Anda di halaman 1dari 17

ALIANSI MAHASISWA IAIN CIREBON

MEMPERSEMBAHK AN

REKTOR SUMANTA
IAIN CIREBON HASYIM

Drama Kebijakan di Masa Covid-19

Kajian, Sikap dan


Press Rilis Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon
# SyekhNurjati
Menuntut

Kajian
Aliansi Mahasiswa
IAIN Cirebon

30 Juni 2020

Suarakan L
ng aw
ta
Da

an
Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon: Menuntut
Kebijakan yang Berpihak pada Mahasiswa

Dunia dilanda wabah covid-19. Wabah ini memporakporandakan


aktivitas manusia secara radikal. Pasalnya, covid-19 dalam menyerang
spesies di dunia dengan adanya kontak fisik, percikan bersin dan batuk,
juga covid-19 begitu kebal berada di benda-benda mati sampai
beberapa hari. Dengan kondisi seperti itu, untuk menghindari
penularan yang begitu massif. Aktivitas manusia harus dibatasi dengan
selalu berdiam diri di rumah, menjaga jarak, memakai masker saat
keluar rumah, sering mencuci tangan dan menjaga stabilitas psikis dan
raga, agar imun terus terjaga

Hantaman wabah covid-19 ini, yang diharuskan jaga jarak dan


menghindari penularan begitu massif. Pada akhirnya aktivitas manusia
pun tak banyak dilakukan: aktivitas ekonomi dibatasi, sehingga sudah
ada 5,5 juta orang di PHK menurut Menteri Ketenagakerjaan sampai
bulan Mei 2020. Ditambah, menurut Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN) memprediksi jumlah pengangguran di
Indonesia akan mengalami kenaikan sampai 10,7 hingga 12,7 juta
orang pada 2021. Ini baru dalam ranah buruh formal dan informal.
Belum menghitung bagaimana petani, nelayan, pedagang dan lain
sebagainya, yang juga terdampak karena hasil yang telah didapatkan
tidak laku di pasaran karena daya beli menurun, sebab tidak ada
masukan.

Begitu pula aktivitas sosial lainnya: beribadah, belajar dan lain


sebagainya diharuskan di rumah dan meminimalisir adanya aktivitas
apapun dalam mencegah penyebaran covid-19
.
Pemangkasan UKT untuk Semua Mahasiswa

Dengan gambaran ekonomi yang sangat mengerikan itu, tentu saja

# SyekhNurjati
Menuntut
bayang-bayang putus kuliah terus menghantui kita semua, khususnya yang
kuliah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Meski sudah ada regulasi, bagaimana
pemangkasan UKT sebesar 10%. Sialnya, pemangkasan UKT 10% ini syarat dan
ketentuan berlaku. Juga tidak ada kejelasan, seberapa banyak mahasiswa yang
akan mendapatkan pemotongan UKT 10% ini. Padahal kita semua tahu, wabah
covid-19 ini menyerang siapapun. Tapi, kebijakan pemotongan tidak untuk
semua mahasiswa.

Pada tanggal 02 sampai 16 Juni 2020, Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon, bagian
Tim Survei UKT melakukan penelitian yang menyasar 4553 mahasiswa. Ada
beberapa temuan yang menyesakkan dada kita semua. Sebanyak 71%
penghasilan mahasiswa menurun, 15% penghasilannya tetap, 11% tidak ada
penghasilan 2% merugi dan 1% meningkat. Data kondisi ekonomi mahasiswa di
masa pandemi covid-19, ekonomi yang rentan berada di kisaran 83% (menurun,
tidak ada pemasukan dan merugi). Sekalipun penghasilannya tetap dan
meningkat, bukan berarti pengeluarannya tidak sedikit. Lebih-lebih di masa
kuliah di rumah, segala kebutuhan dan penunjang kuliah daring dibiayai sendiri
oleh mahasiswa. Dengan kondisi ekonomi mahasiswa yang begitu
memprihatinkan, seseorang yang tidak mempunyai nurani saja yang tidak
berempati dan bersimpati.

Status pekerjaan orang yang membiayai mahasiswa di masa pandemi covid-19,


tak kalah menyayat hati. Hanya sebesar 57% yang masih berdagang dan
bekerja, 24% dirumahkan dan 15% lainnya, 3% gulung tikar dan 1% diPHK. Hal
ini menggambarkan apa yang telah diprediksi oleh Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional. Di mana status pekerjaan orang yang membiayai ini
hanya setengah lebih, yang masih bekerja. Angka 57% juga akan berubah
seiring berjalannya waktu, jika kita melihat bagaimana covid-19 di Indonesia
belum menurun, malah naik signifikan pasca diberlakukannya New Normal.
Perihal penghasilan orang yang membiayai mahasiswa di tengah covid-19.
Sebesar 63% mahasiswa yang berpenghasilan 1 juta ke bawah. 21%
penghasilannya 1-2 juta, 10% penghasilannya 3-4 juta dan 6% penghasilannya
dibawah 5 juta. Penghasilan yang didapat semakin mengecil, tapi kebutuhan
sehari-hari semakin membesar karena kebutuhan yang meski dipenuhi: kuota
untuk kuliah dan KKN daring, tidak turunnya UKT dan lain sebagainya.

Surat Edaran Rektor Perihal Keringanan UKT Hanya Basa-basi

Dengan realitas di lapangan, bagaimana keadaan ekonomi Mahasiswa. Kami


menolak surat pemberitahun Rektor nomor 1840/In.08/R/Hm.01/06/20 tentang

# SyekhNurjati
Menuntut
keringanan UKT 2020/2021 atas tindak lanjut Keputusan Menteri Agama nomor
515 tahun 2020 tentang Keringanan UKT pada Perguruan Tinggi Keagamaan
Negeri atas Dampak Wabah Covid-19. Meksi ada niat baik dengan keluarnya
surat pemberitahuan keringanan UKT. Tapi substansinya hanya basa-basi.
Pasalnya, beberapa syaratnya begitu memberatkan mahasiswa.

Pada tanggal 02sampai 16 Juni 2020, Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon, bagian
Tim Survei UKT melakukan penelitian yang menyasar 4553 mahasiswa. Ada
beberapa temuan yang menyesakkan dada kita semua. Sebanyak 71%
penghasilan mahasiswa menurun, 15% penghasilannya tetap, 11% tidak ada
penghasilan 2% merugi dan 1% meningkat. Data kondisi ekonomi mahasiswa di
masa pandemi covid-19, ekonomi yang rentan berada di kisaran 83% (menurun,
tidak ada pemasukan dan merugi). Sekalipun penghasilannya tetap dan
meningkat, bukan berarti pengeluarannya tidak sedikit. Lebih-lebih di masa
kuliah di rumah, segala kebutuhan dan penunjang kuliah daring dibiayai sendiri
oleh mahasiswa. Dengan kondisi ekonomi mahasiswa yang begitu
memprihatinkan, seseorang yang tidak mempunyai nurani saja yang tidak
berempati dan bersimpati.

Status pekerjaan orang yang membiayai mahasiswa di masa pandemi covid-19,


tak kalah menyayat hati. Hanya sebesar 57% yang masih berdagang dan
bekerja, 24% dirumahkan dan 15% lainnya, 3% gulung tikar dan 1% diPHK. Hal
ini menggambarkan apa yang telah diprediksi oleh Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional. Di mana status pekerjaan orang yang membiayai ini
hanya setengah lebih, yang masih bekerja. Angka 57% juga akan berubah
seiring berjalannya waktu, jika kita melihat bagaimana covid-19 di Indonesia
belum menurun, malah naik signifikan pasca diberlakukannya New Normal.
Perihal penghasilan orang yang membiayai mahasiswa di tengah covid-19.
Sebesar 63% mahasiswa yang berpenghasilan 1 juta ke bawah. 21%
penghasilannya 1-2 juta, 10% penghasilannya 3-4 juta dan 6% penghasilannya
dibawah 5 juta. Penghasilan yang didapat semakin mengecil, tapi kebutuhan
sehari-hari semakin membesar karena kebutuhan yang meski dipenuhi: kuota
untuk kuliah dan KKN daring, tidak turunnya UKT dan lain sebagainya.

Surat Edaran Rektor Perihal Keringanan UKT Hanya Basa-basi

Dengan realitas di lapangan, bagaimana keadaan ekonomi Mahasiswa. Kami


menolak surat pemberitahun Rektor nomor 1840/In.08/R/Hm.01/06/20 tentang
keringanan UKT 2020/2021 atas tindak lanjut Keputusan Menteri Agama nomor
515 tahun 2020 tentang Keringanan UKT pada Perguruan Tinggi Keagamaan

# SyekhNurjati
Menuntut
Negeri atas Dampak Wabah Covid-19. Meksi ada niat baik dengan keluarnya
surat pemberitahuan keringanan UKT. Tapi substansinya hanya basa-basi.
Pasalnya, beberapa syaratnya begitu memberatkan mahasiswa.
Kita bedah persyaratan setiap poinnya:

1. Poin nomor 4 “Orang tua/Wali meninggal dunia. Poin ini mensyaratkan,


bagi yang mau mendapatkan pemangkasan UKT 10%, diharuskan meninggal
dunia terlebih dahulu.

2. Poin nomor 5 Orang tua/wali mengalami pemutusan kerja (PHK) atau


dirumahkan tanpa kompensasi atau jika mencari nafkah pada jasa angkutan
online dibatasi karena wabah. Poin 5 ini, mengasumsikan bahwa orang yang
diPHK atau dirumahkan, jika mendapat konpensasi, tidak berhak mendapatkan
pemotongan UKT. Padahal, pasca mendapatkan konpensasi, dia tidak tahu akan
bekerja di mana lagi. Kedua, konpensasi merupakan hak buruh yang mesti
diterima. Jadi, hal yang wajar seorang buruh mendapatkan haknya. Alih-alih
mendukung buruh-buruh mendapatkan haknya, malah yang mendapatkan
konpensasi tidak diberikan ruang untuk mendapatkan potongan. Ketiga, tidak
semua orang yang di-PHK atau dirumahkan mendapatkan surat dari instansinya.
Bisa ditengok, salah satu kasus dari jutaan buruh yang dirumahkan di film
documenter Kerja, Prakerja, Dikerjai yang dibuat oleh Watchdoc Documentary.
Wiwit sebagai buruh garmen, yang menjadi korban PHK karena adanya covid-
19. Wiwit, meski diPHK tapi tidak mendapatkan surat keterangan PHK dari
tempatnya bekerja. Sehingga begitu kesusahan untuk mengikuti pelatihan pra-
kerja. Ini malah mesti diharuskan ada surat PHK.

3. Poin nomor 6 dan 7 “Usaha orang tua/wali mengalami kerugian usaha


signifikan atau dinyatakan pailit oleh instansi berwenang” dan “orang tua/ wali
mengalami penurunan pendapatan signifikan sebelum dan sesudah terjadi
wabah covid-19 atau orang tua/wali mengalami penutupan usaha atau tempat
mencari nafkah yang dinyatakan oleh orang tua/wali dan diketahui oleh kepala
kelurahan/kepala desa setempat (stempel basah). Poin nomor 7 ini sebenarnya
rangkuman dari poin 5 dan 6. Tidak tahu, maksud dan tujuan dari panjangnya
persyaratan yang mana substansinya sama. Kedua, secara singkat procedural
yang ribet seperti ini sebuah tanda terang benderang bahwa kampus hanya
sekadar basa-basi. Agar dianggap peduli dengan menerbitkan keringanan UKT.
Basa-basi hanyalah basa-basi yang tidak menjamin mahasiswa terus kuliah
sampai mimpi-mimpinya tercapai dengan panipurna.

4. Poin nomor 9 “Berkas pengajuan yang tidak lengkap dan tidak jelas

# SyekhNurjati
Menuntut
terbaca maka tidak ditindaklanjuti. Bagaimana poin ini menyiratkan bahwa
kampus benar-benar otoriter. Padahal bisa saja untuk mengoreksi dan disuruh
untuk merevisi apa yang kurang, jika ada ikhtiar membantu mahasiswa
memberikan potongan. Semakin jelas pula, bagaimana kebijakan pemotongan
UKT 10% hanya basa-basi.

5. Poin nomor 11 “Seluruh keputusan akhir bersifat final dan tidak dapat
diganggu gugat.” Dalam poin ini, selain mempertegas bagaimana kampus
menutup rapat-rapat ruang-ruang kritik dan membantu dengan sungguh-
sungguh dalam pemotongan UKT. Juga, menganggap bahwa pemotongan UKT
ini layaknya perlombaan, ada yang tersisih dan ada yang menang. Sehingga,
yang tersisih tidak diperbolehkan menuntut, jika mahasiswa yang tidak dapat
potongan. Padahal, niat baik berpihak pada mahasiswa bukan perihal
perlombaan. Konsep keberpihakan adalah membuka seluas-luasnya mereka
yang kesusahan. Tapi kampus telah menunjukkan watak aslinya yang opresif,
keji dan semau sendiri dalam menjalankan kebijkan di tengah-tengah keadaan
yang serba susah ini

Pada akhirnya, kami semakin yakin dalam menolak surat edaran perihal
keringanan UKT di masa wabah covid-19. Padahal dalam KMA 515 begitu lentur
perihal keringanan UKT di masa covbid-19. Kampus boleh melakukan
penguranga, sekalipun untuk seluruh mahasiswa. Misalnya dalam dictum
keempat, yang ada 5 poin. Seluruh orang tua/wali mahasiswa mengalami
penurunan ekonomi karema dampak covid-19. Juga, dipertegas dalam dictum
kesembilan (9) “Rektor/pimpinan PTKIN menetapkan mekanisme keringanan
UKT pada PTKIN sebagaimana dictum kesatu. Artinya, keringanan UKT bisa
dipilih sendiri bagaimana mekanismenya. Tinggal bagaimana keberpihakan
PTKN dalam melaksanakan keringanan UKT. Jika Rektor tidak berpihak, maka
mahasiswa yang akan merebut keberpihakan Rektor agar pemotongan UKT
dinikmati oleh seluruh mahasiswa.

Transparansi Anggaran

Persoalan lainnya adalah perihal transparansi anggaran (UKT, pendapatan dan


pengeluaran semester genap 2020 dan KKN-DR). Sangatlah penting mengetahui
bagaimana pemasukan UKT di kampus pada semester genap 2020, pemasukan
APBN-APBD beserta pengeluaran anggaran semester genap 2020 dan seberapa
banyak pengalokasian anggaran untuk KKN-DR. Semakin tertutup terhadap
anggaran, semakin menguatkan ada apa-apa dibalik itu semua. Kedua, jika kita
tahu anggarannya yang ada, kita akan lebih rasional dalam menuntut

# SyekhNurjati
Menuntut
pembayaran dan bisa menerima dengan lapang, jika anggarannya memang
defisit (menurun pada masa pandemi covid-19). Begitu pula pemasukan UKT di
semester genap 2020, apakah penggunaan UKT telah habis untuk operasional
pembelajaran? Segenap pertanyaan tentang anggaran yang tidak pernah
dipublikasi dan diketahui oleh kita semua, semakin menguatkan kita untuk
marah atas kebijakan-kebijakan yang dibuat saat pandemi covid-19 yang tidak
berpihak pada mahasiswa (masih ingat cerita kuota yang diPHP). Begitu pula
bagaimana selama perkuliahan 3 bulan lamanya, kita sama sekali tidak
menikmati hak-hak kita di kampus (ruang kuliah, wifi, perpustakaan dan lain
sebagainya). Dengan tidak dinikmatinya fasilitas kampus, apakah UKT kita habis
begitu saja?

Selain anggaran perihal UKT, permasalahan KKN-DR pun sama. KKN


merupakan mata kuliah yang mesti ditempuh. Karena KKN merupakan mata
kuliah, segala aktivitasnya tentu saja harus dibiayai kampus. Sebab, UKT
merupakan tanggung jawab kita untuk membiayai operasional pembelajaran
kita di kampus. Maka, kita perlu tahu, seberapa banyak anggaran yang
dialokasikan untuk KKN-DR.

Tentu saja, permintaan transparansi ini bukan tindakan kriminal. Begitu pula,
kampus yang membuka data anggaran yang diminta oleh mahasiswa. Dalam
UU nomor 12 tahun 2012 pasal 63 dalam poin a dan b menyebutkan “Otonomi
pengelolaan perguruan tinggi dilaksanakan berdasarkan: (a) akuntabilitas dan
(b). transparansi. Kedua poin ini membuka seluas-luasnya kampus bertanggung
jawab dan membuka anggaran yang diterima dan dikeluarkan.

Transparansi juga dijamin oleh UU nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan


Informasi Publik. UU ini ditunjukkan kepada badan publik. Dalam pasal 1
dikatakan bahwa “Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif,
dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri.” Kita semua paham, kampus merupakan badan publik,
sebab sesuai dengan definis yang ada dalam UU nomo 14 tahun 2008 pasal 1.
Sehingga segala sesuatunya mesti transparan dan bisa diakses oleh publik
dengan mudah. Hal itu diamanatkan dalam UU yang sama pasal 2 “Setiap
Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna

# SyekhNurjati
Menuntut
Informasi Publik.” Nyatanya sampai hari ini, mahasiswa begitu sulit untuk
mengakses apa yang berhak dan dilindungi oleh hukum terkait informasi yang
dibutuhkan. Lebih-lebih dalam pasal 9 dikatakan:

1. Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara


berkala:
2. Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b) informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c) informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d) informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dari pasal 9, sudah sepatutnya kampus sebagai badan publik untuk membuka
segala informasi, lebih-lebih soal informasi mengenai laporan keuangan.

Realisasikan Subsidi Kuota

Ingatan kita masih terjaga dengan baik, bagaimana kampus memberikan


harapan palsu perihal kebijakan pemberian Subsidi Kuota. Pada tanggal 11 Mei
2020, Rektor mengeluarkan surat edaran nomor 1489/In.08/R/HM.01/05/2020.
Surat tersebut, tindak lanjut dari Surat Edaran Dirjen Pendis No 701/03/2020
tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pada PTKIN dalam Masa Tanggap Darurat
COVID-l9 yang terbit pada tanggal 27 Maret 2020. Bagaimana lamanya, Rektor
menyikapi surat edaran pendis perihal subsidi kuota. Setelah 44 hari amanat
untuk memberikan kuota, kampus baru mengeluarkan kebijkan untuk
memberikan subisidi kuota.

Seperti yang kita rasakan semua, kuota yang dijanjikan dari pertengahan Mei
sampai UAS terlaksana, tak kunjung dipenuhi. Kita terlalu muak dengan
kebohongan-kebohongan kampus. Padahal pendataan sudah kelar dan kita
menunggu secuil kebaikan kampus. Realitasnya, kita terus disakiti oleh kampus
kita sendiri. Dengan pengalaman yang buruk seperti ini, kita tidak mau lagi pada
semester ganjil 2020, kita akan mengalami kepahitan yang sama.
Padahal subsidi kuota merupakan fasilitas yang mesti kita nikmati karena ada
kebijakan belajar dari rumah. Naas, hak-hak dasar kita tidak pernah kita nikmati,
barang secuil pun.

Ciptakan Sistem Kuliah Daring yang Komprehensif

Selama tiga bulan, semenjak pengumuman kasus pertama covid-19 pada


pertengahan Maret. Pelaksanaan kuliah pun, dilaksanakan secara daring atau

# SyekhNurjati
Menuntut
belajar dari Rumah. Sejak saat itu sampai hari ini, banyak keluhan dari
mahasiswa bagaimana mahasiswa diresahkan oleh tugas online, bukan kuliah
online (Fatsoen, 2020). Maka dari pengalaman buruk itu, kampus mesti
menciptakan SOP kuliah daring yang komprehensif, agar tidak ada lagi keluhan-
keluhan yang menimpa mahasiswa.

Juga, permasalahan penunjang dalam kuliah daring. Bukan hanya bagaimana


system diciptakan agar baik. Tapi infrastruktur perkuliahan selama daring meski
disiapkan secara baik. Seperti bagaimana kemudahan mengakses berbagai
refrensi pendukung mata kuliah: jurnal, buku dan apapun penunjang mata kuliah
mesti disediakan dan bisa diakses dengan mudah oleh mahasiswa. Kedua,
bukan hanya itu saja, kepastian subsidi kuota harus dipersiapkan setiap awal
bulan. Agar, tidak banyak mahasiswa yang tertinggal kuliah, karena terhambat
oleh tidak adanya kuota.

Membuka Sistem Banding UKT

UKT bukan hanya menjadi masalah di masa wabah covid-19 saja. Akan tetapi,
permasalahannya sudah terjadi sejak mahasiswa mendapatkan golongan atau
beban UKT yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi mahasiswa. Padahal,
dalam Keputusan Menteri Agama perihal Uang Kuliah Tunggal dari tahun 2014
sampai 2019 mengatakan bahwa Penetapan Uang Kuliah Tunggal disesuaikan
dengan keadaan ekonomi keluarganya. Tapi, sejauh ini system banding yang
ditawarkan oleh kampus hanya ada di akhir semester. Itu pun tanpa sosialisasi
dan mekanisme yang jelas.

Maka dengan melihat bagaimana keadaan ekonomi mahasiswa yang dinamis.


Juga banyak yang salah golongan atau tidak sesuai dengan keadaan ekonomi
orang tua/.wali mahasiswa. Kampus mesti membuka system banding UKT di
setiap 2 bula sekali, yang kemudian lolos atau tidaknya banding tersebut
diumumkan dalam Smart Campus.

Dengan adanya system banding dalam dua bulan sekali, sebuah ikhtiar agar
tidak ada lagi korban salah penggolongan UKT karena tidak sesuai dengan
ekonomi mahasiswa. Juga, sebagai wujud keberpihakan kampus terhadap
mahasiswa yang memang ekonominya rendah tapi mendapatkan UKT yang
tinggi.

Sederet Permasalahan yang telah dipaparkan di atas merupakan rangkaian


keresahan yang dialami mahasiswa selama kuliah. Keresahan itu akan menjadi

# SyekhNurjati
Menuntut
memori kolektif mahasiswa, bahwa di kampus tidak ada keadilan, keberpihakan,
kesetaraan dan nilai positif. Maka, yang tumbuh dalam pikiran dan hati
mahasiswa bahwa kampus berisi orang-orang yang menafikan ilmu
pengetahuan yang telah diajarkan berupa kasih sayang, kejujuran, keikhlasan
dan kemanusiaan. Kampus justru mengamalkan kebalikan itu semua:
kebohongan berupa subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, kemunafikan
berupa tidak transparannya anggaran, nir-kemanusiaan yang mana tidak
memberikan pemotongan untuk seluruh mahasiswa dan lain sebagainya.

# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut

Sikap Aliansi
Mahasiswa IAIN Cirebon:
Merebut Hak
yang Dirampas,
Menolak Diperas oleh Rektorat.

30 Juni 2020

Suarakan L
ng aw
ta
Da

an
Kesabaran kita sudah diuji beberapa bulan ke belakang oleh sikap-sikap
kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Dengan tidak adanya
keberpihakan kampus kepada mahasiswa, tidak lah cukup hanya dengan sabar
dan berdoa. Kita mesti melampaui itu semua, agar keberpihakan berada pada
kita
.
Subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, pemangkasan UKT hanya untuk
segelintir orang, transparansi anggaran yang tak lekas diberikan, system daring
yang ambruladul dan sederet masalah kampus lainnya membuat kita kenyang
diperas dan disakiti oleh kampus kita tercinta. Maka sebagai bentuk kecintaan
kita terhadap kampus, kita tidak mau membiarkan kampus berada pada jalur-
jalur dusta. Kita akan saling mengingatkan dan mengembalikan kepada jalur
yang benar.

Protes dan kritik yang akan kita layangkan bukan sebentuk aktivitas bar-bar dan
kebencian. Tapi karena kita terlampau mencintai kampus kita sendiri. Maka,
kami yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon memutuskan untuk
mengorganisir diri dan turun ke jalan karena buntunya serangkaian
permaslahan di kampus selama ini.

Tidak Kooperatifnya Rektor dalam Menanggapi berbagai Protes yang


Diajukan Ormawa

Beberapa protes yang diinisiasi oleh kawan-kawan ormawa, tidak ditindak lanjuti
dengan baik. Entah melalui dialog secara personal, melalui maklumat yang
dilayangkan oleh Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I), Permintaan audiensi yang
diajukan oleh Dewan Mahasiswa Institut (DEMA-I) dan bentuk-bentuk protes
lainnya. Atas bebalnya sikap-sikap Rektor menunjukkan wajah otoriter yang
sesungguhnya.

Padahal protes-protes yang dilakukan oleh kawan-kawan ormawa dengan sabar


dan patuh terhadap prosedural. Nyatanya, protes-protes yang begitu sabar tidak
ditanggapi dengan bijak. Ruang-ruang komunikasi yang telah diupayakan
sedemikian sabar dan rendah diri, hanya dijadikan pajangan semata. Tentu saja,
kita tidak akan berdiam diri atas bebalnya sikap Rektor yang telah diajukan oleh
ormawa. Kita akan berjuang bersama seluruh mahasiswa dalam menyikapi
kebebalan Rektor.

Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon: Merebut Hak yang Dirampas

Bukan hal yang baru, gerakan turun ke jalan merupakan respon atas kebebalan

# SyekhNurjati
Menuntut
sikap Rektor. Kami akan merebut apa yang menjadi hak kami semua: Subsidi
Kuota, Transparansi Anggaran, SOP Pembelajaran Daring, Sistem Banding UKT
dan lain sebagainya yang telah lama dikebiri oleh kampus sendiri. Kami percaya,
bahwa kerja sama antar mahasiswa kan menghantarkan kami pada hak-hak
yang telah lama tidak kunjung diberikan.
.
Lebih jauh lagi, kami akan menciptakan keadilan yang telah lama dicurangi,
diperas dan diopresi habis-habisan. Keadilan, kesejahteraan, keberpihakan tidak
lah turun begitu saja dari langit. Lebih-lebih, yang diharapkan melahirkan itu
semua merupakan Birokrat yang selama ini begitu bebal pikiran dan hati
nuraninya.

Dengan demikian, tak ada jalan lain selain kita memenuhi jalanan dan
memperluas kesadaran bahwa kampus dalam keadaan tidak baik-baik saja,
kampus sedang memunggungi keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan,
keberpihakan dan lain sebagainya. Keadaan genting seperti ini, seyogyanya bisa
dipahami bagaimana kita merebut hak-hak kita semua dengan aksi massa
sebagai bentuk jalan terakhir menciptakan kesadaran ke khalayak ramai untuk
bergerak merebut hak!

Panjang umur perlawanan!


Panjang umur hal-hal baik!
Hidup Mahasiswa!

# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut

Press Rilis
Aliansi Mahasiswa
IAIN Cirebon

30 Juni 2020

Suarakan L
ng aw
ta
Da

an
Keresahan perihal subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, padahal
perkuliahannya sudah selesai; bimbangnya masalah KKN di Rumah;
transparansi UKT, anggaran KKN-DR dan pengeluaran semester genap tahun
2020; tidak adanya kebijakan pemotongan UKT kepada seluruh mahasiswa; dan
sistem daring yang lebih jelas dan tegas, agar tidak berantakan seperti yang
sudah dilalui 3 bulan yang lalu.

Di tengah banyaknya kabar buruk: ekonomi keluarga merosot, bayang-bayang


kematian karena adanya wabah, keadaan jiwa dan raga tidak stabil karena
suntuk berdiam diri di rumah, dihantui putus kuliah, karena UKT tak kunjung
dipangkas, frustasi karena pembiayaan KKN-DR ditanggung sendiri dan seabrek
permasalahan yang menimpa mahasiswa. Ketidakjelasan kebijakan Rektor.
Bebalnya sikap-sikap Rektor dalam menanggapi kritik dan masukan. Rektor
memperpanjang daftar kabat buruk dengan tidak mau diajak dialog dan diskusi.
Padahal, hanya sebatas mendengar keluh kesah dan menuruti kemauan
mahasiswa.

Serangkaian permasalahan tersebut, tak sekalipun ditanggapi dengan baik dan


bijak. Rektor hanya membisu di setiap ada masukan dan kritik dari mahasiswa.
Entah dalam bentuk chat personal yang digawangi oleh kawan-kawan ormawa,
surat maklumat, audiensi dan bentuk-bentuk advokasi yang sesuai prosedural.
Dengan keadaan yang begitu genting seperti ini, kita akan menjemput keadilan
yang hilang, keberpihakan yang tak kunjung datang dan merebut hak-hak kita
semua. Maka, kami yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon akan
menuntut:

1. Mendesak Rektor untuk transparansi anggaran kampus (KKN-DR,


pemotongan dana 2,6 Miliar, pengeluaran semester genap, transparansi UKT)
2. Menciptakan SOP pembelajaran daring
3. Merealisasikan subsidi kuota selama 3 bulan.
4. Membentuk sistem banding UKT dalam satu semester sebanyak 3 kali.
5. Memberikan pemotongan 50% untuk semester akhir
6. Menolak SE Rektor terkait Pemotongan UKT
7. Memberikan pemotongan 30% tanpa syarat dan ketentuan untuk seluruh
mahasiswa

Hidup Mahasiswa yang Melawan!


Rebut Hak-hak yang dirampas Rektorat!

# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut

Suarakan L
ng aw
ta
Da

an

Anda mungkin juga menyukai