Anda di halaman 1dari 51

MATERI 1A

Isi Kandungan Surah An-Nasr

Surah An-Nasr menceritakan tentang kemenangan Nabi Muhammad saw. dan kaum
Muslimin pada menguasai kota Mekkah dengan damai. Nabi Muhammad saw. dan pasukan
Islam dari Madinah sangat disegani oleh orang kafir Mekkah yang duku memusuhinya. Semua
kemenangan itu berkat pertolongan dari Allah. Kaum Muslimin bersyukur aats nikmat Allah
yang besar ini dengan memanjatkan puji dan istighfar mohon ampunan.
Penduduk Madinah cukup ramah. Mereka membantu Nabi Muhammad saw. dan
pengikutnya. Orang Islam yang berpindah dari Mekkah disebut kaum Muhajirin. Sedangkan
orang Islam Madinah yang menolong disebut kaum Ansar. Mereka bersaudara hidup rukun
menjadi negara Islam yang dikepalai Nabi Muhammad saw.
Di Madinah, Nabi Muhammad saw. dan para sahabat menyiarkan agama Islam dengan
aman. Agama Islam berkembang dengan pesat sampai ke kota-kota sekitarnya. Tapi ternyata
penduduk Mekkah tetap saja menyembah berhala di sekeliling Ka'bah. Setelah beberapa tahun,
Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya menjadi rundu kota kelahirannya yaitu Mekkah. Mereka
ingin berkunjung ke tanah kelahirannya, menunaikan ibadah haji di Ka'bah serta ingin berziarah
ke makam orang tuanya di Mekkah.
Mendengar berita itu, orang kafir Mekkah bermaksud menghalang-halangi keinginan
Nabi Muhammad saw. dan para sahabat. Nabi Muhammad saw. mempersiapkan 10.000 prajurit
untuk merebut kota Mekkah dan Ka'bah. Para prajurit menuju Mekkah dengan membawa senjata
hanya untuk berjaga-jaga. Mereka tidak menhunusnya karena niatnya untuk melaksanakan
ibadah haji, bukan untuk berperang. Melihat tentara yang banyak, penduduk Mekkah ketakutan
dan minta ampun kepada Nabi. Mekkah terharu dan berbondong-bondong masuk agama Islam
secara suka rela. Sebelum Nabi dan para sahabat menunaikan haji, beliau memerintahkan prajurit
menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah. Orang Mekkah pun turut melakukan
ibadah haji. Setelah itu penduduk Mekkah tidak pernah lagi menyembah berhala. Agama Islam
berkembang pesat sampai sekarang.
Kemenangan ini berkat pertolongan Allah (Nasrullah). Kemenangan itu juga disebut
Fathu Makkah, artinya terbukanya kota Mekkah. Pantas saja jika surah ini disebut Surah An-
Nasr yang artinya pertolongan. Terhadap pertolongan ini Nabi dan sahabat mensyukuri dengan
banyak memuji, bertasbih kepada Allah. Serta mohon ampunan/membaca istighfar kepada Allah.
Karena sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima Taubat.
Dari kisah dalam Surah An-Nasr, ada hikmah bahwa orang yang bersabar dan mau
memaafkan pasti akan menang. Orang zalim pasti akan kalah. Segala nikmat adalah karunia dari
Allah yang harus disyukur dengan memuji-Nya, bertasbih dan istighfar.
Kita terharu dengan sifat Nabi Muhammad saw. yang memberi maaf kepada bekas
musuhnya. Berkat sifatnya itu, seluruh penduduk Mekkah akhirnya menjadi beragama Islam dan
bersahabat dengannya. Tidak ada lagu kekafiran di Mekkah setelah peristiwa itu. Semoga
kebahagiaan senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.

MATERI 1B
Isi Kandungan Surah Al Kautsar dan Al-Maun Tentang Kepedulian Sosial
Isi Kandungan Surah Al Kautsar dan Al-Maun Tentang Kepedulian Sosial

Surah Al-Kautsar
Terjemah surah
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.
Penjelasan surah
Surah al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, termasuk golongan surat-surat makiyyah. Surah ini
diturunkan oleh Allah menghibur  hati nabi Muhammad.
Adapun isi kandungan surah al- Kautsar sebagai berikut:
Ayat 1, menerangkan tentang Allah telah memberikan yang banyak kepada Nabi Muhammad
SAW. Nikmat yang banyak tersebut disebut Al-Kautsar.
Ayat 2, menerangkan tentang dua perintah kepada Nabi Muhammad saw., khususnya dan umat
Islam pada umumnya, yaitu melaksanakan sholat dan berqurban. Pelaksanaan dua perintah
tersebut sebagai bukti rasa syukur atas limpahan nikmat Allah swt. Yang begitu banyak
Ayat 3, menerangkan tentang  orang yang membenci Nabi Muhammad saw. Dan risalahnya akan
terputus dari rahmat-Nya. Dalam ayat ini terdapat lafal al-abtar. Menurut kebiasaan orang arab,
kata ini digunakan untuk menyebut orang yang tidak memiliki anak laki-laki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa isi kandugan surah al-Kautsar menjelaskan
bahwa Allah mengnugerahkan nikmat yang berlimpah kepada nabi muhammad, sehingga Allah
memerintahkan untuk bersyukur denga mendirikan salat dan berkurban penuh keikhlasan.Orang-
orang yang membenci Nabi Muhammad tidak akan mendapat kebaikan dunia dan akhirat, dia
benar-benar orang yang merugi. 

Surah Al-Maun
Terjemah surah
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna
Penjelasan surah
Ayat1-3 menjelaskan tentang pendusta agama yaitu orang yang menghardik ( menyia-nyiakan)
anak yatim dan enggan memberi makan kepada orang miskin.
Ayat 4-7 menjelaskan tentang orang-orang yang melaksanakan salat tetapi mendapat celaka.
Kecelakan disebabkan karena mereka lalai atau mengabaikan waktu salatnya. Orang yang
melalaikan salatnya termasuk pendusta agama.
Juga menjelaskan tentang  ria, yaitu orang-orang yang berbuat baik karena ingin memperoleh
pujian dan sanjungan dari orang lain  bukan ikhlas karena Allah.  Al- Ghazali  dalam
menjelaskan  ria terjadi  jika seseorang menampilkan amal dalam bentuk ibadah dengan tujuan
supaya diperhatikan oleh orang lain, sehingga ia mendapat tempat di dalam hatinya.
Orang yang ria termasuk pendusta agama  karena pernbuatan itu menyekutukan Allah. 
Ayat 7, mnerupakan salah satu ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir yaitu 
enggan memberi bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap agama.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa surah al- Ma’un menjelaskan tentang sifat
manusia yang dipandang oleh Allah sebagai pendusta agama, yaitu:
a. Orang-orang yang menghardik anak yatim
b. Enggan memberi bantuan kepada orang lain lain yang sangat membutuhkan bantuannya.
c. Orang yang enggan member makan kepada fakir miskun.
d. Orang yang lalai dalam salat dan ria.
Pengertian menghardik anak yatim ada dua kategori yaitu menghardik secara verbal dan
menghardik secara non verbal. Menghardik secara verbal yaitu menghardik dengan ucapan-
ucapan yang kasar, sedangkan menghardik yang bersifat nonverbal misalnya bertutur kata
lembut dengan anak yatim , tetapi tidak  memberikan makan dan pakaian yang dan pendidikan
yang layak bagi mereka. 
Para pelaku kesewenang-wenangan terhadap yatim, akan mendapatkan balasan dari Allah swt.
antara lain, ditegaskan di surah an-Nisaa’ ayat 10. Allah mengganjar mereka yang memakan
harta yatim secara lalim, sebenarnya menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala neraka.
Artinya, “ Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api
yang menyala-nyala (neraka).”
Kedua, menghina anak yatim sama saja dengan menempuh jalan ke neraka. Karena, dengan
menyakiti hati anak yatim, apa pun doa anak yatim akan dikabulkan oleh Allah swt. “Doa baik
dan buruk dari yatim akan dikabulkan oleh Allah.,”

MATERI 2
Tafsir Surat Al ‘Adiyat: Manusia yang Begitu Cinta Harta
Manusia begitu ingkar pada nikmat Rabbnya. Mereka amat cinta pada harta dan bersikap pelit.
Kelak semua itu akan ditampakkan oleh Allah dan akan dibalas. 
Allah Ta’ala berfirman,
ْ ‫) فَ َو َس‬4( ‫) فَأَثَرْ نَ بِ ِه نَ ْقعًا‬3( ‫ص ْبحًا‬
‫) إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ لِ َربِّ ِه‬5( ‫طنَ بِ ِه َج ْمعًا‬ ُ ‫ت‬ ِ ‫) فَ ْال ُم ِغي َرا‬2( ‫ت قَ ْدحًا‬ ِ ‫) فَ ْال ُم‬1( ‫ض ْبحًا‬
ِ ‫وريَا‬ َ ‫ت‬ ِ ‫َو ْال َعا ِديَا‬
( ‫ُور‬
ِ ‫ص َل َما فِي الصُّ د‬ ِّ ‫) َو ُح‬9( ‫ُور‬ ِ ‫) أَفَاَل يَ ْعلَ ُم إِ َذا بُ ْعثِ َر َما فِي ْالقُب‬8( ‫) َوإِنَّهُ لِحُبِّ ْال َخي ِْر لَ َش ِدي ٌد‬7( ‫ك لَ َش ِهي ٌد‬
َ ِ‫) َوإِنَّهُ َعلَى َذل‬6( ‫لَ َكنُو ٌد‬
)11( ‫) إِ َّن َربَّهُ ْم بِ ِه ْم يَوْ َمئِ ٍذ لَ َخبِي ٌر‬10
“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah dan kuda yang mencetuskan
api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Sesungguhnya
manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya, dan sesungguhnya manusia
itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya
kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur,  dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada? Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu
Maha Mengetahui keadaan mereka.” (QS. Al ‘Adiyat: 1-11)

MATERI 3A
Hukum Idzhar Halqi
Pengertian Idzhar Halqi
Idzhar Halqi merupakan salah satu cabang /bagian dari Hukum Izhar yang terdapat dalam Ilmu
Tajwid. Idzhar mempunyai makna terang atau jelas. Disebut Izhar Halqi hal ini disebabkan oleh
makhraj dari huruf-huruf tersebut keluarnya dari dalam tenggorakan (halq).
Hukum Idzhar Halqi ini berlaku bila terdapat Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬ataupun juga  tanwin (dhomah
tanwin (‫)ـٌــ‬, kasroh tanwin (‫ )ـٍـــ‬dan fathah tanwin (‫)ـًــ‬/ sesudahnya  bertemu dengan huruf-huruf
= Alif (‫)ا‬, ‘Ain (‫)ع‬, Ghain (‫)غ‬, Ha (‫)ح‬, Kha (‫)خ‬, Ha’ ( ‫)ﮬ‬  dan Hamzah  ( ‫ ) ء‬, akan tetapi nun
ْ ataupun juga tanwin   ‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ـًـــ‬  jarang sekali ketemu dengan huruf hijaiyzah
mati ( ‫ن‬ )
Hamzah ( ‫) ء‬, namun huruf Hamzah ini merupakan salah satu bagian dari huruf Idzhar Halqi.

Cara membaca Idzhar Halqi


Cara membaca Idzhar Halqi  adalah wajib  terang/jelas, dan tidak boleh dengan berdengung.
Contoh  Hukum Izhar Halqi :
1.  Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf Alif (‫)ا‬:
Contohnya :
‫َم ْن اُوْ تِ َي‬ = man uutiya
‫عَا ٍداَخَاهُ ْم‬ = ‘aadin akhaahum
‫ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬ = kufuwan ahadun
‫َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم‬ = ‘adzaabun aliimun
Contoh Idzhar Halqi dalam Al Qur’an Untuk Huruf Alif
َ َ‫ق ِإ َذا َوق‬
‫ب‬ ٍ ‫َو ِمن َش ِّر غَا ِس‬ = waminng syarri ghoosiqin idzaa waqoba
Contoh di atas terdapat dalam Al Qur’an surat Al ‘Falaq ayat yang ke-3, yaitu kasroh tanwin dan
ketemu dengan huruf alif (hamzah), cara membacanya yaitu terang /jelas yaitu qin (ghoo siqin
idzaa).
‫َو ِمن َش ِّر َحا ِس ٍد إِ َذا َح َس َد‬ = waminng syarri haasidin idzaa hasada
Dan itu terdapat pada Surat Al Falaq ayatu ke -5,  yaitu kalimat haa sidin idzaa hasada (nah yang
mempunyai warna merah tersebut adalah idzhar halqi: kasroh tanwin bertemu dengan huruf alif).

2.  Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf Ha (‫)ح‬:
Berikut contohnya:
ُ ‫ِم ْن َحي‬
‫ْث‬ = min haitsu
َُ‫لِ َم ْن َحوْ له‬ = liman haulahu
ُ‫ق ِح َسابِيَة‬ ٍ ‫ُم‬‫اَل‬ = mulaqin hisaabiyatu
‫َعطَا ًء ِح َسابًا‬ = ‘athooan hisaban

Contoh Dalam Al Qur’an


ْ‫ َوا ْن َحر‬ ‫ك‬ َ َ‫ف‬
َ ِّ‫ص ِّل لِ َرب‬ = fasholli lirobbika wanhar
Untuk contoh tersebut diatas yaitu teradapat dalam Surat Al Kautsar ayat 2, pada
kata wanhar tersebut merupakan huruf Idzhar Halqi sebab ada nun mati yang bertemu dengan
huruf hijaiyah Ha (‫)ح‬, dan ini waiib dibaca dengan terang kepada huruf nunnya yaitu WAN.
3. Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf Kho (‫)خ‬:
Contohnya :

‫ت‬ ْ َ‫َم ْن خَ ف‬ = man khoffat


ِ َ‫َكا ِذبَ ٍة خ‬
‫اطئَ ٍة‬ = kaadibatin khoothiatin
‫نِدَا ًءخَ فِيًا‬ = nidaa an khofiyan
ٌ‫اس َرة‬ ً
ِ َ‫اِذا َك َرةٌ خ‬ = idzaa karrotun khoosirotun
Berikut contoh dalam Al Qur’an:
ٍ ۭ ْ‫ُوع َو َءا َمنَهُم ِّم ْن خَ و‬
‫ف‬ ْ َ‫ى أ‬
ٍ ‫ط َع َمهُم ِّمن ج‬ ٓ ‫ٱلَّ ِذ‬= Alladzii ath’amahum min juu’I wa aamanahum min
khouf
Contoh idzhar halqi dalam surat Al Quraisy ayat ke-4, MinKhouf dikatakan idzhar halqi karena
adanya nun mati yang bertemu dengan huruf hijaiyah Kho (‫)خ‬, Cara membacanya adalah ejelas
kepada nun,
4. Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf ‘Ain (‫)ع‬:
ِ‫ِم ْن ِع ْن ِد هللا‬ = min ‘indillahi
‫ق َع ِظي ٍْم‬ ٍ ُ‫ُخل‬ = khuluqin ‘adhiimin
‫ق‬ٍ َ‫طَبَقَا َع ْن طَب‬ = thobaqon ‘anng thobaqin
‫َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ = samii’un ‘aliimun
Contoh Dalam Al Qur’an
ِ ‫ص ٰ َرطَ ٱلَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْٱل َم ْغضُو‬
َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل ٱلضَّٓالِّين‬ ِ
Pada Qur’an Surat Al Fatihah Ayat Ke – 7 terdapat kata kata an’Amta, dan ini termasuk Idzhar
Halqi, karena ada huruf nun mati yang bertemu dengan huruf ‘Ain. Ini hrus dibaca dengan jelas
dan terang antara An dan Amta

5. Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf Ghoin (‫)غ‬:
Contohnya :
‫ِم ْن ِغ ْسلِي ٍْن‬ = min ghisliinin
ٌ‫َع َذابٌ َغلِيْظ‬ = ‘adzaabun gholiidhun
ُ‫قَوْ ًما َغ ْي َرك ْم‬ = qouman ghoirrokum
َ ْ
‫اِن يَكن غنِيًا‬ ُ ْ = in yakun ghoniyyan
Contoh Dalam Al Qur’an
‫ت فَلَهُ ْم أَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمنُو ٍن‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬ ۟ ُ‫إاَّل ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ
Dari Surat At Tin ayat ke-6 di atas, terdapat Idzhar Halqi yaitu pada ajrun ghoiru, karena
ada fahtah tanwin bertemu dengan huruf ghoin ( ‫)غ‬, dan untuk membacanya nun matu harus jelas
yaitu aj RUN ghoiru.
6. Nun mati ( ْ‫ )ن‬atau tanwin (‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ )ًـــ‬bertemu dengan huruf HA (‫)ه‬:
Contohnya :
َ‫االبُطُوْ ن‬ ْ َ‫ِم ْنه‬ = minhumal buthuna
َ َ‫لَ ُك ُم ااْل َ ْنه‬
‫ار‬ = lakumul anhaara
‫ُك ُل َش ْي ٍءهَا‬ =kullu syaiinhaa
‫قَالُوااَ َولَ ْم نَ ْنهَا‬ =qaaluu awalam nanhaa

Contoh Idzhar Halqi di Al Qur’an untuk Huruf Ha


‫ب‬َ ‫ َمالُهُ َو َما َك َس‬ ُ‫ َع ْنه‬ ‫َمآأَ ْغنَى‬
Pada surat Al Lahab ayat 2 di atas terdapat  kata ‘anhu  adalah termasuk ke dalah idzhar halqi,
sebab ada nun mati ketemu dengan huruf HA (‫)ھ‬. Cara membacanya adalah jelas kepada huruf
nun ‘ANHU.

MATERI 3B
Hukum Ikhfa
Pengertian Ikhfa’
Ikhfa’ bila dilihat berdasarkan asal hurufnya [harfiah /etimologi] mempunyai
arti menyembunyikan atau bisa juga berarti menyamarkan.
Di dalam ilmu tajwid. apabila ada Nun disukun (  ْ‫ن‬ ) dan juga tanwin ( ‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫) ـًـــ‬, baik itu fathah
tanwin, kasrah tanwin dan juga dhomah tanwin kemudian dibelakangnya terdapat  huruf hijaiyah
yang berjumlah 15 (lima belas) maka hukumnya adalah ikhfa’ haqiqi.  Ikhfa Haqiqi maknanya
adalah menyamarkan /menyembunikan huruf Nun Sukun (  ْ‫ن‬ ) ataupun juga tanwin (fathah
tanwin ( ‫)ـٌـــ‬, kasrah tanwin ( ‫)ـٍـــ‬, dhomah tanwin ‫ـًـــ‬ ) masuk ke dalam huruf hijaiyah yang berada
di belakangnya (sesudahnya). Huruf hijaiyah tersebut ada 15 huruf  di bawah ini, yaitu :
‫ت – ث – د – ذ – ز – س – ش – ص – ض – ط – ظ – ف – ق – ك‬.
Ke-15 huruf hijiayiah di atas tersebut tidak mengandung tasydid dan kita harus membacanya
dengan dengung [ghunnah].
Cara membaca ikhfa’ haqiqi yaitu dengan cara  mengeluarkan suara ‫ ْن‬atau ‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ ـًـــ‬dari dalam
rongga hidung sampai dengan terlihat samar atau bisa juga menjadi suara “NG” atau “N” ,
sesudah itu disambut dengan dengung sepanjang 1 – 1 1/2 Alif atau bisa kurang lebih  2 – 3
harakat, kemudian setelah itu barulah  masuk untuk membaca huruf sesudah nun mati ataupun
tanwin tersebut.
Sebagai contoh :‫ِمن ُدونِ ِه َما‬
Minnnn . . duunihimaa atau Minnnngduunihimaa
Kunci dalam menghapal 15 huruf hijaiyah yang termasuk Ikhfa Haqiqi
Untuk dapat dengan mudah mengingat 15 (lima belas) huruf Ikhfa Haqiqi. kunci utamanya yaitu
kita cukup dengan mengapalkan huruf-huruf hijaiyah pada di Hukum Idgham
Bilaghunnah, Idgham Biggunnal (Ma’al Ghunnah), Iqlab, dan juga Izhar Halqi.  Apabila huruf-
huruf tersebut tidak terdapat di dalam hukum-hukum tersebut, maka otomatis  sisanya masuk ke
dalam hukum ikhfa Haqiqi.  Silahkan perhatikan gambar huruf-huruf hijaiyah di bawah ini :
Contoh Hukum Ikhfa
 ‫– ِم ْن تَحْ تِهَا‬ ‫ت‬ = Minngtahtihaa
‫– ما َ ًءثَ َجاجًا‬ ‫ث‬ = Maa anngtsajaajan
‫– اَ ْن َج ْينَا ُك ْم‬ ‫ج‬ = anngjainaakum
ٌ‫ان دَانِيَة‬ ٌ ‫قِ ْن َو‬ –  ‫د‬ = qinngdaaniyatun
‫– َم ْن َذاالَ ِذي‬ ‫ذ‬ = manngdzalladii
‫ز– يَوْ َمئِ ٍذ ُزرْ قًا‬ = yaumaidzinng zurqan
َ‫– اِنَ ااْل ِ ْن َسان‬ ‫س‬ = innalinngsaana
‫– َع َذابٌ َش ِد ْي ٌـد‬ ‫ش‬ =’adzaabunng syadiidun
  َ‫اصالِ ِح ْين‬ َ ‫– قَوْ ًم‬ ‫ص‬ =qoumanng shoolihiina
ٌ‫اح َكة‬ ِ ‫ض‬ َ ٌ‫– ُم ْسفِ َرة‬ ‫ض‬ = musfirotunng dloohikatun
‫ق‬ ُ ‫– َو َمايَ ْن ِط‬ ‫ط‬ = wa maa yanngthiqu
‫– َع ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم‬ ‫ظ‬ = ‘anngdhuhuurihim
‫– ُع ْم ٌي فَهُ ْم‬ ‫ف‬ = ‘umyunng fahum
‫– ِر ْزقًاقَالُوْ ا‬ ‫ق‬ = rizqonngqooluu
‫– َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا‬ ‫ك‬ = minngkaana yarjuu

Contoh Ikhfa’ Haqiqi Dalam Al Al Qur’an


Sebagai contoh penerapan ikhfa’ haqiqi dalam Al Qur’an adalah dalam adalah sebagai berikut :
1. Huruf  ‫د‬ [da] terdapat dalam Al Qur’an Surat Ar-Rahman : 62 sebagai berikut :
ِ ‫= َو ِمن ُدونِ ِه َما َجنَّت‬waminng duunihimaa jannataan
‫َان‬
 
2. Huruf   ‫ذ‬  [dza] terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Lahab ayat 3 sebagai berikut :

3. Huruf ‫ت‬  [ta] terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Zalzalah ayat 4 sebagai berikut :
MATERI 4
SESUNGGUHNYA AMAL TERGANTUNG NIAT

‫(( إِنَّ َمـا‬: ‫صـلَّى هللاُ َعلَيْـ ِه َو َسـلَّ َم يَقُـوْ ُل‬


َ ِ‫ْت َر ُسـوْ َل هللا‬ ُ ‫ َسـ ِمع‬: ‫ـال‬ َ َ‫ضـ َي هللاُ َع ْنـهُ ق‬
ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ص ُع َمـ َر ْب ِن ْال َخطَّا‬ ٍ ‫أَ ِمي ِْر ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ أَبِ ْي َح ْف‬ ‫ع َْن‬
‫َت ِهجْ َرتُـهُ لِـ ُد ْنيَا‬
ْ ‫ َو َم ْن َكان‬،‫َت ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه‬
ْ ‫ فَ َم ْن َكان‬. ‫ئ َما ن ََوى‬ ِ ‫ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
ٍ ‫ت َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِر‬
‫ رواه البخاري مسلم‬.))‫ص ْيبُهَا أَوْ ا ْم َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر ِإلَ ْي ِه‬ ِ ُ‫ي‬ 

Terjemah hadits:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob rodiallohuanhu, dia berkata: Saya
mendengar Rosululloh alaihisolatu wassalam bersabda :
"Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya  karena (ingin mendapatkan
keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan
siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. “ (H.R. Bukhori
no:01 dan Muslim no:1907)
Adapaun secara syara’ bahwa niat adalah keinginan kuat untuk melakukan ibadah sebagai bentuk
mendekatkan diri kepada Alloh ta’ala.
Di dalam syari’at niat itu mempunyai dua pembahasan:
Niat ikhlas dalam beramal hanya untuk Alloh ta’ala semata, dan tentang hal ini biasanya di bahas
oleh ulama-ulama tauhid dan akhlak serta ulama-ulama tazkiyah (penysucian diri)
Niat membedakan ibadah-ibadah antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lainnya, dan
biasanya hal ini di bahas oleh ulama-ulama ahli fiqih.
Imam ibnu daqiq rohimahulloh berkata: “Kalimat { ‫إِنَّ َما‬ }berfungi sebagai (‫الحصر‬ ) yaitu:
pembatasan dan maksudnya ialah menetapkan hukum yang telah di sebutkan dan meniadakan
hukum selainnya (yang tidak disebut).” Imam An-nawawi rohimahulloh berkata:” Jumhur ulama
dari ahli bahasa dan ushul serta selain mereka berkata: lafadz { ‫إِنَّ َما‬ }berpungsi sebagai
pembatasan yaitu menetapkan yang disebutkan dan meniadakan yang tidak disebutkan.” jadi
maksud {‫ت‬ِ ‫}إِنَّ َما ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬yaitu: sah atau tidaknya amal perbuatan suatu ibadah itu tergantung
pada niatnya, Imam An-nawawi rohimahulloh berkata:” Sesungguhnya amal perbuatan itu diberi
pahala berdasarkan niat dan tidak akan diberi pahala jika (amal perbuatan tersebut tanpa niat.”
Imam ibnu daqiq al-ied rohimahulloh mengatakan:” Yang di maksud dengan amal di sini adalah
semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat
maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam.”
Selanjutnya {‫ئ َما نَ َوى‬ ٍ ‫ ”} َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِر‬Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan
apa yang dia niatkan.” Mengandung konsekwensi bahwa barangsiapa yang berniat akan sesuatu
tertentu niscaya ia akan mendapatkan apa-apa yang ia niatkan dan setiap apa-apa yang ia tidak
niatkan berarti ia tidak mendapatkannya. Karenaya hadits ini merupakan tolok ukur amal
perbuatan hati atau batin sedangkan tolok ukur amal perbuatan dzohir adalah hadits berikut:
َ ‫ْس َعلَيْـــ ِه أَ ْم ُرنَـــا فَه‬
))‫ُـــو َر ٌّد‬ َ ِ‫أَ َّن َر ُســـوْ َل هللا‬  ‫ضـــ َي هللاُ َع ْنهَـــا‬
َ ‫صـــلَّى هللاُ َعلَيْـــ ِه َو َســـلَّ َم قَـــا َل (( َم ْن َع ِمـــ َل َع َماًل لَي‬ ِ ‫ َر‬ َ‫ع َْن عَائِ َشـــة‬.

Dari Aisyah rodhiallohu anha bahwa Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
((Barangsiapa berbuat dengan suatu amalan yang bukan termasuk ke dalam perkara agama kami
maka ia tertolak)) (H.R.Bukhori dan Muslim)
dan hadits mulia ini sebagai tolok ukur amalan ibadah yang dzohir, oleh karenanya para ulama
berkata:” Dua hadits ini telah mencakup seluruh perihal agama.”
Kemudian Rosululloh memberikan contoh realisasi hadits ini pada hijroh seseorang:
(( ‫ص ْيبُهَا أَوْ ا ْم َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َمــا‬
ِ ُ‫َت ِهجْ َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي‬
ْ ‫ َو َم ْن َكان‬،‫َت ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه‬
ْ ‫فَ َم ْن َكان‬
‫َاج َر إِلَ ْي ِه‬
َ ‫)) ه‬
“Siapa yang hijrahnya  karena (ingin mendapatkan keridhaan) Alloh dan Rosul-Nya, maka
hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang
dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai
sebagaimana) yang dia niatkan.”

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits:


Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya amal ibadah dan amal ibadah tidak akan
mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Alloh ta’ala).
Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati dan bukan di
lafadzkan karena hal itu merupakan perbuatan bid’ah.
Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Alloh ta’ala dituntut pada semua amal shaleh
dan ibadah.
Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan
Alloh maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan
pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan
dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Wajib memperhatikan kebeningan hati dari dosa-dosa dan maksiat serta menghindari riya
ataupun mengharapkan pujian orang terhadapnya dan juga beramal karena mengharapkan
kesengangan dunia belaka.
Hadits ini menunjukkan tidak sahnya sebuah amal ibadah yang dilakukan tanpa disertai niat
Kadar pahala yang didapat seorang yang beramal bergantung pada benarnya niat
Pada haditsi ini terdapat keteladanan Nabi Shalallahu alaihi wa salam dalam mengajar, dimana
beliau membuat perumpamaan dari apa yang beliau katakan sebelumnya. Dengan harapan apa
yang beliau sampaikan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh para sahabat. Sehingga
selayaknya bagi kiat meniru pengajaran beliau shalallahu alaihi wa salam dalam majelis ilmu
atau tempat-tempat lainnya.
Hadits ini menjelaskan pula keutamaan hijrah kepada Allah dan Rasul-nya.
Sesungguhnya setiap insan akan diberi pahala, atau mendapat dosa dari apa yang dia lakukan
bergantung pada niatnya. Jika niatnya benar sesuai apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya
maka dia akan mendapat pahala, jika niatnya buruk maka baginya dosa. Semoga Allah
melindungi kita dari buruknya niat
Sesungguhnya amalan yang mubah bisa menjadi sarana untuk mendapatkan pahala manakala
dilakukan dengan niat yang baik, semisal makan, pada asalnya makan adalah perkara yang
mubah, tidak diberi pahala dan juga mendapat dosa orang yang melakukannya, akan tetapi jika
makan diniatkan untuk menjaga kesehatan tubuh agar mampu melakukan amal ketaatn berupa
sholat, maka makan dalam hal ini adalah amalan yang berpahala. Allahu a’lam
Terkadang sebuah amalan merupakan sebab seseorang mendapatkan pahala, namun disaat yang
lain merupakan sebab mendapatkan dosa. Missal seorang yang menuntut ilmu ikhlas karena
Allah dalam rangka menghilangkan kebodohan dan beramal dengan ilmu, maka baginya pahala.
Akan tetapi jika mencari ilmu untuk berbangga hati dengan  ilmunya atau merendahkan orang
awam, maka baginya dosa disebabkan buruknya niat
Fungsi niat adalah membedakan antara amal ibadah satu dengan amal ibadah yang lainnya dan
membedakan amal ibadah dengan adat kebiasaan.

Sekian apa yang bisa saya sampaikan. Segala kekurangan yang terdapat pada tulisan ini berasal
dari saya pribadi dan juga godaan syaitan, adapun kebenaran berasal dari Allah dan Rasul-Nya.
Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihaa
MATERI 6
AL-LAHAB (GEJOLAK API) - MAKKIYAH
Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat
Al Fath. Nama Al Lahab diambil dari kata Al Lahab yang terdapat pada ayat ketiga surat ini
yang artinya gejolak api. Surat ini juga dinamakan surat Al Masad.
Pokok-pokok isinya:
Cerita Abu Lahab dan isterinya yang menentang Rasul s.a.w. Keduanya akan celaka dan masuk
neraka. Harta Abu Lahab, tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-
usahanya.
AL LAHAB (GEJOLAK API)
SURAT KE 111 : 5 ayat
JUZ 30

Latin / Bacaan Al Lahab Dalam Bahasa Indonesia


1. Tabbat(s) yada abii lahabiw watab
2. Ma aghna 'anhu maluhu wama kasab
3. Sayashlaa naron dzata lahab
4. Waimroatuhu hammalatal hathob
5. Fii jiidiha hablum mim masad
Arti / Terjemahan Al Lahab Dalam Bahasa Indonesia
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa .
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar .
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
ISI KANDUNGAN Q.S.AL-LAHAB
1. urat Al lahab terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan
setelah surat Al Fath. Dinamakan “ Al Lahab” karena diambil dari kata “ Lahab” yang terdapat
pada ayat ketiga yang artinya “ gejolak api”. Surat ini juga dinaman “ Al Masad”
2. Pokok-pokok isi kandungan surat yaitu cerita Abu Lahab dan istrinya yang menentang
Rasulullah SAW. Keduanya akan celaka dan akan masuk kedalam Neraka. Harta Abu Lahab, tak
berguna untuk keselamatannya demikin pula segala usaha-usahnya.

MATERI 5
HADIS TENTANG TAQWA
َ َّ‫ق الن‬
‫اس‬ ِ ِ‫ق هللاَ َح ْيثُ َما ُك ْنتَ َوأَ ْتبِ ِع ال َّس ْيئَةَ ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َوخَال‬
ِ َّ‫ اِت‬.‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ع َْن أَبِى َذرٍّ َر‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
)‫( َر َوهُ التِّرْ ِم ِذى‬.‫ق َح َس ِن‬ٍ ُ‫بِ ُخل‬
 Artinya:”Dari Abu Dzar r.a. berkata Rosululloh Saw. Bersabda: “Takutlah engkau kepada Alloh
dimana saja engkau berada dan ikutilah kejelekan dengan perbuatan yang baik, niscaya hal itu
akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)
Hadis adalah perkataan, perbuatan, serta ketetapan Nabi Muhammad Saw. Takwa menurut
bahasa artinya takut, sedangkan menurut istilah syariah adalah menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Takwa bertujuan untuk menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.
‫ع َْن‬ Dari َ‫ال َّس ْيئَة‬ Keburukan
َ َ‫ق‬
‫ال‬ Berkata َ‫ْال َح َسنَة‬ Kebaikan

ِ َّ‫اِت‬
‫ق‬ Bertakwalah ‫تَ ْم ُحهَا‬ Menghapuskannya
‫َح ْيثُ َما‬ Di manapun ‫ق‬
ِ ِ‫خَال‬ Bergaullah
َ‫ُك ْنت‬ Kamu berada َ َّ‫الن‬
‫اس‬ Manusia
‫َو‬ Dan ٍ ُ‫بِ ُخل‬
‫ق‬ Dengan akhlak
‫أَ ْتبِ ِع‬ Ikutilah ‫َح َس ِن‬ Yang baik

Seseorang yang menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, harus memperhatikan hal-hal
berikut:
       1.       Selalu bertakwa kepada Alloh Swt.
       2.       Mengikuti, menutup dan menghilangkan kejelekan dengan amal kebaikan
      3.        dengan manusia dengan akhlak yang baik dan mampu mempraktekan akhlak    islami
dalam pergaulan sehari- hari.
Sikap dan perilaku orang yang bertakwa antara lain:
        1.       Yakin terhadap rukun iman dan melaksanakan rukun islam
        2.       Bergaul dengan akhlak yang terpuji;
        3.       Menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya;
        4.       Jika berbuat kesalahan segera minta maaf dan bertaubat;
        5.       Menjaga kehormatan diri dan agama.
MATERI 9

Hukum Tanwin dan Nun Mati (Bacaan Idhar, Idgham, Iqlab, Ikhfa’)

Hukum Tanwin dan Nun Mati: Idhar, Idgham bi Ghunnah, Idgham Bilaa Ghunnah, Iqlab,
dan Ikhfa’.
Yang dinamakan Tanwin adalah Nun mati yang terletak pada akhir isim dimana Nun tersebut
tampak ketika diucapkan dan tidak tampak ketika ditulis dan juga ketika waqaf/berhenti.
Contohnya: ‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫ َس ِم ْيعًا ب‬, ‫َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Yang dinamakan Nun Mati adalah Nun yang mati dan tetap tampak, baik ketika diucapkan,
ketika ditulis, maupun ketika waqaf. Sama halnya ketika Nun mati tersebut berada pada huruf,
isim, dan fi’il.
contoh: ‫ ع َْن‬,ُ‫ اَ ْنهَار‬, ‫ص ُْن‬
ُ‫سةٌ تُبَيَّن‬ َ ‫س ُكنُ ۞ ِع ْن َد ا ْل ِه َجا ِء َخ ْم‬ ْ َ‫أَ ْح َكا ُم تَ ْن ِو ْي ٍن َونُ ْو ٍن ت‬
Hukumnya tanwin dan nun mati ketika bertemu salah satu dari huruf Hijaiyyah yang 28 (Alif,
Ba’, Ta’ Tsa’, Jim, ha’, Kho’, dal, dzal, ro’, za’, sin, syin, shod, dhot, tho’, dho’, ‘ain, ghoin, fa’,
qof, kaf, lam, mim, nun, wawu, ha’, dan ya’ / ,‫ ع‬,‫ ظ‬,‫ ط‬,‫ ض‬,‫ ص‬,‫ ش‬,‫ س‬,‫ ز‬,‫ ر‬,‫ ذ‬,‫ د‬,‫ خ‬,‫ ح‬,‫ ج‬,‫ ث‬,‫ ت‬,‫ ب‬,‫ا‬
‫ ي‬,‫ ه‬,‫ و‬,‫ ن‬,‫ م‬,‫ ل‬,‫ ك‬,‫ ق‬,‫ ف‬,‫غ‬ ) itu ada 5 hukum bacaan. Semuanya akan diterangkan dibawah ini
– Insyaaallah…
‫ب َوااْل ِ ْخفَا َر َو ْوا‬ ُ ‫اِ ْظ َها ُر ا ْد َغا ٌم َم َع ا ْل ُغنَّ ِة أَ ْو ۞ بِ َغ ْي ِرهَا َوا ْلقَ ْل‬
Lima hukum bacaan tersebut adalah:
1. Idhar: Mengeluarkan huruf dari mahrajnya tanpa berdengung
2. Idgham ma’al Ghunnah: Memasukkan huruf yang pertama pada huruf yang kedua seolah-
olah menjadi satu kesatuan huruf yang di tasydid dan disertai dengan berdengung
3. Idgham bilaa Ghunnah: Idgham tanpa berdengung (sama seperti yang no.2 tapi dengan cara
tanpa berdengung )
4. Iqlab: Mengganti tanwin dan nun mati dengan mim
5. Ikhfa’: menyamarkan bacaan antara idhar dan idgham tanpa tasydid dan disertai berdengung.
‫فَا ْظ ِه ْر لَ ٰدى َه ْم ٍز َوهَا ٍء َحا ِء ۞ َوا ْل َع ْي ِن ثُ َّم ا ْل َغ ْي ِن ثُ َّم ا ْل َخا ِء‬
Ketika ada tanwin atau nun mati bertemu dengan salah satu huruf halaq yang jumlahnya ada 6
(hamzah, ha’, ha’, kha’, ‘ain, dan ghain / ‫ غ‬,‫ ع‬,‫ خ‬,‫ ح‬,‫ ھ‬,‫ء‬ ), maka wajib dibaca idhar.
Contoh:
No. Lafadh Bacaan Sebab

nun mati bertemu dengan


1. َ‫ُك ٌّل ٰا َمنَ – يَ ْنئَوْ ن‬ Idhar hamzah (‫)ء‬

Tanwin dan nun mati


2. ‫قَوْ ٍم هَـا ٍد – اَ ْنهَـا ٌر‬ –”– bertemu dengan ha’ (‫)ھ‬

3. ‫َجنَّ ٍة عَالِيَ ٍة – ِم ْن ِع ْل ٍم‬ –”– Tanwin dan nun mati


bertemu dengan ‘ain (‫)ع‬

Tanwin dan nun mati


4. ‫َز ْي ٌز َغفُوْ ٌر – ِم ْن ِع ْل ٍم‬
ِ ‫ع‬ –”– bertemu dengan ghain (‫)غ‬

Tanwin dan nun mati


5. ْ‫َح ِم ْي ٌم َح ِم ْي ًما – َوا ْن َحر‬ –”– bertemu dengan ha’ (‫)ح‬

Tanwin dan nun mati


6. ‫نِدَا ًء َخفِيًّا – ِم ْن خَ ي ٍْر‬ –”– bertemu dengan kha’ (‫)خ‬
‫َوا ْد ِغ ْم ِب ُغنَّ ٍة بِيَ ْن ُم ْو اَل اِ َذا ۞ َكانَا ِب ِك ْل َم ٍة َك ُد ْنيَا فَا ْنبِ َذا‬
Ketika ada tanwin atau nun mati bertemu dengan salah satu huruf 4 yaitu: ya’, nun, mim, dan
wawu ( ْ‫)يَ ْن ُمو‬, maka wajib dibaca idgham bighunnah.
Contoh:
No
. Lafadh Bacaan Sebab

Tanwin dan nun mati


Idgham bertemu dengan ya’ (
1 ‫ق يَجْ َعلُوْ نَ – َم ْن يَقُوْ ُل‬
ٌ ْ‫بَر‬ Bighunnah ‫)ي‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan nun
2. ٍ ‫ِحطّةٌ نَ ْغفِرْ لَ ُك ْم – ع َْن نَ ْف‬
‫س‬ –”– (‫)ن‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan mim
3. ‫صفًّى – ِم ْن َما ٍل‬
َ ‫َما ٍء ُم‬ –”– (‫)م‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan
4. ‫يَوْ َمئِ ٍذ َوا ِهيَ ْة – ِم ْن َوا ٍل‬ –”– wawu (‫)و‬
Kecuali jika ada nun mati bertemu salah satu huruf 4 tadi namun dalam satu kalimah, maka
wajib dibaca idhar. Contohnya hanya ada 4 didalam al Qur’an:
1. ‫ ُد ْنيَا‬ = Nun mati bertemu dengan ya (‫ )ي‬dalam satu kalimah
2. ‫ان‬ٌ َ‫بُ ْني‬ = Nun mati bertemu dengan ya (‫ )ي‬dalam satu kalimah
ٌ ‫قِ ْن َو‬ = Nun mati bertemu dengan wawu (‫ )و‬dalam satu kalimah
3. ‫ان‬
4. ‫ان‬ ٌ ‫ص ْن َو‬ =
ِ Nun mati bertemu dengan wawu (‫ )و‬dalam satu kalimat
‫۞ َوا ْد ِغ ِم بِاَل ُغنَّ ٍة فِي اَل ِم َو َرا‬
Ketika ada tanwin atau nun mati bertemu lam atau ra’(‫ل‬/ ‫)ر‬, maka wajib dibaca idgham bilaa
ghunnah.
Contoh:
No
. Lafadh Bacaan Sebab

Tanwin dan nun


Idgham mati bertemu
1. ُ‫َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم ْينَ – ِم ْن لَ ُد ْنه‬ Bilaa Ghunnah dengan lam (‫)ل‬

Tanwin dan nun


mati bertemu
2. ‫ُف َر ِح ْي ٌم – ِم ْن َربِّ ِه ْم‬ ٌ ‫َرؤ‬ –”–
dengan ra’ (‫)ر‬
۞‫ب ِع ْن َد ا ْلبَا ِء ِم ْي ًما ُذ ِك َرا‬
ُ ‫َوا ْلقَ ْل‬
Ketika ada tanwin atau nun mati bertemu dengan ba’(‫)ب‬, maka wajib dibaca iqlab.
Cara bacaannya yaitu: tanwin dan nun mati diganti mim mati.
Contoh:
‫ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم‬  Cara bacanya: ‫ِم ْم بَ ْع ِد ِه‬
‫ص ْي ٌر‬ِ َ‫ َس ِم ْي ٌع ب‬  Cara bacanya: ‫ص ْي ٌر‬ ِ َ‫َس ِم ْي ُع ْم ب‬
ِ ‫ش ٍر فَا ْع ِر‬
‫ف‬ ْ ‫سةُ َع‬
َ ‫ف ۞ ُج ْملَتُ َها َخ ْم‬ ِ ‫َواَ ْخفِبَنِّ ِع ْن َد بَاقِى األَ ْح ُر‬
Bacalah ikhfa’ ketika ada tanwin atau nun mati bertemu dengan huruf-huruf selain tersebut
diatas tadi.
Adapun huruf ikhfa’ ada 15, terkumpul dalam syi’ir:
‫ض ْع ظَالِ َم‬ َ ‫س َما ۞ ُد ْم طَيِّبًا ِز ْدفِى تُقًى‬ َ ‫ص قَ ْد‬ٌ ‫صفْ َذاثَنَا َك ْم َجا َد ش َْخ‬ ِ
Yaitu: Shad, Dzal, Tsa’, Kaf, Jim, Syin, Qaf, Sin, Dal, Tha’, Za’, Fa’, Ta’, Dhat, dan Dha’/ ,‫ ذ‬,‫ص‬
‫ ظ‬,‫ ض‬,‫ ت‬,‫ ف‬,‫ ز‬,‫ ط‬,‫ د‬,‫ س‬,‫ ق‬,‫ ش‬,‫ ج‬,‫ ك‬,‫ث‬.
Contoh:
No. Lafadh Bacaan Sebab

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan shad (
1 ‫ص َدقُوْ ا – اُ ْنصُرْ نَا‬
َ ‫ِر َجا ٌل‬ Ikhfa’ ‫)ص‬

Tanwin dan nun mati


2 ‫ص َوابًا َذالِكَ – ُم ْن ِذ ٌر‬
َ –”– bertemu dengan dzal (‫)ذ‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan tsa’ (
3 ‫ف – َم ْنثُوْ رًا‬
ٌ ِ‫ِشهَابٌ ثَاق‬ –”– ‫)ث‬

Tanwin dan nun mati


4 ‫ف َك َّذابٌ – اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
ٌ ‫ْر‬
ِ ‫ُمس‬ –”– bertemu dengan kaf (‫)ك‬

Tanwin dan nun mati


5 ‫اريَةٌ – َم ْن َجا َء‬
ِ ‫َعي ٌْن َج‬ –”– bertemu dengan jim (‫)ج‬
Tanwin dan nun mati
bertemu dengan syin (
6 ٍ ‫لِنَ ْف‬
‫س َش ْيئًا – يُ ْن ِش ُئ‬ –”– ‫)ش‬

Tanwin dan nun mati


7 ‫َساَل ٌم قَوْ اًل – ِم ْن قَب ِْل‬ –”– bertemu dengan qaf (‫)ق‬

Tanwin dan nun mati


8 ٍ ‫بِقَ ْل‬
‫ب َسلِي ٍْم – ِم ْن ُسهُوْ لِهَا‬ –”– bertemu dengan sin (‫)س‬

Tanwin dan nun mati


9 ‫ان دَانِيَهٌ – اَ ْندَادًا‬
ٌ ‫قِ ْن َو‬ –”– bertemu dengan dal (‫)د‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan tha’ (
10 ‫بَ ْل َدةٌ طَيِّبَةٌ – اِ ْنطَلِقُوا‬ –”– ‫)ط‬

Tanwin dan nun mati


11 ‫نَ ْفسًا زَ ِكيَّةً – اَ ْن َز ْلنَا‬ –”– bertemu dengan za’ (‫)ز‬

Tanwin dan nun mati


12 ‫خَ الِدًا فِ ْيهَا – لِيُ ْنفِ ْق‬ –”– bertemu dengan fa’ (‫)ف‬

Tanwin dan nun mati


13 ٍ ‫َجنَّا‬
‫ت تَجْ ِرى – ِم ْن تَحْ تِهَا‬ –”– bertemu dengan ta’ (‫)ت‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan dhat (
14 َ ‫ُكاًّل‬
‫ض َر ْبنَا – َم ْنضُوْ ٍد‬ –”– ‫)ض‬

Tanwin dan nun mati


bertemu dengan dha’ (
15 َ‫قُرًى ظَا ِه َرةً – يَ ْنظُرُوْ ن‬ –”– ‫)ظ‬

MATERI 10
HADIS TENTANG PENTINGNYA SILATURRAHMI
‫ْــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬
ِ ‫بِس‬
HADITS
A.    Hadits dari Ibnu Shihab tentang menyambung tali silaturrahmi dapat menjadi sarana kelapangan
rizki dan panjangnya umur.
ِ ‫في ِر ْزقِـ ِه َويُ ْن َسـأ َ لَـهُ فِي أَثَـ‬
‫ـر ِه‬ ِ ُ‫ َم ْن أَ َحبَّ أَ ْن يُب َْسـطَ لَـه‬: ‫ك أَ َّن َر ُسـوْ َل هللاُ َعلَ ْيـ ِه َو َسـلَّ َم قَــا َل‬
ٍ ِ‫ال أَ ْخبَ َرنِي اَنَسُ ْب ِن َمال‬
َ َ‫ب ق‬
ٍ ‫ع َْن اب ِْن ِشهَا‬
)‫صلْ َر ِح َمهُ (متفق عليه‬ ِ َ‫فَ ْلي‬
Dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata bahwa sesungguhnya  Rasulullah saw
bersabda : barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.(H.R. Bukhari dan
Muslim)[1]

A. Pengertian Silaturrahmi
Istilah silaturrahim terdiri dari dua kata: shillah  (hubungan, sambungan)  dan rahim
(peranakan). Istilah ini adalah sebuah simbol dari hubungan baik penuh  kasih sayang antara
sesama karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim.
Dalam bahasa sehari-hari juga dikenal istilah silaturrahmi dengan pengertian yang lebih luas,
tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama kerabat karib, tetapi juga
mencakup masyarakat yang lebih luas. Jadi  silaturrahmi adalah menghubungkan tali kasih
sayang antara sesama anggota masyarakat. Sedangkan silaturrahim adalah hubungan kasih
sayang yang terbatas pada hubungan dalam sebuah keluarga besar.[3]
B. Bentuk-bentuk Silaturrahmi
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan
silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang seperti berikut:
1.      Silaturrahim dalam Keluarga
Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali
silaturahim antar keluarga. Contohnya yaitu tasyakuran, haul keluarga yang telah meninggal,
tasyakuran, dll.
2.      Silaturahim dalam bidang pendidikan
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang mencerminkan silaturahim
di antaranya adalah proses belajar-mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
3.      Silaturahim dalam bidang sosial
Ruang social kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen
berdasarkan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, anatar individu dalam
masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan dieratkan melalui berbagai
kegiatan seperti bakti social, peringatan hari pahlawan, dll.
4.      Silaturahim dalam bidang ekonomi
Silaturahim dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar
daerah(kabupaten), kerjasama antar propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak
sistem bisnis yang dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya yang memungkinkan
adanya ikatan silaturahim seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya.
5.       Silaturahim dalam bidang politik
Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan silaturahim yang dilakukan dalam dunia politik di
antaranya adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol, kampanye
parpol, dan kegiatan lainya.[4]
C. Manfaat Silaturrahmi
Di samping meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat, silaturrahmi
juga memberi manfaat lain yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Antara lain :
1.      Mendapatkan rahmat, nikmat dan ikhsan dari Allah SWT
Jika seorang mukmin berbuat baik kepada sanak kerabatnya, meskipun mereka sendiri
jahat terhadapnya maka derajatnya akan terangkat di sisi Allah SWT karena ketegaranya
menanggung derita kejahatan dan semangatnya menyambung tali silaturrahmi sebagai
implementasi perintah Allah untuk peduli dan berempati pada sanak kerabat.[5]
2.      Masuk surga dan jauh dari neraka
Telah disebutkan oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok,
silarurrahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkanya dari
neraka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub diatas.
3.      Lapang rezeki dan panjang umur
Lapangkan rizki dari kutipan hadits tersebut dapat difahami secara obyektif, karena salah
satu modal untuk mendapatkan rizki adalah dengan kita berhubungan baik dengan sesama
manusia, peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan
masyarakat luas, bahkan jika kita lihat pada realita sekarang kepercayaan rekanan bisnis adalah
lebih diutamakan daripada yang lainya.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umur disini hanya sebatas dalam
pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapat taufiq dari Allah SWT
sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya akan abadi dan akan
senantiasa dikenang dalam waktu yang lama.[6]
D. Larangan memutus silaturrahmi
Disamping mendorong untuk melakukan sillaturrahmi, Islam juga mengingatkan secara
tegas bahkan mengancam dengan dosa yang besar orang-orang yang memutuskan silaturrahmi
(qathi’ah ar-rahim).
Dan Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya pun telah mengutuk perbuatan dari orang-
orang yang memutuskan tali silaturrahmi atau hubungan persaudaraan, yang dimana secara tegas
diperintah oleh Allah SWT untuk senantiasa menjaganya, sebab yang demikian dapat difahami
karena kecintaan seseorang terhadap saudaranya merupakan bukti dari keimanan seseorang
sehingga ketika seseorang telah memutuskan hubungan kasih sayang terhadap sesama sebagai
bentuk persaudaraan maka dia telah kehilangan sebagian dari keimanannya, karena keimanan
yang sempurna menuntut kecintaan terhadap sesama muslim.[7]
Sedangkan ancaman bagi pemutus silaturahmi diantaranya yaitu: Di tulikan telinganya dan
di butakan matanya, Terputus dari Allah SWT, Amalnya tidak diterima Allah, Tidak di
turunkannya rahmat, Siksaan di dunia dan di akhirat, dan Tidak masuk surga.[8]

Pengertian Iqlab
Iqlab yaitu salah satu dari hukum tajwid yang terjadi ketika ada huruf Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬ataupun
juga  tanwin ( ‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ ) ـًـــ‬yang ketemu dengan huruf hijaiyah Ba ( ‫ ) ب‬. Secara harfiah, Iqlab
mempunyai arti menggantikan atau mengubah sesuatu dari bentuk aslinya.
Cara Membaca Hukum Iqlab
Cara membaca Iqlab yaitu dengan cara menggantikan / mengubah huruf  ‫ ْن‬ ataupun tanwin  ,‫ـًـــ‬
‫ ـٌـــ‬,‫ـٍـــ‬ jadi suara huruf mim sukun  (  ‫) ْم‬, oleh karenanya ketika nun mati ataupun tanwian akan
bertemu dengan huruf ba (‫ ب‬, maka  bibir atas dan bibir bawah tersebut posisinya tertutup, dan
juga diiringi dengan suara dengung kurang lebih 2 harakat.
Hukum Iqlab di dalam Al-Quran, biasanya sudah ditandai dengan huruf mim kecil ( ‫) م‬  – dan
huruf tersebut diletakkan di atas – antara ‫ ْن‬atau  ‫ ـٌـــ‬,‫ ـٍـــ‬,‫ـًـــ‬  dengan huruf ‫ ب‬.
Contoh Hukum Iqlab :
mambakhola ‫َم ْن بِخَ َل‬

yumbitu ُ ِ‫يُ ْنب‬


‫ت‬

Jazaa ambimaa ‫َجزَ ا ًءبِ َما‬

Mim baaqiyatin ‫ِم ْن بَاقِيَ ٍة‬

ambatakum ‫اَ ْنبَتَ ُك ْم‬

‘awaanum baina َ‫َع َوانٌ ْن بَ ْين‬


Contoh Hukum Iqlab Dalam Al Qur’an
Surat Yasin Ayat 52

َ‫ق ْال ُمرْ َسلُون‬ َ ‫قَالُوا يَا َو ْيلَنَا َم ْن بَ َعثَنَا ِمن َّمرْ قَ ِدنَا هَ َذا َما َو َع َد الرَّحْ َمـُن َو‬
َ ‫ص َد‬
Pada Surat Yasin ayat ke 52 diatas, yang berwarna merah adalah contoh dari Iqlab, dan ciri
utamanya adalah nun sukun (mati) bertemu dengan huruf ba, dan dibaca mam ba’atsanaa.

MATERI 11A
Surat Al Kafirun dan Terjemahanya
ِ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ ٰ َم ِن الر‬ 
‫َّح ِيم‬

﴾٥﴿ ‫﴾ َوٓاَل أَنتُ ْم ٰ َعبِ ُدونَ َمٓا أَ ْعبُ ُد‬٤﴿ ‫﴾ َوٓاَل أَن َ۠ا عَابِ ٌد َّما َعبَدتُّ ْم‬٣﴿ ‫﴾ َوٓاَل أَنتُ ْم ٰ َعبِ ُدونَ َمٓا أَ ْعبُ ُد‬٢﴿ َ‫﴾ ٓاَل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون‬١﴿ َ‫قُلْ ٰيَٓأَيُّهَا ْٱل ٰ َكفِرُون‬
٦﴿ ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َى ِدي ِن‬

Bacaan Bacaan Surat Al Kafirun dalam Bahasa Indonesia 

1.Qul yaa ayyuhaa alkaafiruuna, 


2.laa a'budu maa ta'buduuna, 
3. walaa antum 'aabiduuna maa a'budu, 
4. walaa anaa 'aabidun maa 'abadtum, 
5. walaa antum 'aabiduuna maa a'budu, 
6.lakum diinukum waliya diini. 

Terjemahan Bacaan Surat Al Kafirun 

1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir 


2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah 
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah 
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

Penjelasan Surat Al Kafirun

Dibawah ini akan saya share Kandungan Ayat surah al Kafiruun yang saya dapat dari buku
sekolah saya. Disini saya tidak bermaksud untuk plagiat, namun disini saya mencoba untuk share
ilmu yang saya dapatkan. :D Oke, silahkan disimiak dibawah ini ya.

Penjelasan Kandungan Ayat Surat Al Kafirun

Dibawah ini ada beberapa poin yang menjelaskan tentang Kandungan Surah Al Kafiruun. Ada
4 poin penting yang harus diketahui dalam surat al kafiruun ini. Oke, simak dibawah ini.

Penegasan bahwa Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad dan kaum kaum Muslimin
tidaklah sama dengan Tuhan yang dusembah oleh orang-orang kafir (musyrik), begitu juga
dalam cara peribadahannya.
Mengisyaratkan tentang gagalnya semua usaha dan harapan orang-orang kafir dalam usaha
mereja agar Nabi Muhammad meninggalkan dakwahnya,
Penolakan NAbi Muhammad dan umat Islam terhadap kaum kafir untuk mencampur adukkan
keimanan dan peribadahan yang diajarkan agama Islam dengan agama kaum kafir.
Anjuran untuk saling bertoleransi dan menghormati dalam memeluk suatu keyakinan atau
akidah.

Perilaku Yang Mencerminkan Kandungan Ayat Surah Al Kafirun

1. Menolak ajakan kaum musyrikin dengan tegas dan bijaksana untuk tukar-menukar
pengalaman dalam keimanan dan peribadatan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut
agama mereka.
2. Setiap Muslim/Muslimah akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sunguh agar selama
hidup di alam dunia ini senantiasa meyakini kebenaran agama Islam yang dianutnya dan
mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa kepada Allah.
3. Antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam hal
keimanan (akidah) dan peribadanan, namun dalam pergaulan hidup bermasyarakat antara umat
islam dan umat lain (non-Islam), sebaiknya saling menghormati dan menghargai serta bekerja
sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan
bersama.

MATERI 11B
Isi Kandungan Surat Al-Ma'un

Isi Kandungan Surat Al-Ma'un. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menyaksikan
orangorang yang berlimpah harta rajin mengerjakan salat. Bahkan, banyak di antara mereka yang
telah melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali. Namun, di sisi yang lain mereka sangat pelit
dan kikir ketika diminta bantuan untuk menolong orang miskin dan terkadang membentak-
bentak anakyatim yang datang ke rumahnya. Hal itu telah dinyatakan dalam Surah Al-Ma‘un
bahwasannya orang seperti itu akan celaka. Coba, baca dan pahami Surah Al-Ma‘un berikut ini
dengan baik dan benar.

Surah al-Ma‘un menjelaskan tentang golongan (orang-orang) yang mendustakan agama (Islam).
Mereka mengaku sebagai seorang muslim (pemeluk agama Islam), tetapi sering melanggar
aturan-aturan atau syariat Islam. Orang-orang atau golongan pendusta agama tersebut, antara
lain:

a. Menghardik anak yatim.


b. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
c. Lalai terhadap kewajiban salat.
d. Enggan atau tidak mau tolong-menolong.
Jumlah ayat surat Al-Maun. Surah al-Ma‘un terdiri atas 7 ayat. Surah al-Ma‘un termasuk
golongan surah Makiyah, yaitu surah yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad
hijrah ke Madinah. Kata “al-Ma‘un” diambil dari ayat yang terakhir yang artinya “bantuan.”
surat almaun adalah surat yg diturunkan ke 17 , surat ini terdiri dari 7 ayat , diturunkan dikota
makkah , 

kandungan dari surat al-maun :

1) perbuatan yang dapat digolongkan sebagai pendusta agama yaitu 


    a) orang yang menghardik anak yatim, maksud dari menghardik anak yatim yaitu menolak dg
keras untuk menyantuni , tdk menyayangi , tdk memberikan hak"nya
    b) org yg tdk menganjurkan memberi makan fakir miskin , maksudnya kita tdk mengajak
sanak keluarga kita untuk membantu fakir miskin , dikarenakan rasa baghil yg ada pada diri 

2) ancaman neraka wail bagi orang" yg lalai dalam sholatnya , maksud dari lalai dalam sholatnya
kita mengerjakan sholat tp hati dan fikiran kita tdk melaksanakannya , tubuh kita sedang sholat
namun pada saat tubuh sholat fikiran kita sedang memikirkan masalah dunia 

3) ancaman neraka wail juga bagi orang" yg sholat karena riya' , sholat karena ingin dipuji
manusia 

4) ancaman bagi org" yg enggan menolong dg barang yg berguna 

MATERI 11C
Isi Kandungan Surah at-Takatsur Ayat 1-8
Surat At-Takasur 1-8
Artinya : ”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Asbabun Nuzul
Surah at-Takatsur turun berkenaan dengan dua kabilah  Ansar: Bani Haritsah dan Banil Harits
yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling bertanya:”
Apakah kalian mempunyai pahlawan segagah dan secekatan si anu?” Mereka saling
menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka
saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan golongannya yang
sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-
orang yang hidup bermegah-megah sehingga ibadahnya kepada Allah terlalaikan.  (Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah)
Penjelasan Ayat
Surah at-Takatsur terdiri dari delapan ayat, termasuk golongan Surat Makiyyah. at-Takatsur 
berarti bermegah-megahan. Pokok kandungan surah at-Takatsur adalah tentang perilaku manusia
yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga menyebabkan melalaikan
dari tujuan hidupnya, yaitu taat kepada Allah. Ia baru akan menyadari kesalahannya jika maut
sudah menjemputnya. Allah sangat mencela perilaku yang bermegah-megahan dan membangga-
banggakan status sosial. Allah menjelaskan bahwa kelak, di akhirat nanti Allah akan
menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka jahim dan mereka benar-benar kekal di dalamnya.
Di akhir surah Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kenikmatan yang dimegah-megahkan ketika di dunia itu.

Setelah kalian memahami kandungan surah at-Takatsur pasti timbul keinginan pada diri kalian
untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela tersebut, pastikan bahwa kalian mampu dengan
berharap pertolongan dari Allah.
Kandungan surah al- Humazah dan at- Takatsur mempunyai kaitan yang erat, yaitu :
 Surah al-Humazah dan at-Takatsur  sama-sama mengungkap tentang perilaku orang yang
membanggakan kemewahan dunia dan bermegah-megahan sehingga melalaikan
kehidupan akhirat.
 Orang yang berperilaku bermegah-megahan menganggap bahwa ia akan memperoleh 
kenikmatan yang abadi, padahal kehidupan dunia adalah bersifat sementara, dan kelak
mereka pasti akan dimintai pertanggung jawaban  tentang harta yang dimiliki serta yang
mereka bangga-banggakan di dunia.
 Baik surah al-Humazah maupun surah at-Takatsur sama-sama mengiformasikan tentang
ancaman siksa yaitu berupa neraka. Bagi orang yang suka mencela dan  mengumpat 
akan berada di neraka Hutamah, sedang tempat bagi orang-orang yang suka bermegah-
megahan dan membanggakan harta sehingga melalaikan tujuan kehdupan hakiki kelak
akan berada di neraka Jahim.

Setelah kalian mempelajari kandungan yang terdapat pada kedua surah di atas, maka kalian harus
mampu mengambil hikmah akibat dari perbuatan tercela yang diungkapkan dalam kedua surah
tersebut. 

Dalam penerapannya kalian harus mampu menghindari prilaku tercela tersebut, antara lain
dengan cara-cara sebagai berikut :
 Tidak membangga-banggakan harta yang dimiliki.
 Memilih pola hidup sederhana tapi bermartabat.
 Tidak menjadikan   harta kekayaaan sebagai tujuan hidup.
 Harta kekayaan yang dimiliki tidak menjadikan  lalai dalam mengingat Allah.
 Bersikap selektif dalam mencari harta dengan  tidak menghalalkan segala cara.
 Mencari harta yang halal dan thayyib adalah bersifat wajib.
 Menganggap bahwa harta kekayaan yang dimiliki adalah amanah yang kelak akan
dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah.

MATERI 12

MENERAPKAN HUKUM BACAAN MIM SUKUN

DALAM QS. AL-BAYYINAH DAN AL-KAFIRUN


             Al-Qur’an ialah kita suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan
menggunakan bahasa Arab. Untuk membacanya, ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan. Kaidah-
kaidah itulah yang disenut ilmu tajwid.

             Menurut bahasa tajwid berarti membaguskan, membuat bagus atau pembagusan (perbaikan
bacaan). Menurut istilah, ilmu tajwid ialah ilmu  yang membicarakan tentang tata cara membaca Al-
Qur’an yang baik dan benar. Dengan mempelajari ilmu tajwid, diharapkan pengucapan lafal-lafal dalam
ayat Al-Qur’an menjadi tepat.

             Ada dua hukum berkaitan dengan ilmu tajwid. Pertama, hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai
penetahuan ialah fardu kifayah. Kedua, hukum menerapkan ilmu tajwid dalam membaca ayat-ayat Al-
Qur,an hukumnya fardu ain.

1.  MACAM HUKUM BACAAN MIM SUKUN

                Mim Sukun yang bertemu dengan huruf hijaiyah, hukum bacaannya ada tiga. Ketiga hukum
bacaan itu ialah : idgam mimi, Ikhfa syafawi, dan izhar syafawi

1)  Idgam mimi (‫ادغام ميمي‬ )

Idgam mimi disebut juga Idgam mutamasilain. Huruf idgam mimi hanya satu, yaitu mim
(  ‫)م‬.  Cara membacanya ialah dengan memadukkan suara mim sukun kedalam mim berharakat
berikkutnya. Kemudian suara di gunnah kan secara sempurna dengan lama tiga harkat. Suara gunnah
keluar dari pangkal hidung. Contoh :

‫ ما لهم من علم‬.٤                                                   ‫ كم من فئة‬.١


‫ ولهم مهتدون‬.٥                                      ‫ عليهم مؤصدة‬.٢
‫ عليهم من كل باب‬.٦                                              ‫ ان كنتم مؤمنين‬.٣

2)  Ihkfa syafawi (‫)اخفاء شفوي‬

Ikhfa berarti samar, sedangkan syafawi berarti bibir. Ikhfa syafawi terjadi apabila ada huruf mim sukun
bertemu dengan huruf ba (‫ب‬ ). Disebut ikhfa syafawi karena hukum ikhfa terjadi pada huruf yang
bermakhraj di bibir.

          Cara membaca ikhfa syafawi ialah dengan suara samar antara mim dan ba. Kemudian, ditahan
kurang lebih dua ketukan. Pada saat membacanya, kedua bibir merapat sehingga tidak ada udara yang
keluar dri mulut. Contoh :        

‫ ان كثيرا منهم بعد ذلك‬.٤                               ‫ ان ربهم بهم‬.١        


‫ بل انتم بشر ممن خلق‬.٥                              ‫ بينهم بالقسط‬0‫ فاحكم‬.٢
‫ قد جاء كم بشير ونذير‬.٦                          ‫ ومن لم يحكم بما انزل هللا‬.٣

3)  Izhar Syafawi (‫اظهار شفوي‬ )

                Izhar berarti jelas., sedanngkan syafawi berarti bibir. Izhar syafawi terjadi apabila ada huruf
mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, selain mim ( ‫م‬ ) dan ba (‫ب‬ ).
          Cara membaca izhar syafawi ialah dengan suara jelas. Pada saat mengucapkan huruf mim, kedua
bibir dirapatkan. Kejelasan pengucapan huruf mim cukup satu ketukan, tidak boleh lebih dari satu
ketukan, dikhawatirkan akan menjadi bacaan ikhfa atau gunnah.

          Pengucapan izhar syafawi harus lebih diperjelas ketika mim sukun bertemu dengan dua huruf,
yaitu fa (‫ف‬ ) atau waw (‫و‬ ). Hal ini disebabkan kedua huruf tersebut makhrajnya berasal dari bibir.

2.  QS. AL BAYYINAH DAN AL KAFIRUN

1)  Surah Al-Bayyinah

)٣( ‫) فِي َها ُك ُتبٌ َق ِّي َم ٌة‬٢( ‫ُطه ََّر ًة‬ َ ‫ص ُح ًفا م‬ ُ ‫) َرسُو ٌل م َِن هَّللا ِ َي ْتلُو‬١( ‫ين َح َّتى َتأْ ِت َي ُه ُم ْال َب ِّي َن ُة‬ َ ‫ِين ُم ْن َف ِّك‬ َ ‫ب َو ْال ُم ْش ِرك‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا مِنْ أَهْ ِل ْال ِك َتا‬ َ ‫لَ ْم َي ُك ِن الَّذ‬
ُ
‫ص َة َوي ُْؤتوا‬ ‫اَل‬ َّ ‫ين ُح َن َفا َء َو ُيقِيمُوا ال‬ َ
َ ‫ين ل ُه ال ِّد‬ ْ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬
َ ِ‫)و َما أ ِمرُوا إِ لِ َيعْ ُبدُوا َ مُخلِص‬ ُ ُ ْ ْ
َ ٤( ‫اب إِ مِنْ َبعْ ِد َما َجا َءت ُه ُم ال َب ِّي َنة‬ ‫اَّل‬ ْ ُ
َ ‫ِين أوتوا ال ِك َت‬ ُ َّ
َ ‫َو َما َت َفرَّ قَ الذ‬
َ ‫) إِنَّ الَّذ‬٦( ‫ك ُه ْم َشرُّ ْال َب ِر َّي ِة‬
‫ِين آَ َم ُنوا‬ َ ‫ِين فِي َها أُولَ ِئ‬
َ ‫ار َج َه َّن َم َخالِد‬
ِ ‫ن‬َ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِين‬
َ ‫ك‬‫ر‬ِ ْ
‫ش‬ ‫م‬ ُ ْ
‫ال‬ ‫و‬َ ‫ب‬ ِ ‫ا‬‫ت‬َ ‫ك‬
ِ ْ
‫ال‬ ‫ل‬ ِ ْ‫ه‬َ ‫أ‬ ْ‫ِن‬
‫م‬ ‫ُوا‬ ‫ر‬ َ
‫ف‬ َ
‫ك‬ ‫ِين‬
َ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ ‫إ‬ )٥ ( ‫ة‬
ِ ‫م‬
َ ‫ي‬
ِّ َ
‫ق‬ ْ
‫ال‬ ُ‫ك دِين‬َ ِ‫الز َكا َة َو َذل‬
َّ
ْ َ
‫ البينة‬.)٧( ‫ك ُه ْم خ ْي ُر ال َب ِر َّي ِة‬ َ
َ ‫ت أول ِئ‬ُ ُ
ِ ‫َو َع ِملوا الصَّال َِحا‬
 2)  Surah Al-Kafirun

‫) َل ُك ْم‬٥( ‫ُون َما أَعْ ُب ُد‬


َ ‫) َواَل أَ ْن ُت ْم َع ِابد‬٤( ‫) َواَل أَ َنا َع ِاب ٌد َما َع َب ْد ُت ْم‬٣( ‫ُون َما أَعْ ُب ُد‬
َ ‫) َواَل أَ ْن ُت ْم َع ِابد‬٢( ‫ُون‬
َ ‫) اَل أَعْ ُب ُد َما َتعْ ُبد‬١( ‫ُون‬
َ ‫قُ ْل َيا أَ ُّي َها ْال َكافِر‬
‫) الكافرون‬٦( ‫ِين‬ ِ ‫دِي ُن ُك ْم َول َِي د‬

MATERI 13
Hadist Tentang Mencintai Anak Yatim
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫ اَنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِي ِْم فِي ْال َجنَّ ِة َكهَاتَي ِْن (رواه البخاري‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬ 

ٌ ‫ت فِي ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬


‫ْت فِ ْي ِه يَتِ ْي ٌم‬ ٌ ‫ت فِي ْال ِم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬
ٍ ‫ْت فِ ْي ِه يَتِ ْي ٌم يُحْ ِسنُ َعلَ ْي ِه – َو َشرُّ بَ ْي‬ ٍ ‫ خَ ْي ُر بَ ْي‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
‫يُ َسا ُء اِلَ ْي ِه رواه ابن ماجه‬
.
Terjemahan Hadist Hadist Pertama : “Aku (Muhammad SAW) dan pengasuh anak yatim kelak
disurga seperti dua jari ini (Rasulullah SAW menunjuk jari telunjuk danjari tengah dan
merapatkan keduanya)”. (HR Bukhari)

Hadist Kedua : “Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya
anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah
rumah yang didalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlkukan dengan huruk”. (HR Ibnu
Majah)

Kandungan Hadist 

Hadist diatas merupakan janji Rasulullah SAW kepada pengikutnya yang menyayangi dan
menyantuni anak yatim.
Anak yatim piatu adalah anak yang ditinggal wafat oleh bapak dan ibunya sejak masih kecil.
Dapat kita bayangkan bagaimana menderitanya anak-anak yatim yang tidak lagi berkumpul
dengan orang tuanya. Mereka tidak punya tempat bersandar dan tidak mendapatkan kasih
sayang. 

Secara materi anak yatim pastilah kekurangan. Walaupun almarhum orang tuanya kaya, anak
yatim telah kehilangan figure orang dewasa yang mencukupi kebutuhan mereka dan memberikan
rasa aman. Selain secara materi, anak yatim juga merasa menderita secara batin. Merekatidak
cukup dilimpahi kasih sayang. Oleh karena itu, kita wajib menyantuni mereka agar penderitaa
mereka berkurang dan mereka bisa merasakan kasih sayang dari saudara sesame Muslin.
Jika diantara temanmu ada anak yatim, hendaklah kamu berbuat baik padanya. Jika ia
membutuhkan bantuan dan kamu bisa membantunya, bantulah ia untuk meringankan bebannya.

MATERI 13
Makna dan Kandungan Surah Al-Qadr

Makna Kandungan dan Tafsir Surah Al-Qadr - Pengertian Surah Al-Qadr adalah surah ke-97
dalam al-Qur'an yang terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan Makkiyah. Surah ini diturunkan
setelah surah 'Abasa dan dinamai al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata al-Qadr yang
terdapat pada ayat pertama surah ini.

Isi Pokok Surah Al-Qadr


menurut para mufasir, Kitab Al-Qur'an mulai diturunkan pada Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan)
meskipun tidak ada kata Al-Qur'an dalam keseluruhan surat ini. Dalam ayat keempat dikatakan
bahwa pada malam ini malaikat Jibril dan lainnya turun ke dunia untuk mengatur segala urusan.
Malam Lailatul Qadar pun masih diperselisihkan oleh banyak pihak menyangkut banyak mazhab
berfatwa bahwa Lailatur Qadr terjadi setiap tahun di bulan Ramadhan walau tak secara jelas
mengetahui pada tanggal berapa peristiwa ini terjadi.
  Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al Qur’an] pada malam kemuliaan [1]. (1) Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu [penuh] kesejahteraan sampai terbit fajar. (5)"

Tafsir Surah AL-Qadr


1. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman menerangkan keutamaan Al Qur’an dan ketinggian
kedudukannya.

2. Malam kemuliaan dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu suatu malam yang penuh
kemuliaan dan kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran. Menurut Syaikh
As Sa’diy, dinamakan Lailatul Qadr karena besarnya kedudukannya dan keutamaannya di sisi
Allah, demikian pula karena pada malam itu ditentukan apa yang akan terjadi dalam setahun
berupa ajal, rezeki dan ketentuan-ketentuan taqdir.

Malam tersebut adalah malam yang penuh berkah. Barang siapa yang melakukan qiyamullail
pada malam itu karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

3. Kalimat ini untuk membesarkan malam Lailatul Qadr.

4. Yakni beramal saleh atau beribadah bertepatan dengan malam itu lebih baik baik daripada
beribadah selama seribu bulan. Syaikh As Sa’diy berkata,
  “Hal ini termasuk hal yang mencengangkan hati dan akal, karena Allah Tabaaraka wa Ta'aala
melimpahkan nikmat kepada umat yang lemah kekuatannya dengan malam yang beramal pada
malam itu mengimbangi dan melebihi (beramal) selama seribu bulan; (seukuran) umur
seseorang yang dipanjangkan umurnya selama 80 tahun lebih.”

6. Ibnu Katsir berkata, “Banyak para malaikat yang turun pada malam ini karena banyak
keberkahannya, dan para malaikat turun bersamaan turunnya berkah dan rahmat,
sebagaimana mereka turun pula ketika Al Qur’an dibaca, (turun) mengelilingi majlis
dzikr dan menaruh sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu karena memuliakannya.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Malam Lailatul Qadr itu adalah malam ke 27 atau 29. Sesungguhnya para malaikat pada
malam itu di bumi lebih banyak daripada banyaknya batu kerikil.” (HR. Ahmad dan Thayalisi.
Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5473).

6. Qatadah berkata,
  “Pada malam itu ditentukan segala urusan dan ditentukan ajal dan rezeki, sebagaimana firman
Allah Ta’ala, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,” (Ad Dukhaan: 4)

7. Sa’id bin Manshur berkata dari Mujahid tentang firman Allah,


  “Sejahteralah (malam itu),” ia berkata, “Yakni sejahtera, dimana setan tidak dapat berbuat
buruk di dalamnya atau mengganggu.” Qatadah dan Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah
Ta’ala, “Sejahteralah (malam itu),” maksudnya malam itu baik seluruhnya tidak ada keburukan
sampai terbit fajar.”

Tentang tanda malam Lailatul Qadr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ َو الَ يُرْ َمى‬  ) ‫(والَ َس َحابٌ فِ ْيهَا َوالَ َمطَ ٌر َوالَ ِر ْي ٌح‬ ِ َ‫لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر لَ ْيلَةٌ بَ ْل َجةٌ الَ َحا َّرةٌ َو الَ ب‬
َ   ٌ‫ار َدة‬

ْ ‫فِ ْيهَا بِنَجْ ٍم َو ِم ْن َعالَ َم ِة يَوْ ِمهَا ت‬


‫َطلُ ُع ال َّش ْمسُ الَ ُش َعا َع لَهَا‬

  “Malam Lailatul Qadr adalah malam yang terang, tidak panas dan tidak dingin (tidak ada
gumpalan awan, hujan maupun angin), dan tidak dilepaskan bintang. Sedangkan di antara
tanda pada siang harinya adalah terbitnya matahari tanpa ada syu’anya.” (HR. Thabrani
dalam Al Kabir dari Watsilah, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no.
5472, namun yang disebutkan dalam tanda kurung menurutnya adalah dha’if, lihat Dha’iful
Jaami’ no. 4958)
Syu’a, menurut Imam Nawawi artinya yang terlihat dari sinar matahari ketika baru muncul
seperti gunung dan batang yang menghadap kepadamu ketika engkau melihatnya, yakni sinar
matahari yang berserakan.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ض ِع ْيفَةٌ َح ْم َرا ُء‬ ِ َ‫لَ ْيلَةٌ َس ْم َحةٌ طَ ْلقَةٌ الَ َحارَّة ٌ َوالَ ب‬
َ ُ‫ار َدةٌ َوتُصْ بِ ُح َش ْمس‬
َ ‫صبِ ْي َحتِهَا‬

  “(Malam Lailatul Qadr adalah) malam yang ringan, sedang, tidak panas dan tidak dingin,
dimana matahari pada pagi harinya melemah kemerah-merahan.” (HR. Thayalisi dan Baihaqi
dalam Syu’abul Iman, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5475).

Ibnu Katsir berkata,


  “Dan tanda malam Lailatul qadr adalah bahwa malam tersebut bersih, terang, seakan-akan
ada bulan yang bersinar, tenang, tidak dingin dan tidak panas, sedangkan (pada pagi hari)
matahari terbit dalam keadaan sedang tanpa ada sinar yang berserakan seperti bulan pada
malam purnama.”
Catatan:
Lailatul qadr tidak terjadi pada malam tertentu secara khusus dalam setiap tahunnya, namun
berubah-rubah, mungkin pada tahun sekarang malam ke 27, pada tahun depan malam ke 29 dsb.
Dan sangat diharapkan terjadi pada malam ke 27. Mungkin hikmah mengapa malam Lailatul
qadr disembunyikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala adalah agar diketahui siapa yang
sungguh-sungguh beribadah dan siapa yang bermalas-malasan.

MATERI 15
Tafsir dan Makna kandungan Surah Al-Alaq
 

Tafsir dan Makna kandungan Surah Al-Alaq Beserta Tulisan Arab dan Terjemahan
Surah Al-Alaq - Surah Al-Alaq adalah surah ke 96 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 19
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini
adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad
bertafakur di gua Hira. Surah ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq
yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra' atau Al Qalam.

Bacaan Surah Al-Alaq dengan Tulisan Arab dan Terjemahannya Ayat 1-19

َ ُّ‫) ۡٱق َر ۡأ َو َرب‬٢( ‫ق‬


‫) ٱلَّ ِذى‬٣( ‫ك ٱأۡل َ ۡك َر ُم‬ ٍ َ‫ق ٱإۡل ِ ن َسـٰنَ ِم ۡن َعل‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذى َخل‬
َ َ‫) خَ ل‬١( ‫ق‬ ۡ ِ‫ۡاق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬

   (v) ‫ٱست َۡغن ٰ َٓى‬ ٓ ٰ ‫) َكٓاَّل ِإ َّن ٱإۡل ِ ن َسـٰنَ لَيَ ۡطغ‬٥( ۡ‫) َعلَّ َم ٱإۡل ِ ن َسـٰنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬٤(‫َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬
ۡ ُ‫)أَن َّر َءاه‬٦(‫َى‬

َ ‫) ع َۡبدًا ِإ َذا‬٩( ‫) أَ َر َء ۡيتَ ٱلَّ ِذى يَ ۡنهَ ٰى‬٨( ‫ك ٱلرُّ ۡج َع ٰ ٓى‬


َ‫) أَ َر َء ۡيتَ إِن َكان‬١٠( ‫صلَّ ٰ ٓى‬ َ ِّ‫إِ َّن إِلَ ٰى َرب‬

َ ‫) أَلَمۡ يَ ۡعلَم بِأ َ َّن ٱهَّلل‬١٣( ‫ب َوتَ َولَّ ٰ ٓى‬


َ ‫) أَ َر َء ۡيتَ إِن َك َّذ‬١٢( ‫ى‬ ٓ ٰ ‫َعلَى ۡٱلهُد‬
ٓ ٰ ‫) أَ ۡو أَ َم َر بِٱلتَّ ۡق َو‬١١( ‫َى‬

ُ ‫) فَ ۡليَ ۡد‬١٦( ‫صيَ ۬ ٍة َك ٰـ ِذبَ ٍة َخا ِطئَ ۬ ٍة‬


‫ع نَا ِديَهُ ۥ‬ ِ ‫) َكاَّل لَ ِٕٕٮِـن لَّمۡ يَنتَ ِه لَن َۡسفَ ۢ َعا بِٱلنَّا‬١٤( ‫يَ َر ٰى‬
ِ ‫) نَا‬١٥( ‫صيَ ِة‬
(١٧) )١٩( ‫ٱسج ُۡد َو ۡٱقت َِرب‬
ۡ ‫) َكاَّل اَل تُ ِط ۡعهُ َو‬١٨( َ‫ع ٱل َّزبَانِيَة‬
‫َسن َۡد ُـ‬

Arti Surah Al-Alaq Ayat 1-19


  "Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (3) Yang
mengajar [manusia] dengan perantaraan kalam . (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (5) Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
(6) karena dia melihat dirinya serba cukup. (7) Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah
kembali [mu]. (8) Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, (9) seorang hamba
ketika dia mengerjakan shalat, (10) bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang [yaitu
Rasulullah s.a.w.] itu berada di atas kebenaran, (11) atau dia menyuruh bertakwa [kepada
Allah]? (12) Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling? (13) Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? (14) Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti [berbuat demikian] niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya , (15) [yaitu] ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (16)
Maka biarlah dia memanggil golongannya [untuk menolongnya], (17) kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah, (18) sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan
sujudlah dan dekatkanlah [dirimu kepada Tuhan]. (19)"

MATERI 16A
PENGERTIAN DAN MACAM MACAM TANDA WAQAF

Pengertian Waqaf
Waqaf menurut bahasa artinya berhenti. Menurut istilah waqaf ialah menghentikan bacaan
sejenak atau putus suara dan berganti nafas akhir atau di tengah ayat. Penerapan waqaf
disesuaikan dengan tanda tertentu. Tanda waqaf ada yang terdapat di permulaan ayat atau di
tengah tengah ayat.

Macam Macam Tanda Waqaf Dalam Al Qur'an


Macam macam tanda waqaf dalam Al Qur'an adalah sebagai berikut:

A. Waqaf Mutlaq (‫)ط‬
Waqaf Mutlaq tandanya ‫ط‬. Apabila kita membaca Al Qur'an menemui tanda waqaf tersebut,
maka lebih utama diwaqafkan atau berhenti pada tanda waqaf tersebut. 

B. Waqaf Lazim (‫)م‬
Waqaf Lazim tandanya ‫م‬. Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf lazim, maka cara
membacanya adalah harus berhenti. 

C. Waqaf Jaiz (‫)ج‬
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf jaiz, maka cara membacanya boleh berhenti
dan boleh dilanjutkan dengan kata berikutnya.

D. Waqaf Waslu Ula (‫)صلى‬

Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, cara membacanya adalah lebih utama
dilanjutkan dengan kata berikutnya.

E. Waqaf Mustahab (‫)قيف‬
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang
terdapat tanda tersebut.

F. Waqaf Waqfu Ula (‫)قال‬


Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan berhenti pada kata yang
terdapat tanda tersebut.

G. Waqaf Mujawwaz (‫)ز‬
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat
tanda tersebut, tetapi boleh juga waqof.

H. Waqaf Murakhas (‫)ص‬
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, boleh berhenti pada kata yang terdapat
tanda tersebut karena darurat yang disebabkan oleh panjangnya ayat atau kehabisan nafas , tetapi
diutamakan waslah/terus.

I. Waqaf Qobih (‫)ق‬


Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, diutamakan terus pada kata yang terdapat
tanda tersebut.

J. Waqaf Laa Washal (‫)ال‬


Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, jangan waqof kecuali jika di bawahnya
terdapat tanda awal ayat yang membolehkan waqof secara mutlaq, maka boleh berhenti tanpa di
ulang lagi.

K. Waqaf Mu'anaqah (. ۛ.  . ۛ.)


Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti di salah satu dari kedua
kelompok titik tiga tersebut, boleh pada yang pertama atau yang kedua.
L. Waqaf Saktah (‫)ساكته‬
Apabila pada ayat Al Qur'an terdapat tanda waqaf ini, harus berhenti dan diam sejenak tanpa
mengambil nafas baru pada kata yang terdapat tanda tersebut. Saktah Sakat adalah diam sejenak
biar putus & pisah suaranya dengan tanpa berganti nafas.
Di dalam Al-Qur’an Saktah hanya ada 4 tempat, yaitu:

 Di dalam surah Al-Muthaffifin, ayat 14.


 Di dalam surah Al-Qiyamah, ayat 27.
 Di dalam surah Yaasiin, ayat 52.
 Di dalam surah Al-Kahfi, ayat 1.
Cara Mewaqafkan
A. Apabila huruf di akhir kalimat berharakat sukun (mati), cara membacanya harus dibunyikan
mati dengan terang menurut bacaan yang semestinya, apakah itu qalqalah atau tidak dan
sebagainya. 

B. Apabila di akhir kalimat hurufnya berharakat fathah, dhammah, atau dhammah tanwin, dan
kasrah atau kasrah tanwin. Cara membacanya harus disukunkan lebih dahulu kemudian dibaca
mati dengan terang menurut bacaan masing masing huruf, 

C. Apabila di akhir kalimat hurufnya berupa ta' marbutah cara membacanya harus mengubah ta'
marbutah tersebut menjadi ha' sukun

D. Apabila diakhir kalimat hurufnya didahului huruf mati, dan setelah mematika huruf akhir
maka terdapat dua huruf mati. Cara membacanya yaitu dibunyikan sepenuhnya dengan
menyuarakan setengah huruf yang terakhir, dengan suara pendek. 

E. Apabila di akhir kalimat hurufnya didahului dengan mad atau mad layyin. Cara membacanya
dengan mematika huruf terakhir dan dibaca panjang seperti mad aridl lissukun. 

E. Apabila di akhir kalimat hurufnya berharakat fathah tanwin. Cara membacanya dengan
membunyikan menjadi fathah yang dibaca panjang dua harakat dan berubah menjadi mad
iwad

MATERI 17
Ciri-ciri Orang Munafik Berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist dalam Islam
Hadist Tentang Ciri-ciri Orang Munafik
Ciri-ciri Orang Munafik
Dalam Islam terdapat 3 ciri-ciri orang munafik seperti yang disampaikan oleh baginda
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi.
َ‫ َوإِ َذا اؤْ تُ ِمنَ َخان‬، َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف‬، ‫َّث َك َذ َب‬
َ ‫ث إِ َذا َحد‬ ِ ِ‫عَنْ أَبِى ُه َر ْي َرةَ َع ِن النَّبِ ِّى صلى هللا عليه وسلم – قَا َل آيَةُ ا ْل ُمنَاف‬
ٌ َ‫ق ثَال‬

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika
berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat
(HR. Al- Bukhari)

3 Ciri-ciri Orang Munafik


Ciri-ciri Orang Munafik (teungkudaghee.blogspot.co.id)
Sebelumnya pada hadist di atas telah telah disebutkan 3 ciri-ciri orang munafik. Ciri-ciri tersebut
adalah apabila berbicara dia berbohong, apabila berjanji ia tidak menepatinya, dan apabila
dipercaya dia mengkhianatinya. Agar lebih memahami ketiga ciri-ciri orang munafik, berikut
penjelasannya.

Berbohong
Ciri orang munafik yang pertama adalah jika berbicara ia berbohong. Orang yang suka
berbohong atau menutupi kebenaran maka dia akan semakin dekat dengan sifat kemunafikan.
Bohong sendiri artinya adalah segala sesuatu baik itu perkataan atau perbuatan yang tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
Rasullullah bersabda yang artinya:
Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut? Beliau
menjawab: Ya. Lalu ditanya beliau ditanya lagi: Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?
Beliau menjawab: Ya. Lalu ditanyakan lagi: Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?
Beliau menjawab: Tidak!
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam kitab Al-Muwatha.
Bahkan Rasulullah sendiri melalui hadist di atas telah menyatakan bahwa berbohong bukanlah
sifat seorang mukmin. Seorang mukmin mungkin saja bakhil dan penakut, namun ia tidak
mungkin berbohong.

Contohnya adalah jika ada orang yang membayar belanjaan di minimarket dan kasirnya bertanya
“Ada uang kecil nggak?” Kemudian orang tersebut menjawab “Nggak ada, mbak” padahal
sebenarnya ia mempunyainya. Contoh lainnya adalah berbohong untuk menghindari hukuman
ketika berbuat salah dan menyontek ketika ujian di sekolah.

Ingkar Janji
Suka tidak menepati janji merupakan ciri-ciri orang munafik yang kedua. Apabila kita berjanji
kepada seseorang berusahalah untuk menepatinya. Jika memang merasa tidak sanggup
berkatalah jujur atau jangan menyepakati janji tersebut. Jadi berhati-hatilah dalam berjanji,
karena jika sering mengingkarinya, kita bisa termasuk orang munafik.
Ciri-ciri orang munafik yang kedua ini lebih sulit untuk dihindari daripada yang ciri yang
pertama. Sering kali seorang mukmin sudah mampu menjaga agar tidak mengatakan kebohongan
dan mengatakan kebenaran. Namun dia masih mudah berjanji padahal ia tahu dirinya tidak bisa
memenuhi janji tersebut.
Apalagi jika seseorang menjadi pemimpin, dorongan untuk berjanji biasanya lebih besar.
Sehingga menjadi lebih sering untuk membuat janji. Hal ini biasanya tercermin ketika seorang
pemimpin melakukan kampanye saat pemilu. Bahkan dalam satu kali kampanye saja bisa
dihitung berapa buah janji yang telah dibuat.

Pengkhianat

Berkhianat merupakan ciri orang munafik yang ketiga. Mengkhianati amanah, jika sering
dilakukan, maka pelakunya akan semakin dekat dengan kemunafikan. Semakin besar
kepercayaan yang dikhianati, semakin jelas tanda kemunafikan orang tersebut. Meskipun
sebenarnya sangat sulit memastikan ia berkhianat atau tidak.
Amanah bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa jadi ia adalah pekerjaan atau profesi yang di
dalamnya ada kewajiban yang seharusnya kita penuhi. Bisa jadi ia adalah kepemimpinan yang
dipercayakan kepada kita. Bahkan titipan barang dari orang lain agar kita menjaganya, atau
rahasia dari orang lain agar kita menyimpannya, semua itu termasuk amanah.
MATERI 18
Makna dan Kandungan Surah Ad-Dhuha

Makna dan Kandungan Surah Ad-Dhuha - Surah Ad-Dhuha adalah surah ke-93 dalam al-
Qur'an dan terdiri atas 11 ayat. Surah ini termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan
sesudah surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama,
yang artinya "waktu matahari sepenggalahan naik".

Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi Muhammad
SAW dengan cara yang tak putus-putusnya, larangan berbuat buruk terhadap anak yatim dan
orang yang meminta-minta dan mengandung pula perintah kepada Nabi supaya mensyukuri
segala nikmat.

Inilah Ayat Ad-Dhuha Arab Beserta Arti dan Terjemahannya : 

  َ‫) َولَأۡل َ ِخ َرةُ خ َۡي ۬ ٌر لَّكَ ِمن‬٣( ‫ك َو َما قَلَ ٰى‬


َ ُّ‫) َما َو َّدعَكَ َرب‬٢( ‫) َوٱلَّ ۡي ِل إِ َذا َس َج ٰى‬١( ‫َوٱلضُّ َح ٰى‬

۬
 ًّ‫ضٓاال‬ َ ‫) َو َو َج َد‬٦( ‫ك يَتِي ۬ ًما فَٔـََٔـا َو ٰى‬
َ ‫ك‬ َ ‫) أَلَمۡ يَ ِج ۡد‬٥( ‫ض ٰ ٓى‬
َ ‫ك فَت َۡر‬ َ ‫) َولَ َس ۡوفَ ي ُۡع ِطي‬٤( ‫ٱأۡل ُولَ ٰى‬
َ ُّ‫ك َرب‬

(١٠( ‫) َوأَ َّما ٱلسَّٓا ِٕٕٮِـ َل فَاَل ت َۡنہَ ۡر‬٩( ‫) فَأ َ َّما ۡٱليَتِي َم فَاَل ت َۡقهَ ۡر‬٨( ‫ك عَٓا ِٕٕٮِـ ۬الً فَأ َ ۡغن َٰى‬
َ ‫) َو َو َج َد‬٧( ‫فَهَد َٰى‬

(١١( ‫َوأَ َّما بِنِ ۡع َم ِة َربِّكَ فَ َحد ِّۡث‬

Artinya :
"Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (1) dan demi malam apabila telah sunyi, (2)
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada [pula] benci kepadamu [1], (3) dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan [2]. (4) Dan kelak Tuhanmu pasti
memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu [hati] kamu menjadi puas. (5) Bukankah Dia
mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (6) Dan Dia mendapatimu
sebagai seorang yang bingung [3], lalu Dia memberikan petunjuk. (7) Dan Dia mendapatimu
sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (8) Adapun terhadap anak
yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. (9) Dan terhadap orang yang minta-
minta maka janganlah kamu menghardiknya. (10) Dan terhadap ni’mat Tuhanmu maka
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur]. (11)"

Adapun Tafsir Makna dan Kandungan Surah Ad-Dhuha Sebagai Berikut :

Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam ketika telah
sunyi untuk menerangkan perhatian Dia kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Maksudnya, ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik berkata, "Tuhannya (Muhammad) telah
meninggalkannya dan benci kepadanya.” Maka turunlah ayat di atas untuk membantah perkataan
orang-orang musyrik itu, yaitu, “Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak
(pula) membencimu,” yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah meninggalkan Beliau dan
membiarkannya sejak Dia mengurus dan mendidik Beliau, bahkan Dia senantiasa mengurus dan
mendidik Beliau dengan pendidikan yang sebaik-baiknya serta meninggikan Beliau sederajat
demi sederajat.

Yakni Dia tidak membencimu sejak Dia mencintaimu. Inilah keadaan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam yang dahulu dan yang sekarang; yakni keadaan yang paling sempurna;
kecintaan Allah untuk Beliau dan tetap terus seperti itu serta diangkatnya Beliau kepada
kesempurnaan, dan tetap terusnya mendapatkan perhatian dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Adapun keadaan Beliau pada masa mendatang, maka sebagaimana firman-Nya, “Dan sungguh,
yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.”

Maksudnya, bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu akan
menjumpai kemenangan-kemenangan meskipun permulaannya penuh dengan kesulitan-
kesulitan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguatkan agama Beliau, memenangkan Beliau
terhadap musuh-musuhnya serta memperbaiki kondisi Beliau sehingga Beliau mencapai keadaan
yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang terdahulu maupun yang datang kemudian, baik dalam
hal keutamaan, kebanggaan maupun kegembiraan. Sedangkan di akhirat, maka tidak perlu
ditanya tentang keadaan Beliau; keadaan Beliau penuh dengan berbagai kemuliaan dan
kenikmatan. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan sungguh, kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.”
Pemberian-Nya yang besar tidak mungkin diungkapkan selain dengan kata-kata itu.

Apa yang disebutkan dalam ayat ini dan setelahnya merupakan bukti perhatian Allah
Subhaanahu wa Ta'aala kepada Beliau.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendapati Beliau dalam keadaan yatim-piatu; Beliau ditinggal
wafat ibu dan bapaknya ketika Beliau tidak bisa mengurus diri Beliau, maka Allah Subhaanahu
wa Ta'aala melindunginya, menyerahkan kepada kakeknya Abdul Muththalib, dan setelah
kakeknya wafat Dia menyerahkan kepada pamannya Abu Thalib sampai kemudian Allah
Subhaanahu wa Ta'aala membantu Beliau dengan pertolongan-Nya kemudian dengan kaum
mukmin.
Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang
tidak bisa dicapai oleh akal; Beliau tidak tahu apa itu kitab dan apa itu iman, lalu Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengajarkan kepada Beliau apa yang Beliau tidak ketahui; menurunkan
wahyu kepada Beliau dan memberikan Beliau taufiq kepada amal dan akhlak yang paling baik.
Yakni membuatmu qana’ah (puas dan menerima apa adanya). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

ِ ‫ض َولَ ِك َّن ْال ِغنَى ِغنَى النَّ ْف‬


‫س‬ ِ ‫ْس ْال ِغنَى ع َْن َك ْث َر ِة ْال َع َر‬
َ ‫لَي‬
 
“Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta. Akan tetapi, kaya itu dengan kecukupan
(kepuasan) jiwa.” (HR. Muslim)

Atau maksudnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mencukupkan Beliau dengan menaklukkan


berbagai negeri untuk Beliau, dimana harta dan hasilnya diperuntukkan kepada Beliau. Oleh
karena Dia (Allah) telah melimpahkan berbagai kenikmatan itu, maka hadapilah nikmat-Nya itu
dengan disyukuri.

Yakni jangan bergaul secara buruk terhadapnya, janganlah dadamu merasa sempit
terhadapnya dan janganlah membentaknya, bahkan muliakanlah, berikanlah kemudahan
untuknya, dan berbuatlah terhadapnya sesuatu yang engkau suka jika anakmu diperlakukan
seperti itu.

Yakni jangan sampai keluar dari mulutmu ucapan yang mengandung penolakan terhadap
permintaannya dengan bentakan dan sikap yang buruk, bahkan berikanlah kepadanya apa yang
mudah bagimu atau tolaklah dengan cara yang baik dan ihsan.

Baik nikmat agama maupun nikmat dunia.

. Yakni pujilah Allah terhadapnya dan sebutlah nikmat itu jika ada maslahatnya. Hal itu, karena
menyebut-nyebut nikmat Allah dapat membantu untuk bersyukur, membuat hati mencintai yang
memberikannya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena hati itu dijadikan cinta kepada yang
berbuat baik kepadanya.

MATERI 19
Hukum Bacaan Mad Lengkap dengan Contoh Pada Kalimatnya
Ada beberapa hukum bacaan Mad yang akan saya bahan pada kesempatan kali ini. Disini saya
juga akan memberikan beberapa contoh dari bacaan Mad. Agar saat kita membaca alquran tidak
Cuma sekedar membaca namun dengan cara yang benar maka salah satunya kita harus
memahami hukum bacaan Mad ini. Bacaan mad ini mempunyai dua arti yaitu secara bahasa dan
secara istilah. Pengertian Mad secara bahasa mempunyai arti panjang sedangkan menurut istilah
Bacaan Mad adalah membaca panjang huruf hijaiyah di dalam Al-qur’an kerena bertemu salah
satu huruf bacaan mad (hamzah, wawu dan yak) dan untuk ketukanya tergantung pada mad itu
sendiri.

Bacaan Mad sebenarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu Mad Thobi`i dan Mad Far`i. Mad Far`i
juga terbagi lagi menjadi empat belas macam. Oke langsung saja kita bahas satu persatu hukum
bacaan Mad ini beserta contoh bacaannya agar anda lebih faham.

Berikut 15 Macam hukum Bacaan Mad Beserta Contohnya :

ِ ِ‫طَب‬ ‫ َم ْد‬ )
1. Mad Thabi’i ( ‫يعي‬

Ketika ada huruf alif ( ‫ا‬ ) letaknya sesudah huruf fathah atau ya’ sukun (‫ي‬ ) sesudah kasrah ( ―ِ )
atau wau ( ‫و‬ ) sesudah dhammah ( ―ُ ) maka dihukumi mad thabi’i . Mad artinya panjang ,
thabi’i artinya : biasa.
Cara kita membacanya harus panjang sampai dua harakat atau disebut satu alif contoh :
‫س ِم ْي ٌع‬ – ‫يَقُوْ ُل‬ -  ٌ‫ب‬ ‫كتَا‬

ِ َّ‫ ُمت‬  ْ‫ َم ْد َوا ِجب‬ )


2. Mad Wajib Muttashil (  ْ‫صل‬

Ketika ada huruf mad thabi’i bertemu dgn hamzah ( ‫ء‬ ) di dalam suatu kalimat atau kata. Cara
kita membaca ini wajib panjang, panjangnya sekitar 5 harakat atau 2 setengah kali mad thabi’i
( dua setengah alif ).
Contoh : ‫ ِج ْي َء‬ - ‫ َجآ َء‬ - ‫َس َوآ ٌء‬
ِ َ‫) َم ْد َجائِز ُم ْنف‬
3. Mad Jaiz Munfashil (  ْ‫صل‬

Ketika ada huruf mad thabi’i bertemu dgn hamzah (‫ء‬ ) akan tetapi hamzah itu pada lain kalimat .
Jaiz artinya : boleh . Munfashil artinya terpisah .
Cara kita membaca ini boleh seperti mad wajib muttashil, dan boleh seperti mad thobi’i saja .
Contoh : ‫أُ ْن ِز َل‬ ‫بِ َما‬ ‫َوﻻَأ ْنتُ ْم‬

Hadist Memberi Lebih Baik daripada Meminta


‫ اَ ْليَ ُد‬: ‫ص َدقَةَ َوالتَّ َعفُّفَ َع ِن ْال َمسْأَلَ ِة‬
َّ ‫ َوهُ َو يَ ْذ ُك ُر ال‬،‫ َوهُ َو َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر‬،‫ال‬
َ َ‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ْب ِن ُع َم َر ؛ أَ َّن َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ق‬
         ُ‫ َوال ُّس ْفلَى اَلسَّائِلَة‬.ُ‫ َو ْاليَ ُد ْالع ُْليَا اَ ْل ُم ْنفِقَة‬.‫ْالع ُْليَا خَ ْي ٌر ِمنَ ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى‬
Artinya: “Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhu: Bahwa Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam ketika berada di atas mimbar, beliau menuturkan tentang sedekah
dan menjaga diri dari meminta. Beliau bersabda: Tangan yang di atas lebih baik dari tangan
yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang
meminta”.
Dari hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memberi lebih baik dari
pada orang yang meminta-minta, karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan yang
mengakibatkan seseorang menjadi tercela dan hina. Sebenarnya meminta-minta itu boleh dan
halal, tetapi boleh disini diartikan bila seseorang dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa pada
saat itu. Dengan kata lain yaitu dalam keadaan mendesak atau sangat terpaksa sekali. Dan
perbuatan meminta-minta itu dikatakan hina jika orang yang melakukan pekerjaan itu dalam
keadaan cukup, sehingga akan merendahkan dirinya baik di mata manusia maupun pada
pandangan Allah swt di akhirat nanti.
Orang yang memberi lebih utama dibandingkan orang yang meminta-minta saja. Jadi
bagi mereka yang memperoleh banyak harta harus diamalkan bagi orang yang
membutuhkan, sebab islam telah memberi tanggung jawab kepada orang muslim untuk
memelihara orang- orang yang karena alasan tertentu tidak bisa memenuhi kebutuhanhidupnya,
yaitu melalui zakat, maupun sedekah. Dan islam tidak menganjurkan hidup dari belas kasihan
orang lain atau dengan kata lain islam tidak menyukai  pengangguran dan mendorong manusia
untuk berusaha.  Membuka jalan atas dirinya untuk meminta-minta dalam arti kata meminta
dengan ketiadaan mudharat maka Allah akan membuka pintu kemiskinan atas dirinya.

Dalam hadits Rasulullah juga menjelaskan tentang sifat buruk individualisme


‫س هللاُ ع َْن‬ َ َّ‫ب الـ ُّد ْن َي نَف‬ َ ‫س ع َْن ُم ْسـلِ ٍم ُكرْ بَـةً ِم ْن ُك‬
ِ ‫ـر‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَيْـ ِه َو َسـلَّ َم َم ْن نَف‬َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
ِ ‫آلخ َر ِة َو َم ْن َسـتَ َر ُم ْسـلِ ًما َسـتَ َرهُ هللاُ فِى الـ ُّد ْنيَا َو ْا‬
‫آلخـ َر ِة‬ ِ ‫ب يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة َو َم ْن يَ َّس َر َعلَى ُم ْع ِس ٍر يَ َّس َر هللاُ َعلَ ْي ِه فِى ال ُّد ْنيَا َو ْا‬ِ ‫ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
َ ْ ْ
)‫ (أخرجه مسلم‬.‫َوهللاُ فِى عَوْ ِن ال َع ْب ِد َما َكانَ ال َع ْب ُـد فِى عَوْ ِن أ ِخ ْي ِه‬
Artinya :
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: barang siapa melepaskan dari
seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan
dia dari kesusahan-kesusahan dihari kiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada
orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan
barang siapa menutupi aib seorang muslim,  niscaya Allah menutupi aib dia didunia dan
akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong
saudaranya. (H.R.Muslim).

Hadits di atas mengajarkan kepada umat islam untuk selalu memberi partolongan kepada
orang yang mesti di tolong, dan juga menutupi aib orang lain, dan sesuai dengan hadits di atas
terdapat empat poin penting yaitu:
a.       Membantu kesusahan sesama muslim, dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan tentang manfaat
menolong sesama muslim.

.‫ِّت أَ ْقدَا َم ُك ْم‬ ُ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا إِ ْن تَ ْن‬


ْ ‫صرُوا هَّللا َ يَ ْنصُرْ ُك ْم َويُثَب‬

Artinya: “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.’’ (QS. Muhammad : 7)
Dalam ayat di atas menerangkan bahwa apabila menolong agama Allah termasuk
muslimin maka Allah juga akan menolongnya.
b.      Memudahkan kesulitan orang lain, adakalanya kesulitan tersebut hanya bisa diatasi oleh
seseorang yang bersangkutan, terhadap masalah seperti ini seorang muslim ikut memberi solusi
meskipun ia sendiri tidak dapat mengatasinya sendiri, dengan cara seperti ini seseorang yang
kesulitan pasti akan melonggarkan kesulitannya.
c.       Menutupi aib orang lain dan mencegah orang berbuat dosa, sebagai orang islam, kita wajib
menjaga aib orang lain yang mana orang tersebut pasti akan malu apabila aibnya tersebar kepada
orang lain. Dalam Hadits menjelaskan yang artinya “barang siapa yang menutupi aib seorang
muslim maka Allah akan menutupi aibnya”.
Menutupi aib orang lain bukan berarti menutupi kesalahan orang lain, kebanyakan orang
sekarang sudah menyamakan antara aib dan kesalahan.
d.      Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya, seseorang yang
menolong orang lain denagn materi hendaknya ia tidak boleh merasa khawatir akan jatuh miskin,
sebaliknya Allah akan menggantikan jauh kali lipat apabila dia ikhlas karena Allah maha kaya,
pengasih lagi maha penyayang.
MATERI 22
Hadis Tentang Amal Shalih
Manusia hidup didunia tidak hanya sebatas melakukan ibadah saja. Tetapi secara duniawi
seorang manusia harus menggunakan akal untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan yang
diberikan sehingga tidak terbuang sia-sia.
Dunia adalah sarana bagi manusia menuju hidup akhirat yang kekal dan bahagia. Harapan
manusia menuju kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti bilamana setiap waktu dan kesempatan
yang Allah berikan digunakan dengan sebaik-baiknya. 
Rasulullah bersabda : “Dunia itu sebagai sawah ladang akhirat”. Hadis tersebut mengandung
maksud bahwa selama didunia hendaknya kita banyak beramal baik (amal shalih).
Dalam beramal shalih kita dituntut untuk selalu mempertimbangkan keseimbangan antara
kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu, selagi kita hidup hendaknya kita
senentiasa menanam amal shaleh sehingga di akhirat kelak kita dapat menuai panen dari
kebajikan tersebut. Dapat dipahami bahwa amal shalih jika dikerjakan selain memberi manfaat
terhadap diri sendiri juga bermanfaat pula terhadap orang lain dan dapat pula diterima oleh akal
sehat.
Allah sangat menyayangi orang-orang yang berbuat shalih, oleh karena itu kita sebagai umat
islam sudah seharusnya mengerjakan sesuatu yang Allah senangi sehingga kelak kita akan
mendapatkan surga yang merupakan seindah-indahnya tempat kembali.
1. Pengertian Amal Shalih
Secara bahasa “amal” berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan
saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang
memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat diakhirat.
Islam memandang bahwa amal saleh merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, amal shaleh diartikan sebagai perbuatan yang sungguh-
sungguh dalm menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan baik
terhadap sesama manusia.
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan Allah  SWT.
Sedangkan amal shalih tanpa keimanan akan menjadi perbuatan yang tidak ada nilainya
dihadapan Allah. sebagai contoh orang yang dalam keseharian suka memberi bantuan kepada
siapa sja yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka
perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah.
Amal shalih adalah menjalankan suatu perbuatan baik dengan niat karena Allah dan hanya
mengharapkan ridho Nya. Amal shaleh termasuk perintah allah karena dengan beramal Shaleh
maka akan tercipta kehidupan yang tenteram dan bahagia. 
2. Hadis tentang amal shalih
ْ‫اريَ ـ ٍة اَو‬ ٍ َ‫ص ـ َدق‬
ِ ‫ت َج‬ ٍ ‫ص َل هللا َعلَيهُ َو َسلَم اِ َذا َماتَ ا ْبنُا َد َم اِ ْنقَطَ َع َع َملُهُ اِاَّل ِم ْن ثَاَل‬
َ ‫ث‬ َ َ‫ضى هللا َع ْنهُ ق‬
َ َ‫ال ق‬
َ ‫ال َرسُو ُل هللا‬ ِ ‫عَن ابِى هُ َري َرةَ َر‬
ْ‫ِعل ٍم‬
 )‫ح يَ ْد ُعوْ لَهُ (رواه مسلم‬ ٍ ِ‫صال‬َ ‫اَوْ َولَ ٍد‬  ‫يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬
Dari Abu Hurairah r,a berkata, Rasulullah saw. bersabda “apabila anak adam (manusia) telah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah,
ilmu ymg bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kedua orangtuanya”. (HR. Muslim) 
3. Unsur Tajwid dari Hadis di Atas
Tajwid Lafadz
Mad Thabi`i, Mad Thabi`i, Qalqalah Sughra, Mad Badal ‫اِ َذا َماتَ ا ْبنُا َد َم‬
Ikhfa` ‫اِ ْنقَطَ َع‬
Mad Thabi`i ‫اِاَّل‬
Ikhfa` ‫اريَ ٍة‬
ِ ‫ت َج‬ ٍ َ‫ص َدق‬
َ ‫ث‬ ٍ ‫ِم ْن ثَاَل‬
Idhar Halqi ْ‫اريَ ٍة اَو‬ ِ ‫َج‬
Idghom Bighunnah, Ikhfa ‫ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع‬
Ikhfa, Idghom Bighunnah, Qolqolah, Mad Thabi`i ُ‫ح يَ ْد ُعوْ لَه‬ َ ‫َولَ ٍد‬
ٍ ِ‫صال‬
4. Penjelasan
a. Kandungan Hadits
Dunia adalah sarana bagi manusia menuju hidup akhirat yang kekal dan bahagia. Rasulullah
pernah bersabda yang artinya “Dunia itu sebagai sawah ladang akhirat”. Dalam kaitan inilah,
maka manusia berpikir rasional harus menggunakan waktu secara layak dan memanfaatkannya
dalam hal-hal yang menggambarkan betapa berharganya rentang waktu kehidupanya, seperti
melaksanakan amalan-amalan saleh.  Namun kesempatan itu akan berakhir setelah datangnya
kematian.
Dalam hadis tersebut tidak dikatakan inqata`a intifa`uhu (terputus keadaannya untuk
memperoleh manfaat) hanya disebutkan inqata`a amaluhu (terputusnya amal).  Adapun amalan
orang lain maka itu adalah milik orang yang mengamalkannya, namun jika ia menghadiahkan
kepada orang yang sudah mati, maka akan sampai pahala orang yang mengamalkan itu
kepadanya. Jadi walaupun ia telah mati, ia masih dapat menerima pahala dari orang yang
mengamalkan.
Dalam hadis diatas Rasulullah menjelaskan bahwa apabila manusia itu sudah mati, seluruh
amalannya akan terputus kecuali tiga amal shalih. Ketiga amal shalih yang pahalanya tidak
terputus ketika seseorang telah meninggal dunia tersebut adalah:
1) Sedekah Jariyah
Sedekah berasal dari kata “shadaqatun” artinya sedeka. Derma, atau pemberian. Sedangkan
jariyah artinya mengalir. Sedekah Jariyah adalah memberikan harta/ benda untuk kepentingan
umum yang dapat dimanfaatkan secara terus menerus dengan niat ikhlas semata-mata karena
allah. 
Sedekah tidak harus dalam jumlah banyak, sedekah dilakukan menurut kemampuan masing-
masing. Sekecil apapun sedekah itu asalkan ikhlas Allah swt akan memberikan pahala,
sebagaimana firman allah dalam Q.S. Al Zalzalah: 7 yang artinya,
  
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. “
Dalam hadis juga disebutkan, yaitu:
)‫احب االعمال الى هللا ادومها وانقل (رواه الشيجان عن عائسة‬
“amal yang lebih disukai Allah yang tetap dikerjakan, biarpun sedikit”. (diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Aisyah). 
Pada dasarnya setiap manusia diperintahkan untuk bersedekah. Bersedekah tidak harus berupa
materi (harta benda). Sedekah bisa dilakukan dalam bentuk tenaga atau perbuatan. Rasulullah
saw. bersabda yang artinya:
“Setiap kerat tulang manusia itu punya bersedekah setiap hari; menetapkan hukum secara adil
antara dua pihak adalah sedekah, membantu seseorang menaiki binatang tunggangan adalah
sedekah, mengangkat barabg-barabgnya untuk dinaikkan ke binatang tunggangannya itu adalah
sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkahnya untuk menunaikan salat adalah
sedekah, dan menyingkirkan bahaya dari jalan adalah sedekah”.  
Berdasarkan penjelasn diatas, sedekah jariah harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Niat yang ikhlas
Dalam hal ini keikhlasan merupakan landasan keimanan dan syarat ditentukan bagi sahnya
amalan-amalan. Keikhlasan juga bebas dari jerat dan tipuan iblis.  Sebagaimana firman Allah
dalm surat Shad: 82-83 yang artinya :
“iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”
b) Berupa barang atau benda yang mempunyai sifat awet atau tahan lama
c) Barang atau benda tersebut mempunyai manfaat untuk kepentingan umum.
d) Barang atau benda tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk kebaikan.
Banyak sekali contoh perbuatan yang termasuk sedekah jariyah, misalnya mewakafkan tanah
Atau memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, mushala, rumah sakit, jalan dan
sebagainya. Orang yang menyumbangkan hartanya untuk bangunan seperti itu akan terus
menerus menerima pahalanya selama bangunan itu dimanfaatkan. Pahala terus mengalir
walaupun ia telah meninggal. Dan tentulah orang itu memiliki akidah dan ketauhidan yang benar
sehingga amalan yng dilakukan ketika hidupnya akan memberi kemanfaatan baginya setelah ia
mati.
2) Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu merupakan sarana penting dalam menunjang kehidupan. Orang yang berilmu akan
memperoleh penghargaan dari Allah swt. dan manusia. Ilmu bermanfaat adalah ilmu yang
diamalkan dan diajarkan kepada orang lain dan lebih-lebih jika orang yang telah kita ajari
tersebut mau mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.
Ilmu dikatakan bermanfaat jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mengamalkan ilmu tersebut
b) Ilmu tersebut mempunyai manfaat dalam kehidupan
c) Ilmu tersebut tidak bertentangan dengan agama.
Sebagaimana halnya menuntut ilmu dan mengamalkannya, mengajarkan ilmu juga merupakan
kewajiban orang Islam. Kita tidak boleh menyembunyikan ilmu, artinya tidak mau mengajarkan
ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Allah swt. melaknat orang yang berilmu tetapi tidak mau
menyebarluaskannya.
Diibaratkan pohon yang tak berbuah, ilmu itu akan sia-sia.
Sesungguhnya menyembunyikan ilmu itu sangat pedih siksanya sebagaimana sabda Rasulullah
saw. yaitu:
‫ قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم من سئل عن علم فكتمه الجم بلجام من نار يوم القيمة‬: ‫عن ابى هريرة رضى هللا عنه قال‬
 (‫)رواه احمد‬
Abu hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda” Barangsiapa ditantanya tentang suatu
ilmu, kemudian ia menyembunyikannya(tidak menjawab), maka pada hari kiamat ia akan diberi
kendali dari neraka”. (H.R. Ahmad).
Dalam suatu hadits Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Barangsiapa dikehendaki Allah
dengan baik, dia akan memberikan kefahaman (ilmu) kepadanya mengenai masalah agama”.
(H.R. Bukhari dan Muslim). Orang yang mau mengajarkan ilmu akan memperoleh pahala dari
Allah swt. selama ilmu itu masih dimanfaatkan orang, ia akan tetap mendapat pahala walaupun
telah menuinggal dunia. Misalnya, mengajar atau mengarang sebuah kitab atau buku yang
selanjutnya dibaca orang banyak selama buku itu masih tetap dibaca dan dimanfaatkan ia akan
tetap mendapat pahala.
3) Anak Shalih yang Mendoakan Kedua Orang Tuanya
Kewajiban anak kepada orang tua adalah berbakti kepada orangtuanya, berkata yang sopan dan
membantu meringankan pekerjaan mereka. Namun  jika keduanya telah meninggal dunia, maka
seorang anak dapat berabakti kepada orngtuanya dengan cara mendoakannya.
Beruntunglah orngtua yang mempunyai anak shalih dan mau mendoakannya. Karena doa anak
yang shalih merupakan salah satu amal pahalanya tiada terputus ketika orang telah meninggal
dunia. Anak shalih adalah anak yang taat beragama, bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan
suka berbuat baik terhadap sesama.
Anak shalih termasuk anak yang berakhlak mulia , karena itu anak shaleh yang mau mendoakan
orangtuanya yang telah meninggal dicatata oleh Allah sebagai amalan yang tiada terputus
pahalanya.
Agar kita menjadi anak shalih, ada beberapa perilaku yang harus kita miliki, diantaranya:
a) Berbakti kepada orang tuanya
Orngtua adalah orang yang telah berjasa kepada kita, terutama ibu maka sudah sewajarnya
sebagai anak kita berbakti kepada kedua orng tua selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Adapun wujud konkret dari berbakti kepada orangtua adalah :
I. Tidak berkata kasar kepada kedua orng tua
II. Berlaku hormat dan sntun kepada orang tua
III. Tidak berkat “ah”
IV. Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang
 V. Mendoakan kedua orangtuanya.
b) Berbuat baik kepada sesamanya
Berbuat baik yang dimaksud adalah tidak merugikan orang lain, bersikap jujur, tidak menyakiti,
bersikap ramah, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan lain-lain.
c) Bertakawa kepada Allah
Bertakwa adalah menjalankan semua perintah allah dan menjauhi larangannya. Hal ini seperti
dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 197 yang artinya: “Berbekallah dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Berikut ini adalah ciri orang-orang yang
bertakwa:
I. Sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah
II. Istiqomah dijalannya
III. Memaafkan kesalahan orng lain
IV. Memegang amanah dan menepati janji
V. Menjalani hidup dengan rasa optimis, dan lain-lain.
Dari anak shalih ini, orang yang meninggal pasti serta selalu menerima syafaat darinya.
Begitulah yang dimaksud dari hadits diatas, dengan demikian hadits ini tidak akan berlawanan
maknanya dengan hadits-hadits lain yang menerangkan akan sampainya pahala amalan orang
yang masih hidup  (penebus utang, puasa,shalat, hajidan lain-lain) yang ditujukan kepada orng
yang telah meninggal tersebut.
Begitu juga mengenai amal jariyahnya dan ilmu yang bermanfaat selama dua hal ini masih
diamalkan oleh manusia yang masih hidup, maka orng yang meninggal selalu mendapat syafaat
darinya.
Mengenai hadist tentang amal shaleh diatas, menunjukkan besarnya keutamaan mengusahakan
amal-amal shalih tersebut karena disamping keutamaanya sendiri yang besar. Juga pahalanya
yang terus mengalir meskipun orng yang mengusahakan telah meninggal dunia. Imam Nawawi
mencantumkan hadits ini dalam bab: Pahala yang terus didapatkan oleh seorang manusia
meskipun ia telah meninggal dunia.  
Hadits tersebut juga merupakan penjabaran dari firman Allah yaitu:
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah
mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan
dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuz)”. (QS. Yasin: 12)
Artinya bahwa Allah akan menulis amal-amal yang mereka kerjakan sendiri dan jejak-jejak yang
mereka tinggalkan, karena mereka yang mengusahakan sebab terwujudnya amal-amal tersebut,
baik amal shalih maupun amal buruk.
Adapun syarat syarat sah beramal shaleh adalah
a) Amal shalih dilakukan dengan mengetahui ilmunya
b) Orang shaleh melakukan semua amal itu dengan penuh ketulusan 
c) Amal shalih hendaknya dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syarak (AlQuran dan
Hadits).
AlQuran menghubungkan kata “amanu” (mereka beriman) dan “amilusshalihat” (mereka
beramal shalih) dengan kata sambung wa (dan) pada 50 ayat Alquran, antara lain QS. Albaqarah:
25, 28, 82, 277; Ali Imran: 57, 122, 173; At Thin: 6, dan masih banyak yang lainnya. Alquran
juga menyebutkan kata “As shalehat” tetapi tidak dihubungkan langsung dengan “amanu”
sebagaimana dalam QS. An Nahl ayat 97.
Dari apa  yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Quran dapat disimpulkan bahwa amal shaleh
merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT.
harus menampakkan keimanannya dalam bentuk amal shaleh. Iman dan amal shaleh ibarat dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang
menyebabkan ia disebut mata uang. Imat tanpa amal shaleh juga diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman.
Begitu pula orang yang mengakui Islam harus menyatakan keislamannya. Islam seperti
bangunan yang kokoh didalam satu jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang
menunjukkan nilai-nilai keislaman.
4)  Nilai Amal Shalih
a. Allah akan memberikan rizki yang baik
Allah akan mengkaruniakan kehidupan yang baik dengan cara memberikan rizki yang halal dan
baik.
Sehingga apa yang ia makan adalah rizki yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS. Al Hijr: 50 yang artinya, “Maka bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi
mereka ampunan dan rizki yang mulia”.
b. Allah Akan memberikan derajat yang tinggi
Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Thaha: 75 yang artinya, “ dan Barangsiapa datang kepada
Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka
Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia)”.
c. Sukses 
Orang yang senantiasa melakukan amal shaleh akan membimbingnya untuk hidup dalam
kehidupan yang baik yang akan selalu memimbingnya dalam menentukan segala hal dengan
bimbingannya.
d. Keimanan dan Ketakwaan diri
Salah satu bukti dari sebuah keimananan adalah sebuah amal, oleh karena itu amal adalah sebuah
perwujudan dari matangnya iman dalam ketakwaannya bagi para hambanya sehingga semakin
banyak orang yang melakukan amal kebaikan maka kualitas iman dan takwanya insyallah juga
akan bertambah.
e. Terhindar dari kegelapan
Hal ini sesuai firman Allah dalm QS. Yunus: 9 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh
kenikmatan”.
f. Diberi  Rahmat
Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Al Jatsiah: 30 yang artinya, “Adapun orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam
rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”.
g. Hilangnya rasa takut dan khawatir
h. Akan disempurnakan pahalanya
Hal ini sesuai firman Allah Surat Ali Imran: 57 yang artinya, “Adapun orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Maka Allah akan memberikan kepada
mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim”. 
i. Diberi ampunan
Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Al-Ankabut: 7 yang artinya, “dan orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan
benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
Perbuatan baik itu dapat melebur dosa sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya
“Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan
jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskannya, dan
pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”. (HR. Bukhari)  
j. Menjadi penghuni surga
Hal ini sesuai firman Allah Surat Hud: 23 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka
itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya”. 
5) Hikmah Beramal saleh
1. Tidak syirik
2. Memiliki ketakwaan
3. Terhindar dari kemaksiatan
4. Berjiwa sosial
5. Tidak kikir
6. Merasakan Kebesaran Allah
7. Terkabul doa-doanya
8. Banyak saudara
9. Memiliki kejujuran
10. Berhati ikhlas
11. Sehat jasmani dan rohani
12. Memiliki kedisiplinan

Anda mungkin juga menyukai