Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem
Kesehatan Masyarakat
Diajukan Oleh
NIM 1600029162
Kelas C
Dosen Pengampuh:
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Kepemimpinan ..................................................................................................... 8
1. Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan ........................................................ 8
2. Fungsi-fungsi kepemimpinan ........................................................................ 9
3. Gaya-gaya kepemimpinan ............................................................................ 11
B. Pelayanan Kesehatan Prima ................................................................................ 12
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Prima ........................................................ 12
2. Kualitas Pelayanan Prima .............................................................................. 13
3. Prinsip Pelayanan Prima ............................................................................... 14
C. Puskesmas ............................................................................................................. 15
1. Pengertian Puskesmas ................................................................................... 15
2. Fungsi dan Peran Puskesmas ........................................................................ 17
D. Masyarakat Miskin .............................................................................................. 20
E. Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima bagi Masyarakat
Miskin.................................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya,
agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang
memimpinnya (Wahjosumidjo, 2007).
Peran seorang pemimpin sangat menentukan bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau organisasi (Ancok, 2012). Sebuah
organisasi termasuk puskesmas, jelas dibutuhkan kepemimpinan yang efektif.
Kepemimpinan sangat berperan sekali dalam proses pembentukan karakteristik
pegawai, sehingga mampu menciptakan situasi kerja yang kondusif dan
terarah. Karena kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mempengaruhi orang- orang lain agar bekerja mencapai tujuan
dan sasaran (Sopiah, 2009). Berhasil tidaknya seorang pegawai dalam prestasi
kerja untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada publik dapat
dipengaruhi oleh kepemimpinan dari atasannya.
4
untuk kegiatan pelayanan publik. Di kehidupan sehari-hari, kehidupan bersama
itu sering kita artikan sebagai kebutuhan publik yang mendasar adalah
pelayanan kesehatan.
5
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) perlu adanya pelayanan
kesehatan yang baik dan berkualitas oleh penyelenggara kesehatan, oleh sebab
itu dituntut kinerja yang tinggi dari penyelenggara kesehatan itu sendiri.
Kesehatan dan kemiskinan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu
sama lain. Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat
dikaji keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat
dibedakan mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya,
menengah, dan miskin. Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam
masalah aspek kehidupannya, termasuk didalamnya yaitu aspek kesehatan.
Masyarakat miskin cenderung memiliki derajat kesehatan yang rendah,
6
penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain
ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan
dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman
terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan.
B. Tujuan
1. Mengetahui Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima
2. Mengetahui pelayanan Kesehatan Dasar Prima Bagi Masyakat Miskin
C. Manfaat
3. Menjadi sumber informasi mengenai peran pemimpin dalam pelayanan
kesehatan dasar prima bagi masyarakat miskin.
7
BAB II
A. Kepemimpinan
1. Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin adalah sebagai seorang yang bertugas mengarahkan dan
mengkoordinasi aktivitas-aktivitas yang ada dalam tugas-tugas
kelompok.seorang pemipini ialah seseorang yang karena kecakapan
pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha seorang pemimpin
dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan
kerjasama kearah pencapaian sasaran tertentu (Setiawati, 2007).
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu
juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian, dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
sasaran memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan
dukungan, dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi
(Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi, 2012).
Menurut George R. Terry, leadership is activity of influencing
people to strive willing for mutual objective, Kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam upaya perumusan dan
pencapaian tujuan (Sedarmayanti, 2011).
Menurut Stoner, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan (Handoko, 2008).
Amstrong (2003) dalam Sudarmanto (2009) menyatakan
kepemimpinana adalah proses memberi inspirasi kepada semua karyawan
agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak benar,
mencapai komitmen dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
bersama (Sudarmanto, 2009).
8
2. Fungsi-fungsi kepemimpinan
Veithzal Rivai (2012) berpendapat, secara operasional fungsi pokok
kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:
a. Fungsi instruksi Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang
menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksansakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan
perintah.
b. Fungsi konsultasi Konsultasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusankeputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih
mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung
efektif.
c. Fungsi partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali
dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus
tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang, membuat/menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu
harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki
kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga
9
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Sedangkan fungsi-fungsi kepemimpinan menurut Siagian Sondang
P. (2003) yaitu:
a. Pimpinan sebagai penentu arah Arah yang dimaksud tertuang dalam
strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang
bersangkutan. Perumus dan penentu strategi dan taktik tersebut adalah
pimpinan dalam organisasi tersebut.
b. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi Tidak semua anggota
organisasi mempunyai wewenang untuk mengadakan hubungan keluar
dengan berbagai pihak yang ada hubungannya dengan organisasi yang
bersangkutan. Pimpinan puncak organisasilah yang menjadi wakil dan
juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak di
luar organisasi. Sebagai wakil dan juru bicara resmi organisasi, fungsi
pimpinan tidak terbatas pada pemeliharaan hubungan baik saja, tetapi
harus membuahkan perolehan dukungan yang diperlukan oleh
organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
c. Pimpinan sebagai komunikator yang efektif Tidak dapat disangkal
bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah
berkomunikasi secara efektif. Bahkan ada pendapat yang mengatakan
bahwa timbulnya perselisihan, perbedaan paham dan adanya konflik,
terutama disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang efektif antara
pihak-pihak yang saling berhubungan.
d. Pemimpin sebagai mediator Dalam kehidupan organisasional, selalu
saja ada situasi konflik yang harus diatasi, baik dalam hubungan ke luar
maupun dalam hubungan ke dalam organisasi. Pembahasan tentang
peran 30 pimpinan sebagai mediator difokuskan pada penyelesaian
situasi konflik yang mungkin timbul dalam satu organisasi, tanpa
mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam
hubungan keluar dihadapi dan diatasi.
10
e. Pemimpin sebagai integrator Merupakan kenyataan dalam kehidupan
organisasional bahwa timbulnya kecenderungan berpikir dan bertindak
berkotakkotak di kalangan para anggota organisasi dapat diakibatkan
oleh sikap yang positif tetapi mungkin pula karena sikap yang negatif.
Sikap negatif inilah yang biasanya memunculkan konflik dalam
organisasi. Disinilah peran pimpinan sebagai penghubung antar
kalangan anggota organisasi agar selalu terarah dalam penciptaan
lingkungan organisasi yang positif. Dapat ditarik kesimpulan pemimpin
memiliki fungsi penentu perencanaan sebagai penentu arah tujuan
organisasi, mengorganisir organisasi dengan baik, mampu
menggerakkan bawahan atau pegawai dengan baik agar mencapai
kinerja yang diharapkan, pengawasan agar komponen organisasi tetap
berjalan sesuai tujuan yang telah ditentukan, dan menjadi penghubung
organisasi yang dibawahi dengan organisasi lain.
3. Gaya-gaya kepemimpinan
11
agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Sopiah, 2009). Berhasil tidaknya
seorang pegawai dalam prestasi kerja untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada publik dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan dari
atasannya.
12
terbaik. Dan Adya mengemukakan bahwa pelayanan prima dapat berhasil
dilaksanakan didasarkan pada:
13
Menurut Heizer dan Render (dalam Wibowo, 2007) mendefenisikan
kualitas sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan
pelanggan. Selain itu menurut Zeithaml, Parasurman Berry (dalam
Pasolong, 2010) untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan
secara nyata oleh konsumen, ada indikator ukuran kepuasan konsumen yang
terletak pada dimensi SERVIQUAL tersebut, yaitu:
a. Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran,
komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.
b. Realibility: kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan
yang terpercaya.
c. Responsivess: kesanggupan untuk membantu dan menyediakan
pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan
konsumen/pasien.
d. Assurance: kemampuan dan keramahan serta sopan santun perawat
dalam meyakinkan kepercayaan pasien.
e. Emphaty: sikap tegas tetapi penuh perhatian dari perawat terhadap
pasien.
Menurut Zeithaml (1990) dalam Hardiansyah (2011) menyatakan
bahwa kualitas pelayanan dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu: Tangible
(Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Ketanggapan),
Assurance (Jaminan), dan Emphaty (Empati). Masing-masing dimensi
memiliki indikator sebagai berikut:
a. Untuk dimensi Tangible (Berwujud), terdiri atas indikator: penampilan
petugas/aparatur dalam melayani pelanggan, kenyamanan tempat
melakukan pelayanan, kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan
pelayanan, kemudahan proses dan akses layanan, penggunaan alat
bantu dalam pelayanan
b. Untuk dimensi Reliability (Kehandalan), terdiri atas indikator:
kecermatan petugas dalam melayani pelanggan, memiliki standar
pelayanan yang jelas, kemampuan petugas/aparatur dalam
menggunakan alat bantu dalam.
14
c. Untuk dimensi Responsiveness (Respon/Ketanggapan), terdiri atas
indikator: merespon setiap pelanggan/ pemohon yang ingin
mendapatkan pelayanan, petugas/aparatur melakukan pelayanan
dengan cepat dan tepat, petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan
cermat, semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas.
d. Untuk dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator: petugas
memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan, petugas
memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan, petugas memberikan
jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
e. Untuk dimensi Emphaty (Empati), terdiri atas indikator: mendahulukan
kepentingan pemohon/pelanggan, petugas melayani dengan sikap
ramah, petugas melayani dengan sikap sopan santun, petugas melayani
dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan), petugas melayani dan
menghargai setiap pelanggan
3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima
15
Pelayanan prima berdasarkan action (tindakan) meliputi lima
prinsip:
16
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, Pusat kesehatan masyarakat atau yang selanjutnya disebut
puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diberikan oleh
puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan
dan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah: a.
Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada
masyarakat di wilayah kerja puskesmas. b. Pelayanan medik dasar yaitu
upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga
melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit
untuk kondisi tertentu. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
bermutu. Program puskesmas merupakan program kesehatan dasar,
meliputi: (a) Promosi kesehatan; (b) Kesehatan Lingkungan; (c) KIA & KB;
(d) Perbaikan gizi; (e) Pemberantasan penyakit menular; (f) Pengobatan
yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium dan
farmasi).
2. Fungsi dan Peran Puskesmas
Fungsi dan peran puskesmas sesuai dengan SKN Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi
sebagai berikut :
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas
harus mampu membantu menggerakkan (motivator, fasilitator) dan
turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat
17
kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta
dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Pemberdayaan
masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas
yang ada, baik dari lintas sektoral, LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga
agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil
keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau
dengan bantuan pihak lain.
c. Pusat Pelayanan Tingkat Pertama Upaya pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat holistic,
komprehensif menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, Pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan bersifat pokok (basic
helath service) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan
medik dan pada umumnya bersifat pelayanan rawat jalan
(ambulatory/out patien service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya
puskesmas merupakan sarana kesehatan pemerintah yang wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil
dan merata. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi: a. Pelayanan
kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat serta sebagian besar
dielenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan
luar gedung di wilayah kerja puskesmas. b. Pelayanan medik dasar yang
lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan
18
individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan
rujukan.
D. Masyarakat Miskin
Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang
tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai,
dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart
kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh
multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan,
dimensi ekonomi dan dimensi asset (P2KP, Pedoman Umum, 2004).
Klasifikasi Masyarakat Miskin Penggolongan kemiskinan didasarkan
pada suatu standar tertentu yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan
orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan criteria ini maka dikenal
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah mereka
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum, sedangkan
komunitas yang termasuk dalam kemiskinan relatif adalah mereka yang
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum tetapi
secara relatif mereka masih di bawah rata-rata pendapatan masyarakat yang ada
di sekitarnya.
Sedangkan diskursus lain mencoba mengetengahkan pembahasan
kemiskinan yang dibedakan menjadi natural, kultural dan struktural.
Kemiskinan natural sama pengertiannya dengan kemiskinan turun temurun,
disebabkan oleh suatu kondisi keterbatasan secara alamiah yang dihadapi suatu
komunitas sehingga sulit melakukan perubahan.
Kemiskinan kultural adalah suatu kondisi miskin yang dihadapi
komunitas, disebabkan oleh faktor budaya. Budaya yang hidup, diyakini dan
dikembangkan dalam suatu masyarakat menyebabkan proses pelestarian
kemiskinan dalam masyarakat itu sendiri. Kemiskinan struktural merupakan
suatu kemiskinan yang melanda suatu komunitas yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang dibangun manusia. Faktor-faktor tersebut muncul karena
dibangun dan dikondisikan oleh manusia, sehingga menyebabkan kerugian
pada suatu sisi (Sulistyani, 2004).
19
F. Peran Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar Prima bagi Masyarakat
Miskin
Keberhasilan pelayanan kesehatan di puskesmas sangat tergantung
pada pada kemampuan pemimpinnya. Dengan kemampuan yang dimiliki
pemimpin dapat mempengaruhi kinerja bawahan untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan puskesmas. Tuntutan masa
kini mengharuskan organisasi dan orang yang terlibat didalamnya bekerja
dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi kesehatan
puskesmas menunut peran seorang kepala puskesmas dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas.
Institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, yang merupakan
ujung tombak dalam pelayanan langsung kepada masyarakat pengguna,
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan institusi lainnya. Menurut
Keputusan Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003 (tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota), Puskesmas merupakan salah
satu sarana pelayanan publik yang secara langsung dapat dirasakan
masyarakat. Pelayanan pada Puskesmas menekankan adanya keadilan dalam
hal memperoleh pelayanan (equity and acses), mutu palayanan bagi penguna
agar hasil yang diharapkan (kesembuhan) tercapai. Pembangunan sarana fisik
telah berhasil memperbaiki ketersediaan pelayanan kesehatan, walaupun
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan primer meningkat terus dan merupakan
pilihan utama bagi sebagian penduduk, namun tingkat pemerataannya masih
relatif rendah. Kelompok penduduk miskin yang justru paling sedikit
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.
20
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan dan kemiskinan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu sama
lain. Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat dikaji
keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat dibedakan
mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya, menengah, dan miskin.
Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam masalah aspek kehidupannya,
termasuk didalamnya yaitu aspek kesehatan. Masyarakat miskin cenderung
memiliki derajat kesehatan yang rendah, penyebab utama dari rendahnya derajat
kesehatan masyarakat miskin selain ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan
akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar,
kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan
kesehatan.
Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat
mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang
bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan
layanan publik dibidang kesehatan adalah adanya puskesmas. Tujuan utama dari
adanya puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun
dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat kelas
ekonomi menengah kebawah.
21
DAFTAR PUSTAKA
22