Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AGAMA HINDU

“Budaya Hidup Sehat dari Pandang Kitab Suci Bhagavad Gita”

Nama : Ni Made Wina Pradnyandari

No : 27

Kelas : IX F

Tahun Ajaran 2019/2020

Semester Ganjil

[Date]
1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida  Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)

saya telah dapat menyusun/menyelesaikan makalah Agama Hindu ini. Adapun judul makalah yang

saya sajikan ini adalah “ Budaya Hidup Sehat dari Pandang Kitab Suci Bhagavad Gita”.

Semoga kehadiran makalah ini akan memberikan nuansa baru dalam pengajaran khususnya

agama Hindu. Sudah tentu kehadiran makalah ini banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya baik

dari segi bahasa maupun informasinya. Tegur sapa dan kritik yang sangat saya harapkan demi

sempurnanya makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua.

      Om Shanti Shanti Shanti Om.

Denpasar,23 September 2019

Penulis,

Ni Made Wina Pradnyandari

[Date]
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….

DAFTAR ISI.....………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………….

TUJUAN PENULISAN......………………………………………………

MANFAAT PENULISAN..........................................................................

METODE PENULISAN...............................................................

BAB II, KAJIAN ISI BUKU

PENGERTIAN BUDAYA HIDUP SEHAT.................…………

BAGIAN-BAGIAN BUKU.................................

PEMBAHASAN BUKU..................................................

ISI BUKU YANG DIKAITKAN DENGAN HIDUP SEHAT....................

BAB III, PENUTUPAN

KESIMPULAN....………………………………………….

SARAN.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

[Date]
3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. RUMUSAN MASALAH
 Apa itu hidup sehat ?
 Bagaimana cara mencapai
hidup sehat ?
 Bagaimana budaya hidup sehat
menurut Kitab Suci Bhagavad
Gita?
 Apa saja manfaat hidup sehat ?

[Date]
4
B. TUJUAN PENULISAN
1) Dapat menerapkan budaya
hidup sehat.
2) Memberikan informasi untuk
menciptakan budaya hidup
sehat.
3) Memotivasi pembaca untuk
melakukan gaya hidup sehat.
4) Menumbuhkan kesadaran
masyarakat agar ikut berperan
dan mewujudkan pola hidup
sehat.

[Date]
5
C.MANFAAT PENULISAN
Hasil dari penulisan ini saya
harapkan daoat memberikan
manfaat dan informasi mengenai
budaya hidup sehat kepada semua
pihak, khususnya kepada para
siswa untuk menambah wawasan
dan pengetahuan. Makalah ini
saya harapkan mampu untuk
dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari.

[Date]
6
D.METODE PENULISAN

Metode yang di pakai dalam


makalah ini adalah :
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan
dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka
yang berhubungan dengan alat,
baik berupa buku maupun
informasi di internet.

Bab 2 Kajian isi Buku

[Date]
7
A. Pengertian Budaya Hidup Sehat
Pengertian budaya hidup sehat adalah konsep hidup yang
mengedepankan upaya-upaya dan kegiatan-kegiatan hidup yang sehat.
Sehingga upaya tersebut dapat menjadi kebiasaan yang dapat
berpengaruh baik untuk tubuh. Dengan penerapan konsep hidup sehat
ini, maka kita dapat terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin
dapat menyerang tubuh kita. Mulai dari jenis penyakit menular atau
bahkan penyakit yang tidak menular.
Setidaknya dalam hal ini kita secara terus menerus mencoba untuk
mensosialisasikan pengertian budaya hidup sehat kepada masyarakat.
Hal ini sangat penting sebab salah satu dasar kebahagiaan hidup kita
adalah kesehatan tubuh. Selain itu, juga dicontohkan adanya pengaruh
dan manfaat yang positif dalam kehidupan ketika budaya hidup sehat
semakin dilestarikan dalam kehidupan masyarakat.
Jika tubuh kita sehat, maka segala kegiatan hidup kita dapat kita
laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan, hal tersebut hanya dapat kita
capai jika pengertian budaya hidup sehat sudah menjadi bagian integral
diri kita. Namun sebaliknya, jika hal itu tidak diperhatikan dengan baik,
maka segala kegiatan hidup akan tidak terencana dan terkesan kacau
dan ruwet.
Kita memang sudah seharusnya membudayakan hidup sehat dalam
kehidupan masyarakat kita. Dengan program pembudayaan hidup sehat,
maka setidaknya kita dapat membiasakan setiap personal agar hidup
sehat. Jika setiap personal mampu membiasakan hidup sehat, maka
pengaruhnya akan berkembang baik dalam lingkungan masyarakat
secara komunal hingga menyeluruh.Apalagi untuk keluarga kecil, maka
budaya hidup sehat bukanlah sesuatu yang sulit untuk diterapkan. Jika
semua anggota keluarga memahami pengertian budaya hidup sehat,
maka secara serempak kita dapat menerapkan pola hidup sehat.
Keluarga kecil menjadi bagian dari langkah utama pembiasaan budaya
hidup sehat yang tepat. Alasannya tentu berkaitan dengan jumlah
personal dan mudahnya membentuk kesadaran hingga menjadi
kebiasaan.

 Pengertian Bhagavad Gita


Bhagawad Gita (Sansekerta atau Bhagawad Gītā atau Bhagawad
Gîtâ, artinya adalah Nyanyian sang Bagawan (orang suci).

[Date]
8
Bhagawad Gita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang
termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk
syair. Dalam dialog ini sang Kresna adalah pembicara utama
yang menguraikan ajaran-ajaran falsafinya kepada sang Arjuna
yang menjadi pendengarnya.Syair ini merupakan interpolasi atau
sisipan yang dimasukkan kepada Bhismaparwa. Adegan ini
terjadi pada permulaan Bharatayuddha. Saat itu Arjuna berdiri di
atas bukit dan memandang ke bawah, ke tempat seberang di mana
berada para Korawa dan sekutu-sekutu mereka. Arjuna harus
memerangi mereka semua, tetapi ia dilanda kesedihan dan
kebimbangan. Karena meskipun mereka pernah berbuat jahat
terhadapnya, mereka tetap saudara-saudari dan sahabat-sahabat
yang sudah ia kenal dan dikasihinya. Lalu ia diberi wejangan dan
nasehat-nasehat oleh Kresna yang berlaku sebagai Arjuna.Penulis
Bhagawad Gita tidaklah dikenal, tetapi yang jelas bukanlah
Vyasa yang dikatakan menggubah Mahabharata. Yang bisa
dikatakan dari penulis Bhagawad Gita, ialah bahwa ia pasti
seorang brahmana dan juga seorang waisnawa, atau pemuja
Batara Wisnu. Selain itu ia adalah seorang filsuf yang sangat
pandai dan besar daya khayalnya.
Bhagawad Gita yang kekal. Bagaimana pun juga, penulis
Bhagawad Gita tidak diketahui secara pasti karena Bhagawad
Gita merupakan ajaran agama Hindu yang sangat tua sekali
umurnya. Umat Hindu meyakini, Bhagawad Gita merupakan
ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia
menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat
dimusnahkan.
Dalam Bhagawad Gita, Tuhan melalui perantara Sri Kresna
bersabda:
Śrī bhagavān uvāca: imam vivasvate yogam proktāvan aham
avyayam vivasvān manave prāha manur iksvāke ‘bravit
(Bhagavad Gītā, 4.1)
Arti: Sri Bhagawan (Kresna) bersabda: Aku telah mengajarkan
ilmu pengetahuan yang abadi ini kepada Dewa matahari,
Vivasvan. Vivasvan mengajarkan ilmu ini kepada Manu, ayah
manusia. Manu mengajarkan ilmu ini kepada Iksvaku.
Pada sloka di atas, Tuhan berkata kepada Arjuna, bahwa ajaran
dalam Bhagawad Gita sudah pernah ia jabarkan kepada
Vivasvan, Sang Dewa matahari, sebelum ia tuturkan kepada
Arjuna pada saat perang Bharatayuddha akan berlangsung.

[Date]
9
Berarti Bhagawad Gita yang disampaikan kepada Arjuna
merupakan ajaran yang dituturkan kembali untuk yang kedua
kalinya oleh Tuhan.
Menurut Kresna, Dewa mataharilah yang pertama kali menerima
ajaran Bhagawad Gita, lalu ia bersabda pada putranya, Manu.
Manu menurunkan ajaran Bhagawad Gita kepada Iksvaku,
maharaja di bumi. Pada masa itu ajaran-ajaran Bhagawad Gita
disampaikan secara lisan. Bhagawad Gita disusun sebagai sebuah
kitab oleh Bhagawan Vyasa setelah umat manusia mengenal
tulisan.
Menurut penjelasan yang dijabarkan kitab Bhagawad Gita,
bagaimanapun penafsiran seseorang terhadap asal muasal
Bhagawad Gita, iatidak akan pernah menemukan kepastian jika
masih terikat dengan hal-hal duniawi. Ajaran Bhagawad Gita
bersifat apauruseya, artinya melampaui kekuatan manusia.
Masa Penulisan Bhagawad Gita ini dikatakan mendapat pengaruh
dari keenam aliran Hindu atau sad darsana, terutama dari aliran
Samkhya, Yoga dan Wedanta.Parapakar berpendapat bahwa syair
ini ditulis kurang lebih pada abad ke dua atau ketiga Masehi.

B.Bagian-Bagian Buku

Bagian-bagian buku Bhagavad Gita yakni :


 BAB 1 berisi tentang Arjuna Visada Yoga.
 Bab 2 berisi tentang Sankhya Yoga.

[Date]
10
 Bab 3 berisi tentang Karma Yoga.
 Bab 4 berisi tentang Jnana Yoga.
 Bab 5 berisi tentang Samnyasa Yoga.
 Bab 6 berisi tentang Dhyana Yoga.
 Bab 7 berisi tentang Jnana-Vijnana Yoga.
 Bab 8 berisi tentang Aksarabrahma Yoga.
 Bab 9 berisi tentang Raja Vidya Raja Guhya Yoga
 Bab 10 berisi tentang Vibhuti Yoga.
 Bab 11 berisi tentang Visvarupa Darsana Yoga.
 Bab 12 berisi tentang Bhakti Yoga.
 Bab 13 berisi tentang Ksetra-Ksetrajna Vibhaga
Yoga.
 Bab 14 berisi tentang Gunatraya Vibhaga Yoga.
 Bab 15 berisi tentang Purusottama Yoga.
 Bab 16 berisi tentang Daiva-Asura-sampad
Vibhaga Yoga.
 Bab 17 berisi tentang Sraddha Traya Vibhaga
Yoga.
 Bab 18 berisi tentang Moksa Samnyasa Yoga.

C.Pembahasan Buku
 Bab I Arjuna Visada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang
Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk
bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak
keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua
belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya.

[Date]
11
Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga
kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat
bertabah hati untuk bertempur.
 BAB II Sankhya Yoga, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri
sebagai murid kepada Sri Krishna, kemudian Sri Krishna memulai
pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok
antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang
bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat
pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri
dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
 BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus
melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri
seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia.
Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi)
dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang
Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa
mementingkan diri sendiri.
 BAB IV Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga melalui
pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang
Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan
membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil
perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga.
Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad-gita sejak zaman purbakala,
tujuan dan makna Dia sewaktu-waktu menurun ke dunia ini, serta
pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan
dirinya.
 BAB V Samnyasa Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang
yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani,
secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan
terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang
bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran,
pengelihatan rohani dan kebahagiaan.
 BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis
latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan
memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk
Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah
samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha
Kuasa.

[Date]
12
 BAB VII Jnana-Vijnana Yoga, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang
Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang
memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-
roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam
pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan
objek-objek sembahyang kepada yang lain.
 BAB VIII Aksarabrahma Yoga, Seseorang dapat mencapai tempat
tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan
cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya,
khususnya pada saat meninggal.
 BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling
Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan
(widya), Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi
kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal
dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani.
Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat
kembali kepada Krishna di alam rohani.
 BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan
mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena
ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau
mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain
daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani
Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakikat
segala sesuatu. Krishna,Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan
sembahyang tertinggi bagi para mahluk.
 BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan
tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada
Arjuna. Ia memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan
mengagumkan sebagian alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna
membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang
Mahakuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya Sendiri serba
tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan
Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan
bhakti yang murni
 BAB XII Bhakti Yoga, Pengabdian Suci Bhakti, menguraikan tentang
cara yoga dengan bhakti, bhakti-yoga, pengabdian suci yang murni
kebada Sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk
mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi

[Date]
13
kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat
mengembangkan sifat-sifat suci.
 BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Alam, Kepribadian Yang
Menikmati dan Kesadaran, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti, orang yang
mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang
Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan
dari dunia material.
 BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material,
membahas Triguna (tiga sifat alam material) - Sattvam, Rajas dan
Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga
sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan
(tamas). Sri Krishna menjelaskan arti sifat-sifat tersebut dalam bab ini,
bagaimana sifat-sifat tersebut mempengaruhi diri kita, bagaimana cara
melampaui sifat-sifat tersebut serta ciri-ciri orang yang sudah
mencapai keadaan rohani (orang yang sudah lepas dari tiga sifat alam).
 BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang
Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda
adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan
mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang
yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri
kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna.
 BAB XVI Daiva Asura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai
hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang
memiliki sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti
aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan
diikat lebih lanjut secara material, tetapi orang yang memiliki sifat-
sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab
Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.
 BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai
golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-
masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan
yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan
kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara,
sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut
Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada
tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan bhakti kepada
Krishna.

[Date]
14
 BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan,
merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan
agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari
pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan
kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan
Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohanian
tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam
cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari
segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari
kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri
Krishna yang kekal.

D.Isi Buku yang Dikaitkan Dengan Hidup Sehat


▪Isi buku Bhagavad Gita yang berkaitan dengan Hidup Sehat adalah pada
bab XVII mengenai Sraddha Traya Vibhaga Yoga.
yajna sistamrta bhujo – yanti brahma sanatanam – nayam loko sty
ayajnasya – kuto nyah kuru-sattama.
(Bhagavad gita IV-31)
Terjemahan bebasnya: “Mereka yang makan makanan suci yang setelah
melalui suatu persembahan (atau pengorbanan) akan mencapai Brahman Yang
Abadi (Tuhan). Dunia ini bukan untuk orang yang tak mau mempersembahkan

[Date]
15
suatu pengorbanan (yadnya).” Bahkan dalam sloka lainnya disebutkan, mereka
yang makan makanan yang belum dipersembahkan tak ubahnya seorang
pencuri.
Apakah persembahan itu selalu dalam skala yang besar? Tentu setelah selesai
memasak di dapur kita tak perlu memboyong semua makanan ke pura,
misalnya. Para leluhur kita sudah memberikan contoh yang praktis dengan cara
selesai memasak ambil sejumput nasi dan lauk yang kita makan, lalu
persembahkan dengan istilah yang biasa disebut mesaiban atau ngejot atau
mungkin kata lain sesuai budaya setempat. Itulah persembahan yang sederhana.
Kalau kita makan di restoran, yang tentu kita tak yakin benar apakah makanan
itu “sudah dipersembahkan” kita ambil sejumput nasi dan lauk, taruh di pinggir
piring dan kita berdoa pendek: Om anugraha amertha di sanjiwani ya namah
swaha. Artinya, mari kita persembahkan makanan yang sukla itu dan mari kita
makan “sisa makanan” (prasadam) sebagai makanan yang suci.
Adapun masalah makanan sebagai penunjang kesehatan sudah banyak diatur
dalam ajaran Hindu dalam berbagai kitab. Dalam kitabBhagawad Gita,
makanan ditinjau dari sisi kesehatan dan pengaruhnya terbagi dalam tiga jenis:
satwika (sattvik), rajasika (rajasik) dan tamasika (tamasik). 
ayuh-sattva-balarogya-sukha-priti-vivardhanah
rasyah snigdhah sthira hrdya aharah sattvika-
priyah
(Bhagavad Gita 17.8)
Artinya : “Makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan
memperpanjang usia hidup,menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan,
kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari,berlemak,
bergizi dan menyenangkan hati.
Bhagawad Gita Bab XVII-8 menyebutkan ciri makanan yang bersifat satwika
yakni makanan yang memperpanjang hidup dan menunjang kesucian, tenaga,
kesehatan, kebahagiaan, dan kegembiraan, yang manis, lembut, penuh dengan
gizi.
Katvamlalavanatyushna,
tikshnarukshavidahinah,
ahara rajasasye shta, duhkhasokamayapradah
(Bhagavad Gita Sloka 9)

[Date]
16
Artinya : “makanan-makanan yang terlalu pahit, terlalu asam,terlalu asin, sangat
panas,terlalu pedas,terlalu kering,serta makanan dengan bumbu yang menyengat
adalah makanan yang disukai oleh orang-orang yang berada dalam sifat
kenafsuan, yang memberikan kedukaan, kesedihan, dan timbulnya berbagai
jenis penyakit (di dalam badan).

 Di sloka 9, disebutkan yang bersifat rajasika yakni makanan yang pahit, asam,
bergaram, terlalu pedas, berbau, kering dan membakar, yang menimbulkan
penderitaan, kesusahan dan penyakit.
Yatayamam gatarasam, puti paryushitam vha yat,
uchchhistam api cha medhyam, bhojanam tamasapriyam.
(Bhagavad Gita Sloka 10)

Artinya : “ makanan yang dimasak terlalu lama, hambar rasa, basi, busuk, sisa
dimakan orang lain, dan makanan yang (tidak bersih dan) tidak suci, adalah
jenis makanan yang disukai oleh mereka yang berada di dalam sifat kegelapan”.
Di bab sama sloka selanjutnya (sloka 10) disebutkan yang bersifat tamasika
yakni makanan yang tak segar, tak berasa, basi, tidak bersih.
Makanan sattvik, disebutkan bisa menambah kewibawaan, intelektualitas,
kekuatan, kesegaran, kesehatan, kenikmatan lahir dan batin, kegembiraan, dan
kebahagiaan hidup. Misalnya beras, gandum, mentega, buah-buahan
segar. Makanan rajasik untuk mereka yang masih diliputi dengan nafsu dan
keinginan duniawi. Misalnya daging dan makanan yang penuh rasa.
Sedang makanan tamasik adalah jenis makanan yang disukai oleh mereka yang
hidup dalam kegelapan. Misalnya yang membuat mabuk dan malas.
Lalu mana yang “layak makan”? Tentu harus sesuai dengan kebutuhan dan juga
tingkat spiritual seseorang, antara sattvik dan rajasik. Tamasik harus dihindari.
Kalau seseorang yang sudah berstatus suci, para yogi, sanyasin, pendeta atau
usia sudah lanjut, tentu berada dalam kawasan makanan sattvik dan
menghindari makanan yang penuh dengan nafsu. Kalau masih muda masih
bolehlah makan babi guling, kambing dan sejenisnya yang kolestrol tinggi.
Dimunculkannya istilah sukla sebagai makanan yang “layak makan” seolah-
olah untuk meniru istilah makanan halal yang digunakan umat Muslim.
Kesannya mau “memada-madai”, halal disandingkan dengan sukla dan haram
disandingkan dengan non-sukla. Ini tidak tepat dan bahkan keliru, karena

[Date]
17
pengertian sukla itu justru makanan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan
dengan segala manifestasinya dan kita “tak layak” makan itu. Kalau pun istilah
sukla diganti dengan satwika (sattvik) sebagai padanan dari istilah halal di
agama lain (ada usul seperti itu), juga bikin repot dan tak masuk akal. Berarti
dagang nasi guling, sate ikan, lawar dan sebagainya harus ditutup karena
makanan itu tidak “layak makan” karena bukan sattwik tapi rajasik.
Tak semua istilah atau idiom agama lain harus kita cari padanannya di agama
Hindu. Agama Islam memang dalam ajarannya jelas menyebut halal dan haram,
sementara agama Hindu menyebut ciri-ciri dan sifat makanan yang baik
digunakan. Pengertian makanan yang baik itu pun masih luas, selain kebersihan
dan sifat makanan yang tergolong satwika, rajasika dan tamasika, juga
bagaimana makanan itu diolah. Misalnya ada disebut, makanan yang diolah
dalam pikiran yang ruwet, penuh amarah, apalagi sambil bertengkar bukanlah
makanan yang baik dan sukla untuk dipersembahkan. Lebih baik kita
memberikan wawasan tentang itu dibanding membuat spanduk tentang
makanan sukla.
Soal di mana umat berbelanja itu masalah lain, dalam dunia moderen persaingan
tak bisa dihindari. Akan lebih tepat kalau kita membina pedagang makanan khas
Bali dan meningkatkan daya saing kuliner Bali dengan menyuguhkan makanan
yang sehat, tempat yang sehat dan bersaing dengan sehat pula. Pedagang
“krama Bali” ini yang harus dibina, bukan melabeli dengan istilah sukla yang
ternyata salah. Pedagang “nasi babi guling” di Sembung, Mengwi, Gianyar dan
di tempat lain tetap ramai karena penataan warungnya yang “sehat” bahkan
orang luar Bali banyak berbelanja di sana. Tapi kalau sesekali orang Bali ingin
makan sate Madura, apakah itu harus dilarang? Tentu tidak.

Hidup bersama di dunia ini membutuhkan berbagai unsur yang mampu


bersinergis untuk menciptakan fasilitas hidup yang dapat dijadikan unsur
mendorong manusia menjadi semakin sejahtera lahir batin. Untuk itu
dibutuhkan modal. Orang kaya dalam Sloka Canakya Nitisastra tersebut di atas
adalah orang yang mau mendayagunakan dananya untuk dikembangkan
menjadi unit-unit usaha yang mampu mendaya gunakan berbagai produk
masyarakat yang dapat memberikan manfaat ekonomi secara adil. Usaha itu
juga dapat menampung tenaga kerja dan pajak untuk negara.

Dewasa ini orang kaya sudah dijelmakan dalam bentuk usaha keuangan seperti
bank. Bank bisa dijadikan media meningkatkan kemakmuran ekonomi. Begitu

[Date]
18
juga, srotria sebagai orang suci untuk dapat menuntun manusia yang bermukim
di lingkungan itu. Orang suci itu dapat dijadikan tempat oleh umat untuk
mengembangkan keluhuran moral dan daya tahan mental dalam menghadapi
hiruk-pikuknya kehidupan. Manusia sebagai anggota masyarakat yang
bermukim dalam suatu wilayah pemukiman juga membutuhkan pemimpin.

Pemimpin sangat dibutuhkan untuk mengkoordinasikan berbagai hal agar


semua unsur dapat disinergikan menjadi sumber pendorong umat memajukan
kehidupan. Tanpa pemimpin tidak ada yang mengkoordinasikan berbagai
potensi dalam masyarakat tersebut. Unsur yang lain yang juga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat adalah air atau sungai. Dalam sloka Canakya
Nitisastra disebut Nadi. Betapapun majunya suatu ekonomi masyarakat, ia tidak
dapat hidup tanpa berdasarkan ekonomi agraris. Ekonomi industri dan jasa tidak
mungkin lepas dari ekonomi agraris. Ekonomi agraris itu membutuhkan air.
Fungsi sungai di samping untuk tujuan agraris juga menampung air hujan yang
tidak dapat diresap seketika oleh tanah. Demikianlah pentingnya Nadi dalam
konsep pemukiman menurut perspektif Sastra Hindu. Unsur selanjutnya waidya
yaitu ahli pengobatan. Apa pun upaya manusia untuk mencegah munculnya
penyakit, sakit itu pasti pernah muncul pada dirinya. Dalam konsep memelihara
hidup sehat dan istilah yang sangat populer yaitu: ”lebih baik mencegah
daripada mengobati”. Untuk mencegah agar kita jarang sakit, dalam kitab Ayur
Veda ada diajarkan untuk mengelola hidup dengan tiga cara yaitu Ahara, Vihara
dan Ausada.

Ahara selalu mengkonsumsi makanan yang sehat. Makanan yang sehat dalam
Bhagawad Gita disebut satvika ahara. Vihara adalah mengembangkan gaya
hidup yang benar dan wajar. Artinya, gaya hidup sesuai dengan tuntutan Sastra
Agama. Di samping itu jangan lupa menjaga kesehatan fisik dengan memakan
makanan yang alami. Demikian juga bahan obat-obatan sesungguhnya sudah
tersedia di lingkungan alam sekitar kita bermukim.

Dalam Upa Veda ada yang disebut Ayur Veda sebagai ilmu yang mengajarkan
tentang memelihara kesehatan. Di kalangan umat Hindu di Bali dikenal
kelompok Pustaka Lontar yang disebut usada. Dalam usada tersebut juga
diajarkan tentang ilmu pengetahuan untuk memelihara kesehatan jasmani
maupun rohani.

[Date]
19
Dalam usada juga diajarkan mengenal tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan
bahan obat-obatan. Di India, Ayur Veda sudah dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga telah menjadi sebuah cara memelihara kesehatan yang sudah
memasyarakat. Di fakultas kedokteran di India sudah ada jurusan kedokteran
Ayur Veda, di samping kedokteran Barat. Lama belajar antara kedokteran Ayur
Veda dan kedokteran Barat sama. Setelah tamat mereka dapat membuka praktik
di masyarakat. Dengan demikian masyarakat bebas memilihnya.

Sistem kedokteran Ayur Veda dapat berkembang demikian, karena melalui


proses yang panjang. Demikian juga usada di Bali memang sudah dijadikan
dasar dalam sistem pengobatan tradisional. Ke depan, pengobatan dengan bahan
tumbuh-tumbuhan ini tentu dapat dikembangkan secara modern melalui
berbagai penelitian, seminar, lokakarya dan berbagai percobaan. Dalam hal ini,
berbagai disiplin ilmu lainnya patut didayagunakan dalam membantu
mengembangkan ilmu usada ini agar dapat berkembang.

Ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu botani, ilmu farmasi, dll. patut dijadikan ilmu
yang dapat membantu pengembangan ilmu usada itu agar dapat diaplikasikan
dalam sistem kehidupan modern. Para ilmuwan Hindu dari berbagai disiplin
ilmu diharapkan dapat terpanggil untuk ikut serta memajukan ilmu usada ini,
agar ilmu warisan nenek moyang kita lebih dapat didayagunakan untuk
kesejahteraan hidup umat manusia di kolong langit ini. Di samping itu, berbagai
isi flora dan fauna sebagai bahan obat-obatan dapat lebih dipahami maknanya
dalam hidup ini.
B. Hal-hal yang Mencerminkan Budaya Hidup Sehat
Untuk dapat mencapai kondisi hidup dengan tingkat kesehatan maksimal, maka
kita memang harus menerapkan gaya hidup sehat secara maksimal pula. Untuk
hal tersebut, maka setidaknya kita mengetahui beberapa pola hidup yang
mencerminkan hidup sehat dan sebenarnya semua itu bukanlah sesuatu yang
mahal untuk menebus harga kesehatan yang begitu mahal. Pola tersebut adalah:
1. Berolahraga secara rutin
Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat! Begitu sebuah pepatah
kita dengar setiap saat. Dan, memang kenyataannya seperti itu, jika tubuh kita
sehat, maka kemampuan pikiran kita dapat maksimal. Dengan kemampuan

[Date]
20
pikiran maksimal tersebut, maka hal tersebut mencerminkan tingkat kesehatan
jiwa atau pikiran kita.
Dan, salah satu cara untuk dapat menyehatkan pikiran adalah dengan
berolahraga secara teratur. Dalam konteks ini, kita tidak hanya mendapatkan
kesehatan tubuh, tetapi juga kesehatan jiwa.
Oleh karena itulah, untuk membudayakan hidup sehat dengan menerapkan gaya
atau pola hidup sehat. Adapun salah satu cara yang dapat kita terapkan adalah
dengan berolahraga secara rutin. Tentunya olahraga yang dimulai dengan
olahraga ringan tapi teratur.
2. Mengkonsumsi makanan sehat
Makanan seringkali menjadi sumber penyakit! Ya, seringkali penyakit yang kita
derita adalah akibat dari makanan yang kita konsumsi.
Hal paling utama yang harus kita sadari adalah bahwa hampir seluruh jenis
penyakit berawal dari lambung atau perut kita. Dan, hal tersebut berarti terkait
dengan makanan yang kita konsumsi. Jika kita salah mengkonsumsi makanan,
maka akibatnya dapat menyebabkan kita sakit.
Oleh karena itulah, untuk membudayakan hidup sehat, maka salah satunya
adalah dengan cara membudayakan mengkonsumsi makanan sehat. Dengan
cara seperti ini, maka lambung, perut kita tidak mengalami sakit dan secara
signifikan hal tersebut mencegah tubuh kita sakit.
3. Istirahat yang cukup
Istirahat dibutuhkan tubuh untuk memberikan kesempatan tubuh, organ-organ
tubuh melakukan regenerasi dengan mengembalikan kesegaran masing-masing
organnya.
Dengan istirahat, maka beban kerja organ tubuh dapat terkurangi, dihilangkan
sehingga tidak lagi bekerja keras. Dengan demikian, maka organ tubuh tidak
capek dan sebagainya.
Dalam menerapkan gaya hidup sehat, kita harus menerapkan atau memberikan
kesempatan kepada organ tubuh untuk beristirahat dari kerja keras yang
dilakukannya sepanjang hari. Dengan kesempatan istirahat tersebut, maka
kebugaran organ tubuh dapat dijaga.
Istirahatlah yang cukup, maka tubuhmu akan kembali segar dan akan terasa
lebih nikmat dan nyaman. Dengan istirahat yang cukup, maka kita menjadi
orang yang beruntung.

[Date]
21
Budaya hidup sehat memang sudah seharusnya diterapkan sejak sekarang,
walaupun agak terlambat. Hal ini karena kesehatan itulah yang menyebabkan
hidup kita bahagia dan nyaman. Jika kita sehat, hidup terasa hidup dan indah.
Tetapi jika hidup tidak sehat, rasanya sangat tersiksa.
C. Manfaat Membiasakan Budaya Hidup Sehat
Perilaku-perilaku hidup sehat yang terus dijalankan secara rutin merupakan
bagian dari budaya hidup sehat sehingga manfaat budaya hidup sehat antara lain
:
» setiap orang yang berprilaku hidup sehat akan memiliki daya tahan tubuh
yang tinggi.
» Jika masih anak anak akan memiliki otak yang cerdas.
» Keluarga memiliki produktifitas yang cenderung terus meningkat
» Memiliki dana yang lebih untuk biaya hidup yang lebih baik, misal untuk
pendidikan, modal uasaha dan juga tabungan
» Mampu menghindari, mencegah dan menjauhkan berbagai penyakit buruk
mendekat kepada kita.
A.

[Date]
22
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan

Perilaku hidup sehat yang dilakukan secara rutin akan menjadi


sebuah budaya yang mendorong kita melakukan hal hal yang
dapat berpengaruh sehat bagi tubuh, jiwa, dan fikiran kita.
Ketika kita mengenal budaya hidup sehat maka kita akan dapat
menjauhi hal/perilaku hidup yang buruk. Berolahraga rutin,
makan makanan yang sehat, dan istirahat yang cukup adalah hal
kecil yang harus dibudayakan dalam hidup sehat. Maka kita
akan memetik manfaat antara lain; tubuh yang sehat, kebal dari
penyakit, jika masih anak anak akan memiliki kecerdasan otak.

[Date]
23
B. Saran

Budayakan hidup sehat, dengan membuang rasa malas kita


untuk menjaga kebugaran dan berolahraga rutin ataupun
biasakan gaya hidup sehat. Jangan selalu menuruti apa
keinginan kita tanpa kontrol sehingga membuat kita makan
makanan yang tidak sehat. Ingat ! kesehatan itu sangat penting,
jadikanlah kesehatan itu menjadi kebutuhan sebab dengan kita
sehat dapat melakukan aktivitas kita secara maksimal.

[Date]
24
DAFTAR PUSTAKA

Buku Bhagavad Gita menurut aslinya

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/05/makalah-
pola-hidup-sehat.html?m=1

https://www.academia.edu/18294491/Budaya_Hidup_Sehat

https://mgmplampung.blogspot.com/2014/01/bhagavadgita-salah-satu-
kitab-susastra.html?m=1

https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/11/bhagawad-gita.html?
m=1

[Date]
25
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bhagawadgita

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengertian Budaya Hidup Sehat


Lampiran 2 Bagian-Bagian Buku
Lampiran 3 Pembahasan pada Buku
Lampiran 4 Isi Buku yang Berkaitan Dengan Hidup Sehat
Lampiran 5 Kesimpulan
Lampiran 6 Saran

[Date]
26

Anda mungkin juga menyukai