MEMPERSEMBAHK AN
REKTOR SUMANTA
IAIN CIREBON HASYIM
Kajian
Aliansi Mahasiswa
IAIN Cirebon
30 Juni 2020
Suarakan L
ng aw
ta
Da
an
Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon: Menuntut
Kebijakan yang Berpihak pada Mahasiswa
# SyekhNurjati
Menuntut
bayang-bayang putus kuliah terus menghantui kita semua, khususnya yang
kuliah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Meski sudah ada regulasi, bagaimana
pemangkasan UKT sebesar 10%. Sialnya, pemangkasan UKT 10% ini syarat dan
ketentuan berlaku. Juga tidak ada kejelasan, seberapa banyak mahasiswa yang
akan mendapatkan pemotongan UKT 10% ini. Padahal kita semua tahu, wabah
covid-19 ini menyerang siapapun. Tapi, kebijakan pemotongan tidak untuk
semua mahasiswa.
Pada tanggal 02 sampai 16 Juni 2020, Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon, bagian
Tim Survei UKT melakukan penelitian yang menyasar 4553 mahasiswa. Ada
beberapa temuan yang menyesakkan dada kita semua. Sebanyak 71%
penghasilan mahasiswa menurun, 15% penghasilannya tetap, 11% tidak ada
penghasilan 2% merugi dan 1% meningkat. Data kondisi ekonomi mahasiswa di
masa pandemi covid-19, ekonomi yang rentan berada di kisaran 83% (menurun,
tidak ada pemasukan dan merugi). Sekalipun penghasilannya tetap dan
meningkat, bukan berarti pengeluarannya tidak sedikit. Lebih-lebih di masa
kuliah di rumah, segala kebutuhan dan penunjang kuliah daring dibiayai sendiri
oleh mahasiswa. Dengan kondisi ekonomi mahasiswa yang begitu
memprihatinkan, seseorang yang tidak mempunyai nurani saja yang tidak
berempati dan bersimpati.
# SyekhNurjati
Menuntut
keringanan UKT 2020/2021 atas tindak lanjut Keputusan Menteri Agama nomor
515 tahun 2020 tentang Keringanan UKT pada Perguruan Tinggi Keagamaan
Negeri atas Dampak Wabah Covid-19. Meksi ada niat baik dengan keluarnya
surat pemberitahuan keringanan UKT. Tapi substansinya hanya basa-basi.
Pasalnya, beberapa syaratnya begitu memberatkan mahasiswa.
Pada tanggal 02sampai 16 Juni 2020, Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon, bagian
Tim Survei UKT melakukan penelitian yang menyasar 4553 mahasiswa. Ada
beberapa temuan yang menyesakkan dada kita semua. Sebanyak 71%
penghasilan mahasiswa menurun, 15% penghasilannya tetap, 11% tidak ada
penghasilan 2% merugi dan 1% meningkat. Data kondisi ekonomi mahasiswa di
masa pandemi covid-19, ekonomi yang rentan berada di kisaran 83% (menurun,
tidak ada pemasukan dan merugi). Sekalipun penghasilannya tetap dan
meningkat, bukan berarti pengeluarannya tidak sedikit. Lebih-lebih di masa
kuliah di rumah, segala kebutuhan dan penunjang kuliah daring dibiayai sendiri
oleh mahasiswa. Dengan kondisi ekonomi mahasiswa yang begitu
memprihatinkan, seseorang yang tidak mempunyai nurani saja yang tidak
berempati dan bersimpati.
# SyekhNurjati
Menuntut
Negeri atas Dampak Wabah Covid-19. Meksi ada niat baik dengan keluarnya
surat pemberitahuan keringanan UKT. Tapi substansinya hanya basa-basi.
Pasalnya, beberapa syaratnya begitu memberatkan mahasiswa.
Kita bedah persyaratan setiap poinnya:
4. Poin nomor 9 “Berkas pengajuan yang tidak lengkap dan tidak jelas
# SyekhNurjati
Menuntut
terbaca maka tidak ditindaklanjuti. Bagaimana poin ini menyiratkan bahwa
kampus benar-benar otoriter. Padahal bisa saja untuk mengoreksi dan disuruh
untuk merevisi apa yang kurang, jika ada ikhtiar membantu mahasiswa
memberikan potongan. Semakin jelas pula, bagaimana kebijakan pemotongan
UKT 10% hanya basa-basi.
5. Poin nomor 11 “Seluruh keputusan akhir bersifat final dan tidak dapat
diganggu gugat.” Dalam poin ini, selain mempertegas bagaimana kampus
menutup rapat-rapat ruang-ruang kritik dan membantu dengan sungguh-
sungguh dalam pemotongan UKT. Juga, menganggap bahwa pemotongan UKT
ini layaknya perlombaan, ada yang tersisih dan ada yang menang. Sehingga,
yang tersisih tidak diperbolehkan menuntut, jika mahasiswa yang tidak dapat
potongan. Padahal, niat baik berpihak pada mahasiswa bukan perihal
perlombaan. Konsep keberpihakan adalah membuka seluas-luasnya mereka
yang kesusahan. Tapi kampus telah menunjukkan watak aslinya yang opresif,
keji dan semau sendiri dalam menjalankan kebijkan di tengah-tengah keadaan
yang serba susah ini
Pada akhirnya, kami semakin yakin dalam menolak surat edaran perihal
keringanan UKT di masa wabah covid-19. Padahal dalam KMA 515 begitu lentur
perihal keringanan UKT di masa covbid-19. Kampus boleh melakukan
penguranga, sekalipun untuk seluruh mahasiswa. Misalnya dalam dictum
keempat, yang ada 5 poin. Seluruh orang tua/wali mahasiswa mengalami
penurunan ekonomi karema dampak covid-19. Juga, dipertegas dalam dictum
kesembilan (9) “Rektor/pimpinan PTKIN menetapkan mekanisme keringanan
UKT pada PTKIN sebagaimana dictum kesatu. Artinya, keringanan UKT bisa
dipilih sendiri bagaimana mekanismenya. Tinggal bagaimana keberpihakan
PTKN dalam melaksanakan keringanan UKT. Jika Rektor tidak berpihak, maka
mahasiswa yang akan merebut keberpihakan Rektor agar pemotongan UKT
dinikmati oleh seluruh mahasiswa.
Transparansi Anggaran
# SyekhNurjati
Menuntut
pembayaran dan bisa menerima dengan lapang, jika anggarannya memang
defisit (menurun pada masa pandemi covid-19). Begitu pula pemasukan UKT di
semester genap 2020, apakah penggunaan UKT telah habis untuk operasional
pembelajaran? Segenap pertanyaan tentang anggaran yang tidak pernah
dipublikasi dan diketahui oleh kita semua, semakin menguatkan kita untuk
marah atas kebijakan-kebijakan yang dibuat saat pandemi covid-19 yang tidak
berpihak pada mahasiswa (masih ingat cerita kuota yang diPHP). Begitu pula
bagaimana selama perkuliahan 3 bulan lamanya, kita sama sekali tidak
menikmati hak-hak kita di kampus (ruang kuliah, wifi, perpustakaan dan lain
sebagainya). Dengan tidak dinikmatinya fasilitas kampus, apakah UKT kita habis
begitu saja?
Tentu saja, permintaan transparansi ini bukan tindakan kriminal. Begitu pula,
kampus yang membuka data anggaran yang diminta oleh mahasiswa. Dalam
UU nomor 12 tahun 2012 pasal 63 dalam poin a dan b menyebutkan “Otonomi
pengelolaan perguruan tinggi dilaksanakan berdasarkan: (a) akuntabilitas dan
(b). transparansi. Kedua poin ini membuka seluas-luasnya kampus bertanggung
jawab dan membuka anggaran yang diterima dan dikeluarkan.
# SyekhNurjati
Menuntut
Informasi Publik.” Nyatanya sampai hari ini, mahasiswa begitu sulit untuk
mengakses apa yang berhak dan dilindungi oleh hukum terkait informasi yang
dibutuhkan. Lebih-lebih dalam pasal 9 dikatakan:
Dari pasal 9, sudah sepatutnya kampus sebagai badan publik untuk membuka
segala informasi, lebih-lebih soal informasi mengenai laporan keuangan.
Seperti yang kita rasakan semua, kuota yang dijanjikan dari pertengahan Mei
sampai UAS terlaksana, tak kunjung dipenuhi. Kita terlalu muak dengan
kebohongan-kebohongan kampus. Padahal pendataan sudah kelar dan kita
menunggu secuil kebaikan kampus. Realitasnya, kita terus disakiti oleh kampus
kita sendiri. Dengan pengalaman yang buruk seperti ini, kita tidak mau lagi pada
semester ganjil 2020, kita akan mengalami kepahitan yang sama.
Padahal subsidi kuota merupakan fasilitas yang mesti kita nikmati karena ada
kebijakan belajar dari rumah. Naas, hak-hak dasar kita tidak pernah kita nikmati,
barang secuil pun.
# SyekhNurjati
Menuntut
belajar dari Rumah. Sejak saat itu sampai hari ini, banyak keluhan dari
mahasiswa bagaimana mahasiswa diresahkan oleh tugas online, bukan kuliah
online (Fatsoen, 2020). Maka dari pengalaman buruk itu, kampus mesti
menciptakan SOP kuliah daring yang komprehensif, agar tidak ada lagi keluhan-
keluhan yang menimpa mahasiswa.
UKT bukan hanya menjadi masalah di masa wabah covid-19 saja. Akan tetapi,
permasalahannya sudah terjadi sejak mahasiswa mendapatkan golongan atau
beban UKT yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi mahasiswa. Padahal,
dalam Keputusan Menteri Agama perihal Uang Kuliah Tunggal dari tahun 2014
sampai 2019 mengatakan bahwa Penetapan Uang Kuliah Tunggal disesuaikan
dengan keadaan ekonomi keluarganya. Tapi, sejauh ini system banding yang
ditawarkan oleh kampus hanya ada di akhir semester. Itu pun tanpa sosialisasi
dan mekanisme yang jelas.
Dengan adanya system banding dalam dua bulan sekali, sebuah ikhtiar agar
tidak ada lagi korban salah penggolongan UKT karena tidak sesuai dengan
ekonomi mahasiswa. Juga, sebagai wujud keberpihakan kampus terhadap
mahasiswa yang memang ekonominya rendah tapi mendapatkan UKT yang
tinggi.
# SyekhNurjati
Menuntut
memori kolektif mahasiswa, bahwa di kampus tidak ada keadilan, keberpihakan,
kesetaraan dan nilai positif. Maka, yang tumbuh dalam pikiran dan hati
mahasiswa bahwa kampus berisi orang-orang yang menafikan ilmu
pengetahuan yang telah diajarkan berupa kasih sayang, kejujuran, keikhlasan
dan kemanusiaan. Kampus justru mengamalkan kebalikan itu semua:
kebohongan berupa subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, kemunafikan
berupa tidak transparannya anggaran, nir-kemanusiaan yang mana tidak
memberikan pemotongan untuk seluruh mahasiswa dan lain sebagainya.
# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut
Sikap Aliansi
Mahasiswa IAIN Cirebon:
Merebut Hak
yang Dirampas,
Menolak Diperas oleh Rektorat.
30 Juni 2020
Suarakan L
ng aw
ta
Da
an
Kesabaran kita sudah diuji beberapa bulan ke belakang oleh sikap-sikap
kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Dengan tidak adanya
keberpihakan kampus kepada mahasiswa, tidak lah cukup hanya dengan sabar
dan berdoa. Kita mesti melampaui itu semua, agar keberpihakan berada pada
kita
.
Subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, pemangkasan UKT hanya untuk
segelintir orang, transparansi anggaran yang tak lekas diberikan, system daring
yang ambruladul dan sederet masalah kampus lainnya membuat kita kenyang
diperas dan disakiti oleh kampus kita tercinta. Maka sebagai bentuk kecintaan
kita terhadap kampus, kita tidak mau membiarkan kampus berada pada jalur-
jalur dusta. Kita akan saling mengingatkan dan mengembalikan kepada jalur
yang benar.
Protes dan kritik yang akan kita layangkan bukan sebentuk aktivitas bar-bar dan
kebencian. Tapi karena kita terlampau mencintai kampus kita sendiri. Maka,
kami yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa IAIN Cirebon memutuskan untuk
mengorganisir diri dan turun ke jalan karena buntunya serangkaian
permaslahan di kampus selama ini.
Beberapa protes yang diinisiasi oleh kawan-kawan ormawa, tidak ditindak lanjuti
dengan baik. Entah melalui dialog secara personal, melalui maklumat yang
dilayangkan oleh Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I), Permintaan audiensi yang
diajukan oleh Dewan Mahasiswa Institut (DEMA-I) dan bentuk-bentuk protes
lainnya. Atas bebalnya sikap-sikap Rektor menunjukkan wajah otoriter yang
sesungguhnya.
Bukan hal yang baru, gerakan turun ke jalan merupakan respon atas kebebalan
# SyekhNurjati
Menuntut
sikap Rektor. Kami akan merebut apa yang menjadi hak kami semua: Subsidi
Kuota, Transparansi Anggaran, SOP Pembelajaran Daring, Sistem Banding UKT
dan lain sebagainya yang telah lama dikebiri oleh kampus sendiri. Kami percaya,
bahwa kerja sama antar mahasiswa kan menghantarkan kami pada hak-hak
yang telah lama tidak kunjung diberikan.
.
Lebih jauh lagi, kami akan menciptakan keadilan yang telah lama dicurangi,
diperas dan diopresi habis-habisan. Keadilan, kesejahteraan, keberpihakan tidak
lah turun begitu saja dari langit. Lebih-lebih, yang diharapkan melahirkan itu
semua merupakan Birokrat yang selama ini begitu bebal pikiran dan hati
nuraninya.
Dengan demikian, tak ada jalan lain selain kita memenuhi jalanan dan
memperluas kesadaran bahwa kampus dalam keadaan tidak baik-baik saja,
kampus sedang memunggungi keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan,
keberpihakan dan lain sebagainya. Keadaan genting seperti ini, seyogyanya bisa
dipahami bagaimana kita merebut hak-hak kita semua dengan aksi massa
sebagai bentuk jalan terakhir menciptakan kesadaran ke khalayak ramai untuk
bergerak merebut hak!
# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut
Press Rilis
Aliansi Mahasiswa
IAIN Cirebon
30 Juni 2020
Suarakan L
ng aw
ta
Da
an
Keresahan perihal subsidi kuota yang tak kunjung diberikan, padahal
perkuliahannya sudah selesai; bimbangnya masalah KKN di Rumah;
transparansi UKT, anggaran KKN-DR dan pengeluaran semester genap tahun
2020; tidak adanya kebijakan pemotongan UKT kepada seluruh mahasiswa; dan
sistem daring yang lebih jelas dan tegas, agar tidak berantakan seperti yang
sudah dilalui 3 bulan yang lalu.
# SyekhNurjati
Menuntut
# SyekhNurjati
Menuntut
Suarakan L
ng aw
ta
Da
an