari dalam diri kita sendiri. Dan
carilah semua penyebab penderitaan yang kita rasakan, dari dalam diri kita sendiri. Karena
penyebab yang paling banyak dan yang paling utama adalah biasanya justru dari diri kita sendiri.
Jujur dengan kesalahan sendiri dan ubahlah, inilah dua solusi efektif bila penderitaan sedang
datang. Bukankah Allah sudah memperingatkan sebagaimana Ayat yang saya tulis diatas; bahwa
siapapun yang tidak menghendaki kesusahan, tidak menginginkan kesulitan dikehidupan dunia
ini, hendaknya selalu berbuat baik dan menjauhi keburukan. Bukankah perbuatan buruk pasti
akan menuai keburukan. sedang perbuatan baikpun akan menuai kebaikan. Hanya kadang kita
perlu membuka mata, dibagian kehidupan yang mana ia tumbuh menjadi buah. Tidak selamanya
jika kita berbuat keburukan pada si A maka buah keburukan tersebut dari Si A juga. Bisa saja
buah tersebut berasal dari si B atau si C. Buah keburukannya pun belum juga tentu sama, bahkan
bisa jadi lebih parah. Kan satu di balas sepuluh? Demikian juga dengan perbuatan baik. Jika kita
berbuat baik pada si A, belum tentu balasan kebaikan tersebut dari si A. Bisa jadi kebaikan
tersebut berasal dari si B, si C dan seterusnya. Buah kebaikannya pun juga belum tentu sama.
Bisa saja kebaikan itu berupa finansial, kesehatan, ketenangan, kebahagiaan dan lain sebagainya.
Ah.. Allah itu memang begitu Maha Adil dan Bijaksana. Semestinya kita tidak henti-hentinya
bersyukur atas hidayahNya ini. Bila penyebab dibanyak semua kesulitan kita adalah kesalahan
kita sendiri, bila penyebab di banyak semua kesusahan kita adalah keburukan kita sendiri dan
bila penyebab dibanyak pederitaan kita adalah maksiat dan dosa kita sendiri. Maka Ampunan
Allah adalah awal jawaban segalanya, atau mungkin malah jawaban bagi segalanya. Sadarlah
bahwa apapun perbuatan buruk yang kita lakukan hanya akan mengantarkan kita kepada
kenestapaan yang mungkin berkepanjangan. Dan apapun kejahatan yang kita kerjakan hanya
akan mengantarkan kita kepada penyesalan yang mungkin akan kita ratapi sepanjang sisa hidup.
Jadi tidak ada satupun yang bisa meloloskan diri dari hukum sebab akibat. Tidak ada satupun
manusia yang bisa lolos dari kejaran akibat buruk perbuatan buruk. Allah berfirman "Tiap-Tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (QS: Al-Muddatsir: 38) Dalam hadits
Qudsi Allah juga berfirman: "Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku telah mengharamkan
perbuatan Zalim atas diriKu dan Aku jadikan ia sesuatu yang diharamkan diantara kamu. Maka
jangalah kamu saling menganiaya" (HR. Abu Dzar Al-Ghifari) Oleh karena itulah, saat ini juga
marilah kita buat sebanyak-banyak orang bahagia dengan kehadiran kita, maka kebahagiaan akan
menjadi bagian dari kehidupan kita. Tidak ada keburukan dan tidak ada kesalahan yang tidak
berakibat buruk. semuanya berakibat buruk. hanya dengan kebaikan sajalah akibat buruk tersebut
akan diubah dan dikubur. Sekali lagi, mulai detik ini juga marilah kita berbuat sebanyak-
banyaknya kebaikan. Kita tidak tahu sebesar apa keburukan yang sudah kita lakukan. Nabi SAW
bersabda "ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapusnya.. "HR. At-
Tirmidzi Siapapun punya masa lalu, Masa lalu memang jangan menjadi beban, tapi harus
menjadi pengalaman dan pelajaran. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjustifikasi
siapapun. Walaupun Tulisan ini terlahir lantaran sms dari teman saya seperti dipaparkan diawal.
Sekali lagi tulisan ini murni sebagai langkah untuk muhasabah diri kita masing-masing.
Terutama bagi saya sendiri. Sebelum tulisan ini saya akhiri. Sebagai seorang muslim, marilah
kita mengakrabkan diri dengan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai kompas dalam kehidupan kita di
dunia tempat kita singgah sementara ini. Bila kita tidak mau mengakrabkan diri Dengan Al-
Qur'an dan Sunnah serta tidak mau berpedoman pada keduanya, boleh jadi kita bagaikan berjalan
tanpa arah dan tujuan. Atau bahkan berjalan dalam kegelapan tanpa pelita. Jadi. Al-Qur'an dan
Hadits. Itulah kompas kita sebagai seorang muslim. Bukan Ilmu Nujum dan bukan pula ajaran
dari agama-agama lain. Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ


Para pembaca rahimakumullah

Dalam catatan ini bukan niat untuk menghakimi TAPI saya ingin mengulas dan meluruskan apa
itu Karma menurut Islam karena banyak teman teman kita yang terpengaruh oleh Doktrin
Doktrin yang diluar Islam Sana Sehingga mencampur ajaran Haq dengan Ajaran Batil. Dan
Sepertinya Sudah mendarah Daging diMasyarakat Awan Sekarang

mari Kita Simak

Allah sendiri Berfirman:

QS Al Baqarah (2) : 42 Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

Sebenarnya didalam Hukum Islam tidak ada nama Istilah KARMA karena Allah sendiri
Berfirman Dalam Al Quran

Q.s 35:18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1252].

Q.s 6:164 dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain

Q.s 53: 38. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,

Sesungguhnya istilah hukum karma/karmaphala tidaklah dikenal dalam syariat Islam karena
istilah yang demikian ini adalah istilah di dalam ideologi pokok/keyakinan/aqidah agama
dharma. Oleh karena itu tidak selayaknya kita bertaqlid mengaminkan kesimpulan beliau bahwa
hukum karma diakui keabsahannya oleh Islam kecuali setelah kita mengetahui secara ilmiyah
hakekat hukum karma itu sendiri.

Allah Taala berfirman:

Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawaban. (QS. Al-Isra: 36)

Maka kami akan membawakan definisi dan kedudukan penting aqidah hukum karma dalam
pandangan pemiliknya (Hindu dan Budha) agar seorang muslim yang mencintai Allah Taala dan
RasulNya Shallallahu Alaihi wa Sallam dan memiliki kecemburuan terhadap Dienul Islam bisa
membandingkannya dengan tindakan gegabah dan (maaf) ngawur serta sembrono yang
mengaitkan keyakinan batil dan sesat tersebut dengan dienul Islam yang sempurna. Maha Suci
Allah dari apa yang dikatakannya.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al Maidah: 3)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran:19)

Pertama,

Hukum karma/karmaphala adalah rukun iman di dalam agama Hindu. Berikut referensi resmi
dari agama Hindu:

Bukti referensi lainnya:


Kedua,

Hukum Karma/Karmaphala memiliki pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
apa yang diklaimkan dasar hukumnya di dalam Al Quran dan hadits Nabi Shallallahu alaihi wa
Sallam, laa min qarib wa laa min baid, tidak dari dekat, tidak pula dari jauh (meminjam istilah
beliau ketika ditanya tentang Zaitun).

Simak referensi resmi dari agama Hindu di bawah ini:

PENJELASAN TENTANG KARMA

Berbeda dengan sebagian agama yang mengajarkan tentang Takdir Tuhan dimana kehidupan
kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang ditentukan oleh takdir Tuhan -, agama-
agama dharma [Hindu, Buddha dan Jain] mengajarkan yang berbeda, yaitu Hukum Karma.

Kadang ada kesalahpahaman bahwa hukum karma sama dengan nasib, bahkan suratan takdir
Tuhan [berarti semuanya ditentukan Tuhan]. Perlu diketahui bahwa dalam hukum karma
tidaklah demikian, suratan takdir ini ditulis sendiri oleh diri kita sendiri. Kitalah yang
mendesain nasib kita, bukan oleh Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dalam ajaran
Hindu, Brahman atau Purusha memang diyakini sebagai penyebab utama, tetapi dalam hal ini
Brahman sebenarnya hanya pengamat / saksi abadi.

Karma berarti perbuatan / tindakan. Hukum karma adalah hukum semesta sebab-akibat,
dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil tindakan atau buah karma [karma-phala].
Yang berarti apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang, ditentukan sepenuhnya oleh tindakan diri kita sendiri. Tanpa ada intervensi dari
Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dan yang dimaksud dengan tindakan itu adalah
pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri.

(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)

Dan berikut penjelasan dari pihak agama Buddha:

secara singkat,karma (Pali: Kamma) berarti perbuatan,yang dalam arti umum meliputi semua
jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan
pikiran kata-kata atau tindakan.

Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan
tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak
bermoral)

Sebagian masyarakat akan menyandarkan jawaban atas segala keadaan yang terjadi, baik atau
buruk, kepada Tuhan.

Namun agama Buddha menyangkal ciri ketuhanan seperti itu; Selama berabad-abad, doktrin
agama Buddha tentang karma, telah sering disalah-artikan sebagai paham deterministik/takdir.

(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081119011055AAlf70V)

Lebih tegas lagi:

Ajaran Buddha tidak mengajarkan paham takdir, juga tidak mengajarkan paham bebas
kehendak, tapi suatu kehendak-berprasyarat

Dari sejak awal menjelaskan, Hindu,Buddha dan Jain sudah menyatakan dengan tegas
perbedaannya dengan dienul Islam Nampak jelas bahwa hukum karma sama sekali tidak terkait
dengan taqdir Allah Taala. D

Aqidah batil hukum karma semacam di atas tidaklah ada kaitannya sedikitpun, laa min qarib wa
laa min baid (tidak dari dekat, tidak pula dari jauh) dengan ayat dan hadits yang diklaim (secara
dusta!) o

Allah Taala berfirman:


.
Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir. (QS. Al-Qomar: 49)

Allah Taala juga berfirman:



. Dan Dialah yang menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan
takdirnya dengan sebenar-benarnya. (QS. Al-Furqan: 2)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai kelemahan dan kecerdasan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah telah menciptakan (menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk
surga ketika mereka masih di tulang sulbi ayah-ayah mereka, dan Dia telah menciptakan
(menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk neraka ketika mereka masih di tulang
sulbi ayah-ayah mereka.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

Tidak ada seorang jiwapun diantara kalian kecuali telah diketahui (oleh Allah karena Dia yang
menetapkan) tempat tinggalnya di surga atau di neraka.

Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepada anaknya: Wahai anakku, engkau tidak akan merasakan
lezatnya hakekat iman hingga engkau mengetahui (meyakini) bahwa apa yang telah ditetapkan
akan menimpa dirimu tidak akan mungkin meleset darimu dan apa yang telah ditetapkan tidak
akan menimpamu tidak akan mungkin mengenai dirimu. Saya telah mendengar Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:



: !
:

:



!
Sesungguhnya makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berfirman
kepadanya, Tulislah! Pena bertanya, Wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis? Allah
menjawab, Tulislah takdir segala sesuatu hingga hari kiamat!

Lalu Ubadah berkata: Barangsiapa yang mati dalam keadaan meyakini selain ini maka dia
bukan termasuk dariku.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

Wahai Abu Hurairah, pena takdir telah kering mencatat apa saja yang akan engkau jumpai.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk surga
berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi penduduk
neraka. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk
neraka berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi
penduduk surga.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:


,

.

Sesungguhnya anak muda yang dibunuh oleh Khidhir memang telah ditetapkan menjadi orang
kafir, seandainya dia berumur panjang pasti dia akan menyeret kedua orang tuanya kepada sikap
melampaui batas dan kekafiran.

Allah Taala berfirman:


( )

Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah.
(QS. Al-Anam: 21)

Allah Taala berfirman:










( )

Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang nampak ataupun
yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
mengharamkan kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (Dia mengharamkan) kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah
dengan sesuatu yang tidak kalian ketahui. (QS. Al-Araf: 33)

Allah Taala berfirman:






( )

Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka; yaitu bahwa mereka tidak akan
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, dan mereka juga telah mempelajari apa yang
tersebut di dalamnya?! Dan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka
tidakkah kalian mengerti? (QS. Al-Araf: 169)

Allah Taala berfirman:





( )



( )

Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak


beruntung. Itu hanya akan menghasilkan kesenangan sementara di dunia, kemudian hanya
kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami akan merasakan kepada mereka siksaan yang
berat disebabkan kekafiran mereka. (QS. Yunus: 69-70)

Allah Taala berfirman:






( )

Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah?!
Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka dan para saksi akan berkata: Orang-orang
Inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka. Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas
orang-orang yang zhalim itu. (QS. Huud: 18)
Ketiga,

Hukum karma (dalam Buddha/Hindu) tidak seperti yang digambarkan diatas

Seorang berbuat kejelekan, ada seseorang dia akan mendapatkan akibat yang semisal. Nah hal
yang semacam ini mungkin saja ada sebab dia adalah bentuk dari siksaan, bentuk dari
pembalasan, iya, bentuk dari pembalasan. Allah Subhanahu wa Taala telah menyebutkan bahwa
pembalasannya itu sangatlah berat. tetapi juga bisa bermakna karma yang baik (yang
kesemuanya sama sekali tidak terkait dengan pembalasan/hukuman atau pahala dari Allah) :

Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma
adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil,dimana perbuatan baik akan menghasilkan
kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan
bagi pembuatnya. (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata Karma. Panggunaan kata Karma ini
pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu
dihubungkan dengan karma buruk. Padahal sebetulnya karma bukan hanya karma buruk tetapi
juga ada karma baik.Konsep yang menganggap bahwa karma selalu karma buruk dan sebagai
satu-satunya penyebab kejadian ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan
merupakan kelemahan terhadap penjelasan hukum karma.

(http://artikelbuddhist.com/2011/06/hukum-karma-oleh-yang-mulia-bhikkhu-uttamo-
mahathera.html)

Hukum karma sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Tuhan, tapi
tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya. Kalau kita sombong, maka yang
akan datang kepada kita adalah kebencian. Kalau kita penuh kebaikan, maka yang akan datang
kepada kita adalah simpati dan pertolongan. Kalau kita menyakiti, maka kita akan disakiti. Kalau
kita penuh kesabaran, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan kasih sayang.
Kalau kita banyak mengambil kebahagiaan orang, maka kita juga akan banyak mengambil
penderitaan, dll.

(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)

Nampak jelas bahwa hukum karma murni tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh
konsekuensinya dan sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Allah.

Dari celah mana bisa melegalkan keyakinan batil hukum karma semacam ini dengan ayat dan
hadits yangbawakan?
Allah Taala berfirman:








( )( )

Dan janganlah engkau mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta,
Ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak akan beruntung. Itu adalah
kesenangan yang sedikit dan bagi mereka azab yang pedih. (QS. An-Nahl: 116-117)

Allah Taala berfirman:





( )

Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah sehingga Dia
membinasakan kamu dengan adzab, dan sesungguhnya telah merugilah orang yang mengada-
adakan kedustaan. (QS. Thaha: 61)

Allah Taala berfirman:



( )

Dan pada hari kiamat engkau akan melihat orang-orang yang mengadakan kedustaan terhadap
Allah, muka mereka menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi
orang-orang yang menyombongkan diri? (QS. Az-Zumar: 60)

Ke-empat,

Di dalam keyakinan agama Hindu, hukum karma yang dialami seseorang memiliki keterkaitan
erat dengan rukun iman Hindu yang lain, menitis/reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya,
sekarang dan kelahirannya pada masa yang akan datang:

KARMA-PHALA [BUAH KARMA]

Berdasarkan rentang waktu, ada tiga jenis karma-phala yang didasarkan atas waktu dari buah
karma itu matang dan kita terima, yaitu :

1. Sancita Karmaphala [karma masa lalu] tindakan yang kita lakukan di masa lalu atau
kehidupan [kelahiran] sebelumnya, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita
terima di saat ini atau di kehidupan [kelahiran] sekarang. 2. Prarabda Karmaphala [karma saat
ini] tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] matang dan
kita terima di saat ini juga. 3. Kriyamana Karmaphala [karma masa depan] tindakan yang kita
lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di masa
depan atau di kehidupan [kelahiran] berikutnya.

Demikiankah ya kesesuaian ayat dan hadits yang paduka bawakan dalam mendukung keyakinan
batil hukum karma?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda:



,


,



,
.

Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang
diridhai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya, padahal dengan sebab itu Allah
meninggikannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang
mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya,
padahal dengan sebab itu dia terjatuh ke dalam neraka Jahannam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu beliau berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda:





,
.

Seorang hamba benar-benar mengatakan sebuah kata tanpa dia pikirkan baik buruknya, dengan
sebab itu dia tergelincir kedalam neraka yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda:



,

.

Sesungguhnya seseorang benar-benar mengatakan sebuah perkataan yang dia memandang


bahwa itu tidak mengapa, padahal dengan sebab itu dia tergelincir kedalam neraka sejauh 70
tahun perjalanan.

Dari Bilal bin Harits Al-Muzaniy Radhiyallahu Anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda:


,

.



,


.

Sesungguhnya seseorang benar-benar ada yang mengatakan sebuah kata yang diridhai Allah
yang dia tidak menyangka sejauh mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis keridhaan-Nya
bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat dengan sebab ucapan itu, dan sungguh seseorang benar-
benar ada yang mengatakan sebuah kata yang dimurkai Allah yang dia tidak menyangka sejauh
mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis kemurkaan-Nya atas orang tersebut sampai Hari
Kiamat dengan sebab ucapan itu.

Abu Bakr Radhiyallahu Anhu berkata: Langit yang mana yang akan menaungiku dan bumi
yang mana yang akan kujadikan pijakan jika aku berani mengatakan tentang kitab Allah tanpa
ilmu.

Ke-lima,

Bagaimana pula karma yang diterima dalam masa kelahiran berikutnya jika seseorang itu
melakukan kedurhakaan/perbuatan jahat dalam pandangan agama Buddha?

Berikut contoh dan akibatnya:

Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.

1. Membunuh ayah

2. Membunuh ibu

3. Membunuh seorang Arahat

4. Melukai seorang Buddha

5. Memecah belah Sangha

Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan
lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.
(http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

Di madrasah mana ya ustadz seorang muslim diajari aqidah reinkarnasi (terlahir pada kehidupan
berikutnya) bahwa manusia akan berubah karmanya terlahir di alam binatang, setan dan raksasa
jika melakukan perbuatan-perbuatan di atas?! Allahul mustaan.

Sebaliknya, jika dia melakukan karma yang baik seperti meditasi:

Kusala-garuka-kamma. Adalah perbuatan bermutu, yaitu dengan bermeditasi, hingga


mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang
tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)
(http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

Dari penjelasan singkat berbagai uraian tentang hukum karma semacam di atas, bagaimana
mungkin seorang muslim yang lurus dalam memahami Kitabullah dan Sunnah, memiliki aqidah
tauhid yang kokoh lagi bersih akan berani bersikap gegabah dengan mengaitkan keyakinan batil
dan sesat tentang hukum karma-reinkarnasi dengan dienul Islam yang suci dan sempurna?! Dan
bahkan mencarikan pembenaran dan keabsahannya dengan ayat Al Quran dan Sunnah Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam?!

Maka selayaknya bagi kita semuanya untuk berbicara sebatas apa yang diketahuinya saja agar
tidak menjadi sesat dan menyesatkan saudara-saudaranya yang lain.

Ibnu Masud Radhiyallahu Anhu berkata: Wahai manusia, siapa diantara kalian yang
mengetahui sesuatu silahkan dia berbicara, dan barangsiapa yang tidak mengetahui maka
hendaklah dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, Wallahu alam. Karena
sesungguhnya termasuk ilmu yang dimiliki seseorang adalah ketika dia mengatakan terhadap
perkara yang tidak dia ketahui itu, Wallahu alam.

Kesimpulan

untuk menarik kembali pernyataannya yang menyesatkan tersebut (apalagi hal ini terkait dengan
masalah aqidah), berlepas diri dari aqidah hukum karma untuk kemudian rujuk, bertaubat dan
menegaskan kepada umat bahwa aqidah batil hukum karma tidaklah memiliki landasan hukum
(apapun!) di dalam syariat Islam dan syariat Islam sama sekali tidak memiliki keterkaitan
(apapun!) dengan kebatilan aqidah hukum karma, laa min qarib wa laa min baid.

Ingatlah ya Teman Teman bahwa

Saudara yang sejati adalah yang berkata benar kepadamu

Dan bukanlah orang yang selalu membenarkan perkataanmu


Pesan Penulis Untuk Pembaca

dimana Allah sendiri Berfirman:

Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawaban. (QS. Al-Isra: 36)

dan Hadis nabi sendiri Melarang kita Untuk Mengikuti AjaraN Mereka Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam bersabda :


Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk

golongan mereka. (HR. Abu Dawud,

Semoga dengan adanya Catatan Ini dapat Membuka Mata hati Kita dan Kembali Keajaran Islam
Sebenarnya

jika menurut Pembaca Bahwa Catatan Ini Bermanfaat Silakan Share Sebanyak Mungkin Hak
cipta; Hanya Milik Allah

Bedalagi

:: SETELAH DIMILIKI, TAK LAGI INDAH ::

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yang tinggal di gunung merindukan pantai ..


Yang tinggal di pantai merindukan gunung ...

Di musim kemarau merindukan musim hujan ..


Di musim hujan merindukan musim kemarau ...

Yang berambut hitam mengagumi yang pirang ..


Yang berambut pirang mengagumi yang hitam ...

Diam di rumah merindukan bepergian ..


Setelah bepergian merindukan rumah ..
Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entrepreneur supaya punya time freedom
Begitu jadi Entrepreneur ingin jadi karyawan, biar gak pusing

Waktu tenang mencari keramaian ..


Waktu ramai mencari ketenangan ...

Saat masih bujangan, ingin punya suami ganteng/istri cantik ..


Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, ingin yang biasa2 saja, bikin cemburu aja/ takut
selingkuh ...

Punya anak satu mendambakan banyak anak ..


Punya banyak anak mendambakan satu anak saja ...

Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah


hanya sebelum dimiliki ..
Namun setelah dimiliki tak indah lagi ..

Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum
ada, namun mengabaikan apa yang sudah dimiliki ?

Jadilah pribadi yang selalu bersyukur. ..


Bersyukurlah senantiasa dengan berkah Yang sudah kita miliki.

Bagaimana mungkin selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi yang luas ini? Jangankan
bumi, menutupi telapak tangan saja sulit ...

Namun bila daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutuplah bumi!

Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apapun maka kita akan melihat keburukan di
mana-mana ...
Bumi ini pun akan tampak buruk ...

Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun yang kecil ..

Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya dengan sebuah pikiran buruk/negatif!.. Bila hati kita
tertutup, tertutuplah semua ..

Syukuri apa yang ada, karena hidup adalah anugerah bagi jiwa jiwa yang ikhlas ...
Karena sejatinya kita ini hidup merupakan nikmat dari Sang Khalik ..
Hidup ini adalah nikmat terbesar dari nikmat-nikmat Allah yang telah kita terima ..

Semua nikmat hakikatnya adalah rezeki dan semua nikmat menjadi tidak berarti apa-apa jika kita
tidak diberi hidup.

Kita seringkali lupa atas nikmat tersebut (HIDUP) dan menggunakannya untuk kemaksiatan atau
malah sering mengingkarinya.
Itulah kiranya bunyi nada peringatan keras yang diulang sampai 31 kali dalam Al-Qur'an :

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kau Dustakan?"

Salam santun ukhuwah penuh cinta..

Alquran

Pengaruh Bacaan Al-Quran terhadap Fisiologi dan Psikologi Manusia ..

"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat"
(QS 7: 204).

Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk umat manusia sampai akhir
zaman. Fungsi Al-Qur'an antara lain sebagai petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan
(bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa'), rahmat, dan
nasehat/petuah (mau'idzah).

Salah satu manfaat Alquran adalah sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan
Dr. Ahmad al-Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang
berpusat di Amerika Serikat sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida. Ia
meneliti pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Penelitian
dilakukan dalam 2 tahapan.

Tahap pertama, bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya pengaruh Al-Qur'an pada fungsi
organ tubuh sekaligus mengukur intensitasnya jika memang ada. Tahap kedua, diarahkan untuk
mengetahui apakah efek yang ditimbulkan benar-benar karena Alquran atau bukan.

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan mesin pengukur dan terpai stres yang berbasis
komputer, model MEDAQ 2002 (medical data quotient) yang ditemukan dan dikembangkan
Pusat Kedokteran Universitas Boston. Alat ini mampu mengukur reaksi yang menunjukkan
tingkat stres dengan 2 cara: (1) melakukan pemeriksaan fisik secara langsung melalui komputer,
dan (2) memonitor serta mengukur perubahan-perubahan fifiiologis pada tubuh.

Eksperimen dilakukan sebanya 210 kali dengan melibatkan responden laki-laki dan perempuan
usia antara 18-40 tahun. Semua responden non muslim dan tidak bisa berbahasa Arab. Mereka
diminta mendengarkan bacaan Alquran dengan bahasa Arab dengan kaidah tajwid 85 kali.
Mereka juga diminta mendengarkan bacaan berbahasa Arab yang bukan Al-Qur'an sebanyak 85
kali juga. Bacaan-bacaan berbahasa Arab non Al-Quran ini dilantukan dengan kaidah tajwid
layaknya Alquran sehingga memiliki kemiripan dengan AlQuran dari aspek lafal, intonasi suara,
dan ketukan di indera pendengaran. Bacaan bahasa Arab non Al-Quran digunakan sebagai
placebo, artinya responden tidak dapat membedakan antara bacaan Al-Quran dan non Al-Quran.

Hasil eksperimen menunjukkan, bacaan Al-Quran menimbulkan efek relaksasi hingga 65%.
Sedangkan bacaan berbahasa Aranb non Al-Quran hanya mencapai 33%. Hasil ini juga
menunjukkan, Alquran memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan
ketegangan (stres) pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif.

Pengaruh ini tampak dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik di otot,
juga perubahan pada daya tangkap di kulit terhadap konduksi listrik, perubahan sirkulasi darah,
serta perubahan pada detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit yang semuanya saling
terkait dan paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.

Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja sistem syaraf otonom
yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain serta fungsi-fungsinya. Karena
itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas pada pengaruh-pengaruh
fisiologis yang bisa dihasilkan Al-Quran.

Dalam penelitian lain, Kazemi dkk melakukan penelitian yang mirip terhadap 107 mahasiswa
keperawatan Rafsanjan University of Medical Sciences dengan metode kuasi eksperimental.
Mereka dibagi ke dalam 2 grup, grup kontrol dan case group. Skor Kesehatan Mental diukur
pada kedua grup dengan 12 item kuisioner. Case group mendengarkan Alquran masing-masing
selama 15 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu berturut-turut, yang diperdengarkan dengan
tape recorder.

Seminggu setelah intervensi selesai, skor kesehatan mental diukur kembali pada kedua grup.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan, dengan mendengarkan Al-Quran dapat dijadikan cara
untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.

Betapa luar biasanya Alquran, sistem tubuh ternyata memberikan respon positif terhadap bacaan
Al-Qur'an meskipun si empunya tubuh tidak memahami artinya. Apalagi kalau yang membaca
atau mendengarkan memahami makna bacaannya. Pasti efeknya lebih dahsyat lagi. Dengan kita
membaca Al-Quran setiap hari, pasti banyak kebaikan yang kita dapat.

Anda mungkin juga menyukai