1. DEFINISI
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart Failure atau
Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang dipompa
oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah jantung (cardiac output)} tidak mampu
memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh.
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari
ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat kekurangan
penyediaan darah, menyebabkan kematian sel dari kekurangan oksigen. Cerebral hypoxia, atau
kekurangan penyediaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan
berhenti bernafas dengan tiba-tiba.
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
(http//:www,askepgagaljantung,com)
Kegagalan jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari
gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang
mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagi organ (Ni Luh
Gede Yasmin, 1993).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme
yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang
mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah
faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan
laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan
suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman dan
Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung adalah Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald )
2. EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di negara
industri dan negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia,
berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 Tahun hingga 5% pada usia 50-70 Tahun dan
10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang
mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal jantung meninggal dalam
kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 Tahun, di
Indonesia prevalensi gagal jantung secara nasional belum ada sebagai gambaran di Rumah Sakit
Cipto Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006 diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23%
kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien, sedangkan di Amerika pada tahun 1999 terdapat
kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000 pasien menjadi 871.000 pasien. Gagal jantung
terdapat bermacam - macam jenisnya seperti gagal jantung Sistolik, akut dan kronik,
stadiumnya biasanya diketahui dengan cara menggunakan alat Bantu misalnya dengan
pemeriksaan Brain Natriuretic Peptide (BNP) darah, karena pada gagal jantung akut akan
terjadi peninggian kadarnya dalam darah. Gagal jantung merupakan penyebab kematian
kardiovaskuler, dan kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu peburukan
akut pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia diperkirakan 10% pasien
di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada gagal jantung kronik mencapai
50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu terdiagnosis, (Kompas, 9 juni 2007).
3. ETIOLOGI
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan isi
sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yangb berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel atau isi sekuncup.
c. Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan
menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip
Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya
regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas
tertentu, maka curah jantung justru akan menurun kembali.
d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand
overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung di mana
jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung walaupun
curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh.
e. Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel
atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
f. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif
atau inflamasi.
g. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
h. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung.
i. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
j. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
4. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Pathway
Disfungsi Beban Beban Peningkatan Beban Kelainan Arteriosklerosis Hipertensi Peradangan dan Penyakit Faktor
miokard12
(AMI) tekanan sistolik kebutuhan volume otot koroner sistemik/ penyakit sistemik
jantung
miokarditis berlebihan berlebihan metabolisme berlebihan jantung pulmonal miokardium (hipoksia,
(stenosis anemia)
Gangguan katup AV,
aliran darah
ke otot stenosis
Kontraktilitas Beban Preload Serabut otot
sistole jantung katup Pasokan
jantung rusak
oksigen ke
temponade
jantung
perikardium,
Kontraktilitas perikarditis
Disfungsi
miokardium konstruktif
Hambatan pengosongan
ventrikel
GAGAL JANTUNG
GAGAL JANTUNG
7. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi ialah :
- Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena
karena stasis darah.
- Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata
- Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
8. Pemeriksaan Fisik
1. Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi
(walaupun alam keadaan berustirahat)
2. Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah ke atrium yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi /
stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah)
mungkin ada.
4. Tekanan darah
5. Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi
perifer sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung Kronis).
Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena peningkatan kongesti vena
6. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena
perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga
cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
7. Perubahan pada sensori.
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut
jantung
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.
Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan
cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide)
yang pada gagal jantung akan meningkat.
5. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
6. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
7. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas
10. Diagnosis
Kriteria Mayor
1. Dispnea nokturnal paroksismal/ortopnea
2. Peningkatan tekana vena jugularis
3. Ronki basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema Paru Akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dspneu d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardi (> 120x/menit)
Kriteria Mayor/Minor
- Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 3 hari setalh terapi
11. Therapy
Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan
penurunan konsumsi oksigen miokard.
Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume
cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume
intravascular menurun.
Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek
inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
Sedati: Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
a. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :
1. Untuk menurunkan kerja jantung
2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.
a. TIRAH BARING
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler
melalui induksi diuresis berbaring..
b. OKSIGEN
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
c. DIET
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi
edema.
d. Revaskularisasi koroner
e. Transplantasi jantung
f. Kardoimioplasti
12. PENCEGAHAN
Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah mengurangi faktor-faktor risiko Anda. Anda
dapat mengontrol atau menghilangkan banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung -
tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner, misalnya - dengan melakukan perubahan
gaya hidup bersama dengan bantuan obat apa pun yang diperlukan.
Perubahan gaya hidup dapat Anda buat untuk membantu mencegah gagal jantung meliputi:
Tidak merokok
Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes
Tetap aktif secara fisik
Makan makanan yang sehat
Menjaga berat badan yang sehat
Mengurangi dan mengelola stres
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah diberikan askep 1. Auskultasi bunyi nafas. 1. Beberapa derajat spasme bronku
berhubungan dengan penurunan reflek diharapkan kepatenan Catat adanya bunyi nafas, terjadi dengan obstruksi jalan na
batuk, penumpukan secret. jalan nafas pasien missal mengi, krekels, dan dapat/ tak dimanifestasikan
terjaga dengan ronki. adanya bunyi nafas adventisius,
Kriteria hasil : misal penyebaran, krekels basah
RR dalam batas normal (bronchitis) ; bunyi nafas redup
Irama nafas dalam dengan ekspirasi mengi (emfisem
batas normal atau tak nya bunyi nafas (asma
Pergerakan sputum berat).
keluar dari jalan nafas 2. Kaji/pantau frekuensi 2. Takipnea biasanya ada pada
Bebas dari suara nafas pernafasan. Catat rasio beberapa derajat dan dapat
tambahan inspirasi dan ekspirasi. ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/ adanya proses inf
akut. Pernapasan dapat melamba
dan frekuensi ekspirasi memanja
disbanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dispnea 3. Disfungsi pernafasan adalah
misalnya gelisah, ansietas, variable yang tergantung pada ta
dan distress pernafasan. proses kronis selain proses akut
yang menimbulkan perawatan
dirumah sakit(infeksi dan reaksi
alergi)
4. Kaji pasien untuk posisi 4. Peninggian kepala tempat tidur
yang nyaman misal mempermudah fungsi pernafasa
peninggian kepala tempat dengan menggunakan gravitasi .
tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
5. Dorong/bantu latihan nafas 5. Memberikan pasien beberapa ca
abdomen atau bibir. untuk mengatasi dan mengontro
dispnea.
6. Tingkatkan masukan cairan 6. Hidrasi membantu menurunkan
sampai 3000 ml/hari sesuai kekentalan secret, mempermuda
toleransi jantung. pengeluaran. Penggunaan cairan
Memberikan air hangat. hangat dapat menurunkan spasm
Anjurkan masukan cairan bronkus. Cairan selama makan
sebagai pengganti makanan dapat meningkatkan distensi gas
dan tekanan pada diafragma.
3. Kerusakan pertukaran gas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji frekuensi,kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi de
berhubungan dengan edema paru keperawatan diharapkan pernafasan stress pernapasan/kronisnya pr
pasien dapat penyakit.
Mempertahankan tingkat 2. Tinggikan kepala tempat 2. Pengiriman oksigen d
oksigen yang adekuat tidur,bantu pasien untuk diperbaiki dengan posisi du
untuk memilih posisi yang mudah tinggi dan latihan jalan nafas
keperluan tubuh. untuk bernafas.dorong nafas menurunkan kolaps j
dalam secara perlahan nafas,dispnea dan kerja nafas.
Kriteria hasil : sesuai dengan
o Tanpa kebutuhan/toleransi
terapi oksigen, SaO2 individu.
95 % dank lien tidan 3. Kaji/awasi secara rutin kulit 3. Sianosis munkin perifer(terliha
mengalami sesak dan warna membrane kuku)/sentral(sekitar bibir/d
napas. mukosa. telinga). Keabu-abuan dan sian
o Tanda- sentral mengindikasikan bera
tanda vital dalam hipoksemia.
batas normal 4. Dorong mengeluarkan 4. Kental,tebal & banyaknya sek
o Tidak ada tanda- sputum,penghisapan bila adalah sumber utama gangg
tanda sianosis. diindikasikan. pertukaran gas dan jalan nafas k
Penghisapan dibutuhkan bila b
tidak efektif.
5. Auskultasi bunyi nafas,catat 5. Bunyi nafas munkin redup ka
area penurunan aliran penurunan aliran udara.
udara /bunyi tambahan.
6. Palpasi fremitus 6. Adanya mengi mengidinfikas
adanya spasme bronkus.
4. Penurunan perfusi jaringan Setelah diberikan asuhan 1. Selidiki perubahan 1. Perfusi serebral secara langsung
behubungan dngan penurunan O2 ke keperawatan gangguan tiba-tiba atau gangguan sehubungan dengan curah jantung
otak perfusi jaringan mental kontinu, contoh: dan juga dipengaruhi oleh
tindakan perawatan di
2. Lihat pucat, 2. vasokontriksi sistemik diakibatk
RS dengan kriteria hasil: sianosis, belang, kulit oleh penurunan curah jantung
Daerah perifer hangat dingin/lembab. Catat kekuatan mungkin dibuktikan oleh penuruna
Penyekat-B, seperti
atenolol (tenormin);
pindolol (visken); 9. Kolaborasi obat
propanolol (inderal).
Nitrat berguna
untuk kontrol nyeri dengan efek
fasodilatasi koroner, yang
Analgesik, seperti morfin, meningkatkan aliran darah korone
meperidin (demerol) dan perfusi miokardia. Efek
vasodilatasi perifer menurunkan
volume darah kembali ke jantung
(preload) sehingga menurunkan ke
Penyekat saluran kalsium, seperti otot jantung dan kebutuhan oksige
verapamil (calan); diltiazem
(prokardia). Untuk mengont
nyeri melalui efek hambatan rangs
simpatis, dengan begitu menurunk
TD sistolik dan kebutuhan oksigen
miokard. Catatan: penyekat B
mungkin dikontraindikasikan bila
kontraktilitas miokardia sangat
terganggu, karena inotropik negati
dapat lebih menurunkan
kontraktilitas.
Dapat dipakai
pada fase akut/nyeri dada berulan
yang tak hilang dengan nitrogliseri
untuk menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi dan menguran
kerja miokard.
Efek vasodilatasi dapat meningka
aliran darah koroner, sirkulasi kolateral
menurunkan preload dan kebutu
oksigen miokardia. Beberapa diantara
mempunyai properti antidisritmia.
6, Kelebihan volume cairan berhubungan Setela diberikan asuhan a. Pantau pengeluaran urine, Pengeluaran urine mungkin sedikit
dengan menurunnya laju filtrasi keperawatan diharapkan catat jumlah dan warna saat pekat karena penurunan perfusi gi
glomerulus, meningkatnya produksi Keseimbangan volume dimana diuresis terjadi. Posisi terlentang membantu diur
ADH dan retensi natrium/air. cairan dapat b. Pantau/hitung keseimbangan sehingga pengeluaran urine d
dipertahankan selama pemaukan dan pengeluaran ditingkatkan selama tirah bar
dilakukan tindakan selama 24 jam Terapi diuretic dapat disebabkan
keperawatan selama di c. Pertahakan duduk atau tirah kehilangan cairan tiba-tiba/berleb
RS baring dengan posisi semifowler (hipovolemia) meskipun edema/a
Kriteria hasil: selama fase akut. masih
Mempertahankan d. Pantau TD dan CVP (bila ada) Posisi tersebut meningkatkan fil
keseimbangan cairan e. Konsul dengan ahli diet. ginjal dan menurunkan produksi A
seperti dibuktikan oleh Kolaborasi pemberian diuretic sehingga meningkatkan diur
tekanan darah dalam sepert furosemid (lasix, Hipertensi dan peningkatan C
batas normal, tak ada bumetanide (bumex). menunjukkan kelebihan cairan dan d
distensi vena perifer/ menunjukkan terjadinya peningk
vena dan edema kongesti paru, gagal jant
dependen, paru bersih perlu memberikan diet yang d
dan berat badan ideal diterima klien yang meme
( BB idealTB –100 ± 10 kebutuhan kalori dalam pembat
%) natrium.
Meningkatkan laju aliran urine
dapat menghambat reabsorpsi natri
klorida pada tubulus gi
7. Gangguan nutrisi, kurang dari Setelah diberikan asuhan Observasi kebiasaan diet, masukan Pasien distres pernapasan akut se
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan diharapkan makanan saat ini. Catat derajat anoreksia karena dispnea, prod
anoreksia & mual. pola nafas efektif setelah kesulitan makan. Evaluasi berat sputum, dan obat. Selain itu, banyak pa
dilakukan tindakan badan dan ukuran tubuh. PPOM mempunyai kebiasaan makan bu
Tak ada bunyii nafas khusus untuk sekali pakai dan sering masuk RS dengan beberapa de
tambahan tissue. malnutrisi. Orang yang menga
Penggunaan otot bantu Dorong periode istirahat semalam emfisema serig kurus dengan perot
1 jam sebelum dan sesudah makan. kurang.
pernafasan. Berikan makanan porsi kecil tapi Penurunan atau hipoaktif bising
sering menunjukkan penurunan motilitas ga
Hindari makanan penghasil gas dan dan konstipasi (komplikasi umum)
minuman karbonat berhubungan dengan pembat
Hindari makanan yang sangat pemasukan cairan, pilihan makanan bu
panas atau sangat dingin. penurunan aktifitas dan hipoksemia.
Timbang berat badan sesuai Rasa tak enak, bau dan penampilan ad
indikasi pencegah utama terhadap nafsu m
dan dapat membuat mual, muntah den
peningkatan kesulitan nafas.
Membantu menurunkan kelemahan sel
waktu makan dan memberikan kesemp
untuk meningkatkan masukan kalori tot
Dapat menghasilkan distensi abdomen
mengganggu nafas abdomen dan ger
diafragma, dan dapat meningka
dipsnea.
Suhu ekstrem dapat mencetuskan
meningkatkan spasme batuk.
Berguna untuk menentukan kebutu
kalori, menyusun tujuan berat badan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
8. Intoleran aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan Kaji respon pasien terhadap Menyebutkan parameter membantu da
dengan fatigue keperawatan diharapkan aktifitas, perhatikan frekuensi nadi mengkaji respon fisiologi terhadap
Terjadi peningkatan lebih dari 20 kali permenit diatas aktivitas dan, bila ada merupakan indik
toleransi pada klien frekuensi istirahat ; peningkatan TD dari kelebihan kerja yang berkaitan den
setelah dilaksanakan yang nyata selama/ sesudah tingkat aktifitas.
Kriteria hasil : diastolik meningkat 20 mmHg) ; keseimbangan antara suplai dan kebutu
kebutuhan nutrisi yang cukup untuk asuhan yang akan membantu pas
kemampuan 3. B 3. Meni
erikan umpan balik yang positif atkan perasaan makna diri.
klien dapat memenuhi
untuk setiap usaha yang Meningkatkan kemandirian, dan
kebutuhan toileting
dilakukan atau mendorong pasien untuk berusah
sesuai toleransi
keberhasilannya. secara kontinu
4. B 4. Meng
erikan pispot di samping ayakan menggunakan bedpan da
tempat tidur bila tak mampu melelahkan dan secara fisiologis
ke kamar mandi. penuh stres, juga meningkatkan
kebutuhan oksigen dan kerja
5. L jantung.
etakkan alat-alat makan dan 5. Mem
alat-alat mandi dekat pasien. hkan pasien menjangkau alat-ala
tersebut.
6. B
antu pasien melakukan
perawatan dirinya apabila 6. Untu
diperlukan. membantu pasien memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya.
10. Kerusakan integritas kulit berhubungan Setelah diberikan asuhan Ubah posisi sering ditempat tidur/ Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan w
dengan pitting edema. keperawatan diharapkan kursi, bantu latihan rentang gerak satu area yang mengganggu aliran dara
kerusakan integritas kulit pasif/ aktif. Terlalu kering atau lembab merusak
Berikan perawatan kulit sering, dan mempercepat kerusakan.
Mendemonstrasikan Periksa sepatu kesempitan/ sandal tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
perilaku/teknik dan ubah sesuai dengan kebutuhan Edema interstisial dan gangguan sirk
11. Cemas berhubungan dengan sesak Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi dan ketahui 1. Koping terhadap nyeri dan trau
nafas, asites. keperawatan diharapkan persepsi pasien terhadap emosi IM sulit. Pasien dapat takut
pasien menyatakan ancaman/situasi. Dorong mati dan atau cemas tentang
penurunan cemas dengan pasien mengekspresikan dan lingkungan. Cemas berkelanjutan
KH: jangan menolak perasaan (sehubungan dengan masalah tent
m marah, kehilangan, takut, dll. dampak serangan jantung pada po
engenal perasaannya hidup selanjutnya, masih tak terata
m dan efek penyakit pada keluarga).
engidentifikasi 2. Catat adanya kegelisahan, 2. Penelitian menunjukkan adanya
penyebab dan faktor menolak, dan/atau hubungan antara derajat/ekspresi
yang menyangkal (afek tak tepat marah atau gelisah dan peningkata
mempengaruhinya atau menolak mengikuti resiko IM.
secara tepat. program medis).
Mendemonstrasikan 3. Mempertahankan gaya 3. Pasien dan orang terdekat dapa
pemecahan masalah percaya (tanpa keyakinan yang dipengaruhi oleh
positif. salah). cemas/ketidaktenangan anggota ti
kesehatan. Penjelasan yang jujur
dapat menghilangkan kecemasan.
4. Observasi tanda verbal/non 4. Pasien mungkin tidak menunjuk
verbal kecemasan pasien. masalah secara langsung, tetapi ka
Lakukan tindakan bila pasien kata atau tindakan dapat
menunjukkan perilaku menunjukkan rasa agitasi, marah,
merusak. gelisah. Intervensi dapat membant
pasien meningkatkan kontrol terha
perilakunya sendiri.
5. Terima penolakan pasien 5. Menyangkal dapat
tetapi jangan diberi penguatan menguntungkan dalam menurunka
terhadap penggunaan cemas tetapi dapat menunda
penolakan. Hindari penerimaan terhadap kenyataan
konfrontasi. situasi saat ini. Konfrontasi dapat
meningkatkan reasa marah dan
meningkatkan penggunaan
6. Orientasi pasien atau orang penyangkalan, menurunkan kerja
terdekat terhadap prosedur sama, dan kemungkinan
ruyin dan aktivitas yang memperlambat penyembuhan.
diharapkan. Tingkatkan 6. Perkiraan dan informasi dapat
partisipasi bila mungkin. menurunkan kecemasan pasien.
7. Jawab semua pertanyaan
secara nyata. Berikan 7. Informasi yang tepat tentang
informasi konsisten; ulangi situasi menurunkan takut, hubunga
sesuai indikasi. yang asing antara perawat-pasien,
dan membantu pasien/orang terde
8. Dorong pasien atau orang untuk menerima situasi secara nya
terdekat untuk Perhatian yang diperlukan mungkin
mengkomunikasikan dengan sedikit, dan pengulangan informas
seseorang, berbagi pertanyaan membantu penyimpanan informas
dan masalah. 8. Berbagi informasi membentuk
dukungan/kenyamanan dan dapat
9. Berikan periode menghilangkan tegangan terhadap
istirahat/waktu tidur tidak kekhawatiran yang tidak
terputus, lingkungan tenang, diekspresikan.
dengan tipe kontrol pasien, 9. Penyimpanan energi dan
jumlah rangsang eksternal. meningkatkan kemampuan koping
10. Dukung kenormalan proses
kehilangan, melibatkan waktu 10. Dapat memberikan keyakinan
yang perlu untuk bahwa perasaannya merupakan
penyelesaian. respon normal terhadap
11. Berikan privasi untuk situasi/perubahan yang di terima.
pasien dan orang terdekat.
11. Memungkinkan waktu untuk
12. Dorong keputusan tentang mengekspresikan perasaan,
harapan setelah pulang. menghilangkan cemas, dan perilak
adaptasi.
12. Membantu pasien/orang terdek
untuk mengidentifikasi tujuan nyat
13. Kolaborasi juga menurunkan resiko kegagalan
Berikan anticemas/hipnotik sesuai menghadapi kenyataan adanya
indikasi contoh, diazepam (valium); keterbatasan kondisi/memacu
fluarazepam (dalmane); lorazepam penyembuhan.
(ativan). 13. Meningkatkan relaksasi/istiraha
dan menurunkan rasa cemas.