Anda di halaman 1dari 59

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO proses menua merupakan perubahan

biologis nyata yang memiliki dinamika tersendiri dan

sebagian besar di kontrol manusia, namun hal ini juga

tergantung persepsi masing masing individu tentang usia,

lansia adalah dimana priode individu telah mencapai

kematangan dalam ukuran dan fungsi yang menunjukan

kemunduran sejalan dengan waktu, lansia meniurut WHO

adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok

yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses

yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami proses

perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu,

jumlah lansia di dunia, termasuk negara indonesia

bertambah setiap tahunya, pada tahun 2012 persentase

penduduk usia 60 tahun ke atas adalah 7,58% sedangkan pada

tahun 2013 meningkat menjadi 8% pada tahun 2014 meningkat

menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% (BPS

2015)

46
Kesehatan lansia menurut World health Organisation

(WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60

tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia

yang telah memasuki tahapan terakhir dari fase

kehidupanya.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, baik

tekanan systolic dan atau diastolic. Tekanan diastol

menetap diatas 90 mmHg, atau tekanan sistole menetap di

atas 140 mmHg dianggap hipertensi. Tekanan darah juga

didefinisikan sebagai kekuatan lateral pada dinding arteri

oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung.

Secara umum pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu secara nonfarmakologi dan secara

farmakologi. Terapi dengan obat bisa dilakukan dengan

pemberian obat anti hipertensi, sedangkan untuk terapi non

farmakologi bisa dilakukan dengan berolah raga secara

teratur (Emilyani & Dramawan, 2019).

Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya

adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa

Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes

RI,2015).

Institute for health metrics and evaluation (IHME)

tahun 2017 menyatakan bahwa dari 53,3 juta kematian di

dunia di dapatkan penyebab kematian akibat penyakit

kardiovaskular sebesar 33,1%, kanker sebesar 16,7%, DM dan

gangguan endokrin 6% dan infeksi saluran nafas bawah

sebesar 4,8%, data penyebab kematian di indonesia pada

tahun 2017 total di dapatkan total kematian sebesar 1,5

juta dengan penyebab kematian terbanyak adalah penyakit

kardiovaskuler 36,9%, IHME menyebutkan bahwa dari total 1,7

juta kematian di indonesia di dapatkan faktor resiko yang

menyebabkan kematian adalah tekanan darah.

Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972

juta orang atau 26,4% mengidap penyakit hipertensi, angka

ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2021.

Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal

akibat hipertensi dan komplikasi. 333 juta dari 972 juta

pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya

berada di negara berkembang salah satunya Indonesia (WHO,

2018).
Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi

hipertensi. Secara keseluruhan prevalensi hipertensi di

Indonesia tahun 2018 pada usia lebih dari 18 tahun sebesar

34,1% tertinggi di Kalimantan (44,1%) dan terendah di Papua

sebesar (22,2%) estimasi jumlah kasus hipertensi di

indonesia sebesar 63.309.620 jiwa (Riskesdas, 2018)

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2018,

prevalensi hipertensi di provinsi NTB sebesar 7,19% dan

angka nasional 8,36%, Double Burden of Diseases (2017),

mencatat bahwa kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)

di Provinsi Nusa Tenggara Barat semakin meningkat dan

menjadi beban utama penyakit sejak tahun 2017 yang

ditunjukkan dengan semakin tingginya proporsi penyebab

kematian PTM dibandingkan Penyakit Menular (PM) dan cedera.

Jumlah estimasi penderita hipertensi berusia lebih dari 18

tahun di Lombok Barat sebanyak 45.211 jiwa, Lombok Tengah

sebanyak 61.733 jiwa, Lombok Timur sebanyak 92.005 jiwa,

Sumbawa sebanyak 32.802 jiwa, Dompu sebanyak 14.977 jiwa,

Bima sebanyak 34.453 jiwa, Sumbawa Barat sebanyak 8.891

jiwa, Lombok Utara sebanyak 19.216 jiwa, Kota Mataram

sebanyak 37.190 jiwa, dan Kota Bima sebanyak 11.633 jiwa.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi NTB tahun 2018 Lombok

Timur urutan pertama terbesar kasus hipertensi (Dikes,

2018).
Berdasarkan dari data yang diperoleh di Panti Sosial

Lanjut Usia Mandalika NTB. Di dapatkan bahwa Pada tahun

2021 jumlah lansia yang menderita hipertensi yaitu

sejumlah 40 orang dari 66 jumlah lansia. Pada tahun 2022

jumlah lansia yang menderita hipertensi yaitu sejumlah 21

orang yang terdiri dari laki-laki berjumlah 7 orang dan

perempuan berjumblah 14 orang dari 70 jumblah lansia.

Jumlah lansia yang mendrita hipertensi dari tahun 2019-2020

mengalami penurunan sebanyak 19 lansia berdasarakan hasil

wawancara dengan lansia di Panti Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB (NTB, 2022).

Saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum

diketahui dengan jelas, data menunjukan hampir 90%

penderita hipertensi tidak di ketahui penyebabnya secara

pasti, namun para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat

dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi

yakni faktor yang tidak dapat di kontrol dan faktor yang

dapat di kontrol, faktor yang tidak dapat di kontrol

sendiri yaitu faktor genetik,ras,usia, dan jenis kelamin,

sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol yang

berhubungan dengan lingkungan berupa prilaku atau gaya

hidup seperti kurang beraktivitas stres dan konsumsi

makananan yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya

yaitu makanan asin, makanan manis, makanan berlemak, kopi


dan merokok dan sebagian besar hipertensi di alami oleh

orang lanjut usia karna berbagai faktor salah satunya yaitu

faktor umur dan lain lain.

Hipertensi dapat diobati dengan pengobatan

nonfarmakologi dalam menurunkan tekanan darah ialah dengan

metode Terapi Benson. Tata cara Terapi Benson ini bisa

mengendalikan sistem saraf yang berguna untuk menurunkan

tekanan darah. Konsep dasar metode terapi pada hakekatnya

metode terapi yang dibutuhkan untuk menurunkan ketegangan

pada otot yang bisa memperbaiki denyut nadi, tekanan darah,

serta pernafasan. Metode terapi saat ini terus dikembangkan

menjadi beberapa metode, salah satunya ialah Terapi Benson.

Terapi Benson ialah salah satu metode terapi yang

simpel, mudah dalam penerapannya. Terapi ini ialah gabungan

antara teknik respon terapi dengan sistem keyakinan

individu ataupun faith factor. Fokus dari terapi ini pada

ungkapan tertentu yang diucapkan berulang- ulang dengan

menggunakan ritme yang teratur disertai dengan perilaku

yang pasrah. yang tertib disertai dengan perilaku yang

pasrah. Ungkapan yang digunakan bisa berupa nama- nama

Tuhan ataupun kata- kata yang mempunyai arti menenangkan

untuk penderita itu sendiri(Atmojo,et,al 2019).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka

peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh terapi


relaksasi Benson terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia hipertensi di panti sosial lanjut usia mandalika

NTB”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut

“Pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia hipertensi di panti sosial lanjut

usia mandalika NTB”.

C. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi Benson

dapat menurunkan tekanan darah, khususnya pada lansia

yang menderita darah tinggi.

b. Tujuan khusus

1.Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia sebelum

dilakukan terapi relaksasi benson di panti sosial

lanjut usia mandalika.

2.Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia sesudah

dilakukan terapi relaksasi benson di panti sosial

lanjut usia mandalika.

3.Menganalisis pengaruh terapi relaksasi benson terhadap

penurunan tekanan darah pada lansi penderita

hipertensi.
D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan lanjut usia mengenai

penyakit Hipertensi

2. Mamfaat bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman awal dan pengetahuan

dalam melakukan penelitian serta sebagai bahan dasar

untuk penelitian selanjutnya.

3. Mamfaat bagi pasien

Mendapatkan informasi yang baik dalam menangani

dan hipertensi yang di alami oleh lansia

4. Mamfaat bagi panti sosial lanjut usia mandalika NTB

Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi

panti sosial lanjut usia mandalika NTB untuk mengetahui

sejauh mana lanjut usia mengetahui tentang penyakit

Hipertensi

5. Mamfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang

berkaitan dengan mutu pelayanan keperawatan dan upaya

peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Serta memberikan

masukan data untuk pengembangan ilmu, khususnya


Keperawatan Gerontik.

E.Keaslian penelitian

Tabel 1.1 keaslian penelitian

Indikator Penelitian sebelumnya Penelitian

sekarang

Nama Fizran, Fatsiwi Nunik Perawati

Darmayanti Andari1, Reska Sulastri

Ayu Santri2,

Nurhayati3

Judul Pengaruh Terapi Benson Pengaruh


Teknik Untuk Penurunan terapi
Relaksasi Nyeri Rheumatoid relaksasi
Benson Dan Arthritis Lansia benson
Reminiscance terhadap
Terhadap penurunan
Tingkat Stres tekanan Darah
Pada Lansia Di pada lansia
Wilayah Kerja hipertensi di
Puskesmas panti sosial
Mandiangin lanjut usia
Kota mandalika.
Bukittinggi
Tahun 2018
Desain pre experiment Quasy -
dengan Eksperiment
penelitian pendekatan one menggunakan
grougan rancangan one
group Pre and
Post Test.
Sampel Purposive total sampling -
Sampling
Hasil Hasil yang hasil
didapatkan penelitian -
adalah adanya sebagian besar
perbedaan lansia dengan
rata-rata jenis kelamin
tingkat stress perempuan
lansia sebelum mengalami nyeri
dan sesudah Rheumatoid
diberikan arthritis
intervensi dan (57.1%) dan
ada pengaruh sebagian besar
pemberian lansia dengan
terapi rentang usia 60-
Relaksasi 70 tahun
Benson dan mengalami nyeri
Terapi Rheumatoid
Reminense arthritis
terhadap (71.4%).Sebagian
tingkat stress besar skala
lansia. nyeri sedang
Sehingga dialami oleh
terapi lansia sebelum
relaksasi pemberian
Benson dan intervensi
terapi Terapi Benson
Reminensence (71.4%) dan
dapat setelah
dijadikan diberikan
tindakan intervensi
penurunan sebagian besar
stress pada skala nyeri
lansia. responden
menurun menjadi
nyeri ringan
(85.7% dan ada
pengaruh
pemberian
intervensi
Terapi Benson
terhadap
penurunan nyeri
Rheumatoid
arthritis pada
lansia di Panti
Sosial Tresna
Werdha Kota
Bengkulu dengan
p-value 0.000.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. KONSEP TERAPI RELAKSASI BENSON

a. Definisi terapi relaksasi benson

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode

respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan

pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan

internal sehingga dapat membantu pasien mencapai

kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi

(Purwanto, 2006).

Relaksasi Benson merupakan suatu teknik relaksasi

yang diciptakan oleh seorang ahli penulis medis dari

fakultas kedokteran Harvard yang bernama Herbert

Benson. Herbert Benson melakukan pengkajian terhadap


beberapa manfaat dari doa dan meditasi yang dilakukan

seseorang terhadap peningkatan kesehatan. Teknik ini

dikenal sebagai teknik relaksasi Benson (Solehati &

Kosasih, 2018).

Relaksasi Benson merupakan salah satu teknik

relaksasi sederhana, mudah pelaksanaanya,dan tidak

memerlukan biaya. Pada relaksasi ini

diperlukankonsentrasi pemikiran seseorang.Terapi ini

merupakan perpaduan antara teknik relaksasi dengan

sistem keyakinan seseorang (difokuskan pada makna

ungkapan tertentu berupa nama-nama Tuhan, atau kata

yang memiliki makna menenangkan bagi klien itu

sendiri) yang diucapkan berualang-ulang dengan ritme

teratur disertai sikap pasrah (Benson & Proctor,

2000).

Teknik relaksasi Benson adalah teknik relaksasi

nafas dalam dengan pengobatan spiritual menggunakan

kalimat spiritual atau keyakinan agama yang dilakukan

secara berulang. Seseorang tidak boleh tegang dalam

melakukan relaksasi ini, tetapi harus pasrah dan

memiliki keyakinan bahwa relaksasi ini akan dapat

meningkatkan kesehatan seseorang (Solehati & Kosasih,

2018).

b. Tujuan teknik relaksasi benson


Solehati (2015) menyatakan bahwa tujuan teknik

relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi

batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolic.

c. Manfaat terapi relaksasi benson

Manfaat Terapi Relaksasi Benson Menurut Dr. Benson

dalam Mitchell (2013) relaksasi ini bermanfaat dalam

menetralkan efek fisiologis, stres atau berada pada

tekanan yang berlebihan karena relaksasi ini dapat

menenangkan pikiran untuk menciptakan kedamaian dan

kesehatan yang lebih baik dengan melepaskan diri dari

pemikiran sehari-hari dan memilih kata atau doa

kemudian fokus pada pernapasan diri sendiri.

Terapi Benson merupakan teknik relaksasi

pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang dapat

mengakibatkan penurunan oksigen oleh tubuh dan otot-

otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan

perasaan tenang dan nyaman (Yusliana dalam Rasubala &

Kumaat & Mulyadi, 2017).


d. Pendukung terapi relaksasi benson

Menurut Benson, H. and Proctor, (2000) Pendukung dalam

Terapi Benson meliputi :

a. Perangkat mental untuk memindahkan pikiran yang

berada di luar diri, harus ada rangsangan yang

konstan. Rangsangan tersebut dapat berupa kata atau

frase yang singkat yang diulang dalam hati sesuai

dengan keyakinan. Kata atau frase yang singkat adalah

fokus dalam melakukan relaksasi benson. Fokus pada

kata atau frase tertentu akan meningkatkan kekuatan

dasar respon relaksasi dengan member kesempatan faktor

keyakinan untuk mempengaruhi penurunan aktifitas saraf

simpatik.

b. Suasana yang tenang membantu efektifitas

pengulangan kata atau frase dengan demikian akan mudah

menghilangkan pikiran yang menganggu.

c. Sikap pasif ini sangat penting karena berguna untuk

mengalihkan pikiranpikiran yang menganggu sehingga

dapat berfokus pada pengulangan kata atau frase.

e. Terapi tekanan darah dengan teknik relaksasi bnson

Konsep dasar teknik relaksasi pada hakekatnya dengan

cara relaksasi yang diperlukan untuk menurunkan

ketegangan pada otot dengan memperbaiki denyut nadi,

tekanan darah, dan pernafasan (Aspiani, 2014). Metode


Teknik relaksasi Benson terdiri dari mengambil napas

secara dalam-dalam, secara sadar mengatur pernapasan

dalam yang dilakukan oleh korteks serebral, dan

pernapasan spontan dilakukan oleh medula oblongata.

Pernapasan dalam mengurangi laju pernapasan dari 1.620

kali per menit selama 6-10 kali per menit. Bernapas

dalam-dalam akan merangsang produksi oksida nitrat,

yang akan masuk ke paru-paru bahkan pusat otak untuk

menenangkan orang dan menurunkan tekanan darah

(Mauliadi, Gandini and Hidayat, 2019).

Secara fisiologis, relaksasi benson merespon

penurunan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan

aktivitas saraf parasimpatis, sehingga menurunkan

denyut jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen

(Simandalahi, Sartiwi, 2019). Secara psikologis

mengurangi stres dengan menghambat pelepasan

adrenalin dan kortisol (ElMokadem, 2003).

Selain itu, metode relaksasi juga merangsang

sekresi endorfin yang membantu tubuh rileks

(Tiurmaida Simandalahi, Weni Sartiwi, 2019) Perasaan

relaks ditransmisikan ke hipotalamus untuk

menghilangkan corticotropin releasing factor,

sehingga kelenjar pituitari juga terpengaruh.

Merangsang untuk meningkatkan produksi


melanocotinogen (POMC) dan meningkatkan produksi

enkephalins di medula adrenal. Selain itu, kelenjar

pituitari juga memproduksi endorfin sebagai

neurotransmitter (Tiurmaida Simandalahi, Weni

Sartiwi, 2019).

Relaksasi benson dapat menyebabkan penurunan

aktivitas sistem saraf simpatis, yang pada akhirnya

dapat melebarkan arteri dan meningkatkan sirkulasi

darah, sehingga meningkatkan suplai oksigen ke

seluruh jaringan terutama jaringan perifer

(Purwanto, 2008). Menstabilkan tekanan darah secara

perlahan dan mengurangi stres sebagai pemicu

tekanan darah tinggi (Tiurmaida Simandalahi, Weni

Sartiwi, 2019).

Rangsangan peregangan arkus aorta dan sinus

karotis diterima oleh nervus vagus dan diteruskan

ke medula oblongata (pusat pengaturan

kardiovaskuler), dan selanjutnya meningkatkan

refleks baroreseptor. Impuls yang masuk dari

baroreseptor mencapai pusat jantung, merangsang

saraf parasimpatis, menghambat pusat simpatis, dan

menyebabkan vasodilatasi tubuh, memperlambat denyut


jantung, dan kontraksi. Stimulasi saraf

parasimpatis ke bagian lain dari miokardium

menyebabkan penurunan kontraktilitas dan efek

inotropik negative pada volume sekuncup. Hal ini

menyebabkan penurunan volume sekuncup dan curah

jantung. Pada otot rangka, beberapa serat vasomotor

melepaskan asetilkolin, yang menyebabkan

vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.

(Muttaqin 2009) (Hartanti, Wardana and Fajar, 2016)

Paradigma biologi molekuler telah bergeser yang

awalnya tekanan darah diregulasi oleh otak dan

ginjal, saat ini berubah menjadi endotel. Endotel

pembuluh darah dapat memproduksi nitrit oxid (NO)

yaitu factor relaksasi yang mempunyai karakteristik

sebagai gas vasoaktif. Enzim eNOS (enzim nitrit

oksida sintase) diekspresikan oleh Gen NOS3 (nitrit

oksida sintase-3). Enzim ini berperan pada produksi

Nitrit Oksid yang menimbulkan efek vasodilatasi

pada pembuluh darah. (Amelia et al., 2018)

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh

teknik relaksasi terhadap perubahan tekanan darah.

(Salafudin, 2015) Penelitian tentang pengaruh

teknik relaksasi Benson terhadap tekanan darah

mempelajari pengaruh teknik relaksasi Benson


terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan

diastolik pada pasien hipertensi. Teknik relaksasi

Benson merupakan salah satu jenis terapi religi

yang melibatkan keyakinan agama. Kemudian pada masa

saaat umur 30-60 tahun cenderung untuk lebih

mendekatkan diri kepada tuhan dengan agamanya

masing-masing sehingga relaksasi benson merupakan

teknik relaksasi yang tepat untuk dilakukan dalam

menangani masalah kesehatan (Inayati, 2012).

f. Prosedur terapi relaksasi benson

SOP teknik Relaksasi Benson menurut Purwanto 2017

dilakukan dalam waktu 15 menit, adapun langkah

langkahnya sebagai berikut:

a. Tahap persiapan:

1) Persiapan pasien

a) Ukur tekanan darah pasien

b) Kaji kesiapan pasien

c) Beri penjelasan tentang teknik Benson

2) Persiapan Alat

a) Stopwath

b) Lembar informed Consent

c) Lembar observasi dan pena

b. Tahap orentasi

1) Memberikan salam dan memperkenalkan diri


2) Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien

kemudian memberikan inform consent

3) Calon responden yang setuju untuk dijadikan

responden akan menandatangani lembar informed consent

c. Tahap kerja

1) Anjurkan pasien untuk memilih kata atau ungkapan

sesuai dengan religi yang diyakini

2) Atur posisi senyaman mungkin, mintalah pasien

menunjukkan posisi mana yang di inginkan untuk

melakukan terapi Relaksasi Benson

3) Anjurkan dan bimbing pasien untuk memejamkan kedua

mata sewajarnyadan tidak menutup mata kuat-kuat

4) Bimbing dan mulailahpasien untuk melemaskan otot-

ototnya mulai dari kaki, betis, paha, sampai dengan

perut pasien.

5) Anjurkan pasien untuk melemaskan kepala, leher,

pundak dengan memutar kepala dan mengangkat pundak

perlahan-lahan.

6) Untuk lengan dan tangan, anjurkan pasien untuk

mengulurkan kedua tangannya, kemudian mengendurkan

otot-otot tangannya, dan biarkan terkulai wajar

dipangkuan.

7) Perhatikan napas dan mulailah menggunakan kata-kata

atau ungkapan yang sudah dipilih dan fokus pada


keyakinan pasien. 8) Anjurkan pasien untuk napas

melalui hidung secara perlahan, pusatkan kesadaran

pasien pada pengembangan perut, tahanlah napas

sebentar sampai hitungan ketiga.

9) Setelah hitungan ketiga, keluarkan napas melalui

mulut secara perlahan-lahan (posisi mulut seperti

sedang bersiul) sambil mengucapkan ungkapan yang telah

dipilih pasien dan diulang-ulang dalam hati selama

mengeluarkan napas tersebut. 10) Anjurkan pasien untuk

mempertahankan sikap positip. Anjurkan pasien untuk

tetap berpikiran tenang.

11) Lanjutkan intervensi Relaksasi Benson untuk jangka

waktu tertentu. Terapi ini cukup dilakukan selama 15

menit

12) Lakukan terapi ini dengan frekuensi dua kali

sehari.

d. Tahap Terminasi

1) Istirahatkan pasien 15 menit

2) Periksakan tekanan darah

3) Dokumentasikan hasil.

2. KONSEP HIPERTENSI

a. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥

140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,


atau bila pasien memakai obat anti hipertensi

(Mansjoer, 2010).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang

bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada

tiga kesempatan yang berbeda (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di

atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic

(bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada

pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur

tekanan darah baik yang berupa cuff air air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya

(Pudiastuti, 2013).

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibagi dalam 2 yaitu:

1) Hipertensi berdasarkan penyebabnya (Widyanto dan

Cecep, 2013):

a) Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang

tidak diketahui pasti penyebabnya.Sekitar 90-95

penderita hipertensi adalah hipertensi primer.

Hipertensi primer biasanya dimulai sebagai


proses labil (intermiten) pada individu pada

akhir 30-an dan awal 50-an yang secara bertahap

akan menetap. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa hipertensi primer dini didahului oleh

peningkatan curah jantung, kemudian menetap dan

menyebabkan peningkatan tepi pembuluh darah

total. Gangguan emosi, obesitas, konsusmsi

alcohol yang berlebih, rangsang kopi yang

berlebih, rangsang konsumsi tembakau, obat-

obatan, dan keturunan berpengaruh pada proses

terjadinya hipertensi primer. Penyakit

hipertensi primer lebih banyak terjadi pada

wanita dari pada pria.

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi

yang disrbabkan karana gangguan pembuluh darah

atau organ tertentu. Secara sederhannya,

hipertensi sekunder disebabkan karana adanya

penyakit lain. Berbeda dengan hipertensi primer,

hipertensi sekunder sudah diketahui penyebabnya

seperti disebabkan oleh penyakit ginjal,

penyakit endokrin, obat dan lain sebagainya.

2) Berdasarkan bentuk Hipertensi


Hipertensi diastolik (diastolic

hypertension) adalah peningkatan tekanan darah pada

saat jantung relaksasi (istirahat) namun saat

kontraksi (memompa) tekanan jantung normal

contohnya 120/90 mmHg.Hipertensi sistolik (isolated

systolic hypertension) adalah peningkatan tekanan

darah saat jantung berkontraksi (memompa) sedangkan

saat relaksasi (istirahat) normal, contohnya 140/80

mmHg.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang

meninggi) peningkatan tekanan darah saat jantung

berkontraksi (memompa) dan relaksasi (istirahat),

contohnya 140/90 mmHg.(Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2014).

c. Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi ditemukan pada kurang lebih 6% dari

seluruh penduduk dunia dan merupakan suatu yang

sifatnya umum pada seluruh populasi. Data

epidemiologi menunjukan adanya peningkatan prevalensi

hipertensi, dengan meningkatnya harapan hidup atau

populasi usia lanjut. Lebih dari separuh populasi

usia diatas 65 tahun menderita hipertensi, baik

hipertensi sistolik maupun kombinasi sistolik dan

diastolic. (Mohani dkk, 2014)


Interaksi antar individu, ras suku dan faktor

lingkungan menyebabkan peranan genetic sebagai

penyebab utama terjadinya hipertensi menjadi sulit

ditentukan.Apalagi dengan meningkatnya migrasi

penduduk dunia pada akhir abad ini. Pada daerah

tertentu seperti daerah Amazon, hampir tidak pernah

ditemukan penderita hipertensi, serta tidak

didapatkan peningkatan prevalensi hipertensi seiiring

dengan meningkatnya usia. Terjadi peningkatan

prevalensi hipertensi dihampir sebagian besar Asia

dan subkontinen India, kecuali Korea dan Jepang

dengan peningkatan prevalensi yang melebihi daerah

Asia lainnya. (Mohani dkk, 2014).

d. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi dapat dibedakan

menjadi 2 kolompok (Widyanto dan Cecep, 2013) yaitu:

1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

a) Umur

Pada umumnya tekanan darah akan naik

dengan bertambahnya umur terutama setelah umur

40 tahun. Hal itu disebabkan oleh kaku dan

menebalnya arteri karana arteriosclerosis


sehingga tidak dapat mengembangkan pada saat

jantung memonpa darah melalui arteri tersebut.

b) Jenis Kelamin

Pria cenderung mengalami tekanan darah

yang tinggi dibandingkan dengan wanita. Rasio

terjadinya hipertensi antara pria dan perempuan

sekitar 2,29 % untuk kenaikan tekanan darah

sistol dan 3,6 untuk kenaikan tekanan darah

diastolic. Laki-laki cenderung memiliki gaya

hipup yang dapat meningkatkan tekanan darah

dibandingkan perempuan. Tekanan darah pria mulai

meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-

50 tahun.Kecendrungan seorang perempuan terkena

hipertensi terjadi pada saat menopause karana

faktor hormonal.

c) Keturunan

Sekitar 70-80 % dengan hipertensi-

hipertensi primer ternyata memiliki riwayat

hipertensi dalam keluarganya. Apabila riwayat

hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka

resiko terjadinya hipertensi primer 2 kali lipat

dibandingkan dengan orang lain yang tidak

mempunyai riwayat hipertensi pada orang tuanya.


Faktor ginetik yang diduga menyebabkan penurunan

resiko terjadinya hipertensi terkait pada

kromosom 12p dengan fenotip postur tubuh pendek

disertai brachy-dactyly ( jari-jari pendek ) dan

efek neurovaskuler.

2.Faktor resiko yang dapat diubah

a) Obesitas

Faktor resiko penyebab hipertensi yang

diketahui dengan baik adalah obesitas.Secara

fisiologi, obesitas didefinisikan sebagai

suatu keadaan akumulasi lemak berlebihan

dijaringan adipose.Kondisi obesitas

berhubungan dengan peningkat volume

intravaskuler dan curah jantung.Daya pompa

jantung dan sirkulasi volume darah penderita

hipertensi dengan obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita hipertensi

dengan berat badan normal.

b) Stress
Stress terjadi karana ketidakmampuan

mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,

fisik, emosional, dan spiritual seseorang.

Kondisi tersebut pada suatu saat akan dapat

mempengaruhi kesehatan fisik seseorang.

Hubungan denga stress dengan hipertensi,

diduga terjadi melalui aktivitas saraf

simpatis. Peningkatan aktivitas saraf

simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Apabila

stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi.

c) Merokok

Menurut Winnifor (1990), merokok dapat

meningkatkan tekanan darah dan denyut jantng

melalui mekanisme sebagai berikut:

1) Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan

norepineprin melalui saraf arenergi dan

meningkatkan catecolamine yang dikeluarkan

melalui medulla adrenal.


2) Merangsang kemoreseptor di arteri karotis dan

aorta bodies dalam meningkatkan denyut

jantung dan tekanan darah.

3) Secara langsung melalui otot jantung yang

mempunyai efek intropik (+) dan efek

chonotropik.

d) Kurang olahraga

Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan yang

berikan banyak keuntungan seperti berkurangnya berat

badan, tekanan darah, kadar kolesteror serta penyakit

jantung. Dalam kaitannya dengan hipertensi, olahraga

teratur dapat mengrangi kekakuan pembuluh darah dan

meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru

sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

e) Alkohol

Pengguanaan alcohol secara berlebihan juga

dapat meningkatkan tekanan darah. Mungkin dengan cara

meningkatkan katekolamin plasma.

f) Konsumsi garam berlebihan

Pada beberapa klien hipertensi, konsumsi garam

berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah.Garam membantu menahan air dalam tubuh. Dengan


begitu, akan meningkatkan volume darah tanpa adanya

penambahan ruang. Peningkaan volume tersebut

mngakibatkan bertambahnya tekanan di dalam arteri.

Klien hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak

lebih dari 100 mmol/hari atau 2,4 gram natrium, 6

gram natrium klorida.

d. Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi adalah proses degeneratif sistem

sirkulasi yang dimulai dengan atherosclerosis, yakni

gangguan struktur anatomi pembuluh darah parifer yang

berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri.

Kekauan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan

peredaran darah parifer.Kekakuan dan kelambanan aliran

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang berdampak pada pengingkatan

tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(Bustan, 2015).

Dengan demikian, proses patologis hipertensi

ditandai dengan peningkatan tahanan parifer yang

berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh

jantung dalam bentuk hipertensi.(Bustan, 2015).

e. Gambaran Klinis
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak

menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak

terdiagnosis dalam waktu yang lama. Gejala akan terasa

secara tiba-tiba saat terjadi peningkatan tekanan

darah. Namun demikian, terdapat beberapa gejala yang

mengindikasikan terjadinya hipertensi yaitu

pusing.Telinga berdengung, sulit tidur, sesak nafas,

rasa berat (kaku) di tengkuk, mudah lelah, mata

berkunang-kunang dan mimisan walaupun jarang

dilaporkan. (Widyanto dan Cecep, 2013).

f. Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien

hipertensi bersifat asimptomatik.Beberapa pasien

mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti

berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat

menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder

antara lain penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi

hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID,

sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi

serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Pada

anamnesis dapat pula digali mengenai faktor resiko

kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas

fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes milletus,


mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan riwayat

keluarga. (Mohani, 2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi 140-159 90-99

ringan (Stadium

1)

Hipertensi 160-179 100-109

sedang (Stadium

2)

Hipertensi berat 180-209 110-119

(Stadium 3)

Hipertensi 210 120

sangat berat

(Stadium 4)

Sumber, Widyanto dan Cecep, Trend Disease, Trend

Penyakit Saat Ini : Hipertensi, 2013.

g. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius

jika tidak terkendali. Hipertensi dapat mengakibatkan

komplikasi yang berbahaya dan berakibat fatal seperti

stroke, penyakit jantung coroner, dan gagal ginjal.

(Widyanto dan Cecep, 2013)

h. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi

1) Gaya hidup

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan

kandungan garam yang tinggi memicu naiknya tekanan

darah (Martuti, 2009).

2) Stress

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa

dihindari, stress atau ketegaan emosional dapat

mempengaruhi system kardiovaskuler, khusus

hipertensi, stress dianggap sebagai faktor

psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah

(Marliani, 2007)

3) Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Merokok juga

mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara

bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk


memompa darah. Kerja jantung yamg lebih berat tentu

dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).

i. Penatalaksanaan Hipertensi

Pada dasarnya penatalaksanaan penyakit

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jalan yaitu

dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi,

adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pengobatan hipertensi antara lain tingkat pendidikan

terakhir pasien, lama menderita hipertensi, tingkat

pengetahuan tentang hipertensi, dukungan keluarga,

peran petugas kesehatan, serta bagaimana motivasi

pasien untuk sembuh (Rahmawati, Dewi, &Sari, 2018).

1. Terapi farmakologi Terapi farmakologi adalah

terapi yang menggunakan obat atau senyawa yang dalam

kerjanya berfungsi untuk menurunkan tekanan darah

pasien. Beberapa golongan obat yang bisa membantu

menurunkan tekanan darah dibagi menjadi beberapa

diantaranya : deuretik, beta bloker, vasodilator,

calcium antagonis, Angiotension-Converting Enzyme

(ACE) Inhibitor, dan Angiotensin Receptor Blockers

(ARBs)(Rahmawati, Dewi, &Sari, 2018).

2. Terapi non farmakologi Terapi non farmakologi yang

biasanya dilakukan adalah akupresure, terapi jus,

pijat, yoga, pengobatan herbal, pernafasan dan


relaksasi, dan relaksasi otot progresif (Ilham, M.,

Armina.,& Kadri, H, 2019). Selain itu terapi non

farmakologi yang bisa dilakukan adalah dengan merubah

pola hidup seperti dengan pembatasan mengkonsumsi

garam, mengurangi atau mungkin menghentikan kebiasaan

merokok dan juga meminum alkohol, memulai kebiasaan

baik dengan rutin melakukan olahraga secara teratur

(Rahmawati, Dewi, &Sari, 2018).

3. KONSEP LANSIA

a. Definisi Lansia

Lansia yaitu setiap orang yang berhubungan

dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun

ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak

berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi

kehidupannya sehari-hari. Lanjut usia merupakan

istilah tahap akhir dari proses penuaan yang tidak

dapat dihindari. Ditandai dengan fase menurunnya

kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya

beberapa ndalam hidup (Sibagariang, 2016).


b. Batasan Lansia

1) WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah

sebagai berikut : (Kholifah, 2016)

a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

b) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

c) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90

tahun.

2) Depkes RI (2009) menjelaskan bahwa batasan lansia

dibagi menjadi tiga katagori, yaitu: (Kholifah,

2016)

a) Masa lansia awal : 46-55 tahun

b) Masa lansia akhir : 56-65 tahun

c) Masa manula : >65 tahun

c. Ciri-ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut : (Kholifah,

2016)

1) Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari

faktor fisik dan faktor psikologis.Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada

lansia.

2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.


Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial

yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan

diperkuat oleh pendapat yang kurang baik.

3) Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena

lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala

hal.Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan

atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar

tekanan dari lingkungan.

4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat

mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang

buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku

yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu

membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.

d. Perkembangan Lansia

Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir

kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari

proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses


menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa

hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan

sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat

melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap

penurunan).Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada

makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang

mengalami penurunan kapasitas fungsional.Pada

manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh

darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.

(Kholifah, 2016)

e. Permasalahan Pada Lansia

Permasalahan tersebut diantaranya yaitu: (Kholifah,

2016).

1) Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik

yang mulai melemah, sering terjadi radang

persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup

berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra

pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan


tubuh yang menurun, sehingga sering sakit. masalah

kognitif (intelektual)

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan

perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya ingat

terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk

bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

2) Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan

perkembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul

dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat

perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat

besar.Selain itu, lansia sering marah apabila ada

sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi

dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang

terpenuhi.

3) Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan

perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk

menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai

menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui

anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan


merasa gelisah ketika menemuipermasalahan hidup

yang cukup serius.

f. Perubahan fisiologis pada lansia

Perubahan Fisiologis Menurut Smeltzer, Bare, Hinkle

dan Cheever (2010) proses penuaan mengakibatkan

perubahan dari aspek fisiologis pada sistem tubuh

seseorang yaitu:

a) Sistem Kardiovaskuler

Penurunan curah jantung, berkurangnya

kemampua dalam merespon stres, tekanan darah

meningkat.

b) Sistem Pernafasan

Meningkatkan volume sisa paru seperti

penurunan kekuatan otot, ketahanan dan

kapasitas vital paru serta menurunnya

pertukaran gas.

c) Sistem integumen

Penurunan lemak di lapisan kulit bagian

subkutan, cairan interstisial, otot, aktivitas

kelenjar, reseptor sensori yang mengakibatkan

penurunan perlindungan terhadap trauma,

paparan sinar matahari, suhu ekstrim,


berkurangnya sekresi alami minyak dan

keringat, serta kerapuhan pada pembuluh darah

kapiler.

d) Sistem reproduksi

Perempuan: penyempitan dan berkurangnya

elastisitas vagina diikuti dengan penurunan

sekresi cairan vagina. Laki-laki: penurunan

produksi cairan sperma Perempuan dan laki-

laki: respon terhadap seksualnya mengalami

perlambatan.

e) Sistem muskuloskeletal

Hilangnya kepadatan tulang, hilangnya

kekuatan dan ukuran otot, kemerosotan sendi

pada tulang rawan.

f) Sistem genitourinari

Perempuan: kelemahan pada otot perineum,

ketidakstabilan otot detrusor (mendorong

terjadinya inkontinensia) dan disfungsi

saluran kemih (inkontinensia).

g) Sistem pencernaan

Penurunan kemampuan untuk membau, perasa,

menurunnya produksi air liur, kesulitan

menelan makanan, pengosongan esophagus dan


lambung yang tertunda dan gangguan mortilitas

usus.

h) Sistem saraf

Berkurangnya kecepatan konduksi saraf,

meningkatkan rasa bingung terhadap penyakit

fisik yang diderita dan berkurangnya sirkulasi

serebral (pingsan, kehilangan keseimbangan).

i) Panca indera

Penglihatan: berkurangnya kemapuan untuk

fokus pada suatu objek, tidak mampu untuk

mentolerir silau, kesulitan beradaptasi dengan

perubahan intensitas cahaya serta penurunan

kemampuan dalam membedakan warna.

Pendengaran: penurunan kemampuan dalam

mendengarkan suara yang berfrekuensi tinggi

dan penipisan membran timpani.

Pengecap dan penghidu: menurunnya

kemampuan untuk merasakan makanan atau minuman

dan mencium bau.


g. Kerangka konsep

lansia

Perubahan fisiologis Pada


Lansia:

1. Sistem Panca Indra


2. Sistem Pernafasan
3. Sistem Integumen
4. Sistem Reproduksi
5. Sistem Muskuloskeletal
6. Sistem Genitourinaria
7. Sistem Pencernaan
8. Sistem Saraf

9. Sistem Kardiovaskuler
Penatalaksanaan:

1. Farmakologis
2. Non farmakologis
a. Aktivitas fisik
/olahraga
hipertensi
1) terapi relaksasi
benson

b. Diet rendah garam


Penurunan atau kolestrol
Tekanan Darah c. Mengurangi berat
badan
d. Berhenti merokok
Keterangan:

:Diteliti :Tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

h. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang dikumpulkan (Arikunto, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis yang

diterima adalah :

Ha : ada hubungan antara pengaruh terapi relaksasi

benson terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

hipertensi di PSLU Mandalika Mataram

Ho : Tidak ada hubungan antara pengaruh terapi

relaksasi benson terhadap penurunan tekanan darah


pada lansia hipertensi di PSLU Mandalika Mataram

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah

dengan menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan

disajikan subyek penelitian, populasi, sampel dan teknik

pengambilan sampel, rancangan penelitian, teknik pengolahan

data, teknik pengumpulan data, identifikasi variabel, definisi

operasional, analisa data, etik, dan kerangka kerja (Hidayat,

2017).

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti atau sasaran penelitian

(Sugiyono,2012). Subjek pada penelitian ini adalah lansia yang

mengalami hipertensi di balai sosial lanjut usia mandalika.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono

2018) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

mengalami hipertensi di balai sosial lanjut usia mandalika NTB

2021 53 orang.

2. Sample

Menurut Sudjana dan Ibrahim, sampel adalah sebagian

dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama

dengan populasi (Siyonto dan Sodik, 2015). Sampel dalam

penelitian ini adalah lansia yang mengalami hipertensi

di di Balai Social Lanjut Usia Mandalika NTB. yang memenuhi

kritera inklusi, sampel dalam penelitian ini menggunakan

53 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang di

dapat.

3. Teknik pengambilan sampel


Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi

(nursalam,2008). Dalam penelitian ini pemilihan sampel

dengan cara purposive sampling adalah suatu teknik

penetapan sampel dengan cara penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang di

kehendaki peneliti (tujua/masalah dalam penelitian,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,2008).

Adapun kriteria inklusi eksklusi adalah sebai

beriku :

a. kriteria inklusi

kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian

yang mmenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo,2002) yaitu :

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1)lansia yang mengalami hipertensi yang berumur

>60 tahun

2)lansia yang bersedia menjadi responden

3)lansia yang tidak memiliki gangguan

pendengaran dan pengelihatan


4)lansia yang tidak memiliki gangguan kejiwaan

b. kriteria eksklusi

kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1)lansia yang berpindah tempat atau tidak ada di

lokasi

2)lansia yang mengalami sakit atau di rawat

intensif

4. Rancangan atau Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan kerangka

acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antara

variabel dalam suatu penelitian(Saryono, 2011).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain analitik dengan cross

sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data pada suatu

saat (Suyanto, 2011).

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian

a. Jenis data

Jenis data yang di kumpulkan pada penelitian

ini adalah data mengenai pengaruh terapi musik


kelasik sasak lombok pada lansia dalam jangka waktu

satu minggu.

b. Instrumen pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam

penelitian ini menggunakan:

1) Kuisioner

Notoatmodjo (2010) mendeskripsikan

kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun

baik sebagai bentuk penjabaran variabel

penelitian dan setiap pertanyaan yang memiliki

makna dalam menguji hipotesis penelitian. Pedoman

kuesioner pengetahuan lansia tentang hipertensi.

2. Pengolahan data

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul.

b. Clanning (pembersihan data)

Sebuah data diolah, dilakukan pengecekan

kembali agar tidak terjadi kesalahan dan sesuai

dengan kriteria inklusi.

c. Coding (mengkode data)


Coding merupakan kegiatan pemberian kode

numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis menggunakan komputer.

d. Entry Data(memasukkan data)

Entry data adalah kegiatan memasukkan data

yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau

data base komputer, kemudian membuat distribusi

tingkat sederhana dengan membuat tabel kontigensi.

D. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

1. Indentifikasi variabel

i. Variabel independen(bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable

dependen (terikat) (Hidayat, 2017). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi

relaksasi benson terhadap lansia hipertensi.

ii. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karna variabel bebas

(Hidayat, 2017). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah kejadian peningkatan hipertensi pada

lansia.
2. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Hidayat, 2017).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Skala Skor


oprerasional

1 2 4 5 6

Independen Relaksasi Benson SOP Ordinal -


: merupakan suatu
teknik relaksasi
Terapi yang diciptakan oleh
relaksasi seorang ahli penulis
benson medis dari fakultas
kedokteran Harvard
yang bernama Herbert
Benson. Herbert
Benson melakukan
pengkajian terhadap

46
beberapa manfaat
dari doa dan
meditasi yang
dilakukan seseorang
terhadap peningkatan
kesehatan.

Dependen : Hipertensi adalah tensi Interval 1.Normal


suatu keadaan kronis Spigmamometer 120/80
Penurunan yang ditandai dengan 2.Hipertensi
tekanan ringan
meningkatnya tekanan
darah (stadium 1)
darah pada dinding 140-159/90-
pembulu darah 99
arteri. Keadaan 3.Hipertensi
dimana muncul gejala sedang
seperti : (stadium
2)160-
a. Berkurangnya 179/100-109
sakit kepala 4.Hipertensi
b.Tidak pusing berat
pusing, (stadium )
c.tidak terjadi 180-209/110-
mual/muntah 119
5.Hipertensi
sangat berat
(stadium 4)
210/120
F.Etika penelitian

Untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal, maka peneliti

menggunakan prosedur sebagai berikut:

1 Sampel yang sudah di tentukan yaitu lansia yang salah satu

yang mengalami kekambuhan hipertensi

2 Kemudian diberikan kuesioner, tetapi sebelumnya dilakukan

informedconsent terlebih dahulu.

3 Hasil penelitian kemudian dilakukan perhitungan kembali untuk

memudahkan analisa data.

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak

boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis

dalam arti hak respon dan harus dilindungi. Pada penelitian ini,

maka peneliti mendapat pengantar dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram yang selanjutnya akan diserahkan ke

kepala Panti Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB untuk mendapat

persetujuan penelitian Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Panti Sosial

Lanjut Usia Mandalika Ntb, selanjutnyabaru melakukan penelitian

dengan lebih menekankan pada masalah etika yang meliputi:

a. Lembar Persetujuan Responden Informed Consent

Lembar persetujuan disebarkan atau diedarkan sebelum dilakukan

pengumpulan data melalui kuesioner dengan tujuan subjek mengenal

maksud dan tujuan peneliti. Subjek yang bersedia diteliti

diminta menanandatangani lembar persetujuan tersebut.


b. Tanpa Nama(Anonimity)

Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data.

Untuk mengetahui keikutsertaan responden, peneliti memberi kode

masing – masing lembar kuesioner.

c. Kerahasiaan(Confiden tiality)

Kuesioner dan hasil wawancara yang telah di isi dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

G. Analisa Data

Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat

disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi. Sebelum

dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakuakan peruses

pengolahan data yang meliputi editing,cloning,coding dan entry

data.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

sperman rank, dengan perumusan sebagai berikut:

ΣFk X ΣFb
Fe=
ΣT

Keterangan :

Fe = frekuensi yang diharapkan

Fk = jumlah frekuensi pada kolom

Fb = jumlah frekuensi pada baris

ΣT = jumlah keseluruhan baris dan kolom

dk = (k-1) (b-1)

b = baris

k = kolom
H. Kerangka Kerja

Populasi

Lansia yang menderita


penyakit hipertensi
berjumlah 53 orang

Sampel

Lansia yang menderita


hipertensi berjumblah 53
orang Total sampling

Variable independen:

Terapi relaksasi benson

Variable dependen:

Penurunan tekanan darah

Pengumpulan data

Analisa data: hubungan


antara variable akan
dinilai dengan Uji
spermanrank

Hasil

Bagian 3.1 Kerangka Kerja


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta:


Trans Info Media.

Atmojo, J.T. et al. (2019) ‘Efektifitas Terapi Relaksasi Benson


Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi’, Interest:
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), pp. 51–60.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2015.Profil Lansia


Povinsi Nusa Tenggara Barat (online).Available :
http://ntb.bps.go.id
Benson & Proctor. (2000). Dasar-Dasar Respons Relaksasi. Bandung:
Kaifa.

Bustan, M Nadjib, 2015.Managemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular :


Hipertensi. Jakarta : Rineka Cipta.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Nusa


Tenggara Barat tahun 2018. DinasKesehatan Provinsi NTB: Nusa
Tenggara Barat.

Hartanti, R.D., Wardana, D.P., & Fajar, R. A. (2016). Terapi Relaksasi


Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Vol. IX

Hidayat, 2017.Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Institute for health metrics and evaluation (IHME) Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia (2015).

Kemkes. 2015. Hipertensi. The Silent Killer. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kholifah, Siti Nur, 2016 KeperawatanGerotik : Konsep Lanjut Usia


(Lansia).Jakarta : t.p.

Marliani L, S Tantan. (2007). 100 Questions & Answer Hipertensi.


Jakarta : Elex Media Komputindo.

Mohani CI. Hipertensi primer. Dalam: Setiadi S, Alwi I, Sudoyo AW,


Simadibrata M, Setiyohadi B, et al, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid II. 6th ed. Jakarta, Interna Publishing;
2014. P. 2284-93.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

NTB, B. S. (2022). Daftar Penyakit Kelayan Panti Sosial Lanjut Usia


Mandalika NTB Bulan Desember 2022. Mataram.

Nur Inayati. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Tingkat


Depresi Lanjut Usia Awal (Early Old Age) Umur 60-70 Tahun Di Upt
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember. Skripsi.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pudiastuti, D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purwanto, S. Relaksasi dzikir. Jurnal psikologi universitas


Muhammadiayah semarang.2006.

Purwanto. 2017. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riset kesehatan dasar 2018, Peningkatan Prevalensi Hipertensi.

Salafudin dan Sri, H. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia
Larasati Dusun Wiyoro Baturetno Bangunatapan Bantul Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”. Vol 06, No. 02.

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik.2015.Dasar Metodologi


Penelitian.Yogyakarta:Literasi Media Publishing.

Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih., 2015. Konsep dan Aplikasi
Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika
Aditama.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryono. (2011). Metodelogi penelitian kesehatan. Jogjakarta: Mitra


Cendikia.

Sunyoto, Suyanto 2011. Analisis regresi untuk uji hipotesis,


Yogyakarta.
Widyanto dan Cecep, Trend Disease, Trend Penyakit Saat Ini :
Hipertensi, 2013.

Anda mungkin juga menyukai