Anda di halaman 1dari 44

KONSEP DAN TEORI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Dan Penganggaran Kesehatan

Disusun oleh:

Jesika Astuti (N1A120087) Friska Nurul Fadhila (N1A120122)


Thala Galuhni P (N1A120025) Shanniyah (N1A120057)
Viska Andini (N1A120008) Azzahra Iwan Gusmana (N1A120107)
Dilla fifa ofiktra (N1A120124) Andika Aldi Putra (N1A120187)
M.Dicky Dermawan (N1A120134) Salshabila Meilinda (N1A120109)
Andika Aldi Putra (N1A120187) Fifi Liyana (N1A120044)
Andini Dwi Maharani (N1A120216) Gina Renata Nainggolan (N1A120015)
Dwi Septiani (N1A120119) Theresia Hot Sarina S (N1A120052)
Yuni Dita Rezer (N1A120189)

Dosen Pengampu:
Dwi Noerjoedianto, S.K.M., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan serta
petunjuk kepada kami dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Dan Teori Organisasi Pelayanan Kesehatan” dengan tepat
waktu. Makalah yang telah disusun ini memuat pembahasan mengenai
pengertian, aktivitas, perubahan manajemen, budaya, model dan juga
peran organisasi pelayanan kesehatan.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Dwi Noerjoedianto, S.K.M., M.Kes selaku dosen koordinator mata kuliah
Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan Universitas Jambi yang sudah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan pada
waktunya.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Jambi, 18 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3


2.1 Pengertian Organisasi PelayananKesehatan…….................... 3
2.2 Aktivitas Pelayanan Kesehatan................................................. 4
2.3 Perubahan Menajemen Organisasi Kesehatan......................... 6
2.4 Budaya Organisasi Pelayanan Kesehatan................................11
2.5 Model Organisasi Pelayanan Kesehatan .................................16
2.6 Peran Organisasi Pelayanan Kesehatan .................................19

BAB III KESIMPULAN..............................................................................34


3.1 Kesimpulan................................................................................34

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan
nasional mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan serta kesadaran hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5
menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
Bukan hanya itu, keselamatan pasiem pun juga menjadi poin
penting dalam setiap tindakan medis baik tindakan medis ringan maupun
tindakan medis berat. Berdasarkan penelitian, keselamatan pasien
memberikan pengaruh besar terhadap citra, tanggung jawab sosial,
moral serta kinerja petugas kesehatan sehingga keselamatan pasien
memiliki keterkaitan dengan isu mutu dan citra sebuah pelayanan
kesehatan Maghfiroh & Rochmah, (2017). Berdasarkan Permenkes No.
46 Tahun 2015, bahwa fasilitas kesehatan diharuskan memperhatikan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan dan dilakukan secara berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata, yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan
karyawan. Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memeliahara dan
meningkatan kesehatan lalu mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan masyarakat (2).
Dalam pelaksanannya, upaya keselamatan pasien memerlukan
pemantauan yang berkesinambungan agar pelaksanaannya sesuai
dengan tujuan. Strategi monitoring yang digunakan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi fasilitas pelayanan
kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

1
Tahun 2009 Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN bahwa pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan
budaya organisasi untuk membangun sumber daya manusia melalui
aspek perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan tantangan yang sedang berjalan dan yang
akan datang.
Budaya organisasi memiliki peranan penting dalam mengelola
suatu organisasi karena budaya organisasi merupakan persepsi yang
sama tentang makna hakiki kehidupan bersama dalam organisasi.
Kesamaan persepsi meliputi semua aspek kehidupan berorganisasi
seperti hakekat tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai, strategi
yang hendak diterapkan, visi dan misi organisasi, norma-norma
berperilaku dalam organisasi, serta bentuk interaksi yang dikehendaki
antara para anggota organisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Organisasi Pelayanan Kesehatan


Menurut Notoadmodjo (dalam Iskandar, 2016). Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Sejalan dengan hal
tersebut, berdasarkan UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 11
pengertian upaya atau pelayanan kesehatan adalah ”setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.
Pelayanan pada dasarnya merupakan segala aktifitas yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun orang lain.
Pada dasarnya manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dan untuk dapat memenuhi kebutuhannya tersebut selalu membutuhkan
bantuan orang lain. Pelayanan adalah cara melayani, membantu
menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang
atau sekelompok orang. Artinya objek yang dilayani adalah masyarakat
yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi(3). Pelayanan
kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut Juanita (dalam Setyawan, 2018) bahwa bentuk
pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesmas saja,
tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara
tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Organisasi
adalah sebuah wadah untuk sekumpulan orang yang bekerjasama
secara rasional serta sistematis yang terpimpin dan terkendali untuk
mencapai tujucan tertentu memanfaatkan sumber daya yang ada di
dalamnya

3
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Oganisasi
pelayanan kesehatan adalah perpaduan secara sistematis dari pada
bagian- bagian yang saling ketergantungan/ berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Organisasi mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling
mengenal
2. Adanya kegiatan berbeda-beda, namun satu sama lain saling
berkaitan yang merupakan kesatuan kegiatan
3. tiap-tiap orang memberikan kontribusinya berupa pemikiran,
tenaga, dll
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2.2 Aktivitas Pelayanan kesehatan


Aktivitas pelayanan kesehatan dapat berupa aktivitas pelayanan
kesehatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif dimana ketika itu
sudah dijalankan baik itu puskesmas, klinik, maupun rumah sakit harus
dilaksanakan dengan sebaik mungkin, penuh tanggung jawab, dan bisa
dijangkau siapapun, aman, dan bermutu.(4)
Pada pasal selanjutnya yaitu pasal 52 ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan , aktivitas
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan promotif
2. Pelayanan kesehatan preventif
3. Pelayanan kesehatan kuratif
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
Menurut Wijono (dalam Kurnia et al, 2017) suatu pelayanan
kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan
pokok, syarat pokok yang dimaksud adalah :

4
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat
(available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya,
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam
masyarakat setiap saat dibutuhkan.
2. Dapat diterima dengan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar
(appropriate). Artinya, pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta
bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang
baik.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
yang baik, makapengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi
di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik
4. Mudah di jangkau
Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah
yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut
biaya.Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus
dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.Pelayanan kesehatan
yang mahal dank arena itu hanya mungkin di nikmati oleh

5
sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengankode etik serta standar yang
telah di tetapkan.

Selain itu, World Health Organization (WHO) pmengeluarkan


dokumen dengan judul: Quality of Care "a Process For Making Strategic
Choices in Health System". Dalam dokumen ini WHO mengidentifikasi
setidaknya enam dimensi mutu atau syarat pokok pelayanan kesehatan
yang perlu diwujudkan oleh setiap negara, yaitu pelayanan kesehatan
yang: efektif, efisien, mudah diakses, aman, tepat waktu dan
mengutamakan pasien.

2.3 Perubahan Menajemen dalam Organisasi Kesehatan


Perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu
terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi
‘Paradigma Sehat’. Seperti yang kita ketahui, pembangunan nasional
pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk
di Indonesia menimbulkan berbagai permasalahan baik individu,
keluarga, dan masyarakat.
Paradigma sehat dalam kesehatan masyarakat adalah cara cara
pandang, pola fikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat
holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan dan pelindungan kesehatan. Pembangunan
nasional Indonesia tidak akan terlepas dari pembangunan kesehatan
masyarakatnya. Upaya masyarakat saat ini difokuskan pada usaha

6
promotif dan preventif, sehingga diharapkan usaha menjaga kesehatan
akan menjadi kebiasaan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat
(6). Saat ini penyebaran fasilitas kesehatan dan tenaga medis di
Indonesia masih belum merata. Kurangnya jumlah tenaga medis jika
dibandingkan penduduk Indonesia, mendorong pemerintah membentuk
kader-kader kesehatan untuk membantu usaha promotif dan preventif di
bidang kesehatan
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan
konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara
lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada
upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya
preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif,
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-
pilah (fragmente) berubah menjadi kegiatan yang terpadu
(integrated),
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih
banyak dari masyarakat,
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang
semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan
kosumtif menjadi investasi,
6. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat
(centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization,
7. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.

Jadi, perubahan menajemen dapat membuat menjadi lebih baik


atau menghancurkan organisasi. Tetapi, apabilla terlalu sering organisasi
pelayanan kesehatan gagal melibatkan staf di garis depan, maka
resistensi pasif dan aktif dari tim ini dapat menghalangi upaya terbaik
dalam mempengaruhi perubahan untuk jangka panjang. Karena itu,
mengubah manajemen perubahan dalam pelayanan kesehatan harus

7
menjadi proses yang melibatkan staf di setiap tingkatan sehingga dapat
membantu mencapai tujuan bersama. Hasilnya, budaya organisasi
meningkat dan peluang keberhasilan inisiatif manajemen perubahan
lebih tinggi.
Manajemen perubahan dalam organisasi pelayanan kesehatan
adalah tindakan penyeimbangan yang rumit antara keterlibatan pekerja
dan strategi manajemen. Karena upaya ini padat karya, sering kali lebih
baik untuk mendapatkan bantuan dari keahlian eksternal untuk
memastikan keberhasilan inisiatif manajemen perubahan. Berikut contoh
perubahan menajemen dalam organisasi pelayanan kesehatan yaitu:

a. Perubahan Menajemen Puskesmas


Terdapat pengaruh positif yang signifikan kualitas pelayanan dan
fasilitas kesehatan terhadap kepuasan pasien puskesmas. Hal
ini berarti semakin tinggi kualitas pelayanan dan fasilitas
kesehatan yang diberikan oleh pihak puskesmas maka akan
semakin tinggi kepuasan para pasien yang berobat ke
puskesmas (7). Manajemen perubahan menjadi cara untuk
mencapai hasil yang diharapkan yaitu perubahan organisasi.
Seluruh fungsi yang dilakukan dalam manajemen perubahan
menggambarkan proses dalam melakukan perubahan
organisasi.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksana pembangunan


kesehatan di daerah dalam menjalankan program-programnya
membutuhkan menejemen yang efektif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengevaluasian progrram-
program yang dijalankannya. Manajemen yang efektif dan
efiesien membutuhkan informasi, ketersediaan informasi di
Puskesmas dihasilkan oleh Sistem Informasi Manajemen yang
berbasis pelayanan Puskesmas. Untuk itu kemenenterian
kesehatan mengeluarkan kebijakan Kepmenkes No.
128/Menkes/SK/II/2004 menyebutkan bahwa untuk
terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan

8
upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan puskesmas.
Hal yang sangat nampak adalah kebutuhan SOTK Puskesmas
berdasarkan KMK 128 Tahun 2004 yang mengandung unsur
pelaksana teknis fungsional dalam upaya kesehatan Puskesmas
dan perwakilan masyarakat dalam BPP tidak diidentifikasi oleh
Dinas Kesehatan. SOTK baru tersebut diperlukan agar pada saat
implementasi perubahan, Puskesmas telah memiliki kejelasan
dalam melaksanakan tugas pengembangkan fungsi. Identifikasi
pelaksana teknis fungsional bagi UKP dan UKM di Puskesmas
akan menjelaskan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
dan menentukan peta kebutuhan maupun formasi SDM
Puskesmas.

Jumlah dan kualitas pengelola perubahan untuk pengembangan


fungsi Puskesmas dapat direncanakan dengan baik. Sementara
itu, melibatkan masyarakat dalam perumusan, pelaksanaan, dan
evaluasi kebijakan Puskesmas dalam wadah BPP akan
menjelaskan konsep perubahan Puskesmas dalam fungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan. Kehadiran
masyarakat dalam pola dan tata kerja Puskesmas juga akan
memperjelas perubahan fungsi Puskesmas dalam membina
peran serta masyarakat (PSM) menjadi fungsi pusat
pemberdayaan masyarakat.

Perubahan organisasi merupakan salah satu tombol pengendali


yang dapat mempengaruhi kinerja sistem kesehatan. Tombol
pengendali ini dapat dimodifikasi dengan kebijakan
publik.Ketiadaan kebijakan baru dalam hal organisasi dan tata
kerja Puskesmas untuk peningkatan kinerja yang diharapkan
telah mengaburkan fungsi identifikasi perubahan Puskesmas
sehingga memengaruhi optimalisasi fungsi-fungsi perubahan
berikutnya. Keterbatasan penelitian ini adalah triangulasi sumber
hanya dil akukan dalam lingkup unit penelitian sehingga data

9
manajemen perubahan organisasi tidak berasal langsung dari
perencana reformasi sektor kesehatan yang berada di level
pemerintah pusat, Peneliti tidak melakukan pendampingan
perubahan dan penelitian ini bersifat restropektif sehingga hanya
melihat proses perubahan yang sudah dilakukan,

Konteks adalah penyelenggaraan revitalisasi Puskesmas


sebelum terbitnya Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas.Kesimpulan penelitian ini adalah Manajemen
perubahan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dalam
revitalisasi Puskesmas dilakukan secara pasif menurut kebijakan
organisasi yang memayunginya. Bagi Kementerian Kesehatan
perlu menyediakan pedoman pelaksanaan revitalisasi
Puskesmas disertai pendampingan bagi Dinas Kesehatan
kabupaten. Bagi pemerintah daerah perlu menetapkan struktur
organisasi dan tata kerja Puskesmas yang mengakomodir
perkembangan fungsi Puskesmas. Terdapat banyak proses
manajemen perubahan yang tersedia. Salah satu metodenya
adalah 8 langkah Kotter dalam memimpin perubahan. Langkah-
langkahnya meliputi:
1) Mengidentifikasi mengapa perubahan dilakukan
2) Libatkan pemangku kepentingan inti di setiap tingkat,
3) Kembangkan peta jalan untuk inisiatif perubahan,
4) Kumpulkan staf untuk mewujudkan rencana tersebut,
5) Atasi hambatan dan sesuaikan saat terjadi,
6) Memulai perubahan dan melacak kemajuan,
7) Sejajarkan struktur yang saling terkait dengan visi baru,
8) Pastikan bahwa perubahan didukung untuk jangka panjang.

Ketersediaan data dan informasi akurat, terjangkau dan tepat


waktu adalah syarat mutlak pengambilan keputusan manajemen
(evidence-based decision making) untuk mendukung upaya
pencapaian tujuan sistem kesehatan nasional (8). Informan
triangulasi Puskesmas dan Dinas pun mendukung penyataan
informan utama, yang mengatakan bahwa letak geografis dan

10
keadaan alam sangat berpengaruh terhadap jaringan dan
komputer. Bila terjadi kerusakan berat maka prosedur
pembiayaan mempengaruhi waktu perbaikan. Rencana
anggaran yang diusulkan kepada pemerintah meningkat namun
100 persen disetujui sehingga anggaran untuk pemeliharaan
perangkat SIMPUS menjadi terbatas.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/ Menkes/ 9853 / 2020 Tentang Data Pusat Kesehatan
Masyarakat Terregistrasi Semester I Tahun 2020, Bahwa untuk
memberikan informasi kepada pemangku kepentingan dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan, diperlukan data
dan informasi terkait jumlah dan jenis pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) melalui pemutakhiran data puskesmas
2 (dua) kali setahun yaitu untuk kondisi akhir bulan juni dan akhir
bulan desember.

Dengan demikian, manajemen perubahan Puskesmas dapat


dikatakan sebagai strategi nyata perubahan organisasional.
Peta konsep yang dihasilkan menunjukkan bahwa perubahan
Puskesmas sangat tergantung pada ketentuan perubahan dari
pemerintah pusat.

2.4 Budaya Organisasi Pelayanan kesehatan


Dalam kondisi yang cepat berubah seperti sekarang ini diperlukan
paradigma baru dalam sistem manajemen termasuk manajemn
kesehatan. Terlebih lagi organisasi kesehatan sangat berbeda dengan
organisasi lain baik dalam hal pengelolaan, maupun tentang pengaturan
ketenagaan yang sangat spesifik. Produk yang dihasilkan Puskesmas
dan Rumah Sakit adalah jasa yang sifatnya intangible (susah diukur),
dan jasa pelayanan yang diberikan bergantung pada jenis penyakit yang
akan diobati. Belum lagi penyakit manusia tidak dapat direncanakan atau
diprediksi sehingga pengelolaan organisasi dan manajemen sangat
bergantung pada banyak faktor. Menteri Kesehatan mendukung upaya
pemerintah dalam reformasi birokrasi dengan Peraturan Nomor

11
1144/Menkes/Per/III/2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian
kesehatan agar dapat mendorong organisasi mencapai kinerja optimal
(9) .Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan bertugas
melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Oleh sebab itu manajemen pelayanan kesehatan harus lebih
fleksibel dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan sosial, politik, maupun budaya masyarakat setempat. Aturan-
aturan yang dibuat oleh organisasi harus bersifat lentur, mudah
mengakomodasi kemungkinan perubahan yang akan terjadi.
Dalam proses pelayanan kesehatan akan terjadi variasi
pelaksanaan kegiatan dari waktu ke waktu yang akan menghasilkan
luaran yang bervariasi juga. Salah satu upaya untuk mengurangi variasi
proses adalah dengan melakukan standardisasi. Proses standardisasi
meliputi penyusunan, penerapan, monitoring, pengendalian, serta
evaluasi dan revisi standar. Keberadaan standar dalam pelayanan
kesehatan akan memberikan manfaat, antara lain mengurangi variasi
proses, merupakan persyaratan profesi, dan dasar untuk mengukur
mutu.
Untuk Standaar pelayanan kesehatan, semakin kuat budaya
organisasi maka semakin tinggi komitmen organisasional dalam diri
karyawan oleh sebab itu suatu organisasi perlu menerapkan nilai-nilai
dan peraturan-peraturan yang akan memengaruhi perilaku karyawan
yang mengarah pada terbentuk komitmen organisasional. Penelitian
memberikan gambaran kepemimpinan transformasional menaikan nilai
komitmen organisasi dalam menunjang komitmen organisasi di
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (10). Para Kepala
subbagian harus memiliki kemampuan kepemimpinan transformasional
dalam memimpin pegawai subbagian.
Selain itu jika kita melihat standar pelayanan Rumah sakit sebagai
industri jasa, dimana rumah sakit merupakan sebuah industri yang
mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan
berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakan akibat

12
kerja sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban menerapkan
upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (11)
Pengalaman pasien dan masyarakat yang menjadi pelanggan
pelayanan kesehatan harus mendapat perhatian utama sehingga
kebutuhan, harapan, dan nilai pelanggan dapat dipenuhi oleh organisasi
pelayanan kesehatan. Mekanisme untuk mengenal adanya perubahan
kebutuhan, harapan, dan nilai pelanggan perlu ada dalam pengelolaan
organisasi pelayanan kesehatan, demikian juga mekanisme untuk
mengelola pengalaman pelanggan. Dengan demikian, organisasi
pelayanan kesehatan akan mampu memberikan yang terbaik kepada
pasien dan masyarakat.
Berikut pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang harus berfokus pada pelanggan
seperti Total Quality Management (TQM), Layanan Prima. Berikut
penjelasannya:

1. Total Quality Management (TQM)


Total quality management dan teknologi menjadi faktor penting
dalam pencapaian bisnis. Kualitas tenaga manusia memainkan
peran kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
dimana kualitas kekuatan manusia dapat diperkaya dengan
pendidikan berkualitas tinggi yang disediakan oleh lembaga
pendidikan tinggi. Semakin tinggi institusi pendidikan dengan ini
merupakan sektor penting dari setiap masyarakat karena
menentukan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Hal ini
bias dilihat dari penerapan tools Total Quality Management
(TQM) di perguruan tinggi; khususnya di Universitas ALHOSN.
Dimana pelaksanaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi
alat TQM pada sistem perguruan tinggi akan meningkatkan kinerja
lembaga tersebut (12).
Total quality management dan teknologi menjadi faktor penting
dalam pencapaian bisnis. Banyak perusahaan menggunakan
teknologi dan mengadaptasi TQM untuk mempertahankan daya
saing. Teknologi memainkan peran penting dalam kualitas

13
pengelolaan. Total Quality Management juga merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara
terus-menerus, terhadap produk/jasa, sumber daya manusia,
proses dan lingkungannya.
Selain itu, hasil persamaan structural pemodelan telah
mengungkapkan bahwa meskipun kinerja transfer teknologi
memiliki pengaruh positif dan kuat terhadap kualitas total
manajemen, contohnya penyelidikan dan analisis faktor
konfirmatori digunakan pada sampel perusahaan manufaktur Turki
untuk menghasilkan diverifikasi secara empiris antara kinerja
transfer teknologi dan kualitas kinerja (13). Selain itu, hubungan
positif dan kuat diidentifikasi antara manajemen kualitas total dan
kualitas kinerja. Pada akhirnya, temuan tersebut memberikan bukti
empiris bahwa kinerja transfer teknologi mengarah pada
keunggulan kinerja kualitas di hadapan manajemen kualitas
total. Dengan kata lain, transfer teknologi memiliki kinerja
berpengaruh positif dan kuat terhadap kinerja kualitas. TQM
adalah metodologi holistik menuju perubahan umum sebuah
organisasi. Teori TQM cenderung membuahkan hasil di segala
bidang asalkan pengelolanya cukup potensi untuk
mewujudkannya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, itu
meningkat setiap proses, setiap pekerjaan dan setiap individu di
dalam organisasi. Ini terintegrasi dengan rencana bisnis
organisasi dan dapat mempengaruhi pelanggan secara positif (14)
.
Ada beberapa mengenai pelaksanaan TQM, yaitu fokus kepada
konsumen, penglibatan secara total seluruh komponen dalam
organisasi layanan kesehatan termasuk dokter, karyawan dan
seluruh orang yang ada dalam strukturstruktur yang terdapat di
dalamnya, serta pengukuran, dukungan sistematis, dan
peningkatan mutu layanan yang berkelanjutan. Program TQM
tersebut dikatakan berhasil apabila telah terjadi serangkaian
perubahan-perubahan mendasar tentang banyak hal termasuk

14
paradigma berpikir dan cara pandang. Misalnya, bagaimana anda
melihat pelanggan,melihat komunitas yang dihadapi, melihat
karyawan, melihat hubungan yang terjalin, dan juga perubahan
dalam budaya organisasi atau perusahaan dan perubahan dalam
mindset.
Oleh karena itu, untuk menjamin agar program peningkatan mutu
ini dapat berhasil dan berjalan sukses, perlu keyakinan mengenai
kesiapan dan iklim budaya organisasi, komunikasi, dan komitmen
berbagai pihak, serta perhatian terhadap pendidikan dan
perwujudan dari rencana strategis yang telah disusun bersama.

2. Pelayanan prima
Menurut Permendiknas dalam (Yuliani, Tri dan Kristiawan 2017)
indikator kualitas pelayanan prima yang baik meliputi: kemudahan,
layanan sesuai standar, empati,penampil, menempati janji,
ramah/sopan, mudah dihubungi dan komunikatif.Istilah pelayanan
prima sendiri merupakan terjemahan dari excellent service, yang
secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan
yang terbaik. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
maksud pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik dalam
konteks pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Departemen
kesehatan telah memberikan pengertian pelayanan prima.

Jadi, Pelayanan prima adalah pelayanan kepada pasien


berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan
yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaannya kepada
rumah sakit. Dalam usaha untuk mencapai usaha Indonesia
sehat, Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa pelayanan
prima seharusnya meliputi aspek-aspek berikut:
a. Kemudahan akses informasi (aspek kepuasan pengguna)
b. Pelaksanaan peraturan secara tepat, konsisten, dan
konsekuen (aspek proses pelayanan)

15
c. Pelaksanaan hak dan kewajiban pemberi dan penerima
pelayanan (aspek SDM dan kepuasan pelanggan)
d. Penanganan dan pendokumentasian kegiatan pelayanan
dilakukan oleh tenaga yang berwenang/ kompeten (aspek
proses dan SDM)
e. Penciptaan pola pelayanan yang sesuai dengan sifat dan
jenisnya sebagai efisiensi dan efektivitas (aspek SDM, dan
proses pelayanan)
f. Penetapan tarif sesuai dengan kemampuan masyarakat
dengan mekanisme pungutan yang transparan serta adanya
pengendalian dan pengawasan yang cermat (aspek finansial
dan kepuasan pelanggan)
g. Tidak ada pembedaan dalam memberikan pelayanan serta
pemerataan distribusi cakupan (aspek kepuasan pelanggan)
h. Kebersihan fasilitas pelayanan dan lingkungan (aspek
proses pelayanan)
i. Sikap ramah dan sopan petugas serta meningkatkan kinerja
secara kualitatif dan kuantitatif

2.5 Model Organisasi Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, pelayanan kesehatan secara umum
terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu:
1. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh
perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family care)
atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkankesehatan
perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan
tersebut dilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan yang
disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri. Contoh dari
medical service ini adalah:
a. Pelayanan kedokteran

16
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok
pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan
cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit
dan memilihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang
termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu
organisasi.
Secara umum pelayanan kedokteran adalah sebagian dari
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya adalah perseorangan. Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)


Pelayanan
Kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan
masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif.
Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-
pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya
adalah masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan
kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat
banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
masyarakat mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun
karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi
masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya

17
pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Mengalang potensi
masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu :

a. Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya


masyarakat RT, RW, Kelurahan dan sebagainya).
Bentukbentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan masyarakat seperti adanya dana
sehat, anak balita, dan sebagainya.
b. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasiorganisasi
masyarakat atau sering disebut Lembagalembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM pada hakikatnya
merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system
pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Menggalang potensi masyarakat melalui
perusahaanperusahaan swasta yang ikut membantu
meringankanbeban penyelenggara pelayanan kesehatan
masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dan sebagainya).

Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam


pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun swasta, antara lain:
a. Penanggung jawab. Pengawasan, standar pelayanan, dan
sebagainya dalam pelayanan kesehatan masyarakat baik
pemerintah (Puskesmas) maupun swasta (Balkesmas)
berada di bawah koordinasi penanggung jawab seperti
Departemen Kesehatan.
b. Standar pelayanan. Pelayanan kesehatan masyarakat, baik
pemerintah maupun swasta harus berdasarkan pada suatu
standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan
oleh Departemene Kesehatan, dengan adanya Buku
Pedoman Puskesmas. Hubungan kerja. Dalam hal ini harus
ada pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan
yang lain. Artinya, fasilitas kesehatan harus mempunyai

18
struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan
hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal.
c. Pengorganisasian potensi masyarakat. Keikutsertaan
masyarakat atu pengorganisasian masyarakat ini penting,
karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.

2.6 Tugas dan Fungsi Organisasi Pelayanan Kesehatan


Organisasi pelayanan kesehatan sangat bergam jenisnya mulai
dari KEMENKES (Kementrian Kesehatan), DINKES PROV (Dinas
Kesehatan Provinsi), DINKES KAB/Kota (Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota), RS tipe A dan B, RS tipe C dan D, PUSKESMAS
(Pusat Kesehatan Masyarakat). Masing-Masing dari organisasi
kesehatan tentunya memiliki tugas dan fungsi yang berbeda dalam
memberikan pelayanannya terhadap masyarakat. Adapun tugas dan
fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Kemenkes (Kementrian Kesehatan)
Menurut UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit Depatermen Kesehatan adalah
Depatermen yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan. Lebih lanjut Kementerian
Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang
kesehatan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016, pasal 3
dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan
kefarmasian dan alat kesehatan;
b. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

19
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organsisasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan;
c. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Kesehatan;
d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan;
e. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia di bidang kesehatan serta pengelolaan tenaga
kesehatan;
f. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah;
g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
h. Pelaksanaan dukungan substansif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;

2. DINKES PROV DAN DINKES KAB/KOTA


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
49 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Provinsi Dan Kabupaten/Kota, Dinkes Prov Dan
Dinkes Kab/Kota dibagi menjadi tipe A, tipe B dan juga tipe C
adapun tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Tugas
Dinas kesehatan Provinsi mempunyai tugas membantu
Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas
Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah provinsi.
Sedangkan;
Dinas kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas
membantu Bupati/Wali Kota melaksanakan Urusan
Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan
kepada Daerah Kabupaten/Kota.

20
b. Fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan;
3) Pelaksanaan evalusasi dan pelaporan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,
pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber
daya kesehatan;
4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan
lingkuptugasnya; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah
terkait dengan bidang kesehatan.

Selain tugas dan fungsinya menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan tipe A, B dan C terbagi lagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Dinas Kesehatan Tipe A
1) Sekretariat
Bertugas untuk melaksanakan koordinasi, pelaksanaan dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah sera
berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional tugas
administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah;

21
b) Koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Dinas Kesehatan Daerah;
c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah; dan
d) Pengelolaan aset yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Daerah.

Sekretariat pun terbagi lagi menjadi bebereapa subbab


yaitu:
i. Subbagian Program, Informasi dan Hubungan
Masyarakat
ii. Subbagian Keuangan dan Pengelolaan Aset
iii. Subbagian Hukum, Kepegawaian, dan Umum

2) Bidang Kesehatan Masyarakat


Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga. dan berfungsi untuk:
a) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di
bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
b) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga; dan
c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.

22
Bidang Kesehatan Masyarakat pun terbagi lagi menjadi
beberapa subbab yaitu:
i. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
ii. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat
iii. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah
Raga

3) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang surveilans dan imunisasi,
pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa serta berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
c) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
d) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terbagi lagi


menjadi beberapa subbab yaitu:
i. Seksi Surveilans dan Imunisasi

23
ii. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
iii. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa.

24
4) Bidang Pelayanan Kesehatan
Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer
dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional serta
berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional;
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional;
c) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional; dan
d) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan
kesehatan tradisional.

Bidang Pelayanan Kesehatan pun terbagi lagi menjadi


beberapa subbab yaitu:
i. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
ii. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
iii. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

25
5) Bidang Sumber Daya Kesehatan
Bertugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat kesehatan
dan PKRT serta sumber daya manusia kesehatan serta
berfungsi untuk:
a) Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) serta sumber daya manusia
kesehatan;
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan
c) Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan;
d) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan.

Bidang Sumber Daya Kesehatan pun terbagi lagi menjadi


beberapa subbab yaitu:
i. Seksi Kefarmasian
ii. Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
iii. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

Adapun struktur dari Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi


atau Kabupaten/Kota Tipe A:

26
Source: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
49 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Provinsi Dan Kabupaten/Kota

27
b. Dinas Kesehatan Tipe B
Adapun struktur dari Dinas Kesehatan tipe B ini adalah
sebagai berikut:

Source: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 49 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota

28
c. Dinas Kesehatan Tipe C
Adapun struktur dari Dinas Kesehatan tipe B ini adalah
sebagai berikut:

Source: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 49 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis
Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota

29
3. RS (Rumah Sakit)
Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit yang didirikan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis
dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, atau Instansi
tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit
statis, Rumah Sakit bergerak, atau Rumah Sakit lapangan.
a. Rumah Sakit statis
Merupakan Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan
bersifat permanen untuk jangka waktu lama dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan kegawatdaruratan.
b. Rumah Sakit Bergerak
Merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat
sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain Rumah Sakit
bergerak difungsikan pada daerah tertinggal, perbatasan,
kepulauan, daerah yang tidak mempunyai Rumah Sakit,
dan/atau kondisi bencana dan situasi darurat lainnya
c. Rumah Sakit lapangan.
Merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu dan
bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap
darurat bencana, atau selama pelaksanaan kegiatan tertentu.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit


dikategorikan menjadi:
a. Rumah Sakit umum
Rumah Sakit umum berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling

30
sedikit terdiri atas: pelayanan medik dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan dan kebidanan dan pelayanan
nonmedik.
b. Rumah Sakit khusus
Berfungsi untuk memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Rumah Sakit khusus dapat menyelenggarakan
pelayanan lain di luar kekhususannya. Pelayanan lain di luar
kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan kegawatdaruratan. Pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh Rumah Sakit khusus paling sedikit terdiri atas: pelayanan
medik dan penunjang medik; pelayanan keperawatan
dan/atau kebidanan dan pelayanan nonmedik.

4. Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, tugas
puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya
dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan
salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat
pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:

31
1) menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis
masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan
yang diperlukan;
2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat;
6) melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8) memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial,
budaya, dan spiritual;
9) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
10) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan respon
penanggulangan penyakit;
11) melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan
12) melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah
kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas.

32
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat
pertama di wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:

1) menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil


analisis masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan
pelayanan yang diperlukan;

2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan


kesehatan;

3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan


pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi


dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap
tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;

5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi,


jaringan pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat;

6) melaksanakan perencanaan kebutuhan dan


peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;memantau pelaksanaan pembangunan agar
berwawasan kesehatan;

7) memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi


pada keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial,
budaya, dan spiritual;

33
8) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan
Kesehatan;

9) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan


masyarakat kepada dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini,
dan respon penanggulangan penyakit;

10) melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan

11) melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah
kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

Selain itu Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana


pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip,
dan/atau sebagai jejaring rumah sakit pendidikan.

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan negara sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa,
serta pembangunan nasional.
Dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi–tingginya bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh. Salah satu upaya
meningkatakan derajat kesehataan yaiu dengan adanya organisasi
pelayanan Kesehatan disekitar masyarakat. Adanya Organisasi pelayana
kesehatanan adalah salah satu upaya mencegah, dan mencembuhkan

35
penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok,
atau masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ini jurnal yg udah mandeley:

1. Maghfiroh & Rochmah. Pentingnya Penerapan K3 Oleh Perawat Untuk


Pasien Lansia Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan. 2017;
(181101092), Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2021, (Available from:
https://osf.io/preprints/inarxiv/zsnbf/download).

2. Andrianto P. Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Berbasis Web di


Puskesmas. 2017;2017:47–52, (Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2021,
(Available from: http://www.senaski.unikom.ac.id/prosiding-file/47-
52%20pradikta%20andrianto%20dkk%206%20hal.pdf).

3. Iskandar S. Pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kepuasan


masyarakat di rumah sakit panglima sebaya kabupaten paser.
2016;4(2):777–88, Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2021, (Available
from: https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/06/JURNAL%20SOLEH%20ISKANDAR%20(06-15-
16-01-41-39).pdf).

4. Setyawan. (2018). Sistem Pembiayaan Kesehatan ( Health Financing


System). 2018;57–70, Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2021, (Available
from:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/download/3336/3164

36
5. Kurnia S, Hastuti W, Mudayana AA, Nurdhila AP. Hubungan Mutu
Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit
Umum Daerah Yogyakarta. 2017;11(2), Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2021, (Available from:
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/7260).

6. Hidayat W. Pembekalan Pengetahuan Dan Kemandirian Dalam


Perawatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Masyarakat Desa Balingbing Dan
Desa Cidadap, Kecamatan Pagaden Barat, Subang. Dharmakarya
[Internet]. 2017;5(1):34–7, Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2021,
(Available from:
http://journal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/viewFile/11437/5233)

7. Memilih K, Layanan J, Pada S, Sakit R, Lumajang I. Majalah Ilmiah


Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016. 2016;2(2), Diakses Pada Tanggal 2
Maret 2021, (Available from:
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/INSPI/article/view/619).

8. Thenu VJ, Sediyono E, Purnami CT. Evaluasi Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas Guna Mendukung Penerapan Sikda Generik
Menggunakan Metode Hot Fit Di Kabupaten Purworejo. J Manaj Kesehat
Indones [Internet]. 2016;4(2):129–38, Diakses Pada Tanggal 2 Maret
2021, (Available from:
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jmki/article/view/13623).

9. KEMENKES. Berita Negara. Menteri Kesehat Republik Indones


PeraturanMenteri Menteri Kesehat Republik Indones [Internet].
2019;Nomor 16(879):2004–6, Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2021,
(Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129824/permenkes-no-
1144menkesperviii2010-tahun-2010).

37
10. Lamashinta E, Siti Rahmani N, Suryo Prabandari Y. Kepemimpinan
transformasional, budaya dan komitmen organisasi di Kementerian
Kesehatan Transformational leadership, organizational culture and
commitment in the Ministry of Health. J Community Med Public Heal
[Internet]. 2016;32(3):105–12, Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2021,
(Available from:
https://pdfs.semanticscholar.org/ee46/c4bd5f836d692cd6bc03fe439b311d
bab3f5.pdf).

11. Tamboto CD, Kandou GD, Kawatu PAT, Kesehatan F, Universitas M,


Ratulangi S. ANALISIS PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT GMIM KALOORAN AMURANG
KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Kesehat Masy Unsrat [Internet].
2017;1–9, Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2021, (Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/download/23094/227
90).

12. Al-bashir A. Applying Total Quality Management Tools Using QFD at


Higher Education Institutions in Gulf Area ( Case Study : ALHOSN
University ). 2016;4:87–98. Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2021.
Available from: https://riunet.upv.es/handle/10251/74218).

13. Idil G, Bolatan. The impact of technology transfer performance on total


quality management and quality performance. Procedia - Soc Behav Sci
[Internet]. 2016;235(October):746–55, Diakses Pada Tanggal 7 Maret
2021, (Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281631610X).

38
14. Kumar V, Kumar D, Antil M. Total quality management. 2016;(March
2017), Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2021, (Available from:
https://www.researchgate.net/profile/Mamta
Antil/publication/324783436_Total_quality_management/links/5ae21a4c0f
7e9b28594a1fe5/Total-quality-management.pdf).

15. Yuliani, Tri danKristiawan M. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan


Supervisi Pendidikan Volume 1, No. 1, Juli-Desember 2017. Am J Educ
[Internet]. 2016;1(2):233–55, Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2021,
(Available from:
https://univpgripalembang.academia.edu/JMKSPJurnalManajemenKepemi
mpinandanSupervisiPendidikan?swp=tc-au-34349158).

Ini jurnal yg belum mandeley:

1. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI:
2009, Diakses Pada Tanggal 24 Februari 2021,
(Available from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-36-
tahun-2009).

2. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012, Tentang Sistem Kesehatan


Nasional. Jakarta: Peraturan Pemerintah, Diakses Pada Tanggal 24
Februari 2021, (Available from:
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/17625/Perpres0722012.pdf).

39
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2014, Diakses Pada Tanggal 2 maret 2021,
(Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139202/permenkes-no-75-tahun-
2014).

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/9853/2020 Tentang Data Pusat Kesehatan Masyarakat
Terregistrasi Semester I Tahun 2020 , Diakses Pada Tanggal 2 maret
2021, (Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-
lain/KMK.No.HK.01.07-MENKES-9853-2020-ttg-Data-Pusat-Kesehatan-
Masyarakat-Terregistrasi-Semester-I-Th.2020.pdf).

5. Permenkes. Nomor : 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang organisasi dan


tata kerja kementerian kesehatan. 2010, Diakses Pada Tanggal 5 maret
2021, (Available from:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129824/permenkes-no-
1144menkesperviii2010-tahun-2010).

6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan


Perizinan Rumah Sakit, Diakses Pada Tanggal 16 maret 2021, (Available
from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-3-
tahun-2020).

7. Peraturan Menterl Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016


Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan, Diakses Pada Tanggal 16 maret 2021,

40
(Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._64_ttg_Stand
ar_Tarif_Pelayanan_Kesehatan_Dalam_Penyelenggaraan_Program_Jami
nan_Kesehatan_.pdf).

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2016


Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi
Dan Kabupaten/Kota, Diakses Pada Tanggal 16 maret 2021, (Available
from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/113098/permenkes-no-49-
tahun-2016).

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Diakses Pada Tanggal 16 maret
2021, (Available from:
https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/pmk-nomor-43-tahun-
2019-tentang-puskesmas.pdf).

41

Anda mungkin juga menyukai