Kelas : I-3
Absen : 30
٤٩ : ﴾ َﻭﻟَ َﻘﺪْ ﺀَﺍ َﺗﻴْﻨَﺎ ُﻣﻮْ َﺳﻰ ْﺍﻟﻜِﺘٰﺐَ ﻟَ َﻌﻠَّ ُﻬﻢْ َﻳ ْﻬﺘَﺪ ُْﻭ َﻥ ﴿ﺍَ ْﻟﻤُﺆْ ِﻣﻨُﻮ َْﻥ
Artinya : “Dan sungguh, telah Kami anugerahi kepada Musa Kitab (Taurat),
agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk. “ (Q.S. al-Mu’minun [23]49 )
3. Pada mulanya beredar puluhan Injil, namun dalam Synodes (muktamar gereja-gereja) di
Nicaea, yaitu suatu tempat di Asia Kecil, dekat Konstantinopel pada tahun 325 M yang
diadakan oleh Kaisar Constantinus, diputuskan hanya empat injil yang sah.
1. Injil Matius karya Santo Matius yang disebut juga Lewi anak Alpius, seorang Yahudi
yang mula-mula bekerja sebagai pegawai pemungut pajak.
2. Injil Markus karya Markus bin Maryam. Sesungguhnya Markus adalah nama gelar,
sedangkan namanya sendiri adalah Yohana atau Yahya. Semula ia seorang beragama
Yahudi, kemudian masuk Kristen di tangan Petrus. Riwayat lain mengatakan bahwa
penulis Injil Markus adalah guru markus, ialah Petrus.
Markus adalah kemenakan dari Barnabas, yang juga penulis Injil. Berdua mereka
mengembara (untuk berdakwah) mengabarkan Injil ke Roma, Afrika Utara dan akhirnya
menetap di Mesir. Ia meninggal dunia karena dibunuh oleh para penyembah berhala
pada tahun 62 M.
Markus, menurut Ibnu Batrik yang juga penulis Masehi, tidak mengakui ketuhanan
Yesus. Pahamnya ini diikuti oleh pemeluk Nasrani di daerah dakwahnya seperti Afrika
Utara, Mesir, dan Habsy. Itulah sebabnya Najasi, Raja Habsyi pada masa Nabi
Muhammad saw. juga percaya sepenuhnya bahwa Isa anak Maryam bukanlah Tuhan,
melainkan nabi dan rosul sebagaimana nabi-nabi dan rosul-rosul Tuhan yang lain.
3. Injil Lukas dikarang oleh Lukas, seorang tabib kelahiran Antiokia, Yunani. Sumber lain
mengatakan, bahwa ia seorang tukang gambar. Ia murid Paulus, dan keduanya tidak
pernah bertemu dengan Yesus. Dengan demikian baik Yahya maupun Paulus bukanlah
murid Yesus.
4. Injil Yahya. Menurut Encyclopedia Britanica, Injil Yahya ditulis pada tahun 100 M dan
Kitab wahyunya tahun 96 M oleh seorang ketua Gereja bernama Yahya atau John the
Presbyter yang tinggal di Episus. Jelaslah bahwa Injil Yahya bukan karya Yahya bin
Zabid — Murid Yesus, sebab ia terbunuh pada tahun 70 M.
Ayo berlatih 2: Kitab suci Al-Qur’an
Jawaban
1. Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-Qur'an adalah
wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai
petunjuk bagi umat manusia.
2. Kitab Al-Qur'an memiliki beberapa pokok-pokok ajaran yg terkandung di dalam nya yaitu :
o Aqidah (keyakinan) contohnya seperti mengesahkan Allah SWT serta meyakini malaikat-
malaikat, kitab, dan para rasulnya.
o Akhlak (budi pekerti) mengajarkan cara berperilaku yg baik.
o Ibadah mengajarkan kita cara beribadah kepada Allah SWT.
o Muamalah Mengajarkan tentang tata cara berhubungan dengan sesama manusia.
o Tarikh (sejarah) kisah orang yg terdahulu contohnya kisah para nabi.
3. Pada tahap pertama, Allah menurunkan Alquran ke Lauh Mahfuzh. Kitab suci ini diturunkan ke
sana secara keseluruhan. Dalilnya adalah surah al-Buruj ayat 21-22. Artinya, “Bahkan yang
didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.”
Setelah di Lauh Mahfuzh, Alquran secara utuh diturunkan ke Baitul Izzah, yakni langit dunia
(samaaud dunya). Ini terjadi pada bulan suci. Ulama-ulama menyatakan, momen turunnya
Alquran itu berlangsung pada malam Jumat tanggal 17 Ramadhan.
Saat itu disebut pula sebagai Lailatul Qadr. Allah SWT memuji Ramadhan sebagai bulan turunnya
Alquran.
tibalah pada fase terakhir. Pada tahap ini, Alquran diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad SAW. Turunnya kitabullah ini terjadi secara berangsur-angsur, yakni dalam
kurun waktu sekitar 23 tahun. Dalil terkait hal itu adalah surah as-Syu’ara ayat 193-195.
Artinya, “Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar
engkau termasuk orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.”
4. Ulama-ulama menyatakan, momen turunnya Alquran itu berlangsung pada malam Jumat
tanggal 17 Ramadhan.
Saat itu disebut pula sebagai Lailatul Qadr. Allah SWT memuji Ramadhan sebagai bulan turunnya
Alquran. Lihat, misalnya, surah al-Baqarah ayat 185. Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan)
yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Lailatul Qadar yang dicari pada Ramadhan berbeda-beda berdasarkan beberapa riwayat. Satu
hadis menyatakan, “Maka carilah oleh kalian pada 10 malam terakhir (Ramadhan)” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Apabila tiba Lailatul Qadar, Jibril turun ke dunia bersama
kumpulan para malaikat dan akan berdoa bagi orang yang berdiri shalat malam dan duduk
mengingat Allah.”
5. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang menurunkan
Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya) (QS 15:9). Demikianlah Allah menjamin
keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-
Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh
manusia.
6. Proses turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW
Permulaan Wahyu
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata :
“Wahyu yang diterima oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan suatu mimpi
yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi
hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwat (‘uzlah). Beliau
melakukan khalwat di gua Hira’ – melakukan ibadah – selama beberapa malam, kemudian
pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.
Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran
di dalam gua Hira’. Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata, “Bacalah”. Beliau
menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
lebih lanjut : Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lemah sekali,
kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, “Bacalah”. Aku menjawab : “Aku tidak dapat
membaca”. Ia mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa tak berdaya sama
sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, “Bacalah”. Aku menjawab, “Aku tidak
membaca”.
Untuk ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian
aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah
menciptakan…. . Menciptakan manusia dari segumpal darah…….” dan seterusnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera pulang dalam keadaan gemetar sekujur
badannya menemui Khadijah, lalu berkata, “Selimutilah aku… selimutilah aku”. Kemudian beliau
diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu beliau berkata pada Khadijah, “Hai Khadijah,
tahukah engkau mengapa tadi aku begitu?” Lalu beliau menceritakan apa yang baru
dialaminya.Selanjutnya beliau berkata : “Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari
gangguan makhluk Jin).”
Siti Khadijah menjawab : “Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan
membuat anda kecewa. Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong
orang yang susah, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui
Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk
agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari
Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang telah lanjut usia dan kehilangan penglihatan.
Kepadanya Khadijah berkata :
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki saudaramu
(yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Waraqah bertanya kepada Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di gua Hira’. Setelah
mendengarkan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu
adalah Malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku
masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir
oleh kaummu! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah mereka akan mengusir
aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu
bawa kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu
hadapi itu, pasti kubantu kamu sekuat tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal
dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah tidak menerima wahyu.
Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Ada yang mengatakan tiga
tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang paling kuat adalah apa
yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahyu tersebut selama enam bulan. 1
Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Bukhari meriwayatkan sebuah riwayat dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara tentang
terhentinya wahyu. Beliau berkata padaku :
“Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala
kuangakat, ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat sedang duduk di kursi
antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukatakan padanya, “Selimutilah
aku…. Selimutilah aku…. Selimutilah aku!” Sehubungan dengan itu kemudian Allah berfirman,
“Hai orang yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-mu, sucikanlah
pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa…”(al-Muddatstsir) . Sejak itu wahyu mulai diturunkan
secara kontinyu