Anda di halaman 1dari 7

Tafsir surat al infithar ayat 

10-14
November 14, 2013 by Fitri Riyani

Ayat 10 :

                Dalam Tafsir Jalalain artinya, (Padahal sesungguhnya bagi kalian ada yang
mengawasi) yaitu malaikat-malaikat yang mengawasi semua amal perbuatan kalian. Sedangkan
dalam tafsir Al Azhar artinya “(Padahal) sesungguhnya terhadap kepada kamu ada yang
memelihara. Maksudnya adalah bahwasanya setiap saat kita hidup di dunia ini senantiasa ada
mereka-mereka yang memelihara kita atau menjaga kita dan mengawasi kita, yang telah
ditentukan Allah pekerjaannya menjaga itu.  

Dalam Tafsir Ibnu Katsir ayat 10-12 disatukan, yaitu :

            “Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan
kalian), yang mulia (di sisi Allah), dan mancatat (pekerjaan-pekerjaan itu), mereka mengetahui
apa yang kalian kerjakan. (Al infithar ayat 10-12).

Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya pada kalian(manusia) ada para malaikat pencatat amal
perbuatan. Mereka mulia-mulia. Maka janganlah kalian menghadapi mereka dengan amal-amal
keburukan, karena sesungguhnya mereka mencatat semua amal perbuatan kalian.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ali Ibnu Muhammad At-Tanafisi,  telah menceritakan kepada kami Waki’, telah
menceritakan kepada kami  Sufyan Mis’ar, dari Alqomah ibnu Marsad, dari Mujahid yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : ( yang artinya)

“Hormatilah malaikat-malaikat yang mulia pencatat amal-amal perbuatan, mereka tidak pernah
meninggalkan kalian kecuali dalam salah satu dari dua keadaan, yaitu di saat jinabah dan buang
air besar. Maka apabila seseorang dari kalian mandi, hendaklah ia memakai penutup dengan
tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya atau hendaklah saudaranya yang
menutupinya.”

Artikel dari (http://hidayatulhaq.wordpress.com).

10. Dan sesungguhnya ada penjaga untuk kamu.

Maksudnya adalah kekuatan dan energi yang luhur, malaikat atau lainnya, menggiring kita ke
arah pola dan takdir penciptaan. Kekuatan ini ditujukan kepada hâfizhin (penjaga, pelindung)
karena tugas mereka adalah merefleksikan salah satu sifat Allah, yaitu al-Hafizh. Nama
‘Pelindung, Penjaga, Pemelihara’ menunjuk kepada Allah, satu-satunya Pelindung yang sejati.

Bagaimana mewujudkan/menjelmakan al-Hafizh itu? Nama al-Hafizh ini berasal dari akar kata


kerja yang berarti ‘memelihara, melindungi, menjaga, menopang, dan mengingat’. Hafizh, dalam
bahasa Arab sehari-hari, berarti seseorang yang hafal  Al-Quran. Sang Pencipta tidak akan
menciptakan hukum kehidupan kalau Dia tidak akan mempertahankannya. Dengan demikian kita
yakin bahwa hukum itu tidak berubah dan tidak akan berubah bagi siapa pun, baik ia seorang
nabi, rasul, atau orang biasa.

Hukum penciptaan berlaku sama kepada semua. Banyak di antara hukum-hukum ini yang kita
anggap pasti benar karena kita tunduk padanya sepanjang waktu, seperti hukum gravitasi. Setiap
diri ingin sekali mempertahankan, memelihara dan melanjutkan hidup. Ini adalah manifestasi
kekuatan hâfizhin melalui diri.

Ayat 11 :

            Dalam tafsir Jalalain artinya (Yang mulia) artinya mereka dimuliakan di sisi Allah (dan
yang mencatat) maksudnya menjadi juru tulis amal perbuatan kalian. Sedangkan dalam tafsir Al
Azhar artinya Mereka itu ialah, Yang mulia-mulia, para penulis. Mereka itu ialah malaikat-
malaikat yang mulia. Lantaran itu bukanlah mereka sembarang makhluk, malahan makhluk
pilihan yang terdekat kepada Tuhan. Mereka itu telah ditugaskan Allah menjaga, memelihara dan
mengawasi tingkah-laku manusia di dalam kehidupan. Jelaslah dalam urutan ayat ini  bahwa
malaikat-malaikat yang mulia-mulia itu bukan seorang, melainkan banyak.

Artikel : (sumber : hidayatulhaq.wordpress.com)

11. Juru catat yang mulia.

Maksudnya, segala perbuatan manusia langsung dicatat. Ganjarannya seketika itu juga, dan akan
ditulis dalam buku catatan amal dan kemudian dicatat dalam dirinya sendiri. Baik penyakit serius
`maupun ringan yang menyebabkan kita menderita adalah akibat langsung dari perbuatan kita.
Ganjaran kita identik dengan perbuatan kita, dan makna dari perbuatan kita adalah niatnya. Kita
mewujudkan niat: pada saat ini kita adalah jumlah total dari semua niat masa lampau kita. Jika
mereka bebas—fi sabilillah (di jalan Allah)—maka kita bebas. Kita sama kotornya atau sama
bersihnya dengan niat kita, dan itulah yang menentukan keadaan dan kondisi hati kita.

Jika niat manusia bersih sebersih-bersihnya, namun ia bertindak secara bodoh karena ia tidak
memiliki cukup pengetahuan dunia lahiriah, maka mungkin ada yang menganggapnya tolol atau
bahkan jahat jika orang lain menderita akibat tindakannya. Meskipun demikian Allah, Yang
Maha bijaksana, memaafkan dia. Tapi di dunia ini, hukum lahiriah (syariat) meliputi kebenaran
abadi (hakikat). Segala sesuatu mengikuti hukum Allah, dan hanya Allah yang berkuasa.
Meskipun niatnya bersih, ternyata manusia dijebloskan ke dalam penjara karena secara lahiriah
menyebabkan keluhan kepada orang lain dan perbuatannya ini dapat dikenai hukuman. Maka hal
ini dibenarkan menurut syariat.

Kirâman kâtibîn (pencatat yang mulia) artinya bahwa amal baik yang paling luhur adalah
mengetahui jalan yang sesuai dengan penciptaan manusia. Para malaikat, atau kekuatan, yang
menjaga agar kehidupan berjalan terus dengan lancar di dunia ini adalah kirâm kâtibîn. Mereka
adalah energi dan kekuatan dalam diri manusia yang mencatat kisah manusia dari dalam. Setiap
satu sel dalam tubuhnya menggemakan seluruh kemakhlukkannya, yang mengandung sejarah
tentang semua yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi.

Kâtibîn berasal dari kata kerja kataba, yang berarti ‘menuliskan, menggoreskan, menentukan,


menakdirkan’. Ada pengertian ‘mengumpulkan’ di dunia ini. Karena itu, kitab tidak hanya
berarti ‘buku’, tapi juga ‘apa yang diperbuat’. Jika seseorang dalam keadaan sadar, ia dapat
‘membaca’ apa yang diperbuat. Itulah yang dimaksud Alquran. Para malaikat, atau kekuatan,
adalah mulia karena mereka berada pada batas-batas kemampuannya yang telah ditentukan.
Dituliskan bahwa mereka harus menulis, dan mereka melakukannya.

Ayat 12 :

            Dalam Tafsir Jalalain artinya (Mereka mengetahui semua apa yang kalian kerjakan) tanpa
kecuali.

Nah, dalam tafsir Al Azhar artinya Mereka itu tahu apa pun yang kamu kerjakan. Sehingga
tidaklah kita ini pernah terlepas dari pengawasan dan penjagaan. Maka janganlah kita
menyangka ketika kita sedang berada seorang  diri bahwa kita memang sepi seorang! Di kiri
kanan  kita ada makhluk yang selalu mengawasi kita. Dia menjaga moga-moga jangan sampai
kita terjatuh. Sedang di samping malaikat-malaikat yang memelihara itu ada pula makhluk yang
selalu ingin  agar kita jatuh masuk jurang kehinaan. Itulah musuh kita Syaitan dan Iblis. Maka
kepercayaan kepada Allah yang sangat dekat kepada kita, lebih dekat dari urat leher kita sendiri,
di samping itu ada pula penjagaan malaikat yang banyak atas diri kita, malaikat yang mulia-
mulia, sekali-kali tidaklah orang yang beriman akan merasa sepi dalam kehidupan ini.

Artikel :
12. “Mereka mengetahui apa yang engkau lakukan”

Maksudnya, entitas atau kekuatan—kemana kita dihubungkan dan diikatkan oleh Realitas
Tunggal—mengetahui apa yang kita lakukan meskipun intensitas pengetahuannya berbeda.
Segala sesuatu yang kita lakukan akan mempengaruhi segala sesuatu yang lain dalam
keseimbangan ekologis yang mutlak ini. Setiap perbuatan kita akan meninggalkan kesan pada
kekuatan sensitif yang menguasai serat kosmik yang halus. Itulah mengapa kita mengatakan,
“Allah sangat mengetahui”, dan “Allah memiliki pengetahuan atas segala sesuatu.”

Allah adalah al-’Alim (Yang Maha Mengetahui [semua]). Jika kita bertambah


dalam ‘ilmu(pengetahuan, kearifan), maka kita akan mendekati al-’Alim, sehingga kebodohan
akan berkurang. Ibaratnya, saat cangkir menjadi penuh maka apa yang berada dalam cangkir dan
cangkimya sendiri sudah dapat dipahami sebagai membentuk satu sistem, karena agar ada isi
maka harus ada wadah. Inilah makna dari tema di mana seorang guru agung berkata: “Satukan
minuman dengan cangkir dan lenyaplah olehnya. (minuman-cangkir sudah menjadi ‘satu’ sistem
—peny.).”

Meskipun kedua sistem itu nampak berbeda, yang satu cair dan satunya lagi padat, manusia
adalah penghubung, ruang antara (barzakh), maka ia harus menghubungkan batin dengan lahir.
Dari sudut pandang ‘arifbi’llah (orang yang mengenal Allah), tidak ada yang namanya batin
ataupun lahir. Yang ada hanyalah Allah, Realitas Tunggal, yang mewujudkan diri dalam
berbagai bentuk penciptaan.

Ayat 13 :

            Dalam tafsir Jalalain artinya (Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti) yakni
orang-orang mukmin yang benar-benar mantap dalam keimanannya, (benar-benar berada dalam
surga yang penuh kenikmatan.)

Sedangkan dalam tafsir Al Azhar artinya “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti.
“Al-Abrar”, kita artikan orang-orang yang banyak berbakti, berbuat jasa, meninggalkan
kenangan-kenangan yang baik di dalam hidupnya, terutama kepada sesama hamba Allah;
“Benar-benarlah di dalam syurga yang penuh nikmat.” (ujung ayat 13), Artinya, Mahkamah
iIlahilah yang berdiri dan berlakulah pertimbangan Hukum Allah Yang Maha Adil. Tidak akan
ada penganiayaan Hukum, sebab Allah Yang Maha Kuasa tiadalah berkepentingan untuk dirinya
sendiri untuk melakukan kezaliman. Dan semua makhluk adalah sama di sisi Allah. Menurut
sebuah riwayat yang dibawakan oleh lbnu Asakir dengan sanadnya daripada Abdullah bin Umar
bahwa yang dimaksud dengan orang yang disebut al-Abrar ialah orang yang berkhidmat kepada
sesamanya manusia, terutama kepada kedua orang, yaitu ibu dan bapa. Demikian juga
memberikan pendidikan yang baik kepada anak dan keturunan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir artinya  Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar
berada dalam surga yang penuh kenikmatan.

Allah Swt. berfirman, menceritakan apa yang  dialami oleh orang-orang yang berbakti , yaitu
mendapat kenikmatan yang berlimpah. Demikian itu karena mereka taat kepada Allah dan tidak
berbuat kedurhakaan terhadap-Nya. Ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam biografi Musa
ibnu Muhammad, dari Hisyam ibnu Ammar, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. Yang telah
bersabda: ( yang artinya)

“Sesungguhnya Allah menamai mereka dengan sebutan abraar, karena mereka berbuat baik
kepada orang-orang tuanya dan juga kepada anak-anaknya. “

Artikel :

13. Sesungguhnya orang-orang yang tulus ada dalam kenikmatan.

Surah ini dimulai dengan mendeskripsikan dampak besar di hari kiamat (akhir dunia), yang
deskripsinya meliputi akhir kita sendiri, dan kemudian memberi kita kabar baik tentang
kenikmatan. Akar kata abrar (bebas, adil, baik hati) adalah barra (bersikap adil). Barra adalah
‘permukaan tanah yang luas’, tapi maknanya lebih dari sekadar gurun pasir. Kata ini
menunjukkan ruang, keterbukaan dan pandangan yang jelas. Barr adalah lawan dari bahr (laut).
Di atas barr segala sesuatu nampak jelas, tapi dalam bahr segala sesuatu tersembunyi di bawah
permukaan.

Na’im (kebahagiaan, damai, sentosa) barasal dari na’ama (hidup senang dan tenteram,


berbahagia, lembut). Na’am artinya ‘ya’. Ni’mah Allah adalah nikmat Tuhan. Di antara sifat
dasar manusia adalah membenarkan karunia Allah. Keadaan abrar yang sesungguhnya akan
merefleksi ke tempat tinggal di masa akan datang, dan di sana yang akan mereka dapati tak lain
hanyalah kenikmatan atau kesenangan semata.

Ayat  14 :

                Dalam tafsir Jalalain ayat ini artinya “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka)
yakni orang-orang kafir (benar-benar berada dalam neraka) yang apinya sangat membakar.”
Sedangkan dalam tafsir Al Azhar artinya, “Dan sesungguhnya orang-orang yang berbuat
durhaka.”  yakni orang yang dengan sengaja melanggar segala apa yang ditentukan oleh Allah,
tidak perduli akan nilai-nilai kebenaran. “Benar-benarlah dia dalam neraka jahim.” (ujung ayat
14). Jahim adalah salah satu nama dari neraka, di samping sa`iir, jahannam, saqar, lazhaa, dan
huthamah.

Menurut tafsir Ibnu Katsir artinya Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar
berada dalam neraka.
Di ayat 13 telah dijelaskan bahwa orang-orang yang berbakti akan mendapat kenikmatan yang
berlimpah di surga, sedangkan ayat 14 ini adalah lanjutnya yaitu Kemudian Allah menyebutkan
apa yang dialami oleh orang-orang yang durhaka, yaitu dimasukkan ke dalam neraka Jahim dan
mendapat azab yang kekal.  (Ayat 14)

Artikel : (Dalam http://quran.al-shia.org)

14. Dan sesungguhnya orang-orang yang jahat ada dalam api yang membakar.

Maksudnya adalah siapa pun yang hidup bertentangan dengan sifat dan hakikat dirinya, maka ia
telah melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri. Seorang fajir adalah orang yang
menjerumuskan dirinya ke dalam pelanggaran, orang yang telah melampaui batas-batas agama,
melampaui batas-batas sifat luhurnya. Dari sudut pandang ini, mereka yang melanggar
batas (fujjar) berada dalam neraka. Kehidupan neraka sama dengan kerusuhan, pergolakan yang
tiada henti dan matinya stabilitas. Itulah keadaan yang dapat dirasakan tidak hanya setelah
kematian tapi juga dalam kehidupan ini.

#Kesimpulan

      Ayat  10 : Apa saja yang kita perbuat, yang kita kerjakan selama hidup di dunia ini, ada
malaikat-malaikat yang menjaga kita. Mereka memelihara, mengawasi, dan merekam semua
amal perbuatan manusia. Mereka tidak pernah meninggalkan kita kecuali dalam salah satu dari
dua keadaan, yaitu di saat jinabah dan buang air besar. Maka apabila seseorang dari kita mandi,
hendaklah ia memakai penutup dengan tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya
atau hendaklah saudaranya yang menutupinya.

Ayat  11 : Malaikat-malaikat yang menjaga itu adalah malaikat yang mulia. Yang dimuliakan di
sisi Allah Swt. Bukanlah mahluk yang sembarang  tetapi adalah mahluk pilihan yang dekat
dengan Allah Swt. Mereka telah ditugaskan Allah untuk menjaga, memelihara dan mengawasi
tingkah-laku manusia di dalam kehidupan. Mereka  adalah para penulis yang mencatat amal
perbuatan manusia selama hidup di dunia ini. Maka janganlah kita menghadapi mereka dengan
amal-amal keburukan, karena sesungguhnya mereka mencatat semua amal perbuatan kita.

Ayat  12 : Malaikat-malaikat itu mengetahui apa yang manusia kerjakan. Kita tidak terlepas dari
pengawasan dan pengjagaan mereka. Di sisi kanan ada malaikat yang menjaga dan mengawasi
kita. Sedangkan di sisi kiri ada mahluk yang menginginkan kita jatuh ke dalam kehinaan dan
menemaninya di neraka, siapa lagi kalau bukan syaitan dan iblis yang terkutuk.
 

Ayat  13 : Bahwa orang  yang benar-benar berbakti  dan taat kepada Allah Swt, tidak berbuat
keduharkaan kepada-Nya, maka mereka berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
Mereka juga dinamai abraar oleh Allah karena berbuat baik kepada orang tua dan  anak-anaknya.
Di dalam surge mereka mendapat kesenangan, kebahagiaan, dan kedamaian sebagai balasan bagi
mereka.

Ayat  14 : Sedangkan orang-orang yang durhaka, yang tidak menaati apa yang Allah
perintahkan, tidak peduli dengan nilai-nilai kebenaran, melanggar batas-batas agama, Maka
Mereka akan berada di dalam neraka Jahim yang apinya sangat membakar dan mendapatkan
azab yang kekal. Itu adalah sebagai balasan yang pantas bagi mereka.

# Kesimpulan Akhir

Surat Al infithar ayat 10-14 memberikan penjelasan bahwa ada malaikat-malaikat yang selalu
mengawasi kita. Mereka mencatat apa saja yang kita perbuat di kehidupan ini. Mereka bersama
kita kemana pun pergi kecuali saat buang air besar dan mandi. Mereka adalah mulia di sisi Allah
dan sekaligus menjadi juru tulis yang mencatat amal perbuatan manusia. Mereka juga
mengetahui apa saja yang kita lakukan. Kita tidak lepas dari pengawasan mereka. Oleh karena
itu bagi orang yang berbakti akan ditempatkan di dalam surga dan bagi yang durhaka berada di
neraka jahim yang apinya membakar.

Anda mungkin juga menyukai