Anda di halaman 1dari 22

PERAN PEMIMPIN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DASAR PRIMA

BAGI MASYARAKAT MISKIN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem
Kesehatan Masyarakat

Diajukan Oleh

INDAH SARI TANJUNG

NIM 1600029162

Kelas C

Dosen Pengampuh:

Firman, S.KM., M.P.H

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbilalamin, Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya Tugas Paper Kepemimpinan dan Berfikir Sistem
Kesehatan Masyarakat dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini
bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Kepemimpinan dan
Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan paper ini saya ingin mengucapkan terima kasih


kepada:

1. Dosen pengajar mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan


Masyarakat (Bapak Firman, S.KM., M.P.H) yang telah menyampaikan
materi dan mengajar dalam mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem
Kesehatan Masyarakat.
2. Para pihak yang telah menulis dan menjadi referensi saya dalam penulisan
paper ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan keberkahan dan keridhaan-


Nya serta membalas amal kebaikan semua pihak. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Harapan saya semoga paper ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi saya maupun bagi pembaca.

Yogyakarta, 15 Juli 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. I

KATA PENGANTAR .............................................................................................. II

DAFTAR ISI ............................................................................................................. III

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4


B. Tujuan .................................................................................................................. 7
C. Manfaat ................................................................................................................ 7

BAB II : ISI DAN PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan ..................................................................................................... 8
1. Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan ........................................................ 8
2. Fungsi-fungsi kepemimpinan ........................................................................ 9
3. Gaya-gaya kepemimpinan ............................................................................ 11
B. Pelayanan Kesehatan Prima ................................................................................ 12
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Prima ........................................................ 12
2. Kualitas Pelayanan Prima .............................................................................. 13
3. Prinsip Pelayanan Prima ............................................................................... 14
C. Puskesmas ............................................................................................................. 15
1. Pengertian Puskesmas ................................................................................... 15
2. Fungsi dan Peran Puskesmas ........................................................................ 17
D. Masyarakat Miskin .............................................................................................. 20
E. Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima bagi Masyarakat
Miskin.................................................................................................................... 20

BAB III : KESIMPULAN ....................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya,
agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang
memimpinnya (Wahjosumidjo, 2007).
Peran seorang pemimpin sangat menentukan bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau organisasi (Ancok, 2012). Sebuah
organisasi termasuk puskesmas, jelas dibutuhkan kepemimpinan yang efektif.
Kepemimpinan sangat berperan sekali dalam proses pembentukan karakteristik
pegawai, sehingga mampu menciptakan situasi kerja yang kondusif dan
terarah. Karena kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi orang- orang lain agar bekerja mencapai tujuan
dan sasaran (Sopiah, 2009). Berhasil tidaknya seorang pegawai dalam prestasi
kerja untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada publik dapat
dipengaruhi oleh kepemimpinan dari atasannya.

Secara teori sebuah negara dibentuk oleh masyarakat disuatu wilayah


yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat negara
yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan
kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan
dengan orang lain disekelilingnya. Pelayanan publik merupakan kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik, penyelenggaraan pelayanan publik atau
penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata

4
untuk kegiatan pelayanan publik. Di kehidupan sehari-hari, kehidupan bersama
itu sering kita artikan sebagai kebutuhan publik yang mendasar adalah
pelayanan kesehatan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009


tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) bahwa setiap orang mempunyai yang sama
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan unsur kesejahteraan masyarakat
yang harus diwujudkan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar
untuk mencapai suatu kesejahteraan.

Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik


Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang
Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama- sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan kepada
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Seperti yang dikutip Sampurna (2015) dalam skripsinya, pelayanan


kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh
yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan 5 umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia. Walaupun sempat berada pada era yang berbeda
(Era Askes dan Era BPJS), puskesmas tetap konsisten memberikan layanan
kesehatan untuk masyarakat, dan ditambah dengan keberadaan puskesmas
yang mudah untuk dijangkau. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya melalui upaya kesehatan seperti yang dicanangkan

5
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) perlu adanya pelayanan
kesehatan yang baik dan berkualitas oleh penyelenggara kesehatan, oleh sebab
itu dituntut kinerja yang tinggi dari penyelenggara kesehatan itu sendiri.

Pelayanan prima menjadi tuntutan masyarakat, sejalan dengan


peningkatan kebutuhan dan kesadaran dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat sebagai impas dari kemajuan teknologi. Kualitas yang tinggi
merupakan tuntutan, tidak hanya dalam kegiatan bisnis namun juga dalam
kegiatan pelayanan lembaga pemerintahan, Marzuki Usman (2007) dahulu
resisten terhadap tuntutan kualitas pelayanan publik prima. Zeitmal (1990)
“with service excellent, everyone wins”. Meski demikian, seperti pengalaman
empiris mengajarkan kepada kita dan sebagaimana diyakini oleh Zeithaml
(1990) pelayanan yang baik ternyata “in such a short supply”, sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Kualitas pelayanan merupakan kualitas yang
harus dihubungkan dengan harapan pelanggan dan memuaskan pelanggan,
dengan kata lain adalah penting mendengarkan suara pelanggan kemudian
membantunya untuk memformulasikan kebutuhannya (Yuan, 2008). Semua
negara telah sepakat untuk menerima ”Health For All by the year 2010”.
Pelayanan prima (excellent service) sektor kesehatan di negara-negara maju
termasuk Singapura dikarenakan lebih memfokuskan pengukuran status
kesehatan dari waktu ke waktu. Bagi Singapura khususnya kesehatan bukanlah
suatu konsep yang statis dan dalam prakteknya masyarakat di negara maju
lebih memperhatikan perubahan kesehatan sejalan dengan waktu dan harapan
hidup, sehingga pendekatan Quality Adjusted Life Year (QALY) menjadi
fokus kualitas luaran kesehatan (Mills dan Lucy, 2006).

Kesehatan dan kemiskinan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu
sama lain. Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat
dikaji keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat
dibedakan mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya,
menengah, dan miskin. Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam
masalah aspek kehidupannya, termasuk didalamnya yaitu aspek kesehatan.
Masyarakat miskin cenderung memiliki derajat kesehatan yang rendah,

6
penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain
ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan
dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman
terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan.

B. Tujuan
1. Mengetahui Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima
2. Mengetahui pelayanan Kesehatan Dasar Prima Bagi Masyakat Miskin
C. Manfaat
3. Menjadi sumber informasi mengenai peran pemimpin dalam pelayanan
kesehatan dasar prima bagi masyarakat miskin.

7
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan
1. Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin adalah sebagai seorang yang bertugas mengarahkan dan
mengkoordinasi aktivitas-aktivitas yang ada dalam tugas-tugas
kelompok.seorang pemipini ialah seseorang yang karena kecakapan
pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha seorang pemimpin
dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan
kerjasama kearah pencapaian sasaran tertentu (Setiawati, 2007).
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu
juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian, dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
sasaran memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan
dukungan, dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi
(Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi, 2012).
Menurut George R. Terry, leadership is activity of influencing
people to strive willing for mutual objective, Kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam upaya perumusan dan
pencapaian tujuan (Sedarmayanti, 2011).
Menurut Stoner, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan (Handoko, 2008).
Amstrong (2003) dalam Sudarmanto (2009) menyatakan
kepemimpinana adalah proses memberi inspirasi kepada semua karyawan
agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak benar,
mencapai komitmen dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
bersama (Sudarmanto, 2009).

8
2. Fungsi-fungsi kepemimpinan
Veithzal Rivai (2012) berpendapat, secara operasional fungsi pokok
kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:
a. Fungsi instruksi Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang
menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksansakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan
perintah.
b. Fungsi konsultasi Konsultasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusankeputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih
mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung
efektif.
c. Fungsi partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali
dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus
tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang, membuat/menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu
harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki
kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga

9
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Sedangkan fungsi-fungsi kepemimpinan menurut Siagian Sondang
P. (2003) yaitu:
a. Pimpinan sebagai penentu arah Arah yang dimaksud tertuang dalam
strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang
bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah
pimpinan dalam organisasi tersebut.
b. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi Tidak semua anggota
organisasi mempunyai wewenang untuk mengadakan hubungan keluar
dengan berbagai pihak yang ada hubungannya dengan organisasi yang
bersangkutan. Pimpinan puncak organisasilah yang menjadi wakil dan
juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak di
luar organisasi. Sebagai wakil dan juru bicara resmi organisasi, fungsi
pimpinan tidak terbatas pada pemeliharaan hubungan baik saja, tetapi
harus membuahkan perolehan dukungan yang diperlukan oleh
organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
c. Pimpinan sebagai komunikator yang efektif Tidak dapat disangkal
bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah
berkomunikasi secara efektif. Bahkan ada pendapat yang mengatakan
bahwa timbulnya perselisihan, perbedaan paham dan adanya konflik,
terutama disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang efektif antara
pihak-pihak yang saling berhubungan.
d. Pemimpin sebagai mediator Dalam kehidupan organisasional, selalu
saja ada situasi konflik yang harus diatasi, baik dalam hubungan ke luar
maupun dalam hubungan ke dalam organisasi. Pembahasan tentang
peran 30 pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian
situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi, tanpa
mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam
hubungan keluar dihadapi dan diatasi.

10
e. Pemimpin sebagai integrator Merupakan kenyataan dalam kehidupan
organisasional bahwa timbulnya kecenderungan berpikir dan bertindak
berkotakkotak di kalangan para anggota organisasi dapat diakibatkan
oleh sikap yang positif tetapi mungkin pula karena sikap yang negatif.
Sikap negatif inilah yang biasanya memunculkan konflik dalam
organisasi. Disinilah peran pimpinan sebagai penghubung antar
kalangan anggota organisasi agar selalu terarah dalam penciptaan
lingkungan organisasi yang positif. Dapat ditarik kesimpulan pemimpin
memiliki fungsi penentu perencanaan sebagai penentu arah tujuan
organisasi, mengorganisir organisasi dengan baik, mampu
menggerakkan bawahan atau pegawai dengan baik agar mencapai
kinerja yang diharapkan, pengawasan agar komponen organisasi tetap
berjalan sesuai tujuan yang telah ditentukan, dan menjadi penghubung
organisasi yang dibawahi dengan organisasi lain.
3. Gaya-gaya kepemimpinan

Peran seorang pemimpin sangat menentukan bagi pertumbuhan dan


kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau organisasi (Ancok, 2012).
Sebuah organisasi termasuk puskesmas, jelas dibutuhkan kepemimpinan
yang efektif. Kepemimpinan sangat berperan sekali dalam proses
pembentukan karakteristik pegawai, sehingga mampu menciptakan situasi
kerja yang kondusif dan terarah. Karena kepemimpinan merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang- orang lain
agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Sopiah, 2009). Berhasil tidaknya
seorang pegawai dalam prestasi kerja untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada publik dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari
atasannya. Peran seorang pemimpin sangat menentukan bagi pertumbuhan
dan kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau organisasi (Ancok, 2012).

Sebuah organisasi termasuk puskesmas, jelas dibutuhkan


kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan sangat berperan sekali dalam
proses pembentukan karakteristik pegawai, sehingga mampu menciptakan
situasi kerja yang kondusif dan terarah. Karena kepemimpinan merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang- orang lain

11
agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Sopiah, 2009). Berhasil tidaknya
seorang pegawai dalam prestasi kerja untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada publik dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari
atasannya.

B. Pelayanan Kesehatan Prima


1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Prima

Defenisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan


Republik Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-
Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan
salah satu bentuk dari pelayanan publik yang sangat dibutuhkan masyarakat
luas. Pelayanan kesehatan sendiri merupakan merit goods, yakni memiliki
manfaat yang penting bagi masyarakat banyak dan penyediaannya tidak
dapat diserahkan sepenuhnya kepada swasta.

Pelayanan kesehatan menurut Pohan (2007) merupakan suatu alat


organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan kedalam terminologi
operasional, sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan
akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan,
penunjang layanan 20 kesehatan ataupun manajemen organisasi layanan
kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam melaksanakan tugas dan
perannya masing-masing.

Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah ”excellent service”


yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut
sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Dalam hal ini pelayanan
prima sangat berperan penting untuk menjalankan roda birokrasi yang ada
di dalam organisasi. Menurut Adya (dalam Soesilowaty, 2005) pelayanan
prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan

12
terbaik. Dan Adya mengemukakan bahwa pelayanan prima dapat berhasil
dilaksanakan didasarkan pada:

a. Kemampuan, adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang


mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang
meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembangkan motifasi dan menggunakan
public relation sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam
dan ke luar organisasi/perusahaan.
b. Sikap, adalah prilaku atau perangai yang baru ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan.
c. Penampilan, adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik
maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kreadibilitas dari pihak lain.
d. Perhatian, adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan
maupun pemahaman atas saran dan kritiknya,
e. Tindakan, adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pelanggan,
f. Tanggung jawab, adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan
sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan
kerugian.
2. Kualitas Pelayanan Prima
Pelayanan berkualitas atau pelayanan prima yang berorientasi pada
pelanggan sangat tergantung pada kepuasan pelanggan, dan menurut
Lukman (dalam Pasolong, 2010), menyebut salah satu ukuran keberhasilan
menyajikan pelayanan yang berkualitas (prima) sangat tergantung pada
tingkat kepuasan pelanggan yang dilayani.
Sebagaimana menurut Kasmir (dalam Pasolong, 2010), mengatakan
bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam
memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggan dengan standar yang ditentukan.

13
Menurut Heizer dan Render (dalam Wibowo, 2007) mendefenisikan
kualitas sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan
pelanggan. Selain itu menurut Zeithaml, Parasurman Berry (dalam
Pasolong, 2010) untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan
secara nyata oleh konsumen, ada indikator ukuran kepuasan konsumen yang
terletak pada dimensi SERVIQUAL tersebut, yaitu:
a. Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,
komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.
b. Realibility: kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan
yang terpercaya.
c. Responsivess: kesanggupan untuk membantu dan menyediakan
pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan
konsumen/pasien.
d. Assurance: kemampuan dan keramahan serta sopan santun perawat
dalam meyakinkan kepercayaan pasien.
e. Emphaty: sikap tegas tetapi penuh perhatian dari perawat terhadap
pasien.
Menurut Zeithaml (1990) dalam Hardiansyah (2011) menyatakan
bahwa kualitas pelayanan dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu: Tangible
(Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Ketanggapan),
Assurance (Jaminan), dan Emphaty (Empati). Masing-masing dimensi
memiliki indikator sebagai berikut:
a. Untuk dimensi Tangible (Berwujud), terdiri atas indikator: penampilan
petugas/aparatur dalam melayani pelanggan, kenyamanan tempat
melakukan pelayanan, kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan
pelayanan, kemudahan proses dan akses layanan, penggunaan alat
bantu dalam pelayanan
b. Untuk dimensi Reliability (Kehandalan), terdiri atas indikator:
kecermatan petugas dalam melayani pelanggan, memiliki standar
pelayanan yang jelas, kemampuan petugas/aparatur dalam
menggunakan alat bantu dalam.

14
c. Untuk dimensi Responsiveness (Respon/Ketanggapan), terdiri atas
indikator: merespon setiap pelanggan/ pemohon yang ingin
mendapatkan pelayanan, petugas/aparatur melakukan pelayanan
dengan cepat dan tepat, petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan
cermat, semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas.
d. Untuk dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator: petugas
memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan, petugas
memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan, petugas memberikan
jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
e. Untuk dimensi Emphaty (Empati), terdiri atas indikator: mendahulukan
kepentingan pemohon/pelanggan, petugas melayani dengan sikap
ramah, petugas melayani dengan sikap sopan santun, petugas melayani
dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan), petugas melayani dan
menghargai setiap pelanggan
3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima

Pelayanan prima bidang kesehatan, dikembangkan berdasarkan


prinsip 3 A. Pertama, kita harus menyajikan Attitude (sikap) yang benar.
Kedua, kita harus saling memberikan Attention (perhatian) yg tidak terbagi.
ketiga , semua pelanggan senantiasa mencari action (Tindakan)

Pelayanan prima berdasarkan konsep attituide (sikap) meliputi tiga prinsip


berikut:

a) Melayani pelanggan berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi.


b) Melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis.
c) Melayani pelanggan dengan sikap selalu menghargai.

Pelayanan prima berdasarkan attention (perhatian) meliputi tiga


prinsip :

a) Mendengar dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para


pelanggan.
b) Mengamati dan menghargai kepada para pelanggannya.
c) Mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan.

15
Pelayanan prima berdasarkan action (tindakan) meliputi lima
prinsip:

a) Mencatat setiap pesan para pelanggan.


b) Mencatat kebutuhan pelayanan
c) Menegaskan kembali kebutuhan pelayanan
d) Mewujudkan kebutuhan pelanggan
e) Menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali
setia untuk memanfaatkan pelayanan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan konsep


pelayanan prima bidang kesehatan, yaitu :

a) Apabila dikaitkan dengan tujuan pemerintah dalam memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka pelayanan prima
kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat.
b) Pelayanan prima kesehatan didasarkan pada struktur pelayanan terbaik
c) Untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan kesehatan
maka pelayanan prima , yaitu adalah pelayanan yang memiliki standar.
d) Apabila pelayanan selama ini sudah sesuai dengan standar, maka
pelayanan prima upaya mencari terobosan sehingga berarti pelayanan
yang diberikan dapat melebihi standar
e) Untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan maka
pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik dari instansi yang
bersangkutan. Usaha selanjutnya adalah menyusun standar pelayanan
prima.
C. Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI
(2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

16
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, Pusat kesehatan masyarakat atau yang selanjutnya disebut
puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diberikan oleh
puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan
dan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah: a.
Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada
masyarakat di wilayah kerja puskesmas. b. Pelayanan medik dasar yaitu
upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga
melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit
untuk kondisi tertentu. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
bermutu. Program puskesmas merupakan program kesehatan dasar,
meliputi: (a) Promosi kesehatan; (b) Kesehatan Lingkungan; (c) KIA & KB;
(d) Perbaikan gizi; (e) Pemberantasan penyakit menular; (f) Pengobatan
yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium dan
farmasi).
2. Fungsi dan Peran Puskesmas
Fungsi dan peran puskesmas sesuai dengan SKN Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi
sebagai berikut :
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas
harus mampu membantu menggerakkan (motivator, fasilitator) dan
turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat

17
kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta
dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Pemberdayaan
masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas
yang ada, baik dari lintas sektoral, LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga
agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil
keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau
dengan bantuan pihak lain.
c. Pusat Pelayanan Tingkat Pertama Upaya pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat holistic,
komprehensif menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, Pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan bersifat pokok (basic
helath service) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan
medik dan pada umumnya bersifat pelayanan rawat jalan
(ambulatory/out patien service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya
puskesmas merupakan sarana kesehatan pemerintah yang wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil
dan merata. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi: a. Pelayanan
kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat serta sebagian besar
dielenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan
luar gedung di wilayah kerja puskesmas. b. Pelayanan medik dasar yang
lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan

18
individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan
rujukan.
D. Masyarakat Miskin
Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang
tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai,
dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart
kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh
multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan,
dimensi ekonomi dan dimensi asset (P2KP, Pedoman Umum, 2004).
Klasifikasi Masyarakat Miskin Penggolongan kemiskinan didasarkan
pada suatu standar tertentu yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan
orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan criteria ini maka dikenal
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah mereka
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum, sedangkan
komunitas yang termasuk dalam kemiskinan relatif adalah mereka yang
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum tetapi
secara relatif mereka masih di bawah rata-rata pendapatan masyarakat yang ada
di sekitarnya.
Sedangkan diskursus lain mencoba mengetengahkan pembahasan
kemiskinan yang dibedakan menjadi natural, kultural dan struktural.
Kemiskinan natural sama pengertiannya dengan kemiskinan turun temurun,
disebabkan oleh suatu kondisi keterbatasan secara alamiah yang dihadapi suatu
komunitas sehingga sulit melakukan perubahan.
Kemiskinan kultural adalah suatu kondisi miskin yang dihadapi
komunitas, disebabkan oleh faktor budaya. Budaya yang hidup, diyakini dan
dikembangkan dalam suatu masyarakat menyebabkan proses pelestarian
kemiskinan dalam masyarakat itu sendiri. Kemiskinan struktural merupakan
suatu kemiskinan yang melanda suatu komunitas yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang dibangun manusia. Faktor-faktor tersebut muncul karena
dibangun dan dikondisikan oleh manusia, sehingga menyebabkan kerugian
pada suatu sisi (Sulistyani, 2004).

19
F. Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima bagi Masyarakat
Miskin
Keberhasilan pelayanan kesehatan di puskesmas sangat tergantung
pada pada kemampuan pemimpinnya. Dengan kemampuan yang dimiliki
pemimpin dapat mempengaruhi kinerja bawahan untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan puskesmas. Tuntutan masa
kini mengharuskan organisasi dan orang yang terlibat didalamnya bekerja
dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi kesehatan
puskesmas menunut peran seorang kepala puskesmas dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas.
Institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, yang merupakan
ujung tombak dalam pelayanan langsung kepada masyarakat pengguna,
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan institusi lainnya. Menurut
Keputusan Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003 (tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota), Puskesmas merupakan salah
satu sarana pelayanan publik yang secara langsung dapat dirasakan
masyarakat. Pelayanan pada Puskesmas menekankan adanya keadilan dalam
hal memperoleh pelayanan (equity and acses), mutu palayanan bagi penguna
agar hasil yang diharapkan (kesembuhan) tercapai. Pembangunan sarana fisik
telah berhasil memperbaiki ketersediaan pelayanan kesehatan, walaupun
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan primer meningkat terus dan merupakan
pilihan utama bagi sebagian penduduk, namun tingkat pemerataannya masih
relatif rendah. Kelompok penduduk miskin yang justru paling sedikit
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

20
BAB III

KESIMPULAN

Kesehatan dan kemiskinan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu sama
lain. Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat dikaji
keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat dibedakan
mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya, menengah, dan miskin.
Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam masalah aspek kehidupannya,
termasuk didalamnya yaitu aspek kesehatan. Masyarakat miskin cenderung
memiliki derajat kesehatan yang rendah, penyebab utama dari rendahnya derajat
kesehatan masyarakat miskin selain ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan
akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar,
kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan
kesehatan.

Peran seorang pemimpin sangat menentukan bagi pertumbuhan dan


kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau organisasi. Sebuah organisasi
termasuk puskesmas, jelas dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan
sangat berperan sekali dalam proses pembentukan karakteristik pegawai, sehingga
mampu menciptakan situasi kerja yang kondusif dan terarah. Karena
kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi orang- orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran Berhasil
tidaknya seorang pegawai dalam prestasi kerja untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada publik dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari atasannya.

Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat
mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang
bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan
layanan publik dibidang kesehatan adalah adanya puskesmas. Tujuan utama dari
adanya puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun
dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat kelas
ekonomi menengah kebawah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, 2012. Psikologi Kepemimipinan. Yogyakarta: ETD UGM.

Amstrong, 2003. Managing People : A Practical Guide For Line Managers.


Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Sistem Kesehatan Nasional.


Jakarta

Handoko, 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


Liberty.

Kartini, 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung: Rajawali Press.

Marzuki usman, 2007. Panduan Berinvestasi Saham. Jakarta: Salemba empat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Pasolong, 2010. Teori Administrasi Publik. Banding: Alfa Beta.

Pohan, 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta. Cek.

Sedarmayaniti, 2011. Manajemen Sumber daya manusia.

Soesilowaty, 2005. Masalah Administrasi data. Yogyakarta: UNY.

Sopiah, 2009. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sulistyani, 2004. Memahami Good Governance. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal


5 ayat (2)

Wahjosumidjo, 2007. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Grafindo.

Yuan, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Cendia Utama.

22

Anda mungkin juga menyukai