Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Wayan Yoga Candra Wibawa

Kelas : X MIPA 6
Absen : 05
Topik : Evaluasi Pelaksanaan PTM di Sekolah

Tahukah teman teman mengapa pemerintah berani mengambil keputusan memberlaksanakan PTM di
setiap sekolah ? Pemerintah mendorong penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas untuk mengurangi
risiko dampak sosial negatif berkepanjangan. Adapun dampak bukan hanya meliputi kualitas pendidikan,
melainkan juga tumbuh kembang dan hak anak. "Situasi penanganan pandemi terus menunjukkan tren
perbaikan, khususnya di Jawa dan Bali. Karena itu, pemerintah tidak ingin menunda lagi untuk mempercepat
pembukaan proses PTM terbatas di wilayah yang sudah menerapkan PPKM Level 1, 2, dan 3 secara bertahap,
tentunya dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan ketat," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika
Johnny G. Plate dalam keterangan tertulis, Sabtu . Menurut Johnny, PTM terbatas perlu dipercepat karena
pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berkepanjangan dapat berisiko negatif pada anak. Ia menyebut
setidaknya ada tiga alasan utama yang menjadi dasar pelaksanaan PTM terbatas.
Pertama, untuk menghindari ancaman putus sekolah. Dalam hal ini, PJJ yang tidak optimal membuat
anak terpaksa bekerja dan tidak belajar, terutama untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi.
Selain itu, beberapa orang tua juga tidak dapat melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar jarak
jauh. Kedua, untuk menghindari penurunan capaian belajar anak. Pembelajaran di kelas diyakini dapat
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik jika dibandingkan dengan PJJ. Pasalnya, perbedaan akses,
kualitas materi, sarana selama PJJ dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak yang
memiliki keterbatasan secara sosio-ekonomi. Ketiga, guna menghindari risiko psikososial atau kondisi individu
mencakup aspek psikis dan sosial pada anak selama PJJ. Risiko ini meliputi peningkatan kekerasan pada anak
di rumah, risiko pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan, serta kehamilan remaja. Selain itu, anak
juga dapat merasa tertekan selama PJJ karena tidak bermain dan bertemu dengan kawan-kawannya dalam waktu
lama.

Meski demikian, pemerintah tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan bagi seluruh pihak yang terlibat
PTM terbatas, mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, hingga pengurus sekolah. Di samping itu, pemerintah
juga menegaskan proses pembelajaran harus mengikuti peraturan dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah
pusat sesuai penerapan PPKM berdasarkan Asesmen Situasi COVID-19 (Level 4,3,2,1).Terkait hal ini,
pemerintah juga telah menerbitkan SKB 4 Menteri pada Maret 2021 untuk mengatur akselerasi PTM terbatas
dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Salah satunya dengan melakukan vaksinasi secara lengkap bagi
pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan.Di samping itu, pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kanwil, atau kantor Kemenag juga mewajibkan satuan pendidikan untuk menyediakan dua macam layanan
pendidikan. Layanan tersebut yaitu, PTM terbatas dengan penerapan prokes dan pembelajaran jarak
jauh.Sementara soal vaksinasi, Jhonny menjelaskan vaksinasi peserta didik tidak menjadi persyaratan dalam
PTM terbatas. Sekolah di wilayah PPKM Level 1, 2, 3 dan memiliki peserta didik yang belum mendapatkan
giliran vaksinasi tetap dapat menyelenggarakan PTM terbatas. Namun, pelaksanaan PTM Terbatas harus
mengikuti protokol kesehatan dan aturan lain sesuai daftar periksa di dalam SKB 4 Menteri.

Kasus COVID-19 di Indonesia semakin melandai. Pada 10 Oktober lalu, infeksi virus corona di negara
kita tercatat 894, pertama kali di bawah 1.000 sejak Juni tahun lalu. "Kondisi Pandemi di Indonesia saat ini
sudah membaik, dapat dilihat dari data kasus aktif COVID-19 yang terus menurun, di bawah 30.000 kasus dan
tingkat kesembuhan juga tinggi, mencapai 96%," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate,
dikutip dari covid19.go.id. Menurut dia, kondisi negara lain yang tengah menghadapi peningkatan kasus harus
jadi pelajaran sekaligus peringatan bagi Indonesia. Johnny meminta seluruh masyarakat Indonesia tetap
waspada dan tidak lengah, agar risiko peningkatan kasus COVID-19 di tanah air bisa dihindari."Saat ini, perlu
ada percepatan vaksinasi pada kelompok lansia yang saat ini baru 6,9 juta dosis pertama dan 4,5 juta dosis
lengkap, dan vaksin remaja yang 3,9 juta dosis pertama dan 2,8 juta dosis lengkap," ujarnya. Meski penanganan
pandemi terus membaik, Menkominfo mengingatkan sejumlah pihak termasuk pelaku usaha harus tetap
mematuhi peraturan dan protokol kesehatan yang ditentukan dalam aturan pelaksanaan PPKM yang tertuang
dalam Instruksi Mendagri Nomor 47 dan 48 Tahun 2021. Dia menegaskan, pemerintah tidak akan ragu
menjatuhkan sanksi kepada pihak manapun yang melanggar aturan PPKM. "Hal ini semata-mata untuk
mengendalikan pandemi dan kesehatan semua pihak," tegas Johnny.

Saat ini situasi di Indonesia baik di tingkat nasional maupun provinsi secara umum terjadi penurunan
tren kasus baru mingguan sebesar 23%. Selain itu juga terjadi penurunan jumlah kematian sebesar 16%
dibandingkan dengan minggu sebelumnya.Namun hal ini tidak mengurangi kewaspadaan Indonesia dalam
menghadapi pandemic COVID-19, mengingat di beberapa negara kembali terjadi lonjakan kasus. Berdasarkan
laporan WHO per 26 Oktober 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus maupun kematian di tingkat global dan
regional Eropa yang berkontribusi lebih dari 50% total penambahan kasus baru dan sekitar 14% dari total
kematian baru. Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Turki dan Ukraina merupakan negara yang melaporkan kasus
tertinggi di level global. “Situasi global pandemi Covid-19 bisa menjadi salah satu masukan dan pembelajaran
terkait respon nasional kita. Salah satu yang dianggap mempengaruhi peningkatan kasus di negara-negara
tersebut adalah sudah dilakukannya berbagai pelonggaran dan penurunan kepatuhan terhadap protokol
kesehatan seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” ujar dr Siti Nadia Tarmizi saat memberikan
keterangan.Pemerintah, tambah dr Nadia juga terus mempertahankan testing rate dan positivity rate pada level
yang direkomendasikan WHO. Membaiknya situasi pandemi juga berimbas kepada kondisi rumah sakit. Saat
ini, keterisian tempat tidur (BOR) masih dalam level 20%. Artinya situasi rumah sakit saat ini dalam suasana
kondusif.. dr. Nadia berharap semua elemen harus sama-sama memahami bahwa dengan tingkat pergerakan
masyarakat yang semakin tinggi, maka tentu risiko interaksi dan penularan juga semakin tinggi. Namun risiko
ini bisa diminimalisir jika masyarakat patuh, taat, dan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan tetap selektif
dan bijak saat beraktivitas. Kebijakan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19 yang akan
dilaksanakan pada Juli 2021 masih terus menuai pro dan kontra. Bahkan ada kesalahpahaman yang berkembang
di masyarakat, seolah-olah pemerintah akan membuka sekolah seperti halnya di saat normal. Direktur Jenderal
PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Jumari, S.T.P., M.Si menegaskan,
yang akan dilaksanakan pada Juli nanti adalah pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas.
Aktivitas pembelajaran tatap muka secara terbatas ini akan dilakukan setelah pemerintah menyelesaikan
vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan. “Harus dipahami bahwa PTM terbatas bukan
dilaksanakan secara serentak seluruh Indonesia, tapi PTM dilakukan secara dinamis tergantung dengan situasi
pandemi di wilayah masing-masing,” tegas Jumeri dalam Bincang Interaktif Pendidikan dengan tema
"Persiapan PTM Terbatas Tahun Ajaran 2021/2022" yang digelar secara daring pada Selasa, 8 Juni 2021.

Selain itu, PTM terbatas bukan semata-mata melaksanakan sekolah seperti pada umumnya, melainkan
mengatur dan mengendalikan jumlah peserta didik. Presiden Joko Widodo telah memberikan memberi arahan
belajarnya hanya 2 hari dalam seminggu dan masing-masing 2 jam dengan peserta didik 25%. “Yang perlu
dipahami oleh orang tua juga, sekolah wajib memberikan opsi tatap muka setelah bapak dan ibu gurunya
memberikan izin. Ada dua opsi bagi peserta didik yaitu PTM terbatas dan opsi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Bagi orang tua yang belum mantap mengirim putra-putrinya ke sekolah boleh mengajukan untuk tetap belajar di
rumah,” ujar Jumeri. Selain itu, yang tidak kalah penting, pembelajaran tatap muka terbatas ini berbasis kepada
PTM mikro yang diterapkan berdasarkan kebijakan daerahnya masing-masing. Karena satu provinsi dengan
provinsi yang lain, bahkan antar kecamatan, memiliki dinamika masing-masing.Jika dalam pelaksanaan PTM
terbatas terjadi penularan Covid-19, maka langkah yang perlu diambil adalah pertama, sekolah harus
menghentikan PTM. Kemudian melakukan testing, tracing dan treatment. “Jadi guru-guru atau murid yang
mempunyai kontak erat dengan yang terkena harus dipastikan ditest, kemudian melakukan tracing dengan
mencari dan melakukan tes kepada setiap orang yang telah melakukan kontak fisik,” katanya. Kemudian
lakukan treatment untuk guru yang mengalami sakit, segera dirujuk ke rumah sakit terdekat dan melakukan
isolasi. Serta melakukan koordinasi dengan puskesmas setempat untuk mendapatkan penanganan sebagai
mestinya. Lalu sekolah ditutup sementara, dan setelah perkembangan Covid-19 membaik, sekolah bisa dibuka
kembali. Jumeri menghimbau, untuk PTM terbatas ini, pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi segera
membuat surat edaran atau ketentuan yang diterbitkan oleh kepala daerah. Supaya bisa memberikan kekuatan
kepada satuan pendidikan agar berani melakukan pembelajaran tatap muka, jika sekolah sudah menyiapkan
daftar periksa sesuai standar SKB 4 Menteri. Dinas pendidikan juga harus melakukan pemeriksaan dan
pengawasan terhadap sekolah dalam mengimplementasikan budaya baru yaitu pola hidup bersih dan sehat
(PHBS). Sekolah harus melaporkan kondisi sekolahnya, begitu juga pemerintah kabupaten/kota harus
melaporkan kesiapan wilayahnya. Jadi, karena PTM itu sifatnya dinamis yang bisa buka dan tutup dan bisa
berubah kondisinya, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan kesiapan mental warga
sekolah, yaitu guru, karyawan, kemudian peserta didik dan orang tua.

“Harus disiapkan mentalnya bahwa harus ada budaya yang dipenuhi bersama yaitu budaya kewaspadaan.
Kemudian gotong royong untuk menjaga protokol kesehatan agar sekolah dapat melakukan PTM tetapi tetap
aman. Jadi, bangun karakter bersama dulu agar sekolah itu aman,” imbuh Jumari.

Setelah budaya PHBS dibangun, maka buatkan standar operasi prosedur di setiap sekolah dan disosialisasikan
kepada warga sekolah untuk bisa dipahami bersama. Kemudian hal penting lagi adalah pengawasan
implementasi budaya PHBS dan protokol kesehatan harus dilakukan secara berulang-ulang kepada warga
sekolah.

Koordinasi dan bekerja sama dengan satgas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai-balai kesehatan
yang ada di sekitar sekolah untuk bisa memastikan apabila terjadi permasalahan di sekolah terkait penyebaran
Covid-19 bisa langsung mengambil langkah yang tepat dan cepat.

“PTM adalah pilihan terbaik karena metode PJJ hanya bisa dilaksanakan untuk beberapa daerah tertentu saja.
Oleh karena itu kepala dinas pendidikan di daerah dan kepala sekolah, mari kita persiapkan untuk PTM, siapkan
standar operasi prosedur-nya, infrastrukturnya, budayanya, bangun kolaborasi dengan fasilitas kesehatan
terdekat dan bangun kesadaran bersama agar PTM ini bisa berjalan dengan baik,” kata Jumeri.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Kemenkes Maxi
Rein menyampaikan, Menteri Kesehatan sebenarnya sudah mengeluarkan edaran awal Mei lalu untuk
memprioritaskan vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan. Ia juga kembali mengingatkan untuk seluruh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota untuk melakukan percepatan vaksinasi bagi guru.

“Jadi kalau kita lihat kan masih banyak tenaga kependidikan yang perlu divaksin. Maka kami harapkan dari
Kemendikbudristek dapat memberitahukan ke jajarannya untuk mengikuti vaksinasi. Provinsi dan kabupaten
kota juga harus berkoordinasi, bahkan kalau di kecamatan bisa langsung berkoordinasi dengan Kepala
Puskesmas untuk melakukan percepatan vaksinasi,” ujar Maxi Rein.

Ia mengatakan para guru kalau tidak sempat datang ke puskesmas, vaksinasi juga bisa dilakukan di sekolah.
Pihaknya sangat mendukung dilaksanakan PTM terbatas, oleh karena itu ia terus mendorong agar semua pihak
semakin mengencangkan koordinasi agar vaksinasi untuk tenaga kependidikan bisa segera dituntaskan.

“Saya optimis PTM terbatas ini akan berhasil dilaksanakan asalkan semua pihak berkoordinasi dengan baik,
warga sekolah melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Dan yang tidak kalah penting para guru harus
sadar untuk dilakukan vaksinasi. Karena guru yang paling bertanggung jawab selain pada diri sendiri, tapi juga
ada kewajiban melindungi anak didiknya,”

Sekian

Anda mungkin juga menyukai