Anda di halaman 1dari 81

TASAWUF

CERITA PARA SUFI


HIKMAH AIR DAN KEAJAIBANNYA

"Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (QS. Al
Anbiya : 30).Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan
bahwa tanpa air semua akan mati kehausan.

Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama


dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu dido'akan secara


agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5 derajat C di
laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan
kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk
kristal segi enam yang indah.Percobaan diulangi dengan
membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa
Jepang)" di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk
sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf
Jepang, "Arigato". Kristal membentuk dengan keindahan yang
sama. Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk
buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul
berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan,
kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di


depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-
cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan do'a
Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul
berkilauan. Subhanallah...Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia
melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Perancis,
Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di
New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan
Maret 2005 lalu.Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa
"membaca" tulisan, dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya

1
The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan
bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik
atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan,
semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan
tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa
menjelaskan, kenapa air putih yang dido'akan bisa
menyembuhkan si sakit.

Dulu, hal tersebut kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita
anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu
menangkap pesan do'a kesembuhan, menyimpannya, lalu
vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh
si sakit.Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5%
air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22%
air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari dido'akan dengan
khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya shaleh,
sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia.
Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air
di otak dan pembuluh darah.Dengan izin Allah, pesan tadi akan
dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu
kota dido'akan dengan serius untuk keshalehan, insya Allah
semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan
tidak beringas.

Rasulullah SAW bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air


zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang
meminumnya." Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan
kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia
akan sembuh.Subhanallah...Pantaslah air zamzam begitu
berkhasiat, karena dia menyimpan pesan do'a jutaan manusia
selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim AS.Bila kita renungkan
berpuluh ayat Al-Qur'an tentang air, kita akan tersentak bahwa
Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa

2
air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya
rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang
menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling
melekat dengan air.Shalat wajib perlu air wudhu 5 kali sehari.
Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib
dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh
memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar.Tetapi kita
belum melakukan dzikir air. Kita masih perlakukan air tanpa
respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari.
Astaghfirullah.Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan
muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al-
Qur'an dan hadits. Wallahu a'lam.

"Tebing Curam"

Jangan kamu katakan bahwa ilmu itu berada di langit, siapa


yang akan menurunkannya, atau di perut bumi, siapa yang akan
menaikkannya, atau di seberang laut, siapa yag akan
menyeberangkannya.

Ilmu itu tercipta di dalammu, berlakulah di hadiratKu dengan


sopan santun, niscaya Aku lahirkan ilmu itu dari dalam,
sehingga ia meliputi dan memenuhi dirimu..

Terbanglah kamu, kepada-Ku..Jika kamu tidak mampu


melakukannya, maka menyeberanglah kamu ke arah-Ku.. Dan
jika kamu tidak mampu juga, maka berteriaklah kamu kepada-
Ku, hingga kamu berhasil mencapai posisimu dari sisi-Ku, agar
Aku dapat membawamu kepada posisi sebelum ”kun”.
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lihat dan kamu
dengar pada posisimu telah ada dalam pengetahuan-Ku yang
tidak kamu ketahui..

3
Itulah kehidupan pertamamu di dunia. Maka janganlah kamu
datang kepada-Ku dengan membawa sesuatu yang dapat Aku
singkapkan amalmu..

Janganlah kamu datang kepada-Ku dengan perasaan ujud


sambil membanggakan amalmu. Saksikanlah bahwa Aku telah
mengeluarkanmu dari kegelapan dengan Nur-Ku.

Sebenarnya.. Aku mengeluarkanmu dari kehidupanmu, menuju


kerajaan dan kekuasaan-Ku yang belum kamu ketahui dan
belum Aku tampakkan kepadamu.

Oleh karena itu, serahkanlah dirimu kepada-Ku sambil


melemparkan semua dari dirimu dan katakan kepada-Ku,
”BALAA SHAHIDNAA.”

Allah tidak menciptakan mereka untuk berduka, tidak


menciptakan mereka untuk bermain-main hampa, tidak
menciptakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidak
untuk tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai orang-orang yang alpa
dari kealpaanmu. Ingatlah, engkau melangkahkan hatimu satu
langkah, Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia
paling layak untuk dirindukan dibanding yang lainNya.

“Allah memberi rizki pada yang dikehendaki


tanpa terhingga.”

Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan


langsung padanya. Ini sesuatu yang berhubungan dengan
makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam
ubudiyahnya, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.

4
Selain Allah Ta’ala, ketika engkau datang padanya, engkau bisa
tetap benar, baik raja, sultan, penguasa, maka kedatangan
kalian, tubuhmu adalah bukit, tetesannya adalah lautan,
tintanya adalah rembulan, rembulannya adalah matahari,
sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya,
fana’nya adalah kekal’nya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya
menjulang hingga menyentuh Arasy, dan akarnya membubung
sampai ke bintang Tsurayya, dan dahan-dahannya melindungi
dunia dan akhirat. Pohon apakah ini?

Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang kalian miliki,


bukan akhirat yang kalian kait, yang tidak dimiliki oleh raja
maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil
oleh siapa pun, tidak bisa dikotori. Jika engkau bisa memenuhi
semua itu, engkau akan berada di tengah-tengah.

Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka


Allah menjadikan hamba itu sebagai dalil bagi mereka,
menjadikan penyembuh bagi mereka, menjadikan pendidik
dan pengatur mereka. Sang hamba dijakdikan penerjemah
untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka, dijadikan pelita
bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segalanya terwujud.
"Jika tidak demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain
DiriNya".

Individu-individu jenis manusia ini memang ditugaskan di


tengah-tengah makhluk tetapi dengan perlindungan dan
keselamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba
ini untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan
jalan menuju hidayah.

Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yang
zuhud dari dunia dan akhirat, diuji oleh Pencipta dunia dan

5
akhirat. Kalau semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak
pernah bakal mati, seakan-akan kalian tidak akan dihamparkan
di padang mahsyar, tidak di hisab di sana, dan tidak melewati
jembatan Shirathal Mustaqim?

Ini sifat-sifat, padahal kalian mengajak Islam dan Iman. Ini Al-
Quran dan Ilmu sebagai argumentasi bagi kalian. Jika kalian
hadir dalam majelis Ulama, dan menolak apa yang dikatakan
mereka, maka kehadiran kalian sebagai hujjah yang membuat
dosa.
Sebagaimana kalian semua bertemu Rasulullah SAW, di hari
kiamat nanti, sementara kalian tidak menerima Beliau SAW,
ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran,
keagungan dan keadilan serta kesombonganNya, maka ketika
itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya kerajaan Ilahi
yang abadi, semuanya di kembali kepadaNya.

Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana


dengan kemuliaan dan kelengkapannya, dan bagaimana Allah
memuliakan mereka di hari itu. Para paku bumi, adalah
penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan
pemukanya sekaligus sebagai wakil Azza wa Jalla. Mereka hari
ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna.Para pemberani
dalam argumentasi dan perang adalah mereka yang melawan
orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang-
orang shaleh adalah yang melawan hawa nafsunya, watak
manusiawinya, syetan dan para kolaborator kejahatan.

Mereka ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang


pemberani dari kalangan Khawwash adalah keberaniannya
dalam Zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari segala hal selain
Allah secara total. (Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Abdul
Qadir al Jilani Al Baghdadi)

6
INGAT (BERDZIKIR) KEPADA ALLAH
TAALA

Ilmu Tauhid Awam :


Kitab Nurudh-Dhalam, Mengasah Spiritual Jiwa Dangkalnya
pemahaman akidah generasi penerus panji-panji Islam
sekarang ini banyak disebabkan menjamurnya paham-paham
baru yang diusung oleh sekulerisme. Paham sekulerisme
berupaya membelokkan akidah Islam dengan berbagai cara
lewat pembaharuan ; dan menggeser nilai-nilai moral yang
mereka sesuaikan dengan ajaran Islam.

Yang perlu dicermati dari lahirnya paham-paham tersebut,


yakni sebuah kontribusi yang menginginkan komunitas Islam
terpecah belah dan rapuh !. Para pelakunya menodai
kemurnian akidah Islam dengan meracuni jiwa ummat Islam
yang berorientasi pada pemurnian tauhid yang didasari gaya
hidup modern non-Islami. Sehingga banyak dari kaum
muslimin yang telah menanggalkan keimanan.

Kitab penting “Aqiidaatul Awaam”, matan Ilmu Tauhid buah


karya Syaikh Ahmad Marzuqi yang disusun dan biasa
disampaikan dalam bentuk Syair, telah disyarah oleh Syaikh
Muhammad Nawawi Asy-Syafi’i (Al-Bantani Al-Jawi) dengan
judul “Nurudh Dholam”. Disajikan dengan penjelasan serta
faidah tiap baitnya melalui bahasa yang indah dan lugas
sehingga mudah dipahami. Beliau Syaikh Nawawi yang digelari
Sayyid Ulama Hijaz ini, berusaha mengasah jiwa spiritual kaum
muslimin dengan memaparkan siapa yang wajib kita imani, dan
membangun kembali nilai-nilai keimanan kaum muslimin yang
mulai pudar serta menangkal kekhawatiran di atas.

7
Mempelajari dan paham terhadap ilmu tauhid sendiri,
berhukum fardhu ‘ain kepada setiap kaum muslimin mukallaf
sepanjang akalnya mampu. Mempunyai keyakinan dengan
mengemukakan dalil2nya secara ijmali (Garis Besar) maupun
tafsili (Terperinci). Berdasar hukum aqli maupun naqli. Dapat
memiliki iman secara ma’rifat atau tidak sekedar hanya taklid
saja. Kaum muslimin yang taqlid dalam tauhid, imannya sangat
disangsikan.

Hal ini bisa terjadi, karena iman taqlid senantiasa dihinggapi


keragu-raguan, goyah tidak kokoh. Akibatnya, semua
peribadahan menjadi sia-sia. Kata qaidah ;”. Firman Allah SWT ;
“Yaa Ayyuhannasu A’buduu Rabbakumul ladzie Khalaqakum.
(Q. S.2 ; A.21).

Awwalu wajibin ‘alal insaani ma’rifatulloohi bis tiqooni ; yang


pertama kali wajib kepada manusia adalah ma’rifat kepada
Allah SWT dengan sebenar-benarnya (Zubad, Ibnu Ruslan).

Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka


pertama-tama ia mencoba mengatasinya dengan upayanya
sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya,
khususnya kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit,
kepada dokter.

Bila hal ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya,


Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-
Nya dengan kerendahan hati dan pujian. Bila ia mampu
mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada
sesamanya, demikian pula bila ia berhasil karena sesamanya,
maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.

8
Kemudian bila tak juga memperoleh pertolongan dari Allah,
maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian,
mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan
harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha
Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak
mengabulkannya, hingga ia sedemikian kecewa terhadap
segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud
melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana
duniawi, segala aktiviti dan upaya duniawi, dan bertumpu pada
rohaninya.

Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah


Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang
Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (tingkat keyakinan
tertinggi yang diperoleh setelah menyaksikan dengan mata
kepala dan mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang
melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak
pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula
kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada
pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan
kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan
dan kemiskinan, kecuali karena ALLAH.

Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai


mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo,
berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa
tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan
melebur dalam kehendak Allah.

Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak


didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu,
maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau
mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan

9
mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka dikaruniailah dia dengan
karunia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan
melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan
puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya.
Ia merasa enggan dan menolak segala sesuatu selain Allah, ia
rindu dan senantiasa mengingat-Nya; makin mantaplah
keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia
bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya,
berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang
didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur,
puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
(Risalah 3, Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Jailani)

Tawon dan Lebah


Jalaludin Rumi
Jangan ukur perbuatan orang suci dengan dirimu! Sebab
walaupun cara menulis kata "sher" (singa) dan "shir" (susu)
mirip, keduanya berbeda.

Apabila cara memandangmu demikian, maka seluruh dunia


menjadi tidak berarti; memang jarang orang patut disebut
hamba Allah yang sejati.

Mereka mengaku sama dengan nabi-nabi; mereka kira para


aulia seperti diri mereka juga.

"Lihat!" kata mereka, "Kami adalah manusia, mereka adalah


manusia. Baik kami ataupun mereka sama-sama terikat pada
tidur dan makan."

Dalam kebutaan, mereka tidak tahu bahwa antara keduanya


terbentang perbedaan yang besar tidak terkira.

10
Tawon dan lebah memang makan dan minum dari sumber
yang sama; namun yang satu hanya menghasilkan sengat yang
tajam, sedang yang lain membuahkan madu yang lezat.

Semua jenis rusa sama makan rumput dan minum air; namun
rusa yang satu hanya melahirkan kotoran, sedangkan rusa yang
lain membuahkan wangi kesturi.

Tumbuhan jenis buluh minum air dari sumber air yang sama;
namun batang bambu tidak mengandung apa-apa, sedangkan
batang tebu berisi gula.

Perhatikan ratusan ribu hal seperti itu dan lihat betapa antara
keduanya terdapat jarak sejauh tujuh puluh tahun perjalanan.

Yang satu makan sesuatu untuk menghasilkan kotoran; yang


lain makan dan menjadi cahaya Tuhan.

Yang satu ini makan dan darinya tidak lahir apa-apa kecuali
kebakhilan dan kecemburuan; yang lain juga makan, namun
dari dirinya tidak terbit apa pun selain cinta kepada Tuhan.

Yang satu lahan subur dan yang lain tanah payau dan buruk;
yang satu seorang malaikat molek dan yang lain setan dan
serigala liar.

Tidak dapat dibantah keduanya serupa secara lahir; air yang


pahit dan air yang manis juga sama beningnya

Siapa yang bisa membedakan keduanya selain dia yang


memiliki cita rasa rohani? Cari orang seperti itu: dialah yang
tahu membedakan air yang manis dan air yang asin.

11
Orang yang cenderung menyamakan sihir dan mukjizat nabi,
telah berkhayal dan mengira bahwa keduanya sama-sama tipu
daya.

Pada zaman Nabi Musa, dengan tujuan menentang


kenabiannya, tukang sihir memakai tongkat seperti Nabi Musa.

Namun, tongkat tukang sihir dan tongkat Musa sangat


berbeda, sebab antara perbuatan sihir dan tindakan mukjizat
terbentang jurang yang sangat lebar.
Perbuatan tukang sihir dilaknat oleh Tuhan, yang lain menerima
pahala berupa kasih sayang-Nya.

Orang-orang kafir yang bertabiat kera sering menyamakan


dirinya dengan para nabi dan aulia; sifat semacam ini
merupakan penyakit yang bersarang dalam diri binatang.

Apa saja yang dilakukan orang, setiap kali akan ditiru oleh
seekor kera apabila ia melihat orang melakukannya.
Dia mengira, "Aku meniru perbuatannya!" Bagaimana mungkin
pandangan yang picik dapat membedakan kedua perbuatan
itu?

HIRARKI PARA WALI ALLAH

Duri Pun Bisa Menjadi Makanan

Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta bagaimana


dia diciptakan, Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (QS. Al-Ghashiyah,
88: 17-20)

12
Segala sesuatu di alam semesta beserta ciri-ciri yang ada pada
ciptaan ini menunjukkan Ilmu dan Kekuasaan Allah, Sang
Pencipta yang Maha Agung.

Allah seringkali menyatakan hal ini dalam Alqur'an, di mana


ditegaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya pada
hakikatnya adalah ayat, yakni tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Ayat ini juga memiliki arti peringatan atau pelajaran bagi
manusia.

Di ayat ke-17 surat Al-Ghaasyiyah, Allah menyebut seekor


binatang yang hendaknya kita pikirkan dan renungkan dengan
seksama, yakni onta. Allah berfirman: Maka apakah mereka
tidak memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan?

Salah satu ciri khas onta adalah struktur tubuh yang sangat kuat
dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang paling ganas
sekalipun. Onta mampu bertahan hidup berhari-hari tanpa
makan dan minum. Mamalia ini dapat melakukan perjalanan
jauh dengan beban ratusan kilogram di punggungnya selama
berhari-hari.

Sebagaimana makhluk hidup yang lain, sudah pasti bahwa onta


tidak mampu melakukan satu pun dari segalah hal di atas atau
sengaja menjadikan dirinya bermanfaat untuk manusia. Bisa
dimengerti jika ayat Alqur'an: Maka apakah mereka tidak
memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan? menyuruh kita
untuk memperhatikan penciptaan binatang yang menakjubkan
ini. Sebagaimana makhluk hidup yang lain, onta pun telah
dilengkapi Allah dengan berbagai ciri yang unik dan istimewa,
dan di tempatkan di bumi ini sebagai ayat, tanda-tanda
kebesaran Pencipta.

13
Bagi onta, ia telah diciptakan dengan penampakan fisik yang
luar biasa untuk kepentingan manusia. Sedangkan bagi
manusia sendiri, selain mendapatkan manfaat dari onta,
mereka diperintahkan oleh Allah untuk memperhatikan dan
memikirkan segala keajaiban ciptaan yang ada di alam semesta,
termasuk onta. Sehingga manusia akan takjub, tunduk dan
patuh pada Al-Khaaliq, Pencipta segala sesuatu, Dialah Allah.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah


menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan
apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya
lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk
dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqmaan, 31:
20)

KA’BAH DIMATA SANG PENCINTA DAN


PERINDU

Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:

1. Pertama, karena engkau tidak mengetahui apa yang


engkau amalkan.
2.
3. Kedua, karena engkau mengamalkan perkara-perkara
yang engkau tidak mengetahuinya.
4. Ketiga, karena engkau tidak mau belajar dari hal-hal
yang engkau tidak mengerti, lalu engkau terus
menerus bodoh.
5. Keempat, engkau menghalangi orang-orang yang
belajar pengetahuan, dimana mereka tidak tahu.

14
Wahai kaum Sufi….Jika engkau menghadiri suatu majelis,
ternyata engkau menghadirinya agar masalahmu terpecahkan.
Engkau malah kontra dengan nasehat kebajikan, lalu engkau
pelihara kesalahan dan ketergelinciran, bahkan engkau tertawa
dan main-main. Engkau benar-benar mengkawatirkan, padahal
engkau bersama Allah Azza wa Jalla.

Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan sampai ini
seperti para musuh Allah Azza wa Jalla. Raihlah manfaat dari
apa yang disimak. Engkau sudah terikat dengan ibadah, dan
Allah mengikat dengan AnugerahNya. Hendaknya berpijaklah
pada Sang Penyebab, bukan pada akibat, dan bertawakallah
padaNya. Hendaknya kalian tidak mengabaikan amaliyah,
hendaknya pula ikhlas dalam beramal.
Allah SWT berfirman: “Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia
kecuali untuk beribadah.”

Allah tidak menciptakan mereka untuk berduka, tidak


menciptakan mereka untuk bermain-main hampa, tidak
menciptakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidak
untuk tidur dan kawin. Ingatlah! Wahai orang-orang yang alpa
dari kealpaanmu. Ingatlah, engkau melangkahkan hatimu satu
langkah, Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia
paling layak untuk dirindukan dibanding yang lainNya.

“Allah memberi rizki pada yang dikehendaki tanpa terhingga.”


Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan
langsung padanya. Ini sesuatu yang berhubungan dengan
makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam
ubudiyahnya, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.

Selain Allah Ta’ala, ketika engkau datang padanya, engkau bisa


tetap benar, baik raja, sulthan, penguasa, maka kedatangan

15
kalian, tubuhmu adalah bukit, tetesannya adalah lautan,
tintanya adalah rembulan, rembulannya adalah matahari,
sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya,
fana’nya adalah kekal’nya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya
menjulang hingga menyentuh Arasy, dan akarnya membubung
sampai ke bintang Tsurayya, dan dahan-dahannya melindungi
dunia dan akhirat. Pohon apakah ini?

Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang kalian miliki,


bukan akhirat yang kalian kait, yang tidak dimiliki oleh raja
maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil
oleh siapa pun, tidak bisa dikotori. Jika engkau bisa memenuhi
semua itu, engkau akan berada di tengah-tengah

Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka


Allah menjadikan hamba itu sebagai dalil bagi mereka,
menjadikan penyembuh bagi mereka, menjadikan pendidik
dan pengatur mereka. Sang hamba dijakdikan penerjemah
untuk mereka, dijadikan riasan bagi mereka, dijadikan pelita
bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segalanya terwujud.
"Jika tidak demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain
DiriNya".

Individu-individu jenis manusia ini memang ditugaskan di


tengah-tengah makhluk tetapi dengan perlindungan dan
keselamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong hamba
ini untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan
jalan menuju hidayah.

Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yang
zuhud dari dunia dan akhirat, diuji oleh Pencipta dunia dan
akhirat. Kalau semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak
pernah bakal mati, seakan-akan kalian tidak akan dihamparkan

16
di padang mahsyar, tidak di hisab di sana, dan tidak melewati
jembatan Shirathal Mustaqim?

Ini sifat-sifat, padahal kalian mengajak Islam dan Iman. Ini Al-
Quran dan Ilmu sebagai argumentasi bagi kalian. Jika kalian
hadir dalam majelis Ulama, dan menolak apa yang dikatakan
mereka, maka kehadiran kalian sebagai hujjah yang membuat
dosa. Sebagaimana kalian semua bertemu Rasulullah SAW, di
hari kiamat nanti, sementara kalian tidak menerima Beliau SAW,
ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran,
keagungan dan keadilan serta kesombonganNya, maka ketika
itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan hanya kerajaan Ilahi
yang abadi, semuanya di kembali kepadaNya.

Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana


dengan kemuliaan dan kelengkapannya, dan bagaimana Allah
memuliakan mereka di hari itu. Para paku bumi, adalah
penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan
pemukanya sekaligus sebagai wakil Azza wa Jalla. Mereka hari
ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam makna.Para pemberani
dalam argumentasi dan perang adalah mereka yang melawan
orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orang-
orang shaleh adalah yang melawan hawa nafsunya, watak
manusiawinya, syetan dan para kolaborator kejahatan.

Mereka ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang


pemberani dari kalangan Khawwash adalah keberaniannya
dalam Zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari segala hal selain
Allah secara total.
(Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani Al
Baghdad)

17
- Karena Tasawuf timbul dalam Islam sesudah ummat
Islam mempunyai kontak dengan penganut agama
Kristen (Nasrani), filsafat Yunani, ajaran Hindu dan
Buddha, muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf
lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar.
- Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang
dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk
beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di
gurun pasir Arabia.

Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di


padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi
tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam
hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-
rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong.
Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai walaupun untuk
sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong.

Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran


mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci
dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi
dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang
pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak
dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia
harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada
fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa
pantangan.

Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di


kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi
kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam
tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan

18
Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu
melalui ibadah.

Masih dari filsafat Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan


filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar dari diri Tuhan dan
akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia
berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia
juga kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih
kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan
diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah bersih, ia dapat
mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu
dengan Dia di bumi ini.

Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tak terdapat dalam


ajaran Tasawuf. Paham itu memang bertentangan dengan
ajaran al-Qur'an, bahwa roh, sesudah tubuh mati tidak akan
kembali ke kehidupan serupa di bumi. Sesudah bercerai
dengan tubuh, roh pergi ke alam barzakh menunggu
datangnya hari perhitungan. Tapi, konsep Plotinus tentang
bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, memang terdapat
dalam tasawuf Islam.

Dari agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep


Nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia,
memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Ajaran
menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat
dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan
datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui
kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam Tasawuf
terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia
dengan roh Tuhan.

19
Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani
dan agama Kristen datang lama sebelum Islam. Bahwa yang
kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu
adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini
memerlukan bukti-bukti historis.

Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaran-ajaran


tersebut diatas tidak ada, tidakkah mungkin Tasawuf timbul
dari dalam Islam sendiri?

Hakekat Tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan.


Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan
manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut al-Qur'an
dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika
hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat
dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku
dipanggil."

Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan berdo'a, tetapi


berseru, agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat
Tuhan dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia
berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakkan diri-
Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan,
digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan
Allah, maka kemana saja kamu berpaling di situlah wajah Allah"
(QS. al-Baqarah 115). Ayat ini mengandung arti bahwa dimana
saja Tuhan dapat dijumpai. Tuhan dekat dan sufi tak perlu pergi
jauh, untuk menjumpainya.

Ayat berikut menggambarkan lebih lanjut betapa dekatnya


Tuhan dengan manusia, "Telah Kami ciptakan manusia dan
Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami
lebih dekat dengan manusia daripada pembuluh darah yang

20
ada di lehernya (QS. Qaf 16). Ayat ini menggambarkan Tuhan
berada bukan diluar diri manusia, tetapi di dalam diri manusia
sendiri. Karena itu dikatakan, "Siapa yang mengetahui dirinya
mengetahui Tuhannya."

Untuk mencari Tuhan, sufi tak perlu pergi jauh; cukup ia masuk
kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai
dalam dirinya sendiri. Dalam konteks inilah ayat berikut
dipahami kaum sufi, "Bukanlah kamu yang membunuh mereka,
tapi Allah-lah yang membunuh dan bukanlah engkau yang
melontarkan ketika engkau lontarkan (pasir) tapi Allah-lah yang
melontarkannya (QS. al-Anfal 17).

Disini, sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan.


Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahwa Tuhan
dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk
lain sebagaimana dijelaskan hadis berikut, "Pada mulanya Aku
adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal.
Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku-pun
dikenal."

Disini terdapat paham bahwa Tuhan dan makhluk bersatu, dan


bukan manusia saja yang bersatu dengan Tuhan. Kalau ayat-
ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia
dengan Tuhan, hadits terakhir ini mengandung konsep wahdat
al-wujud, kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan.

Demikianlah ayat-ayat al-Qur'an dan Hadits Nabi


menggambarkan betapa dekatnya Tuhan kepada manusia dan
juga kepada makhluk-Nya yang lain. Gambaran serupa ini tidak
memerlukan pengaruh dari luar agar seorang muslim dapat
merasakan kedekatan Tuhan.

21
Dengan khusuk dan beribadah ia akan merasakan kedekatan
Tuhan, lalu melihat Tuhan dengan penglihatannya dan akhirnya
mengalami persatuan rohnya dengan roh Tuhan dan inilah
hakikat Tasawuf.

Tentang Ke-Esa-an Tuhan di Jaman Modern.

Kita hidup pada masa ketika sains dan teknologi telah


membawa ummat manusia tidak hanya maju dalam bidang
material, tetapi juga kepada sinisme yang tajam atas agama
dan aspek-aspek spiritual dari kehidupan.

Pada sisi lain, kesuksesan metode sains telah menetapkan


batasan-batasan yang dipertimbangkan untuk menjadi bidang
studi yang berguna dan praktis. Kita telah diajarkan (didoktrin)
untuk percaya bahwa hanya yang bersifat materi, fisik dan
lahiriah saja yang bisa diterima, dan hanya pikiran rasional yang
dapat menganalisa dan layak disebut sebagai KEBENARAN.

Namun pada sisi lainnya, kita sangat mudah dikecewakan oleh


berbagai ajaran yang mengklaim bahwa mereka telah
mengakses kebenaran dan kebaikan yang absolut, sementara
klaim-klaim ini jarang diaktualisasikan lewat pengalaman dan
akhlak yang luhur.

Para Sufi mengakui bahwa Tuhan itu Satu, Sendiri, Tunggal,


Kekal, Abadi, Berpengetahuan, Berkuasa, Hidup, Mendengar,
Melihat, Kuat, Kuasa, Agung, Besar, Dermawan, Pengampun,
Bangga, Dahsyat, Tak Berkesudahan, Pertama, Tuhan, Rabb,
Penguasa, Pemilik, Pengasih, Penyayang, Berkehendak,
Berfirman, Mencipta, Menjaga.

22
Bahwa Dia diberi sifat dengan segala gelar, yang dengan itu Dia
telah memberi sifat pada diri-Nya sendiri; dan Dia diberi nama
yang dengan itu pula Dia telah memberi nama pada diri-Nya
sendiri; bahwa karena sifat-Nya yang kekal maka demikian pula
nama-nama dan sifat-sifat-Nya sama sekali tak sama dengan
makhluk-makhluk-Nya. Esensi-Nya tidak sama dengan esensi-
esensi lain, tak pula sifat-Nya sama dengan sifat-sifat lain; tak
satu pun dari istilah-istilah yang diterapkan pada makhluk-
makhluk ciptaan-Nya dan yang mengacu pada penciptaan
mereka dari waktu ke waktu, membawa pengaruh atas-Nya;
bahwa Dia tak henti-hentinya menjadi Pemimpin, Terkemuka di
hadapan segala yang dilahirkan dari waktu ke waktu, Ada
sebelum segala yang ada; dan bahwa tiada sesuatu pun yang
kekal kecuali Dia, dan tiada Tuhan di samping Dia; bahwa Dia
bukan badan, potongan, bentuk, tubuh, unsur atau aksiden;
bahwa dengan Dia tidak ada penyimpangan maupun
pemisahan, tidak ada gerakan maupun kediaman, tidak ada
tambahan maupun pengurangan;

bahwa Dia bukan merupakan bagian, atau partikel, atau


anggota, atau kaki-tangan, atau aspek, atau tempat: bahwa Dia
tidak terpengaruh oleh kesalahan, atau kantuk, atau berubah-
ubah dikarenakan waktu, atau disifatkan oleh kiasan bahwa Dia
tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu; bahwa dia tidak dapat
dikatakan sebagai yang dapat disentuh, atau dikucilkan, atau
mendiami tempat-tempat; bahwa Dia tidak dibatasi oleh
pemikiran, atau ditutupi selubung, atau dilihat mata.

"Sebelum tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya,


daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan;
dari tidak sesuai dengan Dia, ke tidak menyatu dengan Dia, di
tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak
berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia, di bawah

23
tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapinya,
dengan tidak menekan Dia, di balik tidak mengikat Dia, di
depan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, di
belakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan
Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia
lenyap. Penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-
eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului
yang belum ada, kekekalan-Nya mendahului adanya batas.
Jika engkau berkata Kala, maka eksistensi-Nya telah melampaui
waktu; jika engkau berkata sebelum, maka sebelum itu sesudah
Dia, jika engkau berkata Dia, maka D, i dan a adalah ciptaan-
Nya; jika engkau berkata bagaimana, maka esensi-Nya
terselubung dari pemberian; jika engkau berkata di mana, maka
adanya Dia mendahului ruang; jika engkau berkata tentang ke-
Dia-an, maka ke-Diaan-Nya terpisah dari segala sesuatu. Selain
Dia, tidak ada yang bisa diberi sifat dengan dua sifat (yang
berlawanan) sekaligus, dan toh dengan-Nya kedua sifat itu
tidak menciptakan keberlawanan. Dia tersembunyi dalam
penjelmaan-Nya menjelma dalam persembunyian-Nya. Dia ada
di luar dan di dalam, dekat dan jauh; dan dalam hal itu Dia tidak
sama dengan makhluk-makhluk. Dia bertindak tanpa
menyentuh, memerintah tanpa bertemu, memberi petunjuk
tanpa menunjuk. Kehendak tidak bertentangan dengan-Nya,
pikiran tidak menyatu dengan-Nya; esensi-Nya tanpa kualitas
(ta'yif), tindakan-Nya tanpa upaya (ta'lif).

Bahwa Dia tidak bisa dilihat oleh mata, atau dibantah oleh
pikiran; bahwa sifat-sifat-Nya tidak berubah dan nama-nama-
Nya tidak berganti; bahwa Dia tidak pernah lenyap dan tidak
akan pernah lenyap; Dia yang Pertama dan Terakhir, Dzahir dan
Batin; bahwa Dia mengenal segala sesuatu, bahwa tidak ada
yang seperti Dia dan bahwa Dia Melihat dan Mendengar.

24
AL-HAQ, AL MUTLAQ.. TIDAK TERHIJAB OLEH SESUATU
APA PUN, SEBALIKNYA KAMULAH YANG TERHIJAB DARI
MELIHAT KEPADA-NYA. JIKA ALLAH S.W.T DIHIJAB OLEH
SESUATU TENTU SESUATU ITU DAPAT MENUTUP ALLAH
S.W.T. JIKA ADA SESUATU YANG MENUTUP ALLAH S.W.T
BERARTI WUJUDNYA DAPAT DIKURUNG OLEH SESUATU.
SESUATU YANG MENGURUNG ADALAH LEBIH BERKUASA
DARI YANG DIKURUNG, SEDANGKAN ALLAH S.W.T
BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU.

Dunia dan akhirat beserta semua yang ada di antara keduanya


adalah ciptaan yang memenuhi alam. Apa saja yang selain Allah
s.w.t adalah karya cipta dan mengambil tempat masing-masing
di dalam alam. Makhluk ciptaan Allah s.w.t bukan sebatas
manusia, jin, dan malaikat saja, bahkan kehendak, cita-cita,
angan-angan, khayalan, bahasa, ibarat dan ilmu pengetahuan
juga termasuk dalam istilah makhluk yang Allah s.w.t ciptakan.

Oleh sebab Allah s.w.t tidak serupa dengan sesuatu maka Dia
tidak bisa dibahasakan, diibaratkan, disifatkan, dikhayalkan dan
lain-lain. Apa saja yang selain Allah s.w.t adalah hijab yang
menutup pandangan (kesaksian) dari Allah s.w.t, walaupun
Allah s.w.t tidak tertutup sama sekali. Nama-nama, sifat-sifat
dan perbuatan adalah juga hijab.

Sekiranya ada orang yang mampu berkendara menjelajah ke


seluruh alam maya untuk mencari Allah s.w.t niscaya Allah s.w.t
tidak akan pernah ditemui karena Dia bukan anasir alam.
Sekiranya mereka mencari dengan menggunakan bahasa maka
Allah s.w.t juga tidak akan ditemui karena Dia tidak ditaklukan
oleh hukum bahasa dan ibarat.

25
Ilmu pengetahuan juga tidak sanggup mencapai Yang Maha
Esa karena ilmu masih terikat kepada menyaksikan dan
disaksikan yaitu suasana serba dua. Ilmu tidak mampu sampai
kepada Yang Maha Tunggal, yang sama menyaksikan dan
disaksikan.
Nama-nama juga hijab karena tidak mampu men-dzahirkan
Yang Mempunyai Nama. Sifat-sifat juga tidak mampu men-
dzahirkan Dzat. Sifat hanyalah sekedar menggerakkan
pemahaman, sedangkan Dia Maha Suci lagi Maha Tinggi dari
apa yang disifatkan. Setelah gagal mencari dalam semua itu
seseorang akan sampai ke puncak pencarian yaitu kejahilan
tentang Dzat Ilahiyyah dan inilah yang dinamakan Ma'rifah
(Pengenalan). Yang sampai di sini yang mengenal Allah s.w.t.

Sekiranya ilmu mampu melepaskan dari medan ilmu, kita akan


sampai kepada medan Ma'rifah. Jika kita bersatu dengan ilmu,
kita akan terhijab. Ilmu hanya dijadikan kendaraan menuju
kepada Ma'rifah. Diri kita tidak boleh disatukan dengan ilmu.

Apabila kita tiba kepada Ma'rifah kita akan tercengang


menghadapi hijab kejahilan. Kita terpaksa mengakui bahwa
Dzat Ilahiyyah tidak dapat diperkatakan dan tidak dapat
disifatkan.

Yang sampai kepada perhentian ini tidak ada jalan lagi baginya
untuk sampai kepada Allah s.w.t melainkan menyerahkan
dirinya kepada Allah s.w.t dengan menanggalkan apa saja yang
dianggapnya bisa menyampaikannya kepada Allah s.w.t.
Maka keluarlah dia dari apa saja yang selain Allah s.w.t.

Dibuangnya segala hijab-hijab yang menutupinya. Dia keluar


dari ilmunya, amalnya, Ma'rifahnya, sifatnya, namanya, bahasa
dan ibarat. Pelepasan yang menyeluruh ini adalah pintu masuk

26
ke Hadhirat-Nya dan dia masuk dengan kekuatan Nurun, yaitu
tarikan yang langsung dari Allah s.w.t.

Nur berlapis Nur, Allah memimpin siapa yang di kehendaki-Nya


(menurut undang-undang dan peraturan-Nya) kepada Nur
hidayah-Nya itu. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )

Makhluk tidak akan dzahir jika tidak ada Nurun-Nya. Ma'rifah


tidak mungkin dicapai tanpa suluhan Nurun-Nya. Ilmu tidak
mungkin diperoleh tanpa penerangan Nurun-Nya. Penglihatan
tidak mungkin bisa melihat tanpa pancaran cahaya Nurun-Nya.

Allah s.w.t memimpin kepada Cahaya-Nya siapa yang Dia


kehendaki. Yang dipimpin kepadaNya adalah yang mampu
keluar dari hijab nafsu dan akal.

Nafsu ditundukkan kepada Yang Haq sehingga tidak ada


keinginan dan cita-cita melainkan ingin bertemu dengan Allah
s.w.t.

Akal ditundukkan kepada Yang Haq sehingga tidak ada yang


difikir dan direnungi melainkan Wajah Allah s.w.t, yang Nyata
pada semua arah. Walau ke arah mana pun dihalakan
pandangan akal dan pandangan hati, Wajah Allah s.w.t, yang
kelihatan.

Dan Allah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana saja
kamu arahkan diri (ke kiblat untuk menghadap Allah) maka di
situlah arah yang diridhai Allah; sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat dan limpahan karunia-Nya), lagi sentiasa Mengetahui.
( Ayat 115 : Surah al-Baqarah )

27
ASAL USUL

BAGAIMANA bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia yang telah menjadikan segala sesuatu ada

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia hadir melalui segala sesuatu

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia ada dalam segala sesuatu

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia ada pada segala sesuatu

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia ada sebelum segala sesuatu ada
Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,
padahal Dia lebih nyata daripada apa pun

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal hanya Dia yang ada, tidak ada yang selain-Nya

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal Dia lebih dekat daripada yang lainnya?

Bagaimana bisa sesuatu menutupi-Nya,


padahal tanpa-Nya tidak akan ada apa pun?

Betapa menakjubkan! keberadaan tampak dalam ketiadaan,


dan betapa segala sesuatu yang mempunyai sifat
ketergantungan bisa berdiri di sisi
Allah Yang Mempunyai sifat kekekalan!

28
AL-HAQQ...tidak datang dari sesuatu atau di dalam sesuatu,
atau di atasnya, atau di bawahnya. Jika Ia datang dari sesuatu
berarti la diciptakan dan dibatasi sesuai dengan jangka waktu
hidupnya. Kalau la berada di atas sesuatu maka la akan
bersemayam di atasnya, dan jika la ada dalam sesuatu maka la
berarti terkurung di dalamnya, dan jika la ada di bawah sesuatu
maka la ada di bawah kekuasaannya.

Apapun yang tampak di dunia kesaksian ini merupakan


pancaran Dzat Yang Kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan
keadaan dan sensitivitas penerima. Jadi tidak ada makhluk yang
mempunyai realitas yang kekal dan bebas, dan sesungguhnya
tak ada sesuatu pun yang kekal selain Sang Maha Pencipta.

Apabila dibandingkan hal yang relatif dengan yang absolut,


maka yang relatif akan hilang dan tinggallah yang absolut,
selamanya...

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati


syaikh...wa bi hurmati fatihah.

Imam Al-Ghazali mengisahkan suatu cerita


dalam kehidupannya.

Pada suatu hari ia melihat orang-orang duduk bersedih di


sebuah tembok, dipinggir jalan.
Tanyanya, "Apa gerangan yang merundungmu semua?"
Jawab mereka, "Kami menjadi seperti ini lantaran ketakutan
kami menghadapi neraka."

Ia-pun meneruskan perjalanannya, dan melihat sejumlah orang


berkelompok berduka dalam berbagai tingkah dipinggir jalan.

29
Katanya, "Apa gerangan yang merundung kalian?" Mereka
menjawab, "Keinginan akan surga telah membuat kami semua
begini."

Ia pun melanjutkan perjalanannya, sampai ia bertemu dengan


kelompok ketiga. Tampaknya orang-orang itu telah sangat
menderita, tetapi wajah mereka bersinar bahagia.
Ia bertanya, "Apa gerangan yang telah membuatmu begitu?"
Mereka menjawab, "Semangat Kebenaran. Kami telah melihat
Kenyataan, dan hal itu telah menyebabkan kami melupakan
tujuan-tujuan lain yang sepele."
Ia berkata, "Orang-orang itu telah sampai. Pada Hari
Perhitungan nanti, merekalah yang akan berada di Sisi Tuhan."

Catatan Kisah :
Kisah Sufi ini sering mengejutkan mereka yang percaya bahwa
kemajuan ruhaniah hanya tergantung pada pengolahan
masalah ganjaran dan siksa.

Para Sufi mengatakan bahwa hanya orang-orang tertentu yang


bisa mengambil keuntungan dari keterlibatan diri pada
masalah untung atau rugi; dan bahwa hal ini mungkin hanya
merupakan sebagian saja dari pengalaman seseorang. Mereka
yang telah mempelajari berbagai cara juga akibat keadaan dan
doktrin (conditioning and indoctrination) mungkin merasa
sepakat dengan pandangan tersebut.

Tentu saja, kaum agamawan formal, dalam berbagai


keyakinannya tidak mengakui bahwa pilihan sederhana atas
baik-buruk, ketegangan-kelonggaran, ganjaran-siksa hanyalah
sekedar bagian-bagian suatu sistem lebih besar dari kesadaran
diri.

30
Konon, ada seorang tokoh sufi yang berangkat mengadakan
perjalanan melalui laut. Ketika penumpang-penumpang lain
memasuki perahu satu demi satu, mereka melihatnya dan
sebagai lazimnya, merekapun meminta nasehat kepadanya.
Apa yang dilakukan semua sufi tentu sama saja, yakni memberi
tahu orang-orang itu hal yang itu-itu juga: sufi itu tampaknya
mengulangi saja salah satu rumusan yang menjadi perhatian
manusia sepanjang masa.

Rumusan itu adalah: "Cobalah menyadari maut, sampai kau


tahu maut itu apa." Hanya beberapa penumpang saja yang
secara khusus tertarik akan peringatan itu.

Mendadak ada angin topan menderu. Anak kapal maupun


penumpang semuanya berlutut, memohon agar Tuhan sekalian
alam menyelamatkan perahunya. Mereka terdengar berteriak-
teriak ketakutan, menyerah kepada nasib, meratap
mengharapkan keselamatan. Selama itu sang sufi duduk
tenang, merenung, sama sekali tidak memberikan reaksi
terhadap gerak-gerik dan adegan yang ada disekelilingnya.

Akhirnya suasana kacau itu pun berhenti, laut dan langit


tenang, dan para penumpang menjadi sadar kini betapa tenang
sufi itu selama peristiwa ribut-ribut berlangsung. Salah seorang
bertanya kepadanya, "Apakah Tuan tidak menyadari bahwa
pada waktu angin topan itu tak ada yang lebih kokoh daripada
selembar papan, yang bisa memisahkan kita dari maut?"

"Oh, tentu," jawab sufi itu. "Saya tahu, di laut selamanya begitu.
Tetapi saya juga menyadari bahwa, kalau saya berada di darat
dan merenungkannya, dalam peristiwa sehari-hari seperti
biasa, pemisah antara kita dan maut itu lebih rapuh lagi."

31
ORANG – ORANG YANG SAMPAI

Pada suatu malam seorang penguasa Turkistan sedang


mendengarkan kisah-kisah yang disampaikan oleh seorang
ulama, ketika ia tiba-tiba bertanya tentang Khidr.

"Khidr," kata ulama itu, "datang kalau diperlukan. Tangkaplah,


beri jubah kalau ia muncul, dan segala pengetahuan menjadi
milik Paduka,"

"Apakah itu bisa terjadi atas siapapun?"

"Siapa pun bisa," kata ulama itu.


"Siapa pula lebih 'bisa' dariku?" pikir Sang Penguasa; dan ia pun
mengedarkan pengumuman:

"Siapa yang bisa menghadirkan Khidr yang Ghaib di


hadapanku, akan kujadikan ia orang kaya."
Seorang lelaki miskin, setelah mendengar pengumuman itu,
menyusun akal. Katanya kepada istrinya,

"Aku punya rencana. Kita akan segera kaya, tetapi beberapa


lama kemudian aku harus mati. Namun, itu tidak apa, sebab
kekayaan kita akan bisa menghidupimu seterusnya."

Kemudian lelaki miskin itu menghadap Sang Penguasa dan


mengatakan bahwa ia akan mencari Khidr dalam waktu empat
puluh hari, kalau Sang Penguasa bersedia memberinya seribu
keping uang emas. "Kalau kau bisa menemukan Khidr," kata
Penguasa itu, "kau akan memperoleh sepuluh kali seribu
keping uang emas ini. Kalau gagal, kau akan mati, dipancung

32
ditempat ini sebagai peringatan kepada siapapun yang akan
mencoba mempermainkan Penguasa."

Lelaki miskin menerima syarat itu. Ia pun pulang dan


memberikan uang itu kepada istrinya, sebagai jaminan hari
tuanya. Sisa hidupnya yang tinggal empat puluh hari itu
dipergunakannya untuk merenung, mempersiapkan diri
memasuki kehidupan lain.

Pada hari keempat puluh ia menghadap Sang Penguasa. "Yang


Mulia," katanya, "ketamakanmu telah menyebabkan kamu
berpikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidr. Tetapi
Khidr, kata orang arif, tidak akan muncul oleh panggilan yang
berdasarkan ketamakan dan keserakahan."

Sang Penguasa sangat marah. "Orang celaka, kalau telah


mengorbankan nyawamu; siapa pula kau ini berani
mencampuri keinginan seorang Penguasa?"

Lelaki miskin berkata, "Menurut dongeng, semua orang bisa


bertemu Khidr, tetapi pertemuan itu hanya akan ada
manfaatnya apabila maksud orang itu benar. Mereka bilang,
Khidr akan menemui seseorang selama ia bisa memanfaatkan
saat kunjungan itu. Itulah hal yang kita tidak mengetahuinya."

"Cukup ocehan itu," kata Sang Penguasa, "sebab tak akan


memperpanjang hidupmu. Hanya tinggal meminta para
menteri yang berkumpul di sini agar memberikan pendapatnya
tentang cara yang terbaik untuk menghukummu."

Ia menoleh ke Menteri Pertama dan berkata, "Bagaimana cara


orang itu mati?"

33
Menteri Pertama menjawab, "Panggang dia hidup-hidup,
sebagai peringatan."

Menteri Kedua, yang berbicara sesuai urutannya berkata,


"Potong-potong tubuhnya, pisah-pisahkan anggota
badannya."

Menteri Ketiga berkata, "Sediakan kebutuhan hidup orang itu,


agar ia tidak lagi mau menipu demi kelangsungan hidup
keluarganya."

Sementara pembicaraan itu berlangsung, seorang yang sudah


cukup tua memasuki ruang pertemuan. Segera orang
mengajukan pendapat sesuai dengan prasangka yang
tersembunyi dalam dirinya.

"Apa maksud kedatanganmu?" tanya Sang Penguasa.

"Maksudku, Menteri Pertama itu aslinya tukang roti, jadi ia


berbicara tentang panggang-memanggang. Menteri Kedua
dulu tukang daging, jadi ia bicara tentang potong-memotong
daging. Menteri Ketiga, yang telah mempelajari ilmu
kenegaraan, melihat sumber masalah yang kita bicarakan ini.

Catat dua hal ini.

Pertama, Khidr muncul melayani setiap orang sesuai dengan


kemampuan orang itu untuk memanfaatkan kedatangannya.
Kedua,lelaki ini karena pengorbanannya telah didesak oleh
keputus-asaan untuk melakukan tindakan tersebut.
Keperluannya semakin mendesak sehingga akupun muncul
didepanmu."

34
Ketika orang-orang itu memperhatikannya, orang tua yang
bijaksana itupun lenyap begitu saja. Akhirnya Sang Penguasa
memberikan belanja teratur kepada lelaki miskin itu.
Menteri Pertama dan kedua dipecat, dan seribu keping uang
emas itu dikembalikan ke kas kerajaan oleh lelaki miskin dan
istrinya.

Bagaimana Sang Penguasa bisa bertemu Khidr lagi, dan apa


yang terjadi antara keduanya? Itu semua ada dalam dongeng
di Dunia Gaib.

Catatan
Konon, lelaki miskin itu adalah seorang Sufi bijaksana yang
hidupnya sangat sederhana dan tak dikenal orang di Khurasan,
sampai peristiwa yang ada dalam kisah itu terjadi. Kisah ini,
dikatakan juga terjadi atas sejumlah besar Syekh Sufi lain, yang
menggambarkan pengertian tentang terjalinnya keinginan
manusia dengan hamba Allah yang lain. Khidr merupakan
penghubung antara keduanya.

Peralatan baru bagi pemahaman akan ada apabila keperluan


menuntutnya.

Karenanya, Oh manusia, jadikan keperluanmu makin


mendesak, sehingga kau bisa mendesakkan pemahamanmu
lebih peka lagi. (Kisah ini diambil dari sebuah karya Jalaluddin
Rumi)

“PERMATA YANG INDAH”

Ahli tauhid dan hakikat bahkan memaknai Muhammad, jauh


hingga ke dasar penciptaan hakikinya. Syekh Muhammad Nafis
al Banjari dalam Addurun Nafis (Permata Yang Indah),

35
mengaitkan Nur Muhammad dengan martabat tujuh (tanazzul
Dzat). Tujuh martabat dalam tanazzul Dzat meliputi ahadiyah,
wahdah, wahidiyah, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam dan
alam insan. Ulama besar dari Banjarmasin itu menempatkan
Nur Muhammad pada martabat wahdah yaitu martabat kedua
dari tujuh martabat yang diistilahkan tanazzul Dzat.

· Martabat Ahadiyah
Segala sifat dan asma lahir pada martabat ahadiyah. Namun
sifat dan asma menjadi binasa di dalam Dzat wajibul wujud.
Martabat ahadiyah juga disebut martabat kunhi Dzatullah. Ia
merupakan puncak segala martabat. Tak ada martabat di
atasnya setelah martabat ahadiyah.

· Martabat Wahdah
Pada martabat wahdah, lahir segala sifat dan asma secara ijmal
atau terhimpun utuh. Martabat ini disebut sebagai hakikat
Muhammad dan menjadi asal dari segala yang hidup dan
maujud.

Muhammad dipahami sebagai hawiyatul ‘alam atau hakikat


alam dan segala sesuatu sebagaimana hadits yang bersumber
dari Jabir ra.
“Awal mula yang dijadikan Allah Ta’ala itu adalah cahaya
Nabimu hai Jabir. Kemudian dijadikan dari padanya segala
sesuatu. Sedangkan dirimu merupakan salah satu dari sesuatu
itu.”

Hadits lain menerangkan,


“Aku dari Allah dan segala mukmin itu dariku.”

36
Ada pula hadits yang menjelaskan,
“Bahwasanya Allah Ta’ala telah menjadikan Ruh Nabi
Muhammad SAW dari Dzat-Nya dan menjadikan sekalian alam
dari Nurun Muhammad.”

Sebuah riwayat Abdur Razaq ra. yang berasal dari Sayyidina


Jabir ra. menyatakan,

“Jabir datang kepada Rasulullah SAW dengan pertanyaan: ‘Ya


Rasulullah, khabari aku tentang awal mula suatu yang dijadikan
Allah Ta’ala.’ Maka kata nabi, ‘Hai Jabir, bahwasanya Allah Ta’ala
telah menjadikan terlebih dahulu dari sesuatu itu Nur Nabimu
yang telah tercipta dari Dzat-Nya.’”

Pemahaman tentang Nurun Muhammad berasal dari Dzat-Nya


dapat diilustrasikan pada pengertian antara cahaya matahari
dan wujud matahari. Dalam sudut pandang rupa, cahaya
bukanlah matahari dan matahari juga bukan cahaya. Keduanya
mempunyai wujud dan sifat masing-masing. Tapi dilihat dari
makna yang hakiki, cahaya merupakan diri matahari, karena tak
akan ada cahaya tanpa matahari dan sebaliknya tak akan
disebut matahari tanpa mengeluarkan cahaya. Jadi pada
hakikatnya cahaya adalah diri matahari itu sendiri, dan tidak
lain.

Memahami Nurun sebagai diri Muhammad jangan seperti


memahami cahaya secara harfiah, melainkan harus kepada
esensi sebagaimana Allah juga menamakan diri-Nya sebagai
sumber cahaya langit dan bumi,

“Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi.” (An Nur: 35).

37
· Martabat Wahidiyah
Martabat wahdiyah merupakan tempat lahir segala sifat dan
asma dengan tafsil bahwa sesuatu yang ada pada martabat
wahdah terurai sifat dan asma yang masih mujmal pada
martabat wahdah. Pada martabat ini terjadi prosesi khitab dari
kalam qadim kepada alam sifat dan asma.

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang


hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku.” (Thaahaa: 14)

· Martabat Alam Arwah


Martabat alam arwah adalah hakikat semua ruh yang lahir dan
menjadi kenyataan semua yang ada pada martabat ahadiyah,
wahdah dan wahidiyah. Martabat ini disebut juga dengan nama
Hakikat Muhammad atau Muhammad Hakiki.

· Martabat Alam Mitsal


Ini adalah alam yang secara realitas bersifat abstrak dan sangat
halus sehingga tidak dapat dibagi secara material. Asal muasal
segala sesuatu yang halus tanpa menerima bahagian jasadi
diciptakan pada martabat alam mitsal. Dalam Al Quran alam
mitsal disebut dengan alam ghaib, sebuah alam yang
kondisinya tidak dapat dilihat secara kasat mata seperti surga,
neraka dan termasuk alam jin.

· Martabat Alam Ajsam


Adalah martabat tempat dari segala sesuatu dijadikan berupa
fisik dalam wujud jasmani yang kasar dan menerima bahagian.
Martabat ini juga disebut alam syahadat, atau alam penyaksian.
Kondisinya tersusun dari beberapa unsur material seperti api,
angin, tanah, air dan lainnya dan menjadikan segala sesuatu
yang ada pada alam ini, dalam proses harus melalui ekosistem.

38
Martabat ini juga disebut martabat alam ajsad sehingga segala
sesuatu apapun dapat disaksikan dengan mata lahiriah karena
telah menjadi fisik materi.

Martabat Alam Insan


Martabat alam insan atau insan kamil adalah martabat yang
menghimpunkan segala martabat ahadiyah, wahdah,
wahidiyah, alam arwah, alam mitsal dan alam ajsam. Orang
yang berhasil mencapai proses tahapan spiritual dengan
melewati enam martabat tersebut disebut insan kamil (manusia
yang sempurna).
Martabat ahadiyah, wahdah dan wahidiyah adalah tiga
martabat alam qadim. Tiga martabat lainnya merupakan
martabat huduts.

Martabat alam insan menjadi gelar dan disandang oleh orang-


orang yang telah mencapai puncak perjalanan rohani,
sebagaimana yang dicapai oleh Nabi Muhammad SAW dengan
semua gelar dari Allah termasuk gelar khuluqin ‘azhim (akhlak
yang agung).

Rasulullah SAW bersabda sehubungan dengan akhlaq, hati dan


lisan:
“Iman seorang hamba tidaklah lurus sehingga lurus hatinya.
Dan tidak akan lurus hati seorang hamba sehingga lurus
lisannya.” (H.R. Ahmad).

Sehubungan dengan hubungan sosial, beliau bersabda:


“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
muliakanlah tetangganya, dan barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya, dan barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah
yang baik atau diam.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

39
BAYI YANG LAHIR DALAM KA’BAH

Fathima binti Asad, istri Abu Thalib Bin Syaibah (Abdul


Mutthalib), dalam keadaan hamil tua datang keKa’bah untuk
berdoa. Dia memohon agar dapat melahirkan bayinya dengan
selamat.

Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu Ka’bah, tiba-tiba dia
terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar.
Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga
Fathimah binti Asad pun tergerak memasuki Ka’bah melalui
celah tersebut. Setelah dia berada di dalam Ka’bah, celah itu
pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal
seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.

Sebagian orang yang melihat kejadian tersebut segera


menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-
orang berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang
menyaksikan kejadian ajaib tersebut dan ingin melihat
keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu Ka’bah dan
berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua
dapat dibuka.

Muhammad yang baru pulang dari sebuah perjalanan,


melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun
di sekitar Ka’bah. Kemudian Muhammad turun dari untanya
dan menghampiri kerumunan orang. Beliau melihat beberapa
orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami
kegagalan. Muhammad meminta kunci tersebut dan mencoba
membukanya. Dengan izin Allah, pintu pun dapat terbuka.
Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan membawa
bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.

40
Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya kepada
Muhammad, dan Muhammad pun menggendong bayi kecil
tersebut. Ketika berada di dalam gendongannya, sang bayi
membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat itu
menatap wajah Muhammadi. Wajah Muhammad-lah yang
pertama kali dilihatnya ketika pertama-tama dia membuka
matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa membela
Muhammad pada masa kenabian. Ibu sang bayi, Fathimah
binti Asad, menamai bayinya Haydar (Singa), sementara
Muhammad menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali
(salah satu dari Asma al-Husna: Al A'la "Yang Maha
Tinggi") Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang
yang lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya, Imam Ali
sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah!

KARENA CINTA, TUHAN MENCIPTA

“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami


menciptakan kamu secara main-main?”
(Al-Quran Surah Al-Mukminun [23] : 115) Allah menciptakan
segala sesuatu itu tidak main-main, atau dengan kata lain Allah
mencipta mempunyai tujuan yang bukanlah mengharapkan
sesuatu pun dari ciptaan-Nya, apalagi mengharapkan
keuntungan.
Di dalam sebuah puisi di katakan,”Tiadalah Kumencipta untuk
memperoleh keuntungan apa pun, namun Kuciptakan manusia,
untuk menunjukkan Kemurahan-Ku”.

1. ALLAH TIDAK MENCINTAI KECUALI DIRINYA SENDIRI


Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku
adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi, karena itu
Aku rindu (ahbabtu) untuk dikenal. Maka Aku

41
ciptakanlah makhluk, sehingga melalui-Ku mereka
mengenal-Ku”

2. Syaikh al-Akbar Ibn ‘Arabi mengatakan,”Allah tidak


mencintai selain Diri-Nya sendiri di dalam makhluk
ciptaan. Dia adalah Dzat yang tampak di dalam diri
setiap kekasih bagi mata setiap pecinta, dan tidak ada
yang lain di dalam makhluk ciptaan kecuali pecinta.
Seluruh dunia adalah pecinta sekaligus yang dicintai,
dan semuanya akan kembali kepada-Nya”

3. Cinta Ilahi terkandung di dalam Diri-Nya yang


mencintai kita demi diri kita dan demi Diri-Nya sendiri.
Sepanjang Dia mencintai kita demi Diri-Nya sendiri,
yakni firman-Nya : “Aku cinta untuk dikenal, maka aku
ciptakan dunia agar aku bisa dikenal mereka, sehingga
mereka mengenal-Ku.” Jadi Dia menciptakan hanya
untuk Diri-Nya sendiri, agar kita mengenal-Nya …
Sedangkan cinta-Nya kepada kita demi diri kita, yakni
karena kita bisa mengenal-Nya dari amal yang
membawa kita kepada kebahagiaan sejati dan
menjauhkan kita dari segala hal yang tidak konsisten
dengan tujuan kita atau tidak selaras dengan disposisi
alamiah kita. Dia menciptakan makhluk agar dapat
mengagungkan-Nya.

4. Dengan demikian, cinta Tuhan kepada makhluk-Nya


merupakan cinta-Nya kepada esensi-Nya karena
segala yang maujud bersumber dari-Nya.
Karena itulah dikatakan oleh banyak kalangan sufi
bahwa Allah mencipta didasarkan oleh rasa cinta-Nya.
Dari pernyataan hadits tersebut muncul pertanyaan:
untuk apa Tuhan rindu (ahbabtu) untuk dikenal? Tentu

42
saja bukan berarti Tuhan berhasrat untuk menjadi
terkenal (famous) Yang paling bisa dipahami dari
tujuan Dia mencipta adalah karena sifat-sifat-Nya
seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijak,
Maha Kuasa serta sifat-sifat lainnya membutuhkan
obyek untuk merealisasikan sifat-sifat Ketuhanan-Nya
itu.
Tanpa obyek untuk dikasihi dan disayangi, Dia tidak
dapat disebut sebagai Maha Pengasih dan Maha
Penyayang (al-Rahman dan al-Rahim). Tanpa obyek
untuk diberikan rezeki, Dia pun tak dapat disebut
sebagai Maha Pemberi Rezeki, begitu juga Sifat al-
Waduud-nya, Tanpa obyek cinta, Dia tidak bisa disebut
sebagai Maha Mencinta dan Mengasihi (al-Waduud).
Oleh karena itulah Ibn ‘Arabi mengatakan bahwa
nama-nama-Nya yang indah itu tidak lain daripada
hubungan-hubungan. (Al-Futuhat al-Makkiyyah 4 :
294) Yaitu yang menghubungkan al-Haqq (Sang
Pencipta) dan al-khalq (ciptaan-Nya), atau dengan kata
yang lebih tepat : Yang Mencinta dan Yang Dicinta.
Inilah hakikat dan tujuan dari penciptaan, yaitu bahwa
Dia ingin menyatakan semua kesempurnaan sifat-sifat-
Nya, dan yang terutama adalah Cinta-Nya. Cinta dan
Kasih, keduanya membutuhkan hubungan, yakni
kebutuhan kepada “sesuatu yang lain”

5. Cinta Tuhan kepada manusia adalah agar kita


mengenal-Nya, yang dengan mengenal-Nya manusia
dapat pula mengenal cinta-Nya. Pengenalan terhadap
cinta Tuhan inilah yang merupakan tujuan dari
penciptaan manusia dan alam semesta, sehingga
manusia tidak hanya bisa mengenal cinta-Nya, tetapi
juga merasakan “keseluruhan” cinta-Nya, sehingga

43
manusia mendapatkan “manfaat” dari pengalamannya
mencintai Tuhan. Dengan demikian, akhir “manfaat”
dari penciptaan, hakikatnya, tidak kembali kepada
Tuhan, melainkan kembali kepada manusia itu sendiri.
“Wahai manusia! Kamulah yang butuh (faqir) kepada
Allah. Dan (sebaliknya) Allah Dia-lah Yang Maha Kaya
dan Maha Terpuji” (Al-Quran Surah Fathir [35] : 15)

Rumi bersyair :
Tuhan tidak bertambah dengan mewujudkan alam
semesta, Dia tidak berubah karena itu,Hanya akibat-
akibat yang bertambah ketika Dia menjadikan wujud :
di antara dua tambahan terjadi
perbedaan.Bertambahnya akibat-akibat, menjadikan
Nya terjewantah, Sehingga sifat-sifat dan perbuatan-
perbuatan-Nya terpahami. (Matsnawi IV 1666-69) Allah
SwT berfirman di dalam sebuah Hadits Qudsi, ”Wahai
anak Adam! Semua orang memerlukan kamu untuk
kepentingan mereka sendiri, tetapi Aku memerlukan
kamu untuk kepentingan kamu sendiri. Namun
mengapa kamu menjauhi-Ku?”

6. Teks hadits lainnya,”Wahai anak Adam! Telah


Kuciptakan segala sesuatu demi kebutuhanmu. Tapi
Aku ciptakan engkau untuk diri-Ku sendiri”

7. Tuhan berfirman :Aku adalah Perbendaharaan yang


tersembunyi,karenanya Aku ingin dikenal!

Dengan kata lain :Aku ciptakan semesta alam,agar Aku


dapat menyatakan Diri, kadang melelui
Kelembutan(Luthf)-Ku, dilain waktu dengan
Penaklukan (Qahr)-Ku,Tuhan bukanlah raja yang cukup

44
dengan satu bentara, sekali pun seluruh atom adalah
bentara-Nya, takkan juga memadai-Nya.
Seluruh ciptaan menjadikan Tuhan dikenal siang dan
malam, ada yang mengetahui, tapi banyak pula yang
tiada memahami, tapi Dia menyatakan Diri, itu pasti.
Seperti seorang pangeran yang memerintahkan
menjatuhkan hukuman bagi seeorang, manakala telah
terdengar teriakan dan jeritan orang-orang, ketika itu
perintahnya menjadi nyata! (Rumi, Fihi Ma Fihi 176-
177/184-185)
Laa hawla wa laa quwwata illa billah

TEBING CURAM

Mati Sebelum di Matikan.

Apabila kamu ‘mati’ dari mahluk, maka akan dikatakan kepada


kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”.
Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu badanniyah.
Apabila kamu telah ‘mati’ dari nafsu badanniyah, maka akan
dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari
kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah ‘mati’ dari
kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu,
“Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”.
Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu
‘kehidupan’ yang baru.

Setelah itu, kamu akan diberi ‘hidup’ yang tidak ada ‘mati’ lagi.
Kamu akan dilebihkan dan tidak akan pernah dikurangi. Kamu
akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu,
sehingga kamu tidak akan bodoh. Kamu akan diberi

45
ketentraman dan kamu tidak akan merasa ketakutan. Kamu
akan maju dan tidak akan pernah mundur. Kamu akan baik,
tidak pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan
dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi
oleh-Nya. Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan
pernah rendah. Kamu akan dibersihkan, sehingga kamu tidak
merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi
dan memiliki kepribadian yang mandiri.
Dengan demikian, kamu baru boleh dikatakan sebagai
manusia.

Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang
yang shiddiq. Dengan demikian,kamu menjadi manikam bagi
segala kewalian, dan wali-wali yang sebenarnya hidup akan
datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat
diselesaikan, dan melalui ibadahmu, tanaman-tanaman dapat
ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang
akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan
lapisan dapat dihindarkan.

Dikatakan kamu adalah yang menjaga.


Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-
tempat yang dekat dan jauh dengan membawa khidmat
memberikan penghormatan mereka kepadamu. Semua ini
hanyalah karena izin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.

Lisan manusia tiada henti-hentinya menghormati dan memuji


kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah
kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di
tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara, inilah
karunia Allah.
Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada batas.

46
- Fathul Ghaib - Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani Al
Baghdadi

Dalam tingkatan ini,Seorang yang tinggi adalah yang tampak


olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah
di dalam dirinya keyakinan yang sesungguhnya Tentang Tauhid
(ke-Esa-an).

Pada hakikatnya tidak ada pelaku atau penggerak atau yang


mendiamkan, kecuali Allah. Tidak ada kebaikan yang tidak ada
keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan. Tidak
ada faidah dan juga tidak ada pula anugerah, tidak terbuka dan
tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak juga hidup, tidak kaya
dan tidak pula miskin, semuanya adalah ditangan Allah.

Dan kepribadian yang mandiri yaitu sebagai hamba Allah tak


ubahnya seperti bayi yang berada di pangkuan ibunya atau
seperti orang mati yang sedang di mandikan atau juga seperti
bola di kaki pemain sepakbola. Melambung bergulir ke atas ke
tepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan
kedudukan. Dia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka
hilanglah ia dari dirinya dan masuk dalam skenario Allah
semata.

Hamba Allah semacam ini. Hanya melihat Allah dan


perbuatannya, yang di dengar dan di ketahuinya hanyalah Allah
saja. Jika dia melihat sesuatu maka yang dilihatnya itu adalah
perbuatan Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu,
maka yang didengar dan di ketahuinya itu hanyalah dari Allah.

Dan jika ia mengetahui sesuatu, maka dia mengetahuinya


dengan pengetahuan Allah. Dia diberi oleh Allah.

47
Beruntunglah dia, karena dekat dengan Allah, dia akan di hiasi
dan akan di muliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Dekatlah dia
kepada Tuhannya, bertambah cintalah dia kepada Allah.
Bersemayamlah dia di dalam Allah, Allah akan memimpinnya
dan menghiasinya, dengan kekayaan cahaya Ilahi, maka
terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia Allah yang
maha Agung,

Dia hanya mendengar dan mengingat Allah, dalam berdiri,


duduk, bahkan tidur, serta di dalam ke adaan Apapun

HAKIKAT PASRAH
Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Janganlah kamu bersusah payah untuk mendapatkan


keuntungan dan jangan pula kamu mencoba menghindarkan
diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu
jika memang sudah ditentukan oleh Allah untuk kamu, baik
kamu sengaja untuk mencarinya maupun tidak.
Malapetaka itupun akan datang menimpamu, baik kamu
menghindarkannya dengan do'a dan shalat atau kamu
menghadapinya dengan penuh kesabaran, karena hendak
mencari keridhaan Allah.

Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya


kepada Allah di dalam segala hal, agar Dia memanifestasikan
kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu dapati, maka
bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpa kamu, maka
bersabarlah dan kembalilah kepada Dia. Kemudian, rasakanlah
keuntungan yang kamu dapati dari apa yang kamu anggap
sebagai bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui

48
perkara itu sejauh kemampuan yang kamu miliki dengan
keadaan ruhani yang telah diberikan kepadamu.
Dengan cara inilah kamu dinaikkan dari satu peringkat ke
peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju
Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia.

Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan


yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para syuhada dan
orang-orang shalih sebelum kamu. Dengan demikian kamu
akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan
orang-orang sebelum kamu dengan menuju Raja Yang Maha
Agung.

Di sisi Allah-lah kamu mendapatkan kesentausaan,


keselamatan dan keuntungan. Biarlah bencana itu menimpa
kamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba
menghindarkannya dengan do'a dan shalatmu, dan jangan
pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana
itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas
neraka.

Oleh karena itu, manakala kebenaran telah terbukti dan kamu


dapat menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan
Allah, dan dengan izin Allah juga, maka hendaklah kamu tetap
bersabar dan ridha serta patuh kepada-Nya. Janganlah kamu
melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-
Nya telah datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah,
bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan
jangan bersikap pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya,
tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk
melaksanakan perintah-Nya itu.
Sekiranya kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu,
maka janganlah lalai untuk kembali menghadap Tuhan.

49
Mohonlah ampunan-Nya dan memintalah dengan penuh
merendahkan diri kepada-Nya. Mungkin saja kamu tidak
sanggup melaksanakan perintah itu lantaran kejahatan syak
wasangka yang tedapat di dalam pikiranmu, atau kamu kurang
bersopan santun di dalam mematuhi-Nya, atau kamu terlalu
sombong dan bangga, atau kamu terlalu menggantungkan diri
kepada daya dan upayamu sendiri, dan atau kamu
menyekutukan Allah dengan dirimu atau mahluk. Akibat semua
itu, kamu berada terlalu jauh dari Dia, membuatmu lupa untuk
mematuhi Dia, kamu dijauhkan dari pertolongan-Nya, Dia
murka kepadamu dan membiarkanmu asyik terlena dengan
hal-hal keduniaan dan menuruti nafsu angkara murka. Tahukah
kamu, bahwa semua itu menyebabkan kamu lupa kepada Allah
dan menjauhkan kamu dari Dia yang menjadikan dan
mengasuhmu serta memberimu rizki yang tiada terkira.

Oleh karena itu waspadalah terhadap apa saja yang dapat


menjauhkan kamu dari Allah. Berhati-hatilah terhadap apa saja
selain Allah yang hendak memalingkan kamu dari Allah. Apa
saja selain Allah bukanlah Allah. Karenanya, kamu jangan
mengambil apa saja selain Allah lalu kamu membuang Allah,
karena Allah membencinya, maupun kamu mencoba
menciptakan kamu itu hanya untuk mengabdi kepada-Nya
saja. Maka janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri dengan
melupakan Allah dan perintah-Nya. Ketika itu kamu akan
menyesal, sesal yang tiada berguna lagi. Tobat pada waktu itu
sudah tidak berguna lagi. Merataplah dan menangislah, tetapi
siapakah yang berdaya untuk menolongmu ?
Kamu memohon ampun kepada Allah, tetapi Allah tidak
menerima permohonanmu lagi ketika itu. Kemudian kamu
berangan-angan hendak kembali lagi ke dunia untuk
membetulkan ibadahmu kepada Allah, tetapi apa daya dunia
sudah tidak ada lagi bagi kamu.

50
Kasihanilah diri kamu itu. Gunakanlah segala daya dan
upayamu untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Gunakanlah apa saja yang telah diberikan Allah kepadamu,
berupa ilmu, akal, kepercayaan dan cahaya kerohanian kamu
untuk mengabdikan diri kepada Allah, agar kamu diliputi
cahaya yang terang benderang dan tidak lagi berada di dalam
kegelapan.
Berpegang teguhlah kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, dan
mengembaralah kamu menuju Allah menurut aturan-aturan
yang telah ditentukan oleh Allah. Dia-lah yang telah
menciptakan dan memelihara kamu seta menjadikan kamu
seorang manusia yang sempurna. Janganlah kamu mencari
apa-apa yang tidak diperintahkan-Nya dan janganlah kamu
mengatakan bahwa sesuatu itu buruk sebelum Dia
mengharamkannya. Apabila telah terdapat keserasian antara
kamu dengan Allah dan perintah-Nya, maka seluruh alam ini
akan menghambakan diri kepada kamu. Dan apabila kamu
menghindarkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka
semua perkara yang tidak diinginkan itu akan lari dari kamu di
manapun juga kamu berada.

Allah berfirman, “Wahai manusia, Aku-lah Tuhan. Tidak ada


Tuhan selain Aku. Jika Aku mengatakan kepada sesuatu,
“Jadilah !” maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku sehingga jika
kamu mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah !” maka jadilah ia.”
Allah juga berfirman, “Wahai bumi, barangsiapa
menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmadlah
engkau kepadanya. Dan barangsiapa menghambakan dirinya
kepadamu, maka buatlah ia susah.” Demikianlah firman-firman
Tuhan di dalam kitab-Nya.
Oleh karena itulah, jika datang larangan dari Allah, maka
jadikanlah dirimu seolah-olah orang yang letih, lesu dan tiada
berdaya; atau seperti tubuh yang tiada bersemangat, tiada

51
berkehendak dan bernafsu, bebas dari dunia kebendaan, lepas
dari nafsu-nafsu kebinatangan; atau bagaikan halaman rumah
yang gelap gulita; dan atau seperti bangunan yang hendak
roboh yang tidak berpenghuni.

Hendaknya kamu menjadi seperti orang yang telah tuli, buta,


bisu, sakit gigi, lumpuh, tidak bernafsu, tidak berakal dan badan
kamu seolah-olah mati dan dibawa kabur. Hendaklah kamu
memperhatikan dan segera melaksanakan perintah-perintah
Allah. Bencilah dan malaslah untuk melakukan apa-apa yang
dilarang oleh Allah, beraksilah terhadapnya seperti orang mati
dan serahkanlah bulat-bulat dirimu kepada Allah. Minumlah
minuman ini, ambillah obat ini dan makanlah makanan ini,
supaya kamu bebas dari nafsu-nafsu kebinatangan dan
kesetanan, agar kamu sembuh dari penyakit dosa dan maksiat
serta terlepas dari ikatan hawa nafsu. Semoga kamu mencapai
kesehatan jiwa yang sempurna.

Khalwat & Uzlah

Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah,


dari nafsumu dengan perintah-Nya dan dari kehendakmu
dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima
ilmu Allah. Tanda bahwa kamu telah menghindarkan diri dari
orang ramai adalah secara keseluruhannya kamu telah
memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan
telah membebaskan seluruh pikiranmu dengan segala hal yang
bersangkutan dengan mereka.

Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila


kamu telah membuang segala usaha dan upaya untuk
mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan

52
dengan cara-cara duniawi untuk mendapatkan suatu
keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu
bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu
bergantung kepada dirimu sendiri di dalam hal-hal yang
bersangkutan dengan dirimu. Janganlah kamu melindungi dan
menolong dirimu dengan dirimu sendiri. Serahkanlah
segalanya kepada Allah, karena Dia-lah yang memelihara dan
menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya.
Dia-lah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum
kamu dilahirkan dan Dia pulalah yang memelihara kamu
semasa kamu masih bayi.

Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari


kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah apabila kamu
tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi
mempunyai tujuan apa-apa dan tidak lagi mempunyai
kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai
tujuan atau kebutuhan selain kepada Allah semata-mata.
Perbuatan Allah tampak pada kamu dan pada masa kehendak
dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu
tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu
bertambah subur.
Dengan demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap
kebendaan, karena kamu telah berhubungan dengan Al-Khaliq.
Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah Yang
Maha Abadi akan memanggilmu. Tuhan semesta alam akan
mengajar kamu dan memberimu pakaian cahaya-Nya dan
pakaian kerohanian serta akan mendudukkan kamu pada
peringkat orang-orang alim terdahulu.
Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur,
sehingga nafsu dan kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah
tempayan yang pecah yang tidak lagi berisikan air walau
setetespun. Kosonglah dirimu dari seluruh perilaku

53
kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak
selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikaruniai
keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada
zhahirnya, perkara-perkara itu datang darimu, tapi yang
sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.

Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-


orang yang telah luluh hatinya dan telah hilang nafsu-nafsu
kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat
ke-Tuhan-an yang maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah
maka Nabi besar Muhammad Saww bersabda, “Aku menyukai
tiga perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan
shalat yang apabila aku melakukannya, maka mataku akan
merasa sejuk di dalamnya”. Semua ini diberikan kepadanya
setelah seluruh kehendak dan nafsu sebagaimana disebutkan
di atas terlepas dari dirinya. Allah berfirman, “Sesungguhnya
Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku”.

Allah Ta’ala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu


dan kehendakmu itu tidak diluluhkan. Apabila semua itu telah
hancur dan luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada dirimu,
maka telah pantaslah kamu untuk ‘diisi’ oleh Allah dan Allah
akan menjadikan kamu sebagai orang baru yang dilengkapi
dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu
tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan
menghancurkannya lagi, sehingga kamu akan kosong kembali
seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap luluh
hati. Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam
diri kamu dan jika dalam pada itu masih juga terdapat diri (ego)
kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya.
Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu di
akhir hayatmu nanti.

54
Inilah maksud firman Tuhan, “Sesungguhnya Aku bersama
mereka yang telah luluh hatinya karena Aku.” Kamu akan
mendapatkan dirimu ‘kosong’, yang sebenarnya ada hanyalah
Allah. Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Hamba-Ku yang
ta’at senantiasa memohon untuk dekat dengan-Ku melalui
shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai
rekan-Ku, dan apabila Aku menjadikan dia sebagai rekan-Ku,
maka aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar,
menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi
tangannya yang dengannya ia memegang dan menjadi kakinya
yang dengannya ia berjalan, yakni ia mendengar melalui Aku,
memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.”

Sebenarnya, ini adalah keadaan ‘fana’ (hapusnya diri). Apabila


kamu sudah melepaskan dirimu dan mahluk, karena mahluk itu
bisa baik dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu bisa baik
dan juga bisa jahat, maka menurut pandanganmu tidak ada
suatu kebaikan yang datang dari diri kamu atau dari mahluk itu
dan kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya kejahatan
dari mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata.
Karenanya, datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang
menentukannya semenjak awalnya.

Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala


kejahatan mahluk-Nya dan menenggelamkanmu di dalam
lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan
segala kebaikan, sumber keberkatan, kebahagiaan,
kesentosaan, nur (cahaya) keselamatan dan keamanan.
Oleh karena itu, ‘Fana’ adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar
perjalanan wali Allah.
Semua wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah
memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk
menggantikan kehendak atau kemauan mereka dengan

55
kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya
menggantikan kemauan atau kehendak mereka dengan
kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu mem-
fana-kan diri mereka dan me-wujud-kan Allah. Karena itu
mereka dijuluki ‘Abdal’ (perkataan yang diambil dari kata
‘Badal’ yang berarti ‘pertukaran’).
Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan
kehendak Allah adalah suatu perbuatan dosa. Sekiranya
mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa
takut, maka Allah Yang Maha Kuasa akan menolong dan
menyadarkan mereka. Dengan demikian mereka akan kembali
sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada
manusia yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak
egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat. Para malaikat
dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan
para Nabi dipelihara dari nafsu badaniah mereka. Sedangkan
jin dan manusia telah diberi tanggung jawab untuk berakhlak
baik, tetapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa
dan maksiat. Para wali dipelihara dari nafsu-nafsu badaniah dan
‘abdal’ dipelihara dari kekotoran kehendak dan niat. Walaupun
demikian, mereka tidak bebas mu tlak, karena merekapun
mungkin mempunyai kelemahan untuk melakukan dosa. Tapi,
dengan kasih sayang-Nya, Allah akan menolong dan
menyadarkan mereka.

RAHASIA SANG KUASA

Dikisahkan bahwa ada seorang Nabi melakukan ibadah di


sebuah gunung yang berdekatan dengan sebuah mata air.
Kemudian lewatlah seorang penunggang kuda dan singgah
sebentar untuk minum dari mata air tersebut. Kemudian karena
terburu-buru, kantung uangnya yang berisi seribu dinar
tertinggal disitu.

56
Tidak lama berselang datanglah orang lain untuk minum, lalu
ia mendapati kantung uang si penunggang kuda itu dan
kemudian membawanya pergi. Berikutnya tibalah seorang
lelaki miskin yang memikul seikat kayu bakar. Ia minum dan
setelah itu ia berbaring untuk melepaskan lelah.
Tiba-tiba datanglah si penunggang kuda untuk mengambil
kantung uangnya yang tertinggal namun ia tidak mendapati
kantung uangnya di situ.

Karena tidak menemukan uangnya, sementara yang masih ada


didekatnya adalah si miskin tersebut, si penunggang kuda
menuduhnya dan menuntutnya untuk mengembalikan
uangnya, ia terus-menerus memeriksanya dan menyiksanya,
namun demikian ia tetap tidak mendapatkan uangnya, akhirnya
si pembawa kayu bakar itupun dibunuhnya.

Menyaksikan peristiwa tersebut, Nabi yang sedang melakukan


ibadah itu berseru kepada Allah Ta’ala, “wahai Rabbku, ada apa
ini ? Yang mengambil kantung uang seribu dinar adalah orang
lain. Namun mengapa Engkau menjadikan si penunggang kuda
itu menzalimi si miskin hingga ia membunuhnya.”

Lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepadanya,


"Bersibuk-sibuklah kamu dengan ibadahmu ! Mengetahui
rahasia-rahasia Sang Maha Penguasa itu bukanlah urusanmu;
si miskin pembawa kayu bakar itu telah membunuh ayah si
penunggang kuda, karenanya Aku menempatkannya untuk
mendapat qishash [balasan] daripadanya. Sedangkan ayah si
penunggang kuda itu telah mengambil seribu dinar dari harta
milik orangtua dari yang mengambil kantung uang itu dan Aku
mengembalikannya sebagai warisannya.”

57
Manusia akan selalu bertanya-tanya, “mengapa begini”,
“mengapa begitu”, “bagaimana bisa begini“ dan “bagamana
bisa begitu” ….. sampai saatnya ia ridha kepada apa-apa yang
ditentukan Allah Ta’ala di semesta alam ini. (Imam Al Ghazali
dalam kitabnya Arba’in fii ushuluddiin)

BAJU DARI 'DZAT' YANG MAHA AGUNG

Dari Ali Karramallahu Wajhah : Ya Rasulullah, manakah jalan


yang sedekat dekatnya kepada Allah Ta'ala dan semudah
mudahnya atas hambaNya dan semulia mulianya disisiNya?

Sabda Rasulullah SAW : Ya Ali penting atas kamu kekal


(dzikr/ingat) kepada Allah Ta'ala. Berkatalah Ali : Tiap orang
dzikr kepada Allah Ta'ala. Maka Rasulullah bersabda : Ya Ali,
tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas
permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan.

Maka jawab Ali kepada Rasulullah, bagaimana caranya aku


dzikr Ya Rasulullah, maka sabda Rasulullah: pejamkan kedua
matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali, kemudian
ucapkanlah seperti itu.

Maka sejenak Rasulullah mengucapkan tiga kali sedang kedua


matanya tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan seperti
demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula
kepada Hasan dan Husain ( HR. Thabrani dan Baihaqi ).

Teori String mengatakan Energi lepas alam semesta ini


mengalami penyesuaian sehingga menghasilkan suatu energi
baru. Artinya suara Rasulullah berasal dari suara atau Energi
yang diterima oleh alam dan suara yang diterima alam berasal
dari 'Dzat' Yang Maha Agung.

58
Dan mengapa mata harus dipejamkan, karena Allah SWT hanya
dapat disaksikan oleh ruhaniah, dan selain itu jika mata terbuka
maka yang terlihat adalah sosok (jasad) sehingga dapat
menimbulkan penilaian (pengkultusan) yang berasal dari pola
pikir sehingga penilaian inilah yang dapat merusak.

Seperti firman Allah dalam surah An Nur 35 : Allah pemberi


cahaya langit dan bumi, perumpamaan cahayaNYA, seperti
sebuah lubang di dinding, di dalamnya ada pelita, pelita itu
didalam kaca, dan kaca itu seperti bintang yang berkilauan.

Hadist Qudsi : kata itu adalah perkataanKU, dan ia adalah AKU,


siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentengKU, dan
siapa yang masuk ke dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia
( HR.Syairazi )

Artinya : Qalam yang diturunkan oleh 'Dzat' yang maha Agung


dalam bentuk kata merupakan suatu energi cahaya langit dan
bumi yang didalamnya mengandung hikmah, dan qalam inilah
yang menjadi tali menuju Allah.

Seperti firman Allah dalam surah Ali Imran 103 : berpeganglah


kamu pada Tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.

Namun tidaklah mudah untuk mencari seorang guru yang


sudah pernah diturunkan atau diwejangkan kata dari guru
diatasnya sampai pada Rasullullah SAW ( wasilah / silsilah ),

Seperti firman Allah surah Al Maidah 35 : Hai orang yang


beriman, bertaqwalah pada Allah dan carilah juga temukan
WASILAH yang membawa engkau pada ALLAH, berjihadlah
engkau diatas jalan (tali) itu, niscaya engkau akan beruntung.

59
Ketika kita sudah menemukan tali energi qalam Allah yang
berasal dari wasilah maka Rasullullah SAW bersabda :
Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa apa yang
dibumi dan yang dilangit ialah bagi orang yang beserta dengan
namaNYA (HR. Abu Daud dan Thirmidzi) Artinya kata yang
bertalian tidak akan mencelakakan bagi manusia yang selalu
menyebut namaNYA.

Setelah ruhaniah kita bertemu dengan ruhaniah Rasulullah dan


ruhaniah para guru artinya kita sudah bersyaf-syaf dan
bertalian erat atau berimam dengan iman maka barulah kita
melakukan ibadah seperti firman Allah surah Al 'A'laa 15 : Dan
menyebut nama Tuhannya lalu shalat.

Dan surah Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang


shalat, yang mereka lalai dari shalatnya.

Dan Rasullullah pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa,


dan tidak pula diperkampungan terpencil yang tidak
mendirikan shalat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai
mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan ruhaniah),
sesungguhnya serigala itu menerkam kambing yang terpencil
sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Nasai)

Barang siapa yang dalam shalatnya tidak berimam iman,


bersyaf-syaf (jasmani ruhani) ia akan disambar iblis dalam
shalatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat
syafnya dengan orang disebelah kita dan syaitan bisa masuk
lewat pintu mana saja didalam tubuh, jadi artinya disini adalah
ruhaniah yang bersyaf syaf dan bertalian erat sampai kepada
Rasulullah.

60
Kebingungan awam mengenai silsilah (wasilah) yang bertalian
pada salah satu sahabat Rasul, Rasulullah bersabda : Tidak
sesuatupun yang dicurahkan Allah SWT dalam dadaku,
melainkan aku mencurahkannya kembali kedalam dada Abu
Bakar Bin Abi Quhafah.

Jadi jelas dalam hadits diatas termasuk mencurahkan dzikr


seperti yang dilaksanakan oleh sayyidina Ali.

Firman Allah Ta'ala surah Al A'raaf 205 : Sebutlah Tuhanmu


dalam dirimu, serta rendahkan diri dan takut dan bukan dengan
suara keras, diwaktu pagi dan petang dan janganlah engkau
termasuk dari yang lalai
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.
Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)
Ku dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh
kebenaran. (Al-Baqarah:186).

"Dan di dalam dirimu (terdapat tanda-tanda kebesaran Allah)


apakah kalian tidak menyaksikannya" (Adz-Dzariyat:21).
“Insan adalah rahasiaKu dan Aku rahasianya. Pengetahuan
tentang hakikat adalah rahasia pada rahasia-rahasiaKu. Aku
campakkan ke dalam hamba-hambaKu dan tiada sesuatupun
yang tahu Keadaannya melainkan Aku.”

“Aku adalah sebagaimana hambaKu mengenalKu. Bila dia


mencariKu dan ingat kepadaKu, Aku besertanya. Jika dia
mencariKu, Aku mendapatkannya dengan DZatKu”.

Segala yang dikatakan jika berhasrat mencapainya perlu


tafakkur .

61
Nabi S.A.W, bersabda, “Satu saat bertafakkur lebih bernilai
daripada satu tahun beribadah”.
“Satu saat bertafakkur lebih bernilai daripada tujuh puluh tahun
beribadah”.
“Satu saat bertafakkur lebih bernilai daripada seribu tahun
beribadah”.

Mencari-Nya, Tafakkur, menyaksikan tanda-tanda kebesaran-


Nya di dalam diri, Aku rahasianya, Aku mendapatkannya
dengan DZatKu ! kalimat-kalimat kunci pernyataan di atas,
yang menurut saya juga adalah proses dan terminal-terminal
penanda perjalanan hamba menuju-Nya, ri lino mae ri sualia
.. na a'dongko ri simbanganna? (diri). Beberapa paham
Tarekat punya jalan2 dzikir yang berproses sejalan dengan hal
di atas, namun dengan pondasi serta pencapaian yang
berbeda-beda tentunya. Setahu saya dengan pemahaman dan
pengetahuan yang minim ini, kita yang belajar pada jalan ini tak
mengutamakan jalan dzikir dengan disiplin tertentu. Tafakkur
pun dengan tuntunan yang berbeda2 kepada saya dan
saudara2 yang lain. (Question)

Tebing Curam

WHEN GOD MADE MAN,


THE INNERMOST HEART OF GODHEAD WAS PUT INTO
MAN
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka
sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang.
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Al
'Ankabut (QS: 29 : 5)

62
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu menjadikan keturunan Bani
Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami),
kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(manusia) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini
(persaksian)". Al A'raaf (QS : 7 : 172)

Tafakkur : " Kekuasaan Allah meliputi langit, bumi beserta


isinya " half full half empty...

" Aku adalah tunggal yang ada dibelakang dan kuletakkan itu
dibawah..dan kusebut ia..tapi pemiliknya .. masih
diluar..bersaksilah engkau atas namaKu.....dan kenalilah
sifatKu.....dan Aku akan memberikan..yang artinya engkau Ku
muliakan....dan engkau akan mengeluarkan....dan selama
engkau hidup....telah kutempatkan sebagai penghuni....dan
akan Kutambah engkau maka akan menjadi.....itulah yang
kuletakan dalam Ruh..itulah AKU..

Tebing Curam
“ Keabadian melagukan pujian kepada-Ku dan ia adalah salah
satu sifat-Ku yang wajib melakukan hal itu, dan telah Aku
ciptakan dari pujiannya malam dan siang dan telah Aku buat
keduanya dalam selubung-selubung yang merentang
mengelilingi mata dan pikiran manusia, dan mengelilingi benak
dan kalbu mereka. Malam dan siang adalah dua selubung yang
saling merentangi semua yang telah Aku ciptakan, tetapi
karena Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku, telah Aku angkat
kedua selubung itu agar kau bisa melihat Ku dan kau telah
melihat Ku , karenanya berdirilah dihadapan Ku dan teruslah

63
dalam penglihatan Ku, karena kau tidak akan terpisah oleh
sesuatu yang tak mungkin dan serahkanlah hanya kepada Ku
semua yang pernah Aku wujudkan kepadamu.”

“Tanyakan kepada-Ku dan katakan,” Wahai, berapa lama aku


harus berpegang teguh kepada Mu , agar ketika hari
pembalasan tiba, engkau tidak menghukumku dengan
hukuman Mu dan Engkau tidak berpaling dariku ?” Dan Aku
akan berkata kepadamu ,” Berpegang teguhlah pada hukum
agama (Sunnah) dalam pengetahuan dan tindakan, dan
perpegang teguhlah engkau pada ilmu yang telah Aku berikan
kepadamu kedalam kalbumu, dan ketahuilah bahwa ketika Aku
menjadikan diri Ku terlihat olehmu, Aku tidak akan menerima
darimu dari apa yang datang kepadamu dari penjelmaan Ku
yang terlihat untukmu, karena kepada kaulah Aku telah
berbicara. Kau telah mendengarkan Ku, kau mengetahui bahwa
kau mendengarkan Ku dan kau memahami bahwa semua
berasal dari Ku”

“Ia menghentikanku dalam posisi kebangggan dan berkata


kepadaku: Akulah yang lahir dan tak ada yang tampak dariku.
Dekatnya tak bisa memantauku dan wujudnya tak bisa
menunjukku. Akulah penyembunyi yang batin dan aku lebih
tersembunyi darinya. Dalilnya tak bisa melacakku dan
lorongnya tak sampai kepadaku.

Kebodohan itu tabirnya penglihatan dan ilmu juga tabirnya


penglihatan. Akulah yang lahir tanpa tabir dan hijab, dan
Akulah yang batin tanpa singkap. Siapa yang telah mengenal
hijab maka ia akan segera menjelang singkap.”

“ Kedirian seorang waqif adalah diamnya. Kedirian seorang arif


adalah ucapannya. Kedirian seorang alim adalah ilmunya.”

64
Yang ada hanya ketakjuban akan pesona keindahan dan
kebesaran Sang segala keindahan
Tebing Curam

Allah berseru kepada hamba-Nya:


Wahai hamba ! Engkau tidak memiliki sesuatu pun, kecuali apa-
apa yang telah Aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tidak
juga engkau memiliki dirimu sendiri, karena Akulah
Penciptanya! Tidak pula engkau sekedar memiliki jasadmu,
karena Aku Sang Pembentuknya! Hanya dengan Pertolongan-
Ku engkau dapat berdiri, dan dengan Kalimat-Ku engkau hadir
di dunia ini.

Wahai hamba !, katakanlah “Tiada Tuhan melainkan Allah!”,


kemudian tegaklah berdiri di jalan yang benar, maka tiada
Tuhan melainkan Aku! Dan tiada pula wujud yang sebenarnya
wujud, kecuali untuk-Ku! Segala sesuatu yang selain Aku adalah
dari buatan Tangan-Ku dan dari tiupan Ruh-Ku.
Wahai hamba ! Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku,
dan untuk-Ku! Jangan sekali-kali engkau merebut apa yang
menjadi kepunyaan-Ku! Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku,
niscaya akan Kubuahkan pengembalianmu dengan Tangan-Ku,
dan Kutambahkan padanya dengan Kepemurahan-Ku.
Serahkan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya Kuselamatkan
engkau dari segala sesuatu!

Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang terpercaya adalah yang


mengembalikan segala sesuatu selain-Ku kepada-Ku!
Tengoklah dengan pandangan tajam kepada-Ku, bagaimana
cara-Ku melakukan pembagian, niscaya engkau akan melihat
pemberian dan penolakan merupakan dua bentuk yang
dinamakan, agar dengan demikian engkau dapat mengenal-
Ku!

65
Hai hamba ! Sesungguhnya engkau telah melihat Aku sebelum
dunia ini terhampar, dan engkau mengenal siapa yang engkau
lihat. Dan hanya kepada-Ku lah engkau akan kembali!

Kemudian Aku ciptakan segala sesuatu untukmu, dan Aku


labuhkan tirai hijab atasmu, lalu engkau pun terhijab dengan
tirai wujudmu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau
dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu
menyeru kepadamu dan kepada dirinya sendiri, dan
kesemuanya itu menjadi hijab terhadap Aku!

Setelah semua hal itu, Aku pun akan kembali Dzahir, dari balik
semua itu Aku akan memperkenalkan Diri-Ku. Aku katakan
kepadamu, bahwa Aku-lah Sang Khaliq, Aku-lah yang
menciptakan segala sesuatu, dan bahwasanya Aku telah
menjadikan engkau sebagai khalifah atas kesemuanya itu. Dan
ketahuilah, bahwa semua hal itu hanyalah amanah atasmu, dan
diwajibkan atas setiap pengemban amanah untuk
mengembalikannya!

Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayai-Ku,


sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepada-
Ku? Sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau
buat dengan-Ku?

Hai hamba ! Aku ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka


bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu
bagi sesuatu itu! Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk
menggantungkan dirimu kepada sesuatu itu, karena Aku Maha
Pencemburu padamu!

Hai hamba ! Aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi


sesuatu, walau harapanmu akan surga sekalipun, karena Aku

66
ciptakan engkau hanya untuk-Ku, di sisi yang tiada sisi, dan di
mana yang tiada mana!

Aku ciptakan engkau atas pola Citra-Ku, seorang diri, tunggal,


mendengar, melihat, berkemauan serta berbicara. Dan Aku
jadikan engkau berkemampuan untuk mentajallikan Nama-
nama-Ku, dan tempat untuk Pemeliharaan-Ku.

Engkau adalah sasaran Pandang-Ku! Tiada dinding penghalang


yang memisahkan antara Aku dan engkau! Engkau adalah
kawan duduk semajelis dengan-Ku, maka tiada pembatas
antara Aku dan engkau.

“Hai hamba ! Tiada diantara Aku dan engkau, antara. Aku


lebih dekat kepadamu dari dirimu sendiri, Aku lebih dekat
kepadamu dari ucapan lisanmu, maka pandanglah kepada-
Ku, karena Aku senang memandang kepadamu”

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu


(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.
Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)
Ku dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh
kebenaran. (Al-Baqarah:186).

"Dan di dalam dirimu (terdapat tanda-tanda kebesaran Allah)


apakah kalian tidak menyaksikannya" (Adz-Dzariyat : 21).
“Insan adalah rahasiaKu dan Aku rahasianya. Pengetahuan
tentang hakikat adalah rahasia pada rahasia-rahasiaKu. Aku
campakkan ke dalam hamba-hambaKu dan tiada sesuatupun
yang tahu Keadaannya melainkan Aku.”

67
“Aku adalah sebagaimana hambaKu mengenalKu. Bila dia
mencariKu dan ingat kepadaKu, Aku besertanya. Jika dia
mencariKu, Aku mendapatkannya dengan DZatKu”.

Segala yang dikatakan jika berhasrat mencapainya perlu


Tafakkur .
Nabi S.A.W, bersabda :
“Satu saat bertafakkur lebih bernilai daripada satu tahun
beribadah”.
“Satu saat bertafakkur lebih bernilai dari pada tujuh puluh
tahun beribadah”.
“Satu saat bertafakkur lebih bernilai dari pada seribu tahun
beribadah”.

TAFAKKUR SHUFI
MengingatNya akan membuat senantiasa hadir bersamaNya,
karena bila disebut namaNya maka hadirlah Dia.
Tapi yang luput mengingatNya, Dia akan terselubung dan
terlupakan dalam kehidupan, yang nampak hanyalah makhluk
dan isi alam semesta.

Hanya dengan menutup mata dan masuk ke dalam (qalb),


mengabaikan makhluk dan alam semesta barulah dapat
menumpukan perhatian penuh kepadaNya, inilah yang
dikatakan tafakkur, waktu sesaat yang sampai kepada Dzat
(cinta) itu lebih baik daripada tujuh puluh ribu tahun amalan.

Tafakkur dapat mengosongkan, dan dengan itu barulah dapat


merasakan hakikat keTuhanan. Bagi yang sempurna mereka
akan merasakan kenikmatan yang tidak dapat dibayangkan
oleh dan tidak pula dapat diceritakan, kenapa tidak dapat
diceritakan?, karena tiada perkataan yang dapat
menggambarkan suasana yang hendak dikatakan.

68
Suatu kenikmatan yang diketahui atau dirasa oleh yang
mengalami.

INGAT,, Kebahagiaan tidak akan dapat ditemui oleh akal fikiran,


fikiran adalah penghalang yang memisahan daripada
kebahagiaan ruhani. Tafakkur amat penting karena fikiran tidak
lagi bergerak dan juga hanya dipenuhi oleh Tuhan semesta
alam.

Fikiran berfungsi kerana adanya duality, contohnya; siang dan


malam, susah dan senang dan sebagainya. Tetapi Kebenaran
tidak duality, ia adalah kesatuan keadaan, contohnya; tiada
susah dan tiada senang, tiada tua dan tiada muda.

Ini bermakna yang mengetahui dan pengetahuan itu adalah


satu, yang melihat dan yang dilihat adalah satu, pencinta dan
kekasih adalah satu, dan sebagainya

Jadi tafakkur bertujuan untuk mengantar dari duality kepada


unity (di dalam = qalb), contohnya; pencinta dan yang dicintai
menjadi satu.
Tafakkur sebenarnya adalah milik yang sangat berharga yang
dapat membantu dalam pencarian kekasih sejati.
Cara dalam bertafakkur dengan menggunakan tenaga cinta
Ilahi untuk membendung akal fikiran.Cinta adalah Dzat dari
hakikat Ilahi, dan adalah kekuatan yang paling nyata bagi
seorang hamba. Berasal dari dimensi Diri Yang Maha Tinggi,
cinta memiliki getaran yang lebih cepat daripada fikiran dan
memiliki kemampuan untuk mengatasi fikiran. Inilah apa yang
dikatakan, karena apabila cinta datang alasan pun menghilang,
fikiran tidak lagi berfungsi karena kekuatan cinta mengatasi
yang lainya.

69
Dengan perkataan lain, tafakkur adalah amalan yang
menenggelamkan fikiran dan emosi (nafs=ego) dalam
samudera cinta yang tak terbatas.
Untuk melakukan tafakkur, kedudukan jasad tidak begitu
penting (boleh duduk ataupun berbaring).

Yang penting dalam tafakkur adalah membangkitkan rasa cinta,


yaitu dengan mengingat, segala fikiran dan ego yang datang
selepas itu haruslah ditenggelamkan dalam cinta, dan akhirnya
akan menjadi kosong atau tidak bergerak lagi. Setelah menjadi
kosong barulah dapat mendengarkanNya, sebagaimana yang
dialami Nabi Musa A.S di Lembah Suci Thuwa.

“Dan ingatlah ketika tiada…Dia akan ada,


Bila bebas dari diri, Dia menunjukkan KeindahanNya”

Dengan mengosongkan, akan menemukan ruang batin di


mana dapat menyadari kehadiran Sang Kekasih.
Dia ada, tetapi fikiran, ego, dan dunia menghalangi
daripadaNya. Dia adalah diam yang kosong, dan untuk
mengalamiNya perlu untuk diam yang kosong pula.

Dalam Tafakkur, bermakna memulangkan diri kepadaNya, dari


dunia pelbagai bentuk ke dalam “dunia lautan Nan Esa” yang
tak terbatas.
Semoga bermanfaat.

TAFAKKUR SHUFI

Keesaan Nurun Muhammad


Mengikuti pandangan sufi, semua yang ada di alam semesta ini
adalah dari Nurun Muhammad. Sedangkan Nurun Muhammad
ini berasal dari Nurun Allah yang berasal dari Dzat Allah.

70
Setiap yang ada, yang kelihatan atau tidak kelihatan, atau
dalam istilah lain, yang nyata dan yang ghaib, adalah berasal
dari Nurun Muhammad.
Nurun Muhammad (dalam bahasa Arab), bermakna cahaya
Muhammad, An Nuur adalah salah satu dari nama-nama Allah.
Nurun Muhammad mempunyai beberapa sebutan, seperti
Hakikat Muhammad, ada pula yang menamakannya Ar Ruh, Al
Qalam Al A’la. Ada pula yang menamai Lauh Al Mahfudz, Al ‘Aql
Al Awwal dan Hakikat bagi segala hakikat. Bahkan berbagai
nama lain yang mengikut fungsi dan kegunaanya.
Maka dari hakikat itulah (Nurun Muhammad) terjadinya alam
semesta ini yang nyata atau pun yang ghaib.

Nurun Muhammad adalah manifestasi yang pertama, dan dari


Nurun Muhammad dzahirnya segala yang lain. Dari Nurun
Muhammad yang esa, maka terdzahirlah banyak pendzahiran
sebagaimana yang dapat kita lihat di semesta alam.
Maka karena itulah dikatakan Nurun Muhammad (Dzat) itu
adalah esa, tetapi manifestasi atau pendzahirannya adalah
banyak, bahkan tidak terkira.

Untuk memudahkan pemahaman, Nur Muhammad ini dapat


digambarkan dalam analogi air, air itu satu, tetapi tempat yang
menampung air itu sangat banyak, hingga tidak terkira,
contohnya; air laut, air sungai, air danau, air kolam, dan
bermacam-macam lagi.
Satu lagi analogi, manis itu satu, tapi banyak jenis manis, manis
gula, manis tebu, manis senyuman, manis budi bahasa, dan
sebagainya

Begitu banyak manifestasi Nurun Muhammad yang terdapat di


alam semesta.Tetapi yang paling penting untuk diketahui dan
untuk difahami adalah Nurun Muhammad yang terdapat pada

71
diri. Karena Nurun Muhammad di diri itu adalah sebagai rasul,
sebagai pemimpin, sebagai penunjuk jalan agar manusia dapat
kembali kepada Yang Maha Pencipta.

Ada pendapat yang menyatakan Nurun Muhammad dan


RuhKu adalah sinonim, karena di diri, keduanya sama, yaitu
membimbing manusia kembali kepada Tuhannya.

Setiap manusia ada Nurun Muhammad maka setiap manusia


mempunyai pembimbing, maka tidak ada alasan bagi seorang
hamba bersikap lepas tangan, dan mengatakan tiada siapa pun
yang membimbingnya.

Allah menyatakan ; siapa yang mencintai RasulKu, sama seperti


mencintaiKU.
Oleh karena itu, kenalilah Nurun Muhammad, karena ia
membawa kembali kepada Yang Maha Pencipta.

Pelita banyak dan berbeda


Cahaya sama dan satu juga
Jika engkau lihat lampu saja
Hilanglah engkau dalam banyak dan berbeda.
Pandanglah pada cahaya
Engkau akan lihat satu juga
Berbilang-bilang hanya bentuk juga
Boleh dibilang satu, dua dan tiga.

Begitu pula pendapat manusia


Berlain-lainan dan berbeda-beda
Timbulah pelbagai mazhab dalam agama
Keluarlah berbagai pendapat dan fatwa.

72
Jikalau engkau ada Cahaya
Dapat memandang keseluruhan
Tidak lagi ada perbedaan
Lenyaplah segala perbendaharaan.
(Fitrah : Sheikh Muhammad Yusuf Taj Al Khalwaty - Lakiung -
Kab. Gowa - Tahun 2007)

TAFAKKUR SHUFI
MA'RIFATULLAH : Mengenal Allah SWT, pada Dzat-Nya,
pada Shifat-Nya, pada Asma'-Nya dan pada Af’al-Nya.

AWALUDIN MA’RIFATULLAH : Awal agama mengenal Allah.

LAYASUL SHALATU ILLA BIL MA’RIFAH : Tidak sah shalat tanpa


mengenal Allah.

MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARAFA RABBAHU :


Barang siapa mengenal dirinya dia mengenal Tuhannya.
ALASTU BIRABBIKUM QAALU BALAA SHAHIDNA :
Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami
menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 7:172)

AL INSAANU SIRRI WA ANAA SIRRUHU :


Manusia itu RahasiaKu dan Akulah Rahasianya.

WAFI AMFUSIKUM AFALAA TUBSIRUUN :


Di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat.

ANAAHNU AKRABI MIN HABIL WARIDZ :


Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu.

LAA TA’BUDU RABBANA LAM YARAHU :


Aku tidak menyembah Allah bila aku tidak melihatnya terlebih
dahulu.

73
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada malam Ghaibul Ghaib dalam keadaan antah berantah
hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir,
belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang
belum ada sesuatupun. Belum ada Tuhan, yang dinamakan
Allah, maka dalam keadaan ini, Diri Dzat bertajalli pada diri-Nya
untuk memuji diri-Nya.

Maka Tajalli Nurun Allah menjadikan Tajalli Nurun Muhammad


(Al Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu,
Aku) , Ana Anta (Aku,Kamu),. Maka Dzat berkata kepada Nurun
Muhammad dan Ruh untuk menentukan kedudukan dan taraf.
Dikatakan pada Nurun Muhammad, Aku ini Tuhanmu? Maka
jawab Nurun Muhammad dari seluruh Ruh, Ya…Engkau
Tuhanku.

Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surah


Al A'raf 7:172: ALASTU BIRABBIKUM, QAALU BALAA
SHAHIDNA.
Artinya : Bukankah Aku Tuhanmu? Benar, Engkau Tuhan kami,
kami menjadi Saksi.

Selepas pengakuan atau persaksian, maka bermulalah era di


dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam
Hadits Qudsi yang artinya :“Aku suka mengenal diriKu, lalu aku
jadikan mahkluk dan aku perkenalkan diriKu.

Apa yang dimaksud dengan mahkluk ialah : Nurun Muhammad


sebab seluruh kejadian alam dijadikan dari Nurun Muhammad,
tujuan Dzat mentajalli Nurun Muhammad adalah untuk
memperkenalkan diri-Nya dengan diri RahasiaNya. Maka diri
RahasiaNya itu adalah disaksikan dan diakui oleh yang

74
dinamakan Insan yang bertubuh diri bathin (Ruh) dan diri
bathin itulah diri manusia, atau diri sejati.
Firman Allah dalam hadits Qudsi:
AL-INSAANU SIRRI WA-ANAA SIRRUHU
Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi
Rahasianya.

Jadi yang dinamakan manusia ialah mengenal Rahasia.


Dengan perkataan lain manusia mengandung Rahasia Allah

Karena manusia mengandung Rahasia Allah maka manusia


harus mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya,
manusia mengenal Tuhannya, sehingga kembali menyerahkan
dirinya kepada Yang Punya Diri. Tatkala berpisah Ruh dengan
jasad, kembali kepada Allah selalu dilakukan semasa hidup,
contohnya; dengan shalat, kerana shalat adalah mi'raj orang
mukmin atau dengan kata lain ‘mati sebelum dimatikan’).

Firman Allah An-Nisa 4:58: INNALLAHA YA’MARUKUM ANTU


ABDU AMANATI ILAALLAH. Artinya: Sesunggunya Allah
memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada
yang berhak menerimanya.
Hal tersebut dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi :
MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAD ARAFA RABBAHU
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal
Tuhannya.

Dalam amanah yang berat ini, pernah ditawarkan RahasiaNya


itu kepada Langit, Bumi dan Gunung-gunung tetapi semua
tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT Al Ahzab 33:72.

75
INNA ‘ARATNAL AMATA, ALASSAMAWATI WAL ARDHI WAL
JIBALU FA ABAINA AN-YAH MILNAHA WA AS FAQNA
MINHA,WAHAMA LAHAL INSANU.
Artinya : Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanah
kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka
enggan memikulnya dan merasa tidak sanggup, hanya manusia
yang sanggup menerimanya.

Oleh karena amanah (Rahasia Allah) telah diterima, maka


adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan
janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga
hubungannya dengan yang punya Rahasia.

Setelah amanah (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri


Batin/Ruh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk
memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang
dari abad ke abad, diri satu generasi ke generasi yang lain
sampai RAHASIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH..INNA LILLAHI
WA INNA ILAIHI RAAJIUN.
Artinya : Sesungguhnya semua berasal dari Allah, dan akan
kembali kepada Allah.
(Sayyid Al Auliyaa' Abdul Qadir Jailani Al Baghdadi - Tahun
2007)

TAFAKKUR SHUFI
Dia nyata (Dzahir) pada setiap waktu dan pada setiap ketika,
dan di mana saja, tetapi bukan semua yang dapat
memandangNya, hanya yang telah ber-ma'rifatullah, yang
dapat memandangNya.
WajahNya melalui shifatNya, terutama pada shifat diri.

Jika penglihatan itu difahami oleh kebanyakan, sudah pasti


lebih banyak yang melihat WajahNya dengan terang dan nyata.

76
Selagi masih di dunia ini, maka sudah pasti banyak yang sudah
ma'rifatullah.

Dia atau WajahNya tampak jelas bila sesuatu itu tidak lagi
berupa alam atau makhluk, tidak lagi bernama, bershifat,
berkelakuan dan tidak lagi dengan dzat makhluk, melainkan
telah binasa atau fana, kembali kepada keadaan asalnya.

Setelah itu, apa yang nyata (dzahir) akan berwajah Dia, dan di
situ jugalah keadaan, yang mana, yang memandang dan yang
dipandang, adalah Dia yang Esa, Dia melihat WajahNya sendiri.

Di saat pandang memandang itu, jika sudah faham dan yakin,


segala sesuatu selain Dia telah fana (sirna), itulah tandanya
telah mencapai tahap ma'rifatullah, tahap mengenal Dia
dengan sebenar-benarnya pengenalan.

Apabila telah fana shifat makhluk dan sifat diri ke dalam


wajahNya, maka WajahNya kelihatan, di kala itu shifat makhluk
atau sifat diri telah sempurna (kamil) dengan WajahNya.

TAFAKUR SHUFI
Puncak tertinggi adalah mengenal Allah… Allah Maha ADA.
Untuk mencari yang ADA, seorang hamba perlu mati… “mati
sebelum dimatikan”… (jangan bunuh diri) … dengan itu tidaklah
nikmat hanya dengan angan-angan dan khayalan saja...dunia
ini …hanya wujud dalam fikiran…. bagaimana pun tiada
hakikatnya… kedua-duanya semata-mata …KOSONG. Sesuatu
yang kosong tidak dapat menyampaikan kepada yang ADA.
Oleh karena itu… mencari yang ADA … dari sesuatu yang tidak
ada.. adalah suatu yang sia-sia… karena yang tidak ada.. tidak
mendzahirkan yang ADA.

77
Sebaliknya …Yang ADA yang mewujudkan segala sesuatu “yang
tidak ada”… KOSONG.. kepada yang ADA.

Dzat yang ghaib lagi ghaib… selama-lamanya tidak ada


kenyataannya…. tetapi ada pendzahiran shifat-shifatNya..
terutama kepada seorang hamba.. yang mengenal NYA. Hamba
hanya menjadi pernyataan … tajalli… Dzat yang ghaibul ghaib.

Dari WAHDAH.. yaitu kenyataan kesempurnaan ShifatNYA..


inilah pintu untuk mengenal yang ADA…. yang tiada KOSONG…
tidak mungkin bertukar menjadi Yang ADA…

DIA yang ADA, DIA Yang Dzahir…Yang Batin…Yang Awal.. Yang


Akhir…
Dengan demikian wujudNYA lebih terang dan nyata daripada
wujud-wujud yang lain..
DIA Yang Melihat dan Yang Di Lihat..
Wujudmu…. tidak ada…. KOSONG….semata-mata.

TAFAKKUR SHUFI
Insan dan Sirr
Mengadakan wujud itu adalah perkara yang syirik, karena Dia
adanya dengan sendiriNya. Jika begitu, bagaimana insan itu
dengan Dia? siapakah insan itu?

Selanjutnya, Wujud itu Ada, maka yang Ada itu adalah Dzat,
dengan itu WujudNya menyatakan DzatNya.

Sedangkan Wujud insan dilihat pada ShifatNya, karena wujud


insan adalah dengan DzatNya. Dan DzatNya itu adalah Sirr
(rahasia) pada insan.

78
Dia berfirman, Insan itu rahasiaKu dan Aku rahasia insan, dan
kataNya, ShifatKu adalah insan.

Oleh karena itu, perjalanan hamba adalah suatu proses, perlu


mengenal dirinya, siapa mengenal jasadnya… maka mengenal
nyawanya, siapa mengenal nyawanya… maka mengenal Sirrnya,
dan siapa mengenal Sirnya maka mengenal Tuhannya.
Insan adalah RahasiaNya, dan Sirr adalah DzatNya.

TAFAKKUR SHUFI
Hening… tanpa gemersik… tenang seperti permukaan… Yang
bening, dalam keadaan begini… segalanya akan berbaur dan
menjadi tunggal… Dari suasana ini... sinar terpancar... cahaya
menyebar.

Saat hamba memandang DZATNYA…. DIA berkata ….ANAA AL


HAQ
Tetapi… bila hamba memandang dirinya… (hakikat yang tiada)
DIA berkata HUWA AL HAQ….
Hamba melihatNYA..melalui…DIRINYA,
Yang mengenalNYA… dengan NYA.

79
80

Anda mungkin juga menyukai