Anda di halaman 1dari 15

“MENGANALISA MODEL MANAJEMEN KESEHATAN SERTA KELEBIHAN

DAN KEKURANGAN NYA BAGI MUTU PELAYANAN KESEHATAN”

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum & Perundangan

Dosen pengampu

Disusun oleh :
Aghitsna Nur Rohmah (1320122001)
Cahaya Putri Dwi Ahitsa (1320122002)
Intan Nur Hotimah (1320122003)
Laily Sintha Lubis (1320122004)
Nazla Mahira (1320122005)
Nisa Arinda (1320122006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan petunjuk, rahmat dan hidayah – Nya. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan para keluarga serta sahabatnya. Dan tak
lupa kami bersyukur atas tersusunnya makalah ini yang berjudul ”MENGANALISA
MODEL MANAJEMEN KESEHATAN SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
NYA BAGI MUTU PELAYANAN KESEHATAN”

Terima kasih kepada Susiliawati, SKM. MARS selaku dosen mata kuliah Organisasi
& Manajemen Kesehatan program studi S1 Kesehatan Masyarakat. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
khususnya bagi mahasiswa STIKes Raflesia dan semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1. Definisi Model Pelayanan Kesehatan...........................................................................
2.2. Model Segitiga Pelayanan (The Service Triangle).......................................................
2.3. Kelebihan model Segitiga Pelayanan ..........................................................................
2.4 Kekurangan model Segitiga Pelayanan ........................................................................
2.5 Contoh Penerapan Model Segitiga Pada Pelayanan......................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................
3.2. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang pangan
dan papan, tanpa hidup yang sehat, hidup manusia menjadi tanpa arti, sebab dalam keadaan
sakit manusia tidak mungkin dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Selain itu
orang yang sedang sakit (pasien) yang tidak dapat menyembuhkan penyakitnya sendiri, tidak
ada pilihan lain selain meminta pertolongan dari tenaga kesehatan yang dapat
menyembuhkan penyakitnya dan tenaga kesehatan tersebut akan melakukan apa yang dikenal
dengan upaya kesehatan dengan cara memberikan pelayanan kesehatan.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pancasila dan undangundang dasar tahun 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara.
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satu diantaranya mempunyai peranan yang cukup penting ialah
mnyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam hal itu pelayanan kesehatan merupakan usaha
yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat dalam rangka meningkatkan,
memelihara, dan memulihkan kesehatan masyarakat, yang meliputi pelayanan preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam arti sempit, upaya itu dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang memberikan pengobatan kepada seseorang yang sakit, dalam hal ini contohnya
rumah sakit.
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri ataupun secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan,
mencegah serta menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Mubarak dan Chayatin, 2009:132).
Sedangkan definisi dari pelayanan kesehatan menurut undang-undang nomer 36 tahun
2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah
dalam menyediakan pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan kesehatan secara masal

1
atau umum yang biasanya berbentuk program-program kesehatan dan pelayanan secara
individu.

1.2. Rumusan Makalah


1. Apa Itu Model Pelayanan Kesehatan ?
2. Apa Itu Model Segitiga Pelayanan (The Service Triangle)?
3. Apa Saja Kelebihan Model Segitiga Pelayanan?
4. Apa Saja Kekurangan Model Segitiga Pelayanan?
5. Contoh Penerapan Model Segitiga Pada Pelayanan Kesehatan

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan disusun nya makalah ini untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
hukum & perundangan. Selain itu penulis berharap dibuat nya makalah ini bukan hanya
untuk tugas diberikan semata, akan tetapi untuk bisa membatu kita semua dalam hal
mempelajari ilmu hukum & perundangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Model Pelayanan Kesehatan


Model menurut beberapa pendapat ahli sebagai berikut:
a. Model merupakan bentuk abstraksi dari suatu kenyataan. Model merupakan suatu
perwakilan yang disederhanakan dari beberapa gejala didunia kenyataan. (Thoha,
2008: 124)
b. Model merupakan sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktek bermutu yang
mewakili sesuatu yang nyata. (Mubarak & Chayatin, 2009:81)
c. Model adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl & Roy,
1980)
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa model
merupakan gambaran yang mendeskripsikan suatu kenyataan agar dapat memberikan
pemahaman terhadap sesuatu yang mendekati kenyataan dari konsep yang diharapkan. Model
sangat erat kaitannya dengan sistem, dimana model akan dapat berjalan dengan baik dengan
menggunakan sistem yang jelas dan tepat sasaran. Didalam sebuah sistem tersebut
mempelajari tentang kerangka kerja yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial manusia,
baik hubungan sosial antar manusia dalam organisasi tersebut maupun hubungan sosial
manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Model pelayanan kesehatan merupakan gambaran dari alur dan tatacara dalam melakukan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada dasarnya terdapat dua pihak, pihak pertama
yaitu pihak konsumen kesehatan sebagai pihak yang membutuhkan layanan kesehatan, dan
pihak kedua yaitu tenaga kesehatan sebagai penyedia jasa layanan kesehatan. Dikarenakan
sifat alami manusia yang bersifat sosial tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain maka
timbulah pelayanan kesehatan. (Adisasmito,2010:83)
Pelayanan pada dasarnya merupakan segala aktifitas yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri maupun orang lain. Pada dasarnya manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri dan untuk dapat memenuhi kebutuhannya tersebut selalu membutuhkan
bantuan orang lain. Berdasarkan adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan semua

3
kebutuhan tidak lah mungkin dipenuhi dengan sendirinya maka munculah konsep pelayanan
publik. Pelayanan publik memiliki banyak jenis yang salah satunya adalah pelayanan
kesehatan.

2.2. Model Segitiga Pelayanan (The Service Triangle)


Albert dan Zamke dalam Ratminto&Atik (2007:79) mengemukakan bahwa organisasi
organisasi yang bergerak dibidang pelayanan yang sangat berhasil memiliki tiga kesamaan,
yaitu :
a. Disusunya strategi pelayanan yang baik
b. Orang digaris depan yang berorientasi pada pelanggan atau konsumen
c. Sistem pelanggan yang ramah
Setiap organisasi harus mengatur tiga faktor tersebut untuk dapat mewujudkan kepuasan
pelanggan. Interaksi antar strategi, sistem, dan orang digaris depan serta pelanggan akan
menentukan keberhasilan manajemen dan kinerja oelayanan organisasi tersebut.

Sumber : Albrecht dan Bradford (1990: 27)


dalam Ratminto dan Atik (2005: 80)

Didalam model ini dijelaskan bahwa dalam sebuah pelayanan terdapat unsur-unsur yang
saling mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu :
1. Strategi
Dalam membuat suatu program pelayanan harus memiliki tujuan yang jelas, dan untuk
dapat mencapai tujuan tersebut disusunlah suatu strategi yang diharapkan dapat mencapai
tujuan dari program pelayanan secara efektif. Dalam suatu program pelayanan kepuasan
pelanggan merupakan hal yang utama dan provider atau penyedia layanan harus mampu
mencapai standart pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan. Strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk dapat memenuhi kepuasan pelanggan misalnya saja dengan penyediaan

4
sarana dan prasarana yang lengkap, tempat pelayanan yang nyaman, pelayanan yang cepat,
tepat, dan ramah, penggunaan teknologi yang canggih, dan lain sebagainya.
2. Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling tergabung atau terpadu yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan (Kadir,2003: 54). Dalam menjalankan suatu program pelayanan
dibutuhkan adanya sistem layanan, dimana sistem akan mengatur alur dan berjalannya proses
pelayanan. Dengan adanya sistem maka tujuan dari program pelayanan dapat dicapat dengan
tepat. Sistem yang dijalankan dalam sebuah program juga merupakan bagian dari sebuah
strategi yang dirancang untuk pencapaian tujuan program pelayanan. Sebuah sistem tidak
akan dapat berjalan tanpa peranan dari unsur lainnya misalnya sumberdaya manusia (SDM)
untuk dapat mengimplementasikan sietem tersebut. Misalnya sistem pelayanan yang tepat
waktu dengan menggunakan alur pelayanan yang tidak berbelit dan efisien.
3. Sumber daya manusia (SDM)
Sumber daya manusia menurut Hasibuan (2003: 244) sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya
dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya manusia merupakan faktor utama
dalam adanya sebuah pelayanan. Pelayanan dapat dilakukan apabila ada pihak yang
membutuhkan bantuan dan ada pihak lain yang bersedia membantu memenuhi kebutuhan
tersebut. Tingkat SDM akan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan, apabila SDM dalam
sebuah lembaga pelayanan memiliki standart yang tinggi dan terdapat tenaga-tenaga yang
ahli didalamnya maka lembaga pelayanan tersebut akan cenderung dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik. Tingkat SDM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, moral dan
keahlian yang dimiliki.
4. Customer
Konsumen menurut James F. (1994) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Customer atau konsumen merupakan objek
dari sebuah program pelayanan, maka dibutuhkan konsumen yang kritis yang memiliki
standart yang tinggi, tingkat partisipasi yang tinggi dan mau untuk bekerjasama demi
mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Peran konsumen dalam sebuah pelayanan
sangatlah penting karena dengan respon yang diberikan oleh konsumen akan dapat dilihat
sejauh mana tingkat pelayanan yang telah dijalankan. Dan dengan adanya konsumen maka

5
akan dapat tercipta inovasiinovasi yang baru yang dibuat untuk dapat memenuhi keinginan
konsumen.

2.3. Kelebihan model Segitiga Pelayanan

Model Segitiga Pelayanan (Service Triangle Model) memiliki sejumlah kelebihan yang
menjadikannya alat yang berguna dalam memahami dan meningkatkan pelayanan. Beberapa
kelebihan utama model ini adalah :
1. Menggambarkan Kompleksitas Interaksi Pelayanan: Model ini mengakui bahwa
pelayanan adalah sebuah sistem yang melibatkan interaksi yang kompleks antara
penyedia pelayanan, pelanggan, dan manajemen pelayanan. Ini membantu dalam
memahami bahwa banyak faktor yang memengaruhi kualitas dan kepuasan
pelayanan.
2. Mengutamakan Kepuasan Pelanggan: Model ini menekankan pentingnya
kepuasan pelanggan sebagai elemen kunci dalam pelayanan. Dengan fokus pada
pelanggan, organisasi cenderung berusaha untuk memenuhi dan melebihi harapan
pelanggan, yang dapat menghasilkan pelanggan yang lebih setia dan
merekomendasikan pelayanan tersebut kepada orang lain.
3. Memahami Peran Manajemen Pelayanan: Model ini memberikan penekanan pada
peran manajemen pelayanan dalam merancang, mengelola, dan mengawasi
pengalaman pelanggan. Ini membantu organisasi untuk memahami bahwa
keberhasilan pelayanan tidak hanya bergantung pada penyedia pelayanan, tetapi
juga pada strategi dan pengelolaan keseluruhan.
4. Mengidentifikasi Potensi Masalah: Model ini membantu dalam mengidentifikasi
potensi masalah atau kendala yang mungkin muncul dalam interaksi antara
penyedia pelayanan dan pelanggan. Ini memungkinkan organisasi untuk
merancang strategi perbaikan dan pengembangan.
5. Relevan dalam Berbagai Industri: Model Segitiga Pelayanan dapat diterapkan
dalam berbagai industri, termasuk kesehatan, perhotelan, pariwisata, restoran,
perbankan, dan banyak lagi. Ini adalah kerangka kerja yang serbaguna dan dapat
disesuaikan dengan berbagai konteks pelayanan.
6. Mendorong Pemikiran Holistik: Model ini mendorong pemikiran holistik tentang
pelayanan. Hal ini mengakui bahwa kualitas pelayanan tidak hanya terkait dengan

6
interaksi langsung dengan pelanggan, tetapi juga melibatkan upaya manajemen
pelayanan dalam pengaturan proses dan sistem.
7. Memberdayakan Karyawan: Model ini dapat digunakan untuk memotivasi dan
memberdayakan karyawan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
Karyawan yang memahami pentingnya peran mereka dalam menciptakan
pengalaman pelanggan yang positif cenderung lebih berdedikasi.
8. Mengukur dan Meningkatkan Kualitas Pelayanan: Dengan mengidentifikasi
elemen-elemen yang memengaruhi pengalaman pelanggan, organisasi dapat
mengukur kualitas pelayanan dan mengembangkan strategi perbaikan yang
spesifik.
Secara keseluruhan, Model Segitiga Pelayanan adalah alat yang bermanfaat dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan dan memahami hubungan antara penyedia pelayanan,
pelanggan, dan manajemen pelayanan dalam berbagai konteks bisnis dan industri.

2.4. Kekurangan model Segitiga Pelayanan

Meskipun Model Segitiga Pelayanan memiliki sejumlah kelebihan, model ini juga
memiliki beberapa kekurangan, yang perlu diperhatikan dalam konteks penerapannya.
Beberapa kekurangan utama dari model ini termasuk:
1. Simplifikasi Kompleksitas Pelayanan: Model ini dapat menyederhanakan
kompleksitas pelayanan. Pelayanan seringkali melibatkan berbagai aspek yang
lebih rumit daripada yang dapat direpresentasikan dalam model segitiga. Beberapa
faktor yang memengaruhi kualitas pelayanan, seperti peraturan, lingkungan
eksternal, dan variabel lainnya, mungkin tidak tercakup dalam model ini.
2. Ketidakseimbangan Fokus: Model ini sering kali lebih memfokuskan pada aspek
pelanggan daripada pada aspek internal manajemen pelayanan. Sebagai hasilnya,
beberapa elemen kunci dalam manajemen pelayanan, seperti efisiensi operasional,
kualitas penyediaan, dan sumber daya manusia, mungkin terabaikan.
3. Kurangnya Fleksibilitas: Model ini mungkin kurang fleksibel dalam menangani
konteks dan situasi yang berbeda. Pelayanan dalam berbagai industri dan
lingkungan mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda, dan model segitiga
mungkin tidak selalu relevan.
4. Fokus pada Pelanggan Tertentu: Model ini lebih berfokus pada pelanggan
individu dan tidak selalu mewakili berbagai jenis pelanggan yang mungkin terlibat

7
dalam pelayanan. Beberapa organisasi mungkin melayani pelanggan korporat atau
pelanggan berkelompok, yang memerlukan pendekatan yang berbeda.
5. Tidak Memperhitungkan Perbedaan Budaya: Model ini mungkin tidak
memperhitungkan perbedaan budaya dan sosial dalam pengalaman pelanggan.
Pelayanan yang efektif seringkali harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
preferensi beragam pelanggan.
6. Tidak Menangani Isu Etika dan Keberlanjutan: Model ini cenderung kurang
memperhatikan isu-isu etika dalam pelayanan dan dampak lingkungan atau isu-isu
keberlanjutan yang semakin penting dalam konteks pelayanan modern.
7. Tidak Mempertimbangkan Teknologi: Model ini mungkin tidak sepenuhnya
memperhitungkan peran teknologi dalam pelayanan, khususnya dalam konteks
pelayanan digital dan teknologi informasi yang semakin mendominasi berbagai
industri.
Meskipun memiliki kekurangan, Model Segitiga Pelayanan tetap merupakan kerangka
kerja yang bermanfaat untuk memahami interaksi antara penyedia pelayanan, pelanggan, dan
manajemen pelayanan dalam banyak konteks pelayanan. Namun, perlu diingat bahwa model
ini sebaiknya digunakan sebagai alat bantu dan diperluas dengan mempertimbangkan faktor-
faktor tambahan yang relevan dalam pelayanan yang lebih kompleks.

2.5. Contoh Penerapan Model Segitiga Pada Pelayanan Pelaksanaan Program


Antenatal Care di Puskesmas Peterongan Jombang
Dalam pelaksanaan program antenatal care di puskesmas peterongan strategi yang
disusun sesuai dengan tujuan program dan berjalan dengan baik dengan didukung oleh
program-program pendukung, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara langsung
pada pasien secara umum dapat dikatakan baik dan mementingkan kepentingan pasien,
keramahan tenaga kesehatan pada pasien dikatakan kurang . konsep program antenatal care
yang dilaksanakan dipuskesmas peterongan terdiri dari
1. strategi yang berasal dari pusat namun puskesmas peterongan memiliki strategi
khusus yaitu mengunakan mekanisme voice.
2. sumber daya manusia atau tenaga kesehatan yang terdapat di puskesmas peterongan
sesuai dengan standart yang dibutuhkan,
3. sistem yang diterapkan menggunakan sistem yang baik, dengan input sarana dan
prasarana yang memadahi, tenaga kesehatan yang berkompeten, proses pelayanan

8
yang berfokus pada kepentingan pasien, dan hasil yang telah dicapai sesuai dengan
yang di harapkan
4. pasien program antenatal care yaitu ibu hamil memiliki respon yang positif pada
pelaksanaan program ini sehingga partisipasi ibu hamil pada program antenatal
tersebut cukup tinggi dan antusias.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Albert dan Zemke tentang tiga kesamaan yang
dimiliki oleh organisasi yang dikatakan berhasil dalam penyelenggaraan pelayanan dengan
penyelenggaran pelayanan program antenatal care yang dilaksanakan di puskesmas
peterongan dikatakan cukup sesuai hanya saja keramahan pelayanan pada puskesmas
peterongan sedikit kurang ramah. Apabila dihubungkan antara teori yang di sebutkan Albert
dan Zemke dengan konsep yang dilaksanakan di puskesmas peterongan dapat dikatakan
sesuai hal tersebut dikarenakan puskesmas peterongan juga melaksanakan dan
mengutamakan yang konsep-konsep tersebut dalam implementasi program antenatal care.
Berdasarkan hasil penelitian tentang model pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
Puskesmas Peterongan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelayanannya yang di
analisis menggunakan model segitiga pelayanan berdasarkan input dalam program
merupakan input yang baik yaitu dengan tersedianya tenaga kesehatanyang memiliki
keahlian, memiliki kompetensi yang baik dan juga memiliki etika yang baik dalam
memberikan pelayanan, kemudian sarana dan prasarana yang tersedia dapat dikelola dengan
baik, sarana dan prasarana tersebuut meliputi alat-alat pelayanan yang berkualitas dan tenaga
kesehatan yang berkualitas yang bisa mengoperasikan alat-alat pelayanan tersebut dengan
baik, sarana dan prasarana lainnya seperti tempat pelayanan juga tersedia dengan baik.
Input lainnya berupa strategi yangbaik dengan menggunakan dasar yang jelas dalam
memberikan pelayanan seperti visi dan misi yang jelas, target yang telah direncanakan,
kebijakan yang mendasari program antenatal care tersebut, yang kesemuannya saling
bersinergi untuk menghasilkan starategi yang tepat, kemudian input lainnya adalah jumlah
dan kualitas tenaga kesehatan dapat memenuhi kebutuhan pelayanan program, dan adanya
kerjasama atau partisipasi yang tinggi dari masyarakat atau ibu hamil yang tinggi dalam
pelayanan program antenatal care ini.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

dalam pelayanannya yang di analisis menggunakan model segitiga pelayanan berdasarkan


input dalam program merupakan input yang baik yaitu dengan tersedianya tenaga
kesehatanyang memiliki keahlian, memiliki kompetensi yang baik dan juga memiliki etika
yang baik dalam memberikan pelayanan, kemudian sarana dan prasarana yang tersedia dapat
dikelola dengan baik, sarana dan prasarana tersebuut meliputi alat-alat pelayanan yang
berkualitas dan tenaga kesehatan yang berkualitas yang bisa mengoperasikan alat-alat
pelayanan tersebut dengan baik, sarana dan prasarana lainnya seperti tempat pelayanan juga
tersedia dengan baik.
Input lainnya berupa strategi yang baik dengan menggunakan dasar yang jelas dalam
memberikan pelayanan seperti visi dan misi yang jelas, target yang telah direncanakan,
kebijakan yang mendasari, yang kesemuannya saling bersinergi untuk menghasilkan starategi
yang tepat, kemudian jumlah dan kualitas tenaga kesehatan dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan dan adanya kerjasama atau partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Kemudian input-input yang baik tersebut diproses saling berkaitan dan berinteraksi untuk
menghasilkan pelayanan yang baik dan berkualitas. Output yang dihasilkan dari hasil olahan
dari input-input yang baik kemudian diolah menjadi pelayanan yang baik dan berkualitas,
sehingga hasil yang dicapai dalam pelayanan berhasil dan juga pasien yang merasa nyaman
dan puas dengan pelayanan yang telah diberikan.

SARAN

10
Menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
harap akan lebih details dalam menjelaskan tentang makalah ini, dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Oleh karena itu kami juga membutuhkan saran/kritikan agar kedepannya kami dapat lebih
baik dalam pembuatan makalah. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua,
juga menjadi wawasan untuk lebih memahami.

DAFTAR PUSTAKA

Varadina Ayu N. (2016). Model Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik

Martina Plakpahan, D.S. (2021). PROMOSI DAN PERILAKU KESEHATAN. Yayasan Kita
Menulis

Aat Agustini. (2014). Promosi Kesehatan. Deepublish Publisher. Yogyakarta

Burhan, Bunging, 2003. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Grafindo perkasa.

Miftachurrohmah, Yufita. 2013.’ Model Manajemen Pelayanan Kesehatan di Pusat


Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Studi Deskriptif tentang Model Manajemen Pelayanan
Kesehatan dalam Perspektif Sistem di Puskesmas Gayungan

11
12

Anda mungkin juga menyukai