Anda di halaman 1dari 2

Moderator (Devi Triana)

Om Swastyastu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Shalom, Namo Buddhaya,


Selamat siang dan Salam sejahtera untuk kita semua.
Rekan-rekan semuanya apa kabar? Saya harap kita semua dalam keadaan sehat walafiat.
Terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang sudah menyempatkan waktunya untuk
hadir pada debat hari ini. Senang sekali kita bisa bertemu pada kesempatan kali ini di tempat
ini dengan penuh sukacita. Perkenalkan saya Devi Triana selaku moderator yang akan
memandu jalannya debat kali ini. Pada debat hari ini kami mengambil tema "penolakan
penghapusan UN". Adapun narasumber kita di Kelompok Pro yaitu, Satrio Gusti dan Vero
Thessalonica dan di Kelompok Kontra yaitu, Sita Adelia dan I Gusti Ayu Sinta Ardi Lestari.
Perihal diadakannya perdebatan kali ini adalah ada perbedaan pendapat antara dua belah
pihak yakni dari narasumber kita, dan atas dasar kesepakatan bersama maka dibentuklah
acara ini sebagai sebuah kajian dan memperjelas persepsi masing-masing pendapat serta
sudut pandang kedua belah pihak. Adapula alasan kenapa dilakukannya forum ini tak lain
adalah untuk mewujudkan sebuah kebersamaan walaupun dalam perbedaan pandangan
ataupun persepsi, bisa juga untuk menyamakan sebuah persepsi hal itu tergantung pada kedua
pihak narasumber tersebut.

Adapula latar belakang masalah diselenggarakannya adalah seperti yang kita ketahui
Mendikbud, bapak Nadiem Makariem telah mengesahkan kebijakan penghapusan
Ujian Nasional (UN) dan digantikan dengan Asesmen Kompetensi & Survei Karakter.
Ujian Nasional (UN) akan dihapus secara permanen mulai tahun ajaran baru 2020.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyampaikan, kebijakan


tersebut adalah tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Nadiem mengatakan bahwa dihapusnya UN
bukan berarti tidak ada tantangan lain bagi para siswa di sekolah, karena nantinya UN
akan digantikan dengan asesmen kompetensi di tahun 2021. Ia juga menyebut bahwa
asesmen kompetensi akan lebih menantang dibanding UN.
Dalam kebijakan tersebut, setidaknya ada dua hal yang akan mampu meningkatkan
kualitas pendidikan kita. Pertama, peningkatan kualitas literasi. Ke depannya siswa
tidak hanya diajarkan untuk mampu menjawab soal, tetapi juga mampu berpikir kritis.
Artinya kebijakan tersebut telah menjalankan philosophy based curriculum,
kurikulum pendidikan kritis yang sudah banyak diterapkan di negara-negara maju di
seluruh dunia. Kedua, revolusi mental dan karakter sekaligus. Dengan konsepsi
revolusi mental, maka siswa akan mampu meningkatkan kualitas mentalnya untuk
mampu bersaing dengan siswa yang lain. Penghapusan UN merupakan satu dari
empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar” yang diinisiasi
Nadiem. Tiga program lainnya meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN),
Ujian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) Zonasi.
Namun, tidak sedikit juga yang menolak karena menganggap bahwa UN adalah ajang
untuk membuktikan kelayakan siswa untuk lulus dan melanjutkan studinya ke jenjang
yang lebih tinggi, serta membuat mereka lebih terpacu untuk semangat belajar dan
bekerja keras. Seperti hal yang diungkapkan oleh wakil presiden ke-10 dan ke-12 RI
Jusuf Kalla. JK menyebutkan jika tidak ada UN semangat belajar siswa akan
berkurang. Bahkan, pernyataan ini sempat dilontarkan JK sebelum Menteri Nadiem
mengumumkan akan menghapuskan UN. "Kalau tidak ada UN semangat belajar akan
turun, make sure lagi. Akan jadi generasi lembek. Kalau tidak mau keras bahwa
mereka lulus atau tidak lulus," tegas Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Bagi anda semua para tamu, undangan, yang hadir pada forum di acara ini mengenai
kesimpulan dan sebagainya diserahkan terhadap masing-masing audiens tentang sudut
pandang para hadirin sekalian dari hasil perbincangan pihak narasumber kita, bagi para
audiens silahkan menyimak dengan tertib, dan berikan penilaian kepada sudut pandang
masalah yang akan diperbincangkan, yang akan dibahas oleh kedua nara sumber tersebut
diharapkan bersikap profesional untuk anda para audiens.
Saya sebagai moderator harus bijak dan adil dalam pembahasan ini, agar dapat membawa
serta menuntun acara ini dengan baik dan sukses, beberapa hal yang perlu anda sekalian
ketahui demi terciptanya sebuah forum yang adil. Dan izinkan saya selaku moderator untuk
menjabarkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan, harap kepada kedua pihak narasumber,
dan audiens untuk menyimak aturan-aturan berikut antara lain:
1. Narasumber pertama akan menjabarkan sudut pandangnya selama 5 menit (atau lebih)
dan setelah itu dilanjutkan oleh narasumber kedua dengan waktu yang sama.
2. Setelah keduanya selesai memaparkan sudut pandang masalah yang sesuai dengan
topik permasalahan tersebut maka kedua pihak narasumber tersebut diberi waktu
untuk menanggapi masing-masing persepsinya selama 10 menit.
3. Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab, antara kedua pihak narasumber secara
bergantian dan dihitung dengan waktu pertanyaan 1 menit, dan narasumber
berikutnya yang mendapatkan giliran menjawab diberikan waktu 2 atau 4 menit untuk
menjawab. Pertanyaan narasumber tersebut yang bertanya, dan sebaliknya dilakukan
selama 3 kali sesi tanya jawab.
4. Sesi ini adalah sesi umum, yakni tanya jawab dari audiens yang hadir untuk bertanya
kepada kedua pihak narasumber tersebut, tetapi pertanyaan tidak boleh melenceng
dari topik judul permasalahan, audiens diberi waktu 1 menit untuk bertanya dan akan
dijawab oleh narasumber selama 2-3 menit. dan akan diberikan pertanyaan sebanyak
3 orang, 3 pertanyaan dilontarkan kepada narasumber pertama dan 3 pertanyaan pada
narasumber kedua.
5. Sesi yang terakhir adalah pembacaan rangkuman dari hasil debat, perbedaan sudut
pandang, apakah ada titik temu, atau tidak tergantung pada hasil persepsi kedua belah
pihak, untuk audiensi kiranya dapat menyimpulkan sendiri dengan sudut pandang
sendiri. dan dilanjutkan dengan penutup, doa.

Anda mungkin juga menyukai