Anda di halaman 1dari 4

2.

Reinkarnasi dalam Hinduisme


Istilah lain dari reinkarnasi ialah transmigrasi jiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), reinkarnasi menurut etimologi atau bahasa, terdiri dari “re, in, kar, na,
si” yang artinya penjelmaan kembali makhluk yang telah mati. Sedangkan reinkarnasi
menurut istilah adalah seseorang yang mengharapkan dalam reinkarnasi yang akan datang
betul-betul menjadi orang yang lebih baik. Adapun dalam kamus bahasa Inggris,
reincarnate atau reinkarnasi adalah lahir kembali. Sementara dalam bahasa Sansekerta,
reinkarnasi terdiri dari dua kata, yaitu Punar artinya “lagi”, dan Bhawa artinya
“menjelma”. Dengan demikian Punarbhawa adalah kelahiran kembali yang berulang-
ulang atau reinkarnasi, dan bentuk penitisan kembali yang disebut juga dengan Samsara.1
Dari situ dapat kita simpulkan bahwa reinkarnasi adalah sebuah konsep kelahiran
kembali suatu jiwa atau roh yang telah mati dengan cara penjelmaan kembali roh tersebut
menjadi manusia, hewan, tumbuhan, batu dan lain sebagainya sesuai dengan apa yang
dilakukan semasa hidup sebelumnya. Jika semasa kehidupan sebelumnya banyak
melakukan kebaikan, maka roh atau jiwa tersebut akan lahir kembali menjadi pribadi
yang lebih baik. Akan tetapi, jika semasa kehidupan sebelumnya banyak melakukan hal
keji, maka roh atau jiwa tersebut akan lahir kembali menjadi nyamuk, cacing dan lain
sebagainya. Reinkarnasi menjadi prinsip utama dari semua agama besar India seperti
Jainisme, Hindu, Budha dan Sikhisme, di samping itu pula para tokoh bersejarah seperti
Pythagoras, Socrates dan Plato juga mempercayai konsep reinkarnasi ini.2
Adapun ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi menurut perspektif Hinduisme
dalam kitab sucinya yaitu:
“Seperti halnya orang yang melepaskan pakaian using (lama) yang telah dipakai
dan menggantikannya dengan yang baru. Demikian pula halnya jivatman (jiwa)
meninggalkan badan lamanya dan memasuki jasmani yang baru”.3 (Bhagawad Gita
2:22)

1
_______BAB II Reinkarnasi dalam Agama Hindu. (http://repository.uin-suska.ac.id), diakses 12 Maret
2023.
2
Nurain. “Reinkarnasi Menurut Jubran Khalil Jubran dalam Karya-Karyanya”. Penelitian Tidak
Dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2022, diakses 12 Maret 2023.
3
_______BAB II Reinkarnasi dalam Agama Hindu. (http://repository.uin-suska.ac.id), diakses 12 Maret
2023.
Kaitan reinkarnasi dengan karma dan kasta yakni terletak pada penentuan kelahiran
atau penjelmaan kembali jiwa atau roh itu akan menjadi apa dan bagaimana. Karena jiwa
yang semula berada di posisi kasta teratas (Brahma) akan bisa lahir kembali menjadi
kalangan kasta sampai terendah (Shudra), sebab apa yang dilakukan semasa kehidupan
sebelumnya banyak melakukan hal keji, maka hukum karma di situ akan berlaku pula.
Begitupun sebaliknya.
Berikut ini terdapat sebuah kutipan percakapan tanya jawab antara seorang penanya
dengan sang pendeta:4
“Apabila orang-orang dari kasta rendah itu berkelakukan baik, beramal saleh,
berilmu dan berani, adakah ia beroleh kesempatan dalam hidupnya sebagai yang
diberikan kepada orang-orang dari kasta tinggi?”. Demikian pertanyaan orang itu.
“Tidak”—jawab pendeta— “Orang yang terlahir dari kasta rendah tidaklah beroleh
kesempatan menikmati seperti apa yang diberikan kepada kasta yang lebih tinggi”.
“Jika demikian, tidaklah ada gunanya orang berkelakuan baik”. Kata oramg itu.
“Tentu saja amat berguna!”—kata pendeta— “Jika orang berlaku baik dalam
hidupnya, ia akan diberkahi dalam hidupnya yang akan datang”.
“Manakah hidup yang akan datang itu?”. Tanya orang itu.
“Tiap makhluk mempunyai roh, dan roh itu datang dari Brahma. Brahma tidak
pernah mati. Ia hidup selama-lamanya. Begitu juga roh dari sesuatu yang hidup juga tidak
mati”. Jawab pendeta.
“Bagaimanakah keadaan roh itu bila seseorang telah mati?”. Tanya orang itu.
“Bila seseorang mati, rohnya keluar dari tubuhnya, lalu masuk ke dalam bayi yang
baru dilahirkan. Jika ia seorang yang baik dalam hidupnya dia akan terlahir kelak ke
dalam kasta yang lebih tinggi. Tapi jika ia berkelakuan jahat dalam hidupnya, curang dan
kejam, maka ia nanti aka terlahir ke dalam golongan kasta yang lebih rendah”. Jawab
pendeta.
“Bagaimana pulakah jika orang itu selalu jahat mulai dari hidupnya yaang pertama
terus sampai ke dalam hidunya yang lain?”. Tanya orang itu.
“Dia akan tetap lahir lagi berulang kali ke dalam kasta yang rendah, bahkan ia akan
penyakitan dan menderita seumur hidupnya sebagai hukuman atas kelakuannya yang
tidak baik, atau ia akan terlahir sebagai binatang yang bisu. Orang yang sangat jahat
mungkin juga akan lahir sebagai gajah. Mungkin juga waktu ia menjadi gajah ia masih
juga jahat, maka setelah matinya nanti ia lahir lagi menjadi anjing. Kalau diwaktu ia
4
Hakim, Agus. Perbandingan Agama. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015.
menjadi anjing masih juga jahat, ia akan turun dan turun lagi tingkat hidupnya sampai
menjadi kutu anjing ataupun nyamuk”. Jawab pendeta.
“Lalu bagaimanakah roh orang yang baik dapat memasuki badan kasta yang lebih
tinggi dan roh orang yang tidak baik masuk ke dalam badan orang dari kasta yang rendah
atau binatang?”. Tanya orang itu.
“Itulah hukum hidup”—kata pendeta— “bahwa kebaikan harus dibalasi dengan
kebaikan, dan kejahatan dibalasi dengan kejahatan. Hukum demikian dinamai “Karma”,
yang berarti “Batas perbuatan-perbuatan atau balasan perbuatan”. Jika orang berbuat baik,
orang itu akan dibalasi kebaikan dalam hidupnya yang akan datang, dan jika orang
berbuat jahat dia akan celaka dalam hidunya yang kemudian”.
“Tapi bagaimana pulakah jika orang itu selalu baik dalam hidupnya yang pertama
terus-menerus kepada yang lain?”. Tanya orang itu.
“Dia akan dikuasai kebahagiaan, umpama orang dari kasta rendah berlaku baik
dalam hidupnya ia akan terlahir nanti dalam kasta yang lebih tinggi”. Jawab pendeta.
“Dan jika terus-menerus baik ?”. Tanya orang itu pula.
“Dia akan lahir lagi ke dalam kasta yang lebih tinggi”. Jawab pendeta.
“Dan jika ia masih terus baik?”. Tanya lagi orang itu.
“Dia akan terus-menerus meningkat hidupnya sehingga dia menjadi rahib atau
Brahmana”. Jawab pendeta.
“Dan apakah yang akan dialami oleh pendeta yang terus-menerus baik, dimanakah
ia akan terlahir kelak?”. Tanya orang itu.
“Akhrnya ia tidak akan lahir lagi, peredaran dari hidupnya sudah tamat!”. Jawab
pendeta.
“Tetapi apakah yang akan terjadi dengan roh yang selalu baik itu?”. Tanya orang itu
pula.
“Telah kami beritahukan”—kata pendeta itu— “bahwa semua roh datang dari
Brahma, bukan?. Nah, bila roh itu menamatkan peredaran hidupnya, dia akan kembali
menjadi satu dengan Brahma. Itulah yang dinamakan Nirwana, Itulah kebahagiaan
terbesar yang diharapkan oleh setiap roh. Karena itulah masing-masing orang seharusnya
menuntut hidup yang baik tidak berbuat jahat, agar pada akhirnya semuanya menjadi satu
dengan Brahma dan memasuki Nirwana”. Jawab pendeta.
Nilai yang bisa dipetik dari reinkarnasi adalah hidup yang senantiasa
mengedepankan kebajikan. Dimana berfikir atas dasar Tuhan sebagai landasan hidup.
Bertindak dan berperilaku semata karena Tuhan sebagai Sang Penguasa. Hingga akhirnya
atman (jiwa) akan menyatu dengan Tuhan untuk menuju kesempurnaan yang abadi.
Pencapaian akhir setelah jiwa itu merasakan proses kehidupan, kematian dan kelahiran
kembali (reinkarnasi) serta penerapan hukum karma yang telah terjadi pada suatu jiwa
tersebut, maka akan menuju yang namanya kebaktian terhadap Tuhan yang rela
meninggalkan segala hal duniawi hanya untuk menuju pada puncak kesucian rohani yakni
Moksa. Barulah setelah itu atman (jiwa) akan sampai pada Nirwana bersama dengan
Tuhan (Brahma). Konsep itu samahalnya dalam Islam, yang mana jiwa manusia itu
berasal dari Tuhan dan suatu akhir nanti akan kembali kepada Tuhan.

Referensi:
Andus, dkk. Agama-Agama. Ponorogo: Departemen Perguruan Tinggi Guru Islam Pondok
Pesantren Islam Modern Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia, 1437.
_______BAB II Reinkarnasi dalam Agama Hindu. (http://repository.uin-suska.ac.id), diakses
12 Maret 2023.
Hakim, Agus. Perbandingan Agama. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015.
Jirhanuddin. Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami Agama-Agama).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006.
Nurain. “Reinkarnasi Menurut Jubran Khalil Jubran dalam Karya-Karyanya”. Penelitian
Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2022, diakses 12 Maret 2023.
Kaler, Ketut. “Reinkarnasi dalam Pemikiran Masyarakat Hindu Bali”. Bali: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Udayana Denpasar, 2016, diakses 12 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai