Anda di halaman 1dari 7

PEDAGOGIK

TUGAS INDIVIDU

OLEH:
Rinda Putri Rahmawati
(226910810)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada adanya akal dan aturan hidup. Hewan
tidak mempunyai aturan, sehingga ketika berprilaku pun hewan terbiasa hidup bebas,
sebebas-bebasnya tanpa adanya beban aturan.
Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala perbuatan manusia itu terikat dengan hukum
syara, tak bisa sebebas-bebasnya bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Aturan yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
Karena manusia adalah makhluk yang berbeda dengan hewan, maka manusia harus senantiasa
terikat dengan aturan hukum yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Dan harus selalu
menggunakan akalnya untuk memahami segala apa yang bisa terindra dan memahami teks-teks
yang bersumber dari Al-Khaliq. Tak boleh manusia membangkang apa-apa yang diperintahkan
Allah SWT.
Ketika ada perintah untuk melaksanakan berbagai kewajiban . Maka laksanakanlah secara
menyeluruh, tidak dipilih-pilih, karena pada hakikatnya semua kewajiban itu adalah taklif yang
apabila dilaksanakan dengan penuh keikhlasan akan berbuah pahala, dan jika tidak dikerjakan akan
mendapatkan siksa.
Orang yang mempunyai akal tetapi tidak mau menggunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah,
mempunyai mata tetapi tidak dipakai untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, mempunyai
telinga tetapi tidak mau mendengarkan kebenaran yang bersumber dari Allah. Maka orang tersebut
derajatnya sama dengan Hewan bahkan lebih sesat lagi, lebih hina dari pada hewan.
Dalam bahasa Arab ada ungkapan yang sangat terkenal, yakni Al insaanu hayawaan naatiq, yang
bermakna: manusia adalah hewan yang berakal. Dengan kata lain, jika manusia tidak menggunakan
akalnya akan menjadi seperti binatang. Itu pula yang disebut al Qur'an dalam QS. 7: 179, yakni
orang-orang yang tidak menggunakan Hati (Qalb), penglihatan (bashar), dan pendengaran (sama')
untuk memahami dan mengerti suatu masalah yang dihadapinya.
Maka dalam konteks pembahasan otak, kita lantas bisa mencari keterkaitan antara bagian-bagian
otak dengan fungsi akal pada manusia. Binatang punya otak, manusia juga punya otak. Tetapi,
kenapa binatang yang punya otak itu dikatakan tidak punya akal? Kalau begitu, tidak selalu
makhluk yang punya otak disebut berakal. Jadi rupanya, fungsi akal itu terkait erat dengan
keberadaan sesuatu di otak manusia yang tidak terdapat pada binatang. Apakah bagian di otak
manusia yang tidak terdapat pada otak binatang?
Secara sederhana, perbedaan yang mendasar antara otak binatang dan manusia terdapat pada
lapisan terluar otaknya. Inilah yang disebut sebagai Cortex Cerebri, atau sering disebut Cortex saja.
Disinilah pusat aktifitas pikiran manusia berada. Dan, ternyata seluruh peradaban manusia
dihasilkan oleh aktifitas kulit otak ini. Itu pula, kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban
seperti manusia – tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama – karena mereka
tidak mempunyai Cortex tersebut di otaknya.
Lebih jauh, adalah menarik mendapati kenyataan bahwa pusat penglihatan dan pendengaran
manusia ternyata juga terdapat di Cortex-nya. Pusat penglihatan berada di kulit otak bagian
belakang, sedangkan pusat pendengaran berada di bagian samping. Berarti, proses melihat dan
mendengar itu sebenarnya identik dengan proses berpikir. Orang yang melamun, meskipun bisa
melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga, dia tidak bisa memahami apa yang sedang
dilihat dan didengarnya. Pada saat demikian, dia tidak sedang mengaktifkan daya pikir Cortexnya
secara utuh, sehingga bisa disebut setara dengan binatang. Itulah orang yang disebut lalai oleh al
Qur'an.
Penyetaraan manusia dengan binatang bukan hanya dikaitkan dengan fungsi melihat dan
mendengar yang tanpa berpikir, melainkan juga terkait dengan merasakan getaran Qalb yang
melahirkan kepahaman. Seperti sudah kita bicarakan, getaran Qalb yang ada di jantung merupakan
resonansi getaran yang berasal dari Sistem Limbik di otak tengah. Dengan kata lain, Qalb
merupakan cerminan apa yang terjadi di Sistem Limbik. Masalahnya, getaran apakah yang paling
dominan sedang mengisi Sistem Limbik, maka itulah yang diresonansikan ke jantung.
Apakah Sistem Limbik hanya berisi getaran emosional yang bersumber dari Amygdala? Ternyata
tidak, karena Sistem Limbik juga merujuk ke getaran rasional yang bersumber dari Hipocampus.
Getaran yang muncul di otak tengah ini sebenarnya sudah merupakan perpaduan antara emosi dan
rasio. Itulah yang dikenal sebagai perasaan yang kemudian menggetarkan jantung.
Pada kenyataannya, Hipocampus merupakan pusat memori yang menyimpan kesimpulan
proses-proses rasional yang terjadi di Cortex. Secara fisiologis, Hipocampus terbentuk dari
perluasan kulit otak yang melipat ke bagian dalam otak tengah. Bentuknya seperti huruf C. Dengan
demikian, meskipun Hipocampus berada di bagian dalam otak, sebenarnya ia adalah bagian dari
Cortex yang bekerja secara rasional, logis, dan analitis pula.
Maka, proses berpikir lewat penglihatan dan pendengaran yang terjadi di Cortex pun bakal masuk
dan tersimpan di Hipocampus. Dan setelah dikoordinasikan dengan fungsi Amygdala, beserta
komponen Sistem Limbik lainnya, ia akan menjadi getaran yang diteruskan ke jantung sebagai
desiran Qalb. Saat itulah kita merasakan sensasi perasaan.
Sehingga, sungguh menarik memahami mekanisme otak terkait dengan yang disebut AKAL.
Ternyata akal adalah PERPADUAN antara fungsi utama otak manusia yang ada di kulit luar alias
Cortex, dengan emosi yang ada di dalam Amygdala, dan kemudian menimbulkan getaran perasaan
yang terasa di jantung (Qalb). Dengan kata lain, di Cortex-lah terjadi proses berpikir, di Sistem
Limbik terjadi percampuran antara pikiran rasional dan perasaan emosional, dan di jantunglah
indikasi maksimum-tidaknya proses berakal tersebut.
Yang demikian ini diceritakan di dalam al Qur'an, bahwa orang-orang yang berakal adalah
orang-orang yang memadukan fungsi antara pikiran (Cortex) dan perasaan (sistem limbik) secara
maksimum, sehingga ketika memperoleh keyakinan (kesimpulan tertinggi berupa keimanan) bakal
menggetarkan jantung-hati (Qalb), yang berada di dalam dada.
QS. Ali Imran (3): 191
(Orang yang berakal adalah) orang-orang yang mengingat (yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
QS. Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman (yakin seyakin-yakinnya) itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah bergetarlah hati (Qalb) mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,

A. Konsep-konsep Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “ manu ” (Sansekerta), “ mens ” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas,
al-abd, bani adam, dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk
yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.
Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan Nabi Adam
Dalam Al-Qur’an, manusia disebut dengan berbagai nama antara lain, al-basyar, al-insan, bani
adam, al-ins, abdillah, dan, khalifatullah.
a. Konsep Al-Basyar
Manusia dalam konsep al-basyar , dipandang dalam pendekatan biologis, pada hakikatnya tidak
berbeda dengan mahluk lain yang terdiri dari unsur biotik lainnya walaupun strukturnya berbeda.
Manusia memerlukan makanan serta mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai
tingkat kematangan dan kedewasaan selain itu, manusia memerlukan pasangan hidupuntuk
melanjutkan keturunannya.
b. Konsep Al-Insan
Manusia sebagai mahluk psikis mempunyai potensi rohani, seperti fitrah, kalbu, dan akal.
Potensi itu menjadikan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kedudukan tinggi dan berbeda
dengan mahluk lainnya. Apabila
manusia tidak menjalankan fungsi psikisnya ia tidak ubahnya seperti binatang bahkan lebih hina.
Selain itu, manusia juga sebagai mahluk yang lalai sehingga sering lupa akan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga mengakibatkan manusia terjerumus dalam penderitaan hidup.
c. Konsep Al-Naas
Manusia adalah mahluk sosial, ia diciptakan sebagai mahluk yang bermasyarakat, yang berawal
dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian berkembangbiak menjadi suku bangsa untuk saling
mengenal. Peranan manusia dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup
bermasyarakat, sedangkan masyarakat dalam ruang lingkup yang paling sederhana adalah
keluaraga, hingga ke ruang lingkup yang lebih luas, yaitu antarnegara dan bangsa.
d. Konsep Bani Adam
Manusia selaku bani adam dikaitkan dengaan gambaran peran nabi Adam As. Saat awal
diciptakan. Dikala Adam As akan diciptakan, para malaikat seakan mengkhawatirkan kehadiran
mahluk ini. Mereka memperkirakan dengan penciptaannya, manusia akan jadi biang kerusakan dan
pertumpahan darah. Kemudian terbukti bahwa Adam As. Bersama istrinya siti Hawa dikeluarkan
karena terjebak hasutan setan.
Mengacu dari latar belakang penciptaannya tampak manusia sebagai mahluk bani adam memiliki
peluang untuk digoda setan. Namun, lebih dari itu, konsep bani adam dalam bentuk menyeluruh
menitikberatkan pada upaya pembinaan hubungan persaudaraan antara sesama manusia.
Menyatukan visi bahwa manusia pada hakikatnya berawal pada nenek moyang yang sama, yaitu
nabi Adam As. Dengan demikian latar belakang sosial, kultural, agama, bangsa, dan bahasa harus
dihargai dan dimuliakan.
e. Konsep Khalifatullah
Manusia sebagai khalifatullah fil ardh menjadi wakil tuhan dimuka bumi, yang memegang
mandat tuhan untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Tugas kekhalifahan pada dasarnya
adalah tugas kebudayaan yang berciri kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang baru
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Manusia dianugerahi
kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual(berpikir), kemampuannya menerima
pelajaran tentang nama-nama benda dan kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut.
Tujuannya adalah untuk mencapai kemakmuran kesejahteraan hidup dibumi ini.
B. Konsep-konsep pendidikan
Pendidikan adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka
membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai martabat kemanusiaannya.
Pendidikan bersifat personalisasi atau individualisasi, yaitu bertujuan agar manusia menjadi pribadi
atau individu yang mantap
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam arti sempit pendidikan adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan
remajayang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran
penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Dan dalam arti luas terbatas
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang
Sementara itu Tirtahardja dan La Sulo mengemukakan bahwa pendidikan mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan
pun yang cukup memadai untuk mejelaskan arti pendidikan secara lengkap. Adapun
batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, yaitu sebagai kegiatan pewarisan budaya dari
generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang
masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain, yang
kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok diganti
misalnya pendidikan seks yang dahulu dianggap tabu diganti dengan pendidikan seks melalui
pendidikan formal.
2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yaitu sebagai suatu kegiatan yang sistematis
dan sistemik terarah kepada terbukanya kepribadian peserta didik. Sistematis disebabkan karena
proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik
disebabkan karena berlangsung dalam semua situasi, di semua lingkungan yang saling mengisi
baik lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.
3)Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, yaitu sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan
bangsa masing-masing. Bagi bangsa kita hal ini bertujuan agar peserta didik tahu hak dan
kewajiban sebagai warga negara, hal ini sesuai denganUUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya.
4)Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yaitu sebagai suatu kegiatan membimbing peserta
didik sehingga memiliki bekal dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
untuk siap bekerja. Hal ini sejalan dengan UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
5)GBHN memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonsia dan berdasarkan Pancasila serta UUD 1945
diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia
serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta
dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
C. Manusia dan Pendidikan
a. Hubungan manusia dan pendidikan
Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal pada
diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk
mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran.
Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai ikatan yang tidak
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidupnya.
Manusia disebut juga “ Homo Sapiens ” yang artinya sebagai makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin
mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu
pengetahun yang bermanfaat untuk manusia itu sendiri.
Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian
lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Manusia tidak hanya
memiliki sifat-sifat yang baik namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik.
Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan
menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui
pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki
oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan,
karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu
bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani.
Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan dan cenderung kepada
kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi. Kemampuan
kreatif manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan
unsur penunjang kerativitas seperti pendengaran, pengelihatan serta pola piker manusia tersebut.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah dilengkapi sejak awal
penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini pula, ia sanggup memikul amanah
Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping itu, manusia dilengkapi dengan fitrah yang selalu
cenderung kepada kebenaran. Artinya bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa cenderung
untuk mengetahui siapa Tuhannya, di samping juga terdapat kecenderungan untuk beragama
hakikat manusia adalah segala sesutu yang mendasar dari manusia yaitu sebagai makhluk ciptaan
Allah yang sangat mulia dan paling sempurna di alam dunia serta memiliki ciri-ciri karakteristik
yang membedakannya dengan makhluk lain di alam dunia. Manusia adalah makhluk yang mampu
berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk yang
mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
eksistensinya dalam kehidupan.
antara manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Manusia adalah objek
dari pendidikan, dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Belajar tentang hakikat
manusia akan menyempurnakan pendidikan dan belajar tentang hakikat pendidikan akan
menyempurnakan manusia.

Anda mungkin juga menyukai