Anda di halaman 1dari 2

Tiga Bulan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Pamekasan, Sudah

Tepatkah?

Oleh : dr.Rizka Wahyuni*

(* Dokter dan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya)

Penyebaran Corona Virus Disease semakin meningkat di Indonesia. Kasus terkonfirmasi


positif dan kematian bertambah setiap harinya berdasarkan laporan dari satuan gugus tugas
Corona virus disease 2019 (COVID-19). Berbagai upaya menekan penyebaran dan Percepatan
Penanganan COVID-19 telah dilakukan oleh pemerintah, hal tersebut tertuang pada Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
(PSBB). Beberapa daerah juga ikut berperan dalam memutuskan kebijakannya sendiri dalam
upaya tersebut.
Keputusan PSBB sempat menjadi kebijakan Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Madura,
Jawa Timur untuk menekan angka persebaran COVID-19. Keputusan ini tentu akan sangat
berdampak, baik dari aspek ekonomi, bisnis, kesehatan, budaya bahkan aspek pendidikan. Tidak
lama dari di sahkannya keputusan ini, era new normal mulai di songsong, masyarakat dapat
melakukan segala aktivitasnya di luar rumah dengan segala protokol kesehatan yang
diberlakukan.
Aktivitas masyarakat yang mulai normal, mendorong sektor pendidikan untuk memulai
proses belajar mengajar secara tatap muka mulai tanggal 23 September 2020 dan dikeluarkan
secara resmi oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Pamekasan melalui surat keputusan
bersama yang disingkat dengan SKB tentang pembelajran tatapmuka jenjang SD dan SMP
negeri/swasta serta panduan penyelengaraan pembelajran pada tahun ajaran 2020/2021 di masa
pandemi Covid-19.
Pada SKB berpedoman pada 2 prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi COVID-19
yaitu kesehatan dan keselamatan peserta didik, guru, tenaga pendidikan, keluarga dan
masyarakat serta tumbuh kembang dan kondisi psikososial peserta didik. Terdapat juga
didalamnya lampiran hasil kesepakatan dengan komite sekolah yang menyetujui
dilaksanakannya pembelajaran tatap muka (PTM).
Satuan pendidikan mewajibkan sekolah menyiapkan fasilitas sesuai protokol COVID-19,
surat pernyataan persetujuan orang tua tentang persetujuan PTM (bermeterai). Jika peserta didik
tidak mendapatkan persetujuan orang tua wajib mendapatkan layanan pembelajaran dengan
online. Satuan pendidikan juga melakukan koordinasi dengan komite sekolah dan desa serta
memastikan, apabila terdapat warga sekolah yang memiliki kondisi medis penyerta disarankan
untuk tidak mengikuti pembelajaran tatap muka. Sedangkan, jika terkonfirmasi positif COVID-
19 dan belum menyelesaikan isolasi mandiri tidak boleh mengikuti pembelajaran tatap muka.
Terhitung sudah 3 bulan sekolah tatap muka di jalani oleh para siswa Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten
Pamekasan. Beberapa siswa tampak antusias dengan keputusan PTM ini, mereka dapat bertemu
dengan teman-teman dan guru mereka secara langsung. Akan tetapi, dilansir terdapat seorang
siswa disalah satu SD swasta yang terkonfirmasi positif dan nampak keputusan ini membuat para
siswa banyak yang lalai akan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Secara tidak langsung
siswa melonggarkan kedisiplinan diri di era pandemi COVID-19 ini seperti social distancing,
penggunaan masker yang baik, hingga mencuci tangan dengan benar. Mobilisasi tinggi semakin
meningkatkan risiko masyarakat luas untuk terpapar COVID-19. Virus ini tidak memilih batas
usia, disisi lain terdapat penelitian menyatakan bahwa usia muda memiliki kekebalan tubuh yang
lebih kuat. Dalam hal ini, Usia sekolah dari SD hingga SMA dapat tergolong didalamnya
memiliki imun atau kekebalan yang kuat bisa terkena dan tanpa gejala yang dikenal dengan
sebutan orang tanpa gejala (OTG). OTG memiliki gejala klinis yang ringan bahkan tanpa gejala
sekalipun akan tetapi dapat menularkan virus ini.
Terhitung 585 orang terkonfimasi positif dan 1055 suspek Covid-19 di Kabupaten
Pamekasan per tanggal 17 Desember 2020. Peningkatan angka ini harusnya menjadi landasan
Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk mengambil langkah serius. Melonjaknya angka tersebut
dapat dikaitkan dengan meningkatnya jumlah OTG dan mobilisasi yang tinggi dari masyarakat
Pamekasan.
Sebaiknya keputusan proses belajar mengajar secara tatap muka dievaluasi kembali demi
mendukung percepatan penurunan angka COVID-19 sesuai PP Nomor 21 Tahun 2020 di
Kabupaten Pamekasan serta terus meningkatkan pengawasan ketat di lingkungan sekolah agar
tidak ada lagi peningkatan angka kesakitan covid-19.

Anda mungkin juga menyukai