Surah Al-Baqarah (Arab: البقرة, al-Baqarah, "Sapi Betina") adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an. Surah ini
terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Sebagian besar ayat
dalam surah ini diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat
peristiwa Haji Wada'. Surah ini merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamai al-
Baqarah yang artinya Sapi Betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina
yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an (Puncak
Al-Qur'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga
surat Alif Lam Mim karena surah ini dimulai dengan huruf arab Alif Lam dan Mim.
al-Baqarah
البقرة
Informasi
Klasifikasi Madaniyah
Ayat 281 diturunkan
di Mina
Surah ke 2
Juz Juz 1 (ayat 1-141)
Juz 2 (ayat 142-252)
Juz 3 (ayat 253-286)
Statistik
Beberapa perintah dan larangan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-48)
Perincian nikmat Allah SWT. kepada Bani Israil (49-60)
Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Israil (61)
Pahala orang yang beriman (62)
Pembalasan terhadap Bani Israil yang melanggar perjanjian dengan Allah SWT. (63-66)
Kisah penyembelihan Sapi Betina (67-74)
Keimanan Orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
Bani Israil mengingkari janjinya dengan Allah SWT. (83-86)
Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT.
(87-91)
Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda
kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
Memusuhi Malaikat Jibril AS. berarti memusuhi Allah SWT. yang mengutusnya (97-
101)
Tuduhan Orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman AS. (102-103)
Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-
sahabatnya (104-105)
Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah SWT. (106-113)
Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
Perjanjian dengan Nabi Ibrahim AS. (124-129)
Agama Nabi Ibrahim AS. (130-141)
Tentang Khalifah
Arti yang tepat dalam bahasa kita terhadap kalimat khalifah ini hanya dapat kita
ungkapkan setelah kita kaji apa tugas khalifah.
1. Seketika Rasulullah s.a.w telah wafat, sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w
sependapat mesti ada yang menggantikan beliau mengatur masyarakat, mengepalai
mereka, yang akan menjalankan hukum, membela yang lemah, menentukan
perang atau damai dan memimpin mereka semuanya.
Sebab dengan wafatnya Rasulullah, kosonglah jabatan pemimpin itu. Maka
sepakatlah mereka mengangkat Saiyidina Abu bakar as-Shiddiq r.a. menjadi
pemimpin mereka. Dan mereka gelari dia "Khalifah Rasulullah". Tetapi meskipun
yang dia gantikan memerintah itu ialah Utusan Allah, namun dia tidaklah
langsung menjadi Nabi atau Rasul pula. Sebab Risalah itu tidaklah dapat
digantikan. Jadi di sini dapat kita artikan Khalifah itu pengganti Rasulullah dalam
urusan pemerintahan.
" Wahai Daud ! Sesungguhnya engkau telah kami jadikan khalifah di bumi. "
(Shad: 26)
Ini bisa diartikan sebagai khalifah Allah sendiri, pengganti atau alat dari Allah
buat melaksanakan hukum Tuhan dalam pemerintahannya. Dan boleh juga
diartikan bahwa dia telah ditakdirkan Tuhan menjadi pengganti dari raja-raja dan
pemimpin pemimpin dan Nabi-nabi Bani Israil yang terdahulu dari padanya.
3.Tetapi ada pula ayat-ayat bahwa anak-cucu atau keturunan yang dibelakang
adalah sebagai khalafah atau khalifah dari nenek-moyang yang dahulu (sebagai
tersebut dalam Surat Yunus, Surat 10, ayat 14). Demikian juga dalam surat-surat
yang lain-lain.
4. Tetapi di dalam surat an-Naml (Surat 27, ayat 62), ditegaskan bahwa seluruh
manusia ini adalah khalifah di muka bumi ini :
"Atau siapakah yang memperkenankan permohonan orang-orang yang ditimpa
susah apabila menyeru kepadaNya? Dan yang menghilangkan ke susahan ?Dan
yang menjadikan kamu Khalifah-khalifah di bumi ?Adakah Tuhan lain beserta
Allah ? Sedikit kamu yang ingat. "
(an-Naml : 62).
Setelah meninjau sekalian ayat ini dan gelar khalifah bagi Saiyidina Abu bakar,
barangkali tidaklah demikian jauh kalau khalifah kita artikan pengganti.
Ada setengah penafsiran mengatakan Khalifah dari Allah sendiri. Pengganti Allah
sendiri. Sampai di sini niscaya dapat dipahamkan bahwa mentang-mentang
manusia dijadikan KhalifahNya oleh Allah, bukanlah berarti, bahwa dia telah
berkuasa pula sebagai Allah dan sama kedudukan dengan Allah; bukan !
Sebagaimana juga Abu Bakar sama kedudukan Abu bakar dengan Rasulullah.
Maka jika manusia menjadi Khalifah Allah, bukan berati manusia menjadi sama
kedudukan dengan Allah! Maka pengertian pengganti di sini harus diberi arti
manusia diangkat oleh Allah menjadi KhalifahNya. Dengan perintah-perintah
tertentu. Dan untuk menghilangkan kemusykilan dalam hati, kalau hendak dituruti
tafsir yang kedua, bahwa manusia adalah Khalifah Allah di muka burni, janganlah
dia dibahasa Indonesiakan, tetap sajalah dalam bahasa aslinya : Khalifah Allah !
Artinya: Dan(ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat."Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?"Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui ap yang tidak kamu ketahui."(Q.S. al-Baqarah
(2):30)
Kandungan surat al-baqarah ayat 30.
Sejak dulu manusia sudah diciptakan oleh Allah pada awalnya menjadi umat yang akan menjadi
pemimpin di surga. Manusia akan menjadi pemimpin malaikat dan syetan, akibatnya syetan
pun cemburu, dan berbuat murka dan tidak patuh terhadap Allah. Seiring berjalannya waktu,
Syetan pun berhasil mempengaruhi manusia untuk melanggar aturan dari Allah swt, sehingga
manusia dapat hukuman untuk diturunkan didunia.
Para malaikat khawatir, bahwa umat manusia (keturunan Adam) akan membuat kerusakan di
bumi. Padahal para malaikat merupakan makhluk yang selalu bertasbih, mensucikan Allah.
Ketidaktahuan para malaikat dan kekhawatiran para malaikat itu menjadi hilang setelah
mendapatkan penjelasan dari Allah bahwa Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui
oleh para malaikat.
a). Manusia berfungsi sebagai khalifah dimuka Bumi. Ayat ini menunjukan bahwa
khalifah adalah manusia sebagai mahluk Allah yang sempurna dan memiliki
potensi,diantaranya hawa nafsu,pendengaran,hati/perasaan,penciuman,akal
pikiran,mulut,tangan,dan kaki.
a. Adanya dialog antara Allah dan para malaikat perihal penciptaan manusia di bumi karena
adanya perbedaan pandangan, serta malaikat telah mengetahui ekeberadaan manusia di bumi
dan semuanya di bantah oleh Allah dengan perkataan "Sesungguhnya aku lebih mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.
b. Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah,
yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil manfaat, serta
mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud kedamaian dan kesejahteraan segenap
manusia.
c. Malaikat menyaksikan bahwa tugas kekalifahan tersebut dilaksanakan oleh manusia,
karena menurut malaikat dirinyalah yang lebih baik berhak memikul tugas tersebut dengan
bukti bahwa mereka tidak mempunyai nafsu, selalu bertasbih dan memuja Allah.
d. Kesangsian Malaikat akan diciptakannya manusia, memiliki alasan yang jelas, karena
malaikat khawatir jika nantinya manusia tidak menaati Allah, tidak pandai bertasbih, justru akan
menimbulkan kerusakan di muka bumi.
a. Senantiasa berbakti kepada Allah swt. dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
b. Selalu Menjunjung tinggi perdamaian dan persaudaraan.
c. Selalu Menjaga dan melestarikan bumi dari kehidupan yang dapat merusak penghuninya.
d. Selalu berkeinginan untuk meraih kehidupan yang lebih maju dengan cara yang baik dan benar.
(31) Dan telah diajarkan Nya kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia
kemukakan semua kepada Malaikat, lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepada Ku nama-nama itu
(32) Mereka menjawab : Maha suci Engkau ! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali yang
Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu lagi Maha
Bijaksana.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui
Dalam ayat ini Allah SWT menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakannya
kepada Nabi Adam as yang tidak pernah dikaruniakan Nya kepada makhluk-makhluk Nya yang
lain, yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk
mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada
keturunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi Adam dan
sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah SWT, melainkan hanyalah sekedar pertanyaan
untuk meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan, dan setelah mereka mengakui
kelemahan mereka, maka dengan rendah hati dan ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah,
Ini juga mengandung pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang
lebih banyak daripada makhluk Allah yang lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat
tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan serta kekuatan akal
dan daya pikir yang dimilikinya.