Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN MUDIK DITERBITKAN?

INI TANGGAPAN MAHASISWA/i PERANTAU

Mudik merupakan istilah di bulan Ramadan yang identik dengan pergi ke kampung
halaman saat momentum Lebaran. Mudik Lebaran umumnya dilakukan oleh masyarakat
perantau atau yang bertempat tinggal jauh dari kampung halaman. Sebagian besar dari
pemudik tersebut adalah mahasiswa/i perantau. Namun, saat ini pandemi Covid-19 masih
menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Akibatnya, masyarakat menjadi bingung ingin
memilih pulang kampung atau tidak jika mengingat mudik biasanya hanya dilakukan satu
tahun sekali.

Oleh sebab itu, untuk menanggapi pemikiran tersebut, Presiden Joko Widodo resmi
mengumumkan kebijakan mudik terbaru menjelang bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 2022.
"Dengan syarat sudah mendapatkan 2 kali vaksin dan 1 kali vaksin booster, serta tetap
menerapkan protokol kesehatan yang ketat," kata Presiden Joko Widodo dalam keterangan
resmi pada Rabu, 23 Maret 2022. Berdasarkan kebijakan mudik yang baru diterbitkan, maka
inilah tanggapan dan respon dari beberapa mahasiswa/i ULM yang dapat berhadir.

Menurut salah satu mahasiswa perantau prodi S1 Manajemen Zasmina Aulia.

"Saya pribadi tidak merasa keberatan sebenarnya. Selama pemerintah atau instansi lainnya
yang menyediakan sarana vaksin untuk masyarakat, tidak mempersulit proses vaksinasi, dan
bahkan dapat mempermudah akses kami yang mau pulang ke kampung halaman, maka
kebijakan wajib vaksin dari pemerintah dapat kami patuhi."

Pada akhirnya, mahasiswa perantau sendiri tidak merasa keberatan dengan kebijakan
yang telah ditetapkan, mereka justru antusias karena pada akhirnya bisa kembali ke kampung
halaman. Meskipun harus melakukan vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan dengan
ketat.

"Untuk petugas yg berjaga, sebaiknya teman-teman yang sudah melakukan vaksin dan
protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dapat langsung diberikan akses untuk masuk ke
kampung halaman mereka dengan mudah, tanpa harus karantina, pcr, dan lain-lain, karena
mereka sudah mematuhi protokol yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Toh bukti
vaksinasi tiap orang juga sudah bisa dilihat langsung pada fasilitas yg ada (peduli lindungi)."
tambahnya.

Dengan kata lain, mahasiswa/i perantau tidak ada masalah dengan kebijakan mudik
tersebut karena jika ingin mudik haruslah dalam keadaan sehat dan tidak berpotensi
menyebarkan virus Covid-19. Selain itu, semoga kebijakan ini dapat secara tepat dijalankan
dan tidak memperlambat arus mudik dengan regulasi yang berbelit-belit.

Selanjutnya, salah satu mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Sofi Ambarwati


berpendapat bahwa melakukan vaksinasi sebelum mudik sama sekali tidak merugikan,
ditambah lagi sudah banyak tersedia berbagai program pemerintah untuk melakukan
vaksinasi booster ini.

"Sebaiknya pemerintah melakukan razia vaksin untuk pemudik agar kebijakan yang mereka
buat tetap terlaksana." Tambahnya.

Sebagai kesimpulan yang didapatkan dari para narasumber, maka dapat diketahui
bahwa mahasiswa/i perantau setuju saja dengan pemberlakuan kebijakan mudik tersebut.
Bahkan, mahasiswa/i perantau mendukung hadirnya kebijakan tersebut dan meminta agar
prosedur serta regulasinya tidak berbelit-belit, sehingga mahasiswa/i perantau dapat dengan
aman dan nyaman ketika pulang ke kampung halamannya.

Jurnalis:

Farah A. @farahshii

Beldina N.F. @dinanrf1

S. Salimah @ghareebafasy

Redaktur:
Aprilliani @april_lianiii

Anda mungkin juga menyukai