Anda di halaman 1dari 40

KARMA PHALA TATTWA

1. Pengertian Karma Phala Tattwa


Karma Phala Tattwa terdiri dari 3 (tiga) kata bahasa sansekerta, yaitu
Karma, Phala, dan Tattwa.
Karma
Karma adalah suatu prilaku atau kelakuan roh, ketika roh hidup
berbadan. Ada 3 (tiga macam makhluk hidup berbadan yang hidup di dunia
ini. Ketiga makhluk hidup berbadan didunia ini adalah : Manusia, Binatang
dan Tumbuhan.
Roh yang menghidupi ketiga macam makhluk hidup ini mempunyai
nama yang berbeda – beda.
Roh disebut jiwa ketika roh menghidupi badan yang ada alat pikirnya.
Makhluk hidup yang mempunyai alat pikir disebut manusia.
Manusia berasal dari dua kata bahasa sansekerta yaitu dari kata
Manah dan sia. Manah artinya pikiran, sia artinya badan atau tubuh. Jadi
manusia adalah jiwa yang menhidupi badan yang ada alat pikirnya.

Ketika jiwa hidup berbadan, jiwa yang citta nya mempunyai triguna
pada suksma Sariranya ini yaitu satwa guna, raja guna dan Tamah guna ini
dipengaruhi oleh Jnana indriya,gejolak kelenjar yang ada pada
pertumbuhan tubuhnya, kesehatan badan, karma wasena yang ada pada
jiwanya dan lain sebagai nya, menyebabkan jiwa berprilaku /beraktivitas
berkelakuan dengan menggunakan karma indriyanya.

Karena jiwa dapat merasakan senang dan susah ketika Jnana indriya
memberi suatu informasi kepada cittanya,saraf dan kelenjar yang ada pada
Tubuhnya yang dapat menyenangkan dan menyakitkan jiwanya,kesehatan
badan yang dapat menyenangkan dan melesukan jiwanya,karma wasena
(nasib atau suratan yang di bawa dari kelahiran-kelahiran sebelumnya)
menyebabkan manusia mesti mengalami hidup yang seperti sekarang ini,
keinginan jiwa yang dipengaruhi oleh gaya hidup ,kebutuhan hidup
sekarang, keluarga, lingkungan, masyarakat setempat, peraturan yang di
terapkan oleh pemerintah dan tokoh masyarakat ,ajaran yang diterima dari
guru bangsa,guru sekolah,guru agama, guru doktrim dan lain sebagainya,
1
menyebabkan jiwa mau tak mau mesti berkarma (berprilaku/ berkelakuan/
beraktivitas).

Karma yang sesuai dengan pengaruh cittanya untuk mempertahankan


hidup dengan memenuhi keinginan jiwa dan kebutuhan badan.

Badan adalah sebuah alat untuk jiwa menunjukkan keberadaannya,


karena jiwa berkarma dengan menggunakan ketiga organ karma yang ada
pada badannya, maka badan memerlukan energi. Energi dapat diperoleh
melalui makanan, untuk mendapatkan makanan manusia yang telah hidup
berbudaya mestilah bekerja dengan menggunakan ketiga organ karmanya.

Apabila badan sehat, roh dapat menikmati hidup dengan


menggunakan ketiga organ tubuhnya dengan baik dan benar.

Ketika jiwa menikmati keinginannya dan memenuhi kebutuhan


badannya dengan menggunakan ketiga organ karmanya yang ada pada
badannya, maka roh pun berkarma (beraktivitas).

Prilaku atau kelakuan atau aktivitas jiwa ketika jiwa menggunakan


ketiga organ karma yang ada pada tubuhnya akan berpengaruh kepada
orang lain, binatang dan lingkungan. Ada yang didasari dan ada yang tidak
didasari. Ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja. Ada yang baik
dan benar ada yang tidak baik dan tidak benar. Ada yang menyenangkan
dan ada yang tidak menyenangkan. Ada yang memperbaiki lingkungan dan
ada yang merusak lingkungan, dan bermacam-macam lain sebagainya,

Prilaku jiwa ketika hidup berbadan seperti ini di sebut karma.

Ketika manusia berkarma baik dan benar yang sesuai dengan akhlak
dan aturan, karma itu disebut subha karma. Ketika manusia berkarma tidak
baik dan tidak benar yang tidak sesuai dengan akhlak dan aturan, karma
itu di sebut asubha karma.

Phala
Pada kitab sastra Rsi bersabda : karma Phala ngarai Ika Phalaning
gawe slokantara hala kayu
Artinya :

2
Karma Phala adalah berbaliknya suatu phala (akibat) dari karma
(prilaku/kelakuan/aktivitas) kepada diri si pelakunya.

Phala dari pada karma mempunyai sebutan yang berbeda-beda.


Sebutan itu disesuaikan dengan pengertian dalam bahasanya, sepertinya :
hasil, buah, upah, akibat, sebab, hukuman dan sebagainya.

Ada dua macam Phala daripada karma ketika manusia berkarma,


yaitu Subha Karma Phala dan Asubha Karma Phala.

Subha Karma Phala

Subha karma phala adalah suatu phala dari karma baik dan benar
yang sesuai dengan akhlak dan aturan.

Subha karma phala disebut pahala : Phala artinya suatu karma yang
menyebabkan orang lain berbahagia, dimana kebahagiaan orang itu akan
berbalik kepada diri sipelakunya seketika itu juga atau dimasa yang akan
datang atau di kelahiran berikutnya. Misal :

1. Pahala dari karma mengasuh anak

Mengasuh anak dengan merawat dan mendidik adalah tanggung


jawab orang tua, apabila orang tua menuntun anak dengan mengawasi,
memantau, mendidik dari semenjak anak masih kecil, maka setelah
dewasa nanti anak akan mengingat dan memanfaatkan ajaran orang
tuanya untuk hidup berprilaku baik dan benar sesuai dengan akhlak dan
aturan. Oleh karena itu, apabila anak melakukan hal-hal yang menyimpang
dengan akhlak dan melanggar aturan, orang tua mesti selalu memberitahu
apa yang akan terjadi dari akibat-akibat perbuatannya kepada diri sendiri,
keluarga dan orang lain, agar anak tidak mengulangi lagi perbuatannya
apabila diulangi juga, orang tua perlu memarahi, menampar dengan tidak
menciderai, memukul tangan dan kaki dengan rotan yang tidak menciderai.

Setelah anak dewasa dan lepas dari tanggung jawab orang tua anak
pun akan berprilaku alim, yaitu hidup berperilaku baik dan benar, tau
membalas jasa kepada orang tua yang akhirnya di masa pensiun orang

3
tua, orang tua dapat hidup sejahtera dan bahagia hingga akhir hayat
hidupnya.

Memperoleh hidup sejahtera dan bahagia dari anak semasa pensiun


atau tua orang tua adalah pahala dari karma orang tua mengasuh anak
dengan baik dan benar.

2. Pahala menanam pohon mangga

Menanam pohon mangga adalah suatu karma (pekerjaan) petani,


petani menghidupkan pohon mangga dengan merawat, memupuk,
menyirami, dan menyiangi, setelah sudah waktunya berbuah maka pohon
mangga berbuah lebat, ketika buahnya sudah tua petani pun memanen.

Memperoleh panenan buah mangga yang lebat adalah pahala dari


karma petani memelihara pohon mangga dengan baik dan benar.

Pahala apakah yang menyebabkan petani sehingga petani


memperoleh panenan buah yang lebat ? karena petani memperoleh pohon
mangga dengan memupuk, menyiram, dan menyiangi dengan baik dan
benar.

Asubha Karma Phala

Asubha Karma Phala adalah suatu Phala dari Karma tidak baik, tidak
benar, dan tidak sesuai dengan akhlak dan aturan.

Asubha Karma Phala disebut dosa. Dosa artinya : suaatu karma yang
menyebabkan orang lain menderita, dimana penderitaan orang itu akan
berbalik kepada diri sipelakunya seketika itu juga atau dimasa yang akan
datang atau dikelahiran berikutnya.

Misal :

Pahala dari karma menjambret


Seseorang menjambret orang yang sedang berjalan kaki sendirian
dengan mengendarai sepeda motor di tempat ramai dan kemudian
perampok melarikan diri, si korban berteriak minta pertolongan, dalam

4
tempo waktu singkat orang berkerumun mengejar penjahat, perampok
berhasil ditangkap dan penjambret dipukuli oleh orang ramai.

Dipukuli oleh orang ramai adalah phala (hukuman/akibat/buah) dari


karma (pekerjaan/perbuatan) jambret.

Orang itu kenak pukul karena dosanya sendiri. Dosa apakah yang
menyebabkan orang itu sehingga kena pukul? karena orang itu
menyebabkan orang lain resah dan korban kehilangan harta benda.

Phala dari karma melanggar rambu lalu lintas


Seorang pengendara sepeda motor melangar dan menerobos ketika
lampu lalu lintas mengarahkan untuk berhenti tapi sipengendara tidak
berhenti. Polisi kemudian mengejar dan menghentikan pengendara itu dan
menilang dengan menahan STNK atau SIM.

Kena tilang adalah phala (hukuman) dari karma (melanggar) rambu


lalu lintas.

Karena jalan umum adalah hak pengguna semua pengendara, maka


untuk keamanan dan kenyamanan bersama, pengendara mestilah
mamtuhi petunjuk rambu lalu lintas. dan membayar pajak penggunaan
jalan melalui STNK,BPKB,SIM,tilang dan lain sebagainya agar biaya
perawatan jalan dan gaji petugas terlaksana untuk kepentingan bangsa.

Phala dari karma mencuri

Mencuri adalah suatu karma yang akan berphala atau menyebabkan


orang lain menderita tak tenang karena kerugian harta benda. Orang yang
menderita itu akan mengadakan perlawanan dengan fisik atau mencari
keadilan dengan melapor ke polisi. Polisi bekerja untuk membalas jjasa
kepada rakyat, karena polisi menerima gaji dari pajak yang di kenakan
kepada rakyat (si pelaku dan si korban juga), oleh karena itu polisi akan
mengusut dan menangkap pencuri. apabila pencuri tertangkap, maka
pencuri akan diadili agar si pencuri mengembalikan hak (barang-barang
yang dicuri milik si korban) atau dijebloskan ke penjara.

5
Diadili atau dijebloskan kepenjara adalah phala (hukuman) kepada si
pencuri, karena si pencuri menyebabkan orang lain menderita kerugian
harta benda.

Apabila penjahat dijebloskan kepenjara maka para penegak hukum


(keadilan) mesti merehabilitasi mereka dengan ajaran darma sebagai balas
jasa kepada napi. karena para napi telah memberi jasa kepada para
penegak hukum berupa gaji, fasilitas kerja, perumahan, kendaraan dan lain
sebagainya melalui potongan bermacam macam pajak yang dikenakan
oleh pemerintah.
Phala dari pada karma bisa berbalik dengan bermacam-macam cara
ada yang berbalik sesuai dengan karmanya, ada yang berbalik
bertentangan dengan karmanya, ada yang tidak berbalik.
Misalnya orang yang kena caci maki karena sesuatu perbuatan buruk
yang disengaja/tidak sengaja atau memang bersalah atau tidak bersalah
apabila orang itu tidak menerima maka orang itu .

 Akan membalas dengan caci makian juga kemudian berakhir begitu


saja
 Akan membalas dengan caci makian, mengancam, memukul dan
dengan cara-cara lain yang sejenisnya kemudian berakhir
 Akan membalas dengan marah-marah dan kemudian menimbulkan
kebencian,dendam,cekcok mulut berkelahi hingga bunuh-bubuhan atau
berurusan dengan penegak hukum
 Akan tidak membelas dengan apapun karena merasa bersalah atau
menerima kesalahan atau pasrah karena tidak mampu melawan atau
karena tidak mau open/peduli dan alasan lain sebagainya
 Akan tidak membalas tanpa alasan atau membalas tanpa alasan

Karma dengan phalanya tidak dapat dipisahkan. Karma dengan phala


tak ubahnya seperti badan dengan bayangannya. Kemana badan bergerak
kesitu bayangan mengikutinya.

Demikian juga orang yang berkarma. karma orang itu akan mengikuti
dirinya dengan berphala. Karma baik orang itu akan selalu diikuti dengan

6
phala baik, karma buruk orang itu akan selalu diikuti dengan phala buruk.
Adakalanya karma berbalik dengan berlawanan dan adakalanya karma
tidak berbalik.

Karena manusia adalah jiwa/roh yang hidup pada tubuh yang ada alat
pikirnya, maka maka manusia mestilah mencari tahu penyebab-
penyebabnya. Oleh karena itu, tak pantas manusia mengeluh,
menyalahkan atau menuduh orang lain.

Karma adalah suatu aksioma, yaitu hukum yang tidak terbatalkan,


karma pasti berbalik kepada sipelakunya. ada karma yang berbalik
seketika itu juga, ada karma menunggu waktu seperti lemparan batu
kedalam kolam yang menyebabkan gelombang ke bantaran kolam
kemudian bantaran kolam membalikkan gelembangnya ke pusat lemparan
batu. Ada menunggu waktu sebentar ,lama atau menunggu kelebiran
kembali.

Para orang tua dirumah, tokoh masyarakat ketika berceramah dan


melaksanakan upacara, dan para guru disekolah,mestilah mengajarkan
ajaran karma phala kepada anak-anak dari sejak dini, karena ajaran karma
phala akan sangat bermanfaat bagi kehidupan orang-orang sekarang dan
anak-anak di masa depannya, sebab didalamnya terdapat aksioma, yaitu
hukum yang tak terbatalkan.

Orang yang berkarma baik, mereka akan selalu diikuti oleh phala
(bayangan) baik. Demikian juga sebaliknya, orang –orang yang berkarma
buruk, mereka akan selalu diikuti phala (bayangan) buruk. Adakalanya
orang-orang yang berkarma baik, mereka akan selalu diikuti oleh phala
(bayangan) buruk.

Karma adalah perilaku,kelakuan manusia. Setiap orang lahir karena


karma, hidup karena karma, mati karena karma. karma adalah sumber
kebaikan dan sumber keburukan, sumber dosa, dan sumber pahala,
sumber laba dan sumber rugi, sumber kebahagian dan sumber kesedihan,
sumber kelahiran dan sumber kematian, sumber penciptaan dan sumber
pemusnahan.

7
Oleh karena itu seseorang harus sangat berhati-hati dengan seluruh
prilaku, kelakuan hidupnya yang berkaitan dengan pikiran, ucapan dan
perbuatannya sendiri, manusia mengendalikan segala ucapan dan
perbuatannya dengan pertimbangan hati-hati, bijaksana dan matang
melalui pikirannya.

Phala tidak akan ada kalau tidak ada karma, seperti pepatah indonesia

- Tidak akan ada asap kalau tidak ada api


- Sebab ada api maka asap ada
- Sebab terbakar maka asap mengepol.

Phala dari pada karma tetap akan datang, hanya menunggu waktu
saja, adakalanya perlu waktu singkat atau waktu lama. adakalanya
menunggu sedikit kelahiran, atau banyak kelahiran phala daripada asubha
karma sulit dihindari, seperti pepatah indonesia.

- Sepandai-pandainya tupai melompat,sekali-kali dia akan terjatuh juga

Malas berkarma (berpikir, berbicara, berkerja dan lain sebagainya)


akan menyebabkan kebodohan, kemiskinan dan merusak masa depan.
Malas berkarma (berolahraga, bergerak badan) akan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan badan dan gangguan kewarasan jiwa.

Karma (berolahraga) akan berphala atau akan menyebabkan badan


sehat dan,mewaraskan jiwa karena otot tubuh akan menjadi kuat dan
mempelancar peredaran darah sehingga jiwa tidak menderita /mengeluh
oleh tubuh yang sakit.

Tenaga atau kemampuan manusia ada batasnya. Oleh karena itu


manusia mesti berkarma (bekerja / berolahraga) dengan tepat guna dan
berhasil guna.

Berpikir adalah karma, berbicara adalah karma, berbuat adalah karma.


Apabila ketiga organ karma ini digunakan dengan baik dan benar atau oleh
jiwa, maka ketiga organ karma ini dapat berphala atau menghasilkan
produk gemilang . Seperti produk sastra (puisi, syair, pantun, pepatah,
8
lagu, dan lain sejenisnya), produksi alat musik (gamelan, gitar, gendang
dan lain sejenisnya). kombinasi peralatan musik dan lagu dapat
menciptakan produk nyanyian bermusik, produk elektronik, mesin pesawat
dan lain sebagainya yang makin canggih.

Agar manusia tidak terkena phala dari karma buruknya sendiri, maka
manusia mestilah menghindari asubha karma (prilaku / kelakuan, aktivitas
buruk, karena asubha karma akan menghantarkan orang ke penderitaan
seperti merampok.

Merampok bisa menyebabkan orang lain menderita, penderitaan


orang itu menyebabkan permusuhan kepada pelaku si perampok, apabila
tertangkap, maka siperampok kena pukul sama orang ramai, berurusan
dengan penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, dan sipir), menyusahkan
kerabat, keluarga, masyarakat, negara dan menjadi karma waslena buruk,
pada jiwanya.

Tattwa

Tattwa artinya filsafat / ilmu jadi karma phala tattwa adalah ilmu yang
mempelajari prilaku atau tingkah laku atau aktivitas manusia beserta
akibat-akibat dari yang telah terjadi dari yang sedang terjadi dan dari yang
akan terjadi.

2. Sumber Karma

Manusia tidak dapat hidup sendiria, Manusia adalah makhluk sosial


yaitu makhluk yang hidup bermasyarakat oleh karena manusia adalah
makhluk sosial, maka setiap kebutuhan hidup jiwa dan raga manusia
menjadi ada pada orang lain, makhluk lain dan lingkungan. Oleh karena
itulah menyebabkan manusia saling berketergantungan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan satu sama lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, manusia berkarma dengan menggunakan
ketiga organ yang ada pada tubuhnya.

Manusia baru dapat berkarma apabila ada orang lain, makhluk lain
dan lingkungan. Manusia berkarma untuk memenuhi keinginan jiwa dan

9
kebutuhan raga. Untuk memenuhi kedua kebutuhan ini, manusia mestilah
bekerja, bekerja di sektor ekonomi apa saja untuk mendapatkan upah
(uang). Dengan telah hidupnya manusia berbudaya, maka berbagai
macam lapangan kerjapun bermunculan, seperti ketika bangsa hidup
bernegara maka tercipta lapangan kerja antara pemerintah dan rakyat
bidang sastra, pendidikan, kesehatan, perjudian, sutradara, maksiat,
pertanian, perdagangan, dan lain sebagainya.

Manusia beradal dari 2 (dua) kata bahasa sansekerta,yaitu dadi kata


manah dan sia.

Manah artinya : alat pikir (pikiran). Sia artinya:badan. Jadi manusia


adalah roh yang hidup pada tubuh yang ada alat pikirnya (pikiran).

Untuk memenuhi keinginan jiwa (roh) dan kebutuhan raga (badan /


jasmani), manusia menggunakan 3 (tiga) organ yang ada pada tubuhnya,
yaitu:

2.a.1. Manasikah

Manasikah adalah organ alat pikir untuk jiwa mengkaji, merancang,


bersiasat, berumus, beride / berpendapat, bercita-cita dan lain sebagainya
manah juga adalah alat atau tempat untuk menyimpan data dari hasil
kajian, rancangan, rumusan, siasatan, ide/pendapat, cita-cita dan lain
sebagainya kajian, rancangan, rumusan, siasatan, ide/pendapat, cita-cita
dan lain sebagainya yang disimpan di otak yang sewaktu waktu dapat
dimanfaatkan, ada yang di ekspresikan dalam karya tulis dengan
menggunakan organ kayilka seperti : sastra, seni, ilmu pengetahuan dan
lain sebagainya, ada yang di ekspresikan dengan ungkapan kata kata
melalui organ wasilkah dan ada yang di ekspresikan dengan
memperagakan melalui organ kayikah.

Organ alat pikir pada tubuh manusia di sebut manah.manah adalah


alat pikir.

10
Manah adalah media (alat bantu) untuk jiwa memenuhi keinginan
hatinya dan untuk memenuhi kebutuhan badannya dengan bantuan organ
wasilkah dan organ kayikah.

2.b. WASIKAH

Wasikah adalah organ alat bicara untuk jiwa mengungkapkan atau


menyampaikan atau untuk menikmati keinginan / tujuan jiwanya atau
hatinya dengan kata-kata yang dirancang dari manah, seperti: ide,
pendapat, keluh kesah, licik, sumpah, janji, marah, benci dan lain
sebagainya pada tubuh manusia

Organ alat bicara pada tubuh manusia di sebut wasih,wasih adalah


lidah.

Wasih adalah media (alat bantu) untuk jiwa memenuhi keinginan


hatinya dan untuk memenuhi keinginan badannya dengan bantuan organ
manasika dan kayilka yang ada pada tubuhnya.

3. KAYIKA

Kayika adalah organ alat berbuat untuk jiwa memperagakan keinginan


atau tujuan atau menikmatan keinginan jiwanya dengan perbuatan yang
dirancang dari manah. Seperti membelai, mencakar, menampar,
mengelus, menendang, bekerja, menanam, memperkosa, membunuh,
beride, berpendapat, berumus, dan lain sebagainya pada tubuh manusia.

Organ alat berbuat pada tubuh manusia,disebut kayi. Kayi adalah


tangan, kaki, pinggul, dada, lutut, kemaluan, dan semua organ tubuh yang
dapat digerakkan lainnya oleh jiwa.

Kayi adalah media (alat bantu) untuk jiwa memenuhi keinginan hatinya
dan untuk memenuhi keinginan badannya dengan bantuan organ manah
dan wasih.

Ketiga organ karma pada tubuh manusia tak dapat dipisahkan. Selagi
ketiga organ karma sempurna adanya pada tubuh maka kerjasama organ
karma ini dapat menghasilkan karya gemilang dan dapat menghancurkan
karya gemilang ini juga seperti ilmuan dari terorist:
11
Ilmuan thomas alfa edison penemuan nya menyebabkan pola hidup
manusia yang rumit menjadi sederhana, malam menjadi terang benderang
kayak siang dan lain sebagainya demikian juga ilmuan albert einstein yg
sempat geger pada perang dunia ke dua dan lain sebagainya.

Terorist osama bring laden memanfaatkan penemuan ilmuan untuk


tujuan menghancurkan (wall street)

ketiga organ karma ini juga dapat membawa diri keterpuji dan
keterhina baik dan buruk dan lain sebagainya. Jika pikiran di kendalikan
dengan bertujuan baik dan benar semenjak dari anak anak maka ketika
dewasa orang dapat hidup aman nyaman sejahtera dan bahagia.

Diantara ketiga organ karma pada tubuh manusia manah yang


mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan, manah yang
menggerakan organ wasika untuk berbicara, menangis, ketawa, nyanyi,
memuji, menghina, menyesatkan, dan lain sebagainya, dan manah juga
memberi perintah organ kayika untuk berbuat, bekerja, berlari, berjalan,
memukul, membelai, memperkosa, menyelamatkan, memukul,
membangun, tidur, dan lain sebagainya.

Jika pikiran (manah) merancang atau menyuruh untuk pergi ke arah


kanan maka roh akan menggerakkan organ kayikanya yaitu kaki ke kanan,
jika pikiran merancang dan memberi perintah menyuruh untuk pergi ke
arah kiri, maka roh akan menggerakan organ kayikanya yaitu kaki kanan
ke kiri.

Jika pikiran di kendalikan ke tujuan baik dan benar maka orang dapat
hidup sejahtera dan bahagia.

Pikiran apabila tidak di kendalikan dengan baik dan benar maka orang
dapat terseret hidup dalam kebodohan kemiskinan bahkan ke penderitaan.

Oleh karena itu para orang suci (Rsi/Sufi/yogi/guru bangsa dan orang
orang suci lainnya) mereka dalam kitab sastranya, mereka menerangkan .

12
Apan ikang manah ngaranya ya ika winting indrya meaprawrtti ta ya
ring subha asubha karma matangnyan ikang manah juga prihen karyanya
sakarang.

(Sarasamuccaya 80)

Artinya

Sebab pikiran adalah sumbernya kebahagiaan dan penderitaan


pikiranlah yang menggerakan organ wasikah dan organ kayikah dari pada
pengaruh pengaruh Jnana indruya yang ada pada badan ke subha karma
dan ke asubha karma. Oleh karena itu, pikiran mesti di asah semenjak dini
oleh orang tua. biasakan berbuat hal hal yang baik dan benar agar tidak
terpengaruh / tergoda dengan pikiran jahat agar dapat berhati hati
mengendalikan diri ke subha karma.

Seekor singa ketika memangsa, singa pun berhati hati ketika


menggunakan tenaganya Sabda Maha Rsi Valmiki.

Sakti singa kata takut ring wira ,sama winuwus yatna nyan pamati-mati
ya kanung satiru-tiru.

(Ramayana 360)

Terjemahan

Akan keberanian tidak ada yang menyamai singa kekuatan singa


sangat menakutkan dan mengagumkan walaupun demikian singa berhati
hati ketika memangsa. Perilaku singa itulah yang patut ditiru.

Demikian juga manusia mesti memanfatkan atau mengkonsentrasikan


pikirannya dengan berhati hati ke subha karma agar tindakan yang di
perintahkan oleh pikirannya tidak berbalik menyebabkan dirinya
terbelenggu dengan asuha karma phala.

Dengan terkendalinya pikiran maka ketika jiwa ingin mengekspresikan


keinginannya dengan ungkapan dan peragaan melalui organ wasikah dan
kayikah maka jiwa tidak akan berbuat amoral .

13
Apabila orang hidup mengendalikan jiwanya melalui pikiran dari
pengaruh - pengaruh Jnana indryanya ke subha karma dan mengendalikan
diri sesuai dengan petunjuk orang suci maka jiwa orang itu dapat menjadi
suci dan tujuan hidup manusia akan tercapai yaitu hidup sejahtera dan
bahagia semasa hidup dan mencapai persatuan aman dengan beriman
setelah meninggal .

Kitab sastra menerangkan pengaruh pengaruh pikiran.

Ikang citta hetu ning nikang atman pamukti warga, citra hetu ning atma
tibeng naraka, citta hetu nimittanya pangdadi tiryak, citta hetu ning
pangjanma manusa cotta hetunyan pamanggihaken kamoksan mwang
kalepasab nimittanya nihan

(Vrhaspati Tattwa16).

Artinya citta (pikiran) yang menyebabkan jiwa terbawa kesorga, citta


pula yang menyebabkan jiwa terbawa ke neraka, citta pula yg
menyebabkan jiwa terlahir mengambil wujud binatang, citta pula yg
menyebabkan jiwa terlahir mengambil wujud manusia, citta pula yg
menyebabkan jiwa mencapai moesa. Demikian keadaan sebenarnya.

Pikiran memegang peranan yang sangat penting karena pikiran


dapat mengendalikan dan memerintah seluruh karma indrya oleh karena
itu setwa guna yang ada pada citta (pikiran) atau citta sattwa guna mestilah
dikembangkan oleh pikiran.

Yan satwika ikang citta ya hetu ning atma pamanggihaken


kemoksaan, apanya nirmala dumeh sa gumawayaken rasa ning agama
lawan welas ning guru.

Vrhaspati tattva 20

Artinya

Pikiran satva menyebabkan jiwa terbawa ke moksa karena jiwa


tersucikan pikiran satwa ialah yang menyebabkan terlaksananya ajaran
darma atau agamanya yaitu ajaran para guru bangsa. Apabila rajah guna
yang meliputi pikiran maka jiwa akan terbawa.
14
Yapwan citra si rajah magong krodha kewala sakti pwa ring gawe
hala ya ta hetu ning atma tibeng naraka salwir nikang sangsara salwir
nikang sangsara hinidepnya.

Vrhaspati Tattwa 23

Artinya

jika pikiran dipengaruhi oleh rajas maka kekuatan amaralah yang


bekerja dalam melakukan perbuatan jahat. Hal inilah yang menyebabkan
jiwa terbawa ke neraka dan mendapat segala macam siksaan penderitaan.

4. Jenis jenis karma berdasarkan karmanya

Selagi semua pelanet berkarma (bergerak / beraktivitas) sesuai


dengan poros dan orbitnya diangkasa maka waktu tetap ada terus
menerus, karena waktu ada maka segala mahluk hidupun beraktivitas
terus menerus dengan lahir hidup mati dan kembali ke lahir hidup mati
terus menerus tak henti hentinya.

Karena pergerakan bumi berputar pada poros dan orbitnya mengitari


matahari maka di bumi terjadi dua hal yang bertentangan. Dua hal yang
bertentangan itu disebut rula bhineka, seperti terang dibagian permukaan
bumi yang terkena panas matahari dan gelap dibagian permukaan bumi
yang tidak terkena panas matahari. Permukaan bulan menuju ke purnama
dan permukaan bulan menuju ke gelap dan lain sebagainya. Di bumi terjadi
banyak peristiwa dan perubahan yang berulang ulang terus menerus.

Seperti perubahan cuaca, musim dari lain sebagainya dari

Cuaca panas ke cuaca dingin

Musim kemarau ke musim hujan

Musim semi ke musim gugur

Banjir ke kering an

15
Dan lain sebagainya

Kedua hal bertentangan (rula bhineka) ini sudah ada semenjak awal
karma (kerja / aktivitas / pergerakan ) daripada pelanet.

Demikian juga pada diri manusia, semenjak keberadaan manusia di


bumi ini, pada diri manusia dua hal atau dua sifat yang bertentangan (rula
bhineka) sudah ada seperti sayang dan benci iri dan ikhlas cemburu dan
tulus dan lain sebagainya.

Karena pada tubuh manusia terlengkap dengan jnana indrya, dimana


jnana indrya memberi informasi kepada jiwa yang bertri guna ini, apabila
jiwa terpengaruh dengan suatu peristiwa atau kejadian, maka jiwa akan
merespon pengaruh pengaruhnya melalui citta triguna.

- Apabila citta satwa gunanya yang terpengaruh maka jiwa merespon


dengan menunjukkan kebijaksanaan.
- Apabila citta tamagunanya yang terpengaruh maka jiwa akan merespon
dengan menunjukkan keserakahan.
- Apabila citta raja guna dan tamah guna yang terpengaruh dengan
bersamaan maka jiwa akan merespon dengan menunjukkan kekuasaan
dan keserakahan. Orang itu akan menjadi sangat berbahaya bagi
dirinya, orang lain dan lingkungan, karena orang itu dapat menyebabkan
cekcok perkelahian dan lain sebagainya.
- Apabila orang terpengaruh dengan ketiga guna maka jiwa merespon
bercampur campur berkuasanya ada serakahnya ada dan bijaksananya
juga ada.

Ketika merespon (menanggapi) keinginan jiwanya dan kebutuhan


badannya, roh menggunakan organ karma (manah, luasih, kayia).

Kedua sifat yang bertentangan ini dirasakan oleh jiwa, jiwa melalui
manah mengekspresikan dengan ungkapan kata kata dan memperagakan
dengan perbuatan, seperti memuji, dan menghina, marah dan ketawa,
senyum dan cemberut, menolong dan menyesatkan, berjalan dan duduk,
malas dan Rajin, mengelus dan mencakar, atau bercampur campur antara
iya dan tidaknya, dan lain sebagainya.
16
Ketika manusia berkarma, karmanya dapat berphala dengan berakibat
baik dan berakibat buruk pada sosok lain (manusia, binatang, tumbuhan
dan lingkungan) kedua karma ini akan berbalik sesuai dengan karmanya.

Akibat baik dan akibat buruknya ini dapat berbalik pada dirinya
(sipelakunya) apabila orang berkarma baik (subha karma) maka karma
baik itu akan berpahala kembali pada si pelakunya, ada kalanya berbalik
sesuai dengan karmanya, ada kalanya tidak berbalik sesuai atau
bertentangan dengan karmanya.

Karma (prilaku / kelakuan) baik disebut subha karma. Karma (prilaku /


kelakuan) tidak baik disebut asubha karma.

Kedua sabha karma dan asabta karma akan berphala (berbuat,


berakibat, berpengaruh, menghukum, berhasil dan lain sejenisnya).

Jadi pada diri setiap orang ada 2 (dua) sifat yang tak dapat dipisahkan,
dua sifat itu sudah ada semenjak awal keberadaan manusia di tambah
dengan karma wasena, pertumbuhan gejolah tubuh karena makanan,
pengaruh-pengaruh saraf yang ada pada tubuh dan pengaruh-pengaruh
lingkungan sekarang.

Mengenai kedua sifat yang bertentangan (rwa bhenika) ini, Dewa


Krisna Bersabda :

Matrasparsas tu kaunteya

Sitosna Sukha Dukhadah,

Agama Payino ‘nityas

Tam stitiksasva bharata

(Bhagavadgita bab II. 14)

Artinya :

Hubungan dengan benda jasmani oh Arjuna menimbulkan panas dan


dingin, senang dan sedih dan semua itu datang dan pergi, tiada abadi
karenanya pikullah wahai Kunti Putra.

17
Tapi manusia dapat mengatasi dengan mengendalikan sifat-sifat
buruk dan berpedoman dengan sifat-sifat baik, karena pada tubuh manusia
terlengkapi dengan Budhi. Budhi dapat membedakan perilaku baik dan
perilaku buruk apabila manusia memahami karma phala tattwa seperti
sabda rsi ulararuci.

Manusah Sarvabhutesu

Vartate vai cubhacubhe

Acubhesu samavistam

Cubbhesveva Vakarayet

(Sarasamuccaya 2)

Artinya :

Dari sekian banyak makhluk hidup yang terlahirkan, hanya manusia


saja yang dapat membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Oleh karena itu manusia dapat menghindari perbuatan buruk dan
berpedoman hidup dengan perbuatan baik.

Sejak zaman dahulu sudah ada pergulatan antara yang baik dan
yang buruk, antara perbuatan phahala dan perbuatan dosa, antara
keterikatan dan kebebasan. Manusia tak henti-hentinya berperang,
berjuang, melawan kedua jenis sifat ini yang ada dalam dirinya. Sejak dari
masah silam juga, musuh yang ada dalam dirinya sendiri telah menglahkan
dirinya yang menyebabkan manusia hidup menderita.

Perbuatan buruk, dosa, keterikan, ini, cemburu dan sifat-sifat buruk


lainnya, adalah amat berbahaya bagi diri sendiri yang dapat di ekspresikan
oleh Jiwa dengan organ wasilah dan organ kayikah.

Setiap karma ada phalanya (buahnya) selanjutnya phala (buah) itu


melahirkan buah baru lagi. Rentetan karma dan phala, phala dan karma
yang tiada putus-putus ini berwujud seperti rentetan buah/benih dan
pohon, buah, benih dan pohon timbul bergantian. Benih menjadi pohon.

18
Pohon menghasilkan buah, buah menghasilkan benih, benih kembali ke
pohon, Begitulah terus menerus tak henti-hentinya.

Begitu pula dengan karma dan phalanya daripada manusia. Ini


merupakan siklus yang alami di dunia ini, kalau demikian hal nya yang satu
mengikuti yang lain, maka manusia mestilah menaruh perhatian khusus
pada buahnya. Karena buah akan menjadi baik.

Seseorang baru akan bisa melawan musuh yang amat kuat ini,
apabila pikiran orang itu berkembang dengan tuntutan citta satwa guna,
karena citta satwa guna dapat membedakan karma (perbauatan) antara
perbuatan baik dan perbuatan buruk dan akibat daripada kedua perbuatan
ini ketika hidup di alam semesta ini.

Oleh karena itu, manusia mestilah melenyapkan segala sifat-sifat


buruk yang ada pada dirinya dan berprilaku tidak bertentangan dengan
darma agar manusia tidak memikul beban penderitaan.

Seseorang mestilah memahami Pilsafat Karma phala, agar sifat


bijaksana dapat dikembangkan pada dirinya untuk menaklukkan musuh
yang ada dalam dirinya sendiri yaitu ego (serakah, bakuasa, iri, cemburu
dengki, dendam, sombong, marah tak menentu dan lain sebagainya.)

Beginilah perilaku manusia selama hidupnya berada pada dua jalur


yang berbeda. Agar manusia dengan kesadaran sendiri dapat menuntun
dirinya sendiri ketika hidup bermasyarakat, maka orang tua mereka
masing-masing mestilah melatih perilaku anak-anak mereka ke perilaku
subha karma Tokoh masyarakat ketika memberi dakwa (darma wacana)
mestilah mendakwakan subha karma kepada umatnya dan ketika
melaksanakan upacara tokoh masyarakat (pendeta) mestilah
menerangkan tujuan upacara.

Guru-guru disekolah mestilah membuat aturan penggunaan dan


peraturan belajar disekolahnya agar murid-murid terlatih dengan
kedisiplinan dan mengajarkan karma phala tattwa.

19
Segala karma (perilaku/kelakuan/aktivitas) akan tunduk kepada
pelakunya, oleh karena itu manah (pikiran) manusia mestilah dilatih dan di
arahkan ke subha karmanya (perilaku yang baik dan benar) bila subha
karma yang menjadi pedoman pikiran, maka ucapan dan perbuatan akan
mengikutinya, oleh karena itu sifat baik dan benar yang ada pada diri
manusia akan menjelma menjadi orang alim. Sebaliknya apabila asubhua
karma menjadi pedoman pikiran, maka perkataan dan perbuatan yang
jahat akan mengikutinya oleh karena itu sifat buruk dan salah yang ada
pada diri manusaia akan menjelma menjadi orang jahat.

Ketika roh hidup berbadan, badan memerlukan energi untuk jiwa


bertenaga. Energi diperoleh dari makanan. Penyerapan zat-zat makanan
tertentu dapat memperngaruhi pertumbuhan kelenjar-kelenjar tertentu dan
saraf-saraf yang dapa membawa roh hidup senang dan sengsara. Oleh
karena itu jenis makanan perlu diperhatikan juga.

Oleh karena badan roh (sukma sarisa) dipengaruhi citta yang bertri
guna, jnanah indrinya dan karma ulasena, kelenjar-kelenjar dan syarat-
syarat yang ada pada tubuhnya dan roh juga memerlukan energi untuk
memfungsikan organ manasikah dan menggerakan organ wasikah dan
kayikah yang diperoleh dari makanan, orang sekitar, makhluk lain dan
lingkungan ikut mempengaruhi jiwa setiap orang. Maka manusia tidak
dapat menghindari karma, manusia tak ma menghindari berkama, manusia
mau tak mau mesti bertarung untuk memenuhi keinginan jiwa dan
kebutuhan badan.

Dewa Krisna bersabda :

Na hi kascihit kshanam api

Jatu titshthaty akarmakrit

Karyate hy avasah karma

Sarvah prakritijair gunaih

Artinya.

20
Tidak seorangpun tidak hidup berkarma (berpikir, berbicara dan berbuat)
walaupun untuk sesaat juga, karena dengan tiada berdaya manusia dibuat
bertindak oleh hukum alam.

Karena bangsa telah hidup berbudaya, maka manusia mestilah


berkarma dengan mencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya.

Untuk memenuhi kedua kebutuhan hidup ini manusia yang telah


hidup berbudaya atas jasa-jasa dari guru terluhur banpssanya masing-
masing, mestilah berpedoman dengan ajaran guru leluhur bangsanya
masing-masing dan sebagai balas jasa kepada guru leluhur bangsanya
masing-masing, manusia mestilah bekerja, kerja yang subha karma untuk
medapatkan upah agar manusia tidak hidup menderita, upah atau nafkah
dapat membiayai kebutuhan hidup diri sendiri, keluarga, bangsa, negara,
dan lain-lain sebagainya.

Dengan bekerja menunjukan ada kehidupan, dengan mengangur


menjunjukan kematikan, semanagat kerja menyebabkan badan sehat dan
jiwa waras, karena memperkuat otot tubuh dan memperlancar peredaran
darah pada pembuluh darah dan jiwa hidup waras karena jiwa hidup pada
badan/tubuh yang sehat.

Namun tenaga, kemampuan dan usia terbatas, oleh karena itu


manusia mestilah mengangkat harkat dan martabat hidup dengan bekerja
yang tepat guna dan berhasil guna.

Ketika manusia mencari nafkah, ada dua macam nafkah yang saling
bertentangan (rula bhineka) tersedia. Kedua macam nafkah ini pun
mempengaruhi jiwa, oleh karena itu para orang suci dimasa silam
bersabda, agar jiwa tidak terbelenggu dengan penderitaan karena dosa,
maka subhua karma (kerja yang baik dan benar) mestilah dipedomani
semasa mencari nafkah. Kedua karma itu adalah :

3.A Subha Karma

21
Karena manusia hidup bermasyarakat dan berlingkungan, maka
segala perbuatan kepada orang lain dan kepada lingkungan akan berbalik
pada diri sendiri.

Menolong orang lain dan menjaga lingkungan itu berarti menolong


dan menjaga diri sendiri. Demikian pula sebaliknya menyusahkan orang
lain dan merusak lingkungan itu artinya mempersiapkan diri sendiri untuk
disakitkan dan dibencanakan.

Banyak guru-guru berdatangan ke kelompok orang-orang yang


belum hidup berbudaya di masa silam mengajarkan subha karma sastra
agar manusia tidak kena phala buruk dalam kehidupannya hingga
kematian dan agar manusia dapat hidup sejahtera dan bahagia semasa
hidupnya dan mencapai persatuan maupun dengan brahram setelah
meninggal.

Ajaran guru-guru bangsa tentang subha karma di masa silam antara


lain. :

TRI KAYA PARISUDHA

Tri = tiga, kaya adalah sebutan untuk organ karma. Parisudha


mensucikan. Tri Kaya parisudha artinya : mensucikan jiwa dengan
menggunakan ketiga organ karma yang ada pada tubuh manusia. Untuk
mensucikan jiwa maka manusia mestilah menggunakan ketiga organ
karma dengan baik benar. Apabila jiwa hidup dengan menggunakan ketiga
karma dengan baik dan benar. Ketika hidup bermasyarakat maka manusia
dapat hidup sejahtera dan bahagialah semasa hidup dan mencapai
persatun atman dengan brahman setelah meninggal :

Ketiga organ karma itu adalah :

1. Manasikah
Organ manasikah mestilah digunakan tujuan baik dan benar tidak di
gunakan untuk berpikir prasagka buruk dan berpikir perencaan yang buruk.
2. Wasikah

22
Organ wasikah mestilah digunakan untuk tujuan baik dan benar dan
menyenangkan setiap orang, tidak digunakan untuk menyakitkan perasaan
/ hati orang, seperti menghasut, memfitnah, mencaci maki, dan belum yang
sejenisnya.
3. Kayikah
Organ kayikah mestilah digunakan untuk tujuan baik dan benar
bermanfaatkan bagi setiap orang tidak digunakan untuk menyiksa
membunuh dan lain yang sejenisnya.
Guru-guru bangsa dimasa silam mengajarkan kepada brahmana
(pendeta dan penderma wacana) ketika selesai melaksanakan upacara
dan ketika selesai mendarman wacana, agar jiwa tersucikan oleh ketiga
organ karma, maka penderita dan pendarma wawana mestilah
melantunkan mantra.
OM SANTI SANTI SANTI OM
Artinya : Kelima Unsur
Semoga semua kebahagiaan datang dari :
- Pikiran – pikiran baik dan benar
- Ucapan – ucapan baik dan benar
- Perbuatan – perbuatan baik dan benar

Om adalah suara yang sebut prana sakti karena ketika alam semesta
ini diciptakan oleh dewa brahmana. Dewa brahmana mengeluarkan suara
om. Dengan mengeluarakan suara om maka terciptalah swah loka, bhuah
loka dan bhur loka. Suara bersuara disetiap pernafasan, suara juga
merambat di alam ini.

Bratha

Bratha artinya pengendalian diri Bratha disebut juga tapa atau yoga.
Karena manusia adalah roh yang hidup pada tubuh yang bralat pikir, maka
manusia mestilah mengendalikan diri.

Ada 2 (dua) bratha, yaitu :

1. Yama Brata

23
Yama brata adalah pengendalian diri ketika jiwa di pengaruhi oleh
jinana Indriya dari objek-objeknya sehingga jiwa berperilaku dengan organ
karmanya.

2. Niyama Bratha
Niyama bratha adalah pengendalian diri ketika jiwa dipengaruhi oleh
gejolak kelenjar atau horman atau penyakit tubuh dan karma wasenanya
sendiri sehinggga jiwa berprilaku dengan organ karmanya.

Catur Paramitha

Catur : empat paramitha : budi luhur. Catur paramitha adalah empat


budi luhur daripada bangsa yang telah hidup berbudaya ketika manusia
hidup bermasyarakat agar manusia dapat hidup sejahtera dan bahagia
semasa hidup dan mencapai persatuan atman dengan brahman setelah
meninggal.
Keempat paramitha itu adalah :
1. Maitri : Hidup dengan saling lemah lembut.
2. Karuna : Hidup dengan saling kasih sayang
3. Muditha : Hidup dengan saling tolong menolong
4. Upeksa : Hidup dengan saling hormat menghormati.

Dan masih banyak lagi ajaran para guru bangsa masing-masing di masa
silam mengajarkan subha kasma kepada mirid-muridnya di asramanya
untuk tujuan pedoman hidup berbudaya.

3.B. ASUBHA KARMA

Manusia tidak akan dapat hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup
dan mencapai persatuan atmaun dengan brahman setelah meninggal,
apabila manusia tidak mengendalikan pengaruh-pengaruh indriya-indriya
yang mempengaruhi jiwanya yang dapat membangkitkan nafsu birahi,
amarah, berkuasa, serakah, iri, cemburu, dendam, dengki, benci, rasa
takut, was-was, cemas dan lain yang sejenisnya, dimana akan
menyebabkan orang berbuat amoral. Apabila orang berbuat amoral

24
seperti : memperkosa, mencuri, membunuh, mencaci maki, bercerita
tentang kebusukan / keburukan orang lain, mencopet, mengadu domba,
merencanakan perbuatan jahat dan lain yang sejenisnya.

Maka perbuatan ini akan berphala dosa pada diri si pelakunya,


sehingga orang itu akan dapat hidup menderita, was – was, takut, dibenci
orang hingga dapat membawa dirinya ke penjara.

Oleh karena itu banyak guru-guru bangsa mengajarkan agar mengen


dalikan diri dari asubhan karma agar manusia tidak terkena phala baru
dengan menghindari perilaku atau kelakukan seperti :

TRI MALA

Tri : 3 Mala : Perilaku yang tidak baik dan tidak benar daripada
manusia yang menyebabkan orang lain menderita resah, susah, dan lain
yang sejenisnya yang akan menyebabkan penderitaan hidup karena sakit
badan atau gangguan jiwa.

Jadi trimala adalah Perilaku manusia ketika menggunakan ketiga organ


kerma dan dengan cara tidak baik dan tidak benar, yaitu :

1. KASMALA
Perbuatan yang tidak baik dan tidak benar seperti : Mencuri, berkelahi,
memperkosa dan lain yang sejenisnya.
2. MADAMALA
Perkataan yang tidak baik dan tidak benar seperti : menghina,
mencaci maki, menuduh sembarangan, bersumpah palsu dan lain yang
sejenisnya.
3. MOHAMALA
Pikiran yang tidak baik dan tidak benar seperti: merencanakan
pencurian, meencanakan pembunuhan, merencanakan pemerkosaan, dan
lain yana sejeninya.

SAD RIPU

25
Sad = Enam Ripu = Musuh. Sad Ripu adalah 6 (enam) sifat buruk atau
jahat yang ada pada diri setiap orang yang akan menyebabkan hidup
bermusuhan dengan antara sesama manusia. Sad ripu juga akan
menyebabkan orang akan hidup miskin dan menderita semasa hidup dan
Mencegah orang menuju ke pencapaian persatuan atman dengan beriman
sebelum meninggal.

Ke Enam (Sad) Kipu adalah :

1. Kama ( nafsu /birahi)


Kama adalah musuh yang berasal dari keinginan dan karma
wasena yang telah melekat pada jiwanya dan juga yang sebabkan oleh
pertumbuhan, hormon tertentu yang menyebabkan gejolak tubuh pada
usia muda dan objek-objek yang menyebabkan daya tarik Panca
Indriya.
2. Moha ( Sombong / Angkuh )
Karena usia muda orang selalu merasa hebat sehingga akan
menjadi sombong, apabila tidak dikendalikan maka akan bisa membawa
orang ke gengsi dan gila hormat hingga kemasa tuanya. Ini juga
merupakan musuh bagi diri sendiri, karena moha dapat membawa
orang ke penderitaan.
3. Mada (madat / benda-benda yang dapat memabukkan / narkoba)
Benda-benda memabukkan dapat membawa orang keperbuatan
yang tidak baik dan tidak benar karena benda-benda memabukkan
banyak merusak organ tubuh dan saraf yang menyebabkan roh tidaK
waras, dimana diri si pengkomsumsi akan dapat melibatkan ke banyak
permusuhan dan amoral.
4. Loba (serakah)
Loba adalah keinginan memiliki yang tak terkendali, dimana akan
membawa diri orang ke banyak permusuhan, karena keserakahan
selalu menyebabkan orang lain jadi korban, seperti serakah memiliki
harta benda yang seharusnya milik orang lain dan serakah jabatan yang
seharusnya menjadi hak jabatan orang lain.
5. Krodha (marah)

26
Marah adalah penyakit jiwa yang terbawa dari kekalahan saingan
yang menyebabkan kebencian atau kebencian mendadak atau berasal
dari kesombongan, keserakahan, perasaan iri atau cemburu, kekalahan
yang tak dapat diterima oleh orang itu dan lain-lain yang sejenisnya di
mana diriya akan dikelilingi dengan permusuhan dan ancaman
gangguan jiwa atau penyakit tubuh.
6. Matsarya (iri / cemburu)
Ketidak senangan melihat atau mendengar harta kekayaan orang
lain (iri), ke tidak kesenangan melihat dan mendengar kecantikan
kegantengan istri atau suami orang lain, pacar orang lain atau
penolakan cinta dan lain-lain yang sejenisnya (cemburu ) yang akan
menyebabkan orang itu berbicara keburukan, cacian, makian, hinaan,
dan keburukan - keburukan lain-lain yang sejenisnya dimana kata-
katanya akan kembali dalam bentuk musuh.

Keenam musuh ini perlu di tuntun oleh orang tua anak dengan
susastra (karya tulis baik dan benar untuk pedoman hidup berbudaya),
agar ketika berkomunikasi dalam kehidupan berguru, berleluhur,
bernafkah, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara tidak menjadi ancaman
bagi dirinya kelak di masa depannya.
Dan masih banyak contoh-contoh ajaran asubha karma dari para
guru bangsa masing-masing diasramanya di masa silam kepada murid-
muridnya yang dapat digunakan untuk pedoman hidup berbudaya.
4. JENIS KARMA PHALA BERDASARKAN WAKTU (Kala)
Selagi bumi berkarma (bekerja/berativitas) mengelilingi matahari,
maka selama itu pula waktu akan tetap ada. Oleh karena waktu ada, maka
semua makhluk hidup beraktivitas (berkarma dengan berevolusi).
Manusia sambil berevolusi menuju kematian semenjak dari kelahiran,
manusia dapat berbuat apa saja atas kehendaknya.
Perbuatan itu ada yang baik dan ada yang tidak baik bagi orang lain,
makhluk lain dan lingkungan. Perbuatan-perbuatan itu dapat berpengaruh
balik kepada diri sipelakunya.

27
Setiap orang yang lahir ke dunia ini telah berkarma wasena pada
jiwanya oleh karena itulah setiap orang hidup dengan suka duka yang tidak
sama.
kedua phala dari karma itu adakalanya berphala seketika itu juga dan
ada kalanya berphala dikemudian hari. Selama si pelaku masih hidup, ada
kalanya berphala setelah itu semasa hidup dan ada kalanya berphala
dikelahiran yang akan datang.
Hidup ini adalah kerja. Kerja adalah karma. Karma mempunyai phala
(hukum) setiap karma ada phalanya. Karma dengan phalanya adalah suatu
rumusan hukum yang dibuat oleh sipelakunya sendiri dalam perjalanan
waktu hidupnya, yaitu :

4.A. Sancita Karma Phala

Semata karma phala adalah karma yang dilakukan dikelahiran


terdahulu, phalanya yaitu : subha karma phalanya dan asubha karma
phalaninya belum sempat dinikmati semuanya dan belum sempat di tebus
semuanya. Phala dari pada karmanya yang belum sempat dinikmati dan di
terus di Kelahiran lalu, dinikmati dan di tebus dikelahiran sekarang.

Manusia yang telah terlengkapi dengan alat pikirnya, apabila hal-hal


seperti ini terjadi pada dirinya dan pada diri orang lain, maka masing-
masing kita (diri sendiri dan orang lain) mestilah mencari tahu phala atau
sebab karma apa yang menyebabkan itu menjadi hidup seperti itu.

Dalam kehidupan sekarang, setiap orang dapat mengalami dan


melihat kehidupan yang berbeda-beda di lingkungan di sekitar kita atau
mereka masing-masing mulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian.

- Ada anak lahir dikeluarga yang orang tuanya kaya, ada anak lahir di
keluarga yang orang tuanya sederhana, ada anak lahir dikeluarga yang
orang tuanya miskin.
- Ada anak lahir bermental waras, ada anak lahir bermental antara waras
dan gila (idiot), ada anak lahir bermental gila.
- Ada anak lahir sehat, ada anak lahir kurang sehat, ada anak lahir tidak
sehat.

28
- Ada anak dalam kehidupannya selalu sehat, selalu sakit, antara sehat
dan sakit, lebih banyak sakitnya dari pada sehat atau lebih banyak
sehatnya dari pada sakitnya.

Ketika di kelahiran sekarang ini, ada orang yang semenjak berada


dalam kandungan ibu hingga kematiannya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, hidupnya dengan :

- Bergelimang dengan harta terus menerus.


- Berlebihan dengan harta terus menerus.
- Berkecukupan dengan harta terus menerus.
- Berpas pasan dengan harta terus menerus.
- Berkekurangan dengan harta terus menerus.
- Berhutang dengan harta terus menerus.
- Kada di selang - selingi dengan bergelimangan berlebihan
berkecukupan, berpas pasan, berkekurangan dan berhutang.

Ada orang yang ketika semasa hidupnya hingga kematiannya.

- Hidupnya selalu harmonis dengan keluarga, orang lain, masyarakat dan


lingkungan.
- Hidupnya selalu bermasalah dengan keluarga, orang lain, masyarakat
dan lingkungan.
- Hidupnya selalu di selang selingi antara harmonis dan bermasalah
dengan keluarga, orang lain, masyarakat dan lingkungan dengan porsi
yang sama dan dengan porsi yang berbeda juga.
- Ada orang yang lahir dengan normal badan, kurang normal badan dan
cacat badan.
- Ada orang lahir dengan berparas cantik rupa, berparas manis rupa dan
berparas buruk rupa.
- Ada orang yang dirinya selalu terbawa dengan kelakuan baik/halim,
kelakuan diselang – selingi antara baik dan jahat, kelakuan jahat saja.
- Ada orang dalam hidupnya selalu dirundung kesedihan dan kemalangan,
kebahagiaan dan keberuntungan, diselang – selingi dengan kesedihan,
kebahagiaan, kebenruntungan, dan kemalangan.

29
- Ada orang dalam hidupnya selalu selamat dari musibah, jarang selamat
dari musibah dan lain yang sejenisnya.

Ada orang gampang

- Terpangruh dengan teman-teman berbuat jahat.


- Susah terpengaruh ikut teman-teman berbuat jahat.
- Terpangruh kenak rayuan wanita atau pria.

Ada kalanya ketika orang bermasalah dengan orang jahat, tetapi tiba-tiba :

- Orang baik lain datang membela dan menyelematkannya.


- Orang baik lain berpura-pura datang membela tapi ujung-ujungnnya
memeras.
- Orang jahat lainnya datang dan ikut-ikutan melabraknya.

Ada kalanya orang baik ketika jumpa dengan orang-orang jahat :

- Memperlakukannya dengan kejam tanpa belas kasihan.


- Memperlakukannya dengan kejam tapi ada rasa kasihannya juga.
- Menjadi diam atau ketakutan atau melarikan diiri.
- Berubah menjadi orang baik.
- Dan lain sebagainya.

Ada kalanya pekerja baik , jujur, bertanggung jawab selalu berphala.

- Baik dari majikannya dan dari karyawan yang dekat kepadanya.


- Baik dari majikannya tapi buruk dari karyawan yang dekat kepadanya.
- Buruk dari majikannya dan buruk dari karyawan yang dekat kepadanya.
- Buruk dari majikannya tapi baik dari karyawan yang dekat kepadanya.

Ada kalanya kepada orang baik dalam lingkungan hidupnya. Orang-


orang selalu berprasangka buruk, berbicara buruk karena iri, cemburu,
benci yang tak beralasan dan ada yang sebaliknya juga.

30
Ada kalanya orang baik dalam lingkungan hidupnya, lingkungan selalu
membaca bencana dan ada yang sebaliknya juga.

Apakah ini semua kebetulan terjadi? atau apakah ini semua kehendak
Tuhan? Kalau kebetulan terjadi, kenapa tidak terjadi kepada semua orang;
hanya kepada orang tertentu saja? Kalau kehendak Tuhan, kenapa Tuhan
tidak melimpahkan kepada semua orang, hanya kepada orang tertentu
saja? Kenapa manusia dapat hidup seperti ini? Benarkah karena ini
kehendak Tuhan ?

Tuhan selalu di puja dengan menyebut Tuhan Maha Pengasih dan


Penyayang, kalau Tuhan maha pengasih dan penyayang, kenapa Tuhan
tidak mengasihi dan menyayangi dengan kasih dan sayangnya yang sama
kepada setiap orang? Tapi memperlakukan dengan nasib yang berbeda-
beda kepada setiap orang? Apakah ini adil? kalau tidak adil apa manfaat
gelar maha pengasih dan penyanyang? Apakah Tuhan masih pantas
menyandang gelar maha pengasih dan penyanyang?

Matahari memberikan sinarnya kepada orang baik maupun orang jahat


dengan porsi panas dan durasi yang sama kepada setiap orang. Kenapa
Tuhan tidak menunjukan maha pengasih dan penyayangnya yang sama
dengan matahari, padahal Tuhan bergelar maha tahu. Tuhan tahu apa
yang akan terjadi. Apa yang sedang terjadi dan apa yang sudah terjadi.
Kalau itu kesalahan manusia. Tuhankan sudah tahu duluan. Mengapa
tuhan tidak mencegahnya ? jadi, apakah gunaya Tuhan bergelar maha tau
dan maha pengasih dan penyayang?

Oleh karena itu orang yang bijaksana dan paham tentang karma
phala tattwa tidak akan cepat-cepat menuduh Tuhan atau orang lain
atau lingkungan sebagai penyebab / akibat dari Tuhan, orang lain dan
lingkungan. Mungkin saja ini adalah hutang phahala atau hutang dosa
untuk dinikmati dan untuk ditebus oleh dirinya sendiri.

Phala dari asulha karma penjahat yang dilakukan dikelahiran dahulu,


kembali ke diri si penjahat dikelahiran sekarang, seperti :

31
Seorang penjahat ketika mencari nafkah, Ia melakukan berbagai
macam kejahatan, seperti : mencuri, menipu, saksi palsu, korupsi, dan lain
yang sejenisnya.

Karena kepandaiannya bicara dan berbuat, penjahat itu selalu selamat


dari korban dan terbebas dari penegak hukum. Hasil kejahatannya
digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dirinya, berfoya-foya
dengan kelompoknya sendiri dan temannya, juga membiayai kebutuhan
hidup keluarganya. Karena penghasilannya memuaskan, maka diapun
hidup kaya hingga kematiannya.

Karena kejahatan yang dilakukan menyebabkan banyak korban


berjatuhan, ada korban kena kerugian besar, ada korban terkena kerugian
kecil, ada korban shock hingga jatuh sakit dan ada korban hingga
meninggal juga tanpa memperdulikan akibat perbuatannya kepada si
korban, si penjahat hidup bersenang-senang sampai tua dan hingga
selesai tanggung jawabnya kepada keluarganya, kemudian diapun
meninggalkan banyak harta, istri dan anak-anak.

Ketika ada anak yang lahir di keluarga itu, anak itu hidup dengan harta
yang bergelimangan. Tetapi ketika anak itu lahir dan masih kecil, keluarga
itu selalu ditimpah penderitaan yang datang silih berganti dari sesama
keluarganya, dari orang yang ada disekitar lingkungan dan kadang dari
orang yang tak dikenal. Kenapa hal-hal seperti itu bisa terjadi?

Phala dan subha karma orang baik yang dilakukan dikehidupan


terdahulu kembali kepada diri orang baik atau alim itu di kelahirkan
sekarang.

B. KRIYAMA KARMA PHALA

Kriyama karma phala adalah karma yang dilakukan dikelahiran


sekarang. Phalanya yaitu subha karma phala dan asubha kerma phalanya
belum sempat dinikmati dan belum sempat ditebus dikelahiran sekarang.
Phala dari subha karma dan dari asubha karmanya akan dinikmati dan
akan ditebus dikelahiran yang akan datang.

32
Setiap orang yang lahir didunia ini ketika lahir telah menunjukkan
bahwa dirinya telah membawa suratan / nasib / takdirnya sendiri. Suratan /
nasib takdir disebut karma wasena dalam bahasa sangsekerta. Ini dapat
dilihat dalam perjalanan hidup manusia. Manusia terlahirkan dengan nasib
yang berbeda-beda. Setiap orang yang lahir didunia menikmati phalanya
dan menebus dosanya sesuai dengan karma wasenanya atau suratannya
masing-masing. Ketika orang menikmati phalanya dan menebus dosa-
dosanya orang juga berbuat phala dan berbuat dosa juga. Phala dan dosa
yang baru akan ditebus dan akan dinikmati pada kelahiran-kelahiran
selanjutnya yang akan menjadi akumulasi dari pada phalanya dan dari
pada dosanya.

- Phala dari subha karma petani kembali ke diri petani di kelahiran


berikutnya.

Seorang petani sawit menanam sawit diladangnya sendiri dengan


memperkerjakan anak-anaknya dan orang lain sebagai karyawannya.
Petani membeli dan Membiayai penanaman sawit dengan biaya dari hasil
gaji jerih payahnya sendiri ketika ia bekerja dengan orang lain. Ketika
pohon pohon sawit akan mulai menghasilkan buah, si petani kena sakit
dan meninggal.

Petani Sawit mempunyai beberapa anak laki-laki dan anak


perempuan. Mereka menjadi pewaris ladang itu, ketika petani masih hidup
petani membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang dan
memperhatikan pendidikannya dengan baik dan benar, sehingga anak-
anaknya tumbuh berkembang dengan moral yang baik, benar, cerdas dan
pandai mengurus harta warisan orang tuanya. Diantara Mereka ada yang
sudah dikawinkan oleh orang tuanya dan sudah mempunyai anak.

Setelah meninggal, kemanakah roh petani sawit itu akan pergi? phala
dari yang akan mendapat panenan yang ditinggalkan oleh petani Kepada
siapakah akan pergi?

Selang beberapa lama petani meninggal, yang lainnya melahirkan


anak lagi setelah beberapa tahun petani meninggal, si anak ini juga sejak

33
dari masa kandungannya, lahir hingga dewasa menikmati hidupnya dari
keluarga yang nafkahnya dari ladang peninggalan orang tuanya, (kakek
kepada si anak).

Siapakah gerangan roh bersubha karma wasena ini yang menghidupi


tubuh Sang anak itu yang hidupnya dibiayai oleh orang tua yang mendapat
warisan dari kakeknya?

Sedangkan Di tempat lain ada anak yang dilahirkan oleh orang tuanya
dengan nafkah orang tuanya yang bukan harta warisan kakeknya si bayi.
Si apakah roh sang bayi ini?

- Phala dari Asubha karma pencuri kembali kediri pencuri dikalahiran


berikutnya seperti :

Seorang pencuri untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan


keluarganya, menggunakan hasil kerja maling. Maling yang tidak pernah
tertangkap, yang telah hidup dengan keluarganya, di mana keluarganya
menikmati uang pencarian penderitaan orang lain untuk kebutuhan
kesejahteraan dan kebahagiaan nya hidupnya dan keluarganya semasa
hidup. Karena kepandaian pencuri tadi, maka dia tidak pernah tertangkap,
Kalaupun tertangkap kepandaiannya berbicara dan dengan tidak
meninggalkan barang bukti ditambah dengan uang sogokan, maka
selamatlah dia, dan diapun menuntun penuntun keluarganya, maka
selamatlah dia hingga kematiannya.

Ketika anak-anaknya ada yang hidup berumah tangga, ada yang lahir
di keluarganya itu.

Yang menjadi pertanyaan, Siapakah roh yang lahir di keluarga


keturunan pencuri yang menikmati hidup dari semenjak lahirnya dibiayai
dari uang penderitaan orang lain yang tinggalkan oleh kakeknya? Apakah
Roh ini bersubha karma wasena atau berasubha karma wasena?

4.C. PRARABDA KARMA PHALA

Prarabda Karma Phala adalah Karma yang dilakukan dikelahiran


sekarang, phalanya yaitu subha karma phala dan asubha karma phalanya

34
dinikmati dan ditebus di kelahiran sekarang yaitu pada hari itu juga atau di
kemudian hari.

Dalam kitab sastra Mahabarata, dewi draupadi menerima phala


(buah/hukuman) dari karma (ucapan dan perbuatan) yang tidak disengaja
dan yang disengaja.

Phala dari asubha karma yang tidak disengaja dan subha karma yang
disengaja oleh dewi draupadi kembali kepada dewi draupadi dikemudian
hari.

Dewi Draupadi menerima phala dari asubha karmanya sendiri yaitu


dipermalukan karma secara kasar ditelanjangi oleh Dussasana atas
perintah Doryudhana setelah Panca Pandawa kalah main dadu (judi).
Sebaliknya Dewi Draupadi menerima Phala pertolongan dari subha
karmanya sendiri berupa pertolongan dari Sri Krisna yang membantunya
dari jauh dengan kain yang berlapis-lapis dan tidak ada habisnya, sampai
Dussanana kepayahan dan kehabisan tenaga sehingga tidak mampu
menelanjanginya. Phala dari karma apakah yang telah telah diperbuat oleh
Draupadi? Pada waktu istana Indraprashta telah selesai dibangun dan
akan dilangsungkan upacara Rajasuya, kaurawa pun diundang.
Doryudhana dan Dussasana yang pada saat berjalan sedang terheran-
heran kekaguman melihat indahnya istana Indraprashta, tidak melihat ada
kolam di depannya sehingga Doryudhana dan Dussasana terperosok jatuh
ke kolam sampai pakaiannya basah kuyup. Kejadian itu dilihat oleh Dewi
Draupadi dan secara tidak sadar ia tertawa. Doryudhana dan Dussana
yang memang jatuh hati dengan kecantikan Draupadi dan sekarang
ditertawai pula oleh orang yang dipujanya itu, bukan main malunya.

Dussasana yang memang jatuh hati dengan kecantikan Draupadi dan


sekarang ditertawai pula oleh orang yang dipujanya itu, bukan main
malunya. Dendam pun tertanam di hati mereka. Kejadian inilah yang
menghasilkan phala buruk pada Dewi Draupadi dan asubha karmanya,
yaitu menertawakan dengan tidak sengaja sehingga patut mendapat malu
dan ditertawai oleh para Kaurawa.

35
Peristiwa lain yang merupakan karma baik (subha karma) Dewi
Draupadi adalah pada waktu penyerahan bhoga (makanan) kepada raja-
raja yaitu upacara Raja Surya, atas nasehat baginda Bhisma kehormatan
pertama diberikan kepada Krsna oleh Yudhistira Pada waktu itu Sisupala
sepupu dari Sri Krsna merasa tersinggung mengapa justru Sri Krsna yang
diberi kehormatan. Dalam kesempatan ini Sisupala mengeluarkan
perasaan dendamnya kepada Sri Krsna dengan cara menghinanya dengan
kata-kata di muka umum sampai ratusan kali. Sebenarnya Sri Krsna tidak
akan membunuh Sisupala kalau penghinaannya tidak melewati batas
seratus kali itu. Mengapa demikian? Ibu Sisupala adalah saudara dari ayah
Sri Krsna. Waktu lahirnya, Sisupala berkepala dua dan bertangan empat.
Karena itu ibu Sisupala mencari orang yang bisa mengembalikan rupa
anaknya sebagai manusia biasa itu akan sekaligus ditakdirkan menjadi
pembunuh anaknya kelak. Ibu Sisupala pun mengundang raja-raja dan
bergantian raja-raja itu diminta untuk memangku anaknya. Pada saat
giliran Sri Krsna memangkunya, tangan Sisupala dan sebuah kepalanya
rontok dan menjadi manusia normal. Saat itulah ibu Sisupala memohon
kepada Sri Krsna supaya beliau jangan membunuh anaknya. Permohonan
itu dikabulkan dengan syarat jika kelak ternyata anaknya menghina Sri
Krsna sampai seratus kali, maka dilepaslah Cakra Sudarsana sehingga
Sisupala pun gugur seketika. Karena yang dibunuh oleh Sri Krsna masih
ada hubungan darah dan ibunya ada perjanjian dengan Sri Krsna, maka
Cakra Sudarsana miliknya itu melukai sedikit tangan Sri Krsna. Pada saat
itu Dewi Draupadi melihatnya dan penuh rasa bhakti dia merobek sarinya,
untuk membalut luka Sri Krsna. Inilah karma baik yang menyebabkan Dewi
Draupadi selamat dari niat jahat Doryudhana dan Dussasana.

Singkatnya, mau dibalas dengan malu, pertolongan dibalas dengan


pertolongan. Bagaimana bentuk malu dan bagaimana bentuk pertolongan
yang diterima, bisa berbeda dari bentuk yang dilakukan sebelumnya. Inilah
bentuk ilustrasi hukum karma.

- Phala dari asubha karma yang disengaja kembali ke diri sipelakunya


dikemudian hari

36
Pada dasarnya sifat manusia itu baik karena tubuh manusia dihidupi
oleh jika yang sempurna. Tetapi karena tuntutan indriya yang tidak mampu
dikendalikan oleh pikiran itulah yang menyebabkan manusia cenderung
berbuat yang tidak sesuai dengan kebenaran.

Kejadian tanggal 12 Oktober 2002 yaitu peristiwa Bom Bali yang


terjadi di Kuta sangat mengerikan. Banyak korban manusia yang tidak
berdosa berjatuhan akibat dari perbuatan manusia yang pikiranya rusak
terkena dokrin, iming-iming dan imbalan yang tak pahami phala dari
karmanya sendiri.

Perbuatan ini dilakukan oleh kelompok Imam Samudra dan kawan-


kawannya. Banyak orang yang menangis sedih melihat kejadian itu.
Akibatnya banyak para istri yang kehilangan suami, anak serta anggota
keluarganya. Sungguh penderitaan yang sangat memilukan. Perbuatan si
pengebom itu tidak mampu mengendalikan tuntutan indriya-nya, yang
memperngaruhi jiwanya seperti iri, dendam atau iming-iming masuk surga ,
uang, perintah terdokrin karena phahala sehingga pikirannya gelap, lupa
akan akibat dari perbuatannya itu. Tetapi setelah tertangkap ada beberapa
dari mereka yang menyadari perbuatannya, seperti Ali Imron. Dia
menyadari bahwa perbuatannya itu salah, menyebabkan orang lain
menderita. Kesadaran inilah yang menunjukkan bahwa manusia pada
dasarnya adalah baik, tetapi karena pengaruh indriya-nya yang tidak
dikendalikan dengan pikiran baik maka menyebabkan penderitaan, baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Penderitaan dirinya karena
dihukum. Ada yang dihukum seumur hidup, ada yang dihukum 15 tahun
bahkan ada yang dihukum mati. Penderitaan yang timbul sebagai akibat
perbuatan buruknya bagi orang lain. Malah anak dan istri korban
kehilangan ayah serta suaminya. Sedangkan bagi anak dan istri pelaku
juga menderita karena ayahnya dihukum. Perbuatan buruk apalagi yang
ditimbulkan sebagai akibat pengaruh indrinya yang tidak dikendalikan oleh
pikiran ?

- Phala dari subha karma seroang karyawan kembali ke diri karyawan itu
sendiri dikemudian hari.
37
Si joarsa adalah seorang karyawan perusahaan, ia tahu rahasia kerja
dan paham terhadap hukum karma, oleh karena itu pribadinya dibentuk
oleh hukum kerjanya sendiri. Dengan berpijak dari statusnya sebagai
seorang karyawan, ia sangat loyal pada atasan dengan menunjukan
prestasi kerja. Ia senantiasa berkreativitas dengan baik, benar dan jujur,
dengan tidak ada menunggu hasil, maka phala dari karma seperti diatas
dalam suatu saat menjadi masak.

Dengan masaknya dedikasi kerja seperti di atas, tanpa diduga- duga si


Joarsa ditunjuk untuk memimpin suatu perusahaan baru, yang sungguh
dapat mengangkat prestasi dalam nilai kerja. Demikianlah perbuatan baik
si Joarsa dalam hidup ini juga ia dapat menikmati pala baik dengan segera
dan tidak menunggu kehidupan yang akan datang lagi.

Akan menjadi lain halnya dengan si Corakodong. la seorang


pembantah, tidak suka bekerja tetapi hanya ingin berfoya-foya. Pada suatu
ketika ia mencuri, tetapi tidak ada yang tahu saat itu. Si Corakodong
dengan "lahapnya" menikmati hasil curiannya itu. Dengan demikian ia
nampaknya menjadi bahagia.

Kebahagiaan seorang penjahat menerima hasil kejahatannya dalam


tempo yang sementara memang dapat mempengaruhi pikiran orang yang
tidak mengerti hukum karma. Orang tersebut akan menilainya sangat
bahagia menjadi pencuri. Bekerja tidak payah, menikmati hasil berlimpah
ruah, luar biasa enaknya. Demikian pikiran orang yang tidak paham
dengan hukum karma yang membawa dirinya, berakhlak baik tetapi ia lupa
atau sama sekali tidak tahu hahwa mencuri atau kejahatan lainnya adalah
dosa karena akan menyebabkan orang lain menderita dimana penderitaan
orang lain itu akan berbalik pada diri sipelaku. Mungkin hanya menunggu
proses saja atau kemasakan waktu dari karma itu maka pada saat si
Corakodong tertangkap karena berbuat jahat dan ia akan segera
meringkuk di Lembaga Pemasyarakatan. Di sanalah ia beristirahat sambil
menerima buah karma buruknya.

38
Demikianlah prarabdha karma pala itu hasil perbuatan diterima
semasa masih hidup, tidak lagi menunggu kehidupan di kemudian hari.

- phala dari asubha karma seorang perampok kembali ke diri


siperampok di hari itu juga.

seorang yang sedang berjalan kaki menyandang tas dibahunya


dirampok. Perampok melarikan diri. sikorban berteriak minta pertolong,
kemudian orang ramai berkerumun mengejar perampok kemudian dipukuli
orang ramai.

Dosa perampok ditebus di hari itu juga.

- Phala dari Asubha karma seorang perampok kembali Ke diri perampok


di kemudian hari

Seorang yang sedang berjalan menyandang tas di bahunya dirampok.


Perampok melarikan diri si korban berteriak minta pertolongan. Kemudian
orang berkerumun mengejar perampok. Nasib perampok lolos dari
pengejaran. Si korban melapor ke polisi. Polisi mengusut dan mencari si
korban, polisi mesti melaksanakan tugas tugasnya ini dan mengembalikan
hak si korban dengan adil sebagai balas jasa kepada rakyat karena si
korban juga seorang rakyat yang memberi jasa kepada polisi dengan
memberi potongan pajak dari hasil kerjanya.

Dalam hitungan hari atau bulan perampok tertangkap. Perampok


diadili dan dijebloskan ke penjara.

Dosa perampok ditebus di kemudian hari.

Banyak lagi contoh-contoh prarabda karma phala dapat dilihat dalam


kehidupan sehari-hari. Yang berakibat hari itu juga atau di kemudian hari.
Seperti:

- pegawai negeri yang jujur dan koruptor


- Pekerja yang jujur dan pekerja yang tak jujur
- Petani yang bertani dengan baik dan benardan petani yang bertani
dengan tidak baik dan tidak benar
- Perbuatan yang disengaja dan perbuatan yang tidak disengaja
39
Perbuatan yang tidak disengaja tidak terkena phalanya.

Dalam hidupnya perbuatan dia yang dia tidak sengaja pun sudah
berkali-kali dipertanggung jawabkannya untuk mengatasinya. Kenapa kali
ini dia yang terkena kecelakaan, orang yang menabraknya itu lari dari
tanggung jawabnya itulah yang ada dalam pikiran dia.

Mengingat Karena manusia akan lahir berulang-ulang untuk menikmati


phalanya dan menebus dosa-dosanya, maka sebelum nyawa berpisah
dengan badan, manusia mestilah berpantang untuk tidak bekerja hingga di
masa tuanya. Manusia mestilah bekerja untuk menunjukkan kehidupan.
Bekerja menyehatkan badan dan memperlancar peredaran darah karena
memperkuat otot-otot badan. Bekerja mewaraskan jiwa Karena jiwa
terkonsentrasi dengan hasil dan karyanya. Hasil dan karya akan
mendapat imbalan sesuai dengan karmanya. Imbalan dapat digunakan
untuk kesejahteraan diri sendiri maupun keluarga.

Karena manusia dibatasi oleh tenaga dan usia, Maka manusia mesti
bekerja dengan tepat guna dan berhasil guna.

Bekerja dan tidak bekerja, bekerja subha karma dan bekerja asubha
karma, keduanya menghasilkan hasil.

pepatah :
Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan Gading
Manusia mati meninggalkan nama

Karma manusia akan meninggalkan nama, nama baik dan nama


buruk. Di keluarga, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan
karmanya.

Setiap Karma yang dilakukan oleh manusia, phalanya tidak dapat


ditolak oleh siapapun, phala tetap akan berbalik sesuai dengan karmanya
kepada si pelakunya, Oleh karena itu manusia mesti hati-hati ketika
menggunakan ketiga organ karma yang ada pada badannya.

40

Anda mungkin juga menyukai