Anda di halaman 1dari 44

MOKSA TATTWA

1. Pengertian Moksa Tattwa


Moksa tattwa terdiri dari 2 (dua) kata bahasa sansekerta yaitu : moksa
dan tattwa.
- Moksa
Moksa adalah alam atman. Alam atman disebut juga dengan swa loka.
Swa loka dapat diceritakan oleh semua orang ketika orang itu terbangun
dari tidur lelapnya. Ketika orang tidur lelap, orang tidak tau apakah ia ada,
hidup atau apakah ia tidak ada atau mati. Perjalanan atau pengalaman
seseorang di alam swa loka atau alam atman disebut tidur lelap. Seperti
seseorang yang dapat bercerita tentang mimpinya, setelah terbangun dari
tidur mimpinya di bhua loka atau alam roh. Perjalanan dan pengalaman
seseorang di alam roh atau bhua loka disebut mimpi. Seseorang dapat
bermimpi ketika tidur, karena lekatan subha karma dan lekatan asubha
karmanya sedang beraktivitas.
Moksa disebut juga dengan nisrayata, kadiyatmika, mukti, mocho,
kaparatman, nirwana, nibana dan lain sebagainya dalam sebutan bahasa
yang berbeda.
- Tattwa
Tattwa adalah suatu ajaran yang mengasah pikiran orang, agar orang
menjadi cerdas, seperti : cerdas mengkaji, cerdas mencari tau, cerdas
membedakan, cerdas membandingkan, cerdas memahami dan lain
sebagainya. Tattwa disebut juga srada, darsana, ilmu pengetahuan,
pilsafat, science dan sebutan lain dalam bahasa yang berbeda.
Jadi moksa tattwa adalah ilmu yang mempelajari tentang alam
persatuan atmam dengan brahman, serta cara – cara pembebasan atman
dari lekatan karma wasena yang ada pada suksma sarira, yaitu subha
karma wasena dan asubha karma wasena.
2. Perjalanan roh
Setiap roh mengalami perjalanan lahir, hidup dan mati dengan
mengambil wujud manusia, binatang dan tumbuhan. Setiap orang ketika
hidup di duna, pasti mengalami suka dan duka, yaitu mengalami kehidupan

1
atau perasaan senang dan susah, bahagia dan menderita, sehat dan sakit,
waras dan gila, usia muda dan usia tua dan lain sebagainya hingga roh
meninggalkan badan stulanya. Setelah roh meninggalkan badan stulanya,
roh akan mengalami surga dan neraka di bhua loka. Kemudian lahir ke
dunia ini lagi. Apabila kelahiran roh di keluarga senang dan lingkungan
nyaman, maka orang itu disebut lahir dari surga (surga sutta). Apabila
kelahiran roh di keluarga susah dan lingkungan tidak nyaman, maka orang
itu disebut lahir dari neraka (neraka sutta).
Apabila orang berprilaku dengan cara baik dan dengan cara benar yang
sesuai dengan akhlak dan aturan, maka prilaku orang itu menyebabkan
orang lain berbahagia. Prilaku yang menyebabkan orang lain berbahagia
itu disebut pahala. Subha karma terlekat pada jiwa orang itu dan pada jiwa
orang lain. Apabila orang itu meninggal, lekatan subha karma ikut pada
jiwanya dan orang itu meninggalkan pahala, yaitu subha karma wasena
pada jiwa orang lain. Lekatan subha karma akan menjadi kenangan indah
pada orang yang hidup, keindahannya akan menjadi bahan pembicaraan
yang baik juga.
Apabila orang berprilaku dengan cara tidak baik dan dengan cara tidak
benar, dan tidak sesuai dengan akhlak dan aturan, maka prilaku orang itu
menyebabkan orang lain menderita. Prilaku yang menyebabkan orang lain
menderita itu disebut dosa. Asubha karma terlekat pada jiwa orang itu dan
pada jiwa orang lain. Apabila orang itu meninggal, lekatan asubha karma
ikut pada jiwanya dan orang itu meninggalkan dosa, yaitu asubha karma
wasena pada jiwa orang lain. Lekatan asubha karma akan menjadi
kenangan buruk pada orang yang hidup. Keburukannya akan menjadi
bahan pembicaraan yang buruk juga.
Subha karma dan asubha karma akan menjadi subha karma wasena
dan asubha karma wasena pada jiwa setiap orang ketika orang itu
meninggal, pada saat orang - orang itu lahir kembali, subha karma wasena
dan asubha karma wasena ikut pada jiwa mereka.
Karena subha karma wasena dan asubha karma wasena masih ada
atau melekat pada jiwa sipelaku dan pada jiwa orang lain ketika
sipelakunya meninggal, maka atmannya tidak dapat melepaskan dirinya
2
dari suksma sarira. Subha karma wasena dan asubha karma wasena
menyebabkan roh mesti lahir lagi dengan mengambil badan stula baru
yang sesuai dengan prilaku roh ketika roh berada di badan stula kelahiran
terdahulunya untuk menikmati pahalanya dan untuk menebus dosanya.
Apabila kedua lekatan subha karma dan lekatan asubha karma tidak
ada lagi pada suksma sariranya ketika orang itu meninggal, maka atman
dengan sendirinya akan meninggalkan suksma sariranya dan menuju ke
moksa.
3. Jalan Menuju Ke Moksa
Karena manusia hidup bermasyarakat dan anak adalah masa depan
orang tua di keluarga, maka orang tua mempunyai peran penting untuk
menjadikan anaknya suputrem. Apabila anak sudah menjadi suputrem atau
anak soleh, maka anak dengan kesadaran sendiri akan membalas jasa
kepada orang tuanya dan orang tua pun tidak melekatkan asubha karma
wasena pada jiwanya sendiri dan pada jiwa anaknya. Oleh karena itu,
orang tua mestilah membimbing anak dari mulai dirumah orang tuanya dan
menyekolahkan anak disekolah yang ada guru yang mencerdaskan pikiran
dan menuntun karakter anak, agar anak tau balas jasa kepada orang tua
dan masyarakat, yaitu di sekolah yang ada mata pelajaran tattwa, susila
dan yajna. Apabila anak telah berpengetahuan tattwa, susila dan yajna,
maka anak dengan kesadaran sendiri dapat menuntun dirinya sendiri
ketika terhubung dengan masyarakat untuk menuju hidup sejahtera dan
bahagia semasa hidup dan dapat mencapai persatuan atman dengan
brahman setelah meninggal.
 Suputrem berasal dari dua kata bahasa sansekerta yaitu dari kata su
dan putrem. Su : artinya suci. Suci menerangkan jiwa. Putrem artinya :
anak (putra putri). Jadi suputrem adalah anak suci. Suputrem atau anak
suci adalah anak yang berprilaku baik dan benar yang sesuai dengan
akhlak dan aturan ketika terhubung dengan keluarga dan masyarakat.
Agar setiap orang dapat mencapai moksa, maka ketika orang lagi
hidup, orang mestilah tidak terpengaruh dengan maya.
Maya adalah suatu objek atau benda atau hayalan atau ilusi atau
gambaran dan sebutan lain yang sejenisnya dalam bahasa yang berbeda,
3
yang dapat menyebabkan daya tarik roh melalui organ panca inderiya.
Maya pada dasarnya tidak ada. Keberadaan maya semata mata
disebabkan oleh adanya hubungan antara inderiya dengan benda – benda
atau objek – objek yang ada di dunia ini. Apabila roh terpengaruh dengan
objek – objek yang ada di alam semesta ini, maka roh akan menjadi
berkeinginan dan roh pun akan menunjukan keinginannya dengan
berprilaku yang sesuai dengan : objek – objek yang mempengaruhinya.
Apabila keinginan orang berprilaku yang sesuai dengan cara baik dan cara
benar dan yang sesuai dengan akhlak dan aturan, maka subha karma
wasena akan melekat pada jiwanya menjadi pahala. Pahala akan dinikmati
di hari itu juga atau dikemudian hari atau dikelahiran yang akan datang.
Apabila keinginan roh berprilaku tidak sesuai dengan cara baik dan cara
benar dan bertentangan dengan akhlak dan aturan, maka asubha karma
akan terlekat pada jiwannya menjadi dosa. Dosa akan di tebus di hari itu
juga atau di kemudian hari atau di kelahiran yang akan datang.
Persatuan atman dengan brahman baru akan dapat terjadi apabila
orang tidak melekatkan segala prilaku baik dan segala prilaku buruk pada
jiwanya. Karena prilaku baik dan prilaku buruk akan menjadi pembayaran
dan penagihan ketika masih hidup dan apabila tak terbayarkan dan tak
tertagih, maka subha karma dan asubha karma akan menjadi subha karma
wasena dan asubha karma wasena pada jiwanya, yaitu pada suksma
sarira atman. Oleh karena adanya subha karma wasena dan asubha
karma wasena pada jiwa, maka menyebabkan roh mesti lahir kembali
untuk menikmati subha karmanya dan menebus asubha karmanya.
Apabila di kelahiran sekarang roh tidak melepaskan lekatan subha
karmanya dan asubha karmanya, maka roh menambah dan menyebabkan
akumulasi subha karma wasena dan akumulasi asubha karma wasena
pada suksma sariranya yang menyebabkan roh memperpanjang
reinkarnasinya.
Oleh karena itu setiap orang yang tidak menginginkan kelahiran
berulang – ulang, orang itu mestilah melepaskan subha karma wasena dan
asubha karma wasena yang ada pada jiwanya dan tidak melekatkan subha
karma dan asubha karma lagi dengan cara melunaskan atau
4
menyelesaikan transaksi jasa apapun dihari itu juga atau sesuai dengan
kesepakatan. Seperti jasa transaksi barang, pertolongan dan jasa yang lain
sebagainya, di balas sesuai dengan jasanya atau kesepakatan atau
dengan kualitas yang sama agar tidak menjadi karma wasena pada
jiwanya.
Apabila seseorang pernah melakukan asubha karma atau prilaku buruk
seperti : merencanakan kejahatan, bersiasat buruk, mencuri, membunuh,
mencaci maki, menghina, menghasut dan lain yang sejenisnya, maka
orang itu mestilah bertobat, yaitu tidak mengulangi prilaku seperti itu lagi
dan meminta maaf kepada sikorban, agar lekatan asubha karma yang
telah ada pada dirinya dan diri si korban tidak menambah akumulasi dan
ketenangan jiwa bersama pun terpulihkan.
Apabila si korban memaafkan maka lekatan asubha karma pada jiwa
mereka tidak berakumulasi namba. Namun penderitaan yang telah dijalani
atau dialami oleh si korban tetap saja terlekat atau mewasanai jiwa mereka
yang akan menjadi tagihan atau pembayaran di kelahiran – kelahiran yang
akan datang, karena catatan atau lekatan atau wasenanya, yaitu : lekatan
penderitaan yang ada pada jiwanya, baru impas atau terhapus, apabila
sipelaku mengalami atau menjalani hidup seperti itu juga dalam kwalitas
yang sama maupun kwalitas yang berbeda, sebagai akibat hukum karma,
yang menyebabkan atman terbelenggu dengan subha karma wasena dan
asubha karma wasena. Apabila atman terbebas dari belenggu subha
karma wasena dan belenggu asubha karma wasena, maka barulah atman
dapat menuju ke moksa.
Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan rintangan bagaikan
mengarungi samudra yang bergelombang. Agar manusia dapat terhindar
dari gelombang kehidupan yang menyusahkan, menyedihkan,
menderitakan, maka para Rsi dan para guru bangsa pada masa silam
sekali, mengajarkan darma atau agamas. Seperti tukang perahu
membuatkan perahu untuk penyeberangan bagi penumpang.
Sabda Rsi :
Ikang dharma ngaranya, henu ning mara ring swarga ika,
Kadi gati ning prahu, an henu ning banyaga nentas ing tasik.
5
Artinya.
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,
sebagai halnya sebuah perahu, perahu adalah suatu alat penyeberangan
bagi penumpang atau orang dagang ke seberang laut atau lautan.
Sarasamuccaya : 14
Banyak ajaran yang diajarkan untuk menuju ke moksa oleh guru
setiap bangsa di daerahnya masing – masing dimasa silam. Diantaranya
seperti yang diterangkan oleh para Rsi dalam kitab sastera :
3.A. Moksartham Jagathisa yasa ithi darma
Artinya :
Tujuan darma (agamas) adalah menuju hidup sejahtera dan bahagia
semasa hidup (jagathisa) dan mencapai persatuan atman dengan brahman
setelah meninggal (moksa).
Darma dengan agamas mempunyai sedikit pembedaan dalam arti
Darma adalah : ajaran para Rsi. Agamas adalah: ajaran Rsi yang telah
menjadi guru bangsa dari suatu kelompok orang yang hidup rimba menjadi
suatu bangsa yang hidup berbudaya.
Agama berasal dari kata agamas, agamas artinya : ajaran guru
bangsa. Ajaran guru bangsa adalah : suatu ajaran tuntunan hidup dengan
kesadaran sendiri, menuntun diri sendiri – sendiri, hidup berbudaya dengan
bertata cara baik dan benar yang sesuai dengan akhlak dan aturan, agar
manusia terhindar dari asubha karma phala dan tidak jatuh ke tingkat
binatang.
Apabila setiap orang hidup dengan ajaran tuntunan Rsi atau guru
bangsanya masing – masing, antara lain seperti : Ketika hidup
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, aksara dan simbol antara
dengan sesiapa saja saling tidak meninggalkan asubha karma wasena,
ketika hidup berkeluarga antara orang tua dengan anak saling tidak
meninggalkan asubha karma wasena, ketika hidup bermasyarakat antara
tokoh masyarakat dengan masyarakat antara masyarakat dengan tokoh
masyarakat dan antara masyarakat dengan masyarakat saling tidak
meninggalkan asubha karma wasena, ketika hidup mencari nafkah antara
konsumen dengan produsen saling tidak meninggalkan asubha karma
6
wasena, dan ketika hidup di kalangan lain sebagainya saling tidak
meninggalkan asubha karma wasena, maka jiwa tidak akan lahir lagi
kedunia ini, karena tidak ada subha karma wasena dan asubha karma
wasena pada jiwanya untuk dinikmati dan untuk ditebus lagi, atmanpun
dengan sendirinya meninggalkan sukma sariranya dan menuju ke moksa.
3.B. Catur Asrama
Setiap orang dari mulai kelahiran hingga kematian mengalami pase
atau jenjangan atau masa hidup yang sesuai dengan pertambahan usia di
dunia ini, yaitu masa kanak – kanak, masa remaja, masa dewasa dan
masa tua. Tutur kata panggilan juga berubah sesuai dengan pertambahan
usia, hubungan keluarga dan karena status kemasyarakatan, seperti : adik,
abang, suami, istri, ayah, ibu, paman, bibi, kakek, nenek, pegawai negeri,
pegawai swasta, walikota, bupati, guru, dan lain sebagainya.
Agar hidup manusia tidak sia – sia, jiwa tetap tersucikan terus menerus,
maka perlu bagi manusia yang memiliki keinginan, tenaga dan pikiran ini,
untuk bertujuan hidup dengan cara merencanakan dan merealisasikannya
dalam jenjang atau tahapan hidup yang sesuai dengan perkembangan
jiwa, pertumbuhan badan dan pertambahan usia.
Ada 4 (empat) tahapan atau jenjangan hidup manusia yang disebut
catur asrama. Catur ashrama berasal dari 2 (dua) kata bahasa sansekerta,
yaitu : dari kata catur dan ashram. Catur artinya : 4 (empat). Ashram
artinya : asrama, sekolah, jenjangan, tahapan, masa dan kata sinonim
yang lain sejenisnya.
Jadi catur asrama artinya : empat jenjangan kehidupan. Keempat
jenjang kehidupan itu adalah :
- 1. Brahmacari asrama
Brahmacari berasal dari dua kata bahasa sansekerta, yaitu dari kata
brahma dan acari. Brahma artinya : ilmu pengetahuan, pelajaran, science
dan sinonim lain yang sejenisnya, dan brahma juga adalah nama sada
siwa ketika sada siwa menciptakan alam semesta ini. Acari artinya :
asiriyar, guru, teacher dan sebutan lain dalam bahasa yang berbeda. Jadi
brahmacari asrama adalah : masa atau tahapan hidup menuntut ilmu atau
masa hidup berguru.
7
Pada masa ini orang tua mempunyai peranan penting, karena “ anak –
anak adalah masa depan orang tua, maka orang tua sudah semestilah
menuntun anak dengan latihan, suruhan, larangan dan menyekolahkan
anak di sekolah yang ada mata pelajaran tattwa, susila dan yajna, agar
pikiran anak terlatih dengan cerdas, jiwa anak tersucikan dengan prilaku
atau moral yang baik dan benar. Apabila pikiran anak telah cerdas dan jiwa
tersucikan maka anak tau balas jasa kepada orang tua dan masyarakat,
karena anak hidup di keluarga dan anak akan hidup berkecimpung dengan
masyarakat ketika anak akan memenuhi tuntutan hidupnya.
- 2. Grahasta Asrama
Grahasta berasal dari 2 (dua) kata bahasa sansekerta, yaitu dari kata
griya atau graha dan hasta. Griya atau graha artinya : rumah atau
keluarga. Hasta artinya : membina atau menuntun. Jadi grahasta asrama
adalah jenjang atau masa hidup berumah tangga atau masa hidup
berkeluarga atau masa hidup membina keluarga.
Faktor usia remaja menuju ke dewasa, gejolak pertumbuhan hormon,
kelenjar dan lain sebagainya yang ada pada tubuh orang pada masa ini
sedang beraktivitas, inderiya penglihatan akan mempengaruhi jiwa tergoda
dan bernapsu ketika mata memandang lawan jenisnya, kemudian dengan
sendirinya jiwapun menjadi berkeinginan. Inderiya – inderiya lain dengan
sendirinya juga akan terpengaruh yang menyebabkan organ karma
berprilaku.
Pada masa atau jenjangan hidup ini, orang tua mempunyai hutang
terakhir kepada anak, agar jiwa anak tertuntun dengan moral yang baik
dan benar yang sesuai dengan akhlak dan aturan, maka pada masa ini,
orang tua mestilah mengawinkan anaknya, agar di masa tua orang tua,
orang tua tidak terbebani dengan hutang kepada anak.
- 3. Wanaprasta Asrama
Wanaprasta berasal dari 2 (dua) kata bahasa sansekerta, yaitu dari
kata wana dan prasta. Wana artinya : menolak atau melepaskan
keterikatan. Prasta artinya : kota, keramaian, keluarga, kemewahan, harta
dan sinonim lain yang sejenisnya. Jadi wanaprasta asrama adalah masa
atau tahapan persiapan hidup untuk membebaskan diri dari keterikatan
8
terhadap keluarga, kemewahan, keramaian, harta dan lain yang
sejenisnya.
Pada masa ini orang tua telah mengawinkan kesemua anak – anaknya.
Anak lelaki telah menjadi kepala rumah tangga di keluarganya sendiri,
anak perempuan telah menjadi ibu rumah tangga di keluarga suaminya.
Orang tua memasuki masa pensiun dan menikmati masa hidup tuanya dari
tabungan mata pencarian semasa mudanya. Apabila orang tua meninggal,
maka harta akan tertinggal kepada anak – anaknya. Oleh karena itu orang
tua mestilah mewariskan hartanya seperti sabda para Rsi.
Anak lelaki adalah pewaris ayahnya dirumah ayahnya.
Anak perempuan adalah titipan Tuhan dirumah ayahnya.
 Apabila ada anak yang belum dikawinkan oleh orang tuanya, maka
orang tua masih terikat dengan beban hutang kepada anaknya yang
menyebabkan orang tua belum bebas untuk melanjutkan ke tahapan
atau jenjang sanyasi.
- 4. Sanyasi Asrama
Sanyasi berasal dari kata bahasa sansekerta. Sanyasi mempunyai
pengertian yaitu : orang yang berilmu pengetahuan yang diperoleh dari
bangku sekolah, dari masa kehidupan rumah tangga, dari masa mencari
nafkah, dari masa berkecimpung di masyarakat, dari masa beradaptasi
dengan lingkungan dan dari masa menikmati hidup lainnya. Sanyasi di
sebut juga dengan pengelana, pengembara, sufi, bikku, yogi, cendekiawan,
intelektual dan sebutan lain dalam bahasa yang berbeda.
Sanyasi adalah orang yang menjalani kehidupan tanpa keterikatan
dengan keluarga, harta, jabatan dan nafsu lagi atau tidak terikat untuk
menikmati hidup dengan kemewahan, kesenangan dari rangsangan atau
daya tarik panca inderiyanya. Sanyasipun menyadari tubuhnya mengalami
penuaan dan mautpun sedang menanti.
Pada masa ini orang tua sudah tidak mencari nafkah lagi, biaya hidup
orang tua di biayayi dari gaji pensiun atau dari simpanan hartanya sendiri
atau di biayai oleh anak dan cucu cicitnya sebagai balas jasa anak cucu
cicitnya kepada orang tua, kakek, nenek, embahnya.

9
Banyak aktivitas yang dapat dikerjakan oleh sanyasi pada kehidupan
masa sanyasinya untuk menghabiskan sisa usia hidupnya sambil
menunggu kematian seperti :
- 4.1. Mengadakan Yatra
Yatra adalah perjalanan atau kunjungan bertujuan mensucikan jiwa
sambil bertamasya, yaitu berkunjung ke tempat wisata bertujuan
menghibur diri dengan bernostalgia, saling curhat, saling bercerita dan lain
yang sejenisnya, seperti:
- Darma yatra
Darma yatra adalah kunjungan ketempat dimana ada wacana darma,
bertujuan mendengar darma wacana (dakwa) atau memberi wacana
darma.
- Tirta yatra
Tirta yatra adalah kunjungan ketepian sungai, danau, laut dan ditempat
lain yang sejenisnya, bertujuan menghadiri upacara dan mendengar
riwayat-riwayat orang – orang suci yang pernah melakukan pertapaan dan
lain sebagainya.
- Masih banyak yatra lainnya seperi : Kuil Yatra, gunung yatra dan lain
sebagainya.
- 4.2. Berbakti di lembaga sosial atau kemasyarakatan, seperti :
- Lembaga keagamaan
Ikut mengurus lembaga keagamaan, menjadi nara sumber atau
motivator, memberi darma wacana (pracara) melaksanakan upacara
sarigey dan melaksanakan upacara kirigey dan lain sebagainya.
- Lembaga hak azasi manusia (ham)
Memberi pembelaan dan pengarahan kepada orang – orang yang
tertindas dan penindas, orang yang di perlakukan tidak adil dan pelaku
tidak adil.
- Masih banyak lembaga – lembaga lainnya seperti : Lembaga
pelestarian alam, lembaga pertanian, lembaga lansia dan lain
sebagainya.
Dimasa silam sekali, sanyasi ada yang berkelana atau mengembara
dari satu tempat ke tempat lain menjadi yogi sambil memberi darma
10
wacana, melaksanakan upacara bagi orang yang hidup dan bagi orang
yang sudah meninggal, memberi atau mengajarkan sastera, pengobatan
dan lain sebagainya. Sanyasi ada juga yang tidak kembali ke keluarganya
hingga kematiannya. Ada juga sanyasi yang melakukan tapa hingga
kematiannya. Pertapa ketika sudah mau meninggal, pertapa selalu
membakar dirinya dengan menggunakan tenaga dalamnya, agar tubuh
atau stula sarinya menjadi abu dan segera menyatu dengan panca maha
bhuta. Ada juga sanyasi yang karena kesucian jiwanya ketika meninggal,
sanyasi tidak meninggalkan tubuhnya, tubuhnya dengan sendirinya raib,
menyatu dengan Panca maha bhuta.
Apabila setiap orang dari bangsa yang telah hidup berbudaya ketika
hidup pada.
- Jenjangan brahmacari saling tidak meninggalkan asubha karma
wasena antara orang tua, guru dan murid ketika hidup berguru, dan
pada
- Jenjangan grahasta saling tidak meninggalkan asubha karma
wasena antara suami, istri dan anak ketika hidup berkeluarga, dan
pada
- Jenjangan wanaprasta saling tidak meninggalkan asubha karma
wasena antara orang tua dan anak ketika orang tua meninggal dan
ketika orang tua meninggalkan harta, dan pada
- Jenjangan sanyasi saling tidak meninggalkan asubha karma wasena
antara sanyasi dengan orang – orang yang bertemu dengannya
ketika berkelana dan ketika berbakti di lembaga kemasyarakatan.
Maka tidak akan ada lagi asubha karma wasena pada suksma sarira
orang itu. Atmanpun dengan sendirinya akan meninggalkan suksma
sariranya dan akan terbawa ke brahman. Apabila pada suksma sarira
orang itu masih ada subha karma wasena, maka subha karma wasena itu,
menyebabkan atman tidak dapat meninggalkan suksma sariranya, jiwapun
mesti lahir kembali ke dunia fanah ini untuk menikmati subha karma
wasenanya atau pahalanya.
3.C.Catur warga

11
Manusia adalah makhluk hidup yang hidupnya saling
berketergantungan diantara sesama manusia untuk memenuhi tuntutan
hidupnya, yaitu keinginan jiwa dan kebutuhan raga. Oleh karena itulah
menyebabkan manusia hidup berwarga atau bermasyarakat, agar manusia
gampang saling bertemu dan saling cari mencari untuk memenuhi tuntutan
hidupnya.
Pada masa sangat silam sekali, orang suci yang kemudian menjadi
guru bangsanya dari setiap bangsa yang telah hidup berbudaya seperti
sekarang ini, telah mengajarkan banyak cara untuk memenuhi tuntutan
hidup kepada baktanya, agar manusia yang beralat pikir ini di setiap
generasi tidak hidup menderita dan tidak hidup sia – sia dengan
menggunakan alat pikirnya untuk dapat hidup sejahtera dan bahagia
semasa hidup dan mencapai persatuan atman dengan brahman setelah
meninggal. Sala satunya tercantum pada catur warga.
Sabda Rsi Wararuci
Anakku ka mung Jayamejaya salwining warawarah, Jawat maka
padathang caturwarga sewararanya sakopanyasanya, hana juga ya ngke,
sangksepanya sanya, ika hana ngke, ya ike hana inglen sangkeriki, ikan
tan hana ngke, tan hana ika ring len sang keriki.
Artinya:
Anakku Jaya Mejaya, segala ajaran tentang catur warga, yaitu
darma, artha, kama, moksa, baik pun sumber maupun arti atau uraiannya
ada terdapat disini. Singkatnya segala yang terdapat disini akan terdapat di
sastera lain, yang tidak terdapat disini, tidak akan terdapat di sastera lain.
Sarassamuccaya. 1.
Keempat tujuan hidup manusia itu adalah :
- 1. Darma : Menuntut Ilmu
Darma adalah ajaran para Rsi atau ajaran para orang suci. Ajaran para
Rsi, orang suci, agamawan, sasterawan, yogi dan sebutan lain dalam
bahasa yang berbeda adalah ajaran yang mengajarkan : manusia mestilah
dengan kesadaran sendiri, menuntun dirinya sendiri – sendiri hidup
berbudaya dengan bertata cara baik dan benar yang sesuai dengan akhlak

12
dan aturan, agar manusia tidak terlibat dengan asubha karma phala dan
tidak jatuh ke tingkat binatang.
Ajaran para Rsi atau orang suci itu terdiri dari : tattwa, susila dan yajna.
Ketiga ajaran ini mengandung ilmu pengetahuan yang menyebabkan
pikiran orang menjadi cerdas untuk menuntun jiwa menuju ke kehidupan
sejahtera dan bahagia semasa hidup dan mencapai persatuan atman
dengan brahman setelah meninggal.
Darma dalam bahasa sehari – hari mempunyai arti: kebenaran,
kebaikan, tanggung jawab, kewajiban, keadilan dan sinonim lain yang
sejenisnya.
Jadi manusia yang sesuai dengan pengertiannya yaitu “ Roh yang
hidup pada tubuh yang ada alat pikir” mestilah tidak menyia – nyiakan alat
pikirnya untuk menuntut ilmu, agar manusia dapat hidup sejahtera dan
bahagia semasa hidup dan dapat mencapai persatuan atman dengan
brahman setelah meninggal.
- 2. Artha : Mencari Nafkah
Setiap orang dari bangsa yang telah hidup berbudaya mestilah mencari
nafkah, agar nafkahnya dapat membiayai tuntutan hidupnya. Karena :
- Manusia memerlukan makanan untuk pertumbuhan raga dan sebagai
bahan bakar agar jiwa bertenaga untuk menggerakkan raganya.
- Manusia memerlukan pakaian untuk menghindari diri dari sengatan
panas, cuaca dingin, abu dan lain sebagainya agar jiwa terhindar dari
kesengsaraan.
- Manusia memerlukan perumahan untuk perlindungan, agar jiwa
terhindar dari bahaya yang tak di inginkan ketika beristirahat dan tidur.
- Manusia memerlukan obat – obatan untuk menjaga kesehatan,
mengobati penyakit, agar ketentraman jiwa terjaga.
- Manusia memerlukan hiburan untuk menyenangkan jiwanya (hatinya).
- Manusia memerlukan pendidikan untuk mencerdaskan pikirannya.
- Manusia memerlukan keluarga dan organisasi untuk menurunkan
keturunan dan untuk kenyamanan dan keamanan hidup
- Manusia perlu melaksanakan upacara untuk mendapatkan restu dari
saudara, famili, warga setempat dan orang – orang tertentu lainnya.
13
- Dan keperluan manusia lain sebagainya.
- 3. Kama : Menikmati Hidup
Karena pada tubuh manusia terlengkapi dengan panca inderiya,
dimana panca inderiya berfungsi sebagai pemberi informasi kepada jiwa,
maka jiwa dengan sendirinya akan mencari tau atau berkeinginan untuk
menikmati hidup dengan menggunakan organ karmanya, apabila orang itu
terpengaruh. Misalkan :
- Seseorang yang melihat dengan matanya atau mendengar dengan
kupingnya sendiri tentang lawan jenisnya, apabila jiwanya tertarik,
maka orang itu akan mendekati atau mencari lawan jenisnya itu, dan
akan menikmati kesenangannya dengan dia, dengan cara ngobrol.
Apabila berkeinginan lebih, dia akan merayu atau akan melamar untuk
menikahinya atau bertransaksi untuk menikmati nafsunya dengan
menggunakan organ karmanya.
- Seseorang yang melihat atau mendengar atau mencicipi sesuatu
makanan, apabila jiwanya berselera, maka orang itu akan menikmati
makanannya dengan cara membeli bahan – bahannya, dan memasak
dirumahnya atau membeli makanan itu, makan di restoran atau
bungkus bawa pulang dengan menggunakan organ karmanya untuk
menikmati selerahnya.
- Seseorang yang melihat atau mendengar benda – benda seperti
pakaian, perumahan, kendaraan, barang – barang antik dan lain
sebagainya, apabila jiwa menyukainya, maka orang itu akan
berkeinginan untuk memiliki barang – barang itu dengan cara membeli
atau dengan cara lain untuk menyenangkan hatinya.
- Dan masih banyak lagi cara menikmati hidup setiap orang untuk
menyenangkan jiwanya, seperti : pergi berekreasi ke pantai, ke klub
malam, ke bioskop, jalan – jalan ke luar negeri dan lain sebagainya
untuk menikmati hidup.
 Selagi panca inderiya ada dengan sempurna pada tubuh manusia,
maka panca inderiya tetap saja akan menyebabkan jiwa yang
menghidupi tubuh manusia itu, menikmati hidup dengan cara keinginan
memiliki, mengikutkan selera, menyalurkan nafsu dan dengan cara lain
14
sebagainya dengan menggunakan organ karma yang ada pada
tubuhnya.
- 4. Moksa
Moksa adalah alam persatuan atman dengan brahman setelah manusia
meninggal.
- Apabila ketika orang menuntut ilmu tidak meninggalkan dosa kepada
siapapun dan apapun dan ilmu pengetahuannya tidak digunakan untuk
prilaku yang menyebabkan dosa, dan
- Apabila ketika orang mencari nafkah tidak meninggalkan hutang yang
menyebabkan dosa kepada siapapun dan apapun, serta nafkahnya
tidak digunakan untuk prilaku yang menyebabkan dosa dan tidak
digunakan untuk membiayai hidup isteri dan anak yang menyebabkan
mereka ikut berdosa, dan
- Apabila ketika sedang menikmati hidup dan setelah selesai menikmati
hidup tidak meninggalkan hutang yang menyebabkan dosa kepada
siapapun dan apapun,
maka tidak akan ada lagi asubha karma wasena pada suksma sarira
orang itu. Atman pun dengan sendirinya akan terlepas dari suksma
sariranya dan akan terbawa ke brahman. Apabila pada suksma sarira
orang itu masih ada subha karma wasena, maka subha karma wasena itu,
menyebabkan atman tidak dapat meninggalkan suksma sariranya, jiwapun
mesti lahir kembali ke mayapada ini untuk menikmati subha karma
wasenanya atau pahalanya.
3.D.Catur Marga Yoga
Catur marga yoga terdiri dari tiga kata bahasa sansekerta yaitu : catur,
marga dan yoga. Catur artinya : empat, marga artinya : cara atau jalan, yoga
artinya : pengendalian diri dari pengaruh maya yang diterima oleh roh
melalui organ panca inderiyanya.
Jadi catur marga yoga adalah : empat cara atau jalan pengendalian diri
dari pengaruh maya melalui organ panca inderiya, agar manusia tidak
melekatkan subha karma dan melekatkan asubha karma pada jiwanya.
Sebab subha karma dan asubha karma menyebabkan atman akan
terbelenggu dengan subha karma wasena dan asubha karma wasena
15
pada suksma sariranya yang menyebabkan jiwa mesti lahir kembali untuk
menikmati subha karma wasena (pahala) nya dan menebus asubha karma
wasena (dosa) nya sebelum atman menuju ke moksa.
Keempat marga yoga itu adalah :
3.D.1. Jnana marga yoga.
Jnana artinya : Ilmu pengetahuan, ajaran, science, pilsapat dan sinonim
lain dalam bahasa yang berbeda. Jnana marga yoga adalah : suatu cara
pengendalian diri untuk menuju hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup
dan mencapai persatuan atman dengan brahman setelah meninggal
dengan cara hidup berpedoman dengan ilmu pengetahuan.
Karena tubuh manusia terlengkapi dengan alat pikir, maka manusia
sudah semestinya menuntut ilmu, agar pikiran menjadi cerdas. Apabila
setiap orang telah cerdas pikirannya, maka manusia dengan kesadaran
sendiri, sudah gampang untuk menuntun dirinya ke prilaku baik dan ke
prilaku benar. Oleh karena itu pikiran mesti di biasakan mengkaji atau
mencari tahu dengan membedakan, membandingkan, menganalisa,
meneliti antara prilaku baik dan prilaku buruk, karena kedua prilaku ini akan
membawa orang ke kebahagiaan dan ke penderitaan, ke kesejahteraan
dan ke kemelaratan, ke kaya dan ke miskin dan lain sebagainya.
Oleh karena itu jugalah setiap orang tua mesti menyekolahkan anak –
anaknya semenjak dini, agar anak – anak terbiasa mengkaji dengan ilmu
pengetahuan dan para pengajar mestilah mengajarkan panca tattwa
disekolahnya, agar anak didiknya berpengetahuan panca tattwa.
Apabila pikiran orang telah cerdas, maka orang dengan kesadaran
sendiri dapat menuntun dirinya, hidup berbudaya dengan bertata cara baik
dan benar yang sesuai dengan ahklak dan aturan, sehingga manusia tidak
jatuh ke tingkat binatang dan terbebas dari hukum asubha karma.
Sri Krisna bersabda tentang ilmu pengetahuan.
- Api cek asi papebhyah Sarvebhyah papakrttamah
Sarvani jinananplavenai’va Vejinam sansrisyasi
Artinya :

16
Meskipun engkau adalah orang yang paling berdosa diantara semua
orang berdosa, engkau tetap saja selalu dapat mengarungi laut kejahatan
apabila engkau berilmu.
Bhagawad gita IV.36
- Na hi juanena sadrsam Pavitram iha vidyate
Tat svayam yogasamsiddhah Kalena’tmani vindati
Artinya :
Tidak ada di dunia ini yang kehebatannya menyamai ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan dapat mengendalikan dan mensucikan jiwa
setiap orang. Orang yang berilmu pengetahuan dengan sendirinya dapat
hidup bijaksana.
Bhagawad gita V.38
Ada lima macam ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh para Rsi
dimasa silam. Kelima macam ilmu pengetahuan itu disebut panca tattwa.
Panca tattwa atau kelima pilsafat itu adalah :
- 1. Brahman Tattwa
Brahman adalah sosok yang mengawali alam semesta beserta isinya.
Brahman adalah sosok yang tak dapat dirasakan, dibayangkan dan di
pikirkan. Brahman itu ada. Keberadaan brahman disebut swa loka. Swa
loka sama dengan alam tidur lelap. Alam tidur lelap atau swa loka tak
dapat dirasakan, dibayangkan dan dipikirkan. Seseorang hanya dapat
bercerita tentang swa loka, ketika orang itu terbangun dari tidur lelapnya.
Brahman tattwa adalah ilmu yang mempelajari tentang asal usul
brahman, serta evolusi brahman ke panca mahabhuta, ke buana agung
dan ke buana alit. Brahman juga diterangkan dalam sosok nirguna
brahman, saguna brahman dan siwa atma.
- 2. Atman Tattwa
Atman adalah energi penggerak maha butha kala (buana agung) dan
energi penghidup sarwa bhuta kala (buana alit). Ketika atman
menggerakkan maha bhuta kala, atman disebut gravitasi. Ketika atman
menghidupi suksma sarira, kedua persatuan antara atman dengan suksma
sarira disebut roh. Ketika roh menghidupi stula sarira, kedua persatuan
antara roh dengan stula sarira disebut mahkluk hidup.
17
Atman tattwa adalah ilmu yang mempelajari tentang asal usul atman,
perjalanan atman ke suksma sarira serta fungsi – fungsi atman ketika
atman menghidupi suksma sarira yang terdiri dari : Citta, buddhi, manah,
ahamkara, dasa inderiya, panca tan matra, parama anu yang disebut roh
dan perjalanan roh ke stula sarira, serta fungsi roh ketika roh menghidupi
stula sarira yang terdiri dari panca maha bhuta , yaitu akasa, bayu, tejah,
apah dan pertiwi yang disebut makhluk hidup. Dalam istilah medis stula
sarira terdiri dari protein, lemak, karbonhidrat, vitamin, mineral dan air.
- 3. Karma Phala Tattwa
Karma adalah : prilaku dari pada setiap orang yang bersumber dari
pikiran yang di realisasikan dengan organ ucapan dan organ perbuatan,
seperti : menghormat, mencaci, memerentah, mengelus, memukul,
menendang, menyenggol dan sebutan lain yang berhubungan dengan kata
kerja. Phala artinya : akibat, hasil, keadilan, hukuman dan kata lain yang
sejenisnya yang disebabkan dari karma atau prilaku, menghormat,
mencaci, memerentah, mengelus, memukul, menyenggol dan lain yang
sejenisnya.
Jadi karma phala adalah : suatu phala dari karma, seperti : akibat dari
prilaku salah dan buruk yang menyebabkan dosa atau akibat dari prilaku
baik dan benar yang menyebabkan pahala atau hasil dari pada kerja
mendapatkan gaji atau hasil dari menanam mendapatkan panenan atau
perbuatan kejahatan yang mendapatkan hukuman dari kejahatan itu
hingga menyebabkan masuk penjara dan lain yang sejenisnya karena
menyebabkan orang lain menderita luka pisik, sakit hati atau kerugian
harta benda.
Karma phala tattwa adalah ilmu yang mempelajari tentang prilaku roh
ketika roh hidup berbadan manusia dengan menggunakan ketiga organ
karma yang ada pada tubuhnya, yaitu : organ pikiran, organ ucapan dan
organ perbuatan, beserta akibat – akibat dari prilakunya terhadap orang
lain, makhluk lain dan lingkungan yang akan berbalik pada diri sipelakunya
dalam bentuk pahala dan dosa di hari itu juga atau di kemudian hari atau di
hari kelahiran yang akan datang.

18
 Karena manusia dapat mengingat pengalaman yang menyenangkan
dan pengalaman yang menyusahkan, maka manusia dengan
menggunakan organ pikirannya sendiri dapat menginovasi atau
memperbaiki segala pengalaman – pengalaman yang menyusahkan,
kemudian menemukan penemuan – penemuan yang baru. Penemuan –
penemuan yang baru itu, berkembang dari pilsafat karma phala yang
menjadi ilmu – ilmu baru, seperti : ilmu exatta, ilmu sosial, ilmu teknik,
ilmu kesehatan, ilmu bahasa dan lain sebagainya.
- 4. Punarbawa Tattwa
Punar artinya : berputar atau kembali lagi atau berulang – ulang dan
sinonim yang sejenisnya. Bawa artinya : membawa, yaitu : membawa
lekatan subha karma dan lekatan asubha karma yang ada pada roh ketika
manusia lahir (seperti seseorang membawa barang belanjaan di kantong
plastik).
Jadi punarbawa adalah : roh lahir kembali atau roh lahir berulang –
ulang dengan membawa lekatan subha karma dan lekatan asubha karma
pada suksma sariranya.
Punarbawa tattwa adalah : ilmu yang mempelajari tentang perjalanan
roh dari satu tubuh ke tubuh yang lain dengan suka dukanya di bhur loka,
yaitu: dunia ini, dan kehidupan perjalanan roh di bhua loka, yaitu : ketika
manusia tidur bermimpi dan setelah roh meninggalkan tubuhnya menuju ke
bhua loka (surga dan neraka) dan swa loka (alam atman), yaitu : alam tidur
lelap.
- 5. Moksa Tattwa
Moksa adalah alam persatuan atman dengan brahman. Moksa tattwa
adalah : ilmu yang mempelajari tentang persatuan atman dengan brahman
serta cara – cara pembebasan atman dari lekatan karma atau karma
wasena yang melekat pada suksma sariranya, yaitu subha karma wasena
dan asubha karma wasena.
Setelah orang mempelajari panca tattwa dan apabila orang itu
mengerti panca tattwa dari kajian pikirannya dan dari pengalaman –
pengalaman prilaku hidupnya, maka orang dengan kesadaran sendiri akan
berprilaku baik dan benar yang sesuai dengan akhlak dan aturan kepada
19
lingkungan, orang lain dan mahkluk lain yang telah memberi jasa kepada
setiap orang hingga akhir hayat hidupnya.
Agar manusia tidak terhutang jasa kepada guru yang mengajarkan
kelima tattwa, Rsi yang mengawali kelima tattwa dan ilmuan yang
mengembangkan kelima tattwa, yang oleh karena mereka menyebabkan
manusia dapat hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup dan dapat
menyebabkan bersatunya atman dengan brahman setelah meninggal,
maka manusia mestilah membalas jasa kepada ilmu pengetahuan, guru,
Rsi dan para ilmuan dengan cara :
- Mempersonifikasikan ilmu pengetahuan dengan kelengkapan simbol –
simbol ilmu pengetahuan, agar ilmu pengetahuan dapat diberikan gelar
dewa atau dewi, nama dan riwayat. Dengan adanya persontifikasi yang
dilengkapi dengan gelar, nama, simbol dan riwayat kepada ilmu
pengetahuan, maka kepada ilmu pengetahuan melalui personifikasi
ilmu pengetahuan, yaitu Dewi Saraswati, sudah dapat di laksanakan
yajna riil (pracara dan upadesa) dan yajna upacara.
- Berprilaku baik kepada guru ketika guru masih hidup, merayakan hari
guru setiap tahun dan lain sebagainya.
3.D.2. Karma Marga Yoga
Karma artinya : prilaku. Karma atau prilaku adalah : suatu aktivitas atau
kegiatan jiwa, ketika jiwa hidup berbadan manusia untuk memenuhi
keinginan jiwanya dan untuk memenuhi kebutuhan raganya, dengan
menggunakan ketiga organ karma yang ada pada tubuhnya, yaitu : organ
manasika, organ wasika dan organ kayika.
Agar manusia yang telah hidup berbudaya ini, dapat memenuhi
tuntutan hidupnya, yaitu keinginan jiwa dan kebutuhan badan, maka
manusia mestilah mencari nafkah dengan cara bekerja.
Jadi karma marga yoga adalah suatu cara pengendalian diri untuk
menuju hidup sejahtera dan bahagia (jagadita) semasa hidup dan
mencapai persatuan atman dengan brahman (moksa) setelah meninggal
dengan cara bekerja untuk mencari nafkah, yang sesuai dengan akhlak
dan aturan, untuk memenuhi tuntutan hidup.

20
Karena tubuh manusia terlengkapi dengan panca inderiya yang
menyebabkan jiwa berkeinginan dan tubuh memerlukan bahan bakar isi
ulang, dan juga seluruh tuntutan hidup manusia, yaitu : keinginan jiwa dan
kebutuhan badan ada pada orang lain, mahkluk lain dan linkungan, maka
menyebabkan manusia mau tak mau mesti berhubungan dengan sesama
manusia, mahkluk lain dan lingkungan untuk mendapatkan tuntutan
hidupnya.
Dewa Krisna bersabda :
Nahi keschit ksnam api Jatu Thisthaty akarmakrit
Karyate hy avasah karma Sarwaprakritijar gunah
Artinya :
Tidak seorang pun tidak berkarma (beraktivitas,
berkegiatan ,bekerja), walaupun untuk sesaat saja, karena dengan tiada
berdaya manusia dibuat bertindak oleh dirinya sendiri, oleh orang lain, oleh
mahkluk lain dan oleh lingkungan sebagai akibat dari hukum karma diri
sendiri, orang lain, makhluk lain dan lingkungan.
Bhagawat Gita
Oleh karena bangsa telah hidup berbudaya dan agar manusia tidak
terbelenggu dengan penderitaan semasa hidupnya dan agar jiwa terbebas
dari subha karma wasena dan dari asubha karma wasena yang akan
membawa atman ke persatuan dengan brahman, maka manusia mestilah
dengan kesadaran sendiri mengerjakan pekerjaan yang subha karma
ketika mencari nafkah untuk memenuhi keinginan jiwa dan kebutuhan raga,
agar jiwa dapat hidup dengan nyaman dan tubuh terjaga kesehatannya.
Dewa Krisna Bersabda :
Na Karmanam anarambhan naiskarmyam puruso ‘snute;
Na ca sannyasanad eva siddhim samadhigacchati
Artinya :
Tanpa bekerja orang tak akan mencapai kesempurnaan, demikian
juga ia tak akan mencapai kebebasan karena menghindari kerja.
Bhagavad gita III.4
Karena kebutuhan hidup setiap orang ada pada orang lain, maka
manusia menjadi makhluk yang hidupnya saling berketergantungan. Jadi
21
setiap orang mestilah bekerja untuk mencari nafkah. Ketika manusia
mencari nafkah, maka manusia mestilah membalas jasa pada saat itu juga
atau sesuai dengan kesepakatan, agar tidak menjadi pahala dan dosa.
Pahala dan dosa akan menyebabkan subha karma wasena dan asuba
karma wasena pada jiwa setiap orang. Subha karma wasena dan asubha
karma wasena akan menyebabkan kelahiran kembali untuk menerima
pahalanya dan menebus dosanya.
Ada empat profesi kerja yang telah terbentuk pada bangsa yang telah
hidup berbudaya. Keempat profesi kerja yang telah terbentuk dari bangsa
yang telah hidup berbudaya itu, disebut catur warna.
Catur artinya : empat. Warna artinya : golongan atau kelompok atau
kasta pekerja yang menerima imbalan atau upah jasa kerjanya dari
penerima jasanya (brahmana dari baktanya, ksatriya dari rakyatnya, waisa
dari pelanggannya, sudera dari majikannya). Jadi catur warna adalah
empat golongan pekerja yang menerima imbalan atau upah jasa kerjanya
dari penerima jasanya
Keempat golongan pekerja atau catur warna yang memberi jasa
kepada sesama manusia adalah :
-1. Warna Brahmana
Warna Brahmana adalah golongan pekerja yang menerima imbalan
atau upah jasa kerjanya dari sumbangan sukarela baktanya atau
ummatnya ketika bangsa yang telah hidup berbudaya menjadi ayyer atau
pendeta dan bakta, yaitu dengan cara memberi darma wacana (dakwa)
atau berceramah tentang tuntunan hidup bermoral, agar jiwa baktanya
menjadi suci dan melaksanakan kelima yajna upacara kepada baktanya.
Oleh karena ceramah brahmana menyebabkan bakta hidup tertuntun
dengan moral yang dapat membebaskan jiwa dari dosa, maka bakta
mestilah membalas jasa kepada brahmana dengan memberi uang
sumbangan sukarela di kotak sumbangan atau di kotak donasi sebagai
gajinya, bakta juga mestilah membayar segala biaya pengeluaran
brahmana ketika brahmana melaksanakan upacara baktanya yang sesuai
dengan tujuan upacaranya, agar asubha karma wasena tidak melekat pada

22
jiwa baktanya yang akan menyebabkan atman terbelenggu tidak dapat
mencapai ke moksa.
Apabila brahmana dan bakta saling tidak meninggalkan pahala dan
dosa, maka kedua mereka terbebas dari karma wasena. Apabila salah
satunya meninggalkan hutang pahala atau hutang dosa, maka hutang
pahala dan hutang dosa itu akan menjadi penyebab kelahiran mereka
kembali untuk saling menagih dan saling membayar.
-2. Warna Ksatriya
Warna Ksatriya adalah golongan pekerja yang menerima imbalan
atau upah jasa kerjanya dari potongan pajak yang dikenakan kepada
rakyat, ketika bangsa yang telah hidup berbudaya menjadi pemerintah dan
rakyat, yaitu dengan cara melaksanakan tugas ke empat tujuan hidup
bernegara di tiga lembaga negara.
Ksatriya itu adalah :
-2.a. Eksekutor
Eksekutor adalah pemerentah. Eksekutor atau pemerentah adalah
orang – orang yang bekerja di lembaga pemerentahan (lembaga eksekutif).
Lembaga eksekutif terdiri dari seorang pemimpin dan beberapa
pembantunya yang di pilih oleh pemimpinnya sendiri. Pimpinan lembaga
eksekutif biasanya disebut raja atau ratu atau sultan atau kalifah atau
presiden atau perdana menteri dan sebutan lain yang sejenisnya.
Pembantu – pembantu pimpinan lembaga eksekutif biasanya disebut
menteri.
Jadi eksekutor atau pemerentah adalah raja bersama menteri –
menterinya yang bekerja di lembaga pemerentah (eksekutif) untuk
melaksanakan keempat tujuan hidup bernegara pada bangsa yang telah
hidup berbudaya.
Dinegara yang bentuk atau sistem pemerentahannya demo cracy,
(demo = rakyat, cracy = pemerintahan) pimpinan lembaga eksekutifnya
dipilih oleh rakyat satu negara melalui pemilihan umum. Pimpinan lembaga
eksekutif hasil pemilihan umum biasanya disebut presiden atau perdana
menteri.

23
Pada bentuk negara kerajaan mutlak (absolute monarchy state ;
absolute = mutlak, monarchy = kerajaan, state = negara), keluarga dari
keturunan raja turun temurun adalah pemilik negara dan keturunan raja
(kaum bangsawan atau keturunan ningrat) mempunyai wewenang di ketiga
lembaga negara. Pada sistem pemerentah negara kerajaan mutlak
(absolute monarchy cracy state), pimpinan ketiga lembaga negara, yaitu :
lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif di pegang oleh
raja sendiri.
Raja dan menteri - menterinya menerima imbalan atau upah jasa
kerjanya dari uang pajak yang dikenakan kepada seluruh rakyat satu
negara untuk melaksanakan keempat tujuan hidup bernegara.
Keempat tujuan hidup bernegara itu adalah :
- Mensejahterakan Rakyat
Pemerintah mestilah mensejahterakan rakyat dengan
membangunkan prasarana dan sarana, dan mendirikan lembaga
perekonomian dengan menempatkan para ahli ekonomi agar semua jenis
pasar tercipta dan semua sektor ekonomi berkembang.
Raja mestilah memberlakukan perangkat hukum kepada pembantu –
pembantunya di lembaga kesejahteraan rakyat, agar ada keteraturan kerja,
mengantisipasi pelaku kriminal ekonomi dan dapat menghukum, apabila
pembantu – pembantunya menghambat pertumbuhan ekonomi atau
melakukan kriminal ekonomi dengan menggunakan uang pajak rakyat.
Dengan terciptanya pasar, maka ada persediaan barang, pemodal
masuk. Dengan adanya persediaan barang dan pemasukan modal, maka
dengan sendirinya lapangan kerja terbuka, sehingga uang beredar yang
dapat mensejahterakan rakyat. Apabila rakyat hidup sejahtera, maka raja
dan pensejahtera rakyat akan terbebas dari subha karma wasena dan dari
asubha karma wasena, dan ketika mereka meninggal, maka atman mereka
akan terbebas dari berlenggu suksma sarira yang dapat menyebabkan
atman terbawa ke moksa.
- Melindungi Rakyat

24
Pemerintah mestilah melindungi rakyat dengan mendirikan lembaga
peradilan dan menempatkan para ahli peradilan. (Zaman sekarang ada
polisi, jaksa, hakim dan sipir) agar rakyat dapat hidup terlindungi.
Raja juga mesti memberlakukan perangkat hukum kepada pembantu
– pembantunya di lembaga perlindungan rakyat, agar ada keteraturan,
dapat mengantisipasi pelaku kriminal dan dapat menghukum apabila
pembantu – pembantunya di lembaga perlindungan rakyat melindungi
penjahat atau melakukan kriminal seperti : pemerasan, perlakuan tidak
adil, penyiksaan dan lain yang sejenisnya kepada rakyat dengan
menggunakan uang pajak rakyat.
Dengan terlindunginya rakyat, maka kebebasan hidup rakyat dapat
tercapai. Apabila rakyat hidup terlindungi, maka raja dan penegak keadilan
(pemerintah di lembaga eksekutif) akan terbebas dari asubha karma
wasena. Apabila salah satu di antara pelindung rakyat dan rakyat ketika
meninggal, meninggalkan asubha karma, maka kedua mereka
menyebabkan mesti lahir kembali untuk menikmati pahala dan menebus
dosanya sebelum atman terbebas dari suksma sariranya, karena subha
karma dan asubha karma telah menjadi subha karma wasena dan asubha
karma wasena pada kedua jiwa mereka.
- Memakmurkan Negara
Pemerintah mestilah memakmurkan negara dengan mendirikan
lembaga pengelolaan harta negara dan menempatkan para pakar
pengelolaan harta negara, seperti : ahli sejarah, ahli sosial, ahli pertanian,
ahli peternakan, ahli pertambangan, ahli listrik, ahli mesin, dan lain yang
sejenisnya, agar rakyat dapat menikmati harta negara.
Raja mestilah memberlakukan perangkat hukum kepada
pembantunya di lembaga kemakmuran negara agar ada keteraturan, dapat
mengantisipasi pelaku kriminal dan dapat menghukum apabila pembantu –
pembantunya menyalah gunakan wewenangnya atau mencuri atau
mengkorupsi harta negara dengan menggunakan uang pajak rakyat.
Dengan terkelolanya harta negara yang tepat guna dan efisien, maka
rakyat dapat hidup nyaman di negara makmur disetiap generasi atau
disetiap kelahirannya. Apabila rakyat hidup nyaman di negara makmur,
25
maka pemerintah (raja dan pengelola harta negara) tidak meninggalkan
hutang dosa kepada rakyat, sehingga atman raja dan pengelola harta
negara terbebas dari subha karma wasena dan dari asubha karma wasena
yang menyebabkan atman mereka terbebas dari belenggu suksma
sariranya. Dengan terbebasnya atman dari belenggu suksma sariranya,
maka atman pun dapat menuju ke moksa.
- Menjaga Keutuhan Wilayah Negara
Pemerintah mestilah menjaga keutuhan wilayah negara dengan
mendirikan lembaga penjagaan negara dan menempatkan para ahli
penjagaan negara (militer), agar keutuhan wilayah negara terjaga. Raja
mestilah memberlakukan perangkat hukum kepada pembantu –
pembantunya di lembaga penjagaan keutuhan wilayah negara, agar ada
keteraturan, dapat mengantisipasi pelaku kriminal keamanan negara dan
dapat menghukum apabila pembantu – pembantunya menyalah gunakan
wewenang yang menyebabkan terorist, pemberontakan, invamsi asing,
kudeta dan lain sebagainya dengan menggunakan uang pajak rakyat.
Dengan terjaganya keutuhan wilayah negara, maka rakyat dapat
hidup aman. Apabila rakyat hidup aman di negara yang keutuhan wilayah
negara nya terjaga, maka raja dan penjaga keutuhan wilayah negara
(pemerentah lembaga eksekutif) tidak melekatkan asubha karma wasena
pada jiwa mereka, kedua atman mereka pun dengan sendirinya dapat
meninggalkan suksma sarira mereka dan segera dapat menuju ke moksa.
Karena pemerintah di lembaga eksekutif memberi jasa ke empat
tujuan hidup bernegara kepada rakyat, maka rakyat mestilah dengan
kesadaran sendiri, membalas jasa kepada pemerintah dengan mematuhi
segala aturan – aturan penggunaan pasilitas negara (prasarana dan
sarana) yang telah diberlakukan oleh pemerintah, dan rakyat mestilah
membayar segala pajak penggunaan pasilitas negara dan pajak transaksi
uang dengan uang, uang dengan barang, uang dengan jasa tenaga, uang
dengan jasa pelayanan hiburan, uang dengan jasa pelayanan maksiat, dan
uang dengan jasa transaksi lain sebagainya, agar keempat tujuan hidup
bernegara dapat terlaksana.

26
Pemerintah agar tidak melekatkan asubha karma pada jiwanya yang
menyebabkan dosa kepada rakyat, maka pemerintah mestilah
memberlakukan segala peraturan atas persetujuan aspirasi rakyat melalui
lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena itu pemerintah mestilah :
- Tidak membebankan pajak yang menyebabkan rakyat hidup miskin dan
menderita.
- Tidak memberlakukan peraturan atau undang – undang yang
menyebabkan pemerasan, pengkibusan, pelampiasan dendam, iri,
cemburu, benci dan lain yang sejenisnya oleh oknum pemerintah
kepada rakyat atau sebaliknya dan rakyat dengan rakyat, agar rakyat
tidak hidup tertindas, diperlakukan tidak adil dan menderita.
- Tidak menyebabkan rakyat hidup terbebani dengan peraturan atau
undang – undang ketika rakyat mencari nafkah dan ketika rakyat
menikmati hidup yang sesuai dengan bakat, keinginan dan sesuai
dengan kebutuhan hidup.
- Tidak menyebabkan penghambatan pertumbuhan ekonomi.
- Tidak menyebabkan rakyat terpecah belah.
- Tidak memasukkan doktrin kepercayaan ke lembaga negara dan ke
identitas kependudukan. Apabila doktrin kepercayaan dimasukkan juga
ke lembaga negera dan ke identitas kependudukan, maka akan
menciptakan pengelompokan mayoritas dan minioritas ; pembelaan
karena identitas, politik identitas, pemerintahan yang mementingkan
kesamaan identitas yang akan menyebabkan rasa tidak aman, rasa
tidak nyaman, melemahkan persatuan dan berbagai macam hal lainnya
ketika bangsa hidup bernegara.
- Dan lain yang sejenisnya.
- 2.a.1. Pegawai Negeri Sipil
Pegawai negeri sipil atau aparatur sivil negara adalah orang – orang
yang diangkat oleh pemerintah untuk membantu pemerintah dengan
mendapatkan imbalan atau upah jasa kerjanya dari pajak yang di kenakan
oleh pemerintah kepada rakyat satu negara agar pegawai negeri sipil
dapat:

27
- Melayani rakyat di dinas kesejahteraan rakyat, agar rakyat dapat hidup
sejahtera.
- Melindungi rakyat di dinas perlindungan rakyat, agar rakyat dapat hidup
bebas dan terlindungi.
- Mengelola harta negara di dinas pengelolaan harta negara, agar rakyat
dapat hidup nyaman
- Menjaga keamanan dan keutuhan wilayah negara di dinas penjagaan
atau pertahanan negara, agar rakyat dapat hidup aman.
Apabila pegawai negeri sipil telah melaksanakan tugas yang sesuai di
programkan oleh pemerintah, maka pegawai negeri sipil telah membalas
jasa kepada pemerintah, oleh karena itu, asubha karma wasena tidak akan
melekat pada jiwa pegawai negeri sipil itu, yang menyebabkan atman
mereka meninggalkan suksma sariranya. Karena atman telah terbebas dari
dosa dan pahala, maka atmanpun dapat mencapai ke smoksa.
- 2.a.2. Lembaga Non Pemerintah
Lembaga non pemerintah yang menerima imbalan atau upah jasa
kerjanya dari bantuan pemerintah, mereka juga mesti membalas jasa
kepada pemerintah dan rakyat, agar asubha karma wasena tidak terlekat
pada jiwa penyelenggara lembaga non pemerintah, karena uang bantuan
yang mereka nikmati dari pemerintah itu adalah uang yang di kutip dari
pajak rakyat. Apabila penyelenggara lembaga non pemerintah yang
menerima bantuan dari pemerintah tidak membalas jasa kepada
pemerintah dan rakyat, itu artinya mereka melekatkan asubha karma pada
jiwa mereka yang menyebabkan atman mereka akan dibelenggu oleh
suksma sarira mereka. Oleh karena itu, jiwa mereka mesti berinkarnasi
kedunia ini lagi, untuk menikmati pahalanya dan menebus dosanya
sebelum menuju ke moksa.
- 2.b. Legislator
Legislator adalah pemerentah yang mewakili rakyat. Legislator bekerja
di lembaga legislatif atau di lembaga perwakilan rakyat yang anggotanya di
pilih oleh rakyat dari rakyat satu negara melalui pemilihan umum di negara
yang bentuk atau sistem pemerintahannya demokrasi. Legislator menerima

28
imbalan atau upah jasa kerjanya dengan di gaji oleh pemerintah eksekutif
dari uang pajak yang dipungut dari rakyat untuk :
- Melantik dan memberi tanggung jawab kepada raja atau presiden atau
perdana menteri (pemimpin lembaga eksekutif) dengan memberlakukan
perangkat hukum kepadanya, agar raja dapat melaksanakan keempat
tujuan hidup bernegara dan dapat mempertanggung jawabkan
mandatnya.
- Mengantisipasi juga menolak dan membela rakyat apabila ada
rancangan undang – undang atau pemberlakuan undang – undang
yang akan menyebabkan hak azasi dan kebebasan hidup rakyat di
tindas oleh pemerintah eksekutif dengan undang – undang atau yang
akan menyebabkan rakyat hidup menderita.
- Mengawasi pemerintah ketika pemerintah menganggarkan uang pajak
rakyat dan mengawasi pemerintah pada saat pemerintah
mengimplementasikan uang pajak rakyat pada keempat sektor tujuan
hidup bernegara. Apakah uang pajak rakyat sudah digunakan dengan
tepat guna dan efisien. Karena apabila uang pajak rakyat di salah
gunakan oleh pemerintah, maka akan menyebabkan rakyat hidup
miskin dan menderita.
- Dan masih banyak lagi fungsi Legislator untuk rakyat.
Apabila Legislator telah membalas jasa kepada rakyat, maka pada jiwa
Legislator tidak akan ada asubha karma wasena yang akan menyebabkan
atman di belenggu oleh suksma sariranya. Atmanpun dapat meninggalkan
suksma sariranya dan dengan sendirinya atman dapat mencapai ke
moksa.
-2.C. Yudikator
Yudikator adalah pemerentah penegak keadilan yang bekerja di
lembaga yudikatif, yaitu : lembaga mahkamah agung (supreme count),
lembaga mahkamah konstitusi (constitutinal count), lembaga komisi yudisial
(Judicial commission) dan dari lembaga lain yang sejenisnya yang
anggotanya di usulkan oleh para ahli peradilan, eksekutor dan legislator,
dan dilantik oleh eksekutor. Yudikator menerima imbalan jasa kerjanya
dengan digaji oleh pemerintah eksekutif dari uang pajak yang di pungut dari
29
rakyat satu negara untuk mengawasi, menguji dan membatalkan peraturan
atau manajemen atau undang – undang yang diberlakukan oleh pemerintah
eksekutif apabila :
-C.1. Ada hambatan kebebasan mencari nafkah disegala sektor ekonomi
karena pemberlakuan peraturan yang menyebabkan tidak dapat
menciptakan segala jenis pasar ketika eksekutor melaksanakan tugas
kesejahteraan rakyat.
Apabila segala jenis pasar tidak tercipta maka dapat terjadi :
pembelanjaan uang di luar negeri untuk menyalurkan hobby, pelarian
modal, pengangguran modal dan ketiadaan lapangan kerja. Pembelanjaan
uang di luar negeri yang tidak kembali dan pelarian modal dapat
menyebabkan inflasi, penggangguran modal dapat melesukan
perekonomian dan menyebabkan pengusaha hengkang, ketidak adaan
lapangan kerja dapat meresahkan pencari nafkah. Pencari nafkah yang
nganggur akan menyebabkan kemiskinan hidup berkeluarga dan individu.
Kemiskinan dapat menyebabkan keresahan dan cenderung akan
berbuat kejahatan karena ketidaan uang untuk memenuhi tuntutan hidup.
-C.2. Ada penindasan kebebasan hak azasi hidup rakyat di segala sektor
kehidupan karena pemberlakuan peraturan kasus perdata menjadi kasus
pidana ketika eksekutor melaksanakan tugas perlindungan rakyat. Yaitu :
- Kasus pelaku yang tidak merugikan orang lain, seperti : perjudian,
konsumsi miras, pecandu narkoba, pelaku maksiat sesama jenis
maupun
lawan jenis karena suka sama suka, aborsi dan lain yang sejenisnya.
- Kasus luka hati yang tidak ada luka pisik dan kerugian harta benda
tanpa
bukti yang lengkap, seperti : cekcok mulut di masyarakat yang mengarah

ke marah – marah, fitnah, caci makian, penistaan, penghinaan, tuduh


menuduh, penipuan dan lain yang sejenisnya.
Apabila kasus perdata dipidanakan atau di kriminalkan maka akan
bermunculan kejahatan baru dari penegak keadilan maupun dari
masyarakat, seperti : menggertak, menakut – nakuti, pemerasan, kaki
30
busuk (kibus), diskriminasi, pengelompokan, melampiaskan perasaan iri,
cemburu, dendam, kemarahan dengan siasat buruk karena di dukung oleh
undang – undang ke penjara dan lain yang sejenisnya.
 Kasus pidana adalah kasus yang menyebabkan :
- Kerugian harta benda milik orang atau milik negara dengan dua alat
bukti yang kuat karena korupsi, mark up, pencurian, perampokan,
penipuan, penggelapan pajak, transaksi menghindari pajak, dan lain
yang sejenisnya.
- Luka pisik dan kematian dengan dua alat bukti yang kuat karena
penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan dengan di sengaja atau
dengan tidak disengaja dan lain yang sejenisnya.
Kasus pidana mestilah ditangani oleh eksekutif. Kasus perdata
mestilah diserahkan kepada keluarga dan tokoh masyarakat setempat
masing – masing. Apabila kasus perdata berkembang ke pidana, maka
pidananya saja mesti di tangani oleh eksekutif.
C.3. Ada kerugian harta negara karena pemberlakuan peraturan
pengelolaan sumber daya alam, prasarana dan sarana yang
menyebabkan negara miskin karena korupsi, pemborosan uang negara,
tidak efisien dan tidak tepat guna ketika eksekutor melaksanakan tugas
memakmurkan negara.
Kemiskinan negara dapat menyebabkan rakyat hidup tidak nyaman.
C.4. Ada ancaman atau gangguan keamanan negara karena
pemberlakuan peraturan militer yang menyebabkan teroris,
pemberontakan, invansi asing dan lain yang sejenisnya ketika eksekutor
melaksanakan penjagaan keutuhan wilayah negara.
Ancaman atau gangguan keamanan negara dapat menyebabkan
rakyat hidup tidak nyaman.
Oleh karena itu yudikator mestilah mengawasi atau menguji undang
– undang atau membatalkan peraturan yang di berlakukan oleh eksekutor,
agar anggaran yang di anggarkan oleh eksekutor dan wewenang yang di
pegang oleh eksekutor tidak ada celah untuk korupsi, pemborosan
anggaran karena tidak tepat guna, tidak efisien dan memberlakukan
perangkat hukumnya kepada eksekutor agar eksekutor dapat
31
mempertanggung jawabkan tugas kerjanya ketika eksekutor melaksanakan
keempat tujuan hidup bernegara.
Apabila yudikator telah membalas jasa kepada rakyat sesuai dengan
tujuan lembaga yudikator, maka pada jiwa yudikator tidak akan ada asubha
karma wasena yang akan menyebabkan atman di belenggu oleh suksma
sariranya dan atman dengan sendirinya dapat mencapai moksa.
-3. Warna Waisa
Warna Waisa adalah golongan pekerja yang menerima imbalan atau
upah jasa kerjanya dari keuntungan modal dagangannya sendiri, ketika
bangsa yang telah hidup berbudaya menjadi pedagang dan konsumen,
yaitu dengan cara menyediakan barang dagangan, menyediakan pasilitas
dangangan, menyediakan pasilitas sewa, dan lain sebagainya untuk
pelanggan atau konsumen.
Karena waisa memberi jasa dengan menyediakan barang dagangan,
pasilitas dagangan, pasilitas sewa dan lain sebagainya, maka pelanggan
atau konsumen :
- Dapat membeli barang kebutuhan makanan, pakaian, rumah,
pendidikan, kesehatan, hiburan dan lain sebagainya.
- Dapat menyewa pasilitas tempat tinggal, pasilitas dagang, pasilitas
pesta, pasilitas hiburan dan lain sebagainya.
- Dapat mendapatkan informasi politik, ekonomi, kasus kriminal, kasus
perdata, barang – barang dagangan, tempat hiburan dan lain
sebagainya.
- Dapat melaksanakan yajna rill dan yajna upacara.
- Dan lain sebagainya.
Karena waisa memberi jasa dengan menyediakan barang dagangan,
pasilitas dagangan, pasilitas sewa, pasilitas informasi dan lain yang
sejenisnya, maka pelanggan mestilah dengan kesadaran sendiri membalas
jasa kepada waisa dengan cara membayar segala transaksi atas
kesepakatan bersama atau mematuhi aturan yang telah ditetapkan.
Apabila waisa dan konsumen tidak saling melekatkan subha karma dan
melekatkan asubha karma pada jiwa mereka, maka kedua atman waisa
dan konsumen akan terbebas dari belenggu karma wasena yang ada pada
32
suksma sarira mereka. Apabila ada lekatan subha karma dan asubha
karma dari waisa dan konsumen, maka kedua lekatan subha karma dan
asubha karma mereka, menyebabkan jiwa mereka mesti lahir kembali
untuk menikmati pahalanya dan menebus dosanya sebelum atman
mencapai ke moksa.
-4. Warna Sudera
Sudera adalah golongan pekerja yang menerima imbalan atau upah
jasa kerjanya dari majikan, ketika bangsa yang telah hidup berbudaya
menjadi kuli atau pelayan dan majikan, yaitu dengan cara memberi
pelayanan kepada majikan, dengan menggunakan ketiga organ karma
yang ada pada tubuhnya.
Ketiga organ karma yang ada pada tubuhnya adalah :
- Organ Pikiran
Organ pikiran dapat mengeluarkan berbagai macam karya, seperti :
ide, pendapat, perencanaan dan lain sebagainya yang dapat digunakan
untuk tujuan baik maupun untuk tujuan buruk, dan dapat di ungkapkan
dengan menggunakan organ ucapan dan dapat diperagakan dengan
menggunakan organ perbuatan.
- Organ Ucapan
Organ Ucapan dapat mengeluarkan berbagai macam karya suara yang
menyenangkan maupun yang menyusahkan hati dengan menggunakan
bahasa yang dapat diungkapkan ketika berbicara, berdakwa, bernyanyi,
berdebat, berdikusi dan lain yang sejenisnya dengan di kendalikan oleh
organ pikiran dan dapat diperagakan dengan organ perbuatan.
- Organ Perbuatan
Organ Perbuatan dapat mengeluarkan berbagai macam karya produksi
yang gemilang maupun yang menyusahkan jiwa, dengan dikendalikan oleh
organ pikiran dan diungkapkan dengan organ ucapan, ketika bekerja,
bermain, berolahraga, mencari nafkah dan lain sebagainya.
Karena sudera menerima imbalan atau gaji dengan memberi jasa
pelayanan kerja kepada majikan, maka sudera mestilah bekerja sesuai
dengan aturan yang telah disepakati bersama, dan majikan juga mestilah
membalas jasa yang sesuai dengan kesepakatannya.
33
Apabila sudera melanggar aturan yang telah disepakati, maka sudera
melekatkan asubha karma pada jiwanya yang menyebabkan atmannya
terbelenggu oleh asubha karma wasena. Karena atmannya di belenggu
oleh asubha karma wasena, maka ketika sudera meninggal, asubha karma
wasena sudera menyebabkan jiwa sudera mesti lahir lagi untuk menebus
dosa – dosanya kepada majikannya, yang bisa jadi dalam kualitas yang
sama atau kualitas yang berbeda, dan menyebabkan majikan juga mesti
lahir kembali untuk menikmati pahalanya dan menebus dosanya kepada
sudera dan orang – orang lain hingga atman tidak di belenggu lagi oleh
karma wasena.
3.D.3. Bakti Marga Yoga
Bakti artinya : mengabdi, mematuhi, menuruti, mengmormati dan
sinonim yang lain sejenisnya dengan kesadaran sendiri, karena manusia
telah menerima jasa atau akan menerima jasa. Bakti marga yoga adalah
suatu cara pengendalian diri untuk menuju hidup sejahtera dan bahagia
semasa hidup dan mencapai persatuan atman dengan brahman setelah
meninggal dengan cara membalas jasa kepada guru.
Ada 4 (Empat) macam guru yang memberi jasa kepada setiap orang,
yaitu :
- 1. Guru Rupaka
Guru rupaka atau guru reka adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu yang
melahirkan dan memelihara dengan kasih sayang dari nafkah kerja orang
tuanya sendiri semasa anak dalam pengawasan orang tuanya. Orang tua
berpengharapan agar kelak dimasa depannya nanti, anak dapat hidup
sejahtera, bahagia, mandiri, bermoral dan berguna bagi keluarga, nusa dan
bangsa.
Banyak jasa orang tua ketika orang tua menjadi guru rupaka kepada
anak dirumah orang tuanya sehingga anak menjadi cerdas seperti :
- Orang tua berulang – ulang melatih anak berbicara yang baik dan benar
dengan menggunakan tutur dan panganjali, dan melatih cara jalan,
duduk, bergaul dan lain sebagainya, agar anak menjadi ramah dan
sopan ketika anak terhubung dengan keluarga, family dan masyarakat.

34
- Orang tua melatih anak bekerja dengan suruhan – suruhan, seperti :
membersihkan badan ketika mandi, membersihkan kamar tidur, kamar
mandi, dapur, mencuci pakaian sendiri, masak dan lain yang
sejenisnya, agar anak terbiasa dan tidak gengsi atau malu ketika kelak
nanti bekerja sebagai pembantu rumah tangga, restoran dan lain yang
sejenisnya.
- Orang tua melatih anak bekerja dengan suruhan – suruhan seperti :
membersihkan ladang, menyangkul sawah, menanam padi dan lain
yang sejenisnya, agar anak terbiasa atau tidak gengsi, malas atau malu
ketika kelak nanti bekerja di pertanian.
- Orang tua melatih anak bekerja dengan suruhan membeli barang –
barang kebutuhan pokok, kebutuhan rumah dan lain sebagainya, agar
anak mengenal barang – barang dan mengenal mata uang.
- Orang tua melatih anak berpikir, agar anak menjadi cerdas dengan
menggunakan alat mainan, membeli sesuatu di kedai, menghitung uang
kembalian, membedakan antara perilaku yang baik dan perilaku yang
buruk atau prilaku yang benar dan prilaku yang salah, membandingkan
antara perilaku yang baik, prilaku yang lebih baik dan prilaku yang
paling baik atau antara prilaku yang buruk, prilaku yang lebih buruk dan
prilaku yang paling buruk, mengkaji atau mencari tahu sesuatu
peristiwa, mengkaji cerita – cerita dongeng dan lain yang sejenisnya.
Karena didikan orang tua dirumah orang tuanya, maka ketika anak
beranjak dewasa, anak sudah dapat berprilaku yang sesuai dengan ahlak
dan aturan ketika membaur dengan keluarga, family, masyarakat dan
ketika mencari nafkah.
Mengingat jasa – jasa yang diterimah oleh anak dari guru rupaka, maka
anak sudah semestinyalah dengan kesadaran sendiri membalas jasa
kepada guru rupaka atau guru reka dengan cara upadesa atau yajna riil
ketika orang tua masih hidup, yaitu : mematuhi segala arahan orang tua,
tidak mencemarkan nama baik orang tua, memperhatikan orang tua ketika
orang tua tidak mampu lagi mencari nafkah, mengurus orang tua ketika
orang tua dalam keadaan sakit dan lain yang sejenisnya, dan

35
melaksanakan upacara tarpana yaitu membakar mayat orang tua, ketika
orang tua meninggal dan melaksanakan upacara tarpana selanjutnya.
Dengan terbebasnya hutang anak kepada orang tuanya, maka atman
yang menghidupi suksma sarira anak, tidak dibelenggu oleh asubha karma
wasena lagi. Apabila orang tua dan anak sama – sama tidak meninggalkan
lekatan subha karma dan lekatan asubha karma pada suksma sarira
mereka masing – masing, maka kedua jiwa orang itu terbebas dari hutang
pahala dan hutang dosa, yang menyebabkan tidak ada alasan untuk lahir
kembali kedunia ini, karena jiwa tidak meniggalkan pahala untuk dinikmati
kembali dan tidak meninggalkan dosa untuk ditebus kembali. Atman
dengan sendirinya meninggalkan suksma sariranya dan menuju ke moksa.
- 2. Guru Pengajian
Guru pengajian adalah orang yang mencerdaskan pikiran siswanya
dengan cara mengasah pikiran – pikiran siswanya, agar siswanya dapat
mengkaji dirumah sekolah, ashram, pesantren, padepokan, kampus,
sanggar dan di tempat yang lain yang sejenisnya dengan cara
mengajarkan pendidikan moral, bahasa, sosial, exatta, budaya, ekonomi,
politik dan lain yang sejenisnya, juga melatih siswanya dengan prakarya,
menganalisa, berhipotesa, meneliti, membandingkan, membedakan dan
lain yang sejenisnya. Juga dengan bercerita tentang pengalaman orang
sukses dan pengalaman orang gagal, bercerita dari karya sastra seperti :
ramayana dan mahabarata, karya fiksi dan lain sebagainya, agar siswa
ketika lepas dari masa tanggung jawab orang tuanya dan setelah lepas
dari masa pendidikannya, siswa sudah dapat hidup mandiri, berkelakuan
baik, tahu membalas jasa, terampil ketika bekerja untuk mencari nafkah
dan lain sebagainya.
Karena siswa menerima jasa dari banyak guru, maka siswa mestilah
membalas jasa kepada semua guru dengan kesadaran sendiri yaitu
dengan mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan oleh guru atau
pihak sekolah dan membayar segala biaya pendidikan siswa kepada guru
atau ke pihak sekolah, agar siswa tidak meninggalkan hutang kelakuan
buruk, hutang materi, uang dan lain sebagainya yang akan menjadi asubha
karma wasena, yaitu lekatan prilaku buruk pada jiwanya. Apabila tidak
36
dibayar, maka akan menyebabkan atman siswa tidak dapat meninggalkan
suksma sariranya yang menyebabkan jiwa mesti lahir kembali, untuk
menikmati pahalanya dan menebus dosanya terlebih dahulu sebelum
menuju ke moksa.
 Pada mulanya ketika bangsa belum hidup berbudaya, datanglah Rsi ke
kelompok orang yang hidup rimba menjadi guru. Ajaran Rsi kepada
sekelompok orang yang hidup rimba, dimana dikemudian hari mereka
menjadi suatu bangsa yang hidup berbudaya, ajarannya disebut
agamas. Agamas artinya : ajaran guru bangsa. Ajaran guru bangsa
adalah : suatu ajaran tuntunan hidup dengan kesadaran sendiri,
menuntun dirinya sendiri – sendiri, hidup berbudaya dengan bertata
cara baik dan benar yang sesuai dengan ahlak dan aturan, agar
manusia tidak jatuh ke tingkat binatang dan terbebas dari asubha
karma (prilaku buruk).
Ajaran Rsi dimasa silam terdiri dari : tattwa, susila dan yajna dalam
bahasa sastera. Dari ketiga ajaran Rsi pada masa silam itu, menyebabkan
banyak cabang pendidikan baru dan banyak guru – guru sepesialisasi yang
tersendiri bermunculan, seperti : guru matematika, guru prakarya, guru
agama, guru ilmu pendidikan moral, guru ilmu olahraga, guru sosiologi,
guru ilmu ekonomi dan lain sebagainya.
Dengan berkembangnya banyak cabang ilmu pengetahuan, maka
banyak lapangan kerja bermunculan, ekonomi berkembang, kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup manusiapun tercapai dan tujuan agamapun dapat
tercapai.
- 3. Guru Wisesa
Guru wisesa adalah pemerintah. Pemerintah adalah orang - orang yang
menjadi berbagai macam guru penyuluhan kepada rakyat dengan
menerima imbalan dari uang pajak rakyat ketika mengurus negara untuk
melaksanakan ke empat tujuan hidup bernegara, yaitu :
- Pemerintah menjadi berbagai macam guru ahli penyuluhan yang
berhubungan dengan ekonomi, ketika pemerintah mensejahterakan
rakyat.

37
- Pemerintah menjadi berbagai macam guru ahli penyuluhan yang
berhubungan dengan penegak keadilan, ketika pemerintah melindungi
rakyat.
- Pemerintah menjadi berbagai macam guru ahli penyuluhan yang
berhubungan dengan berbagai macam sumber daya alam dan sumber
daya manusia, ketika pemerintah mengelola harta negara.
- Pemerintah menjadi berbagai macam guru ahli penyuluhan yang
berhubungan dengan militer, ketika pemerintah menjaga keutuhan
wilayah negara.
Karena pemerintah menjadi guru ahli penyuluhan kepada rakyat, maka
rakyat mestilah membalas jasa kepada pemerintah dengan kesadaran
sendiri, yaitu: dengan patuh membayar pajak dari hasil kerja rakyat kepada
pemerintah yang telah disepakati oleh rakyat melalui wakil rakyatnya, untuk
menggaji pemerintah (eksekutor, legislator, yudikator) dan aparatur sipil
negara, untuk biaya pembangunan prasarana dan sarana negara, untuk
biaya perawatan prasarana dan sarana negara, dan untuk biaya operasi
pemerintahan lainnya.
Apabila guru wisesa tidak meninggalkan hutang dosa kepada rakyat
dan rakyat tidak meninggalkan hutang dosa kepada guru wisesa, maka
kedua mereka tidak melekatkan atau mewasenakan asubha karma pada
jiwa mereka. Oleh karena itu, atman mereka dengan sendirinya dapat
meninggalkan suksma sarira mereka dan mencapai ke moksa.
Apabila salah satu dari pada mereka meninggalkan hutang dosa, maka
lekatan asubha karma kedua orang itu, menyebabkan jiwa mereka mesti
lahir kedunia ini untuk menikmati pahalanya dan menebus dosanya
kembali dari masing – masing mereka sebelum atman mereka menuju ke
moksa.
- 4. Guru Swadaya
Swadaya berasal dari dua kata bahasa sansekerta yaitu dari kata swa
dan daya. Swa artinya : sendiri. Daya artinya : mengada, menggunakan,
mengkaryakan, tenaga dan sebutan sinonim yang lain sejenisnya. Jadi
swadaya artinya : mengada dengan sendirinya, yaitu benda – benda yang
sudah ada di alam semesta ini semenjak awal keberadaan manusia.
38
Guru swadaya adalah benda – benda yang sudah ada di alam semesta
ini, yaitu : panca maha bhuta, maha bhuta kala dan sarwa bhuta kala yang
memberi informasi atau petunjuk kepada jiwa melalui organ panca inderiya
tanpa bicara, tanpa tulisan dan tanpa batasan yang menyebabkan alat pikir
manusia bekerja untuk mencari tau, sehingga pikiran manusia ter asah
menjadi cerdas. Misalkan :
- Petir dan Kilat
Ketika terdengar suara petir oleh jiwa melalui inderiya pendengaran,
maka menyebabkan inderiya mata mencari sumber suaranya. Ketika orang
itu melihat ada kilat di langit, pikiran orang itu pun mencari tau apa sebab
ada suara petir dan ada kilat ? setelah di selidiki dengan nalar atau alat
pikiran, maka dapatlah jawaban, rupanya ada uapan air karena air
terpanaskan oleh sinar matahari, uap air terbawa ke langit, uap air di langit
menjadi bongkahan awan, bongkahan awan dihembus oleh angin yang
berlawanan arah, sehingga awan berbenturan, benturan awan itulah yang
menyebabkan kilat dan petir.
Oleh karena manusia telah menerima jasa yang menyebabkan pikiran
manusia menjadi cerdas dari benda – benda yang ada di alam semesta ini,
dan manusiapun telah menikmati hasil dari benda – benda yang ada di
alam semesta ini dengan menciptakan barang – barang kebutuhan hidup,
dan juga menjadi petunjuk untuk mengantisipasi kalau hal – hal buruk akan
terjadi dari benda – benda yang ada di alam semesta ini, maka setiap
orang mestilah dengan kesadaran sendiri membalas jasa kepada guru
swadaya dengan cara melaksanakan :
- Yajna riil, yaitu menjaga kelestarian lingkungan, agar lingkungan tidak
membawa bencana yang dapat membahayakan jiwa manusia dan
- Yajna upacara, yaitu dengan cara memanifesfasikan guru swadaya ke
rupa manusia, agar guru swadaya bisa mendapatkan gelar, nama,
simbol seperti cahaya di kepala dan riwayat. Dengan adanya gelar,
nama, simbol dan riwayat, maka guru swadaya dapat di stanakan di
istana yang disebut kuil atau mandir atau pura dan sebutan lain dalam
bahasa yang berbeda, untuk melaksanakan upacara, agar jasa – jasa
guru swadaya dapat di balas.
39
Apabila ada orang meninggalkan asubha karma kepada guru swadaya,
maka asubha karma akan menjadi asubha karma wasena pada jiwa
masing – masing orang, oleh karena itu maka manusia mestilah
melaksanakan yajna riil dan yajna upacara, agar asubha karma wasena
tidak membelenggu atman. Apabila atman dibelenggu oleh asubha karma
wasena atau dosa kepada guru swadaya, maka asubha karma wasena
atau dosa itu, akan menyebabkan jiwa mesti berinkarnasi untuk menebus
dosanya, sebelum menuju ke moksa.
3.D.4. Raja Marga Yoga
Raja marga yoga adalah suatu cara pengendalian diri untuk menuju
hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup dan mencapai persatuan
atman dengan brahman setelah meninggal dengan cara menuntun panca
ideriya dengan raja inderiya.
Pada diri manusia terdapat panca inderiya dan satu kesatuan jiwa yang
terdiri dari citta, buddi, manah dan ahamkara.
- Panca inderiya adalah suatu organ suksma yang ada pada tubuh
manusia yang berfungsi memberi informasi kepada jiwa yang dapat
menyebabkan jiwa tertarik atau cuek, menerima atau menolak,
senang atau susah, bersahabat atau bermusuhan, cinta atau
cemburu dan lain sebagainya.
- Citta adalah suatu bahagian dari organ suksma yang berfungsi
menerima informasi dari panca inderiya yang dapat menyebabkan
jiwa berkeinginan.
- Buddi adalah suatu bahagian dari organ suksma yang berfungsi
untuk meneliti segala informasi yang diterima oleh jiwa dari panca
inderiya sehingga jiwa dapat membedakan, membandingkan,
memilih, mencontoh, memanfaatkan dan lain sebagainya.
- Manah adalah suatu bahagian dari organ suksma yang berfungsi
memberi perintah kepada jiwa untuk memenuhi kemauannya dengan
menggunakan organ karma wasika dan kayika.
- Ahamkara adalah suatu bahagian dari organ suksma yang berfungsi
untuk jiwa menikmati prilaku baik dan prilaku buruknya di hari itu juga
atau menikmati pahalanya dan menebus dosanya dikemudian hari
40
atau di banyak kelahiran yang di sebabkan oleh citta, buddi dan
manah.
Karena manah menerima hasil penelitian buddi dari objek atau benda
yang diterima oleh jiwa melalui informasi panca inderiyanya dan memberi
perintah kepada jiwa dengan menggunakan organ wasika dan organ
kayika untuk kemauan baik dan kemauan buruknya, seperti : sabar,
sayang, baik, menolong, jujur atau melampiaskan dendam, iri, cemburu,
benci dan lain sebagainya, maka manah disebut raja inderiya.
Kelima Inderiya itu adalah :
- 1. Mata
Ketika mata melihat suatu rupa atau benda seperti : matahari, langit,
gambar, baju, buku dan lain sebagainya, itu artinya jiwa menerima
informasi melalui matanya. Setelah jiwa berusaha mengenali benda –
benda itu, jiwa pun akan menaggapi atau mengambil tindakan dari
pengaruh yang sesuai dengan rasa penglihatan matanya.
- 2. Hidung
Ketika hidung mencium suatu aroma seperti : bau bangkai, wangi
bunga, aroma makanan, amis ikan dan aroma lain sebagainya. Itu artinya
jiwa menerima informasi melalui hidungnya. Jiwa pun akan berusaha
mengenali aromanya. Setelah jiwa mengenali aroma benda itu, jiwa pun
akan berkomentar atau mengambil tindakan dari pengaruh yang sesuai
dengan rasa penciuman hidungnya.
- 3. Lidah
Ketika lidah mencicipi suatu rasa seperti : rasa makanan, rasa
minuman, rasa buah – buahan, rasa obat – obatan dan lain sebagainya, itu
artinya jiwa menerima informasi melalui lidahnya. Jiwa pun akan berusaha
mengenali rasa benda itu. Setelah jiwa mengenali bendanya, jiwa pun akan
menanggapi atau mengambil tindakan dari pengaruh yang sesuai dengan
rasa lidahnya.
- 4. Kulit
Ketika kulit menyentuh suatu benda atau suatu sentuhan, seperti :
sentuhan badan manusia, sentuhan pohon, sentuhan batu, sentuhan
udara, sentuhan air dan sentuhan lain sebagainya. Itu artinya jiwa
41
menerima informasi melalui kulitnya. Jiwa pun akan berusaha mengenali
rasa sentuhan benda – benda itu. Setelah jiwa mengenalinya, jiwa pun
akan menanggapi atau mengambil tindakan yang sesuai dengan pengaruh
dari perasaan kulitnya.
- 5. Kuping
Ketika kuping mendengar suatu suara, seperti : suara panggilan, suara
orang berteriak, suara lagu, suara musik dan suara lain sebagainya, itu
artinya jiwa menerima informasi melalui kupingnya. Jiwa pun akan
berusaha mengenali suara – suara itu. Setelah jiwa mengenali suaranya,
jiwa akan berkomentar atau mengambil tindakan sesuai dengan perasaan
dari pengaruh pendengarannya.
Informasi yang diterima oleh jiwa melalui mata, hidung, kuping, kulit dan
lidah, apabila tidak dikendalikan dengan pertimbangan yang matang oleh
buddinya, maka raja inderiya akan dengan sendirinya mengikutkan
pengaruh – pengaruh informasi yang diterima dari panca inderiyanya,
seperti :
Seekor ikan pada saat lapar, apabila melihat umpan udang yang
terlekat pada mata pancing. Ikan segera akan mengejar dan menelan
udang itu. Karena buddi ikan tidak terbiasa dilatih untuk meneliti, “apakah
makanannya berbahaya atau tidak” ?, maka raja inderiya atau manah ikan
hanya mengikuti informasi inderiya matanya saja untuk memenuhi rasa
laparnya, sehingga ketika ikan makan, menyebabkan mata pancing
menyangkut pada mulutnya.
Beda dengan manusia, ketika tubuh manusia kurang energi, maka jiwa
akan merasa lemas dan kadang badan bergetar karena kurang tenaga,
oleh karena itu jiwa dengan menggunakan alat pikir buddinya yang ada
pada badan suksmanya akan meneliti makanan yang akan dimakannya,
sebelum di isi ke perut untuk keamanan dirinya dengan menggerakan
organ karmanya atas informasi yang di terimah oleh kesemua inderiya
untuk mengisi bahan bakar isi ulang.
Seperti di suatu negara yang ada rajanya. Untuk keamanan rajanya,
maka raja akan memimpin rakyatnya agar :

42
- Rakyat dapat hidup sejahtera yang ekonomi negaranya stabil atau
makin maju
- Rakyat dapat hidup terlindungi yang hukum negaranya adil
- Rakyat dapat hidup nyaman yang pengeloaan harta negaranya tepat
guna dan efisien
- Rakyat dapat hidup aman yang keutuhan wilayah negaranya terjaga
utuh
Apabila keempat tujuan hidup bernegara tercapai, maka rajapun dapat
hidup sejahtera, terlindungi, nyaman dan aman, tidak terganggu dari
demonstran, pemberontak, penghinaan dan lain sebagainya dari rakyat.
Demikian juga pada tubuh manusia, ada raja inderiya pada suksma
sariranya. Raja inderiya dibantu oleh buddi untuk menuntun ahamkara dan
untuk menuntun citta atau keinginan roh dari pengaruh kelima inderiya
yang ada pada setiap tubuh orang, yaitu : mata, hidung, telinga, kulit dan
lidah. Apabila buddi dapat menuntun citta dan ahamkara dari pengaruh
panca inderiya dengan baik dan benar, maka jiwa dapat hidup sejahtera
dan bahagia semasa hidup dan dapat mencapai persatuan atman dengan
brahman setelah meninggal.
Apabila buddi gagal menuntun citta dan ahamkara dari pengaruh panca
inderiya, maka jiwa akan cenderung berbuat dosa yang menyebabkan
atman gagal meninggalkan suksma sariranya. Kegagalan atman
meninggalkan suksma sariranya, menyebabkan jiwa mesti lahir kembali ke
mayapada ini untuk menebus dosa – dosanya dan menikmati pahalanya.
Setelah dosa telah ditebus dan pahala telah dinikmati, barulah atman
terbebas dari suksma sariranya. Kebebasan atman dari suksma sariranya,
menyebabkan atman dengan sendirinya terbawa ke moksa.
Apabila buddi telah dibiasakan diasah cerdas dari masa kanak – kanak
di keluarga, di sekolah dan di masyarakat, maka orang sebelum berprilaku,
akan menalar keuntungan atau kerugian atau apakah prilakunya akan
menyebabkan berdosa atau berpahala. Apabila informasi yang diterima
oleh jiwa dari panca inderiya tidak sesuai dengan akhlak dan aturan yang
akan menyebabkan jiwa terbawa ke penderitaan, maka raja inderiya orang

43
itu dengan sendirinya tidak akan menjadi tertarik memberi perintah untuk
berprilaku mengikuti pengaruh – pengaruh panca inderiyanya.
Demikianlah penjelasan keempat marga yoga ini yang mesti di
pedomani oleh setiap orang dari bangsa yang telah hidup berbudaya, agar
manusia dapat hidup sejahtera dan bahagia semasa hidup dan mencapai
persatuan atman dengan brahman setelah meninggal.

44

Anda mungkin juga menyukai