Ketika jiwa hidup berbadan, jiwa yang citta nya mempunyai triguna
pada suksma Sariranya ini yaitu satwa guna, raja guna dan Tamah guna ini
dipengaruhi oleh Jnana indriya,gejolak kelenjar yang ada pada
pertumbuhan tubuhnya, kesehatan badan, karma wasena yang ada pada
jiwanya dan lain sebagai nya, menyebabkan jiwa berprilaku /beraktivitas
berkelakuan dengan menggunakan karma indriyanya.
Karena jiwa dapat merasakan senang dan susah ketika Jnana indriya
memberi suatu informasi kepada cittanya,saraf dan kelenjar yang ada pada
Tubuhnya yang dapat menyenangkan dan menyakitkan jiwanya,kesehatan
badan yang dapat menyenangkan dan melesukan jiwanya,karma wasena
(nasib atau suratan yang di bawa dari kelahiran-kelahiran sebelumnya)
menyebabkan manusia mesti mengalami hidup yang seperti sekarang ini,
keinginan jiwa yang dipengaruhi oleh gaya hidup ,kebutuhan hidup
sekarang, keluarga, lingkungan, masyarakat setempat, peraturan yang di
terapkan oleh pemerintah dan tokoh masyarakat ,ajaran yang diterima dari
guru bangsa,guru sekolah,guru agama, guru doktrim dan lain sebagainya,
1
menyebabkan jiwa mau tak mau mesti berkarma (berprilaku/ berkelakuan/
beraktivitas).
Ketika manusia berkarma baik dan benar yang sesuai dengan akhlak
dan aturan, karma itu disebut subha karma. Ketika manusia berkarma tidak
baik dan tidak benar yang tidak sesuai dengan akhlak dan aturan, karma
itu di sebut asubha karma.
Phala
Pada kitab sastra Rsi bersabda : karma Phala ngarai Ika Phalaning
gawe slokantara hala kayu
Artinya :
2
Karma Phala adalah berbaliknya suatu phala (akibat) dari karma
(prilaku/kelakuan/aktivitas) kepada diri si pelakunya.
Subha karma phala adalah suatu phala dari karma baik dan benar
yang sesuai dengan akhlak dan aturan.
Subha karma phala disebut pahala : Phala artinya suatu karma yang
menyebabkan orang lain berbahagia, dimana kebahagiaan orang itu akan
berbalik kepada diri sipelakunya seketika itu juga atau dimasa yang akan
datang atau di kelahiran berikutnya. Misal :
Setelah anak dewasa dan lepas dari tanggung jawab orang tua anak
pun akan berprilaku alim, yaitu hidup berperilaku baik dan benar, tau
membalas jasa kepada orang tua yang akhirnya di masa pensiun orang
3
tua, orang tua dapat hidup sejahtera dan bahagia hingga akhir hayat
hidupnya.
Asubha Karma Phala adalah suatu Phala dari Karma tidak baik, tidak
benar, dan tidak sesuai dengan akhlak dan aturan.
Asubha Karma Phala disebut dosa. Dosa artinya : suaatu karma yang
menyebabkan orang lain menderita, dimana penderitaan orang itu akan
berbalik kepada diri sipelakunya seketika itu juga atau dimasa yang akan
datang atau dikelahiran berikutnya.
Misal :
4
tempo waktu singkat orang berkerumun mengejar penjahat, perampok
berhasil ditangkap dan penjambret dipukuli oleh orang ramai.
Orang itu kenak pukul karena dosanya sendiri. Dosa apakah yang
menyebabkan orang itu sehingga kena pukul? karena orang itu
menyebabkan orang lain resah dan korban kehilangan harta benda.
5
Diadili atau dijebloskan kepenjara adalah phala (hukuman) kepada si
pencuri, karena si pencuri menyebabkan orang lain menderita kerugian
harta benda.
Demikian juga orang yang berkarma. karma orang itu akan mengikuti
dirinya dengan berphala. Karma baik orang itu akan selalu diikuti dengan
6
phala baik, karma buruk orang itu akan selalu diikuti dengan phala buruk.
Adakalanya karma berbalik dengan berlawanan dan adakalanya karma
tidak berbalik.
Karena manusia adalah jiwa/roh yang hidup pada tubuh yang ada alat
pikirnya, maka maka manusia mestilah mencari tahu penyebab-
penyebabnya. Oleh karena itu, tak pantas manusia mengeluh,
menyalahkan atau menuduh orang lain.
Orang yang berkarma baik, mereka akan selalu diikuti oleh phala
(bayangan) baik. Demikian juga sebaliknya, orang –orang yang berkarma
buruk, mereka akan selalu diikuti phala (bayangan) buruk. Adakalanya
orang-orang yang berkarma baik, mereka akan selalu diikuti oleh phala
(bayangan) buruk.
7
Oleh karena itu seseorang harus sangat berhati-hati dengan seluruh
prilaku, kelakuan hidupnya yang berkaitan dengan pikiran, ucapan dan
perbuatannya sendiri, manusia mengendalikan segala ucapan dan
perbuatannya dengan pertimbangan hati-hati, bijaksana dan matang
melalui pikirannya.
Phala tidak akan ada kalau tidak ada karma, seperti pepatah indonesia
Phala dari pada karma tetap akan datang, hanya menunggu waktu
saja, adakalanya perlu waktu singkat atau waktu lama. adakalanya
menunggu sedikit kelahiran, atau banyak kelahiran phala daripada asubha
karma sulit dihindari, seperti pepatah indonesia.
Agar manusia tidak terkena phala dari karma buruknya sendiri, maka
manusia mestilah menghindari asubha karma (prilaku / kelakuan, aktivitas
buruk, karena asubha karma akan menghantarkan orang ke penderitaan
seperti merampok.
Tattwa
Tattwa artinya filsafat / ilmu jadi karma phala tattwa adalah ilmu yang
mempelajari prilaku atau tingkah laku atau aktivitas manusia beserta
akibat-akibat dari yang telah terjadi dari yang sedang terjadi dan dari yang
akan terjadi.
2. Sumber Karma
Manusia baru dapat berkarma apabila ada orang lain, makhluk lain
dan lingkungan. Manusia berkarma untuk memenuhi keinginan jiwa dan
9
kebutuhan raga. Untuk memenuhi kedua kebutuhan ini, manusia mestilah
bekerja, bekerja di sektor ekonomi apa saja untuk mendapatkan upah
(uang). Dengan telah hidupnya manusia berbudaya, maka berbagai
macam lapangan kerjapun bermunculan, seperti ketika bangsa hidup
bernegara maka tercipta lapangan kerja antara pemerintah dan rakyat
bidang sastra, pendidikan, kesehatan, perjudian, sutradara, maksiat,
pertanian, perdagangan, dan lain sebagainya.
2.a.1. Manasikah
10
Manah adalah media (alat bantu) untuk jiwa memenuhi keinginan
hatinya dan untuk memenuhi kebutuhan badannya dengan bantuan organ
wasilkah dan organ kayikah.
2.b. WASIKAH
3. KAYIKA
Kayi adalah media (alat bantu) untuk jiwa memenuhi keinginan hatinya
dan untuk memenuhi keinginan badannya dengan bantuan organ manah
dan wasih.
Ketiga organ karma pada tubuh manusia tak dapat dipisahkan. Selagi
ketiga organ karma sempurna adanya pada tubuh maka kerjasama organ
karma ini dapat menghasilkan karya gemilang dan dapat menghancurkan
karya gemilang ini juga seperti ilmuan dari terorist:
11
Ilmuan thomas alfa edison penemuan nya menyebabkan pola hidup
manusia yang rumit menjadi sederhana, malam menjadi terang benderang
kayak siang dan lain sebagainya demikian juga ilmuan albert einstein yg
sempat geger pada perang dunia ke dua dan lain sebagainya.
ketiga organ karma ini juga dapat membawa diri keterpuji dan
keterhina baik dan buruk dan lain sebagainya. Jika pikiran di kendalikan
dengan bertujuan baik dan benar semenjak dari anak anak maka ketika
dewasa orang dapat hidup aman nyaman sejahtera dan bahagia.
Jika pikiran di kendalikan ke tujuan baik dan benar maka orang dapat
hidup sejahtera dan bahagia.
Pikiran apabila tidak di kendalikan dengan baik dan benar maka orang
dapat terseret hidup dalam kebodohan kemiskinan bahkan ke penderitaan.
Oleh karena itu para orang suci (Rsi/Sufi/yogi/guru bangsa dan orang
orang suci lainnya) mereka dalam kitab sastranya, mereka menerangkan .
12
Apan ikang manah ngaranya ya ika winting indrya meaprawrtti ta ya
ring subha asubha karma matangnyan ikang manah juga prihen karyanya
sakarang.
(Sarasamuccaya 80)
Artinya
Sakti singa kata takut ring wira ,sama winuwus yatna nyan pamati-mati
ya kanung satiru-tiru.
(Ramayana 360)
Terjemahan
13
Apabila orang hidup mengendalikan jiwanya melalui pikiran dari
pengaruh - pengaruh Jnana indryanya ke subha karma dan mengendalikan
diri sesuai dengan petunjuk orang suci maka jiwa orang itu dapat menjadi
suci dan tujuan hidup manusia akan tercapai yaitu hidup sejahtera dan
bahagia semasa hidup dan mencapai persatuan aman dengan beriman
setelah meninggal .
Ikang citta hetu ning nikang atman pamukti warga, citra hetu ning atma
tibeng naraka, citta hetu nimittanya pangdadi tiryak, citta hetu ning
pangjanma manusa cotta hetunyan pamanggihaken kamoksan mwang
kalepasab nimittanya nihan
(Vrhaspati Tattwa16).
Vrhaspati tattva 20
Artinya
Vrhaspati Tattwa 23
Artinya
Banjir ke kering an
15
Dan lain sebagainya
Kedua hal bertentangan (rula bhineka) ini sudah ada semenjak awal
karma (kerja / aktivitas / pergerakan ) daripada pelanet.
Kedua sifat yang bertentangan ini dirasakan oleh jiwa, jiwa melalui
manah mengekspresikan dengan ungkapan kata kata dan memperagakan
dengan perbuatan, seperti memuji, dan menghina, marah dan ketawa,
senyum dan cemberut, menolong dan menyesatkan, berjalan dan duduk,
malas dan Rajin, mengelus dan mencakar, atau bercampur campur antara
iya dan tidaknya, dan lain sebagainya.
16
Ketika manusia berkarma, karmanya dapat berphala dengan berakibat
baik dan berakibat buruk pada sosok lain (manusia, binatang, tumbuhan
dan lingkungan) kedua karma ini akan berbalik sesuai dengan karmanya.
Akibat baik dan akibat buruknya ini dapat berbalik pada dirinya
(sipelakunya) apabila orang berkarma baik (subha karma) maka karma
baik itu akan berpahala kembali pada si pelakunya, ada kalanya berbalik
sesuai dengan karmanya, ada kalanya tidak berbalik sesuai atau
bertentangan dengan karmanya.
Jadi pada diri setiap orang ada 2 (dua) sifat yang tak dapat dipisahkan,
dua sifat itu sudah ada semenjak awal keberadaan manusia di tambah
dengan karma wasena, pertumbuhan gejolah tubuh karena makanan,
pengaruh-pengaruh saraf yang ada pada tubuh dan pengaruh-pengaruh
lingkungan sekarang.
Matrasparsas tu kaunteya
Artinya :
17
Tapi manusia dapat mengatasi dengan mengendalikan sifat-sifat
buruk dan berpedoman dengan sifat-sifat baik, karena pada tubuh manusia
terlengkapi dengan Budhi. Budhi dapat membedakan perilaku baik dan
perilaku buruk apabila manusia memahami karma phala tattwa seperti
sabda rsi ulararuci.
Manusah Sarvabhutesu
Acubhesu samavistam
Cubbhesveva Vakarayet
(Sarasamuccaya 2)
Artinya :
Sejak zaman dahulu sudah ada pergulatan antara yang baik dan
yang buruk, antara perbuatan phahala dan perbuatan dosa, antara
keterikatan dan kebebasan. Manusia tak henti-hentinya berperang,
berjuang, melawan kedua jenis sifat ini yang ada dalam dirinya. Sejak dari
masah silam juga, musuh yang ada dalam dirinya sendiri telah menglahkan
dirinya yang menyebabkan manusia hidup menderita.
18
Pohon menghasilkan buah, buah menghasilkan benih, benih kembali ke
pohon, Begitulah terus menerus tak henti-hentinya.
Seseorang baru akan bisa melawan musuh yang amat kuat ini,
apabila pikiran orang itu berkembang dengan tuntutan citta satwa guna,
karena citta satwa guna dapat membedakan karma (perbauatan) antara
perbuatan baik dan perbuatan buruk dan akibat daripada kedua perbuatan
ini ketika hidup di alam semesta ini.
19
Segala karma (perilaku/kelakuan/aktivitas) akan tunduk kepada
pelakunya, oleh karena itu manah (pikiran) manusia mestilah dilatih dan di
arahkan ke subha karmanya (perilaku yang baik dan benar) bila subha
karma yang menjadi pedoman pikiran, maka ucapan dan perbuatan akan
mengikutinya, oleh karena itu sifat baik dan benar yang ada pada diri
manusia akan menjelma menjadi orang alim. Sebaliknya apabila asubhua
karma menjadi pedoman pikiran, maka perkataan dan perbuatan yang
jahat akan mengikutinya oleh karena itu sifat buruk dan salah yang ada
pada diri manusaia akan menjelma menjadi orang jahat.
Oleh karena badan roh (sukma sarisa) dipengaruhi citta yang bertri
guna, jnanah indrinya dan karma ulasena, kelenjar-kelenjar dan syarat-
syarat yang ada pada tubuhnya dan roh juga memerlukan energi untuk
memfungsikan organ manasikah dan menggerakan organ wasikah dan
kayikah yang diperoleh dari makanan, orang sekitar, makhluk lain dan
lingkungan ikut mempengaruhi jiwa setiap orang. Maka manusia tidak
dapat menghindari karma, manusia tak ma menghindari berkama, manusia
mau tak mau mesti bertarung untuk memenuhi keinginan jiwa dan
kebutuhan badan.
Artinya.
20
Tidak seorangpun tidak hidup berkarma (berpikir, berbicara dan berbuat)
walaupun untuk sesaat juga, karena dengan tiada berdaya manusia dibuat
bertindak oleh hukum alam.
Ketika manusia mencari nafkah, ada dua macam nafkah yang saling
bertentangan (rula bhineka) tersedia. Kedua macam nafkah ini pun
mempengaruhi jiwa, oleh karena itu para orang suci dimasa silam
bersabda, agar jiwa tidak terbelenggu dengan penderitaan karena dosa,
maka subhua karma (kerja yang baik dan benar) mestilah dipedomani
semasa mencari nafkah. Kedua karma itu adalah :
21
Karena manusia hidup bermasyarakat dan berlingkungan, maka
segala perbuatan kepada orang lain dan kepada lingkungan akan berbalik
pada diri sendiri.
1. Manasikah
Organ manasikah mestilah digunakan tujuan baik dan benar tidak di
gunakan untuk berpikir prasagka buruk dan berpikir perencaan yang buruk.
2. Wasikah
22
Organ wasikah mestilah digunakan untuk tujuan baik dan benar dan
menyenangkan setiap orang, tidak digunakan untuk menyakitkan perasaan
/ hati orang, seperti menghasut, memfitnah, mencaci maki, dan belum yang
sejenisnya.
3. Kayikah
Organ kayikah mestilah digunakan untuk tujuan baik dan benar
bermanfaatkan bagi setiap orang tidak digunakan untuk menyiksa
membunuh dan lain yang sejenisnya.
Guru-guru bangsa dimasa silam mengajarkan kepada brahmana
(pendeta dan penderma wacana) ketika selesai melaksanakan upacara
dan ketika selesai mendarman wacana, agar jiwa tersucikan oleh ketiga
organ karma, maka penderita dan pendarma wawana mestilah
melantunkan mantra.
OM SANTI SANTI SANTI OM
Artinya : Kelima Unsur
Semoga semua kebahagiaan datang dari :
- Pikiran – pikiran baik dan benar
- Ucapan – ucapan baik dan benar
- Perbuatan – perbuatan baik dan benar
Om adalah suara yang sebut prana sakti karena ketika alam semesta
ini diciptakan oleh dewa brahmana. Dewa brahmana mengeluarkan suara
om. Dengan mengeluarakan suara om maka terciptalah swah loka, bhuah
loka dan bhur loka. Suara bersuara disetiap pernafasan, suara juga
merambat di alam ini.
Bratha
Bratha artinya pengendalian diri Bratha disebut juga tapa atau yoga.
Karena manusia adalah roh yang hidup pada tubuh yang bralat pikir, maka
manusia mestilah mengendalikan diri.
1. Yama Brata
23
Yama brata adalah pengendalian diri ketika jiwa di pengaruhi oleh
jinana Indriya dari objek-objeknya sehingga jiwa berperilaku dengan organ
karmanya.
2. Niyama Bratha
Niyama bratha adalah pengendalian diri ketika jiwa dipengaruhi oleh
gejolak kelenjar atau horman atau penyakit tubuh dan karma wasenanya
sendiri sehinggga jiwa berprilaku dengan organ karmanya.
Catur Paramitha
Dan masih banyak lagi ajaran para guru bangsa masing-masing di masa
silam mengajarkan subha kasma kepada mirid-muridnya di asramanya
untuk tujuan pedoman hidup berbudaya.
Manusia tidak akan dapat hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup
dan mencapai persatuan atmaun dengan brahman setelah meninggal,
apabila manusia tidak mengendalikan pengaruh-pengaruh indriya-indriya
yang mempengaruhi jiwanya yang dapat membangkitkan nafsu birahi,
amarah, berkuasa, serakah, iri, cemburu, dendam, dengki, benci, rasa
takut, was-was, cemas dan lain yang sejenisnya, dimana akan
menyebabkan orang berbuat amoral. Apabila orang berbuat amoral
24
seperti : memperkosa, mencuri, membunuh, mencaci maki, bercerita
tentang kebusukan / keburukan orang lain, mencopet, mengadu domba,
merencanakan perbuatan jahat dan lain yang sejenisnya.
TRI MALA
Tri : 3 Mala : Perilaku yang tidak baik dan tidak benar daripada
manusia yang menyebabkan orang lain menderita resah, susah, dan lain
yang sejenisnya yang akan menyebabkan penderitaan hidup karena sakit
badan atau gangguan jiwa.
1. KASMALA
Perbuatan yang tidak baik dan tidak benar seperti : Mencuri, berkelahi,
memperkosa dan lain yang sejenisnya.
2. MADAMALA
Perkataan yang tidak baik dan tidak benar seperti : menghina,
mencaci maki, menuduh sembarangan, bersumpah palsu dan lain yang
sejenisnya.
3. MOHAMALA
Pikiran yang tidak baik dan tidak benar seperti: merencanakan
pencurian, meencanakan pembunuhan, merencanakan pemerkosaan, dan
lain yana sejeninya.
SAD RIPU
25
Sad = Enam Ripu = Musuh. Sad Ripu adalah 6 (enam) sifat buruk atau
jahat yang ada pada diri setiap orang yang akan menyebabkan hidup
bermusuhan dengan antara sesama manusia. Sad ripu juga akan
menyebabkan orang akan hidup miskin dan menderita semasa hidup dan
Mencegah orang menuju ke pencapaian persatuan atman dengan beriman
sebelum meninggal.
26
Marah adalah penyakit jiwa yang terbawa dari kekalahan saingan
yang menyebabkan kebencian atau kebencian mendadak atau berasal
dari kesombongan, keserakahan, perasaan iri atau cemburu, kekalahan
yang tak dapat diterima oleh orang itu dan lain-lain yang sejenisnya di
mana diriya akan dikelilingi dengan permusuhan dan ancaman
gangguan jiwa atau penyakit tubuh.
6. Matsarya (iri / cemburu)
Ketidak senangan melihat atau mendengar harta kekayaan orang
lain (iri), ke tidak kesenangan melihat dan mendengar kecantikan
kegantengan istri atau suami orang lain, pacar orang lain atau
penolakan cinta dan lain-lain yang sejenisnya (cemburu ) yang akan
menyebabkan orang itu berbicara keburukan, cacian, makian, hinaan,
dan keburukan - keburukan lain-lain yang sejenisnya dimana kata-
katanya akan kembali dalam bentuk musuh.
Keenam musuh ini perlu di tuntun oleh orang tua anak dengan
susastra (karya tulis baik dan benar untuk pedoman hidup berbudaya),
agar ketika berkomunikasi dalam kehidupan berguru, berleluhur,
bernafkah, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara tidak menjadi ancaman
bagi dirinya kelak di masa depannya.
Dan masih banyak contoh-contoh ajaran asubha karma dari para
guru bangsa masing-masing diasramanya di masa silam kepada murid-
muridnya yang dapat digunakan untuk pedoman hidup berbudaya.
4. JENIS KARMA PHALA BERDASARKAN WAKTU (Kala)
Selagi bumi berkarma (bekerja/berativitas) mengelilingi matahari,
maka selama itu pula waktu akan tetap ada. Oleh karena waktu ada, maka
semua makhluk hidup beraktivitas (berkarma dengan berevolusi).
Manusia sambil berevolusi menuju kematian semenjak dari kelahiran,
manusia dapat berbuat apa saja atas kehendaknya.
Perbuatan itu ada yang baik dan ada yang tidak baik bagi orang lain,
makhluk lain dan lingkungan. Perbuatan-perbuatan itu dapat berpengaruh
balik kepada diri sipelakunya.
27
Setiap orang yang lahir ke dunia ini telah berkarma wasena pada
jiwanya oleh karena itulah setiap orang hidup dengan suka duka yang tidak
sama.
kedua phala dari karma itu adakalanya berphala seketika itu juga dan
ada kalanya berphala dikemudian hari. Selama si pelaku masih hidup, ada
kalanya berphala setelah itu semasa hidup dan ada kalanya berphala
dikelahiran yang akan datang.
Hidup ini adalah kerja. Kerja adalah karma. Karma mempunyai phala
(hukum) setiap karma ada phalanya. Karma dengan phalanya adalah suatu
rumusan hukum yang dibuat oleh sipelakunya sendiri dalam perjalanan
waktu hidupnya, yaitu :
- Ada anak lahir dikeluarga yang orang tuanya kaya, ada anak lahir di
keluarga yang orang tuanya sederhana, ada anak lahir dikeluarga yang
orang tuanya miskin.
- Ada anak lahir bermental waras, ada anak lahir bermental antara waras
dan gila (idiot), ada anak lahir bermental gila.
- Ada anak lahir sehat, ada anak lahir kurang sehat, ada anak lahir tidak
sehat.
28
- Ada anak dalam kehidupannya selalu sehat, selalu sakit, antara sehat
dan sakit, lebih banyak sakitnya dari pada sehat atau lebih banyak
sehatnya dari pada sakitnya.
29
- Ada orang dalam hidupnya selalu selamat dari musibah, jarang selamat
dari musibah dan lain yang sejenisnya.
Ada kalanya ketika orang bermasalah dengan orang jahat, tetapi tiba-tiba :
30
Ada kalanya orang baik dalam lingkungan hidupnya, lingkungan selalu
membaca bencana dan ada yang sebaliknya juga.
Apakah ini semua kebetulan terjadi? atau apakah ini semua kehendak
Tuhan? Kalau kebetulan terjadi, kenapa tidak terjadi kepada semua orang;
hanya kepada orang tertentu saja? Kalau kehendak Tuhan, kenapa Tuhan
tidak melimpahkan kepada semua orang, hanya kepada orang tertentu
saja? Kenapa manusia dapat hidup seperti ini? Benarkah karena ini
kehendak Tuhan ?
Oleh karena itu orang yang bijaksana dan paham tentang karma
phala tattwa tidak akan cepat-cepat menuduh Tuhan atau orang lain
atau lingkungan sebagai penyebab / akibat dari Tuhan, orang lain dan
lingkungan. Mungkin saja ini adalah hutang phahala atau hutang dosa
untuk dinikmati dan untuk ditebus oleh dirinya sendiri.
31
Seorang penjahat ketika mencari nafkah, Ia melakukan berbagai
macam kejahatan, seperti : mencuri, menipu, saksi palsu, korupsi, dan lain
yang sejenisnya.
Ketika ada anak yang lahir di keluarga itu, anak itu hidup dengan harta
yang bergelimangan. Tetapi ketika anak itu lahir dan masih kecil, keluarga
itu selalu ditimpah penderitaan yang datang silih berganti dari sesama
keluarganya, dari orang yang ada disekitar lingkungan dan kadang dari
orang yang tak dikenal. Kenapa hal-hal seperti itu bisa terjadi?
32
Setiap orang yang lahir didunia ini ketika lahir telah menunjukkan
bahwa dirinya telah membawa suratan / nasib / takdirnya sendiri. Suratan /
nasib takdir disebut karma wasena dalam bahasa sangsekerta. Ini dapat
dilihat dalam perjalanan hidup manusia. Manusia terlahirkan dengan nasib
yang berbeda-beda. Setiap orang yang lahir didunia menikmati phalanya
dan menebus dosanya sesuai dengan karma wasenanya atau suratannya
masing-masing. Ketika orang menikmati phalanya dan menebus dosa-
dosanya orang juga berbuat phala dan berbuat dosa juga. Phala dan dosa
yang baru akan ditebus dan akan dinikmati pada kelahiran-kelahiran
selanjutnya yang akan menjadi akumulasi dari pada phalanya dan dari
pada dosanya.
Setelah meninggal, kemanakah roh petani sawit itu akan pergi? phala
dari yang akan mendapat panenan yang ditinggalkan oleh petani Kepada
siapakah akan pergi?
33
dari masa kandungannya, lahir hingga dewasa menikmati hidupnya dari
keluarga yang nafkahnya dari ladang peninggalan orang tuanya, (kakek
kepada si anak).
Sedangkan Di tempat lain ada anak yang dilahirkan oleh orang tuanya
dengan nafkah orang tuanya yang bukan harta warisan kakeknya si bayi.
Si apakah roh sang bayi ini?
Ketika anak-anaknya ada yang hidup berumah tangga, ada yang lahir
di keluarganya itu.
34
dinikmati dan ditebus di kelahiran sekarang yaitu pada hari itu juga atau di
kemudian hari.
Phala dari asubha karma yang tidak disengaja dan subha karma yang
disengaja oleh dewi draupadi kembali kepada dewi draupadi dikemudian
hari.
35
Peristiwa lain yang merupakan karma baik (subha karma) Dewi
Draupadi adalah pada waktu penyerahan bhoga (makanan) kepada raja-
raja yaitu upacara Raja Surya, atas nasehat baginda Bhisma kehormatan
pertama diberikan kepada Krsna oleh Yudhistira Pada waktu itu Sisupala
sepupu dari Sri Krsna merasa tersinggung mengapa justru Sri Krsna yang
diberi kehormatan. Dalam kesempatan ini Sisupala mengeluarkan
perasaan dendamnya kepada Sri Krsna dengan cara menghinanya dengan
kata-kata di muka umum sampai ratusan kali. Sebenarnya Sri Krsna tidak
akan membunuh Sisupala kalau penghinaannya tidak melewati batas
seratus kali itu. Mengapa demikian? Ibu Sisupala adalah saudara dari ayah
Sri Krsna. Waktu lahirnya, Sisupala berkepala dua dan bertangan empat.
Karena itu ibu Sisupala mencari orang yang bisa mengembalikan rupa
anaknya sebagai manusia biasa itu akan sekaligus ditakdirkan menjadi
pembunuh anaknya kelak. Ibu Sisupala pun mengundang raja-raja dan
bergantian raja-raja itu diminta untuk memangku anaknya. Pada saat
giliran Sri Krsna memangkunya, tangan Sisupala dan sebuah kepalanya
rontok dan menjadi manusia normal. Saat itulah ibu Sisupala memohon
kepada Sri Krsna supaya beliau jangan membunuh anaknya. Permohonan
itu dikabulkan dengan syarat jika kelak ternyata anaknya menghina Sri
Krsna sampai seratus kali, maka dilepaslah Cakra Sudarsana sehingga
Sisupala pun gugur seketika. Karena yang dibunuh oleh Sri Krsna masih
ada hubungan darah dan ibunya ada perjanjian dengan Sri Krsna, maka
Cakra Sudarsana miliknya itu melukai sedikit tangan Sri Krsna. Pada saat
itu Dewi Draupadi melihatnya dan penuh rasa bhakti dia merobek sarinya,
untuk membalut luka Sri Krsna. Inilah karma baik yang menyebabkan Dewi
Draupadi selamat dari niat jahat Doryudhana dan Dussasana.
36
Pada dasarnya sifat manusia itu baik karena tubuh manusia dihidupi
oleh jika yang sempurna. Tetapi karena tuntutan indriya yang tidak mampu
dikendalikan oleh pikiran itulah yang menyebabkan manusia cenderung
berbuat yang tidak sesuai dengan kebenaran.
- Phala dari subha karma seroang karyawan kembali ke diri karyawan itu
sendiri dikemudian hari.
37
Si joarsa adalah seorang karyawan perusahaan, ia tahu rahasia kerja
dan paham terhadap hukum karma, oleh karena itu pribadinya dibentuk
oleh hukum kerjanya sendiri. Dengan berpijak dari statusnya sebagai
seorang karyawan, ia sangat loyal pada atasan dengan menunjukan
prestasi kerja. Ia senantiasa berkreativitas dengan baik, benar dan jujur,
dengan tidak ada menunggu hasil, maka phala dari karma seperti diatas
dalam suatu saat menjadi masak.
38
Demikianlah prarabdha karma pala itu hasil perbuatan diterima
semasa masih hidup, tidak lagi menunggu kehidupan di kemudian hari.
Dalam hidupnya perbuatan dia yang dia tidak sengaja pun sudah
berkali-kali dipertanggung jawabkannya untuk mengatasinya. Kenapa kali
ini dia yang terkena kecelakaan, orang yang menabraknya itu lari dari
tanggung jawabnya itulah yang ada dalam pikiran dia.
Karena manusia dibatasi oleh tenaga dan usia, Maka manusia mesti
bekerja dengan tepat guna dan berhasil guna.
Bekerja dan tidak bekerja, bekerja subha karma dan bekerja asubha
karma, keduanya menghasilkan hasil.
pepatah :
Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan Gading
Manusia mati meninggalkan nama
40