Anda di halaman 1dari 9

Analisis Perubahan OLTC Terhadap Setting Tap Pada Transformator

Distribusi Feeder Srondol 4

Azis Kristiasmoko 1, Karnoto ST MT2, Titik Nurhayati ST MT2


1
Mahasiswa Universitas Semarang (USM)
2
Dosen Universitas Semarang (USM)
Universitas Semarang, Semarang, Indonesia
Kampus USM, Semarang, 50196
Telp. (024) 6702757 Fax. (024) 6702272
Email : aziskristiasmoko@gmail.com

Abstrak
Sistem tenaga listrik selalu dituntut untuk memiliki mulu keandalan dan kontinuitas yang tinggi.
Kontinuitas dan keandalan ini dapat dicapai apabila sistem tenaga listrik itu mempunyai tegangan yang
stabil. Transformator tenaga di gardu induk distribusi berfungsi untuk mentransformasikan tenaga listrik ke
beban. Adakalanya tegangan sisi primer yang diterima dari saluran transmisi berubah-ubah. Perubahan
tegangan sisi primer akan menyebabkan perubahan tegangan di sisi sekunder. Perubahan tegangan di sisi
sekunder dapat menggangu peralatan-peralatan yang digunakan oleh konsumen dan juga sistem tenaga listrik
itu sendiri. Untuk mengantisipasi perubahan tegangan sisi primer, maka transformator tenaga (transformator
2) di G.I. Srondol dilengkapi dengan on-load tap changer (OLTC). Dengan dioperasikannya OLTC maka
diharapkan, diperoleh tegangan sisi sekunder yang andal walaupun tegangan sisi primer mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan karena, OLTC merupakan suatu peralatan pengatur tegangan untuk merubah
perbandingan transformasi suatu transformator. Dan dalam pengoperasiannya tanpa memutuskan arus beban
sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat tercapai. Kualitas penyaluran dipengaruhi oleh adanya
drop tegangan pada jaringan, pada jaringan distribusi tegangan menengah 20kV drop tegangan tidak boleh
melebihi 5% dari tegangan sisi kirim. Faktor drop tegangan harus selalu diminimalisir agar kualitas
penyaluran energi listrik berada pada kualitas yang paling baik. Analisis drop tegangan dapat menjadi
parameter untuk melakukan perbaikan kualitas penyaluran energi listrik kepada seluruh pelanggan.

Kata kunci : Sun outage, noise, derau, komunikasi.

1. Pendahuluan tegangan yang konstan. Oleh karena itu gardu


induk yang merupakan pusat pembebanan
Bertambahnya kebutuhan tenaga listrik,
sistem tenaga listrik juga dituntut untuk
memiliki mutu, kontinuitas dan keandalan
yang tinggi, syarat-syarat tersebut dapat dituntut untuk dapat menyalurkan tenaga listrik
dipenuhi apabila sistem tenaga listrik itu dengan nilai tegangan yang konstan dan
mempunyai tegangan yang stabil dan konstan. memiliki kontinuitas yang sangat baik.
Tegangan yang stabil dan konstan bergantung
pada keandalan sistem tenaga listrik yang Pada gardu induk, pengaturan tegangan dapat
dimulai dari pusat pembangkitan sampai ke dilakukan dengan mengoperasikan tap changer
pusat beban. Penyaluran tenaga listrik ke pada transformator tenaga untuk merubah
beban konsumen mempunyai banyak masalah perbandingan angka transformasi transformator
yang menyebabkan kestabilan tegangan tersebut dan salah satu sisinya. Tap changer ini
terganggu, antara lain fluktuasi beban, cos phi, biasanya dioperasikan pada transformator
beban jelek, drop tegangan pada saluran. penaik tegangan yang ada di gardu induk
Fluktuasi tegangan sangat mempengaruhi pembangkit. Gunanya untuk mempertahankan
beban-beban yang sensitif. Misalnya untuk harga tegangan pembangkitan terhadap
daerah beban industri yang menggunakan pengaruh perubahan tegangan sistem transmisi
motor-motor listrik dan peralatan lain, yang tegangan tinggi akibat kerugian saluran. Hal ini
pada dasamya menghendaki penyediaan juga berlaku pada transformator penurun
tenaga listrik secara terus menerus dengan tegangan yang ada di gardu induk distribusi
untuk mempertahankan harga tegangan sisi
keluar terhadap pengaruh kerugian tegangan Vp x Ip x t = Vs x Is x t
transmisi dan perubahan beban.
Jika kedua ruas dibagi dengan t, diperoleh
Pada sistem ketenagalistrikan, susut teknis rumus.
distribusi dipengaruhi oleh panjang jaringan.
Susut teknis distribusi atau drop tegangan Vp x Ip = Vs x Is
merupakan salah satu ukuran efisien atau tidak
efisiensinya suatu sistem pendistribusian Vp/Vs = Is/Ip
tenaga listrik. Untuk meningkatkan efisiensi
pendistribusian tersebut perlu dilakukan Dalam hal ini faktor (V × I) adalah daya (P)
penekanan susut teknis distribusi. transformator. Berdasarkan rumus-rumus di
Berdasarkan tegangannya sistem distribusi atas, hubungan antara jumlah lilitan primer
tegangan listrik di Indonesia dapat dan sekunder dengan kuat arus primer dan
dikelompokkan menjadi dua macam tegangan sekunder dapat dirumuskan sebagai berikut.
yaitu, distribusi tegangan menengah yang
bertegangan 20 kV dan distribusi tegangan Np/Ns = Is/Ip
rendah yang bertegangan 230/400 Volt. Pada
suatu sistem penyaluran sistem tenaga listrik Dengan demikian untuk transformator ideal
baik memakai sistem tranmisi, sub tranmisi akan berlaku persamaan berikut.
maupun distribusi ada kemungkinan besar
akan terjadi drop tegangan. Vp/Vs= Is/Ip= Np/Ns

Drop tegangan dapat juga terjadi karena  Drop Tegangan


penghantar yang digunakan mempunyai
tahanan. Oleh karena itu, penyaluran jarak Drop tegangan adalah perbedaan
jauh sangat memungkinkan terjadinya drop tegangan antara tegangan kirim dan tegangan
tegangan, sehingga tegangan dan arus listrik terima karena adanya impedansi pada
banyak yang hilang. Salah satu persyaratan penghantar. Jatuh tegangan selalu terjadi pada
penting dalam merencanakan suatu jaringan jaringan, baik pada pelanggan maupun pada
harus diperhatikan masalah kualitas saluran, perusahaan listrik. Jatuh tegangan pada
dan kontinuitas pelayanan yang baik terhadap saluran transmisi adalah selisih antara
konsumen. tegangan pada sisi kirim (sending end) dan
tegangan pada sisi terima (receiving end).
2. Metode Penelitian
Besarnya rugi tegangan dapat dinyatakan
 Transformator Ideal sebagai berikut.

Besar tegangan dan kuat arus listrik yang ΔV = I x R cos θ + I x X sin θ


dikeluarkan pada trafo bergantung banyaknya
lilitan. Besar tegangan sebanding dengan ΔV = I x Z
jumlah lilitan. Makin banyak jumlah lilitan
tegangan yang dihasilkan makin besar. Hal ini Keterangan :
berlaku untuk lilitan primer dan sekunder.
Hubungan antara jumlah lilitan primer dan
ΔV = Jatuh tegangan (Volt)
sekunder dengan tegangan primer dan
tegangan sekunder dirumuskan seperti
I = Arus yang mengalir (Amper)
berikut.
R = Tahanan saluran (Ohm)
Vp/Vs = Np/Ns
X = Reaktansi (Ohm)
Trafo dikatakan ideal (baik itu trafo step up
dan step down) jika tidak ada energi yang
θ = Sudut dari faktor daya beban
hilang menjadi kalor, yaitu ketika jumlah
energi yang masuk pada kumparan primer
Z = R + jX = impedansi saluran
sama dengan jumlah energi yang keluar pada
kumparan sekunder. Hubungan antara
tegangan dengan kuat arus pada kumparan Pada saluran arus bolak-balik besarnya jatuh
primer dan sekunder dirumuskan. tegangan tergantung dari impedansi saluran
serta beban dan faktor daya. Untuk jarak yang
dekat jatuh tegangan tidak begitu berarti.
Wp = Ws
Perhitungan jatuh tegangan yang diperlukan taegangan tetap pada sistem distribusi karena
tidak hanya untuk peralatan sistem saja namun tegangan jatuh akan terjadi disemua bagian
juga untuk dapat menjamin tegangan sistem dan akan berubah dengan adanya
terpasang yang dapat dipertahankan dalam perubahan beban. Ukuran penghantar,
batas-batas yang layak. Oleh karena itu perlu karakteristik transformator dan kebiasaan
diketahui hubungan fasor antar tegangan dan konsumen adalah hal-hal yang harus
arus serta reaktansi dan resistansi pada diperhitungkan. Secara singkat, kualitas
perhitungan yang akurat. pelayanan tergantung pada dua pengaruh
besar yaitu kelangsungan pelayanan dan
Selanjutnya rumus jatuh tegangan dan rumus pengaturan tegangan sistem.
tegangan pada sisi pengiriman (Vs) adalah
sebagai berikut. Pengaturan tegangan merupakan suatu
konsepsi untuk mempertahankan tegangan
Vs = Vr + I x R cos θ + I x X sin θ yang raltif stabil diujung-ujung konsumen,
naik turunnya tegangan pada tingkat yang
= Vr + I x Z masih dapat diterima dan dalam batas-batas
penyebaran yang diizinkan.
Keterangan :
Harga pengaturan untuk tiap-tiap beban
Vs = Tegangan kirim (Volt) dengan bermacam-macam faktor daya dengan
menggunakan rumus pengaturan tegangan
Vr = Tegangan terima (Volt) dibawah ini.

I = Arus yang mengalir ( Amper ) Presentase tegangan = (Vs-Vr)/Vr x 100


(2.38)
R = Tahanan saluran (Ohm)
= (IRcosθ+IXsinθ)/Vr x 100 (2.39)
X = Reaktansi saluran (Ohm)
Keterangan :
θ = Sudut dari faktor daya beban
I = Arus Saluran
Dengan semakin besar pula perbedaan nilai
tegangan yang ada pada sisi kirim dengan R = Tahanan Saluran
yang ada pada sisi terima. Apabila perbedaan
nilai tegangan tersebut melebihi standar yang θ = Sudut Faktor Daya
ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut
rendah. Di dalam saluran tranmisi persoalan X = Reaktasi Saluran
tegangan sangat penting, baik dalam keadaan
operasi maupun dalam perencanaan sehingga
harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap
titik saluran. Maka pemilihan penghantar
(penampang penghantar) untuk tegangan
menengah harus diperhatikan. Berdasarkan
dari standar SPLN 1 : 1978 - Kriteria Desain
Untuk JTM Dan JTR, dimana ditentukan
bahwa variasi tegangan pelayanan pada
jaringan tegangan menengah dan tegangan
rendah sebagian akibat jatuh tegangan, karena
adanya perubahan beban, maksimum +5% dan
minimum -10% dari tegangan nominalnya.
Besarnya rugi tegangan pada saluran tranmisi
tersebut, diukur pada titik yang paling jauh
(ujung).

 Pengatur Tegangan

Meskipun kelangsungan catu daya dapat


diandalkan, dana yang dibutuhkan tersedia
dan pekerjaan dilakukan secara ekonomis,
tetap tidak mungkin untuk mempertahankan
 Data Pengamatan

Metode pengumpulan data yang


digunakan dalam penelitian ini adalah teknik b) Data Trafo Distribusi
observasi untuk mengambil data berupa
tegangan, arus, daya, posisi tap dan spesifikasi Tabel 3.3 Data Trafo Distribusi
transformator II 31,5 MVA di gardu induk NOMOR KAPASITAS
NO. MERK FASA TAP
Srondol. Selain teknik observasi dalam TIANG (kVA)

penelitian ini menggunakan teknik 1 SRL04-05 Sintra 1 50 2

2 SRL04-17 Sintra 1 50 2
dokumentasi yaitu dengan mengambil data
SRL04-66 Bambang
melalui pengamatan langsung objek 3
Djaja
1 50 2

dilapangan dengan diawasi oleh petugas 4 SRL04-107 Sintra 3 50 2

operator gardu induk ungaran dan 5 SRL04-117 Voltra 3 100 2

pengambilan data pada catatan atau rekaman 6 SRL04-136 Sintra 3 50 2

7 SRL04-145 Trafindo 3 100 2


data logsheet yang berupa data tegangan arus,
SRL04-165 Bambang
tegangan, dan daya transformator II 31,5 8
Djaja
1 50 2

MVA yang ada pada gardu induk Srondol 9 SRL04-211 Sintra 3 50 2

pada bulan Januari tahun 2017.


c) Data Pembebanan Trafo Daya
a) Data Sadapan Trafo Daya
Data pembebanan transformator
Tabel 3.2 Sadapan Trafo Daya
diperlukan sebagai acuan perhitungan nilai
tegangan primer untuk menentukan posisi
Posisi Volt Ampere OLTC dengan menggunakan rumus
1 168750 107,8
transformator ideal (2.18).
2 167308 108,7
Beban puncak terjadi pada tanggal 20 Januari
3 165865 109,6 2017 pada jam 10.00 dapat dilihat dari tabel
4 164423 110,6 3.4 berikut ini.
5 162981 111,6
Tabel 3.4 Data Beban Puncak Trafo Daya
6 161538 112,6

7 160096 113,6 Transformator II 31,5 MVA 150/22 kV Pauwels 121A/827A

8 158654 114,6
Jam Ampere Ampere
9 157212 115,7 Volt
MW MVAR
10 155769 116,8 (kV)
R S T R S T

11 154327 117,8
10.00
98 95 99 23,0 11,0 20,6 682 640 704
12 152885 119,0
14.00
13 151442 120,1 95 92 96 22,3 10,4 20,5 666 622 682

14 150000 121,2
16.00
54 53 55 13,2 5,5 21,0 366 396 390
15 148558 121,2

16 147115 121,2

17 145673 121,2

18 144231 121,2 Beban terendah terjadi pada tanggal 17 Januari


2017 pada jam 10.00 dapat dilihat dari tabel
19 142788 121,2
3.5 berikut ini.
20 141346 121,2

21 139904 121,2

22 138462 121,2
Tabel 3.5 Beban Terendah Transformator Tabel 3.8 Data Panjang Penghantar Dan
Jenis Penghantar
Transformator II 31,5 MVA 150/22 kV Pauwels 121A/827A

Jam Ampere Ampere


Volt Panjang Saluran Konduktor
MW MVAR Penyulang
(kV) Utama (Kms) Jenis Ukuran
R S T R S T
SRL04 13,615 AAAC 3 x 240 mm2
10.00
37 39 39 9,5 3,7 20,6 267 278 286

14.00
38 40 39 9,6 3,7 20,8 271 285 290
Resistansi dan reaktansi pengahntar dapat
dilihat dari tabel 3.9 berikut ini.
16.00
40 42 41 10,1 3,6 20,5 285 302 307
Tabel 3.9 Resistansi Dan Reaktansi
Penghantar AAAC 3 x 240 mm2 (SPLN 64 :
d) Data Pembebanan Penyulang 1985)
Resistansi (R) Reaktansi (XL)
Penampang
Data pembebebanan pada tiap penyulang (Ohm/Km) (Ohm/Km)
yang dibebankan pada transformator II 31,5 240 mm2 0,1344 0,3158
MVA digunakan sebagai dasar perhitungan
drop tegangan. Rumus drop tegangan dapat
dilihat pada rumus 2.35. f) Data Nilai Sadapan Trafo Distribusi

Beban puncak terjadi pada tanggal 20 Januari Pada dasarnya posisi tap changer pada
2017 dapat dilihat dari tabel 3.6. transformator distribusi ditentukan oleh nilai
drop tegangan yang terjadi pada saluran
Tabel 3.6 Tabel Beban Puncak Pada hingga ke titik transformator distribusi
Penyulang tersebut dipasang. Untuk medapatkan kinerja
Beban Penyulang
transformator distribusi secara maksimal hal
ini sangat diperlukan, akan teeapi pada
Feeder Jam 10.00 Jam 19.00
kenyataannya hal ini jarang diterapkan. Hal
Gardu R S T R S T
tersebut yang mendasari penulis melakukan
Induk SRL03 53 35 48 62 41 50
analisis ini. Rumus yang digunakan untuk
Srondol SRL04 197 225 204 217 223 209 mengetahui posisi tap dapat dilihat pada
SRL05 92 94 107 102 96 121 rumus 2.37.
SRL06 363 338 384 32 34 33
Tabel 3.10, 3.11, 3.12, 3.13 dan 3.14
menunjukkan nilai sadapan beserta tegangan
Beban terendah terjadi pada tanggal 17 pada trafo distrbusi yang sudah ditentukan
Januari 2017 dapat dilihat dari tabel 3.7. dengan metode sampling.
Beban Penyulang
Tabel 3.10 Transformator Bambang Djaja 1
Feeder Jam 10.00 Jam 19.00
Fasa 50 kVA
Gardu R S T R S T
POSISI TAP SISI PRIMER SISI SEKUNDER
Induk SRL03 50 35 45 65 41 50
(VOLT) (VOLT)
Srondol SRL04 122 152 133 169 220 168
1 12702
SRL05 91 90 104 104 92 118
2 12124 220
SRL06
3 11547

4 10976
e) Data Penyulang Gardu Induk Srondol 5 10392

Panjang saluran utama pada Srondol 4


dapat dilihat dari tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.14 Transformator Voltra 3 Fasa 100
kVA (SPLN D3.002-1 : 2007)
Tabel 3.11 Transformator Sintra 1 Fasa 50
POSISI TAP SISI PRIMER SISI SEKUNDER
kVA (SPLN D3.002-2 : 2008)
(VOLT) (VOLT)
POSISI TAP SISI PRIMER SISI SEKUNDER
1 21000
(VOLT) (VOLT)
2 20500
1 12124
3 20000 400
2 11836
4 19500
3 11547 231
5 19000
4 11258
6 18500
5 10970
7 18000

Tabel 3.12 Transformator Sintra 3 Fasa 50


kVA (SPLN D3.002-1 : 2007) 3. Analisis Dan Pembahasan

POSISI TAP SISI PRIMER SISI SEKUNDER  Analisis Posisi OLTC


(VOLT) (VOLT)
Pada analisis ini nilai tegangan primer
1 21000
(VP) tidak diketahui maka untuk menentukan
2 20500 posisi OLTC harus menentukan nilai tegangan
3 20000 400 primer terlebih dahulu. Diasumsikan bahwa
4 19500
beban seimbang maka nilai beban terbesar
digunakan sebagai referensi nilai arus beban
5 19000
nominal. Drop tegangan berbanding lurus
6 18500 dengan pembebanan, semakin besar
7 18000 pembebanan pada jaringan maka semakin
besar nilai drop tegangan.
a) Pada Saat Beban Puncak
Tabel 3.13 Transformator Trafindo 3 Fasa
100 kVA (SPLN D3.002-1 : 2007) Arus pada sisi primer :
POSISI TAP SISI PRIMER SISI SEKUNDER IP = 99 A
(VOLT) (VOLT)
Arus pada sisi sekunder :
1 21000

2 20500 IS = 704 A
3 20000 400
Menghitung tegangan sisi primer :
4 19500
VP/VS = IS/IP
5 19000

6 18500 VP/(20,6 kV) = (704 A)/(99 A)


7 18000
VP = (14502,4 kW)/(99 A)
VP = 146,48 kV
Hasil perhitungan adalah 146,48 kV
sehingga posisi OLTC dapat dihitung dengan
rumus.
VP/VS = NP/NS
(146,48 kV)/VS = (150 kV)/(22 kV)
VS = (3222,56 kV)/(150 kV)
VS = 21,483 kV
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa
tegangan primer sebesar 146,48 kV, OLTC
berada pada posisi 10 dengan jangkauan VP = (5891,6 kVA)/(39 A)
tegangan sekunder sebesar 20,5-20,68 kV.
Rasio dan hasil perhitungan dapat dilihat pada VP = 151,06 kV
tabel 4.1.
Hasil perhitungan adalah 151,06 kV
Tabel 4.1 Rasio OLTC Pada Saat Beban sehingga posisi OLTC dapat dihitung dengan
Puncak rumus.
RASIO (kV)
TAP VP (kV) VS (kV) VP/VS = NP/NS
NP NS

1 146,48 168,75 22 19,09 (151,06 kV)/VS = (150 kV)/(22 kV)


2 146,48 167,308 22 19,26

3 146,48 165,865 22 19,42 VS = (3323,32 kV)/(150 kV)


4 146,48 164,423 22 19,6
VS = 22,155 kV
5 146,48 162,981 22 19,77

6 146,48 161,538 22 19,95 Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa


7 146,48 160,096 22 20,12 tegangan primer sebesar 151,06 kV, OLTC
8 146,48 158,654 22 20,31
berada pada posisi 7 dengan jangkauan
tegangan sekunder sebesar 20,58-20,75 kV.
9 146,48 157,212 22 20,49
Rasio dan hasil perhitungan dapat dilihat pada
10 146,48 155,769 22 20,68 tabel 4.2.
11 146,48 154,327 22 20,88

12 146,48 152,885 22 21,07

13 146,48 151,442 22 21,28

14 146,48 150 22 21,48

15 146,48 148,558 22 21,69

16 146,48 147,115 22 21,9

17 146,48 145,673 22 22,12

18 146,48 144,231 22 22,34

19 146,48 142,788 22 22,56

20 146,48 141,346 22 22,8

21 146,48 139,904 22 23,03

22 146,48 138,462 22 23,27

23 146,48 137,019 22 23,52

24 146,48 135,577 22 23,77

25 146,48 134,135 22 24,02

26 146,48 132,692 22 24,28

27 146,48 131,25 22 24,55

b) Pada Saat Beban Rendah

Arus pada sisi primer :

IP = 39 A

Arus pada sisi sekunder :

IS = 286 A

Menghitung tegangan sisi primer :

VP/VS = IS/IP

VP/(20,6 kV) = (286 A)/(39 A)


Tabel 4.2 Rasio OLTC Pada Saat Beban jaringan tiap titiknya oleh karena itu ΔV = I x
Terendah Z x L, dimana L adalah panjang saluran.

TAP VP (kV)
RASIO (kV)
VS (kV)
• Sebagai contoh perhitungan drop tegangan
NP NS pada transformator distribusi 9.
1 151,06 168,75 22 19,7
L = 211 x 50 meter
2 151,06 167,308 22 19,86

3 151,06 165,865 22 20,03 = 10550 meter = 10,55 km


4 151,06 164,423 22 20,21
I = 225 A
5 151,06 162,981 22 20,4

6 151,06 161,538 22 20,57


Cos phi = 0,85

7 151,06 160,096 22 20,75


= 31,8o (karena arus lagging maka
8 151,06 158,654 22 20,94 phi = -31,8o)
9 151,06 157,212 22 21,14
R = 0,1344
10 151,06 155,769 22 21,33

11 151,06 154,327 22 21,53 X = 0,3155


12 151,06 152,885 22 21,73
Phi = arctg X/R
13 151,06 151,442 22 21,94

14 151,06 150 22 22,15


= 66,96o

15 151,06 148,558 22 22,37 ∆V =IxZxL


16 151,06 147,115 22 22,59
= 225-31,8o x (0,1344+j0,3155) x
17 151,06 145,673 22 22,81
10,55
18 151,06 144 22 23,04

19 151,06 142,788 22 23,27 = 225-31,8o x 0,34366,96o x


10,55
20 151,06 141,346 22 23,51

21 151,06 139,904 22 23,75 = 814,0435,155o V


22 151,06 138,462 22 24
|∆V| = 814,04 V
23 151,06 137,019 22 24,25

24 151,06 135,577 22 24,51 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Drop


Tegangan
25 151,06 134,135 22 24,77

26 151,06 132,692 22 25,04 VS L-N ΔV L-N VPTD ΔV L-L VPTD


TD VS (V)
(V) (V) (V) (V) (V)
1
27 151,06 131,25 22 25,32 20600 11893,4 19,29 11874,1 33,41 20566,6
2
20600 11893,4 65,58 11827,8 113,59 20486,4

 Analisis Drop Tegangan 3


20600 11893,4 254,62 11638,8 441,03 20159
4
20600 11893,4 412,80 11480,6 715,002 19885
Analisa drop tegangan pada tiap titik
5
transformator dengan menggunakan rumus 20600 11893,4 451,38 11442 781,82 19818,2

drop tegangan (2.35), analisa ini digunakan 6


20600 11893,4 524,69 11368,7 908,78 19691,2
sebagai referensi setting tap changer pada 7
transformator distribusi. 20600 11893,4 559,41 11334 968,92 19631,1
8
20600 11893,4 636,57 11256,8 1102,57 19497,4
• Panjang saluran utama pada penyulang 9
20600 11893,4 814,04 11079,4 1409,96 19190
Srondol 4 adalah 13,615 km.

• Drop tegangan pada jaringan dapat dihitung


dengan rumus ΔV = I x Z, perhitungan drop
tegangan pada tiap titik transformator
distribusi harus mengacu pada panjang
 Analisis Setting Tap Changer Pada b) Kondisi saat ini seluruh tap pada
Transformator Distribusi transformator distribusi berada pada posisi 2,
hasil anlisis digunakan sebagai referensi setting
Pada transformator distribusi hanya tap yang paling efektif untuk masing-masing
menggunakan tipe off load tap changer dimana transformator distribusi. Pada transformator
penyetelan tap hanya dilakukan pada saat distribusi 1 diketahui bahwa setting tap pada
transformator berada pada posisi tanpa beban. saat beban puncak berada pada posisi 4 dengan
Penentuan setting tap tersebut harus berdasarkan tegangan outgoing sebesar 238 V, pada saat
nilai drop tegangan yang terjadi pada setiap titik- beban terendah setting tap berada pada posisi 4
titik transformator distribusi dengan dengan tegangan outgoing sebesar 232,16 V.
menggunakan rumus 2.37. Dari tabel 4.3 dapat Posisi tap 4 dipilih kerena range tegangan pada
dilihat nilai drop tegangan pada tiap titik-titik saat pembebanan sebesar 232,16 V-238 V.
transformator distribusi. Berikut analisis Sesuai dengan SPLN 1 : 1995 – Tegangan-
penentuan posisi tap changer. Tegangan Standar yaitu tegangan nominal
230/400 V. Tap transformator distribusi 2 pada
Sebagai contoh perhitungan pada trafo posisi 2 dengan range tegangan sebesar 230,84-
distribusi 1 dengan rasio nominal. Perhitungan 231,25 V. Tap transformator distribusi 3 pada
ini dapat diterapkan pada trafo 1 fasa dan 3 fasa. posisi 3 dengan range tegangan sebesar 397,7 V-
406,04 V. Tap transformator distribusi 4 pada
VPTD/VSTD = NP/NS posisi 3 dengan range tegangan sebesar 396,36
V-402,34 V. Tap transformator distribusi 5 pada
11874,1/VS = 12124/220 posisi 3 dengan range tegangan sebesar 393,82
V-401,43 V. Tap transformator distribusi 6 pada
VSTD = 215,46 V (Pada saat beban puncak) posisi 4 dengan range tegangan sebesar 402,68
V-409,97 V. Tap transformator distribusi 7 pada
VPTD/VSTD = NP/NS posisi 3 dengan range tegangan sebesar 226,74
V-230,37 V. Tap transformator distribusi 8 pada
11880,38/VS = 12124/220 posisi 4 dengan range tegangan sebesar 230,97
V-235,21 V. Tap transformator distribusi 9 pada
VSTD = 220,82 V (Pada saat beban rendah) posisi 4 dengan range tegangan sebesar 393,64
V-403,02 V.
Pemilihan range tegangan ini berdasarkan pada
SPLN 1 : 1995 – Tegangan-Tegangan Standar c) Pada jaringan Srondol 4 perlu dilakukan
yaitu tegangan nominal 230/400 V, tegangan rekonfigurasi jaringan karena nilai drop
tidak boleh melebihi 241 V atau kurang dari 207 tegangan sudah melebihi standar ketetapan PT.
V untuk tegangan 1 fasa dan tidak boleh melebihi PLN ysitu sebesar 5% dari tegangan kerja. Nilai
420 V atau kurang dari 360 V untuk tegangan 3 drop tegangan pada jaringan Srondol 4 yaitu
fasa. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sebesar 6,84%.
posisi yang paling efektif untuk tap pada
transformator distribusi 1 berada pada tap 4  Saran
dengan range tegangan sebesar 232,16 V-238 V.
Pemilihan tap pada trafo distribusi dapat dilihat a) Evaluasi terhadap pensettingan tap pada
pada tabel 4.7. transformator distribusi sangat diperlukan
supaya transformator distribusi dapat bekerja
4. Kesimpulan Dan Saran dengan maksimal.

 Kesimpulan b) Agar dimasa yang akan datang analisis ini


dapat dikembangkan dengan metode-metode
a) Perubahan posisi OLTC dipengaruhi oleh terbaru seiring berjalannya waktu dan
pembebanan pada penyulang, perubahan posisi berkembangnya teknologi terbarukan.
dengan cara menaikkan atau menurunkan rasio
belitan pada sisi primer transformator daya. c) Jaringan Srondol 4 memerlukan
Pada analisis ini diketahui bahwa pada saat rekonfigurasi jaringan karena nilai drop
beban puncak posisi OLTC berada pada tap 10 tegangan sudah melewati standar dari PT PLN
dengan tegangan sisi primer sebesar 146,48 kV. Persero.
Pada saat beban rendah diketahui bahwa posisi
OLTC berada pada tap 7 dengan tegangan
sekunder sebesar 151,06. Terjadi perubahan
posisi OLTC dari tap 10 berpindah ke tap 7.

Anda mungkin juga menyukai