Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Dan Penganggaran Kesehatan
Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
Dwi Noerjoedianto, S.K.M., M.Kes
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan serta
petunjuk kepada kami dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Dan Teori Organisasi Pelayanan Kesehatan” dengan tepat
waktu. Makalah yang telah disusun ini memuat pembahasan mengenai
pengertian, aktivitas, perubahan manajemen, budaya, model dan juga
peran organisasi pelayanan kesehatan.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Dwi Noerjoedianto, S.K.M., M.Kes selaku dosen koordinator mata kuliah
Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan Universitas Jambi yang sudah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan pada
waktunya.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tahun 2009 Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN bahwa pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan
budaya organisasi untuk membangun sumber daya manusia melalui
aspek perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan tantangan yang sedang berjalan dan yang
akan datang.
Budaya organisasi memiliki peranan penting dalam mengelola
suatu organisasi karena budaya organisasi merupakan persepsi yang
sama tentang makna hakiki kehidupan bersama dalam organisasi.
Kesamaan persepsi meliputi semua aspek kehidupan berorganisasi
seperti hakekat tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai, strategi
yang hendak diterapkan, visi dan misi organisasi, norma-norma
berperilaku dalam organisasi, serta bentuk interaksi yang dikehendaki
antara para anggota organisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Oganisasi
pelayanan kesehatan adalah perpaduan secara sistematis dari pada
bagian- bagian yang saling ketergantungan/ berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Organisasi mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling
mengenal
2. Adanya kegiatan berbeda-beda, namun satu sama lain saling
berkaitan yang merupakan kesatuan kegiatan
3. tiap-tiap orang memberikan kontribusinya berupa pemikiran,
tenaga, dll
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
4
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat
(available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya,
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam
masyarakat setiap saat dibutuhkan.
2. Dapat diterima dengan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar
(appropriate). Artinya, pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta
bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang
baik.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
yang baik, makapengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi
di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik
4. Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah
yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut
biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus
dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan kesehatan
yang mahal dank arena itu hanya mungkin di nikmati oleh
5
sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengankode etik serta standar yang
telah di tetapkan.
6
promotif dan preventif, sehingga diharapkan usaha menjaga kesehatan
akan menjadi kebiasaan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat
(6). Saat ini penyebaran fasilitas kesehatan dan tenaga medis di
Indonesia masih belum merata. Kurangnya jumlah tenaga medis jika
dibandingkan penduduk Indonesia, mendorong pemerintah membentuk
kader-kader kesehatan untuk membantu usaha promotif dan preventif di
bidang kesehatan
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan
konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara
lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada
upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya
preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif,
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-
pilah (fragmente) berubah menjadi kegiatan yang terpadu
(integrated),
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih
banyak dari masyarakat,
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang
semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan
kosumtif menjadi investasi,
6. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat
(centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization,
7. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.
7
menjadi proses yang melibatkan staf di setiap tingkatan sehingga dapat
membantu mencapai tujuan bersama. Hasilnya, budaya organisasi
meningkat dan peluang keberhasilan inisiatif manajemen perubahan
lebih tinggi.
Manajemen perubahan dalam organisasi pelayanan kesehatan
adalah tindakan penyeimbangan yang rumit antara keterlibatan pekerja
dan strategi manajemen. Karena upaya ini padat karya, sering kali lebih
baik untuk mendapatkan bantuan dari keahlian eksternal untuk
memastikan keberhasilan inisiatif manajemen perubahan. Berikut contoh
perubahan menajemen dalam organisasi pelayanan kesehatan yaitu:
8
upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan puskesmas.
Hal yang sangat nampak adalah kebutuhan SOTK Puskesmas
berdasarkan KMK 128 Tahun 2004 yang mengandung unsur
pelaksana teknis fungsional dalam upaya kesehatan Puskesmas
dan perwakilan masyarakat dalam BPP tidak diidentifikasi oleh
Dinas Kesehatan. SOTK baru tersebut diperlukan agar pada saat
implementasi perubahan, Puskesmas telah memiliki kejelasan
dalam melaksanakan tugas pengembangkan fungsi. Identifikasi
pelaksana teknis fungsional bagi UKP dan UKM di Puskesmas
akan menjelaskan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
dan menentukan peta kebutuhan maupun formasi SDM
Puskesmas.
9
manajemen perubahan organisasi tidak berasal langsung dari
perencana reformasi sektor kesehatan yang berada di level
pemerintah pusat, Peneliti tidak melakukan pendampingan
perubahan dan penelitian ini bersifat restropektif sehingga hanya
melihat proses perubahan yang sudah dilakukan,
10
keadaan alam sangat berpengaruh terhadap jaringan dan
komputer. Bila terjadi kerusakan berat maka prosedur
pembiayaan mempengaruhi waktu perbaikan. Rencana
anggaran yang diusulkan kepada pemerintah meningkat namun
100 persen disetujui sehingga anggaran untuk pemeliharaan
perangkat SIMPUS menjadi terbatas.
11
1144/Menkes/Per/III/2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan agar dapat mendorong organisasi mencapai kinerja optimal
(9) .Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan bertugas
melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Oleh sebab itu manajemen pelayanan kesehatan harus lebih
fleksibel dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan sosial, politik, maupun budaya masyarakat setempat. Aturan-
aturan yang dibuat oleh organisasi harus bersifat lentur, mudah
mengakomodasi kemungkinan perubahan yang akan terjadi.
Dalam proses pelayanan kesehatan akan terjadi variasi
pelaksanaan kegiatan dari waktu ke waktu yang akan menghasilkan
luaran yang bervariasi juga. Salah satu upaya untuk mengurangi variasi
proses adalah dengan melakukan standardisasi. Proses standardisasi
meliputi penyusunan, penerapan, monitoring, pengendalian, serta
evaluasi dan revisi standar. Keberadaan standar dalam pelayanan
kesehatan akan memberikan manfaat, antara lain mengurangi variasi
proses, merupakan persyaratan profesi, dan dasar untuk mengukur
mutu.
Untuk Standaar pelayanan kesehatan, semakin kuat budaya
organisasi maka semakin tinggi komitmen organisasional dalam diri
karyawan oleh sebab itu suatu organisasi perlu menerapkan nilai-nilai
dan peraturan-peraturan yang akan memengaruhi perilaku karyawan
yang mengarah pada terbentuk komitmen organisasional. Penelitian
memberikan gambaran kepemimpinan transformasional menaikan nilai
komitmen organisasi dalam menunjang komitmen organisasi di
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (10). Para Kepala
subbagian harus memiliki kemampuan kepemimpinan transformasional
dalam memimpin pegawai subbagian.
Selain itu jika kita melihat standar pelayanan Rumah sakit sebagai
industri jasa, dimana rumah sakit merupakan sebuah industri yang
mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan
berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakan akibat
12
kerja sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban menerapkan
upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (11)
Pengalaman pasien dan masyarakat yang menjadi pelanggan
pelayanan kesehatan harus mendapat perhatian utama sehingga
kebutuhan, harapan, dan nilai pelanggan dapat dipenuhi oleh organisasi
pelayanan kesehatan. Mekanisme untuk mengenal adanya perubahan
kebutuhan, harapan, dan nilai pelanggan perlu ada dalam pengelolaan
organisasi pelayanan kesehatan, demikian juga mekanisme untuk
mengelola pengalaman pelanggan. Dengan demikian, organisasi
pelayanan kesehatan akan mampu memberikan yang terbaik kepada
pasien dan masyarakat.
Berikut pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang harus berfokus pada pelanggan
seperti Total Quality Management (TQM), Layanan Prima. Berikut
penjelasannya:
13
pengelolaan. Total Quality Management juga merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara
terus-menerus, terhadap produk/jasa, sumber daya manusia,
proses dan lingkungannya.
Selain itu, hasil persamaan structural pemodelan telah
mengungkapkan bahwa meskipun kinerja transfer teknologi
memiliki pengaruh positif dan kuat terhadap kualitas total
manajemen, contohnya penyelidikan dan analisis faktor
konfirmatori digunakan pada sampel perusahaan manufaktur Turki
untuk menghasilkan diverifikasi secara empiris antara kinerja
transfer teknologi dan kualitas kinerja (13). Selain itu, hubungan
positif dan kuat diidentifikasi antara manajemen kualitas total dan
kualitas kinerja. Pada akhirnya, temuan tersebut memberikan bukti
empiris bahwa kinerja transfer teknologi mengarah pada
keunggulan kinerja kualitas di hadapan manajemen kualitas
total. Dengan kata lain, transfer teknologi memiliki kinerja
berpengaruh positif dan kuat terhadap kinerja kualitas. TQM
adalah metodologi holistik menuju perubahan umum sebuah
organisasi. Teori TQM cenderung membuahkan hasil di segala
bidang asalkan pengelolanya cukup potensi untuk
mewujudkannya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, itu
meningkat setiap proses, setiap pekerjaan dan setiap individu di
dalam organisasi. Ini terintegrasi dengan rencana bisnis
organisasi dan dapat mempengaruhi pelanggan secara positif (14)
.
Ada beberapa mengenai pelaksanaan TQM, yaitu fokus kepada
konsumen, penglibatan secara total seluruh komponen dalam
organisasi layanan kesehatan termasuk dokter, karyawan dan
seluruh orang yang ada dalam strukturstruktur yang terdapat di
dalamnya, serta pengukuran, dukungan sistematis, dan
peningkatan mutu layanan yang berkelanjutan. Program TQM
tersebut dikatakan berhasil apabila telah terjadi serangkaian
perubahan-perubahan mendasar tentang banyak hal termasuk
14
paradigma berpikir dan cara pandang. Misalnya, bagaimana anda
melihat pelanggan,melihat komunitas yang dihadapi, melihat
karyawan, melihat hubungan yang terjalin, dan juga perubahan
dalam budaya organisasi atau perusahaan dan perubahan dalam
mindset.
Oleh karena itu, untuk menjamin agar program peningkatan mutu
ini dapat berhasil dan berjalan sukses, perlu keyakinan mengenai
kesiapan dan iklim budaya organisasi, komunikasi, dan komitmen
berbagai pihak, serta perhatian terhadap pendidikan dan
perwujudan dari rencana strategis yang telah disusun bersama.
2. Pelayanan prima
Menurut Permendiknas dalam (Yuliani, Tri dan Kristiawan 2017)
indikator kualitas pelayanan prima yang baik meliputi: kemudahan,
layanan sesuai standar, empati,penampil, menempati janji,
ramah/sopan, mudah dihubungi dan komunikatif.Istilah pelayanan
prima sendiri merupakan terjemahan dari excellent service, yang
secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan
yang terbaik. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
maksud pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik dalam
konteks pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Departemen
kesehatan telah memberikan pengertian pelayanan prima.
15
c. Pelaksanaan hak dan kewajiban pemberi dan penerima
pelayanan (aspek SDM dan kepuasan pelanggan)
d. Penanganan dan pendokumentasian kegiatan pelayanan
dilakukan oleh tenaga yang berwenang/ kompeten (aspek
proses dan SDM)
e. Penciptaan pola pelayanan yang sesuai dengan sifat dan
jenisnya sebagai efisiensi dan efektivitas (aspek SDM, dan
proses pelayanan)
f. Penetapan tarif sesuai dengan kemampuan masyarakat
dengan mekanisme pungutan yang transparan serta adanya
pengendalian dan pengawasan yang cermat (aspek finansial
dan kepuasan pelanggan)
g. Tidak ada pembedaan dalam memberikan pelayanan serta
pemerataan distribusi cakupan (aspek kepuasan pelanggan)
h. Kebersihan fasilitas pelayanan dan lingkungan (aspek
proses pelayanan)
i. Sikap ramah dan sopan petugas serta meningkatkan kinerja
secara kualitatif dan kuantitatif
16
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok
pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan
cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit
dan memilihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang
termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu
organisasi.
Secara umum pelayanan kedokteran adalah sebagian dari
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya adalah perseorangan. Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
17
pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Mengalang potensi
masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu :
18
struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan
hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal.
c. Pengorganisasian potensi masyarakat. Keikutsertaan
masyarakat atu pengorganisasian masyarakat ini penting,
karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.
19
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organsisasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan;
c. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Kesehatan;
d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan;
e. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia di bidang kesehatan serta pengelolaan tenaga
kesehatan;
f. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah;
g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
h. Pelaksanaan dukungan substansif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
20
b. Fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan;
3) Pelaksanaan evalusasi dan pelaporan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,
pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber
daya kesehatan;
4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan
lingkuptugasnya; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah
terkait dengan bidang kesehatan.
21
b) Koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Dinas Kesehatan Daerah;
c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah; dan
d) Pengelolaan aset yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Daerah.
22
Bidang Kesehatan Masyarakat pun terbagi lagi menjadi
beberapa subbab yaitu:
i. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
ii. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat
iii. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah
Raga
23
ii. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
iii. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa.
24
4) Bidang Pelayanan Kesehatan
Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer
dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional serta
berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional;
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional;
c) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional; dan
d) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional.
25
5) Bidang Sumber Daya Kesehatan
Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat kesehatan
dan PKRT serta sumber daya manusia kesehatan serta
berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) serta sumber daya manusia
kesehatan;
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan
c) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan;
d) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan.
26
Source: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
49 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Provinsi Dan Kabupaten/Kota
27
b. Dinas Kesehatan Tipe B
Adapun struktur dari Dinas Kesehatan tipe B ini adalah
sebagai berikut:
28
c. Dinas Kesehatan Tipe C
Adapun struktur dari Dinas Kesehatan tipe B ini adalah
sebagai berikut:
29
3. RS (Rumah Sakit)
Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit yang didirikan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis
dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, atau Instansi
tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit
statis, Rumah Sakit bergerak, atau Rumah Sakit lapangan.
a. Rumah Sakit statis
Merupakan Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan
bersifat permanen untuk jangka waktu lama dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan kegawatdaruratan.
b. Rumah Sakit Bergerak
Merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat
sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain Rumah Sakit
bergerak difungsikan pada daerah tertinggal, perbatasan,
kepulauan, daerah yang tidak mempunyai Rumah Sakit,
dan/atau kondisi bencana dan situasi darurat lainnya
c. Rumah Sakit lapangan.
Merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu dan
bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap
darurat bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu.
30
sedikit terdiri atas: pelayanan medik dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan dan kebidanan dan pelayanan
nonmedik.
b. Rumah Sakit khusus
Berfungsi untuk memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Rumah Sakit khusus dapat menyelenggarakan
pelayanan lain di luar kekhususannya. Pelayanan lain di luar
kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan kegawatdaruratan. Pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh Rumah Sakit khusus paling sedikit terdiri atas: pelayanan
medik dan penunjang medik; pelayanan keperawatan
dan/atau kebidanan dan pelayanan nonmedik.
4. Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, tugas
puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya
dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan
salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat
pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
31
1) menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis
masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan
yang diperlukan;
2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat;
6) melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8) memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial,
budaya, dan spiritual;
9) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
10) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan respon
penanggulangan penyakit;
11) melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan
12) melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah
kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas.
32
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
33
8) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan
Kesehatan;
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan negara sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa,
serta pembangunan nasional.
Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi–tingginya bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh. Salah satu upaya
meningkatakan derajat kesehataan yaiu dengan adanya organisasi
pelayanan Kesehatan disekitar masyarakat. Adanya Organisasi pelayana
kesehatanan adalah salah satu upaya mencegah, dan mencembuhkan
35
penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok,
atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
36
5. Kurnia S, Hastuti W, Mudayana AA, Nurdhila AP. Hubungan Mutu
Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit
Umum Daerah Yogyakarta. 2017;11(2), Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2021, (Available from:
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/7260).
37
10. Lamashinta E, Siti Rahmani N, Suryo Prabandari Y. Kepemimpinan
transformasional, budaya dan komitmen organisasi di Kementerian
Kesehatan Transformational leadership, organizational culture and
commitment in the Ministry of Health. J Community Med Public Heal
[Internet]. 2016;32(3):105–12, Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2021,
(Available from:
https://pdfs.semanticscholar.org/ee46/c4bd5f836d692cd6bc03fe439b311d
bab3f5.pdf).
38
14. Kumar V, Kumar D, Antil M. Total quality management. 2016;(March
2017), Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2021, (Available from:
https://www.researchgate.net/profile/Mamta
Antil/publication/324783436_Total_quality_management/links/5ae21a4c0f
7e9b28594a1fe5/Total-quality-management.pdf).
39
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2014, Diakses Pada Tanggal 2 maret 2021,
(Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139202/permenkes-no-75-tahun-
2014).
40
(Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._64_ttg_Stand
ar_Tarif_Pelayanan_Kesehatan_Dalam_Penyelenggaraan_Program_Jami
nan_Kesehatan_.pdf).
41