Anda di halaman 1dari 44

KARYA TULIS ILMIAH

JANA KERTHI DALAM UPAYA


MEMBANGUN PENDIDIKAN BALI PASCA
ERA PEMBELAJARAN DARING

LOMBA MALINI ACADEMIC CHAMPIONSHIP DOSMAN


(MACDOS) SMA NEGERI 1 GIANYAR TAHUN 2022

Oleh :

1. Alfredo Eka Ramadhani

2. Edeline Kallista Ayodya Tambunan

3. Rataya Laksmi Santika

SMP NEGERI 1 KUTA

MANGUPURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas izin dan karunia-Nya lah, karya tulis ilmiah yang berjudul “Jana
Kerthi dalam Upaya Membangun Pendidikan Bali Pasca Era Pembelajaran
Daring” ini terselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai harapan.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk perlombaan Malini
Academic Champhionship Dosman (MACDOS) 2022 yang diselenggarakan oleh
SMA Negeri 1 Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Dalam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini, tim penulis mendapatkan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini pula, tim penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta menyukseskan
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurnya. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan
sebagai evaluasi dan refleksi bagi kami supaya kami dapat berbenah dan membuat
karya-karya tulis ilmiah lainnya yang lebih baik di masa yang akan datang. Kami
sangat berharap agar pemaparan yang tersaji dalam karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.

Kuta, 22 April 2022

Tim Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISIONALITAS KARYA............................... iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Sad Kerthi.................................................................................. 4
2.2 Jana Kerthi................................................................................................. 4
2.2.1 Implementasi Jana Kerthi secara Sekala....................................... 4
2.2.2 Implementasi Jana Kerthi secara Niskala...................................... 5
2.3 Pendidikan menurut Perspektif Hindu....................................................... 5

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian................................................................................ 7
3.2 Objek Penelitian......................................................................................... 8
3.3 Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 8
3.4 Teknik Analisis Data.................................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian......................................................................................... 10
4.2 Pembahasan............................................................................................... 17
4.2.1 Kondisi Pendidikan di Bali pasca Era Pembelajaran Daring........ 17
4.2.2 Kaitan Landasan Jana Kerthi dalam Upaya untuk Membangun

vi
Kembali Pendidikan di Bali Pasca Era Pembelajaran Daring...... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................................... 28
5.2 Saran......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
LAMPIRAN
Daftar Tabel.......................................................................................................... 31
Daftar Gambar...................................................................................................... 32
Biodata Anggota................................................................................................... 33

ABSTRAK

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan hak dan kewajiban


yang sepantasnya diterima dan dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.
Mewabahnya pandemi COVID-19 yang membuat kegiatan pembelajaran
dilaksanakan secara daring, memberikan ketidakstabilan dalam dunia pendidikan
di tanah air. Kini, dengan diizinkannya pembelajaran tatap muka bagi
sekolahsekolah yang ada di Indonesia —utamanya di Bali— menjadi angin segar
untuk kembali membangun kestabilan pendidikan pasca era pembelajaran daring
tersebut. Bagi masyarakat Bali, upaya tersebut dapat dilandasi dengan nilai-nilai
kearifan lokal setempat, dimana salah satunya adalah nilai-nilai Sad Kerthi yang
memuat Jana Kerthi sebagai upaya penyucian diri manusia. Guna memahami
kondisi pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring serta kaitannya dengan
landasan Jana Kerthi untuk pemulihan kondisi tersebut, penulis melakukan

vii
penelitian ini. Dengan metode penelitian kuantitatif berbasis survei melalui
pengumpulan data berupa kuisioner, penulis meneliti tanggapan 472 siswa SMPN
1 Kuta yang mengisi kuisioner mengenai model pembelajaran selama pandemi
yang mereka sukai. Dari data tersebut serta didukung dengan pustaka-pustaka yang
relevan, penulis menyimpulkan keterkaitan antara nilai-nilai Jana Kerthi dengan
kondisi pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring. Penulis memberikan
beberapa pendapat mengenai implementasi Jana Kerthi dalam upaya membangun
kondisi pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring tersebut.

Kata Kunci : Jana Kerthi, Pembelajaran Daring, Pembelajaran Tatap Muka,

viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Provinsi Bali dikenal sebagai salah satu daerah yang pemerataan
pendidikannya dapat dikatakan lebih merata dibandingkan daerah-daerah lainnya
di Indonesia. Aksesibilitas antar satu wilayah dengan wilayah lainnya di Bali yang
cukup baik menjadi faktor utama hal ini. Tak hanya itu, umat Hindu di Bali
sebagai penduduk mayoritas di sana menjalankan Sad Kerthi, sebagai landasan
pokok kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu
“moksartham jagadhita ya ca iti dharma”, yang memiliki arti bahwa dharma
manusia mewujudkan kedamaian bagi semua makhluk dan keharmonisan alam
semesta, serta mencapai pembebasan dari roda samsara (moksartham).
Sad Kerthi memiliki arti enam upaya untuk menjaga kesucian dan
menjaga keseimbangan jagad alam semesta dimana semuanya saling berkaitan
erat satu sama lain. Salah satu upaya tersebut di antaranya adalah Jana Kerthi,
yang berarti upaya untuk menegakkan kesucian atau keseimbangan diri kita
sendiri.
Saat karya tulis ilmiah ini dibuat, kondisi dunia sedang diliputi oleh
pandemi global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Sejak pertama kali
diidentifikasi pada awal tahun 2020, pandemi global COVID-19 sedikit-tidak
telah memberikan efek domino bagi setiap lini kehidupan masyarakat di seluruh
penjuru dunia, tak terkecuali di Bali yang menjadi salah satu tujuan wisata
masyarakat dunia. Kepercayaan mengenai Jana Kerthi inilah yang turut menjadi
landasan bagi masyarakat Bali untuk berupaya menjaga kesucian dan
keseimbangan bagi diri masing-masing. Salah satunya tentunya dengan
membekali diri dengan ilmu yang berguna, tidak hanya bagi diri sendiri akan
tetapi juga bagi orang-orang lain di sekitar serta lingkungan kehidupan sehari-
hari.
Salah satu lini kehidupan yang terdampak akibat pandemi ini adalah sektor
pendidikan. Tak elak, ini menjadi sebuah pekerjaan rumah besar bagi pemangku
kepentingan serta pelaku pendidikan untuk dapat kembali memulihkan kondisi
pendidikan yang terdampak akibat pandemi COVID-19 ini. Pelbagai kebijakan
dibuat untuk dapat memulihkan kondisi pendidikan ini dengan tetap
menyesuaikan

1
2

situasi yang ada di lapangan, mulai dari pembelajaran daring (online),


pembelajaran tatap muka terbatas, hingga pembelajaran tatap muka 100%. Ketika
karya tulis ilmiah ini ditulis, sekolah-sekolah di Indonesia khususnya di Provinsi
Bali dominan menerapkan pembelajaran tatap muka 100% dan telah berangsur-
angsur meninggalkan model pembelajaran daring.
Tim penulis berniat untuk melakukan penelitian dan pengamatan
mengenai upaya untuk kembali membangun pendidikan pasca era pembelajaran
daring tersebut, utamanya di Provinsi Bali; serta kaitannya landasan Jana Kerthi
sebagai landasan utama masyarakat Bali dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
yang tetap berpegang teguh pada upaya menjaga kesucian dan keseimbangan
dalam jiwa masing-masing.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah
dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu:
1. Bagaimana kondisi pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring?
2. Apa kaitan antara landasan Jana Kerthi dalam upaya untuk
membangun kembali pendidikan Bali pasca era pembelajaran daring?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui kondisi
pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring serta kaitannya dengan nilai-
nilai Jana Kerthi sebagai upaya menjaga kesucian dan keseimbangan diri manusia
dalam upaya untuk membangkitkan kembali gairah pendidikan di Bali pasca era
pembelajaran daring sebagai akibat dari pandemi COVID-19.
3

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan untuk dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat luas serta bagi pihak-pihak yang berkaitan seperti
misalnya bagi pelaku pendidikan, untuk dapat mengetahui dan
mengimplementasikan ajaran Jana Kerthi dalam hal untuk membangun
pendidikan di Bali yang lebih berkualitas dan mumpuni.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN SAD KERTHI

Sad Kerthi merupakan landasan dalam kepercayaan dalam umat Hindu


Bali yang bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan dan kesucian jagat alam
semesta. Secara harfiah, Sad Kerthi terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Sad dan
Kerthi. Sad memiliki arti “enam”, dan Kerthi memiliki arti “suatu karya positif
dalam upaya untuk menjaga kesucian atau keseimbangan”. Enam upaya tersebut
meliputi: Jana Kerthi (penyucian diri manusia), Jagat Kerthi (penyucian alam
semesta), Samudra Kerthi (penyucian laut), Wana Kerthi (penyucian
hutan/tumbuhtumbuhan), Danu Kerthi (penyucian sumber-sumber air), dan
Atma Kerthi (penyucian jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia).

2.2 JANA KERTHI

Jana Kerthi merupakan salah satu bagian dari landasan Sad Kerthi. Jana
Kertih memiliki arti upaya utuk menegakkan kesucian atau keseimbangan diri
sendiri. Dalam arti lain, Jana Kerthi dapat diartikan sebagai upaya untuk
membangun manusia secara individu untuk menjadi SDM yang sehat secara
jasmani, tenang secara rohani, dan profesional. Bentuk pelaksanaan dan
implementasi Jana Kerthi dapat dilakukan secara sekala (nyata) maupun secara
niskala (abstrak).
2.2.1 Implementasi Jana Kerthi secara Sekala
Bentuk pelaksanaan dan implementasi Jana Kerthi secara sekala (nyata)
dilaksanakan dengan melakukan Catur Sadhana, yang meliputi :
1. Pikiran yang bebas dari dualitas;
2. Welas Asih dan kebaikan tidak terbatas oleh semua makhluk; 3.
Pikiran yang bebas dari Sad Ripu (enam kegelapan batin); serta
4. Melaksanakan Svadharma (tugas-tugas kehidupan kita).
Catur Sadhana tersebut kemudian diperkuat dengan melakukan berbagai
jalan yoga, seperti meditasi, sembahyang, dan sebagainya.

4
5

2.2.2 Implementasi Jana Kerthi secara Niskala


Bentuk pelaksanaan dan implementasi Jana Kerthi secara niskala (abstrak)
adalah dengan melaksanakan Manusa Yadnya, misalnya dengan upakara
“nyambutin” guna menyambut bayi yang baru lahir, upakara “nelu bulanin” untuk
bayi yang baru berumur 105 hari, dengan melaksanakan otonan, melukat
(ruwatan), rahinan tumpek landep, dan lain sebagainya. Tujuan dari
dilaksanakannya bentuk-bentuk tersebut adalah untuk menguatkan vibrasi energi
positif pada diri kita sebagai manusia.

2.3 PENDIDIKAN MENURUT PERSPEKTIF HINDU


Dalam Hindu, salah satu pokok tujuan dari diadakannya pendidikan
iadalah untuk mendapatkan pengetahuan yang benar guna menghilangkan
pengetahuan yang tidak benar. Atau dalam kata lain, pengetahuan perlu dimiliki
untuk menghilangkan kebodohan atau simulakrum realitas —realitas yang telah
menyimpang dari kehendak Tuhan— (Piliang: 2008, hlm. 323).
Pendidikan sebagaimana tujuannya adalah untuk menyiapkan sekaligus
mendukung dari tujuan hidup manusia. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia
dirumuskan dalam suatu konsep yang dinamakan catur purusha artha (empat
tujuan hidup manusia), yang meliputi dharma, artha, kama, dan moksa (Awanita,
2003, hlm. 12; Suhardana, 2010, hlm.64). Keempat tujuan hidup manusia ini
tertuang dalam jenjang kehidupan yang disebut catur asrama (empat tingkatan
dalam kehidupan manusia), yang terdiri dari brahmacari, grahasta, vanaprasta,
dan bhiksuka atau sanyasin (Somvir, 2001, hlm.57; Sukhabodhananda, 2006, hlm.
72).
Tujuan hidup manusia tersebut kemudian diimplementasikan oleh umat
Hindu di Bali dengan menyelenggarakan pendidikan yang tidak hanya dikerjakan
untuk menambah pengetahuan, melainkan juga untuk kesempurnaan dharma.
Sebagaimana tertuang dalam kitab Bhagavad Gita.

rāja-vidyā rāja-guhyaḿ
pavitram idam uttamam
pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ su-
sukhaḿ kartum avyayam

“Pengetahuan ini adalah rājā pendidikan, yang paling rahasia di antara


segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah
kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara
langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan
riang.”
—Bhagavad Gita 9.2
BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai metode atau


langkahlangkah yang diambil oleh peneliti atau penulis untuk mengumpulkan data
dan/atau informasi untuk diolah dan dianalisis secara ilmiah. Sugiyono (2018,
hlm. 1-2) mengartikan metode atau metodologi penelitian sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.1 PENDEKATAN PENELITIAN


Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan dalam suatu
penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai membuat suatu
kesimpulan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan pembuatan karya
ilmiah ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk meneliti populasi atau sampel dengan menggunakan alat ukur atau
instrumen penelitian yang kemudian dianalisis dengan statistik atau bersifat
kuantitatif. Bentuk pendekatan kuantitatif yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat ukur atau instrumen
penelitian.
Penulis memilih metode survei kuantitatif untuk mengetahui perspektif
atau sudut pandang dari siswa selaku sasaran utama kegiatan pembelajaran
mengenai tanggapannya tentang model pembelajaran yang disukainya selama
pandemi COVID-19 berlangsung. Metode ini dipandang cocok dan relevan untuk
mendukung penelitian penulis yang berorientasi pada upaya untuk membangun
kembali gairah pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring sebagaimana
yang sedang terjadi pada saat karya tulis ilmiah ini dibuat.

7
8

3.2 OBJEK PENELITIAN


Penelitian ini menyasar siswa/i kelas VII, VIII, dan IX SMPN 1 Kuta
Tahun Pelajaran 2021/2022 sebagai populasi untuk mengetahui tanggapan mereka
mengenai model pembelajaran selama pandemi manakah yang mereka sukai.
Bentuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah survei dengan
menggunakan kuisioner online yang dibuat menggunakan Google Form.
Kuisioner tersebut terbuka bagi seluruh siswa untuk mengisinya. Adapun sample
di dalam penelitian ini adalah siswa/i yang mengikuti survei tersebut dalam
jangka waktu 2 × 24 jam semenjak survei tersebut dibuka. Terdapat
total sebanyak 472 responden yang mengikuti survei ini.

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini, di antaranya adalah dengan
menggunakan kuisioner (angket) dan studi kepustakaan. Teknik kuisioner
(angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sedangkan
studi kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian (Mestika Zed:2003).
Penulis menggunakan kuisioner (angket) untuk memperoleh data
mengenai tanggapan dari responden mengenai topik yang dibahas di dalam
penelitian ini, yaitu mengenai tanggapan para siswa atas model pembelajaran
selama pandemi COVID-19 yang mereka sukai. Di saat yang bersamaan, penulis
juga mengumpulkan berbagai pustaka, seperti bahan-bahan tertulis dan
referensireferensi lainnya yang sesuai dan relevan dengan topik pembahasan yang
terdapat dalam penelitian. Selain itu, penulis juga mengutip beberapa jurnal dan
artikel dari internet yang didapatkan dari sumber-sumber yang terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
9
Kedua sumber data tersebut –baik itu kuisioner maupun bahan-bahan
pustaka– penulis rangkum, seleksi, dan olah sedemikian rupa supaya tetap sejalan
dengan topik-topik yang dibahas dalam penelitian dan mendukung penelitian itu
sendiri.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA


Data-data dan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, kemudian
dianalisis oleh penulis untuk menarik suatu tesis / kesimpulan. Teknik analisis
data yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif.
Metode analisis ini menggunakan data numerik yang dapat dihitung secara akurat,
yang mana salah satu dari contoh data numerik ini adalah survei dari responden.
Teknik analisis data kuantitatif umumnya menggunakan model matematika,
model statistik, dan lain sebagainya ketika menganalisa suatu data atau informasi
yang ada.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Kembali melandainya kasus positif penyebaran Coronavirus Disease-
2019 (COVID-19) di Indonesia —utamanya di Provinsi Bali— menjadi sebuah
angin segar bagi dunia pendidikan tanah air. Setelah dalam kurun waktu lebih dari
setahun lamanya menjalankan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau
online dari rumah masing-masing, dengan melandainya kasus harian COVID-19
ini membuka peluang bagi sekolah-sekolah untuk kembali menyelenggarakan
pembelajaran secara bertatap muka sebagaimana dilakukan sebelum masa
pandemi.
Dalam karya ilmiah ini, penulis melakukan penelitian mengenai tanggapan
peserta didik SMP Negeri 1 Kuta Tahun Pelajaran 2021/2022 tentang model
pembelajaran yang mereka anggap paling menarik dan dapat membuat mereka
memahami materi pembelajaran yang disajikan. Penelitian ini menggunakan
media kuisioner daring yang dapat diakses secara terbuka oleh peserta didik SMP
Negeri 1 Kuta.

Gambar 1. Kuisioner Peserta Didik SMP Negeri 1 Kuta


11
10
Kuisioner tersebut dibuka selama 2 × 24 jam sejak pertama kali
dipublikasikan dan dalam kurun waktu tersebut, kuisioner telah mendapatkan
sebanyak 472 responden yang terdiri atas :
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
VII 124 135 259
VIII 66 59 125
IX 40 48 88
TOTAL 230 (48,7%) 242 (51,3%) 472 (100%)
Tabel 1. Persebaran Data Responden Kuisioner

Seluruh responden penulis ajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan


dengan model pembelajaran yang mereka anggap paling menarik dan membuat
mereka paham akan materi yang disajikan. Berikutnya didapatkan hasil, bahwa
83,5% responden memilih pembelajaran tatap muka 100% sebagai model
pembelajaran yang mereka sukai, 13,8% responden memilih pembelajaran tatap
muka dengan sistem pembagian sesi, dan sisanya (2,7%) memilih pembelajaran
daring.

Gambar 2. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran selama


Pandemi COVID-19

Pilihan % Responden
Pembelajaran Daring 2.7% 13 orang
Pembelajaran Tatap Muka (Sesi) 13.8% 65 orang
Pembelajaran Tatap Muka (100%) 83.5% 394 orang
Tabel 2. Respon Pilihan Model Pembelajaran Paling Menarik.
12

Responden yang memilih pembelajaran daring dominan memilih model


pembelajaran tersebut dikarenakan suasana belajar yang lebih santai (rilex)
sehingga memudahkan peserta didik untuk berpikir dan melakukan kegiatan
pembelajaran.
Pertanyaan :
Andamemilipembelajara
daring sebagai model pembelajaran yang paling
h n
menarik dan membuat Anda paham akan keseluruhandiberikan.
materi yang
Mengapa demikian? Pilihlah beberapa opsi berikut, Anda dapat memilih lebih
dari 1 (satu) opsi, dan juga menambahkan jawaban Anda sendiri.
Respon:

Gambar3. Respon
Alasan Siswa memilih
Pembelajaran Daring

Penulis juga memberikan pertanyaan “benar atau salah” yang harus dijawab oleh
responden yang memilih opsi pembelajaran daring sebagai model pembelajaran
yang paling menarik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu sebagai berikut:
No. Pertanyaan Benar Salah
Nilai akademik Anda cenderung meningkat 10 orang 3 orang
1. selama Pembelajaran Daring? (76,9%) (23,1%)
Nilai akademik Anda lalu cenderung menurun
ketika kebijakan Pembelajaran Tatap Muka 5 orang 8 orang
2.
mulai dilakukan? (38,5%) (61,5%)

Guru-Guru Anda berpartisipasi penuh dalam


proses pembelajaran (selalu mengadakan meet, 13 orang
3.
(100%) -
memberikan materi, dsb.) selama Pembelajaran
Daring?
13

Anda cenderung menyukai pembelajaran daring


karena Anda terasa 'bebas' ketika melakukan 13 orang
4.
pembelajaran dari rumah? (100%) -

Guru-guru Anda cenderung terlalu banyak 5 orang 8 orang


5. memberikan tugas? (38,5%) (61,5%)
Anda senantiasa mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan sekolah selama pembelajaran 12 orang 1 orang
6.
daring? (92,3%) (7,7%)

Tabel 3. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih Opsi


Pembelajaran Daring

Sementara itu, responden yang memilih pembelajaran tatap muka dengan sistem
pembagian sesi cenderung memilih model pembelajaran ini dikarenakan kapasitas
kelas yang tidak penuh sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih tenang.

Pertanyaan :
Anda memilih Pembelajaran Tatap Muka dengan Sistem Pembagian Sesi
sebagai model pembelajaran yang paling menarik dan membuat Anda paham
akan keseluruhan materi yang diberikan. Mengapa demikian? Pilihlah
beberapa opsi berikut. Anda dapat memilih lebih dari 1 (satu) opsi, dan juga
menambahkan jawaban Anda
sendiri.
Respon :

Gambar4. Respon
Alasan Siswa memilih Opsi Pembelajaran
Tata Muka (Sesi)
p

Sama seperti model pembelajaran daring, penulis juga memberikan


pertanyaan “benar/salah” kepada responden yang memilih opsi pembelajaran tatap
muka dengan sistem pembagian sesi untuk dijawab. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut :
No. Pertanyaan Benar Salah
14

Nilai akademik Anda cenderung meningkat


selama Pembelajaran Daring? 42 orang 23 orang
1.
(64,6%) (35,4%)

Nilai akademik Anda lalu cenderung menurun


ketika kebijakan Pembelajaran Tatap Muka mulai 26 orang 39 orang
2. dilakukan? (40%) (60%)

Guru-Guru Anda menyajikan pembelajaran yang


efektif (tidak terlalu bertele-tele dan langsung to 58 orang 7 orang
3. the point) selama Pembelajaran dengan sistem (89,2%) (10,8%)
Pembagian Sesi?

Guru-Guru Anda cenderung menyajikan


pembelajaran yang berorientasi pada project 56 orang 9 orang
4.
(bukan hanya pemberian materi saja)? (86,2%) (13,8%)

Sekolah Anda menjunjung tinggi keamanan,


kenyamanan, dan keselamatan siswa selama
proses pembelajaran tatap muka dilakukan 62 orang 3 orang
5.
dengan mematuhi standar protokol kesehatan? (95,4%) (4,6%)

Ekosistem pembelajaran di kelas Anda


berlangsung dengan aktif, interaktif, dan 63 orang 2 orang
6.
menyenangkan? (96,9%) (3,1%)

Tabel 4. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih Opsi


Pembelajaran Tatap Muka (Sesi)

Dan yang terakhir sekaligus yang menjadi suara mayoritas dalam pencatatan
kuisioner ini, responden yang memilih opsi Pembelajaran Tatap Muka 100%
dominan memilih opsi ini dengan alasan dapat kembali bertemu dan berinteraksi
dengan teman serta materi yang dipaparkan oleh guru menjadi lebih jelas karena
waktu belajar yang lebih lama.
15

Pertanyaan :
Anda memilih pembelajaran tatap muka (100%) sebagai model pembelajaran
yang paling menarik dan membuat Anda paham akan keseluruhan materi yang
diberikan. Mengapa demikian? Pilihlah beberapa
opsi berikut, anda dapat
memilih lebih dari 1 (satu) opsi, dan juga menambahkan jawaban Anda sendiri.

Respon :

Gambar5. ResponAlasan Siswa memilihPembelajaran


Opsi
Tatap Muka (100%)

Selayaknya model-model pembelajaran sebelumnya, responden yang


memilih opsi pembelajaran tatap muka (100%) ini juga penulis berikan
pertanyaan
“benar/salah” yang harus dijawab. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yakni sebagai
berikut :
No Pertanyaan Benar Salah
Nilai akademik Anda cenderung meningkat 235 orang 159 orang
1. selama Pembelajaran Daring? (59,6%) (40,4%)
Nilai akademik Anda lalu cenderung menurun
ketika kebijakan Pembelajaran Tatap Muka 135 orang 259 orang
2.
mulai dilakukan? (34,3%) (65,7%)
16

Guru-Guru Anda menyajikan pembelajaran 358 orang 36 orang


3. yang efektif (tidak terlalu bertele-tele dan (90,9%) (9,1%)
langsung to the point) selama Pembelajaran
Tatap Muka 100%?
Guru-Guru Anda cenderung menyajikan
pembelajaran yang berorientasi pada 366 orang 28 orang
4.
project (bukan hanya pemberian materi (92,9%) (7,1%)
saja)?
Sekolah Anda menjunjung tinggi keamanan,
kenyamanan, dan keselamatan siswa selama
proses pembelajaran tatap muka dilakukan 392 orang 2 orang
5.
dengan mematuhi standar protokol kesehatan? (99,5%) (0,5%)

Ekosistem pembelajaran di kelas Anda


berlangsung dengan aktif, interaktif, dan 392 orang 2 orang
6.
menyenangkan? (99,5%) (0,5%)

Tabel 5. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih


Opsi Pembelajaran Tatap Muka (100%)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 KONDISI PENDIDIKAN DI BALI PASCA ERA PEMBELAJARAN


DARING
17

Berdasarkan hasil survei yang didapatkan, dapat diketahui bersama bahwa


mayoritas responden memilih model pembelajaran tatap muka 100% sebagai
model pembelajaran yang dianggap paling menarik dan membuat paham akan
materi yang diberikan. Sekolah-sekolah tingkat satuan pendidikan di Provinsi Bali
pada saat karya ilmiah ini dibuat dominan telah menerapkan model pembelajaran
tatap muka 100% tersebut sebagai bentuk tindak lanjut atas melandainya kasus
penyebaran COVID-19.
Survei yang penulis lakukan terhadap siswa/i SMP N 1 Kuta memang
tidak dapat dijadikan acuan utama terhadap kondisi pendidikan di seluruh Bali.
Dalam arti lain, penulis tidak pernah mengatakan bahwasanya survei yang penulis
lakukan menggambarkan secara detail / rinci mengenai kondisi pendidikan di
Bali. Penulis mengadakan survei tersebut untuk mengetahui gambaran siswa/i
SMP N 1 Kuta dalam menanggapi topik sebagaimana telah penulis sajikan
sebelumnya, dan sedikit-tidak telah memberikan gambaran umum mengenai
kondisi pendidikan di daerah dengan arus urbanisasi yang kencang di Bali, salah
satunya yaitu di Kuta sebagai domisili penulis.
Selain menggambarkan mengenai model pembelajaran apa yang
responden sukai dan apa alasannya, penulis juga memberikan beberapa
pertanyaan dengan model “benar atau salah” untuk dapat menganalisis kondisi
pendidikan yang dialami dari kaca mata siswa. Beberapa analisa yang dapat
penulis dapatkan dari hasil survei tersebut antara lain :

1. Mayoritas responden mengakui bahwa selama pembelajaran daring


berlangsung, nilai akademik mereka cenderung mengalami kenaikan.
Mengaku nilai akademiknya meningkat
Model
selama pembelajaran daring
Pembelajaran
Ya Tidak
Daring 10 3
PTM Sesi 42 23
18

PTM 100% 235 159


TOTAL 287 (60,8%) 185 (39,2%)

Tabel 6. Pengakuan responden mengenai nilai akademik yang


meningkat selama Pembelajaran Daring

2. Berikutnya, ketika pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan,


sebagian besar responden mengakui bahwa nilai mereka tidak
cenderung mengalami penurunan. Namun di saat yang bersamaan, angka
responden yang mengakui bahwa nilai mereka cenderung mengalami
penurunan tidaklah sedikit.
Mengaku nilai akademiknya cenderung
Model menurun setelah PTM diberlakukan
Pembelajaran Ya Tidak
Daring 5 8
PTM Sesi 26 39
PTM 100% 135 259
TOTAL 166 (35,2%) 306 (64,8%)

Tabel 7. Pengakuan responden mengenai nilai akademik yang


cenderung menurun setelah PTM diberlakukan

Pernyataan (1) dan (2) mendapatkan respon yang cukup


kontradiktif dari responden. Mayoritas responden menjawab bahwa nilai
akademik mereka cenderung meningkat selama pembelajaran daring
dilakukan, kemudian cenderung stabil dan/atau bahkan meningkat ketika
pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan.

Ketika pembelajaran daring, terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan nilai siswa cenderung meningkat, di antaranya adalah
karena proses pembelajaran yang dilakukan dari rumah, membuat siswa
menjadi lebih mudah untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
pelajaran dari lingkungan sekitarnya, baik itu dari keluarganya maupun
dari internet. Faktor ini dapat memicu dua hal, yaitu hal positif dan hal
negatif.
19

Hal positif yang didapat oleh siswa dari lebih mudahnya


mendapatkan informasi pembelajaran antara lain:
• Lebih membuka wawasan siswa;
• Melatih siswa untuk bersosialisasi, baik itu dengan keluarga maupun
dengan orang-orang di sekitarnya;
• Melatih siswa untuk beradaptasi dengan kemajuan dan perkembangan
teknologi informasi;
• Membiasakan siswa untuk memilah informasi yang benar maupun
yang salah; dan lain sebagainya.
Sementara itu, beberapa hal negatif yang mungkin saja didapat oleh
siswa terkait dengan semakin mudahnya mengakses informasi
pembelajaran, yaitu :
• Ketika mengerjakan tugas, banyak siswa yang hanya mengandalkan
fitur copy-paste dari sumber-sumber di internet;
• Memungkinkannya tindakan kecurangan pada saat pelaksanaan ujian
secara daring, dimana siswa dapat dengan bebas berselancar di internet
atau bertanya kepada orang sekitar tanpa sepengetahuan oleh guru;
• Dengan semakin mudahnya mengakses informasi pembelajaran secara
mandiri, sangat dimungkinkan akan membentuk karakter
individualistis di dalam diri siswa; dan lain sebagainya.

3. Seluruh responden (100%) yang memilih opsi pembelajaran daring


mengakui bahwa guru-guru mereka berpartisipasi penuh dalam kegiatan
pembelajaran daring, baik itu memberikan materi, melaksanakan
pertemuan virtual menggunakan aplikasi Zoom/Google
Meet/sejenisnya, dan lain sebagainya.
Hal ini tentunya merupakan berita baik dimana partisipasi guru
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran daring berlangsung.
Namun satu hal yang perlu diingat, seluruh responden yang menjawab
kuisioner yang penulis buat merupakan siswa/i SMP Negeri 1 Kuta
yang notabenenya tinggal dan hidup di daerah dengan arus urbanisasi
yang tinggi, sehingga memungkinkan proses pembelajaran daring dapat
berlangsung dengan baik.
20

Penulis berpandangan bahwa kondisi ini akan berbeda bagi


daerah-daerah yang cukup jauh dari pusat kota ataupun daerah-daerah
pedalaman, yang mana aksesibilitas dan infrastruktur pendukung proses
pembelajaran daring belum terkoneksi atau terpasang dengan baik
selayaknya di pusat kota. Hal ini tentunya sangat patut untuk
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait, tidak hanya sebatas untuk
mendukung pembelajaran daring saja, namun juga untuk mendukung
pemerataan pendidikan dan perekonomian masyarakat.

4. Seluruh responden sebagaimana dimaksud pada poin (3) juga mengakui


bahwa pembelajaran daring membuat mereka terasa lebih ‘bebas’
selama di rumah.

5. Terdapat 38,5% responden yang memilih opsi pembelajaran daring


mengakui bahwa guru-guru mereka cenderung memberikan banyak
tugas. Sedang sisanya (61,5% responden) tidak mengakui hal tersebut.

6. Ketika kasus harian penyebaran COVID-19 sudah mulai melandai,


Pemerintah kemudian secara berangsur-angsur membuka
sekolahsekolah untuk kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka
(PTM). Di SMP Negeri 1 Kuta sendiri, pada mulanya kegiatan PTM
dilakukan dengan sistem pembagian sesi, dimana siswa dengan nomor
absen ganjil dan genap berada di sesi yang terpisah. Waktu belajar pun
dipersingkat dimana setiap mata pelajaran hanya diberikan satu kali
seminggu dengan durasi waktu belajar hanya 60 menit per mata
pelajarannya.

Seiring waktu berjalan, Pemerintah kemudian memperkenankan


sekolah-sekolah untuk melaksanakan kegiatan PTM 100% dimana
sistem pembagian sesi tidak diberlakukan lagi.
Berdasarkan respon dari kuisioner yang penulis buat, didapatkan
hasil bahwa 97,3% responden keseluruhan (459 orang) memilih opsi
pembelajaran tatap muka sebagai model pembelajaran yang paling
21

menarik dan membuat responden memahami materi yang disajikan


(lihat gambar 2 dan tabel 1, halaman 11).
Dari 459 orang tersebut, 65 orang memilih opsi PTM dengan
sistem pembagian sesi, sedangkan 394 orang lainnya memilih opsi PTM
100%.

7. Responden yang memilih opsi PTM baik itu dengan sistem pembagian
sesi ataupun 100% sebagaimana dimaksud pada poin (6) dominan
beralasan memilih opsi tersebut karena pembelajaran tatap muka lebih
membuat mereka paham akan materi yang disajikan guru, kembali
berinteraksi secara langsung dengan teman, guru, dan warga sekolah
lainnya, dan tidak ada lagi kendala teknis selama proses pembelajaran
berlangsung.

8. Mayoritas responden sebagaimana dimaksud pada poin (6) dan (7)


berpendapat bahwa guru-guru mereka menyajikan materi yang efektif,
dalam artian tidak bertele-tele dan langsung to the point, serta
berorientasi pada pengerjaan project (tidak hanya sekedar memberikan
materi saja).
Mengakui bahwa guru-guru responden
Model memberikan pembelajaran yang efektif
Pembelajaran Ya Tidak
PTM Sesi 58 7
PTM 100% 358 36
TOTAL 416 (90,6%) 43 (9,4%)

Tabel 8. Respon Siswa mengenai Penyajian Pembelajaran


Efektif oleh Guru
Mengakui bahwa guru responden melakukan
Model kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada
Pembelajaran pengerjaan project
Ya Tidak
PTM Sesi 56 9
PTM 100% 366 28
TOTAL 422 (91,9%) 37 (8,1%)
22

Tabel 9. Respon Siswa mengenai Penyajian Pembelajaran oleh


Guru yang Berorientasi pada Project

9. Mayoritas responden sebagaimana dimaksud pada poin (6) dan (7) pula
juga memberikan pendapat bahwa sekolah mereka menjunjung tinggi
keamanan, kenyamanan, dan kesehatan siswa dengan menerapkan
protokol kesehatan pencegahan COVID-19.
Mengakui bahwa sekolah responden menerapkan
Model protokol kesehatan yang ketat
Pembelajaran Ya Tidak
PTM Sesi 62 3
PTM 100% 392 2
TOTAL 454 (98,9%) 5 (1,1%)
Tabel 10. Respon Siswa mengenai Penerapan Protokol Kesehatan
di Sekolah selama PTM

10. Ekosistem pembelajaran di kelas yang aktif, interaktif, dan


menyenangkan, diakui oleh sebagian besar responden sebagaimana
dimaksud pada poin (6) dan (7).
Mengakui bahwa ekosistem pembelajaran di kelas
Model berlangsung dengan aktif, interaktif, dan menyenangkan
Pembelajaran Ya Tidak
PTM Sesi 63 2
PTM 100% 392 2
TOTAL 455 (99,1%) 4 (0,9%)
Tabel 11. Respon Siswa mengenai Ekosistem Belajar di Kelas
4.2.2 KAITAN JANA KERTHI DALAM UPAYA UNTUK MEMBANGUN
KEMBALI PENDIDIKAN DI BALI PASCA ERA
PEMBELAJARAN DARING
Dalam kepercayaan umat Hindu, pendidikan secara umum diadakan
dengan tujuan selain untuk meraih pengetahuan, juga bertujuan untuk
menyempurnakan dharma manusia. Pendidikan menurut perspektif Hindu tersebut
kemudian diperkuat dengan landasan Jana Kerthi sebagai upaya untuk menjaga
keseimbangan dan kesucian diri. Hal ini tentunya berkaitan dengan upaya untuk
membangun pendidikan yang unggul dan berkualitas yang ditujukan bagi manusia
Bali. Upaya ini berikutnya didukung dengan program pemerintah di bawah
kepemimpinan
23

Gubernur I Wayan Koster, yaitu “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Program
Nangun Sat Kerthi Loka Bali ini merupakan program yang dicanangkan oleh
Pemerintah Provinsi Bali, dengan merencanakan sebuah pola pembangunan
semesta berencana, dengan tujuan untuk menuju Bali era Baru.
Untuk mewujudkan program tersebut, Pemerintah Provinsi Bali
menempuh 22 (dua puluh dua) buah misi pembangunan yang menjadi arah
kebijakan pembangunan Bali dalam melaksanakan Pola Pembangunan Semesta
Berencana tersebut.
Salah satu misi tersebut yang berkaitan dengan upaya untuk membangun
pendidikan di Bali terdapat dalam poin (4), yaitu : Memastikan tersedianya
pelayanan pendidikan yang terjangkau, merata, adil, dan berkualitas, serta
melaksanakan wajib belajar 12 tahun.
Misi tersebut kemudian direalisasikan dengan beberapa kebijakan yang
dikeluarkan, baik itu dari Pemprov Bali maupun Pemkab/Pemkot masing-masing
Kabupaten/Kota di Bali. Gubernur Koster mewanti-wanti agar proses
pembelajaran di sekolah (baik itu pembelajaran daring maupun pembelajaran tatap
muka) harus dapat diselaraskan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali tersebut.
Dalam mengimplementasikan visi ini, Gubernur Koster menegaskan telah ada
regulasiregulasi pendukung yang sesuai dengan Prinsip Trisakti Bung Karno:
Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam
Kebudayaan.

Regulasi-regulasi tersebut, di antaranya :


1. Pergub No. 79 Tahun 2018, tentang Hari Penggunaan Busana
Adat Bali;
2. Pergub No. 80 Tahun 2018, tentang Pelindungan dan
Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta
Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali; serta
3. Surat Edaran Gubernur Bali No. 4 Tahun 2021, tentang
Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.
24

Regulasi-regulasi tersebut di atas merupakan bukti dari implementasi


nilainilai dari landasan Sad Kerthi, utamanya Jana Kerthi sebagai upaya
penyucian diri manusia dalam setiap tata-titi kehidupan masyarakat Bali, terutama
dalam sektor pendidikan.
Implementasi Jana Kerthi sebagaimana tersebut sebelumnya, tentunya
akan berkaitan erat pula dengan masa pasca pembelajaran daring seperti pada saat
karya ilmiah ini dibuat. Landasan Jana Kerthi sebagai upaya penyucian diri
manusia, harus diimplementasikan dalam upaya untuk kembali membangkitkan
gairah pendidikan pasca era-pembelajaran daring ini.
Penulis berpandangan beberapa hal yang sekiranya dapat dilakukan
berkaitan dengan upaya membangun kembali pendidikan pasca era-pembelajaran
daring ini yang sejalan dengan landasan Jana Kerthi, antara lain :

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan ekosistem


belajar yang aktif, interaktif, dan menyenangkan; serta berlandaskan
pada nilainilai ketuhanan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Berdasarkan survei siswa SMP Negeri 1 Kuta sebagaimana telah
dibahas sebelumnya (lihat tabel 1.11), didapatkan kesimpulan bahwa
sebanyak 99,1% responden mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran di
kelas mereka telah berlangsung dengan ekosistem yang aktif, interaktif, dan
menyenangkan. Hal ini dapat menjadi modal utama dalam hal membangun
kembali pendidikan Bali saat pembelajaran tatap muka dilangsungkan, yang
tentunya berlandaskan pada nilai-nilai Jana Kerthi yaitu dengan membangun
manusia yang unggul melalui pendidikan yang bermanfaat yang juga
diperoleh dengan cara yang baik serta menjurus pada hal-hal yang bersifat
positif.
Kesemuanya itu tentunya harus dilandasi nilai-nilai ketuhanan dan
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan utama proses
pembelajaran dilangsungkan. Nilai-nilai ini dapat menjadi sarana bagi
seluruh komponen pendidikan, baik itu peserta didik, pendidik, maupun
tenaga kependidikan untuk menyucikan diri masing-masing supaya dapat
25

kembali ke fitrah diri manusia yang sempurna dan siap melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.

2. Menguatkan pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal serta


nilai-nilai moral dan budaya yang mengakar di lingkungan
masyarakat sekitar.
Karakter merupakan representasi identitas seseorang yang
menunjukkan ketundukannya pada aturan atau standar moral yang berlaku
dan merefleksikan pikiran, perasaan, dan sikap batinnya yang termanifestasi
dalam kebiasaan berbicara, bersikap, dan bertindak. (Wigunadika:2018).
Penguatan pendidikan karakter dalam hal membangun pendidikan di
Bali dapat diartikan sebagai upaya untuk menyelenggarakan sebuah konsep
pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter manusia yang
dikuatkan dengan kearifan lokal serta nilai-nilai moral budaya yang
mengakar di lingkungan masyarakat.
Pendidikan karakter tersebut menjadi bentuk realisasi dan
implementasi dari landasan Jana Kerthi melalui upaya untuk membangun
keseimbangan dalam diri manusia, bahwasanya pengetahuan yang dimiliki
oleh tiap manusia tidak selamanya hanya berorientasi pada kecerdasan
kognitif saja, melainkan juga patut didukung oleh karakter individu yang
paripurna.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan terkait pokok masalah yang dibahas, di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Menurut hasil survei yang penulis lakukan, dapat disimpulkan


bahwasanya kondisi pendidikan di Bali pasca era pembelajaran daring
dilakukan masih mengalami ketidakstabilan.
Hal ini dapat terlihat dari pendapat-pendapat responden terhadap
pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner survei. Beberapa pertanyaan yang
berkaitan antara lain mengenai pelaksanaan pembelajaran efektif oleh guru,
orientasi pembelajaran yang berfokus pada pengerjaan project dibandingkan
hanya sekedar memberikan materi, serta ekosistem belajar di kelas.
Contoh-contoh pertanyaan tersebut dijawab “kontra” oleh sebagian
kecil responden. Hal ini membuktikan bahwa masih dibutuhkan kompetensi
bagi guru dan sekolah untuk dapat menyajikan dan menghadirkan orientasi
dan ekosistem pembelajaran yang efektif di kelas. Diharapkan dengan hal ini,
dapat membuat kegiatan belajar mengajar di kelas berjalan dengan lancar dan
tujuan pencapaian kompetensi pendidikan dapat tercapai dengan baik.

2. Terdapat keterkaitan antara nilai-nilai dari landasan Jana Kerthi


dengan upaya-upaya untuk memulihkan kondisi pendidikan di Bali
pasca era pembelajaran daring.
Penulis memberikan beberapa upaya yang dapat dilaksanakan di
sekolah yang berlandaskan nilai-nilai Jana Kerthi dalam hal untuk
membangun kembali pendidikan di Bali, di antaranya adalah dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan ekosistem belajar yang
aktif, interaktif, dan menyenangkan; serta berlandaskan pada nilai-nilai
ketuhanan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa; menguatkan
pendidikan karakter

28
29

yang berbasis kearifan lokal serta nilai-nilai moral dan budaya yang
mengakar di lingkungan masyarakat sekitar; menguatkan mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu sebagai sarana penyaluran pengetahuan berbasis
keagamaan, utamanya perihal Sad Kerthi dan Jana Kerthi sebagai upaya
pemuliaan dan penyucian kehidupan; serta menyelenggarakan
persembahyangan bersama serta dharma wacana atau ceramah-ceramah yang
berkaitan dengan Jana Kerthi sebagai upaya penyucian diri sendiri sebagai
manusia.
Keempat upaya tersebut dapat dijadikan gambaran besar mengenai
implementasi Jana Kerthi dalam upaya untuk membangun pendidikan yang
komprehensif, berkarakter, serta berlandaskan nilai-nilai budaya dan kearifan
lokal masyarakat bagi dunia pendidikan Bali.

5.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam karya ilmiah ini, di
antaranya sebagai berikut :

1. Untuk membangun pendidikan di Bali —utamanya pasca era pembelajaran


daring—, dapat dilakukan beberapa upaya yang dapat dilandasi pada nilai-
nilai keagamaan Hindu (sebagai agama mayoritas di Bali) serta nilai-nilai
kearifan lokal masyarakat Bali.
2. Nilai-nilai sebagaimana dimaksud pada poin (1) di antaranya adalah nilai-
nilai Sad Kerthi, yaitu enam upaya penyucian kehidupan, dimana salah satu
bentuk di dalamnya adalah Jana Kerthi, yaitu upaya penyucian diri manusia.
Nilainilai ini harus diimplementasikan dengan baik dan diupayakan sebaik
mungkin oleh pihak-pihak yang bersangkutan agar tujuan yang dicita-citakan
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I. N. (2018). "Pola Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan Hindu".


dari Satya Widya: Jurnal Studi Agama.
Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali. (2018). "Nangun Sat
Kerthi Loka Bali". dari disdikpora.baliprov.go.id/nangun-sat-kerthi-
lokabali. diakses pada 20 April 2022.
Forum Keadilan. (2021, November 27). "Koster Berharap Sistem Pendidikan
Selaras dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali". dari
forumkeadilan.com/nasional/koster-berharap-sistem-pendidikan-
selarasdengan-nangun-sat-kerthi-loka-bali. diakses pada 21 April 2022.
Saputra, K. Y. (2020). "Sad Kerti: enam upaya untuk menjaga keseimbangan
jagad alam semesta" dari
https://binus.ac.id/characterbuilding/2020/05/sad-kerti-enam-upaya-untuk-
menjaga-keseimbanganjagad-alam-semesta/. diakses pada 19 April 2022.
sejarahharirayahindu.blogspot.com. (2012). "Jana Kerti". dari
https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/jana-kerti.html. diakses
pada 19 April 2022.
Wigunadika, I. W. (2018). "Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Bali." Purwadita Volume 2, No. 2, September 2018.
30
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persebaran Data Responden Kuisioner


Tabel 2. Respon Pilihan Model Pembelajaran Paling Menarik
Tabel 3. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih Opsi
Pembelajaran Daring
Tabel 4. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih Opsi
Pembelajaran Tatap Muka (Sesi)
Tabel 5. Respon Pertanyaan Benar/Salah Responden yang Memilih Opsi
Pembelajaran Tatap Muka (100%)
Tabel 6. Pengakuan responden mengenai nilai akademik yang meningkat
selama Pembelajaran Daring
Tabel 7. Pengakuan responden mengenai nilai akademik yang cenderung
menurun setelah PTM diberlakukan
Tabel 8. Respon Siswa mengenai Penyajian Pembelajaran Efektif oleh Guru
Tabel 9. Respon Siswa mengenai Penyajian Pembelajaran oleh Guru yang
Berorientasi pada Project
Tabel 10. Respon Siswa mengenai Penerapan Protokol Kesehatan di Sekolah
selama PTM
Tabel 11. Respon Siswa mengenai Ekosistem Belajar di Kelas

31
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kuisioner Peserta Didik SMP Negeri 1 Kuta


Gambar 2. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran selama Pandemi
COVID-19
Gambar 3. Respon Alasan Siswa memilih Pembelajaran Daring
Gambar 4. Respon Alasan Siswa memilih Pembelajaran Tatap Muka (Sesi)
Gambar 5. Respon Alasan Siswa memilih Pembelajaran Tatap Muka (100%)
Gambar 6. Persembahyangan Bersama Siswa/i SMP Negeri 1 Kuta

BIODATA ANGGOTA

32
ANGGOTA I
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Mataram No. 37,
Kelurahan Kuta, Kec. Kuta,
Kabupaten Badung

Nama Lengkap
: Alfredo Eka Ramadhani
Nama
Panggilan : Alfredo
NIS /
NISN : 9401 / 0067339591

Tempat Lahir
: Trenggalek, Jawa Timur
Tanggal Lahir : 19 November 2006
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD No. 1 Kuta (2013 – 2019)
2. SMP Negeri 1 Kuta (2019 – sekarang)

RIWAYAT ORGANISASI :
1. Wakil Ketua OSIS SMP Negeri 1 Kuta Masa Bakti 2020/2021

KONTAK :
Email : alfredoramadhani91@smp.belajar.id
Instagram : @alfredo.eka

33
ANGGOTA II
Nama Lengkap : Edeline Kallista Ayodya
Tambunan

Nama Panggilan : Edeline


NIS / NISN : 10014 / 0081046041
Tempat Lahir : Denpasar, Bali
Tanggal Lahir : 12 September 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perum. Pesona Giri
Paramitha 2 Blok E No.2,
Benoa, Kec. Kuta Selatan,
Kabupaten Badung

RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD Tunas Kasih (2014 – 2020)
2. SMP Negeri 1 Kuta (2020 – sekarang)

RIWAYAT ORGANISASI :
1. Wakil Ketua OSIS SMP Negeri 1 Kuta Masa Bakti 2021/2022

KONTAK :

34
Email : edelinetambunan29@smp.belajar.id
Instagram : @ee_edeline

ANGGOTA III

Nama Lengkap
: Rataya Laksmi Santika
Nama
Panggilan : Rataya
NIS /
NISN : 9804 / 0081513214

Tempat Lahir : Badung, Bali


Tanggal
Lahir : 15 Juli 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Kewarganegaraan : Indonesia Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Segara Madu Gg. Suli
No.2, Kelan, Kel. Tuban,
Kec. Kuta, Kab. Badung

RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD No. 4 Tuban (2014 – 2020)
2. SMP Negeri 1 Kuta (2020 – sekarang)

RIWAYAT ORGANISASI :
1. Ketua OSIS SMP Negeri 1 Kuta Masa Bakti 2021/2022

35
KONTAK :
Email : ratayasantika57@smp.belajar.id
Instagram : @laksmisantika_

36

Anda mungkin juga menyukai