Anda di halaman 1dari 5

Nama: Lisa Yuliyanti Cahyaningrum

Nim: 2000028077

1. (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 106)

َ ‫ت ُوجُوْ هُهُ ْم ۗ اَ َكفَرْ تُ ْم بَ ْع َد اِ ْي َما نِ ُك ْم فَ ُذوْ قُوا ْال َع َذا‬


َ‫ب بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكفُرُوْ ن‬ ْ ‫يَّوْ َم تَ ْبيَضُّ ُوجُوْ هٌ َّوتَ ْس َو ُّد ُوجُوْ هٌ ۗ فَا َ َّما الَّ ِذ ْينَ ا ْس َو َّد‬

"Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Ada pun orang-
orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), "Mengapa kamu kafir setelah beriman?
Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."

Penjelasan:

- Uslub Nahyu

Ayat ini menggambarkan perbedaan keadaan orang yang beriman dan orang kafir pada hari kiamat.Pada
hari itu ada wajah yang putih berseri dan tampak sinar kebahagiaan dan kesenangan mereka karena
pahala dari amal kebajikan mereka selama hidup di dunia; itulah wajah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya,dan ada pula wajah yang hitam muram dan tampak rasa
kesedihan,penyesalan dan kehinaan itulah wajah orang-orang kafir dan mendustakan rasulrasul-Nya.
Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram, kepada mereka dikatakan,"Mengapa kamu
kafir,murtad,setelah beriman,yaitu setelah datang penjelasan yang nyata,baik melalui rasul maupun
kitab yang diturunkan Allah dan juga tanda-tanda kebesaran Allah di alam raya?Karena itu,rasakanlah
azab yang pedih disebabkan dosa kekafiranmu itu."

Dalam ayat ini terdapat kalimat penghinaan yang tidak diungkapkan secara langsung seolah bertanya
ۡ‫اس َو َّد ۡت ُوج ُۡوهُهُمۡ اَ َكفَ ۡرتُمۡ بَ ۡع َد اِ ۡي َمانِ ُكم‬
ۡ َ‫ فَا َ َّما الَّ ِذ ۡين‬yang mana melemparkan sebuah hinaan dalam bentuk
pertanyaan,yakni agar mereka lebih menyadari dan menyesali dengan apa yang telah mereka
perbuat,menunjukkan bahwa perbuatan mereka yang meninggalkan ajaran yang benar memang nyata
sebuah kesalahan. َ‫اب ِب َما ُك ۡنتُمۡ ت َۡكفُر ُۡون‬ َ ‫فَ ُذ ۡوقُوا ۡال َع َذ‬maka setelahnya ungkapan hinaan yang jelas dan
terlontarsevara langsung kepada mereka yang kafir setelah beriman dengan mengolok-oloknya karena
sudah mendapatkan ganjaran apa yang telah mereka langar dan dustai.

Gaya bahasa larangan yang digunakan adalah dalam bentuk hinaan(Tahqiir)Dimana pada saat itu hinaan
jelas terlontar kepada mereka yang kafir setelah beriman,bukan sekedar hinaan biasa yang belum
terbukti kebenarannyya namun bentuk hinaan yang mempu membuat orang yang dihina menyadari
kesalahn mereka.

- Gaya bahasa yang digunakan dalam ayat di atas adalah bentuk istifham, terletak pada kalimat ‫اَ َكفَرْ تُ ْم بَ ْع َد‬
‫ ( اِ ْي َما نِ ُك ْم‬Mengapa kamu kafir setelah beriman?). Dengan menggunakan piranti berupa lafadz “ ‫ ” ا‬yang
berarti mengapa. Piranti tanya tersebut digunakan untuk menanyakan alasan mengapa seseorang kafir
(murtad)setelah beriman. Pertayaan tersebut dari Allah dengan ucapan, "Kenapa kamu kafir sesudah
beriman? dan Allah memberikan Azab kepada mereka yang kafir
2. (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 181)

ِ ‫ب ْال َح ِري‬
‫ْق‬ ٍّ ‫لَقَ ْد َس ِم َع هّٰللا ُ قَوْ َل الَّ ِذ ْينَ قَا لُ ۤوْ ا اِ َّن هّٰللا َ فَقِ ْي ٌر َّونَحْ نُ اَ ْغنِيَٓا ُء ۘ  َسنَ ْكتُبُ َما قَا لُوْ ا َوقَ ْتلَهُ ُم ااْل َ ْنبِۢيَٓا َء بِ َغي ِْر َح‬
َ ‫ق ۙ  َّونَقُوْ ُل ُذوْ قُوْ ا َع َذا‬

"Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, "Sesungguhnya
Allah itu miskin dan kami kaya." Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka
membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka),
"Rasakanlah olehmu azab yang membakar!"

Penjelasan : Dalam surat Ali Imran ayat 181 menggunakan Amr Tahdid karena pada ayat tersebut
mengandung kalimat :

‫ب ْال َح ِريْق‬
َ ‫ق ۙ  َّونَقُوْ ُل ُذوْ قُوْ ا َع َذا‬
ٍّ ‫َسنَ ْكتُبُ َما قَا لُوْ ا َوقَ ْتلَهُ ُم ااْل َ ْنبِۢيَٓا َء بِ َغي ِْر َح‬

(Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan
yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka)

Makna ayat tersebut mengandung ancaman dan peringatan kepada Orang-orang Yahudi beranggapan
bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa
Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka,
niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersedekah. Ucapan mereka kemudian dijawab oleh
Allah. Kami akan mencatat perkataan mereka yang sangat buruk dengan berbagai tuduhan yang
dilontarkan kepada Allah dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak alasan yang benar
lantaran para utusan Allah tersebut menyampaikan ajaran-ajaran Allah, dan Kami akan mengatakan
kepada mereka, "Rasakanlah olehmu azab yang membakar! " Itu adalah akibat harta yang mereka
timbun untuk kepentingan diri sendiri dan tidak mereka sedekahkan.

3. (QS. Hud 11: Ayat 65)

َ ِ‫فَ َعقَرُوْ هَا فَقَا َل تَ َمتَّعُوْ ا فِ ْي دَا ِر ُك ْم ثَ ٰلثَةَ اَ يَّا ٍم  ٰۗ ذل‬
ٍ ْ‫ك َو ْع ٌد َغ ْي ُر َم ْك ُذو‬
‫ب‬

"Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata, "Bersukarialah kamu semua di
rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.""

Penjelasan:

Tuturan yang termasuk ijaz dalam ayat tersebut adalah kalimat ‫َار ُك ْم ثَ ٰلَثَةَ َأي ٍَّام‬ ۟
ِ ‫( فَ َعقَرُوهَا فَقَا َل تَ َمتَّعُوا فِى د‬Mereka
membunuh unta itu, maka Shaleh berkata: "Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari).
Lafadz tersebut termasuk dalam ijaz hadzf, yaitu dengan membuang jumlah-nya, yaitu kalimat ‫بعد قتل‬
‫( البعير‬setelah membunuh unta), dengan demikian redaksi lengkapnya adalah :

‫ب‬ َ ِ‫َار ُك ْم ثَ ٰلَثَةَ َأي ٍَّام ۖ ٰ َذل‬


ٍ ‫ك َو ْع ٌد َغ ْي ُر َم ْك ُذو‬ ۟
ِ ‫ال بعد قتل البعير فتَ َمتَّعُوا فِى د‬
َ َ‫فَ َعقَرُوهَا فَق‬
(Mereka menusuknya, maka Shaleh berkata: Setelah membunuh unta tersebut maka bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari).

4. (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

َ‫ۗ وا رْ َح ْمنَا ۗ اَ ْنتَ َموْ ٰلٮنَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْال ٰكفِ ِر ْين‬
َ  ‫ۗ وا ْغفِرْ لَنَا‬ َ  ‫َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَا قَةَ لَنَا بِ ٖه‬
َ  ‫ۚ وا عْفُ َعنَّا‬

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.
Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah
kami menghadapi orang-orang kafir."

Penjelasan:

Pada ayat tersebut di atas terdapat bentuk gaya bahasa insya thalaby, yaitu kalimat:.

‫َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَا قَةَ لَنَا بِ ٖه‬

(janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya)

Pesan ayat tesebut adalah penutur (kaum Muslimin) melarang lawan tutur (Allah SWT) memberikan
pikulan baik berupa ketentuan dalam beragama maupun musibah dalam hidup dan lainnya.

Gaya bahasa larangan tersebut tidak dimaksudkan untuk makna yang sebenarnya, yaitu penutur
melarang lawan untuk tidak mencatat kesalahan yang dikalukkan karena lupa dan tidak disengaja,
melainkan difungsikan untuk tujuan do'a atau permohonan. Maksud permohonan atau do'a adalah
penutur memohon kepada lawan tutur, yaitu Allah SW T untuk tidak mencatat amal kesalahan yang
dilakukan karena lupa dan faktor ketidak-senganjaan.

5. (QS. 'Abasa 80: Ayat 3-4)

ۤ
)٤( ‫) اَوْ يَ َّذ َّك ُر فَتَ ْنفَ َعهُ ال ِّذ ْك ٰرى‬٣( ‫ك لَ َعلَّهٗ يَ َّز ٰ ّكى‬
َ ‫َو َما يُ ْد ِر ْي‬

"Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),"

"atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?"

Penjelasan:
ۤ
Gaya bahasa al-Tarajji pada ayat tersebut adalah lafadz ‫ لَ َعل‬dalam ‫ك لَ َعلَّهٗ يَ َّز ٰ ّكى‬
َ ‫ و َما يُ ْد ِر ْي‬
َ (Tahukah kamu
barangkali ia ingin membersih-kan dirinya (dari dosa), keinginan seseorang untuk membersihkan diri
dari dosa tersebut merupakan sesuatu yang mungkin terjadi. Mengingat keiginan seseorang
membersihkan diri tersebut merupakan keinginan yang mungkin terjadi bukan mustahil, pengharapan
tersebut dilafadzkan dengan lafadz (la'alla) ُ‫( لَ َعلَّه‬barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).

6. (QS. Ya-Sin 36: Ayat 52)

َ‫ق ْال ُمرْ َسلُوْ ن‬ َ ‫قَا لُوْ ا ٰي َو ْيلَنَا َم ۢ ْن بَ َعثَنَا ِم ْن َّمرْ قَ ِدنَا   ۜ  ٰه َذا َما َو َع َد الرَّحْ مٰ نُ َو‬
َ ‫ص َد‬

"Mereka berkata, "Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul-Nya."

Penjelasan:

Gaya bahasa yang digunakan dalam ayat di atas adalah bentuk istifham, terletak pada kalimat ‫َم ۢن بَ َعثَنَا ِمن‬
‫( َّمرْ قَ ِدنَا‬Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur?)). Dengan menggunakan
piranti berupa lafadz “‫ ”من‬yang berarti siapa. Piranti tanya tersebut digunakan untuk menanyakan
kebenaran dari ada atau tidaknya orang yang membangkitkan, apakah benar akan ada yang
membangunkan mereka dari kubur. Pertayaan tersebut penuturnya adalah orang-orang yang
mendustakan adanya hari kebangkitan, sedangkan lawan bicaranya adalah malaikat Allah SWT yang
langsung menjelaskan bahwa hari kebangkitan merupakan salah satu janji Allah SWT yang benar adanya,
pertanyaan tersebut langsung tidak merujuk kepada makna aslinya, karena yang dimaksudkan bangun
dari tempat tidur ialah dibangkitkannya mereka dari alam kubur, berfungsi sebagai penegasan hari
kebangkitan dan pembuktian janji Allah SWT.

7. (QS. An-Naba' 78: Ayat 40)

ْ ‫اِنَّ ۤا اَ ْن َذرْ ٰنـ ُك ْم َع َذا بًا قَ ِر ْيبًا ۙ يَّوْ َم يَ ْنظُ ُر ْال َمرْ ُء َما قَ َّد َم‬
ُ ‫ت يَ ٰدهُ َويَقُوْ ُل ْال ٰـكفِ ُر ٰيلَ ْيتَنِ ْي ُك ْن‬
‫ت تُ ٰربًا‬

"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia
melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya
seandainya dahulu aku jadi tanah.""

Penjelasan :

‫ انا اَ ْن َذرْ ٰن ُك ْم َع َذابًا قَ ِر ْيبًا‬kalimat tersebut merupakan kalimat peringatan yang berupa ancaman (Tahdid)
bahwasanya azab itu sangat dekat terhadap orang-orang kafir,mempertanggung jawabkan apa yang
telah mereka perbuat dan tentunya semua itu sudah tercatat dan akan mendapatkan ganjarannya.Lalu
orang-orang kafir itu berkata dengan kalimat perandaian ‫ت تُ َرابًا‬ ُ ‫يلَ ْيتَنِ ْي ُك ْن‬yang
ٰ merupakan harapan dari
mereka untuk tidak terlahir sebagai manusia dan terlahir sebagai tanah yang mana tidak akan dihisab.
Gaya bahasa larangannya dimaknai dengan memberikan peringatan diawal,padahal itulah adalah
ancaman bagi orang-orang kafir yang berbuat dosa dan yang tidak mempercayai bahwa azab itu benar
adanya dan sangat dekat keberadaannya jika Allah berkehendak,dan sungguh azab itu benar-benar ada
keberadaannya.Lalu pada kalimat perandaian yang kedua adalah bentuk penyesalan mereka yang telah
mendustakan kebenaran tersebut dan saat mereka mengetaui kenyataannya mereka hanya bisa
mengungkapkannya dengan perandaian lahir hanya sebagai tanah bukan sebagai manusia yang dihisab
setiap perbuatannya.

8. (QS. Ghafir 40: Ayat 11)

ٰ ۤ
ٍ ْ‫قَا لُوْ ا َربَّنَا اَ َمتَّنَا ْاثنَتَي ِْن َواَ حْ يَ ْيتَنَا ْاثنَتَ ْي ِن فَا ْعتَ َر ْفنَا بِ ُذنُوْ بِنَا فَهَلْ اِلى ُخرُو‬
‫ج ِّم ْن َسبِي ٍْل‬

"Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan
kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar
(dari neraka)?""

Penjelasan:

ٰ
ٍ ْ‫( فَهَلْ اِلى ُخرُو‬Maka adakah sesuatu
Gaya bahasa at-Tamanny pada ayat tersebut adalah lafadz ‫ج ِّم ْن َسبِيْل‬
jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?, keinginan seseorang untuk keluar dari neraka setelah
mereka berada di neraka tersebut tidak mungkin terjadi. Keinginan tesebut diucapkan dengan lafadz
(hal) apakah ada jalan bagi kami keluar dari neraka? Tentu tidak mungkin, sebab kesempatan hidup di
dunia itu hanya sekali, setelah kehidupan di dunia, kelanjutannya adalah kehidupan di akhirat, dan
kehidupan di akhirat tersebut merupakan balasan bagi kehidupan di dunia. Dengan demikian, piranti
tanya (hal) pada ayat tersebut bukan dimaksudkan untuk meminta jawaban dari lawan tutur, melainkan
difungsikan untuk mengharapkan suatu keinginan yang tidak mungkin terjadi, gaya nahasa seperti ini
dinamakan gaya bahasa tamanny.

Anda mungkin juga menyukai